putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Tanda

judi

6 Tanda Kamu Udah Kecanduan Berkhayal

maladaptive daydreaming - kebanyakan berkhayal - kecanduan berkhayal
Satu Persen – Maladaptive Daydreaming: Tanda Kebanyakan Berkhayal

Siapa sih di sini yang gak pernah berkhayal? Berkhayal punya rumah tiga tingkat? Pacar seganteng Song Kang? Atau bahkan kamu pernah berkhayal tentang satu skenario yang sangat detail sampai kayaknya bisa ngalahin J.K Rowling kalau dijadiin buku?

Emang ya, menciptakan dunia ideal di kepala tuh bisa bikin senyum-senyum sendiri. Tapi, sering juga bikin kita tenggelam dalam dunia fantasi kita saking asyiknya. Kita jadi bisa kecanduan sama yang namanya “mengkhayal.”

Nah, buat Perseners yang merasa kalau kamu udah sampai ke tahap mengkhayal secara berlebihan dan bikin pekerjaanmu di dunia nyata jadi terbengkalai. Pas banget nih, di artikel ini aku bakal bahas soal maladaptive daydreaming!

So, baca artikel ini sampai habis ya biar bisa dapat insight yang berguna buat kamu! Eh, tapi sebelumnya kenalin dulu aku Gaby, Part-time Blog Writer Satu Persen.

Apa itu Maladaptive Daydreaming? Apa dampaknya?

maladaptive daydreaming - kecanduan berkhayal - kebanyakan berkhayal
cr: thehelpugive

Maladaptive daydreaming adalah kondisi seseorang yang secara teratur mengalami lamunan intens yang sangat mengganggu karena bisa mengalihkan mereka dari kehidupan nyata. Isi lamunannya biasanya sangat detail sampai bisa berupa sebuah cerita.

Orang yang mengalami maladaptive daydreaming bisa dibilang udah “kecanduan fantasi”. Sama seperti orang yang kecanduan obat-obatan terlarang, orang yang suka melamun secara ekstrem itu mendapat kesenangannya dari melamun. Kenapa? Karena mereka merasa kehidupan pribadinya tuh sulit dan mereka butuh itu buat melarikan diri.

Melarikan diri dari rasa sakit emosional dan menciptakan kehidupan yang sempurna di pikiran mereka. Jadi, maladaptive daydreaming bisa juga dikatakan sebagai bentuk pelarian.

Perseners, mengkhayal itu hal yang wajar kok dan seringkali kita lakukan, apalagi pas masih kecil. Mungkin dulu kita pernah berfantasi kalau pas kita lagi tidur, mainan kita pada hidup dan jalan-jalan kayak di film Toy Story. Tapi, kalau kamu mengkhayal secara berlebihan, itu bisa berdampak negatif dan mengganggu diri kamu, lho. Dan tentunya, kalau mengganggu itu bisa jadi masalah.

Lamunan mereka yang mengalami maladaptive daydreaming biasanya mendalam dan panjang sampai bikin mereka jadi memisahkan diri dari dunia nyata di sekitar mereka. Nah, ini bisa berdampak negatif pada hubungan, kinerja di pekerjaan atau sekolah, kualitas tidur, dan kehidupan sehari-hari mereka. Sebuah studi menemukan kalau mereka yang melamun atau berkhayal secara berlebihan mengalami penurunan signifikan dalam IPK mereka.

Kok bisa? Coba kamu bayangin kalau kamu lagi asyik main game pasti kamu bakal lupa waktu kan? Sama seperti maladaptive daydreaming yang menyita waktu sehingga bikin kita mengabaikan hubungan dan tanggung jawab di dunia nyata. Selain itu, bisa juga bikin mereka jadi susah tidur sehingga kurang tidur.

Nah, kalau udah kurang tidur tuh biasanya bisa bikin orang jadi susah buat fokus dan cenderung lebih rentan kondisi kesehatan mentalnya.

