putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

yang

judi

Mengelola Waktu Lembur untuk Work Life Balance yang Lebih Baik

Di era yang serba cepat ini, manajemen waktu menjadi kunci utama dalam berbagai aspek kehidupan, terutama di tempat kerja. Saat lembur, pentingnya manajemen waktu menjadi semakin terasa. Mengapa demikian? Mari kita ulas lebih dalam.

Pertama, manajemen waktu yang baik dapat meningkatkan produktivitas. Saat lembur, waktu yang Anda miliki terbatas. Dengan mengatur waktu secara efisien, Anda dapat memprioritaskan tugas-tugas penting dan menyelesaikannya dengan lebih efektif. Ini berarti, tugas yang biasanya memakan waktu lama dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, meningkatkan output kerja Anda secara signifikan.

Kedua, kualitas kerja juga terpengaruh oleh bagaimana Anda mengelola waktu. Dengan waktu yang terorganisir, Kita memiliki kesempatan untuk fokus pada detail dan kualitas pekerjaan. Ini berarti pekerjaan yang dihasilkan tidak hanya cepat selesai tetapi juga memiliki standar kualitas yang tinggi.

Ketiga, manajemen waktu yang baik dapat mengurangi stres. Stres sering kali muncul karena tekanan waktu dan tumpukan pekerjaan yang tampaknya tidak ada habisnya. Dengan mengatur waktu secara efektif, Anda dapat mengurangi rasa terburu-buru dan tekanan yang tidak perlu, sehingga mengurangi tingkat stres saat lembur.

Keempat, manajemen waktu memungkinkan kita untuk mencapai keseimbangan hidup yang lebih baik. Dengan mengatur waktu kerja dan waktu istirahat secara seimbang, Anda dapat memastikan bahwa kehidupan pribadi dan profesional Anda tidak saling mengganggu. Ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda.

Kelima, manajemen waktu yang baik juga berkontribusi pada peningkatan kepuasan kerja. Saat kita dapat menyelesaikan tugas dengan efisien dan efektif, ini menciptakan rasa pencapaian dan kepuasan. Anda merasa waktu yang dihabiskan untuk lembur menjadi lebih bermakna dan produktif.

Namun, apa yang terjadi jika manajemen waktu tidak diterapkan dengan baik saat lembur? Ini dapat berdampak negatif pada produktivitas. Tanpa manajemen waktu yang efektif, kita mungkin menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Ini tidak hanya mengurangi efisiensi kerja Anda tetapi juga dapat menimbulkan kelelahan dan penurunan kualitas kerja.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang Dampak Negatif Kurangnya Manajemen Waktu pada Produktivitas. Kita akan melihat bagaimana kurangnya manajemen waktu dapat menghambat kemampuan Anda untuk bekerja secara efektif dan efisien, serta dampaknya terhadap kinerja kerja secara keseluruhan.

Dampak Negatif Kurangnya Manajemen Waktu pada Produktivitas

Setelah memahami pentingnya manajemen waktu saat lembur, kita perlu menyadari dampak negatif yang muncul ketika manajemen waktu tidak diterapkan dengan baik. Kurangnya manajemen waktu tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada produktivitas keseluruhan perusahaan.

Penurunan Produktivitas: Kurangnya manajemen waktu sering kali menyebabkan penurunan produktivitas. Karyawan yang gagal mengatur waktu mereka dengan efisien cenderung kehilangan fokus dan motivasi. Hal ini mengakibatkan penurunan kinerja dan produktivitas, yang pada akhirnya berdampak negatif pada output keseluruhan perusahaan.

Kualitas Kerja yang Buruk: Manajemen waktu yang buruk juga berdampak pada kualitas kerja. Karyawan yang terburu-buru dalam menyelesaikan tugas mereka sering membuat kesalahan yang tidak perlu. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas pekerjaan individu, tetapi juga citra dan standar perusahaan secara keseluruhan.

Alur Kerja yang Tidak Efisien: Kurangnya manajemen waktu dapat mengakibatkan alur kerja yang kacau dan tidak terorganisir. Ini mengarah pada inefisiensi dalam proses kerja, di mana tugas-tugas tidak diselesaikan dalam urutan yang paling logis atau efektif.

Reputasi Perusahaan yang Buruk: Kualitas kerja yang buruk dan produktivitas yang rendah dapat merusak reputasi perusahaan. Pelanggan yang kecewa dengan produk atau layanan yang tidak memenuhi standar dapat memberikan dampak jangka panjang pada citra perusahaan.

Stres pada Karyawan: Kurangnya manajemen waktu sering kali menyebabkan stres pada karyawan. Karyawan yang merasa terburu-buru dan tidak mampu mengatur waktu mereka dengan baik cenderung mengalami tekanan yang lebih besar, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perlu memberikan pelatihan dan pengembangan karyawan dalam manajemen waktu. Dengan dukungan dan sumber daya yang tepat, karyawan dapat belajar mengatur waktu mereka dengan lebih efektif, sehingga meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas tentang Risiko Kesehatan Akibat Lembur Tanpa Manajemen Waktu yang Baik. Kita akan melihat bagaimana kurangnya manajemen waktu saat lembur tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental karyawan.

Risiko Kesehatan Akibat Lembur Tanpa Manajemen Waktu yang Baik

Kerja lembur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan profesional banyak orang. Namun, tanpa manajemen waktu yang baik, lembur bisa membawa risiko kesehatan yang serius. Mari kita bahas dampaknya pada kesehatan fisik dan mental.

Dampak pada Kesehatan Fisik

Kelelahan Kronis: Bekerja lembur secara terus-menerus meningkatkan risiko kelelahan kronis. Kurangnya istirahat mempengaruhi siklus tidur dan pemulihan tubuh, menyebabkan penurunan energi dan konsentrasi.

Gangguan Tidur: Jam kerja yang panjang mengganggu pola tidur sehat. Ini bisa menyebabkan insomnia dan penurunan kualitas tidur, melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit serius.

Penurunan Kebugaran Fisik: Kurangnya waktu untuk berolahraga dan menjaga kebugaran fisik adalah dampak langsung dari bekerja lembur. Gaya hidup sedentari ini meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.

Dampak pada Kesehatan Mental

Stres Berkepanjangan: Tekanan untuk memenuhi tenggat waktu dan tuntutan kerja yang tinggi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya.

Kehilangan Keseimbangan Kehidupan: Menghabiskan sebagian besar waktu untuk bekerja meninggalkan sedikit waktu untuk kegiatan sosial dan hobi. Ini berdampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan antarpribadi.

Kepuasan Kerja Menurun: Meskipun awalnya mungkin terlihat sebagai dedikasi, lembur yang berlebihan dapat mengurangi kepuasan kerja, menurunkan motivasi, dan menyebabkan kelelahan emosional.

Mengakui dan mengelola dampak buruk lembur pada kesehatan fisik dan mental adalah kunci. Langkah-langkah seperti mengatur batasan waktu kerja yang sehat, menetapkan prioritas, dan mencari waktu untuk beristirahat sangat penting. Komunikasi dengan atasan dan dukungan dari teman serta keluarga juga membantu.

Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi adalah penting. Prioritaskan kesehatan dan kesejahteraan Anda, karena hanya dengan tubuh dan pikiran yang sehat, Anda dapat memberikan kontribusi maksimal dalam pekerjaan dan menikmati kehidupan yang memuaskan.

Pengaruh terhadap Keseimbangan Hidup-Kerja

Dalam dunia kerja yang serba cepat dan menuntut, keseimbangan hidup-kerja menjadi aspek penting yang seringkali terabaikan. Keseimbangan ini tidak hanya mempengaruhi kepuasan kerja, tetapi juga kesuksesan karier seseorang. Berdasarkan penelitian, keseimbangan waktu, keterlibatan, dan kepuasan dalam kehidupan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini menunjukkan pentingnya mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan untuk mencapai kesuksesan karier dan kepuasan kerja yang lebih baik.

Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan hidup-kerja adalah dengan mengatur jadwal kerja yang efektif. Ini berarti menetapkan batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi. Misalnya, menetapkan jam kerja yang tetap dan menghindari pekerjaan di luar jam tersebut kecuali dalam keadaan darurat. Ini membantu dalam memastikan bahwa waktu luang dapat digunakan untuk kegiatan pribadi atau bersama keluarga, yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup-kerja.

Mengurangi pengeluaran yang tidak perlu juga dapat membantu dalam mencapai keseimbangan hidup-kerja. Dengan mengelola keuangan dengan bijak, seseorang dapat mengurangi tekanan untuk bekerja lebih keras atau lebih lama untuk memenuhi kebutuhan finansial. Ini memungkinkan lebih banyak waktu untuk dihabiskan dengan keluarga atau untuk kegiatan pribadi, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup.

Memprioritaskan waktu untuk kegiatan di luar pekerjaan juga penting dalam mencapai keseimbangan hidup-kerja. Ini bisa berupa hobi, olahraga, atau menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memberikan relaksasi tetapi juga membantu dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Mengembangkan keterampilan yang tepat juga penting dalam mencapai keseimbangan hidup-kerja. Keterampilan seperti manajemen waktu, komunikasi, dan kepemimpinan tidak hanya berguna dalam pekerjaan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan ini membantu seseorang dalam mengelola tugas-tugas dengan lebih efektif, memungkinkan lebih banyak waktu untuk kehidupan pribadi.

Keseimbangan hidup-kerja adalah aspek penting yang mempengaruhi kesuksesan karier dan kepuasan kerja. Dengan mengatur jadwal kerja yang efektif, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, memprioritaskan waktu untuk kegiatan di luar pekerjaan, dan mengembangkan keterampilan yang tepat, seseorang dapat mencapai keseimbangan yang diinginkan. Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan.

Kesimpulan

Setelah memahami pentingnya manajemen waktu saat lembur, dampak negatif dari kurangnya manajemen waktu pada produktivitas, risiko kesehatan, dan pengaruhnya terhadap keseimbangan hidup-kerja, kita dapat melihat bahwa keseimbangan ini bukan hanya penting untuk kepuasan kerja, tetapi juga untuk kesehatan dan kebahagiaan kita secara keseluruhan.

Untuk membantu Karyawan Anda dalam mengelola tantangan ini, sangat disarankan untuk mengambil langkah proaktif. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan Psychotest & Assessment yang tersedia di Life Skills. Tes ini dirancang untuk memberikan wawasan lebih dalam tentang diri Karyawan, termasuk cara mengelola stres, memahami nilai pribadi, dan mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan,membantu mengenal diri sendiri lebih dalam. Ini penting untuk mengembangkan strategi manajemen waktu dan keseimbangan hidup-kerja yang efektif.

Psychotest & Assessment berguna mengidentifikasi area di mana Karyawan Anda unggul dan aspek yang perlu ditingkatkan. Pengetahuan ini sangat berguna dalam pengembangan karier dan kehidupan pribadi.

Gunakan kesempatan ini untuk belajar lebih banyak tentang kepribadian dan bagaimana dapat meningkatkan kualitas hidup dan kerja karyawan Anda. Berikan investasi terbaik kepada karyawan Anda.

Read More
judi

Cara Mengelola Stres yang Tepat

Coba deh yang baca artikel ini tunjuk tangan, siapa yang nggak pernah ngalamin stres, pasti gak ada kan. Yup hampir semua orang pasti tidak luput dari yang namanya stres, entah itu karena masalah besar atau bahkan masalah kecil pun kalau berlarut-larut gak selesai bisa bikin kita stres juga bukan. Apalagi di situasi pandemi seperti saat ini yang menganjurkan masyarakat untuk tinggal dirumah, sering memicu munculnya stres.

Stres sebenarnya adalah sesuatu yang wajar di kehidupan kita, stres adalah respon otak dan tubuh kita terhadap setiap perubahan. Tubuh bereaksi terhadap perubahan ini dengan tanggapan emosional, fisik, dan mental.

