putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Tes

judi

Apa Itu Tes Kepribadian OCEAN?

Tes OCEAN

Hello Perseners! Kenalin namaku Nouvend, seorang associate writer di Satu Persen.

Kalian pasti sering denger soal tes kepribadian kayak MBTI. Nah, tapi pernah gak denger yang namanya OCEAN?

Beberapa dari kalian mungkin udah pernah denger, atau mungkin udah pernah dapat hasil Tes OCEAN. Ngapain sih, Tes OCEAN itu?

Gini, biar sederhana ya. Pernah gak kamu pas lagi ngerjain sesuatu project, misalnya. Kamu merasa skill dan kompetensimu tuh cukup, tapi kayak gak cocok aja gitu sama lingkungan project-nya. Kayak gak fit in sama dirimu.

Mungkin kamu yang rame dan asik lagi kedapatan kerjaan yang butuh banyak konsentrasi dan waktu tenang.  Mungkin juga kamu yang orangnya spontan tiba-tiba dapat kerjaan yang mengharuskan kamu mengatur jadwal sampe detail banget.

Gak kamu banget, deh, pokoknya. Pernah gak kamu ngerasa seperti itu?Nah, bisa jadi, lingkunganmu itu bertolak belakang sama kepribadianmu.

Di sinilah peran tes OCEAN atau yang biasa dikenal dengan Big Five Personality Traits sebagai ‘alat ukur’ kepribadian dibutuhkan.

Apa aja sih, yang diukur di tes OCEAN ini? Yuk kita bahas satu per satu!

OCEAN: Openness, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness, Neuroticism

Keren gak tuh, singkatannya. Tiap poin dari Big Five Personality Traits ini merupakan sebuah spektrum dengan dua ujung ekstrim.

Misalnya poin extroversion merupakan spektrum dengan ujung extreme introversion dan extreme extroversion. Simple-nya, introvert banget dan extrovert banget, dan kamu berada somewhere along this spectrum.

Lewis Goldberg merupakan orang yang memberikan nama “The Big Five” pada jenis tes kepribadian ini; sekarang OCEAN merupakan tes yang dianggap akurat dan sering dipakai oleh perusahaan-perusahaan untuk mengetahui kepribadian calon karyawannya.

Oke, cukup basa-basinya, let’s get into work!

O: Openness

Openness atau bahasa indonesianya ‘keterbukaan’ berarti seberapa terbuka kamu terhadap hal-hal baru. Mau itu pengetahuan, pengalaman, sosok orang, ataupun kesempatan baru, orang dengan skor Openness yang tinggi lebih cenderung untuk penasaran terhadap hal-hal tersebut.

Namun, bukan berarti orang yang skornya rendah lantas menjadi kolot dan menolak hal baru. Mereka hanya lebih konsisten dan waspada terhadap perubahan dan hal-hal baru yang ada di sekitar mereka.

Ngomong-ngomong soal ini, kamu pernah gak ngeliat temenmu yang jiwa petualangnya tinggi banget, terus kamu penasaran, kok bisa ya dia kayak gitu? Kira-kira turunan atau gimana tuh?

Ternyata, sah-sah aja kalo kamu ngomong itu turunan, karena sifat-sifat kita semua tuh ada yang berasal dari keturunan, ada yang berasal dari lingkungan. Jadi mungkin sekarang kamu bisa cari tahu kira-kira sifat apa yang kamu dapat dari orang tuamu, hehe.

C: Conscientiousness

Conscientiousness adalah soal seberapa terorganisirnya seseorang. Kalau kamu lebih enjoy mengerjakan sesuatu dengan jadwal teratur, planning yang ketat jauh sebelum hari-H, atau kamu lebih nyaman dan suka dengan lingkungan kerja yang teratur, bisa jadi skor kamu di conscientiousness ini tinggi.

Jangan berkecil hati bagi kamu yang skor Conscientiousness-nya rendah, karena itu gak berarti kamu orangnya ‘semrawut’ dan ceroboh, bisa aja kamu tipe orang yang spontan.

Orang dengan skor Conscientiousness tinggi juga lebih cenderung untuk gak prokrastinasi karena mereka bergerak dengan goal-oriented mindset. Hm, kayaknya skor conscientiousness-ku rendah deh. Kalau kamu gimana?