Baca juga: Halu: Kebiasaan Mengkhayal Berlebih dan Cara Menghentikannya

maladaptive daydreaming - kecanduan mengkhayal - kebanyakan mengkhayal
cr: reddit

Tanda-Tanda Kamu Udah Kecanduan Mengkhayal

Perseners, setelah tau apa aja dampak negatif dari mengkhayal berlebihan, kamu juga perlu tau apa aja sih tanda-tanda kalau kamu udah mulai kecanduan mengkhayal atau kecanduan berfantasi. Biar apa? Biar kamu lebih aware sama kondisimu saat ini.

So, langsung aja dibaca penjelasan tanda-tanda kamu udah kecanduan mengkhayal di bawah!

1. Kamu suka melamun secara intens dan detail

Salah satu tanda kalau kamu mengalami gejala maladaptive daydreaming adalah kamu sering melamun secara intens. Gak cuma itu, isi lamunanmu juga biasanya sangat jelas dan detail. Artinya ada sebuah cerita yang kamu pikirkan lengkap dengan karakter, latar, dan plot.

2. Isi lamunanmu dipicu sama peristiwa nyata

Biasanya orang yang mengalami maladaptive daydreaming dipicu oleh peristiwa di kehidupan nyatanya. Misalnya dari topik pembicaraan yang baru aja kamu omongin di siang hari, rangsangan sensorik seperti suara atau bau, atau bisa juga pengalaman fisik. Itu bikin kamu jadi terus kepikiran dan dibawa ke fantasimu.

3. Lamunanmu bisa berlangsung lama

Hal yang bikin mengkhayalmu udah gak wajar adalah berlangsung lama. Berapa lama? Bisa dimulai dari beberapa menit sampai hitungan jam. Kamu biasanya jadi lupa waktu. Pas lagi berkhayal, eh tiba-tiba buka jendela udah gelap aja.

4. Membuat ekspresi saat kamu sedang melamun

Orang yang sedang bengong atau melamun biasanya kan ekspresinya datar, kosong, tapi orang yang mengalami maladaptive daydreaming bisa membuat ekspresi yang gak dia sadari. Selain itu, bisa juga melakukan gerakan tubuh yang berulang, atau disertai dengan berbicara atau berbisik.

5. Keinginan yang kuat buat terus melamun

Sama seperti orang yang sedang kecanduan, pasti selalu ingin melakukan hal yang bikin candu itu. Dalam hal ini adalah melamun.

Orang yang mengalami gejala maladaptive daydreaming bakal punya keinginan kuat buat terus-terusan melamun. Setelah melamun dalam waktu yang lama, bisa jadi ada perasaan bersalah karena mengabaikan kewajiban dan tanggung jawabnya di dunia nyata.

6. Susah fokus dan susah tidur

Kebanyakan mengkhayal bikin kita susah fokus dalam menyelesaikan tugas sehari-hari. Kalau orang pada umumnya di zaman serba teknologi ini terdistraksi sama handphone pas mau ngerjain tugas, orang yang mengalami gejala maladaptive daydreaming sangat mungkin terdistraksi keinginannya buat terus melamun. Hal ini yang bikin dia jadi susah buat fokus.

Selain itu, karena terus berfantasi, bisa jadi mereka sulit buat tidur dan berakhir susah buat berkonsentrasi di kehidupan nyata.

Baca juga: Tips Ampuh Tidur Cepat dan Terhindar dari Insomnia

Cara Berhenti Maladaptive Daydreaming

maladptive daydreaming meme - kebanyakan berkhayal - kecanduan berkhayal
cr: Tumgir

Emang sih, mengkhayal tuh seru dan bisa bikin kita jadi termotivasi buat bikin kehidupan nyata kita seindah dunia khayalan kita. Tapi, kalau kamu malah merasa kehidupan nyatamu terganggu karena lamunanmu, kamu harus berhenti. Gimana caranya?

1. Tingkatkan Kualitas Tidur Kamu

Coba buat jadwal tidur yang teratur setiap harinya dalam seminggu bahkan sampai weekend. Kasih waktu kamu setidaknya tujuh jam tidur. Kamu juga bisa bikin rutinitas sebelum tidur biar lebih tenang dan rileks. Misalnya dengan membaca buku, menulis jurnal, meditasi, atau bahkan skin care-an. Mau tau kualitas tidurmu yang sekarang? Coba ikut tes kualitas tidur di sini.