Stres juga berbahaya loh guys kalo dibiarin, bisa bikin kita nggak produktif dalam melakukan pekerjaan dan bisa juga bisa memicu gangguan mental dan kesehatan. Terus, biasanya apa nih yang kalian lakuin kalau kalian lagi stres banget, jalan-jalan, nonton, atau sekadar nongkrong di cafe. Kalau dengan ngelakuin kegiatan itu udah bisa bikin mood kalian bangkit lagi bagus dan lanjutkan.

Nah, kali ini Satu Persen bakalan bahas tentang mengelola stres dengan menerapkan manajemen stres sehingga harapannya bisa sedikit membantu kalian saat menghadapi stres.

Mengenal stress dan penyebabnya

Sebelum membahas manajemen stres ada baiknya kamu paham dulu sih tentang stres dan penyebabnya, supaya mendapat penanganan yang tepat. Stres sendiri merujuk pada persepsi psikologis tentang “tekanan” saat menghadapi masalah misalnya, dan respon tubuh terhadapnya.

Selain itu stres juga melibatkan banyak sistem dari metabolisme otot hingga memori. Persepsi ini nantinya memicu sistem respon otomatis, yang dikenal dengan respon ‘melawan-atau-lari’ yang diaktifkan oleh sinyal hormonal.

Stres biasanya bisa muncul karena adanya peristiwa yang memicu baik itu internal dan eksternal. Misalnya tiba-tiba dimarahi terus terancam kehilangan pekerjaan, pekerjaan menumpuk jadi bingung membagi waktu, bingung mikirin utang, dan sebagainya.

Peristiwa ini kemudian memicu aliran hormon, termasuk adrenalin dan kortisol, yang melonjak ke seluruh tubuh. Hormon ini berfungsi meningkatkan detak jantung dan sirkulasi darah untuk mendukung tindakan cepat, memobilisasi lemak dan gula untuk energi, memusatkan perhatian untuk melacak bahaya, mempersiapkan otot untuk bergerak, dan banyak lagi. Lalu memunculkan respon untuk menyelesaikan masalah.

Tanda-tanda kalau kamu sedang mengalami stres biasanya kamu insomnia, sakit perut, otot tegang, jantung berdegup kencang, susah berkonsentrasi, kelelahan.  Kalau kamu sudah mengalami tanda-tanda ini kamu bisa menerapkan manajemen stres untuk meredakannya, yang akan dibahas selanjutnya ya.

Kunci manajemen stres

Dilansir dari Psychology Today, Tchiki Davis, seorang psikolog, memberikan lima kunci cara untuk memanage stres di setiap tempatnya.

  1. Cari tau cara mengurangi stres di tempat kerja

Kalau stres-mu karena pekerjaan, coba deh pikirkan untuk ganti pekerjaan sesuai passionmu, negosiasi untuk ganti kelompok kerja/atasan jika ini memberatkanmu. Atau pertimbangkan untuk mengambil cuti panjang, liburan diakhir pekan. Membagi pekerjaan dengan rekan kamu untuk mengurangi beban kerja. Explore pilihan apa yang menurutmu nyaman.

2. Explore cara mengurangi stres di rumah

Berada di rumah juga gak jarang malah bikin stres loh guys, ini biasanya banyak terjadi di masa pandemi seperti saat ini. Saat wfh kamu dituntut untuk tetap bekerja untuk kantor dan mengerjakan pekerjaan rumah. Bagi sebagian orang yang tidak bisa mengatur waktu, jam istirahat mereka malah jadi korban, sehingga tidak jarang membuat stres.

Nah coba deh cari cara untuk mengatasi stres di rumah. Apakah itu dengan nonton film, berjalan-jalan keliling kompleks, olahraga, memasak makanan kesukaan, dll. Kamu juga bisa mengkomunikasikan dengan anggota keluargamu kalau ada pekerjaan kantor yang harus kamu selesaikan, sehingga meminta yang lain untuk melakukan pekerjaan rumah.

3. Explore cara mengurangi stres mental

Kalau kamu sudah mencoba untuk mencari tahu apa yang membuatmu stres, tapi tidak menemukan jawaban. Coba deh buat melihat secara jujur keyakinan, nilai, dan perspektif kamu tentang kehidupan. Cobalah untuk lebih kooperatif, penyayang, perhatian sama orang lain, ramah, baik hati, dan positif. Stres kita berkurang saat kita relatif terbuka dan fleksibel, daripada tegang. Dan stres kita pasti berkurang saat kita bahagia atau bersenang-senang bukan.

4. Lakukan pendekatan “sehat” untuk mengurangi stres

Biasanya orang cenderung lebih mudah melewati masa stres jika fisik-nya sehat, kamu bisa coba lakukan contoh-contoh berikut.

  • Makan makanan bergizi atau melakukan “diet mediterania” yang dikenal dengan diet sehat. Seperti banyak mengkonsumsi buah dan sayuran segar, minyak zaitun, biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, dan ikan. Kamu juga boleh menambahkan porsi kecil ayam, telur, keju, dan yogurt, serta hindari daging merah. Diet ini menganjurkan agar kita menghindari kelebihan gula, soda, makanan olahan, biji-bijian olahan, daging olahan, dan lemak trans.
  • Olahraga, olahraga ini baik untuk meningkatkan hormon serotonin yang membuat kita merasa bahagia, sehingga dapat membantu untuk menghilangkan stres. Lakukan olahraga ringan terlebih dahulu seperti berjalan kaki.
  • Tidur yang cukup, kita dianjurkan untuk tidur 7-8 jam setiap malam, tetapi akan bergantung menurut usia, jenis kelamin, intensitas aktivitas fisik, dan kebiasaan. Dengarkan tubuh kamu, jika sudah merasa lelah, tidurlah.
  • Beristirahatlah dari teknologi. Salah satu pemicu stres paling umum adalah melihat dunia digital. Pancaran layar hp atau laptop juga menimbulkan ketegangan mata dan sakit kepala.
  • Bersosialisasi. Terkadang kita terlalu banyak berselancar di dunia maya hingga lupa kalau kita hidup di dunia nyata. Jangan lupa untuk bertemu dengan temanmu di dunia nyata. Selain itu bersosialisasi juga efektif supaya kamu bisa menceritakan keluh kesahmu dan meminta saran mereka ketika kamu sedang ada masalah.

5. Pelajari teknik relaksasi untuk mengurangi stres

Beberapa teknik yang bisa kamu lakukan seperti:

  • Menarik napas dalam-dalam
  • Menyalakan musik yang menenangkan ketika bekerja dan bersantai, kalau aku merekomendasikan untuk mendengarkan musik klasik dari Mozart, Chopin, dan Beethoven.
  • Latihan meditasi, kamu bisa memulainya dengan menutup mata sambil menarik napas dalam-dalam. Hitung napas saat menghembuskan napas secara perlahan untuk membantu menenangkan pikiran yang gelisah.
  • Mandi air panas atau berendam di bak mandi air panas. Air panas memberikan sensasi menenangkan dan melemaskan otot.
  • Lakukan hal kreatif yang kamu sukai. Seperti membuat sketsa, menyanyi, menari, membuat perhiasan, berkebun, dll.

Nah kamu bisa coba praktekin langkah-langkah management stress yang udah Satu Persen berikan buat kamu. Tapi kalau kamu mengalami stres berkepanjangan, terus sudah mengganggu kehidupan sehari-harimu, lebih baik kamu mengkonsultasikannya.

Kamu bisa konsultasi di layanan mentoring Satu Persen  yang akan membantu kamu buat keluar dari stres berkepanjangan. Udah banyak juga loh yang sukses balik ke kehidupan normal mereka setelah ikut mentoring, yuk liat testimoni-nya di blog atau di instagram @satupersenofficial. Coba juga Tes Tingkat Stres gratis dari Satu Persen supaya kamu memiliki gambaran mengenai stres yang kamu alami.

Jangan lupa juga follow instagramnya buat dapat informasi menarik buat diskon mentoring yah 🙂 dan juga cek YouTube Channel Satu Persen buat liat video penting tentang kesehatan mental, pengembangan diri, karir, dan masih banyak lagi. Sekian dari aku, semoga artikel ini membantu 🙂

Referensi

Stoler, Diane Robert. (2020). Are You Stress Out? Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-resilient-brain/202006/are-you-stressed-out

David, Tchiki. (2020). How to Relieve, Manage,and Overcome Stress. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/click-here-happiness/202001/how-relieve-manage-and-overcome-stress

Read More
judi

Apa Sih Yang Terjadi Di Otak (Ketika) Kamu Lagi Tidur?

Tahukah kamu berapa jam waktu yang kamu butuhkan untuk tidur agar tetap sehat? Yap, mungkin banyak di antara kamu yang menjawab benar: 7-9 jam.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Seberapa sering sih kamu tidur dengan durasi tersebut?” Aku yakin, tidak banyak. Mungkin hanya beberapa hari dalam seminggu dimana kamu benar-benar meluangkan durasi waktu tersebut untuk tidur— bahkan mungkin tidak sama sekali. Hmm… kira-kira kenapa yah sulit meluangkan waktu sedikit saja untuk tidur?

“Duh, ada deadline yang menumpuk”

“Aku harus mengejar banyak materi untuk ujian besok”

“Terpaksa lembur untuk kerjaan”

dan mungkin ada ribuan alasan lainnya yang membuat kalian mengorbankan waktu tidur demi impian.  

Biar bagaimanapun, proses mengerjakan tugas dan pekerjaan adalah sesuatu yang kasat mata, tidak seperti tidur yang kadang tanpa sadar kita anggap tidak berguna dan layak dikorbankan. Padahal, seperti halnya saat kita mengerjakan tugas atau pekerjaan, tubuh kita melakukan banyak hal saat kita tidur, lho.

Penasaran apa yang terjadi di otak kita ketika kita tidur? Yuk, kita menjelajahi fakta-fakta penting di baliknya.

Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash

Tunggu dulu, sebenarnya tidur itu apa sih?

Buatmu, mungkin tidur adalah sekadar kegiatan memejamkan mata di malam hari. Namun, tidur sebenarnya adalah keadaan otak normal yang terjadi sehari-hari, ketika kesadaran dan respon kita terhadap pengelihatan dan suara dari lingkungan sekitar kita perlahan-lahan memudar. Makanya, ketika kita mengantuk dan nyaris tertidur, sulit untuk menangkap apapun yang kita rasakan dan saksikan dari lingkungan sekitar kita— apalagi bereaksi yang sesuai dengan itu. Mungkin yang ada hanya geram dan kesal karena merasa terganggu ya, hehehe.

Sebenarnya, tidur itu dibagi ke dalam dua periode, lho. Periode pertama adalah Rapid Eye Movement (REM) Sleep sementara periode lainnya adalah Non-REM (NREM) Sleep. Pembagian ini didasarkan oleh frekuensi gelombang otak yang dideteksi dalam proses kita tidur. Ternyata, ketika aktivitas otak kita direkam, otak kita melewati berbagai macam tahap nih sebelum akhirnya otak kita mencapai REM sleep. Penasaran, tahapannya apa saja?

Tahapan untuk tidur apa saja sih?

Singkatnya, awalnya kamu sadar. Kemudian, kamu perlahan-lahan melewati siklus tidur yang terbagi menjadi 4 tahapan: 3 tahapan pertama NREM sleep dan tahap akhir yang dikenal juga dengan REM sleep. Dalam menjalani tiap-tiap tahapan tersebut, kamu mulai kehilangan kesadaran perlahan-lahan. Otakmu sendiri akan melewati tiap-tiap periode tersebut secara fluktuatif, artinya secara berkala melalui tiap-tiap tahapannya.

Stage 1 NREM:

Di dalam tahap ini, tubuhmu mulai rileks dan denyut jantung, napas, dan pergerakan matamu juga melambat. Kamu yang awalnya masih terbangun perlahan-lahan memasuki fase tertidur, atau disebut juga light sleep. Fase ini bertahan selama beberapa menit.

