putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Tenang

judi

Terlihat Tenang Meski Sebenarnya Tertekan

fenomena duck syndrome
Satu Persen – Duck Syndrome

Perseners, kalian punya gak temen yang hidupnya terlihat sempurna dan bahagia, tapi sebenarnya dia lagi berusaha nutupin kegelisahannya? Dia cuma pengen orang lain melihatnya sebagai orang yang santai, bahagia, dan seakan gak punya tekanan apa-apa gitu dalam hidup. Padahal, diam-diam dia juga cemas dan lagi berusaha keras buat memenuhi tuntutan hidup.

Ada gak sih orang kayak gitu? Atau justru kalian sendiri lagi ngalamin hal serupa?

Ternyata, dalam ilmu psikologi, kondisi ini dinamakan sindrom bebek atau duck syndrome. Kalian tau bebek, kan? Hewan yang berkaki dua itu, lho. Kalo kalian bingung apa hubungan bebek sama kondisi ini, aku bakal jelasin ke kalian.

Tapi, sebelum lanjut, kita kenalan dulu kali, ya. Namaku Fifi, Part-time Blog Writer di Satu Persen. Baca artikelnya sampai selesai, ya!

duck syndrome
Cr. Freepik.com

Apa itu Duck Syndrome?

Duck syndrome adalah kondisi dimana seseorang tampak tenang dan baik-baik saja dari luar, tapi pada kenyataannya mengalami banyak tekanan dan masalah. Kondisi ini mirip seperti bebek ketika sedang berenang. Di atas permukaan air, bebek tampaknya tenang dan melaju perlahan. Sedangkan di bawah air, kakinya mendayung dengan susah payah untuk tetap mengapung.

Istilah duck syndrome pertama kali diperkenalkan di Stanford University. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mahasiswa disana yang meski terlihat santai dan tenang, tapi mereka punya banyak tuntutan dan kecemasan. Mereka memberi tekanan pada diri sendiri untuk bisa mencapai target yang tinggi. Bahkan, 87% mahasiswa di Stanford University mengatakan bahwa mereka kewalahan dengan tanggung jawabnya sendiri.

Dalam kondisi medis, duck syndrome bukan termasuk kategori gangguan mental karena tidak ada kriteria diagnostik formal untuk kondisi ini. Tapi, kondisi ini sudah banyak diteliti oleh para ahli terhadap banyak mahasiswa. Meskipun bukan termasuk gangguan mental, duck syndrome biasanya dikaitkan dengan kondisi stres, depresi, atau kondisi mental lain. Atau dengan kata lain, gejala-gejala yang dialami juga berkaitan dengan gangguan mental lainnya.

Baca Juga: 5 Alasan Psikologis Kamu Sering Banyak Pikiran (Cara Menghilangkan Overthinking)

Gejala-Gejala Duck Syndrome

gejala-gejala duck syndrome
Cr. Freepik.com

Ada beberapa gejala yang dialami ketika seseorang berusaha menyembunyikan kesulitannya. Umumnya mereka yang mengalami duck syndrome merasa bahwa orang-orang akan selalu menguji kemampuan mereka. Mereka juga kerap membandingkan diri dengan orang lain karena merasa orang lain memiliki kehidupan yang lebih baik. Tekanan terhadap diri sendiri membuat mereka merasa kewalahan seolah semua ada di luar kendali.

Dari sisi kognitif, orang yang mengalami duck syndrome lebih mudah gugup dan mudah khawatir. Keinginan untuk mencapai target yang tinggi cenderung membuat mereka jadi pelupa dan sulit konsentrasi. Gejala-gejala ini jadi berpengaruh terhadap kondisi fisik.

Selain itu, kebiasaan tidur dan pola makan jadi ikut terganggu. Energi jadi terkuras oleh pikiran sehingga mudah lelah. Duck syndrome juga bisa memunculkan perilaku yang berkaitan dengan kegelisahan, seperti mual, gugup, atau menggigit kuku.

Perlu diketahui bahwa duck syndrome banyak dialami oleh anak muda, seperti pelajar, mahasiswa atau pekerja. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya tuntutan dari lingkungan. Contohnya, nilai yang bagus, ranking, IPK, jabatan tinggi dan hal lainnya. Selain faktor tersebut, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko duck syndrome.

Faktor Risiko Duck Syndrome

1.Pola asuh

Pola asuh yang menjadi faktor duck syndrome adalah pola asuh yang selalu menuntut anak untuk mencapai hasil yang maksimal. Contohnya seperti orang tua yang menuntut anak mencapai kesempurnaan. Pola asuh seperti ini membuat anak merasa harus bisa mencapai target yang tinggi. Mereka jadi berusaha dengan sangat keras untuk bisa mencapai target.