2. Jangan Terlalu Capek di Siang Hari

Jangan terlalu memaksakan diri buat bekerja terlalu keras atau melebihi batasmu. Coba paparkan diri kamu sama sinar matahari terutama di pagi hari.

Kamu boleh mengonsumsi kafein buat bikin kamu tetap berenergi, tapi jangan mengonsumsinya lebih dari 400 miligram per hari. Selain itu, jadwalkan secangkir kopi terakhir kamu seengaknya 6 jam sebelum tidur.

3. Pahami Gejalamu

Kamu bisa menggunakan note di handphone atau kertas kosong buat mencatat apa sih yang kamu lakuin sebelum kamu mengalami maladaptive daydreaming? Setelah kamu tau apa pemicunya kamu bisa coba ambil langkah buat menghindarinya.

Misalnya, kamu jadi sering melamun dan berkhayal setiap kali kamu nonton film fantasi. Nah, coba kamu tahan dulu buat gak mengonsumsi film-film bergenre fantasi. Baru saat kamu udah mulai berhenti kecanduan berkhayal, kamu bisa pelan-pelan mulai menonton lagi.

Buat Perseners yang masi pengen tau lebih lanjut tentang maladaptive daydreaming ini, kalian bisa juga nonton video dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

Nah, itu tadi Perseners pembahasan soal maladaptive daydreaming. Kalau kamu merasa mengkhayal udah ganggu aktivitasmu di dunia nyata, kamu juga bisa konseling ke psikolog.

Kebetulan banget, Satu Persen punya layanan konseling dengan psikolog yang bisa bantu kamu mengatasi masalah KLINIS dan memberikan diagnosa setelah konsultasi. Kamu bisa langsung aja akses layanan konseling dengan klik banner di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-25

Akhir kata, aku cuma mau bilang kalau berkhayal itu boleh, tapi ingat kalau kita hidup di dunia nyata! Fighting!

Referensi:

Chahine, E. (2021, May 5). Maladaptive Daydreaming. Retrieved on November 7, 2021 from https://www.sleepfoundation.org/mental-health/maladaptive-daydreaming

Cirino, E. (2018, December 13). Maladaptive Daydreaming. Retrieved on November 7, 2021 from https://www.healthline.com/health/mental-health/maladaptive-daydreaming

Heshmat, S. (2018, May 7). The Difference Between Dreamers and Doers. Retrieved on November 7, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/science-choice/201805/the-difference-between-dreamers-and-doers

Read More
judi

7 Tanda Stres Saat WFH dan Cara Mengatasinya

tanda stres saat WFH
Satu Persen – Tanda Stres Saat WFH dan Cara Mengatasinya

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin aku Fathur, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Perseners pasti paham bahwa setiap pekerjaan memiliki tantangannya masing-masing. Keberhasilan dan kegagalan melewati rintangan itu pun ada di dalam diri kita sendiri. Tapi, apakah Perseners pernah merasa lelah dengan segala tuntutan pekerjaan yang menumpuk selama Work From Home (WFH) saat ini? Aku yakin salah satu di antara kalian pernah mengalaminya, dong.

Tuntutan pekerjaan adalah salah satu faktor yang dapat membuat kamu stres semisal kamu ngga bisa mengatasinya. Contohnya, ketika kamu dituntut untuk selesai pada deadline yang sudah ditentukan. Tapi, kamu sendiri sebenarnya ngga mampu karena masih banyak pekerjaan lain yang belum beres. Oleh karenanya, kamu harus bekerja dua kali lipat lebih cepat agar pekerjaan lebih cepat beres.

Stres WFH
Sumber: 9gag.com

Cerita di atas hanya satu di antara penyebab yang sering ditemui, Perseners! Masih banyak lagi penyebab yang bisa membuat kamu semakin stres ketika WFH. Misalnya, ketika kamu memiliki masalah pribadi dengan rekan kerjamu sampai membuat kamu banyak overthinking.