Stage  2 NREM:

Perlahan-lahan, kamu mulai semakin larut ke alam tidurmu. Denyut jantung, napas, dan pergerakan matamu makin lama makin melambat. Gelombang otak dan temperatur tubuhmu mulai turun. Kamu akan menghabiskan cukup banyak waktu berada dalam fase ini.

Stage 3 NREM:

Setelah itu, perlahan-lahan denyut jantung, pernapasan, dan gelombang otakmu mencapai level terendah dan tubuhmu akan merasa benar-benar rileks. Kamu akan memasuki tahap ketiga— tahapan yang paling penting untuk menjaga dirimu merasa segar dan fokus esok harinya. Dalam tidurmu, pastikan melewati tahapan ini dengan baik ya.

REM:

Setelah sekitar 90 menit kamu tertidur, kamu akan mengalami fase REM. Berbeda dengan fase-fase sebelumnya, pada fase ini, bola matamu bergerak dengan cepat di dalam kelompak matamu, disertai pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah yang semakin meningkat.

Fase ini sangat lekat dengan adanya mimpi. Otak berhalusinasi sementara tubuhmu sendiri sudah tak lagi bergerak sehingga aktivitas gelombang otak terekam masih normal seperti ketika kita masih tersadar. Tubuh yang sulit bergerak ini ternyata disebut sebagai Atonia, menghindarkan kita dari kemungkinan untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan sesuatu berkaitan dengan mimpi kita selama kita tidur. Jadi, jangan heran jika kamu bermimpi berlari mengejar bintang jatuh, tetapi mendapati diri hanya terdiam di atas kasur ketika bangun pagi harinya. Tubuhmu memang di-desain untuk tidak bertindak terhadap mimpimu itu.

Banyak peneliti yang mengaitkan fase REM dengan proses pembentukan memori. Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam fase REM, otak mengubah kejadian atau pelajaran yang baru saja didapatkan menuju ingatan jangka panjang. Sayangnya, semakin tua usiamu, semakin berkurang pula durasi REM-mu.

Lantas, mengapa kita harus tidur cukup?

Jawaban singkatnya, karena tetap bangun sepanjang hari adalah hal yang sulit untuk tubuhmu. Tubuhmu tidak dirancang untuk tetap bangun sepanjang hari. Sepanjang hari, jika rasa kantuk sudah tak dapat dibendung, kamu akan tertidur secara tidak sadar, baik berbentuk ketiduran berdurasi panjang ataupun microsleep selama dua dan tiga detik ketika matamu masih terbuka. Apa saja sih hal lain yang membuat tidur itu penting?

1. Membuatmu bisa memproses informasi

Hal yang akan sangat dipengaruhi oleh waktu tidurmu adalah brain plasticity atau kemampuan otak untuk menerima informasi baru melalui berbagai macam indera yang kamu miliki. Ketika kita kurang tidur, tentu saja kita jadi sangat sulit untuk fokus dan menerima dan memproses segala hal yang ada di sekitar kita. Tak hanya itu, kita juga menjadi sangat sulit untuk mengingat hal-hal yang kita terima. Penyebabnya adalah karena otak tidak mendapat kesempatan untuk menghilangkan ingatan atau hal-hal yang tidak penting dari otak kita sehingga otak tidak lagi dapat bekerja dengan efisien.

2. Menjaga kesehatan mentalmu tetap baik

Tak hanya membantu menjaga kemampuan otakmu tetap prima untuk beraktivitas esok harinya, tidur juga menghindarkanmu dari perubahan mood yang terjadi berulang kali. Menurut penelitian, seseorang dapat merasakan terbiasa menghabiskan kurangnya waktu untuk tidur sehingga tidak lagi merasa bahwa waktu tidur tersebut kurang. Padahal, tubuh dan otak mereka merasa sangat kesulitan karena hal itu. Hal tersebutlah yang menyebabkan perubahan mood dalam dirimu, ketika tubuhmu secara fisik merasa kesulitan untuk beraktivitas, sementara dirimu memaksakan fisikmu untuk tetap melakukan itu.

3. Menghindarkanmu dari gangguan kesehatan

Tubuh yang kurang tidur dapat memicu berbagai penyakit, lho, selain dari gangguan kesehatan mental. Penyakit-penyakit yang mungkin saja kamu alami mulai dari obsesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, hingga kematian. Bahaya banget kan?

Terus, gimana nih caranya untuk menata kembali waktu tidur kita?

Ahli menyatakan bahwa ada 2 proses yang mempengaruhi tidur kita: ritme sirkadian dan keinginan untuk tidur. Ritme sirkadian sendiri adalah jam biologis kita yang berada di otak yang peka terhadap cahaya. Sementara itu, keinginan untuk tidur dipengaruhi oleh kebutuhan tubuhmu untuk istirahat. Mengingat tidur itu penting sekali untukmu, berikut ada beberapa tips yang bisa kamu aplikasikan untuk memperbaiki waktu tidurmu:

1. Tentukan jadwal tetap untuk tidur dan ikutilah jadwal itu

Dengan adanya jadwal yang tetap untuk tidur (yang tentunya berdurasi cukup), jam biologismu akan terbiasa dengan waktu tersebut sehingga secara natural kamu akan merasa mengantuk mendekati waktu tersebut.

2. Jangan sentuh gadget-mu ketika beranjak tidur

Ritme sirkardian kita sangat peka terhadap cahaya. Jam biologis kita akan mengakumulasi hormon sepanjang hari yang akan membuat kita mengantuk pada malam hari, tetapi deteksi terhadap cahaya akan menghentikan proses itu. Alhasil, otakmu berpikir bahwa hari masih “siang” dan kamu harus terus beraktivitas, meskipun kenyataannya sebaliknya.

3. Berolahragalah di siang hari dan hindarilah meminum kopi pada malam hari

Olahraga akan meningkatkan temperatur tubuhmu dan menurunkannya usai aktivitas tersebut. Turunnya temperatur akan membantumu lebih mudah untuk tertidur. Sementara itu, kafein dalam kopi justru meningkatkan aktivitas tubuhmu sehingga mengganggu aktivitas jam biologismu. Kamu akan menjadi sulit untuk merasa mengantuk sehabis mengonsumsi kafein.

Tidur adalah hal yang sangat penting buat tubuhmu. Meskipun dampaknya mungkin tidak terasa dalam jangka pendek, dampaknya akan sangat besar secara jangka panjang. Jadi, sayangi tubuhmu dengan menjaga pola tidurmu. Kamu bisa mencoba Tes Kualitas Tidur gratis yang disediakan Satu Persen supaya kamu tahu gambaran kualitas tidurmu.

Kamu merasa sulit tidur karena merasa stres, burn out dengan tugas-tugas yang menumpuk? Kalau kamu butuh konsultasi, kamu bisa mengikuti layanan konseling online dari Satu Persen. Dengan konsultasi one-on-one dengan psikolog, kamu tidak perlu sungkan menceritakan masalahmu. Jangan lupa baca artikel yang membahas emotional burn out itu disini.

Kalau kamu merasa kesulitan tidur, tonton yuk video Satu Persen yang mengupas tuntas soal itu disini. Semoga tidur ini membantumu tidur sedikit lebih nyenyak dan mampu bangun penuh semangat untuk merealisasikan #HidupSeutuhnya. Ciao.

Referensi:

Brain Basics: Understanding Sleep. (2019). Retrieved September 19, 2020, from https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Understanding-sleep

Frohlich, J. (2019, April 22). What Happens to Your Brain When You Sleep? Retrieved September 19, 2020, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/consciousness-self-organization-and-neuroscience/201904/what-happens-your-brain-when-you-sleep

Suni, E. (2020, September 11). Why Do We Need Sleep? Retrieved September 19, 2020, from https://www.sleepfoundation.org/articles/why-do-we-need-sleep

Wu, M., Ph.D. (2020). The Science of Sleep: Understanding What Happens When You Sleep. Retrieved September 19, 2020, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/the-science-of-sleep-understanding-what-happens-when-you-sleep

Sumber foto:

https://unsplash.com/photos/5NzOfwXoH88

Read More
judi

Seberapa Berpengaruh sih Ucapan Semangat Buat Kamu Yang Lagi Merasa Rendah Diri

“Hai cantik, gila, kamu cantik banget hari ini!”

Bentar, kok jadi seperti gombal gini ya. Oke, ganti deh. Pernah gak kamu push rank tapi kalah terus? Lalu kamu merasa kesal, merasa bahwa kamu cupu mainnya. Akhirnya kamu berhenti nge-rank lalu bermain casual untuk menang. Lalu setelah kamu menang, kamu merasa lebih baik dari sebelumnya.

Atau mungkin, kamu baru saja dibantai oleh guru/dosen saat presentasi. Kamu merasa bete dan malas melakukan apa-apa. Kamu merasa bodoh. Tiba-tiba temanmu datang kepadamu, menanyakan tentang mata pelajaran yang kamu kuasai, karena dia kebingungan. Kamu lantas mengajarinya beberapa hal. Dia lalu berterima kasih padamu, dan kamu merasa lebih baik.

Pernah mengalami hal-hal seperti itu? Kurasa pasti pernah, at some point in your life. Tindakan-tindakan yang mungkin  saja kecil itu merupakan sebuah bentuk dari ‘ucapan semangat’ dari dirimu, untuk dirimu. Sebenarnya seberapa efektif, sih, ucapan semangat ini? Bentuknya bisa apa saja?

Kalau kamu sering merasa rendah diri, tulisanku berikut ini bakal bisa membantumu menjadi lebih baik. Yuk kita mulai!

Rendah Diri? Mulai dari Diri Sendiri!

Beberapa dari kita terkadang merasa rendah diri, entah itu karena rencana yang tidak berjalan lancar maupun kegagalan yang berulang-ulang. Hal-hal buruk seperti itu seringnya membuat kita merasa harga diri kita jatuh sedalam-dalamnya. Self-esteem atau harga diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Sedikit berbeda dengan self-worth yang adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri (Shukla, 2020). Sederhananya, self-worth berada dalam posisi yang lebih fundamental daripada self-esteem.

Ketika harga diri kita terluka, kita kehilangan pegangan kita akan nilai-nilai diri kita. Kita merasa gagal, merasa rendah. Kita diselimuti oleh perasaan-perasaan negatif yang membuat pendirian dan value kita akan diri sendiri goyah. Di sinilah ‘ucapan semangat’ berperan. Ucapan semangat, atau bisa kita sebut dengan self-affirmation adalah hal yang dapat kamu lakukan untuk meyakinkan dirimu akan sesuatu (yang tentu saja, adalah kualitas dirimu) (Shukla, 2020). Bentuk sederhananya dapat berupa kalimat seperti, “Aku cantik/tampan” atau “Apa yang aku lakukan itu sudah cukup, aku tidak perlu memuaskan hati semua orang”.

Self-affirmation ini berperan sebagai mekanisme pertahanan kita ketika kita merasa rendah diri. Ketika kita melakukan self-affirmation, diri kita merasa lebih baik, terlepas dari apakah self-affirmation itu berhubungan langsung dengan kejadian yang membuat kita merasa rendah diri.

Apa yang Membuat Kita Merasa Rendah Diri?

Banyak, jujur saja. Apa saja bisa menjadi alasannya, entah itu sebuah kegagalan, putus cinta, penolakan, dan lain-lain. Ketika kita dihadapkan dengan hal seperti ini, diri kita akan menjadi sangat mudah untuk jatuh ke dalam “penilaian umum” terhadap diri sendiri. Ketika kita mulai menilai diri kita secara umum, situasi akan menjadi sedikit lebih sulit karena ini bukan soal hal yang spesifik (seperti kegagalan dalam presentasi), namun lebih mengarah ke konsep diri secara utuh. Penilaian diri yang umum ini bisa berbentuk seperti “Aku tidak berguna sama sekali” atau “Aku tidak pantas dicintai”, sebuah penilaian yang negatif secara konsep diri.

Apakah Self-affirmation Efektif dalam Mengatasi Perasaan Rendah Diri?