2. Perfeksionis

perfeksionis
Cr. Freepik.com

Orang yang punya karakter perfeksionis ini selalu berusaha mengejar kesempurnaan dan punya standar yang tinggi. Dari rencana-rencananya sampai hasil kerja, mereka berpikir semuanya harus sempurna. Selain itu, biasanya mereka juga ingin jadi yang terbaik di antara orang-orang di sekitarnya.

Baca Juga: 3 Perbedaan Perfeksionis dan OCD, Kamu yang Mana?

3. Ekspektasi lingkungan terlalu tinggi

Pada dasarnya, lingkungan punya pengaruh yang besar buat seseorang. Untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi dari lingkungannya, seseorang bisa jadi berusaha keras untuk tampil sempurna. Mereka mungkin bersikap seolah semua berjalan lancar. Meski, dibalik itu semua, mereka juga cemas akan kegagalan.

4. Pengaruh sosial media

Sosial media bisa berpengaruh terhadap kondisi duck syndrome. Biasanya pemicunya adalah saat melihat hidup orang lain tampak lebih sempurna dan jauh dari kesulitan. Hal ini bisa mendorong seseorang untuk memperlihatkan sisi “sempurna” dari dirinya aja dan menutupi segala kesulitan yang dihadapi.

Selain beberapa faktor di atas, masih ada kemungkinan kondisi lain yang bisa berpengaruh. Faktor yang dialami satu orang dengan lainnya bisa juga berbeda, berdasarkan kondisi masing-masing individu.

Biasanya kondisi ini banyak dialami oleh mahasiswa atau para pekerja. Alasannya karena mereka mendapat tekanan untuk bersaing dengan lingkungannya.

Meskipun mungkin dianggap sepele, tapi jika kondisi ini diabaikan, penderita duck syndrome bisa mengalami depresi berat atau penyakit mental lain.

Cara Mengatasi Duck Syndrome

cara mengatasi duck syndrome
Cr. Freepik.com

Langkah paling awal yang perlu dilakukan ketika mengalami duck syndrome adalah dengan melakukan self-love. Salah satu bentuk self-love yang bisa kamu lakukan adalah dengan tidak memforsir dan memberi banyak tekanan pada diri sendiri. Selain itu, luangkan waktu untuk me time sejenak untuk mengurangi stres dan lelah.

Buat tahu tingkat self-love ala diri sendiri, yuk coba ikuti Tes Self-Love ini!

Kalau kamu merasa masalah yang kamu hadapi terlalu berat, tidak ada salahnya buat minta bantuan dan saran ke keluarga atau teman. Dengan adanya orang lain yang membantu mencari solusi, beban masalahmu juga jadi lebih ringan.

Kamu juga perlu mengubah pola pikirmu jadi lebih positif. Menganggap kehidupan orang lain lebih sempurna bisa mendorong perasaan cemas dan seolah tertinggal. Padahal, semua orang pasti pernah mengalami banyak tekanan demi mencapai impian masing-masing.

Kamu juga bisa mencari bantuan profesional jika kondisi yang kamu alami sampai menimbulkan kecemasan atau bahkan depresi. Karena kondisi tersebut akan sulit buat ditangani sendirian. Dengan bantuan tenaga profesional seperti psikolog, kamu bisa mendapat arahan untuk mengatasi masalahmu. Untuk itu, kamu bisa coba layanan konseling di Satu Persen ini.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Untuk kalian yang merasa materi ini masih kurang, kalian bisa langsung aja dengerin episode podcast Satu Persen ini biar makin paham.

Oke, thanks banget udah mampir buat baca artikelku. Sampai ketemu di tulisan-tulisanku berikutnya dan selamat menjalani #HidupSeutuhnya.

Referensi:

Edward, R. D. 2021. Duck Syndrome. Medicine Net. https://www.medicinenet.com/duck_syndrome/article.htm

Kirby, S. 2021. What Is Duck Syndrome & Are You Suffering From It? Better help. https://www.betterhelp.com/advice/stress/what-is-duck-syndrome-are-you-suffering-from-it/

Read More
judi

Cara Menghadapi Teman yang Depresi Agar Merasa Lebih Tenang

cara menghadapi teman yang depresi
Satu Persen – Menghadapi Teman Depresi

Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum di dunia. Begitu pula di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, lebih dari 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa orang terdekat kita pun bisa mengalaminya.

Saat mengetahui teman atau orang terdekat mengalami depresi, kita bisa memberikan dukungan sosial untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit. Namun, kita cenderung kebingungan bagaimana cara merespon dengan tepat.