Stres dalam pekerjaan merupakan kondisi ketika kamu mengalami ketegangan yang nantinya membuat fisik dan psikis kamu ngga stabil. Dalam jurnal yang terbit tahun 2012, Dosen Psikologi, Dhini Rama mengatakan stres dalam pekerjaan ini sering ditandai sama hal-hal seperti gangguan fisik, lingkungan, dan situasi sosial sehingga berpotensi mempengaruhi proses berpikir pekerja.

Meskipun kamu adalah pekerja yang paling andal, kamu bisa saja mengalami stres seperti hal-hal yang udah disebutkan sebelumnya. Tapi, jangan khawatir! Kamu bisa mengatasinya dengan memperhatikan berbagai tanda stres yang dialami seseorang dalam pekerjaannya.

Baca Juga: Cara Menghilangkan Stres Berkepanjangan

Cek pembahasan berikut ini, ya!

7 Tanda Stres Saat Work From Home

tanda stres saat WFH
Sumber: Fairygodboss.com

Di kesempatan kali ini, aku akan memberi tahu kamu apa saja tanda stres yang bisa dialami orang ketika WFH. Yuk, simak sampai habis!

1. Mudah tersinggung dan sensitif

Salah satu tanda stres yang umum saat WFH adalah kecenderungan untuk mudah tersinggung dan sensitif. Menurut Gaol (2014), ini disebabkan oleh stres yang memengaruhi kondisi emosi pekerja. Akibatnya, emosi yang ngga stabil dapat sewaktu-waktu membuat kamu menjadi sensitif dan mudah tersinggung terhadap hal apapun.

Contohnya, ketika seseorang memberikan pendapat terhadap hasil kerja kamu. Tapi, kamu menolak komentar tersebut dengan reaksi yang berlebihan. Padahal, komentar tersebut masih bisa dibahas baik-baik dengan pikiran yang terbuka dan ngga harus dijadikan permasalahan.

2. Sering off-cam saat virtual meet

Ayo ngaku, siapa yang sering mematikan kamera laptop ketika meeting online sedang dilakukan? Tentu mematikan kamera adalah hal yang wajar, ditambah kamu telah memakai banyak alasan agar dapat menghindari tatap muka dengan rekan kerjamu.

Jika begitu, kamu harus memastikan lagi apa alasan kamu melakukan hal itu. Apakah kamu sedang mengalami sebuah tekanan seperti stres atau ngga?

Beberapa pekerja yang memiliki banyak tekanan mungkin akan menjadi tertutup sehingga menjadi lebih diam. Nyatanya, ini juga merupakan tanda stres lainnya saat WFH, nih. Apalagi jika seseorang yang biasanya cerewet dan rajin on-cam, tapi tiba-tiba menghilang dan memilih untuk sering off-cam. Jika ada, kamu sebagai teman atau atasan disarankan untuk sekadar menanyakan masalah dan tantangan mendasar mengapa dia off-cam dan menghindar.

3. Terlihat kurang konsentrasi

kurang konsentrasi
Sumber: Twitter.com

Diskusi ketika meeting online bukan hanya membuat kita mendengarkan rekan kerja, melainkan memberikan jawaban sebagai feedback. Begitu pula ketika sedang mengalami tanda stres ini, kamu cenderung sulit untuk memahami perkataan yang dilontarkan rekan kerjamu. Hal ini bisa terjadi karena kamu susah berkonsentrasi dan sedang banyak pikiran.

Kamu juga akan lebih ngga percaya diri untuk menjawab pertanyaan dalam diskusi meeting online. Tanda stres lainnya, yakni berpotensi meningkatnya kebingungan ketika ngobrol dan ragu-ragu dalam menjawab ketika meet.

Terkadang, karyawan yang sangat stres memiliki pandangan yang ngga sehat. Maka dari itu, apabila kamu melihat tanda ini, sebaiknya coba tanyakan tentang kesehatannya ketimbang menanyakan argumennya.

4. Menanyakan pertanyaan yang berulang-ulang

Apakah kamu pernah melihat seseorang yang sering menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali? Kamu pasti berpikir kalau orang itu hanya membuang-buang waktumu saja. Tapi di satu sisi, apakah kamu tahu bahwa hal itu merupakan salah satu ciri tingkatan stres dari seseorang?