Untuk melawan hal penilaian diri yang umum, kita membutuhkan self-affirmation yang juga umum. Self-affirmation dapat membantu kita untuk pelan-pelan melawan pikiran rendah diri yang kita miliki. Semakin kuat perasaan rendah diri yang kita miliki, semakin kuat pula self-affirmation yang harus kita lakukan (tentu saja dengan self-affirmation yang tepat, umum untuk umum, spesifik untuk spesifik.

Self-affirmation sudah terbukti dapat mempertahankan kemampuan kita untuk merespon dengan baik ketika dihadapkan dengan hal-hal yang mengancam harga diri kita (Moore, 2020), berdasarkan pada Self-affirmation Theory oleh Steele.

Untuk memahami efektivitas self-affirmation ini, kamu harus tahu komponen penting dalam konsep harga diri yang menjelaskan bagaimana self-affirmation ini dapat membantu kamu yang merasa rendah diri. Ketika kamu melakukan self-affirmation, kamu mempertahankan value dirimu. Value di sini sangat fleksibel, bisa mencakup banyak hal, bukan hanya bahwa kamu adalah “Murid yang Teladan” atau “Anak yang Baik”, value diri yang dipertahankan melalui self-affirmation ini beragam.

Dalam mempertahankan value ini, kita tidak berbicara soal cara yang sempurna, outstanding, atau hal yang wah banget. Kita hanya butuh melakukannya dengan cukup baik pada hal-hal yang kita nilai penting bagi diri kita. Contohnya kamu tidak perlu memakai baju jutaan rupiah ketika kumpul bareng teman, cukup dengan baju yang decent dan menghabiskan waktu bersama teman, kamu sudah merasa lebih baik, merasa dihargai oleh temanmu. Lalu kita melakukan self-affirmation bukan semata-mata untuk mendengar pujian, namun kita ingin menjiwai self-affirmation tersebut.

Terdengar asik, bukan? Dengan mengucapkan kalimat-kalimat self-affirmation atau melakukan hal-hal yang meyakinkan dirimu atas harga dirimu, kamu bisa pelan-pelan membangun kembali harga dirimu.

Namun, tentu saja, self-affirmation bisa menjadi senjata makan tuan.

Kapan Self-affirmation Malah Memperburuk Keadaan?

Ketika seseorang memiliki perasaan rendah diri yang begitu kuat, ucapan-ucapan semangat justru akan memperburuk keadaan. Manusia memiliki batas penerimaan akan sebuah keputusan atau penilaian, yang dalam hal ini adalah penilaian akan diri sendiri. Ketika penilaian diri melewati batas seseorang, hal tersebut akan ditolak.

Seseorang  akan cenderung untuk mempertahankan konsep dirinya, dan jika seseorang sudah terlalu dalam jatuh dalam perasaan rendah diri, dia akan merasa bahwa itulah kebenarannya, bahwa dia “Tidak pantas dicintai” atau “Adalah orang paling gagal sedunia”. Orang yang sudah menganggap ini sebagai kebenaran akan menolak bentuk self-affirmation yang kecil dan malah membuat mereka semakin melindungi ‘kebenaran’ yang mereka tahu (Shukla, 2020). Jika terjadi terus menerus, hal ini bisa menjadi toxic positivity.

Siapa, sih, yang suka dengan toxic positivity? Agar kamu tidak menjadi orang yang aktif menjadi a toxic positive person, mari kita cari tahu bagaimana caranya.

Bisa jadi juga self-affirmation ini tidak mencapai alam bawah sadar, di mana pikiran negatif ini bersarang. Jadinya, self-affirmation ini menjadi hal yang dianggap bohongan, karena dia tidak masuk ke dalam alam bawah sadar, membuat seseorang terus menganggap bahwa self-affirmation ini hanya “omong kosong” (Henshaw, 2018), dan membuat mereka semakin memeluk erat ‘kebenaran’ mereka.

Lalu Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Membuat Self-affirmation Bekerja?

Ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan dalam melakukan self-affirmation.

Pertama, catatlah hal-hal yang kamu rasa adalah aspek negatif dirimu, hal yang membuatmu merasa rendah diri. Catat semuanya, lalu buatlah daftar “ucapan semangat” berdasarkan dari hal-hal negatif tersebut. Mulailah dari hal-hal yang kecil jika kamu merasa overwhelmed. Ulangi self-affirmation itu secara rutin, dan kalau kamu merasa perlu, ajaklah teman atau orang yang kamu percayai untuk melakukannya bersamamu. Mintalah mereka untuk mengatakan ucapan-ucapan semangat yang sudah kamu buat sebelumnya.

Jika kamu merasa self-affirmation tidak bekerja karena kamu merasa sangat rendah diri, kamu bisa mencoba untuk melakukan Interrogative Self-Talk. Cara ini ditempuh dengan cara mengganti ucapan semangat tadi dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Contohnya, alih-alih mengatakan bahwa “Hari ini aku akan menjalani hari dengan baik”, kamu bisa mencoba bertanya pada dirimu sendiri, “Apakah hari ini aku akan menjalani hari dengan baik?”

Pertanyaan ini akan membuatmu berpikir kemungkinan yang akan terjadi. Apakah kamu akan menjalani hari dengan baik? Bagaimana dengan kemarin? Apakah berjalan dengan baik? Jika tidak, apa yang membuatnya demikian? Kamu akan mencari jawaban atas rentetan pertanyaan yang muncul dan membantu dirimu untuk menghadapi perasaan rendah diri yang kamu rasakan.

Selain self-affirmation, aku juga punya tips lain untuk mengatasi rasa rendah diri yang bisa kamu tonton di sini! Selain itu, kamu bisa mencoba Tes Self-love supaya kamu semakin paham cara terbaik menyayangi diri sendiri.

Namun, semisal rasa rendah diri kamu mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kamu merasa terganggu, kamu bisa mencoba konsultasi dengan psikolog melalui layanan konseling online di Satu Persen. Kamu bisa konsultasi secara one-on-one dengan psikolog tanpa harus malu menceritakan apa yang kamu rasakan.

AKhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

References

Alexander, R. (2011, August 15). 5 Steps to Make Affirmations Work for You. Retrieved from Psychilogy Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-wise-open-mind/201108/5-steps-make-affirmations-work-you

Henshaw, S. (2018, July 8). Why Positive Affirmations Don’t Work. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/why-positive-affirmations-dont-work/

Moore, C. (2020, September 1). Positive Daily Affirmations: Is There Science Behind It? Retrieved from PositivePsychology: https://positivepsychology.com/daily-affirmations/

Shukla, A. (2020, April 11). Do Self-affirmations Work? Coping With Low Self-esteem & Self-worth. Retrieved from Cognition Today: https://cognitiontoday.com/2020/01/do-self-affirmations-work-coping-with-low-self-esteem-self-worth/

Read More
judi

5 Hal yang Dirasakan Anak Broken Home

hal-yang-dirasakan-anak-broken-home
Satu Persen – 5 Hal yang Dirasakan Anak Broken Home

Hello there, Perseners! Aku Nouvend, associate writer di Satu Persen.

Pernah dengar istilah broken home, gak? Mungkin di twitter atau di tiktok, atau di kolom komentar sosial media yang sedang bercanda.

Apa yang terbayang di pikiranmu Ketika mendengar istilah broken home? Gimana perasaanmu ketika mendengar istilah tersebut, atau ketika melihat seseorang yang dating dari keluarga yang tergolong broken home?

Apa kamu sedih? Atau kamu iba? Atau jangan-jangan, kamu relate karena kamu pun adalah seorang anak dalam keluarga yang termasuk broken home?

Tenang, kamu tidak sendiri, kok. Daripada bergumul dalam rasa iba, lebih baik kita mencari tahu lebih lanjut, apa sih sebenarnya broken home itu dan apa yang dirasakan oleh sang anak. Karena, jujur saja, menjadi anak dalam broken home itu tidak enak, sungguh. Apalagi ditambah dengan stereotip yang sering mengiringinya, ugh!

Broken Home Itu Apa?

Sebenarnya broken home sering dianggap sebatas “orang tua bercerai”. Walaupun orang tua bercerai merupakan penyebab dari broken home, tidak selamanya broken home terjadi di dalam keluarga yang orang tuanya bercerai. Sebuah keluarga gak harus pisah untuk menjadi broken home.

Ada kok keluarga dengan orang tua berpisah tapi tetap berfungsi dengan normal. Sebuah keluarga dapat dikatakan broken home ketika ada krisis dalam keluarga tersebut. Kesalahpahaman, ketidak-terimaan, dan masalah lainnya yang sayangnya tidak diselesaikan dengan baik sehingga merusak keluarga tersebut.

Masih menjadi perdebatan apakah cerai sama dengan broken home tapi kurasa kita bisa sepakat bahwa ketika sebuah keluarga tidak berfungsi dengan baik, keluarga tersebut bisa dikatakan rusak.

Lalu ketika sebuah keluarga menjadi broken home, bagaimana nasib sang anak? Apa yang mereka rasakan?

Baca juga: Broken Home: Definisi dan Cara Menghadapinya

Hal yang Dirasakan Anak Broken Home

Sang Anak Akan Terluka

Ketika sepasang orang tua memutuskan untuk berpisah, anak mereka akan secara langsung terkena dampak dari perpisahan tersebut. Dalam pikiran seorang anak, keluarga pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Namun ketika salah satu dari mereka atau bahkan dua-duanya pergi, sang anak akan kehilangan salah satu sosok yang seharusnya mengisi kehidupan mereka.

Ini juga akan menyebabkan luka batin yang bisa jadi menerus hingga waktu yang cukup lama. Aku sendiri kadang masih teringat dan terbayang akan luka batin tersebut, kayak, “Kenapa sih harus pisah dulu?” dan hal-hal lain yang membuatku insecure.

“Kenapa yang lain bisa harmonis sementara aku tidak?” dan semacamnya. Tak jarang pun hal ini akan membuat anak mengalami perkembangan perilaku yang tidak baik, misalnya menjadi anak nakal. Mereka juga dapat melampiaskannya pada hal yang lain dan ultimately leads to problems seperti anger issue, adiksi, dan lain-lain.

Tapi itu tidak berarti begitu bercerai otomatis seorang anak akan rusak, tidak. Dalam keluarga dengan perceraian pun sang anak bisa tetap berkembang dengan baik walau sudah pasti akan ada perbedaan dalam hidupnya. Misal dengan cara orang tua yang tersisa membimbing dan menjelaskan situasinya dengan baik, atau dengan guidance dari sanak saudara/saudara kandung.

My point is, menjadi anak dalam keluarga broken home tidak berarti kamu tidak memiliki masa depan. Anggap saja hidup kita di-setting dengan difficulty yang sedikit lebih tinggi dari orang-orang pada umumnya, hehe.

Selain insecure dan luka batin yang dirasakan sang anak, hal-hal tersebut juga bisa berujung pada penurunan performa mereka di sekolah. Broken home akan berdampak pada sekolah sang anak melalui tekanan emosional, pergantian gaya hidup yang sebelumnya baik-baik saja menjadi tidak baik-baik saja, dan juga hal-hal lain seperti ketidakstabilan lingkungan rumah, sumber finansial yang tidak cukup, dan rutinitas yang tidak konsisten.

Lingkungan hidup dari anak dengan broken home akan berdampak pada kegiatan sekolah mereka. Bukan hanya itu, keberadaan orang tua pada dasarnya sangat penting dalam pengembangan mental dan intelek sang anak. Ketika salah satu sosok hilang atau tidak dapat memberikan contoh role model yang baik bagi anak, sang anak akan kehilangan beberapa bagian dari kehidupannya yang mungkin saja tidak terasa saat mereka kecil namun akan tercermin seiring bertumbuhnya anak tersebut.