Apa yang harus dilakukan ketika menghadapi teman yang depresi? Kali ini, aku, Sista, Blog Writer Satu Persen, akan memberikan tipsnya. Yuk, simak sampai akhir~

5 Hal yang Tak Boleh Diucapkan Kepada Teman yang Depresi

hal yang tak boleh diucapkan pada teman yang depresi
Cr: 9gag

Buat kamu yang belum pernah mengalami depresi sebelumnya, mungkin akan terasa sulit untuk memahami apa yang dirasakan oleh penderita. Berikut adalah beberapa frasa atau kalimat yang sebaiknya dihindari:

1. “Berbahagialah!”

Mengalami depresi itu berbeda dengan mengalami hari yang buruk. Kita mungkin bisa bangkit dari hari yang buruk dengan mudah. Sebaliknya, seseorang yang mengalami depresi memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bahkan, hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk benar-benar pulih.

Jika kamu meminta teman yang depresi untuk berbahagia, hal ini mungkin akan membuatnya semakin menderita. Sebaiknya berikan validasi atas perasaan mereka dengan kata-kata seperti, “Aku tahu mungkin perlu waktu untuk merasa lebih baik, masih ada harapan”.

2. “Kok bisa depresi?”

Temanmu mungkin terlihat baik-baik saja dalam hidupnya seperti memiliki pekerjaan yang hebat, rumah yang bagus, atau keluarga yang hangat. Namun, ketahuilah bahwa depresi tidak membeda-bedakan orang, tetapi semua bisa rentan terhadap depresi klinis. Orang yang terlihat hebat di permukaan kehidupan bukan berarti tidak terluka.

3. “Kamu tidak terlihat tertekan.”

tidak terlihat tertekan
Cr: knowyourmeme.com

Depresi dapat memengaruhi orang secara berbeda-beda. Sebagian besar mungkin akan merasakan perubahan pada kondisi kesehatan fisik akibat mereka terlalu lelah. Sebagian juga ada yang mungkin tampak benar-benar sehat seperti biasanya.

Mereka mungkin masih bisa pergi bekerja, bahkan tersenyum dan tertawa. Tidak ada yang tahu apa yang mereka rasakan di dalam pikirannya. Di sisi lain, mereka mungkin mengalami penderitaan internal namun tidak sanggup untuk menunjukkannya di depan umum.

Baca juga: Kenali 7 Macam Gangguan Depresi (Gejala, dan Cara Mengatasinya)

4. “Nanti ini juga akan berlalu.”

Benar jika hal ini akan berlalu, namun orang yang mengalami depresi merasa sulit untuk menerima kalimat tersebut. Ketika seseorang berada dalam kondisi depresi, ibaratnya mereka tidak dapat melihat cahaya di ujung terowongan. Depresi terasa tanpa henti dan rasanya tidak pernah berakhir. Daripada mengatakan kalimat tersebut, mungkin kamu bisa mengatakan, “Saat ini mungkin hari-harimu terasa sulit, yang pasti aku akan ada di sisimu untuk membantu”.

5. “Berhentilah merasa depresi.”

Kalimat ini dapat menyakiti hati seseorang yang sedang mengalami depresi. Jika bisa segera keluar dari fase ini, tentu mereka akan melakukannya. Namun, penyembuhan depresi memerlukan konseling, pengobatan, dan terapi yang tepat agar merasa lebih lega.

Itulah beberapa frasa atau kalimat yang sebaiknya dihindari untuk merespon temanmu yang mengalami depresi. Terkadang tanpa kita sadari kata-kata yang kita ucapkan akan berpengaruh terhadap kondisi mental seseorang. Maka dari itu, penting untuk kita pelajari bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Kamu bisa tonton satu video berikut ini untuk mendapatkan tipsnya:

Cara Membantu Teman yang Depresi

Lakukan hal-hal berikut jika temanmu mengalami depresi:

1. Tunjukkan kepedulian

tunjukkan kepedulian
Cr: memegenerator

Di tengah masa-masa sulit seperti ini, temanmu membutuhkan seseorang yang bakal peduli terhadap kondisinya. Misalnya, kamu bisa memberikan pelukan atau sentuhan tangan lembut untuk menunjukan bahwa kamu benar-benar peduli. Kalau merasa canggung dengan situasi ini, kamu juga bisa cukup mengatakan “Aku peduli sama kamu” atau kalimat lain sejenisnya.

Kata-kata puitis mungkin tidak begitu dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. Pada intinya,  kamu perlu menunjukkan sikap kepedulian. Ini juga sekaligus memberi tahu orang tersebut bahwa ia penting bagimu.