Dilansir Forbes, orang yang memiliki tingkatan stres yang tinggi mengalami kesulitan dalam memproses kalimat yang datang kepada dirinya dengan cepat. Maka dari itu, mereka akan mencari kepastian dengan menanyakan pertanyaan yang sama secara terus-menerus.

Dalam jurnal yang diterbitkan tahun 2018, R. C. Hamdy mengatakan cara membantu orang yang mengajukan pertanyaan secara berulang adalah dengan menghargai pertanyaan orang tersebut. Setelahnya, diharapkan untuk memberikan waktu untuk mereka menelan informasi dengan tujuan mengurangi tekanan dan tanda stres ini.

stres WFH
Sumber: Product Coalition

5.Penurunan produktivitas kinerja kerja

Berikutnya, tanda stres yang melibatkan penurunan produktivitas kinerja kerja. Salah satu ciri awalnya adalah karena stres yang menumpuk. Hal ini akan berdampak buruk kepada kerjaanmu, seperti kerjaan yang menjadi kurang maksimal, datang terlambat ketika meeting online, dan juga kurang teliti pada hal-hal kecil yang ada di sekitarmu.

Untuk Perseners yang sedang berada dalam tahap ini, aku saranin sebaiknya mulai menjaga kesehatan tubuhmu dari mulai  fisik hingga mentalmu. Misalnya, dengan ngga banyak begadang yang membuat metabolisme tubuh kurang baik. Atau lebih mengatur waktu agar pekerjaanmu bisa lebih mudah ditangani.

6. Kurangnya keterlibatan ketika meeting online

Tentunya ada perbedaan ketika mengobrol antara tatap muka langsung dan melalui daring seperti virtual meet. Jika melalui online, kamu ngga harus menatap lawan bicaramu dan bisa mendengarkannya sambil melakukan hal lain. Sementara ketika tatap muka, kamu harus selalu memperhatikan lawan bicara mulai dari ekspresi hingga momen untuk menjawab obrolannya.

Begitu juga untuk kamu yang sedang melihat temanmu cenderung jarang berinteraksi di kolom obrolan atau melalui suara. Fitur ini memberikan cara mudah untuk melihat siapa yang terlibat dan siapa yang ngga hadir. Jika mereka ngga merespons, bisa jadi itu karena sinyal atau ada masalah dalam diri mereka. Maka dari itu, yang bisa dilakukan adalah menghubungi mereka yang kurang merespons ketika meeting online berlangsung.

7. Bekerja ketika jam istirahat

Masa pandemi mungkin bakal membuatmu mengerjakan pekerjaan secara fleksibel, baik itu pagi, siang, atau malam. Jika pekerjaanmu menjadi kacau karena time managing yang dibuat berantakan, bisa saja kamu memakai jam istirahatmu untuk bekerja. Alih-alih menggunakan waktu istirahat untuk mengejar deadline yang diminta, kegiatan seperti ini berpotensi membuatmu menjadi lebih stres karena pola bekerjamu menjadi ngga teratur.

Baca Juga: Belajar Mengelola Stres untuk Hidup Lebih Bahagia

Bagaimana Cara Mengatasi Stres Saat WFH?

cara mengatasi stres saat WFH
Sumber: Memegenerator.net

Agar membantu terhindar dari tanda stres yang sebelumnya sudah dibahas, mungkin kamu perlu seorang mentor yang bisa kamu jadikan teman curhat sekaligus tempat saran untuk menjawab permasalahan kamu.

Memang cukup sulit untuk sembuh dari kumpulan tanda stres tersebut. Tapi, Satu Persen memiliki tes untuk mengukur tingkatan stres yang ada dalam dirimu sekarang. Kamu bisa mengikuti Tes Tingkatan Stres ini untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sudah disediakan.

Selain itu, Satu Persen juga memilki mentoring yang bakal ngejawab satu-per-satu permasalahan mengenai stres yang kamu alami sekarang. Selain dibantu untuk menjalani hidup apa adanya, kamu juga bakal dapat tes psikologi dan asesmen hingga worksheet, loh! Bermanfaat banget, kan?