Sebagai contoh, ketika seorang anak hidup tanpa sosok ayah sama sekali, dia akan kehilangan sosok best friend yang seharusnya bisa menemaninya melakukan hal yang ‘seru’ dan mengajarinya hal-hal yang pada umumnya dilakukan oleh seorang ayah. Single parent juga akan berdampak pada anak karena dengan sibuknya pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua tunggal, sang anak akan mendapatkan sedikit waktu bersama sehingga anak akan cenderung untuk belajar sendiri dan menjadi tidak terbuka.

Dampak Sosial

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, tumbuh dalam broken home akan membentuk kepribadian yang berbeda dengan orang yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang harmonis. Well, tidak selalu sih, tapi sebagian besar orang demikian.

Anak yang tumbuh dalam broken home akan menjadi dewasa ‘sebelum waktunya’ karena mereka harus menghadapi trauma dan hal-hal yang tidak sewajarnya dihadapi oleh seorang anak. Hal ini bisa membuat mereka menumbuhkan sifat-sifat yang akan berdampak pada lingkungan sosial mereka nanti.

Misalnya, mereka bisa mencontoh perilaku abusive, atau menjadi tertutup dan tidak mencintai diri sendiri, atau tidak tahu bagaimana caranya bersosialisasi dengan teman sebayanya. The overall experience of growing in a broken home really affects children’s social life.

Menjadi Lebih Kuat

Whoops, jangan khawatir. Kalau kamu juga merupakan anak dari keluarga broken home, kamu dapat dipastikan lebih kuat secara emosional. Anak dalam broken home sudah terbiasa menghadapi trauma dan roller coaster of emotions selama hidupnya dan mereka akan cenderung dapat mengambil keputusan hidup yang lebih baik, didorong oleh motivasi terbesar mereka yaitu hidup mereka sendiri. Kalau kamu mau tau kemampuanmu dalam mengendalikan diri, kamu bisa nih mencoba tes self-motivation.

Walaupun seharusnya tidak ada anak yang pantas mendapatkan pengalaman seperti itu, kurasa kita harus tetap melihat sisi baiknya. Tumbuh di keluarga broken home tidak hanya membuatmu lebih kuat dan dewasa secara emosional, kamu juga menjadi lebih menghargai sebuah hubungan entah itu dengan teman, sanak saudara, atau bahkan hubungan pekerjaan.

Sederhananya, kamu udah tahu rasanya jadi kamu tidak akan mengulangi hal yang sama.

Compassion and Love

Sebagai anak dari keluarga broken home, kamu pasti tahu betapa bahagianya ketika kamu merasakan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Kamu tahu bahwa hal tersebut adalah hal yang berharga, maka kamu tidak akan menyia-nyiakannya.

Banyak dari kita yang menganggap kasih sayang orang tua itu hal yang sudah natural. We take things for granted. Jadi ketika kamu merasakan pahitnya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang rusak, kamu akan sangat menghargai kasih sayang dan cinta.

Never stop loving others. Aku sendiri pun demikian.

Untuk kamu yang sedang sedih karena kondisi keluarga, I am here to tell you that you are not alone! Jika kamu benar-benar sedang terpuruk karena kondisi keluarga, aku sarankan untuk mengikuti konseling yang diadakan Satu Persen.

Satu-Persen-Artikel--30-

Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna, ya! Semoga harimu menyenangkan!

References

Saikia, R. (2017). Broken family: Its causes and effects on the development of children. International Journal of Applied Research , 445-448.

Widdicks, M. (2016, October 14). Why I Hate The Term ‘Broken Home’. Retrieved from HUFFPOST: https://www.huffpost.com/entry/why-i-hate-the-term-broke_b_8283082

Read More
judi

Cara Mengatasi Gangguan Panik yang Ganggu Aktivitasmu

Panic Disorder - Panic Attack
Satu Persen – Atasi Gangguan Panik yang Ganggu Aktivitasmu

Perseners, kalian pasti udah ngga asing lagi kan sama sensasi “panik”? Entah panik karena lupa kalau hari ini ada ulangan matematika, panik sebelum presentasi, panik karena belum ngerjain PR, dan lain sebagainya. Tapi, kalian tau ngga sih, istilah panic attack?

Mungkin kalian sebenarnya ada yang udah pernah ngalamin, tapi ngga tau kalau kejadian itu disebut panic attack.  Biar kalian lebih paham apa itu panic attack, aku bakal coba jelasin lewat pengalaman pribadiku, ya.

Jadi, aku ngalamin yang namanya panic attack pertama kali waktu presentasi di depan kelas pas kuliah. Kalau dipikir-pikir, harusnya presentasi udah bukan hal yang baru lagi buat aku saat itu. Aku udah berkali-kali presentasi di depan kelas dengan lancar, mau sendirian ataupun kelompok. Tapi di hari itu aku benar-benar nge-blank, jantung rasanya berdebar kayak mau copot, rasanya oksigen tuh ngga nyampe ke paru-paru, badanku keringetan, dan gemetaran.

Baca juga: Mengenal Panic Attack dan Cara Mengatasinya

Aku waktu itu ngga tau apa yang terjadi sama aku dan jadi takut sendiri. Sejak saat itu aku jadi takut banget setiap kali mau presentasi. Ternyata ketakutan luar biasa yang kualami ini malah bikin kondisiku makin parah karena kejadian itu berulang kali terjadi lagi.

Nah, panic attack yang terjadi berulang kali itu namanya panic disorder. Dan hal itu yang bakal aku bahas di artikel kali ini! Tapi sebelum lanjut ke pembahasan, kenalin aku Gaby, Part-time Blog Writer Satu Persen!

Apa Itu Panic Attack dan Panic Disorder?

panic attack - panic disorder
Cr: imgflip.com

Panic attack adalah suatu kondisi di mana seseorang tiba-tiba mengalami ketakutan dan ketidaknyamanan yang intens. Hal ini terjadi karena adanya pikiran bahwa sesuatu yang buruk seperti ancaman dan bahaya akan segera terjadi.

Contohnya, kamu mau jawab pertanyaan dari gurumu tapi kamu takut salah dan ditertawakan sama teman-temanmu. Kamu jadi terus berpikir tentang itu sampai-sampai ketakutan menguasai diri kamu dan kamu jadi merasa ngga nyaman atau tegang.

Perasaan ini biasanya sangat intens dan diikuti oleh beberapa gejala fisik dan mental. Sebenarnya gejala fisik panic attack bisa dibilang mirip dengan gejala serangan jantung. Menurut Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder, edisi ke-5 atau DSM-V mengatakan bahwa paling tidak seseorang dikatakan terkena panic attack jika mengalami empat dari tiga belas gejala.

So, apa aja sih gejala panic attack? Jantung berdebar atau detak jantung cepat, berkeringat, gemetar, sesak napas atau sensasi tercekik, perasaan tersedak, nyeri dada atau rasa ketidaknyamanan, mual atau sakit perut, merasa pusing, merasa lepas dari diri sendiri atau kenyataan, takut hilang kendali atas kontrol diri, takut mati, mati rasa atau sensasi kesemutan, dan menggigil.

Gejala-gejala panic attack tersebut bisa berlangsung selama 20-30 menit. Seringkali orang mengalami serangan panik atau panic attack ini satu sampai dua kali dalam hidup. Tapi, kalau kamu udah ngalamin panic attack berulang kali atau ada perasaan takut kalau kamu bakal ngalamin panic attack lagi suatu hari nanti. Itu tandanya mungkin kamu mengalami panic disorder atau gangguan panik.

panic attack
Cr: ahseeit.com

Apa yang Membuat Risiko Mengalami Panic Attack Meningkat?

Penyebab dari panic attack emang belum bisa dipastikan karena para ahli pun ngga tau kenapa orang bisa mengalami panic attack. Tapi, ada hal yang bisa membuat risiko kamu mengalami panic attack jadi meningkat. Apa aja tuh? Yuk, baca penjelasan di bawah ini!

1. Riwayat keluarga

Para ahli percaya kalau gangguan panik atau panic attack dipengaruhi oleh genetika atau riwayat keluarga dan berisiko lebih tinggi terkena panic disorder. Meskipun begitu, cuma karena kamu punya kerabat dengan panic disorder, ngga berarti kamu bakal kena juga. Faktor lingkungan punya peran dalam meningkatkan risiko terkena panic disorder.

2. Masalah kesehatan mental

Orang yang punya gangguan kecemasan, depresi, atau penyakit mental lainnya lebih rentan terkena serangan panik atau panic attack. Kenapa? Karena kondisi mentalnya sendiri udah ngga sehat.

Kalau kondisi mentalnya ngga sehat, risiko buat kena penyakit mental lainnya bakal lebih tinggi. Sama aja kayak orang yang lagi kecapekan dan kondisi badannya ngga fit, lebih gampang ketularan penyakit daripada orang yang sehat.

3. Masalah penyalahgunaan zat

Kalau yang ini pasti Perseners udah tau, ya. Konsumsi alkohol berlebih dan kecanduan narkoba bukan cuma bisa merusak fisik kita tapi juga bisa meningkatkan risiko terkena panic attack. Jadi, Perseners jangan sampai mengonsumsi dua hal itu, ya!

Cara Mengatasi Panic Disorder atau Gangguan Panik

Ngerasain panic attack berulang kali dan dihantui rasa takut kalau suatu saat perasaan ngga nyaman itu bakal tiba-tiba muncul pasti ngga enak banget. Aku tau kok. Makanya, kali ini aku bakal kasih tau gimana cara mengatasi panic disorder atau gangguan panik.

1. Cognitive-behavioral therapy (CBT)

Cognitive behavioral therapy adalah sebuah psikoterapi yang bakal ngebantu kamu buat menyadari pikiran dan sensasi yang bisa memicu terjadinya panic attack. Kamu bakal dihadapkan pada gejala atau situasi yang bisa memicu panic attack secara bertahap. Jadi, kamu bisa menguasai rasa cemas dan panik kamu.

Gimana caranya? Kamu bakal diminta oleh terapis buat rileks, mengatur napasmu, dan membayangkan hal-hal yang membuat kamu merasa cemas. Mulai dari hal yang paling ngga menakutkan sampai yang paling menakutkan. Cara ini bisa mengurangi rasa ngga berdaya kamu dengan cara mengenali dan mengganti pikiran yang menyebabkan kamu merasa panik.

2. Latihan self-care

Kamu bisa rutin berolahraga, makan makanan yang sehat, dan tidur cukup buat mengurangi stres yang bisa memicu munculnya panic attack. Kamu bisa berolahraga setidaknya 30 menit dalam sehari. Lalu, jangan lupa diimbangi dengan makan makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Terakhir, kamu juga harus atur pola tidurmu dengan tidur setidaknya 7-9 jam.

3. Pengobatan

Cara lainnya buat mengatasi panic disorder adalah dengan meminum obat. Kamu bisa mengonsumsi selective serotonin reuptake inhibitors atau SSRI dan serotonin dan norepinephrine reuptake inhibitors atau SNRI. Kedua obat ini biasa digunakan untuk mengobati kecemasan. Obat ini aman dan ngga bersifat adiktif atau ketergantungan.

Walaupun kamu udah tau obatnya, akan lebih baik kalau kamu juga konsultasi dengan terapis kamu buat menemukan pengobatan terbaik.

Selain cara di atas, kamu juga bisa konsultasi lewat Konseling Online Satu Persen kalau kamu udah mulai merasakan gejala panic attack seperti yang dijelasin di atas atau pernah mengalami beberapa kali panic attack. Jadi, nantinya kamu bisa ditangani secara cepat dan tepat oleh psikolog dari Satu Persen!

Kalau kamu pengen tau lebih lengkap dan mencoba layanan konseling ini, kamu bisa langsung aja klik di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-6

Kalau kamu masih ragu untuk mengikuti konseling, coba ikut tes konsultasi dulu yuk supaya kamu tahu layanan yang tepat untuk kamu.

Segitu dulu dari aku, sampai ketemu di artikel selanjutnya, ya!