Coba juga: Tes Tingkat Prokrastinasi

E: Extroversion

Kalau yang ini kayaknya udah cukup jelas ya. Apakah kamu menikmati berada dalam kerumunan orang? Seberapa sociable-kah dirimu? Sejauh mana kamu menikmati dealing with people?

Skor Extroversion kamu akan menunjukkan apakah kamu lebih ke arah introvert atau extrovert. Dua hal ini sering banget, loh dibahas orang-orang, dan kadang sering terjadi miskonsepsi.

Perlu kamu ingat bahwa extrovert gak selalu lebih baik dari introvert. Kalau kamu adalah seorang yang introvert, cintailah hal tersebut! Jangan memaksakan diri untuk fit in like the cool kids hanya karena mereka terlihat lebih ‘menyenangkan’. Be yourself!

Baca Juga: Extrovert dan Introvert, Mana yang Lebih Baik?

A: Agreeableness

Kalau yang ini tuh soal seberapa baik kamu bisa berinteraksi dengan seseorang. Kemampuan berempati, berkompromi, menolong orang lain, dsb. rata-rata dimiliki oleh orang dengan skor Agreeableness yang tinggi. Simply put, apakah kamu lebih kooperatif dibanding orang lain?

Kalau kamu memiliki Agreeableness yang rendah, kamu mungkin akan mendapati dirimu lebih mudah untuk meragukan orang lain dikarenakan sifat naturalmu untuk berpikir, ‘orang ini ada maunya gak sih?’.

Orang dengan skor Agreeableness rendah akan merasa kesulitan untuk mengerti orang lain. Jangan khawatir, dengan mengetahui bahwa kamu memiliki agreeableness yang rendah, kamu dapat menjadikan itu dorongan untuk belajar lagi bagaimana untuk bisa lebih mengerti orang lain.

Kalau kamu merasa kesulitan untuk membaca dirimu sendiri atau orang lain, aku punya video yang tepat untukmu.

Tes OCEAN

N: Neuroticism

Neuroticism adalah seberapa emosional seseorang menghadapi situasi. Jika kamu merasa dirimu adalah seseorang yang moody, yang gampang sedih, kesal, dsb., mungkin kamu memiliki neuroticism yang tinggi.

Orang dengan Neuroticism tinggi lebih mudah untuk mengalami ketidakstabilan emosi. Gampang marah, gampang sedih, gampang panik, dll.

Sebaliknya, neuroticism rendah berarti orang tersebut lebih tenang, lebih bisa mengatur emosinya. Orang dengan Neuroticism tinggi juga lebih sering khawatir atau overthink about something.

Maka dari itu, bagi kamu yang merasa Neuroticism tinggi, atau sekadar sadar bahwa dirimu worries a lot, aku rasa penting untuk tahu apa yang membuatmu khawatir serta apa yang membuatmu tenang.

That way, you can have more control of your own emotion. Emotional Intelligence yang baik juga bisa membantumu untuk mengatur emosi dalam dirimu dengan lebih baik.

OCEAN Clear! What’s Next?

Kira-kira begitulah penjelasan singkat tentang masing-masing poin dari OCEAN atau Big Five Personality Trait. Kamu udah pernah coba belum Tes OCEAN? Aku sendiri sudah beberapa kali mengambil Tes OCEAN kecil-kecilan, dan hasilnya gak jauh berbeda satu sama lain.

Hal yang perlu kamu ingat: setiap poin dari Tes OCEAN adalah spektrum dengan dua ujung ekstrim. Kamu harus bisa membaca hasil Tes OCEAN-mu dan berpikir langkah-langkah apa yang dapat kamu lakukan untuk mengembangkan hidupmu lebih baik lagi berdasarkan kepribadianmu.

Kamu juga harus ingat bahwa hanya karena kamu memiliki kepribadian yang gak masuk pada stereotip orang pada umumnya (contohnya kamu introvert tapi sangat cerewet dan memiliki agreeableness yang tinggi atau extrovert yang gak banyak bicara), bukan berarti kamu aneh dan harus mengubah dirimu.