Mentoring-5

Selain itu, kamu juga bisa mendengar Podcast dari Satu Persen tentang menumbuhkan semangat kerja di setiap minggunya.

Sekian sampai sini terkait tanda stres saat WFH dan cara mengatasinya. Akhir kata, aku Fathur dari Satu Persen megucapkan selamat menjalani #Hidupseutuhnya.

Referensi:

Hamdy, R. C., Kinser, A., Depelteau, A., Lewis, J. V., Copeland, R., Kendall-Wilson, T., & Whalen, K. (2018). Repetitive Questioning II. Gerontology and Geriatric Medicine, 4, 233372141774019. https://doi.org/10.1177/2333721417740190

Nugraha, A., & Purba, S. D. (2018). Tuntutan Pekerjaan Dan Stres Kerja Sebagai Variabel Penentu Turnover Intention. Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 10(1), 49. https://doi.org/10.25105/jmpj.v10i1.2274

Gaol, C. J. (2014). A to Z Human Capital; Manajemen Sumber Daya Manusia (Konsep, Teori, dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik dan Bisnis). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Forbes. (2021). Nine Signs A Remote Employee Is Struggling With Stress Or Anxiety. Forbes.Com. https://www.forbes.com/sites/forbeshumanresourcescouncil/2021/03/25/nine-signs-a-remote-employee-is-struggling-with-stress-or-anxiety/?sh=6485fb29790e

Read More
judi

7 Tanda Kesehatan Mentalmu dalam Keadaan Baik

Ilustrasi kesehatan mental baik

There’s no health without mental health.

Mungkin kita semua udah sering mendengar kalimat ini. Tapi, kenapa?

Coba bayangkan kalau kamu sehat secara fisik–nggak punya penyakit fisik, juga bisa bergerak dengan bebas dan aktif. Tapi di sisi lain, kamu nggak bahagia, nggak punya motivasi untuk melakukan apapun, susah berkonsentrasi, atau bahkan punya pikiran kalau hidup itu nggak berguna. Walaupun secara fisik kamu sehat, tapi keadaan mentalmu yang nggak sehat membuatmu nggak bisa produktif dan menikmati hidup dengan seutuhnya.

Meski begitu, stress dan tekanan adalah hal wajar yang pernah dialami oleh semua orang. Sebagai manusia, kita pasti punya ups-and-downs yang beragam. Ada hari-hari yang berjalan dengan baik, ada juga hari-hari yang berjalan dengan buruk. Mereka semua pernah hadir dan pergi dalam hidup kita.

Tanpa disadari, mungkin kita justru mengalami perubahan positif sebagai akibat dari pasang surut kehidupan. Bisa jadi, ternyata selama ini segala usaha yang kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental kita membuahkan hasil yang positif.

Tanda-tanda perubahan positif dan kesehatan mental yang baik

Kesehatan mental dalam kondisi baik itu bukan berarti kita merasakan kebahagiaan setiap saat. Bukan juga berarti kalau kita sama sekali nggak punya masalah.

Lalu, apa saja sih tanda-tanda kesehatan mental kita sudah berada dalam kondisi yang lebih baik?

1. Kamu memahami bahwa fluktuasi dalam kesehatan mental itu natural dan wajar

Seiring berjalannya waktu, kamu mulai memahami kalau sewaktu-waktu mungkin kamu akan merasa sedih dan tertekan. Kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan ketika emosi negatif itu muncul. Kamu menjadi semakin tangguh dan tahu bahwa emosi negatif ini hanyalah gelombang yang akan berlalu.

Kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan ketika emosi negatif itu muncul. Ketika kamu membutuhkan bantuan orang lain, kamu juga tidak akan bersikap defensif dan menolaknya. Good days will come again.

2. You feel good; kamu mampu merasakan emosi-emosi positif

Ketika kondisi kesehatan mentalmu dalam keadaan baik, kamu merasakan kepuasan akan hidupmu. Kamu juga mampu untuk merasakan emosi-emosi positif, seperti perasaan bahagia, perasaan dicintai, atau perasaan syukur.