Referensi:

Psychology Today Staff. (2021, 19 August). Panic Disorder. Retrieved on October 14 , 2021 from https://www.psychologytoday.com/us/conditions/panic-disorder

American Psychiatric Association. (2013, 18 May). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fifth edition. Retrieved on October 14, 2021 from http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/657/1/Diagnostic%20and%20statistical%20manual%20of%20mental%20disorders%20_%20DSM-5%20%28%20PDFDrive.com%20%29.pdf

Raspolich, J. (n.d). Are Panic Disorders Genetic or Hereditary? Retrieved on October 14, 2021 from https://vistapineshealth.com/treatment/panic-disorders/genetic/

Psych Hub. (2020, 8 January). What is Panic Disorder? https://www.youtube.com/watch?v=iHEWj9POttY

Osmosis. (2016, 2 March). Panic disorder – panic attacks, causes, symptoms, diagnosis, treatment & pathology. https://www.youtube.com/watch?v=YxELZyA2bJs

Read More
judi

Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Seksual yang Buat Candu

Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Seksual yang Bikin Candu
Satu Persen – Compulsive Sexual Behavior

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Gue mau nanya nih guys ke kalian, khususnya buat orang-orang yang secara seksual aktif, kalian pernah gak sih ngerasa kalau sehabis melakukan masturbasi, menonton konten pornografi, dan yang lainnya selalu merasa kalau itu semua tuh kurang? Atau lebih parahnya lagi kalian jadi menyimpan banyak sekali konten pornografi di smartphone kalian?

Nah, kalau dari beberapa hal yang gue sebutkan di atas ternyata lagi kalian alami, mungkin ini yang harus diwaspadai nih, Perseners. Waspada karena mungkin ini bisa saja perilaku compulsive sexual behavior atau hiperseksual.

Karena lagi ngomongin tentang compulsive sexual behavior nih, di artikel kali ini gue akan membahas seputaran tentang compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Jadi simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo, selamat membaca.

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Sexual Consent: Hal yang Wajib Dibicarakan Sebelum Berhubungan

Compulsive Sexual Behavior - Hiperseksual
Sumber: ct.counseling.org

So, Compulsive Sexual Behavior Itu Apa?

Ada banyak jenis gangguan seksual yang bisa menyerang seseorang. Salah satu yang paling berbahaya adalah compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Kenapa sih gangguan ini dapat dibilang paling berbahaya? Karena orang dengan compulsive sexual behavior atau hiperseksual sering mengalami kesulitan mengendalikan gairah seksual mereka. Selain itu, untuk mencapai kepuasan seksual juga gak mudah, dan mereka kehilangan keinginan untuk memiliki hubungan pribadi dengan siapa pun selain yang berhubungan seks.

Meskipun gak pernah ada bukti bahwa compulsive sexual behavior atau hiperseksual menyerang sejak lahir atau disebabkan oleh faktor genetik, itu gak berarti bahwa kemungkinan serangan compulsive sexual behavior atau hiperseksual  ini minimal, Perseners.

Menurut data dari Medical News, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengategorikan compulsive sexual behavior atau hiperseksual dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM 5). Gangguan ini didefinisikan sebagai gangguan impuls, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengontrol dorongan seksual yang intens dan berulang.

Baca juga: Hubungan Seksual Sebelum Menikah: Perspektif Satu Persen

Lalu, Gejalanya Apa Aja, Sih?

Orang dengan gangguan ini memiliki perilaku seksual yang kompulsif dan beragam. Beberapa orang mungkin mengalami dorongan yang sangat kuat untuk masturbasi dan merasakan dorongan untuk berhubungan seks dengan beberapa pasangan yang berbeda pada hari yang sama.

Menurut MayoClinic, berikut merupakan beberapa tanda seseorang adalah compulsive sexsual behavior atau hiperseksual:

  1. Memiliki fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang intens dan berulang
  2. Mendesak untuk terlibat dalam perilaku seksual tertentu, tetapi merasa bersalah atau menyesal setelah melepaskannya
  3. Kesulitan mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, dan perilaku seksual
  4. Perilaku seksual kompulsif sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah seperti kesepian, depresi, kecemasan, atau stres
  5. Kemungkinan menularkan penyakit menular seksual kepada orang lain, mengganggu hubungan sosial, masalah aktivitas sehari-hari, kesulitan keuangan, masalah hukum
  6. Kesulitan mengembangkan dan memelihara hubungan yang sehat dan stabil dengan orang lain.

Penyebab Seseorang Mengalami Compulsive Sexual Behavior

Meskipun penyebab compulsive sexual behavior atau hiperseksual gak ditemukan di DSM-5 dan belum dipahami dengan baik, para ahli kesehatan mental di Amerika menyarankan bahwa compulsive sexsual behavior atau hiperseksual dapat disebabkan oleh stres yang berlebihan, gangguan mental, dan perubahan suasana hati.

Kemudian, pengalaman traumatis yang dialami semasa kecil atau remaja terwujud, yang dapat diakibatkan oleh kekerasan fisik, emosional atau seksual juga bisa menjadi penyebabnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk menjadi hiperseksual adalah ketidakseimbangan hormon Androgen. Androgen adalah hormon seks yang memengaruhi libido.

Ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon androgen, hal tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi compulsive sexsual behavior atau hiperseksual. Senyawa kimia di otak juga ditengarai menjadi penyebab compulsive sexsual behavior atau hiperseksual.

Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan compulsive sexual behavior atau hiperseksual mungkin memiliki perbedaan neurokimia di pusat otak. Bahan kimia ini dilepaskan selama hubungan seksual dan menciptakan kecanduan yang mirip dengan penggunaan obat-obatan atau alkohol.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Menurut data dari MayoClinic, gangguan compulsive sexual behavior atau hiperseksual dapat diobati dengan psikoterapi dan penggunaan obat-obatan. Tujuan pengobatan adalah untuk membantu pasien mengendalikan impuls mereka, mengurangi perilaku berlebihan, dan berpartisipasi dalam aktivitas seksual yang sehat.

Berikut ini adalah metode yang berbeda untuk mengobati gangguan compulsive sexual behavior atau hiperseksual:

1. Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan
Gambar oleh Stevepb dari Pixabay.com

Selain psikoterapi, pasien juga dapat menerima obat untuk mengontrol bahan kimia di otak yang berhubungan dengan perilaku kompulsif. Obat yang diberikan dapat berupa antidepresan, penstabil mood, atau antiandrogen untuk mengurangi efek biologis hormon seks.

2. Psikoterapi

Psikoterapi
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay.com

Psikoterapi mengajak mereka yang terkena untuk berani mengatakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Tujuan terapi adalah untuk membantu mereka mengontrol perilaku compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Nah, psikoterapi ini sendiri di bagi menjadi tiga, yaitu:

1. Terapi perilaku kognitif

Terapi ini membantu pasien untuk mengidentifikasi keyakinan dan perilaku negatif dan menggantinya dengan cara yang lebih positif dan adaptif.

2. Terapi penerimaan dan komitmen

Terapi ini menekankan penerimaan pikiran dan keberanian untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat mengalihkan pikiran dari aktivitas seksual kompulsif.

3. Terapi psikodinamik

Terapi psikodinamik berfokus pada peningkatan kesadaran  pikiran dan perilaku bawah sadar. Pikiran korban menjadi persepsi baru untuk meredakan ketegangan psikologis pikiran seksual. Ketiga terapi ini dapat dilakukan secara individu, kelompok, keluarga atau pasangan.

Ingat, hanya psikolog yang dapat mendiagnosis seseorang dengan compulsive sexsual behavior atau hiperseksual. Oleh karena itu, hindari self-diagnosis, alias juga dikenal sebagai mendiagnosa diri sendiri.

Jika lo merasakan gejalanya, cobalah meminta bantuan kepada psikolog. Dengan begitu, lo bisa menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gangguan yang lo miliki, sob! Misalnya dengan mengikuti layanan konseling di Satu Persen. Buat informasi lebih lengkap dan pendaftarannya, lo bisa langsung aja klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-1

Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konsultasi, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Akhir kata, sebaiknya jangan menjadikan compulsive sexual behavior atau hiperseksual sebagai penghambat hidup lo. Dia harus diatasi supaya lo bisa lebih menikmati hidup dan #HidupSeutuhnya!

Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel YouTube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri.

Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!

Referensi:

Compulsive sexual behavior – Symptoms and causes – Mayo Clinic. (n.d.). Retrieved October 17, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/compulsive-sexual-behavior/symptoms-causes/syc-20360434

Compulsive Sexual Behavior dan Resikonya – Lifestyle Fimela.com. (n.d.). Retrieved October 17, 2021, from https://www.fimela.com/lifestyle/read/3840228/compulsive-sexual-behavior-dan-resikonya

Read More
judi

Mengenal OCD, Gangguan Penyakit yang Menimbulkan Kecemasan

Mengenal OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Satu Persen – Mengenal OCD

Halo semua! Balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Hari ini aku mau sedikit cerita soal temenku yang gila banget sama bersih-bersih, nih. Aku mengenal dia sebagai pribadi tidy person. Dulu semasa kuliah aku sering menyebutnya sebagai Sie Kebersihan karena paling gak bisa lihat temannya gak bersih. Dia rela buat nyuciin baju kotorku yang menumpuk 2 minggu di pojokan kamar kos. Awalnya, aku mengira itu sebagai bentuk perhatian aja. Sampai suatu kejadian aneh muncul.

Hal itu terjadi saat aku berniat buat menginap di kos dia selama di Surabaya. Kebetulan waktu itu aku sedang ada urusan buat beresin berkas kelulusan kampus. Sepanjang aku menginap, dia kelihatan terobsesi banget buat bersihin kamar, ngerapiin baju di lemari, nyapu lantai kamar, dan bersihin meja belajar yang mana menurutku udah rapi-rapi aja gitu.

Gak sampai situ aja, kegiatan itu ia lakukan secara berulang-ulang. Saking risihnya, aku sampai nyuruh dia buat berhenti karena emang gak ada yang perlu dibersihkan. Tak berselang lama, dia ngomong ke aku kalau dia mengidap gangguan OCD.

meme spongebob squarepants cleaning
Cr: Tenor.com

Jadi, Apa Itu OCD?

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan menahun umumnya diderita oleh 1-3% populasi penduduk dunia. OCD adalah salah satu jenis gangguan di mana penderitanya memiliki pikiran yang gak terkontrol, sehingga penderita akan kesulitan untuk mengendalikannya. Pikiran-pikiran itu akan terus-menerus datang (obsesif) yang membuat penderita melakukan suatu tindakan tertentu.

Meskipun penderita mungkin menyadari bahwa pikiran itu gak berguna buat dilakuin, sangat sulit buat dia mengabaikan pikiran itu. Jadi untuk mengurangi tekanan, penderita biasanya terpaksa melakukan tindakan berulang-ulang (kompulsif). OCD bisa mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan loh, Perseners! Seperti yang terjadi sama temenku tadi.

meme spongebob squarepants OCD
Cr: memegenerator.net

Baca juga: Social Anxiety Disorder: Gangguan Cemas, Gejala, dan Penanganannya

Contoh-contoh Gejala OCD

Gangguan obsesif kompulsif atau OCD terdiri dari pikiran obsesif dan kompulsif dimana pemikiran itu saling terkait. Obsesif adalah pikiran, desakan, atau ide yang terus-menerus datang ke dalam pikiran sehingga menyebabkan kecemasan. Gejala yang dialami kayak takut terkontaminasi sama kuman atau kotoran, menyukai hal teratur dan simetris, kehilangan kendali, hingga cenderung agresif.

Gejala obsesif biasanya akan diikuti sama gejala kompulsif. Gejala kompulsif adalah tindakan berulang-ulang yang terpaksa dilakukan oleh penderita buat mengurangi kecemasan obsesif ini. Biasanya, tindakan kompulsif dilakukan secara berlebihan dan tidak realistis dengan masalah yang ingin diperbaiki.

Contohnya kayak mencuci tangan berulang kali supaya terhindar dari kuman, mengatur barang-barang yang sudah tertata rapi secara simetris, membersihkan ruangan bersih berulang kali, atau memeriksa kompor berulang kali dan memastikannya mati.