Instead, ketahuilah benar-benar kualitas dirimu dan gunakan hal tersebut untuk thrive in life! Nah, kalau kamu masih belum memahami kualitas dirimu, kamu bisa nih konsultasi ke mentor. Satu Persen punya layanan mentoring online yang bisa banget kamu coba. Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

References

Cherry, K. (2020, July 13). The Big Five Personality Traits. Retrieved from verywellmind: https://www.verywellmind.com/the-big-five-personality-dimensions-2795422

Mind Tools Content Team. (n.d). The Big Five Personality Traits Model and Test. Retrieved from MindTools: https://www.mindtools.com/pages/article/newCDV_22.htm

Science of People. (n.d). Take Our Free Personality Quiz and See Where You Rank for the Big 5 Traits. Retrieved from Science of People.

Thiel, E. v. (2020, February 11). Big Five personality test traits. Retrieved from 123test: https://www.123test.com/big-five-personality-theory/

Read More
judi

Tes OCEAN: Memanfaatkan Hasil Tes

Tes OCEAN

Hello Perseners! Kenalin namaku Nouvend, seorang associate writer di Satu Persen.

Kali ini, aku mau ngomongin lagi tentang OCEAN Test. Eh, apa tuh OCEAN? Buat kamu yang belum tahu apa itu OCEAN Test atau Big Five Personality Test, bisa langsung baca dulu di sini. Sama kok, aku juga yang nulis.

Nah, setelah baca-baca lagi tentang OCEAN, kamu mungkin pengen tahu skormu berapa. Atau mungkin kamu udah pernah tes, terus ngeliat skornya, tapi bingung. Ini apaan sih? Masa aku orangnya ternyata gini?

Dalam tes kepribadian apapun, perlu kamu tahu bahwa hasil tes tersebut gak semata-mata menjadi penentu kamu orangnya seperti apa. Kita adalah manusia yang terus berkembang dan memiliki kemungkinan untuk merubah sifat kita, walaupun kadang ada sifat yang terlalu melekat pada diri kita sendiri.

Kamu harus selalu ingat untuk melihat hasil tes kepribadian tersebut sebagai tools untuk membantumu berkembang, bukan sebagai pembatas potensimu.

OCEAN Test Result: What to Do?

Oke, back to the OCEAN. Mungkin kamu pernah mengikuti tes ini dan mendapatkan hasilnya, terus kamu bertanya-tanya. Waduh, kalau skor Openness-ku rendah berarti aku close minded? Kalau Agreeableness-ku tinggi apakah aku orangnya gak bisa bilang ‘tidak’?

Walau Tes OCEAN ini sudah diakui secara global dan disenangi karena kesederhanaannya, ada kalanya orang-orang kurang bisa menangkap maksud dari hasil tes mereka dan gagal mengembangkan dirinya menuju arah yang lebih cocok dengan kepribadiannya.

Maka dari itu, ku harap tulisan ini bisa membantumu dalam memahami dirimu melalui hasil tes OCEAN!

OCEAN Test Result

Openness

Kalau penjelasan bahwa Openness hanya tentang ‘keterbukaan’ mungkin kurang informatif buatmu, berarti kamu membutuhkan breakdown lagi dari aspek Openness ini. Openness memiliki ciri intellectance (filosofis dan intelektual) serta unconventionality (imajinatif, otonom, dan ‘bebas’). Sederhananya, ada aspek ilmu ada aspek kreativitas di sini.

Ini berarti bahwa dengan melihat skor Openness-mu, kamu dapat menentukan lingkungan seperti apa yang cocok denganmu. Contohnya, ketika Openness tinggi, maka kamu pada dasarnya sudah gak cocok dengan hal-hal yang terlalu kaku dan stagnan. Kamu lebih cocok berada di lingkungan yang dinamis, yang gak terlalu mengekang.

Hal ini juga dapat membuatmu aware akan lingkungan sosialmu. Apakah ada orang-orang yang kamu udah kenal lama tapi kok gak cocok, ada juga yang baru kenal sebentar tapi udah kayak match made in heaven. Kemungkinan besar, kepribadian kalian cocok satu sama lain atau melengkapi satu sama lain.