2. Ingatkan bahwa kamu selalu ada untuknya

ingatkan kamu selalu ada untuknya
Cr: quickmeme.com

Menurut penelitian, orang yang mengalami depresi akan cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar. Ini terjadi karena orang tersebut merasa tidak ada yang mengerti apa yang ia rasakan. Langkah penting yang bisa kamu lakukan adalah meluangkan waktu untuk mereka. Kamu bisa menghabiskan waktu bersama dan jangan lupa untuk menawarkan bantuan.

Jika ia belum siap untuk bercerita, tidak apa-apa. Cobalah untuk sering berinteraksi seperti menanyakan kabar, bagaimana kondisinya, dan hal lainnya tanpa terlalu memaksanya untuk bercerita. Kamu bisa temui secara langsung atau melalui telepon.  

Coba tes online berikut: Tes Sehat Mental

3. Tanyakan apa yang bisa dibantu

Depresi akan memberikan beban yang cukup berat bagi orang yang mengalaminya. Selain berpengaruh terhadap mental, depresi juga memengaruhi kondisi fisik seseorang. Jadi, mungkin ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuknya.

Ketika menawarkan bantuan, temanmu mungkin awalnya akan menolak tawaran tersebut karena takut membebani. Jelaskan padanya bahwa kamu tidak keberatan dan ingin membantu meringankan pekerjaannya.

Misalnya, daripada menanyakan “Apa yang bisa aku lakukan untukmu?”, lebih baik menawarkan bantuan secara spesifik seperti, “Boleh nggak aku datang ke rumahmu hari ini untuk bantu menyiapkan makan malam nanti?”.

4. Menjadi pendengar yang baik

menjadi pendengar yang baik
Cr: viralviralvideos.com

Saat temanmu sudah siap untuk bercerita, coba dengarkan dengan simpatik. Pastikan bahwa kamu mendengarkan tanpa memotong pembicaraan. Dengan memberikan keleluasaan untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi, kamu dapat membantunya untuk mengurangi perasaan tertekan.

Baca juga: Cara Menjadi Pendengar yang Baik (Kemampuan Mendengarkan Aktif)

5. Yakinkan bahwa ia bukan orang yang lemah

Orang yang mengalami depresi cenderung merasa lemah karena seolah ada  suatu hal yang salah dengan dirinya. Faktanya, depresi merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik, hormon, dan dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak. Hal ini bukan berarti mereka lemah, justru mereka membutuhkan banyak kekuatan tenaga untuk melawan.

Jadi, sebenarnya mungkin mereka jauh lebih kuat daripada yang dikira selama ini. Yakinkan bahwa ia kuat, tangguh, dan mampu melewati masa-masa ini.

6. Tekankan bahwa masih ada harapan

tekankan masih ada harapan
Cr: me.me

Seperti penyakit medis lainnya, depresi masih dapat diobati hingga pulih. Yakinkan temanmu bahwa masih ada harapan untuk bangkit dengan melakukan perawatan serta penanganan yang tepat.

Mungkin kamu bisa ajak temanmu untuk mulai mengikuti konseling dengan tenaga profesional di bidangnya. Misalnya, mengikuti program konseling dari Satu Persen. Selain diberikan asesmen mendalam dan terapi (jika diperlukan), sesi konseling ini juga dilakukan one-on-one dengan psikolog lulusan S2 profesi psikolog klinis dewasa. Klik banner berikut untuk informasi selengkapnya.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Itulah beberapa hal yang perlu dihindari dan apa yang bisa dilakukan ketika temanmu mengalami depresi. Pastikan bahwa kamu membantunya sebisa mungkin hingga ia benar-benar pulih dari kondisi saat ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat, Perseners. Sampai jumpa!

Referensi:
Intrepid Mental Wellness. 10 Things You Should Never Say to a Depressed Person. Retrieved on February 23, 2022 from 10 Things You Should Never Say to a Depressed Person: Intrepid Mental Wellness, PLLC: Psychiatric Nurse Practitioners (intrepidmentalhealth.com)

Jamie Elmer (2019). 7 Tips to Help You Know What to Say to Someone with Depression. Retrieved on February 23, 2022 from 7 Tips to Help You Know What to Say to Someone with Depression (healthline.com)

Nancy Schimelpfening (2021). What to Say to Someone Who Is Depressed. Retrieved on February 23, 2022 from What to Say to Someone Who Is Depressed (verywellmind.com)

Rokom (2021). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Retrieved on February 28, 2022 from Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia – Sehat Negeriku (kemkes.go.id)

Read More