Baca juga: 11 Bulan Pandemi: Negatif Corona, Positif Gangguan Kecemasan?

Apa Sih Faktor Penyebab OCD?

Gangguan OCD gak memandang gender atau usia. Siapa aja bisa mengidap OCD berdasarkan faktor-faktor penyebab OCD ini sendiri, yaitu:

1. Faktor Genetik

Tingkat kekerabatan memengaruhi seseorang terkena OCD atau tidak. Kekerabatan berpotensi sangat besar mewariskan penyakit OCD. Kekerabatan yang dimaksud adalah kerabat dekat (tingkat pertama) seperti keluarga, yaitu ayah, ibu, atau saudara kandung.

2. Faktor Biologis

Penelitian menunjukkan OCD berhubungan dengan tingkat serotonin rendah yang menyebabkan penderita mudah berubah mood seperti gampang marah. Kemudian kelainan pada korteks orbitofrontal yang berpengaruh pada kognitif dan emosi serta kelainan ganglia basal dalam otak yang bertanggung jawab pada gangguan obsesif kompulsif.

3. Faktor Psikologis

Orang yang mudah cemas, perfeksionis, atau suka menjaga sesuatu buat tetap bersih dan rapi juga rawan menderita OCD.

meme spongebob squarepants OCD
Cr: Imgflip.com

Terus, Bagaimana Cara Menanganinya?

1. Terapi Kognitif

Terapi kognitif dianggap sebagai terapi yang cukup efektif untuk mengatasi OCD. Terapi kognitif adalah terapi yang berfokus mengubah pemikiran atau keyakinan yang negatif. Sebagian besar penelitian menyebutkan teknik kognitif pada penderita OCD akan lebih besar pengaruhnya kalau disertai teknik-teknik modifikasi tingkah laku, misalnya seperti pemberian tugas-tugas rumah.

Sehingga terapi kognitif yang cocok dengan penderita OCD adalah terapi kognitif perilaku. Biasanya pasien akan melakukan sesuatu yang sering dihindarinya. Sebagai contoh, psikolog akan meminta penderita yang takut kotoran untuk menyentuh tanah, kemudian mengajarkan cara mengatasi rasa takutnya tersebut.

Nah, terapi perilaku kognitif ini bisa dilakukan secara individu atau berkelompok. Dan walaupun terapi ini mungkin terdengar menakutkan bagi penderita, tetapi kecemasan penderita akan berkurang secara bertahap seiring dengan jumlah terapi yang dijalaninya.

2. Pengobatan

Konsumsi obat hanya bisa diresepkan oleh psikiater dan bukan psikolog. Psikiater akan memberikan obat antidepresan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosis penderita. Penggunaan obat bertujuan agar penderita bisa melakukan aktivitas secara baik dengan mengurangi gejala.

3. Kombinasi Terapi dan Obat

Meskipun pengobatan tunggal dapat dilakukan, kedua metode psikoterapi dan pengobatan dapat dikombinasikan. Sama dengan metode pengobatan, metode jenis ini harus mendapat persetujuan profesional seperti psikiater.

Sekarang ini, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena OCD loh, Perseners! Banyak juga penderita OCD yang akhirnya menyembunyikan gejala yang dimiliki karena malu dan gak mendapat dukungan sosial. OCD juga punya level keparahan yang berbeda-beda dan kalau tidak segera ditangani bisa ngerugiin fisik, mental dan kehidupan sosial penderitanya.

Terus, gimana kalau ternyata kalian mengidap OCD? Tenang aja, Satu Persen bisa ngebantu kalian dengan layanan konseling juga, kok! Layanan konseling ini dilakuin secara one-on-one dengan psikolog yang berpengalaman dan ahli di bidangnya. Dan kalau dibutuhin, dengan layanan ini kalian juga bisa melakukan psikoterapi juga, loh!

CTA-Blog-Post-06-1-4

Nah, kalau kalian masih ragu apakah harus ke psikolog atau gak, kalian bisa coba ikut tes konsultasi dulu.

Tapi, kalau semisal layanan konseling gak ngebantu kalian dalam hal ini, kalian juga bisa langsung mencari pertolongan ke psikiater, ya. Karena gak bisa dipungkiri kalau OCD juga merupakan salah satu gangguan yang sulit ditangani.

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini ngebantu kalian buat jalani #HidupSeutuhnya, ya. Salam Sehat!

Referensi:

1.     Puspitosari WA. Terapi Kognitif dan Perilaku pada Gangguan Obsesif Kompulsif Cognitive and Behavior Therapy for Compulsive Obsessive Disorder. Mutiara Med. 2009;9(2):73–9.

2.     Syafaatul L, Hamidah. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Obsessive Compulsive Disorder Pada Remaja Putri dengan Kecenderungan Body Dhysmorphic Disoorder. J Psikol Klin dan Kesehat Ment [Internet]. 2018;Vol. 7:84–96. Available from: http://url.unair.ac.id/3cb97dc0

3.     Yoga Wibowo B, Hardika Legiani W, Bimbingan dan Konseling P, Keguruan dan Ilmu Pendidikan F, Sultan Ageng Tirtayasa U, Pendidikan Kewarganegaraan P. Studi Deskriptif Orang Dengan Obsesive Compulsive Disorder. 2019;2(1):694–706.

Read More
judi

Kenali Lingkungan Kerja Toxic yang Dapat Mengganggu Kesehatan Mentalmu

lingkungan kerja toxic
Satu Persen – Lingkunan Kerja Toxic

Stres di tempat kerja sebenarnya wajar-wajar aja, kok. Saat kamu merasa lelah dan butuh istirahat, ternyata target belum tercapai, dikejar deadline, harus kerja ekstra, client yang agak ‘rewel’, dan hal-hal lainnya yang terasa sedikit menjengkelkan bisa aja justru terjadi. Well, kalau nggak stres mungkin keberadaan kamu sebagai manusia harus dipertanyakan.

Kalau situasinya lebih buruk daripada itu, misalnya kamu sering diberikan kerjaan yang berlebih (yang tidak masuk akal), kurangnya tunjangan dan kompensasi, rekan kerja yang suka bergosip, kamu merasa tertekan, bahkan kamu sering menangis di tempat kerja, hal ini bukan stres biasa. Bisa jadi lingkungan kerjamu termasuk ke dalam lingkungan kerja yang tidak sehat atau sering dikenal sebagai toxic work environment atau lingkungan kerja toxic.

Toxic work environment adalah suatu kondisi lingkungan kerja di mana budaya perusahaan, rekan kerja, situasi kerja, dan kombinasi dari itu semua membuat seseorang merasa terganggu sehingga berpengaruh kepada kondisi kesehatan mental.

Gimana ciri-ciri lingkungan kerja toxic? Gimana caranya menyelamatkan diri dari lingkungan kerja yang tidak sehat? Kali ini, aku, Sista, Blog Writer dari Satu Persen akan berbagi informasi seputar lingkungan kerja yang toxic. Baca sampai habis untuk dapat keseluruhan insight-nya, ya~

Ciri- ciri Lingkungan Kerja Toxic

Setelah memahami sekilas bagaimana gambaran dari Toxic Work Environment, berikut adalah beberapa ciri-cirinya:

1. Lebih banyak kehidupan kerja daripada kehidupan pribadi

overworked meme - meme capek kerja
Source: Pinterest

Perseners, kamu sering membawa pekerjaan ke rumah? Atau kamu terbiasa membuka email di tengah malam? Lalu, mulai bekerja lagi keesokan paginya hingga larut malam. Begitu seterusnya.

Kalau kamu merasakan hal ini, bahkan di hari libur masih mengurusi pekerjaan, mungkin perusahaan kamu memiliki budaya perusahaan yang tidak sehat untuk para karyawan. Meskipun kamu termasuk orang yang senang bekerja keras, ketika pekerjaan sudah memotong waktu pribadi dan merusak kebahagiaanmu, mungkin ada suatu kesalahan di dalamnya, Perseners.

Baca juga: Waktu Habis buat Kerja? 5 Cara Menjaga Work-Life Balance

2. Kamu merasa tidak berkembang

Kalau kamu masih berada di posisi yang sama sejak lama, tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi, tidak adanya peningkatan skill, merasa tidak bersemangat, sepertinya kamu harus bergerak dari perusahaan itu, Perseners. Coba perhatikan rekan kerjamu, apakah tidak ada antusiasme dari mereka? Jika iya, mungkin saat ini kamu sedang berada di kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat.

3. Rekan kerja tidak profesional

Coba perhatikan kembali lingkungan di sekitarmu. Apakah rekan kerjamu tidak pernah menganggap serius pekerjaannya? Misalnya, selalu datang terlambat ketika rapat, tidak antusias dengan pekerjaannya, senang mengumbar gosip, dan selalu mengeluh. Idealnya, lingkungan kerja yang baik didukung oleh rekan kerja yang supportive, profesional, menyenangkan, dan bahagia untuk membuat hari-hari kerja kamu jauh lebih baik.

4. Bos yang kejam

boss meme - meme toxic boss
Source: boredpanda.com

Seseorang yang memiliki kekuasaan lebih besar, belum tentu memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih baik loh, Perseners. Jika atasan kamu sering menuntut untuk selalu setuju dengannya, sering memberi tahu bahwa ia benar, mengharapkan orang lain untuk menjadi sempurna, lebih parahnya lagi, mungkin atasan kamu pernah berkata, “Kamu seharusnya merasa beruntung dapat pekerjaan ini!”,  it’s a big no no.

Hanya karena atasanmu berada di posisi yang lebih tinggi, bukan berarti ia dapat berlaku seenaknya kepada karyawannya. Mungkin ini saatnya kamu mempertimbangkan kembali pengajuan resign untuk kehidupan kerja yang lebih baik.

Dampak Lingkungan Kerja Toxic pada Kesehatan Mental

work meme - meme kerja
http://me.me

Jika kamu merasakan ciri-ciri yang telah disebutkan tadi, kemungkinan besar kamu sedang berada di lingkungan kerja toxic. Apa sih dampaknya buat kesehatan mental? Nah, ini dia beberapa tanda-tanda yang akan ditimbulkan kalau kamu sedang berada di lingkungan kerja toxic:

1. Ketakutan

Kalau kamu sedang terjebak dalam lingkungan kerja yang toxic, kamu mungkin sering merasa khawatir untuk datang ke kantor. Kamu merasa cemas untuk menghadapi orang-orang di kantor yang mungkin saja memiliki sikap yang buruk terhadapmu.

2. Gelisah

Tanda-tanda lainnya yaitu sering merasa gelisah dan tidak nyaman dengan lingkungan di sekitar. Ibaratnya, mungkin kamu merasa sedang berjalan di atas jarum dan mencoba menghindari rintangan-rintangan berat di tempat kerja.

3. Putus Asa

Ketidaknyamanan terus-menerus dari tempat kerja yang toxic dapat menyebabkan rasa putus asa yang berkepanjangan loh, Perseners. Misalnya dapat dilihat dari kurangnya minat untuk berbagi ide baru, tidak tertarik dengan pekerjaan, atau tujuan departemen kamu.

4. Sakit

Lingkungan kerja toxic bisa menyebabkan karyawan sakit karena stres tingkat tinggi yang kemungkinan mempengaruhi kesehatan fisik. Dalam kasus yang lebih ekstrem, dapat menimbulkan masalah jantung, tekanan darah tinggi, kurang tidur atau kelelahan. Coba ikut tes tingkat stres yuk supaya kamu paham apakah kamu sedang stres atau tidak.

Baca juga: Kesehatan Mental Bisa Memengaruhi Kesehatan Fisik? Benar Gak Sih?

Cara Menyelamatkan Diri dari Lingkungan Kerja Toxic

toxic workplace meme - meme tempat kerja toxic
Source: memegenerator.net

Untuk membuat kehidupan kamu menjadi lebih baik, coba lakukan kiat-kiat berikut ini untuk menyelamatkan diri dari lingkungan kerja toxic!