So, ketika kamu melihat skor Openness-mu, jangan membatasi dirimu seperti “Oh skorku tinggi berarti aku gak boleh kerja kantoran yang gitu-gitu aja”, tapi ubahlah hasil tersebut menjadi kesempatan untuk berkembang seperti “Oh, skorku tinggi, berarti aku suka dan cocok menjadi orang yang mengajukan ide baru di lingkunganku.”

Orang dengan Openness rendah mungkin merasa cukup sulit untuk menerima hal-hal baru, walaupun sesungguhnya gak seburuk itu untuk menyapa ide dan pandangan baru. Jika kamu merasa demikian, mungkin ada baiknya kamu belajar untuk lebih open-minded!

Tonton juga: Cara Menjadi Cerdas (Apa Itu Open-Minded?)

Conscientiousness

Conscientiousness merupakan aspek yang paling terkait dengan performa dalam dunia kerja. Conscientiousness dapat diproyeksikan dalam tiga aspek yang lebih detail, yaitu achievement oriented (pekerja keras dan tidak gampang menyerah), dependability (bertanggung jawab dan berhati-hati), dan orderliness (teratur dan terorganisir).

Uh.. ini gak aku banget. Tapi, aku gak melihat ini sebagai batasan buat diriku. Aku dulu sempat mikir, “Aku orangnya emang ceroboh dan gak teratur, gak bakal sukses.”

But no! Akhirnya aku menggunakan fakta bahwa aku memang gak memiliki skor tinggi dalam conscientiousness ini sebagai motivasiku. Aku jadi suka membeli planner atau membuat jadwal, hanya untuk memberiku rasa aman bahwa jadwalku itu teratur. Padahal ya gak, toh emang dasarnya aku ceroboh dan suka lupa hehe.

Aku menjadikan hal tersebut sebagai nilai plus, bahwa aku orangnya fleksibel. Bahwa aku bisa cepat beradaptasi dari satu jadwal ke jadwal lain kalau memang terjadi keadaan darurat. It’s like, emang udah terbiasa sama ketidakteraturan jadi aku memiliki kemampuan untuk beradaptasi lebih cepat.

Tapi yah, kalau dibilang pengen bisa teratur dan rapi, aku juga mau sih, hehe. That’s why, kamu juga harus selalu bisa menangkap hal yang baik dari hasil Tes OCEAN-mu.

Conscientiousness tinggi? Do things that requires tidiness and orderliness.
Conscientiousness rendah? Don’t worry, you’re flexible!

Fokus ke apa yang bisa kamu lakukan dengan skormu dibandingkan dengan apa yang gak bisa kamu lakuin. Tapi kalau kamu memang ingin berusaha mengubah kebiasaanmu, coba tonton video ini!

Tes OCEAN

Extraversion adalah tentang bagaimana seseorang dalam aspek socially oriented (ramah dan suka berteman), surgent (dominan dan ambisius), dan aktif (suka bertualang dan asertif).

Perlu kamu ingat bahwa ekstrovert tidak selalu lebih baik dari introvert. It’s case by case. Ketika kamu sadar bahwa kamu orangnya ekstrovert, manfaatkan hal tersebut untuk dirimu, misalnya mencari relasi, menjalin networking di lingkungan kerja, dll.

Introvert pun demikian, kamu dapat memanfaatkan kepribadianmu untuk menjadi follower yang baik, menjadi orang “di balik layar”, dll. Introvert juga bisa ambisius dan ramah, loh! Bukan berarti ketika kamu introvert maka kamu “anti sosial” atau “tidak bisa ngomong’. No! Itu omong kosong.

Jangan paksakan dirimu untuk menjadi ekstrovert jika memang kamu tahu benar kamu adalah seorang introvert. Setiap orang pasti memiliki kelebihan. Nah, kalau kamu ingin mengenal kelebihan dan kekuatanmu lebih dalam, kamu bisa coba tes super power check nih.

Baca juga: Perbedaan Anti Sosial, Introvert, dan Pemalu

Agreeableness

Pernah gak sih ketemu orang yang kayaknya disukai semua orang? Baik ke semua orang, ramah, ceria, pokoknya everybody’s friend banget! Aku rasa orang-orang seperti itu pasti Agreeableness-nya tinggi, karena agreeableness itu tentang cooperative (percaya orang lain dan peduli) dan juga likeable (ceria, lembut, dan bersikap baik).