1. Buat batasan untuk diri sendiri

Batasan yang dimaksud bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, contohnya selalu mengambil waktu istirahat saat makan siang, tidak membawa pekerjaan ke rumah, luangkan waktu untuk menjalin pertemanan di luar pekerjaan, dan jangan membagikan terlalu banyak detail pribadi di tempat kerja.

2. Carilah teman yang merasakan hal yang sama

Cara lainnya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri dari lingkungan kerja yang toxic adalah dengan mencari teman yang merasakan hal yang sama seperti kamu. Temukan satu atau dua orang yang tepat untuk dapat menjadi teman curhat, sehingga kamu dan temanmu bisa saling memberikan dukungan satu sama lain.

3. Buat lingkungan yang positif

Kalau kamu merasa lingkungan kamu memberikan energi yang negatif, kamu bisa mulai untuk membuat lingkungan yang positif dari diri sendiri. Misalnya, menghindari gosip, tetap bersikap ramah pada orang lain, dan hal lainnya yang dapat memberikan energi positif. Kamu juga bisa nonton konten-konten dari Channel YouTube Satu Persen tentang pemahaman diri dan produktivitas. Mungkin beberapa video bisa membantu kamu untuk lebih kuat menghadapi situasi saat ini dan hidup seutuhnya.

4. Lakukan sesuatu yang kamu senangi setelah bekerja

Entah itu olahraga, memasak, menonton film, dan lain sebagainya yang dapat membantu kamu mengalihkan pikiran dari pekerjaan. Intinya adalah lakukan kegiatan yang membuat kamu bahagia, dan pastikan kamu menjalani kehidupan yang menyenangkan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan.

Jadi, itu tadi merupakan cara-cara supaya kamu dapat menyelamatkan diri dari lingkungan kerja toxic. Para peneliti menemukan bahwa tempat kerja toxic berkaitan dengan peningkatan tingkat depresi dan kecemasan loh, Perseners. Kalau kamu sejauh ini masih merasa kesulitan dalam menghadapi lingkungan kerja yang toxic, kamu bisa ikuti program Mentoring dari Satu Persen dengan klik banner di bawah ini!

Mentoring-5

Meskipun tidak mudah mengubah budaya di tempat kerja, kamu bisa melakukan tips-tips yang sudah disebutkan tadi untuk membantumu melawan energi negatif di tempat kerja. Tentu membutuhkan waktu untuk dapat menerapkannya dengan baik, namun hal-hal sederhana tersebut dapat menoleransi kondisi kamu saat ini sampai kamu bisa mengatasinya ataupun keluar dari kondisi tersebut.

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/happiness-is-state-mind/201903/how-recognize-toxic-work-environment-and-get-out-alive

How a Toxic Workplace Can Impact your Mental Health

https://www.topresume.com/career-advice/how-to-handle-toxic-work-environment

Read More
judi

Mengenal Siklotimia, Gangguan Mood yang Mirip Bipolar

Siklotimia Gangguan Mood Mirip Bipolar
Satu Persen – Mengenal Siklotimia: Gangguan Mood yang Mirip Bipolar

Editor’s Note: Sebelum masuk ke artikelnya, gue mau kasih disclaimer kalau artikel ini gak bisa dijadikan bahan untuk self-diagnosis, ya! Jadi, kalau lo merasakan beberapa gejala yang disebutkan, lo perlu mengonsultasikan hal tersebut ke psikolog buat mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Happy reading!:D


Halo, Perseners! Balik lagi sama aku Fifi.

Perseners, pasti udah sering denger tentang gangguan mood, dong? Gangguan yang membuat penderitanya sulit mengontrol suasana hati. Gangguan mood ini banyak banget macamnya. Yang mungkin banyak dikenal oleh masyarakat umum adalah Bipolar. Selain bipolar, ada juga gangguan yang mirip, namun gejalanya ringan. Gangguan tersebut adalah siklotimik atau siklotimia. Dalam artikel kali ini, aku akan bahas mengenai gangguan siklotimia.

Gangguan siklotimik yang dikenal juga dengan siklotimia adalah gangguan pada suasana hati yang menyebabkan emosi naik turun, dari hipomania ke depresi, tapi dalam skala ringan. Hipomania adalah perubahan suasana hati yang membuat seseorang merasa sangat bersemangat baik secara fisik maupun mental. Penderitanya bisa merasakan senang yang berlebih dan merasa sangat sedih dalam waktu singkat.

Apa Bedanya Siklotimia dan Bipolar?

perbedaan siklotimia dan bipolar
Cr. dictio.id

Gangguan ini memang mirip dengan bipolar, namun perubahan mood yang terjadi tidak seekstrem bipolar. Pada bipolar, perubahan mood bisa terjadi dari kondisi senang yang berlebihan (mania) menuju depresi berat. Pada siklotimia, ditandai dengan perasaan senang yang berlebih, namun tidak sampai pada tahap mania (hipomania) berubah menjadi hampa dan sedih. Perubahan gejala siklotimik biasanya berpola, depresi – normal – hipomania.

Baca juga: Bipolar: Definisi, Jenis, dan Cara Mengatasi

Ketika mengalami fase hipomania, penderita bisa merasa memiliki banyak energi sehingga berdampak pada waktu tidurnya. Ketika mengalami fase depresi, penderita akan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya mereka sukai. Gangguan ini tidak menghentikan aktivitas sehari-hari, namun aktivitas yang dilakukan berjalan lebih lambat dari biasanya.

Orang yang mengalami gangguan ini biasanya mereka tidak sadar, karena perubahan emosi yang dialami tidak terlalu ekstrem. Meski gejalanya tidak seekstrem bipolar, kondisi ini perlu diwaspadai. Jika tidak mendapatkan perawatan, gejala yang muncul bisa menjadi parah dan bisa berkembang menjadi gangguan bipolar 1 atau bipolar 2.

Gejala yang muncul pada kondisi depresi antara lain adalah:

1. Agresif

2. Insomnia/ hipersomnia

3. Penurunan nafsu makan

4. Mudah lelah

5. Dorongan seksual rendah

6. Sulit berkonsentrasi

7. Munculnya perasaan tidak berharga atau bersalah

8. Memikirkan kematian atau bunuh diri

Sementara gejala yang muncul pada kondisi hipomania antara lain adalah:

1. Perasaan bahagia yang berlebihan

2. Terlalu bersemangat tanpa merasa lelah

3. Harga diri atau self-esteem yang meningkat

4. Tidak teliti

5. Cenderung berbicara dengan sangat cepat dan lebih banyak dari biasanya

6. Menjadi gelisah dan mudah tersinggung

7. Menjalani aktivitas fisik dengan berlebihan

Penyebab Siklotimia

penyebab gangguan mood siklotimia yang mirip bipolar
Cr. dictio.id

Belum diketahui secara spesifik apa yang menjadi penyebab siklomitia ini secara pasti. Gangguan ini bisa dialami oleh pria maupun wanita. Umumnya penderita baru menunjukkan gejala pada usia menginjak remaja. Beberapa hal yang diyakini menjadi penyebab munculnya gangguan ini antara lain:

1. Keturunan

2. Perubahan sistem saraf otak

3. Lingkungan, seperti pengalaman traumatis atau stres yang berkepanjangan.

Untuk membedakan gangguan ini dan kondisi stres biasa, dokter akan membandingkan gejala yang dialami dengan kriteria klinis berikut:

1. Periode suasana hati yang meningkat (hipomania) dan depresi selama setidaknya dua tahun (satu tahun pada anak-anak dan remaja) terjadi setidaknya setengah periode waktu tersebut (2 tahun)

2. Periode suasana hati yang stabil yang berlangsung kurang dari dua bulan

3. Gejala yang memengaruhi kehidupan sehari-hari secara sosial — di sekolah, tempat kerja, dll

4. Gejala yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan bipolar, depresi berat, atau gangguan mental lainnya

5. Gejala yang tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau kondisi medis lainnya

Baca Juga: Mood Swing Tanpa Sebab? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Penanganan Siklotimia

Siklotimia merupakan gangguan psikologis kronis yang membuat penderitanya memerlukan pengobatan seumur hidup. Jika mereka berhenti minum obat, maka gejalanya akan kambuh atau bahkan menjadi lebih parah. Penanganan utama yang diperlukan oleh penderita adalah obat-obatan dan psikoterapi.

1. Obat-obatan

Pengobatan menggunakan obat-obatan hanya bisa diresepkan oleh dokter spesialis kejiwaan. Psikolog tidak memiliki wewenang untuk meresepkan obat-obatan kepada pasien. Beberapa jenis obat-obatan yang diresepkan untuk penderita antara lain:

– Obat penstabil mood seperti lithium

– Obat anti kejang atau antikonvulsan, seperti divalproex sodium, lamotrigine, dan asam valproat

– Obat antipsikotik atipikal seperti olanzapine, quetiapine, dan risperidone. Antipsikotik atipikal dapat membantu pasien yang tidak merespons obat antikonsulvan.

– Obat anti cemas seperti benzodiazepine

– Antidepresan. Obat ini biasanya harus diiringi dengan obat penstabil mood karena dapat menyebabkan episode manik yang berbahaya jika dikonsumsi sendiri.

2. Psikoterapi

Terapi yang umumnya dilakukan oleh penderita adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan ritme sosial (IPSRT), dan well-being therapy. Terapi kognitif (CBT) dilakukan sebagai fokus pada pikiran dan keyakinan negatif dan merubahnya menjadi pikiran dan keyakinan positif. CBT juga mengajarkan teknik manajemen stres dan mengembangkan teknik koping masalah.

Terapi interpersonal dan ritme sosial ini fokus pada stabilisasi ritme harian, terutama yang berhubungan dengan tidur, bangun, hingga waktu makan. Penderita gangguan mood dapat membuat rutinitas harian untuk membantu menstabilkan suasana hati mereka.

Melansir dari healthline.com, well-being therapy dilakukan dengan fokus peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Well-being therapy sebagai satu bagian dari psikologi positif yang bertujuan untuk membantu individu dengan meningkatkan aspek positif yang dimiliki serta mengembangkan kekuatannya.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Untuk kamu yang sudah didiagnosis mengalami siklotimia atau gangguan psikologis lainnya dan mencari layanan konseling yang tepat, layanan konseling Satu Persen mungkin bisa jadi opsi buat kamu. Layanan konseling ini memang fokus untuk mengatasi masalah klinis, seperti gangguan mood. Psikolog Satu Persen merupakan lulusan S2 psikologi profesi dan terlatih dalam membantu pasien untuk terapi.

Kalau kamu merasakan gejala-gejala seperti yang tertulis diatas, ada baiknya kamu melakukan pemeriksaan psikologi. Informasi yang disampaikan dalam artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak bisa kamu gunakan untuk mendiagnosis kondisi psikologismu. Kamu bisa coba memakai layanan konseling dari Satu Persen untuk dapetin diagnosis awal melalui tes psikologi dan asesmen pra-konseling untuk bisa tahu kondisi psikologismu. Di Akhir sesi, kamu bakal dapet worksheet dan terapi yang disesuaikan sama hasil tes dan asesmen.

Kalau kamu tertarik buat coba layanan konseling dengan psikolog berpengalaman ini, kamu bisa klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-16

Selain dari artikel ini, kalau kamu mau pengen tau lebih banyak tentang gangguan mood. Kamu juga bisa coba tonton video dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

YouTube Satu Persen – Alasan dan Cara Mengatasi Moody

Sekian dulu untuk informasi tentang siklotimia. Terima kasih sudah baca kontenku sampai habis. Semoga bermanfaat dan bisa membantu kalian untuk #HidupSeutuhnya.

Referensi:

Kerr, M. (2018). Cyclothimia. Healthline. https://www.healthline.com/health/depression/cyclothymia#treatments

Cyclothimia (Cyclothimic Dissorder). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cyclothymia/diagnosis-treatment/drc-20371281

Read More