Berarti, ketika agreeableness-mu tinggi, kamu lebih natural untuk berteman dan mendapatkan hati orang lain. Tapi, ini gak berarti kalau kamu yang memiliki skor Agreeableness rendah lantas gak bisa bergaul sama sekali, no!

Kamu tahu istilah benefit of the doubt? Orang dengan Agreeableness tinggi akan memiliki keuntungan karena mereka akan lebih mudah untuk menerapkan hal tersebut: percaya kepada orang meskipun ragu.

Sementara orang dengan agreeableness rendah akan memiliki keuntungan karena mereka lebih mudah untuk assume the worst: berasumsi yang terburuk.

Orang dengan agreeableness akan memproses informasi tentang orang lain berdasarkan data dan analisa logis. Jadi, walaupun skor Agreeableness-mu rendah, bukan berarti kamu gak bisa bergaul, hanya saja, caranya agak berbeda dengan orang yang memiliki Agreeableness tinggi.

Lalu, apa untungnya mengetahui skor Agreeableness-mu?

Kamu bisa menggunakan informasi tersebut untuk membaca dirimu sendiri dan orang lain. Kamu dapat menerka apakah orang lain itu cocok sama kamu, apakah Agreeableness mereka tinggi atau rendah berdasarkan informasi yang kamu tahu tentang dirimu sendiri, dan kamu juga bisa tahu apa yang harus kamu pelajari dengan ekstra jika skor Agreeableness-mu rendah/tinggi.

Neuroticism

Neuroticism disebut sebagai aspek yang paling memengaruhi aspek lainnya dalam kepribadianmu. Secara umum, Neuroticism merujuk pada dua hal, anxiety (ketidakstabilan dan rawan akan stress) serta one’s well-being (keamanan personal dan depresi).

Oleh karena itu, informasi mengenai seberapa tinggi skor Neuroticism kamu itu penting, karena neuroticism tinggi berarti kamu akan lebih gampang memiliki emosi yang gak stabil serta bad mood yang berkepanjangan (we don’t want that, do we?).

Ketika kamu sudah tahu bahwa Neuroticism-mu tinggi atau rendah, kamu akan lebih mudah untuk mengurangi hal-hal yang membuatmu menderita. Misalnya, ketika kamu memiliki Neuroticism tinggi, kamu akan merasa kurang cocok sama orang yang “kayak batu”; yang kalo nonton film sedih gak nangis, yang kalo ada kucing disiksa gak kasian banget, dll.

Di satu sisi, kamu memiliki kemampuan untuk merasakan emosi yang baik, namun di sisi lain kamu kurang handal dalam mengatasi gejolak perubahan emosi tersebut.

Sama halnya dengan neuroticism rendah, kamu akan lebih mudah untuk memiliki emosi stabil. Tapi tidak berarti Neuroticism rendah = selalu happy.  Kamu harus tahu apa yang membuatmu tenang dan apa yang membuatmu resah, that way it’ll be easier to control our emotions.

OCEAN Test: What’s Next?

Setelah membaca tulisanku di atas, aku harap kamu bisa menggunakan hasil tes OCEAN-mu sebagai motivasi untuk berkembang! Kamu sudah tahu ‘plus minus’ dirimu, sekarang tinggal menunggu kamu bergerak untuk memanfaatkannya agar kamu bisa berkembang menjadi manusia yang lebih baik.

Eh, belum tes OCEAN? Tenang, kamu bisa sekalian dapet fasilitas itu kalau mendaftar layanan online mentoring-nya Satu Persen! Udah dapet partner curhat yang bisa dipercaya, dibimbing untuk mengenali diri kamu sendiri, dikasih worksheet biar bisa membantu dalam memantau perkembangan, dan tentunya dapet fasilitas tes-tes psikologi untuk bisa lebih akurat dalam memahami diri.

Banyak banget kan benefitnya? Coba cek dulu nih benefit lainnya dan teknis gimana caranya ikutan online mentoring bareng mentor Satu Persen dengan klik gambar di bawah ini!

Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna, ya!

Mentoring-3

References

Judge, T. A., Higgins, C. A., Thoresen, C. J., & Barrick, M. R. (1999). THE BIG FIVE PERSONALITY TRAITS, GENERAL MENTAL ABILITY, AND CAREER SUCCESS ACROSS THE LIFE SPAN. PERSONNEL PSYCHOLOGY, 621-652.

Mind Tools Content Team. (n.d). The Big Five Personality Traits Model and Test. Retrieved from MindTools: https://www.mindtools.com/pages/article/newCDV_22.htm

Read More
judi

Mengenal Tes OCEAN Lebih Dekat

big 5 personality
big 5 personality

Hello there, Perseners! Balik lagi dengan aku, Nouvend, writer di Satu Persen.

Gimana kabar kalian semua? Kuharap kalian baik-baik saja ya! Mungkin ada dari kalian yang sedang tidak baik-baik saja, I just want to tell you it’s okay to be not okay!

Mungkin ada yang sedang berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan dalam hidup (I’m looking at you, Quarter Life Crisis club member!). Coba deh ikut tes quarter life crisis ini.

Mungkin ada dari kalian yang masih bertanya-tanya, “Aku tuh, sebenarnya cocok ngapain, sih?” atau mungkin malah merasa kalau apa yang kamu lakukan itu kayak, gak cocok aja gitu sama diri kamu sendiri.

Well, aku rasa aku punya sesuatu yang mungkin bisa menjadi pencerah kalian dalam mencari jawaban tersebut! Izinkan aku memperkenalkan Big Five Personality Test (OCEAN) pada kalian. Eh, ocean? Laut? Oke, oke, daripada bingung mari kita langsung saja membahas Big Five Personality Test!

Apa Itu Big Five Personality Test?

Jadi, dahulu kala, banyak psikolog yang mencoba nge-list kepribadian seseorang tuh mencakup apa aja. Psikolog bernama Gordon Allport dan Henry Odbert berteori bahwa karena orang-orang menyadari adanya perbedaan kepribadian, mereka bakal membuat sebuah kata untuk menjelaskan kepribadian tersebut.

Misalnya, ‘kan lebih enak buat nyebut “Dia orangnya periang” daripada “Dia orangnya suka jalan-jalan, kalau ketemu orang pasti selalu lagi senang, dan senyumnya bertahan sepanjang hari”.

Lalu pada tahun 1936, mereka berhasil menemukan beberapa personality trait yang menggambarkan kepribadian seseorang, yah sekitaran 4000-an gitu.

Terus ya, orang manapun pasti mikir “Buset banyak banget??”. Maka dari itu, seorang Psikolog bernama Raymond Cattell dan koleganya pada tahun 1940-an menindaklanjuti apa yang sudah ditemukan oleh Gordon Allport. Dan mereka berhasil menyederhanakan 4000 tadi menjadi 16 personality traits.

Tidak berhenti sampai di situ, beberapa psikolog menganalisa lagi 16 tadi dan menemukan bahwa sebenarnya masih bisa dibuat lebih sederhana lagi, menjadi lima aspek saja.

Lewis Goldberg, di antara psikolog tadi, benar-benar mendukung lima aspek ini. Kerjaan Lewis lalu diperluas oleh psikolog bernama McCrae dan Costa, yang mana kemudian menjadikan model Big Five yang kita tahu sekarang menjadi–bisa dibilang–resmi.

Big Five yang dimaksud adalah: Openness to experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Kalau nama lima aspek tersebut disingkat, kita mendapatkan kata OCEAN. Ini untuk mempermudah orang untuk mengingatnya.

Namun kurasa tidak dibuat singkatan pun, OCEAN ini akan gampang diingat karena model tes kepribadian ini sangat populer, terlepas dari budaya dan lokasi tempat orang-orang mengambil tes ini.

Baca juga: Apa Itu Tes Kepribadian OCEAN?

OCEAN

Masing-masing dari aspek pada Big Five ini merupakan sebuah spektrum, yang berarti bahwa hasil dari tes ini menandakan seseorang berada somewhere in between two extreme ends.

Misalnya, pada aspek Openness, hasilmu nanti bukan berarti antara terbuka akan hal baru atau sama sekali tidak menerima ide baru. Hasil dari Openness nanti menandakan seberapa terbukanya kamu terhadap hal baru dan bagaimana responmu terhadapnya.

Hasil dari OCEAN tidak bisa dilihat sendiri-sendiri, kamu harus memahaminya secara menyeluruh. Kamu sebaiknya memahami benar-benar apa yang dimaksud dari tinggi-rendahnya skor pada sebuah aspek. Kamu bisa membaca tentang hal tersebut di sini.

Hal-hal yang Patut Diingat

Walaupun OCEAN ini sangat praktis, perlu diingat bahwa OCEAN ini bersifat deskriptif. Sederhananya gini. Big Five ‘kan punya lima aspek utama. Masing masing aspek merupakan spektrum dengan dua ujung yang bertolak belakang. Terus nanti, setelah tes, kamu bakal dapat skor masing-masing aspek. Skor O berapa, skor C berapa, dst.

Nah, OCEAN bakal menggunakan hasil tesmu tadi untuk memberitahumu, apa sih maksudnya dari skor O yang tinggi, skor C yang rendah, dst. Agak berbeda dengan MBTI. Contohnya ketika kamu mendapatkan ESFJ (seperti aku) untuk tes MBTI-mu, kamu bakal membaca tentang bagaimana sih, seorang ESFJ itu.

Lain halnya dengan OCEAN yang hanya memiliki “meteran” kepribadian terus kamu sederhananya “ngukur” kepribadianmu pake “meteran” yang sudah disediakan.

Kalau mau diumpamakan ya, tes OCEAN itu kayak kamu dikasih Lego tapi eceran. Kamu dapatnya satu-satu terus kamu pasang sendiri menjadi sesuatu yang sesuai dengan apa yang kamu butuhkan. Kalau MBTI, kamu beli Lego-nya udah jadi, udah jelas dia bentuknya apa.

OCEAN juga sempat dikritisi karena terlalu luas. Kibeom Lee dan Michael Ashton mengembangkan sebuah model baru yang bernama HEXACO. Model ini tetap mengandung aspek dari OCEAN hanya saja mereka menambahkan satu yang baru, yaitu Honesty-Humility, yang merupakan tolak ukur sejauh apa seseorang mengedepankan hal-hal tentang orang lain daripada dirinya. Mirip dengan altruisme ya.

Satu Persen juga ada video pembahasan soal altruisme loh, kamu bisa menontonnya di sini.

big 5 personality

Siap Untuk Mencoba Tes OCEAN?

Lalu, hampir sama dengan tes-tes kepribadian pada umumnya, jangan menganggap satu hasil tes OCEAN dapat menggambarkan kepribadianmu selamanya. Hasil tes OCEAN orang-orang sepanjang hidup dapat berubah, walaupun hanya sedikit. Maka dari itu, kita sebaiknya melihat hasil tes ini sebagai tools untuk kita dalam mengembangkan diri.

Jangan melihat hasil tes ini sebagai pembatas potensi diri, namun anggap hasil tes ini sebagai kesempatanmu untuk menjadi orang yang lebih baik.

Baca juga: Memanfaatkan Hasil Tes OCEAN

Oh iya! Satu lagi. Ketika mengambil tes OCEAN, jangan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang menurutmu “lebih baik” di mata masyarakat ya. Jawablah sesuai dengan apa yang menurutmu cocok dengan dirimu! Semoga hasil Tes OCEAN bisa membantumu dalam menghadapi Quarter Life Crisis ya!

Jika kamu masih merasa kebingungan mengenai Quarter Life Crisis, tonton video ini sebentar! Atau, kamu bisa juga nih konsultasi ke ahlinya, misalnya dengan mengikuti mentoring di Satu Persen.

Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

big 5 personality

References

T., E. (2020, January 10). History of the Big 5: Why This Online Psychometric Test Packs a Punch. Retrieved from retorio: https://www.retorio.com/blog/big-5-history-psychometric-test

Lim, A (2020, June 15). The big five personality traits. Simply Psychology. https://www.simplypsychology.org/big-five-personality.html

Read More