Selain itu, kamu juga terampil melihat sebuah peristiwa dari perspektif lain dan tidak membiarkan dirimu untuk terperangkap dalam emosi negatif berlarut-larut.

3. Kamu mulai melakukan self-care secara rutin

Selama masa-masa sulit,  junk food mungkin jadi teman dalam hidupmu. Kamu juga mungkin melewatkan olahraga dan lupa melakukan rutinitas perawatan pribadi, seperti mandi atau sikat gigi.

Kalau kamu sudah mulai menunjukkan perubahan positif dalam hal self-care, seperti makan makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik, serta melakukan perawatan pribadi, selamat! Kamu sudah membuat kemajuan dalam hal kesehatan mentalmu.

4. Kamu punya sense of belonging

Ketika kondisi mentalmu buruk, mungkin kamu kehilangan tujuan hidup, atau tidak dapat berfungsi dan berkontribusi untuk lingkunganmu.

Kalau kondisi kesehatan mentalmu sudah membaik, kamu mungkin merasa lebih tenang dan damai, atau bahkan merasa lebih spiritual. Kamu juga merasa bahagia dapat produktif dan berkontribusi, baik itu untuk dirimu sendiri, keluarga, atau bahkan masyarakat.

5. Kamu memiliki hubungan yang sehat

Ketika kamu dalam keadaan terpuruk, mungkin kamu menarik diri dari hubungan. Rasanya seperti tidak ada cukup tenaga untuk menjaga hubungan yang kamu miliki.

Ketika kesehatan mentalmu dalam keadaan baik, kamu merasa berenergi kembali untuk kembali menjalin hubungan dan memberi mereka perhatian yang layak mereka dapatkan. Kamu juga tidak akan membuang waktumu pada orang-orang toxic dan menoleransi perilaku mereka.

6. Kamu memiliki hubungan yang sehat dengan diri sendiri

Sebelumnya, kamu mungkin kerap membenci dan menghukum dirimu ketika kamu gagal mencapai tujuan atau cita-citamu. Kamu mungkin sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan menetapkan standar yang tidak realistis pada dirimu sendiri.

Adalah sebuah kemajuan besar apabila saat ini kamu mengerti kalau kegagalan adalah hal yang wajar. Kemajuan itu juga dapat berbentuk pemahaman terhadap kelebihan dan kekuranganmu. Kamu mencintai dirimu sendiri dan memiliki hubungan yang baik dengan diri sendiri.

7. Kamu lebih percaya diri

Ketika kamu sedang merasa down, kamu mungkin merasa tidak percaya diri dengan penampilan atau kemampuanmu. Setelah kesehatan mentalmu membaik, kamu dapat lebih mengenali dirimu sendiri yang luar biasa dan unik, merasa lebih percaya diri dengan siapa dirimu, dan memperbaiki diri dalam hal-hal yang perlu diperbaiki.

Lantas, apa yang bisa aku lakukan untuk menjaga kesehatan mentalku?

Selain tetap menjalankan rutinitas sehari-harimu, kamu juga dapat melakukan beberapa hal berikut untuk menjaga keadaan mentalmu tetap optimal.

1. Berbicara kepada orang lain tentang perasaanmu

Mengekspresikan perasaanmu dapat membantumu tetap sehat secara mental dan menghadapi masa-masa sulit dengan lebih baik.

Ingat, itu bukan tanda kelemahan, tetapi itu adalah bagian dari caramu menjaga kesehatan mentalmu.

Ini adalah hal yang tidak bisa di-skip kalau kamu mau menjaga kesehatan mentalmu. Makanan sehat bisa menjadi sumber energi, yang juga bisa menimbulkan mood yang bagus dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Tidur yang cukup dapat me-recharge tubuh dan pikiranmu. Kekurangan tidur dapat membuat tubuh dan pikiranmu tidak berfungsi secara optimal. Sesibuk apapun kegiatanmu, jangan lupa luangkan waktu untuk beristirahat, ya!

3. Menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang lain

Sebagai makhluk sosial, kita punya kebutuhan emosional untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Berbagai penelitian mengungkapkan kalau kesepian bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental, bahkan fisik kita.  

Kamu bisa meluangkan waktu untuk menyapa atau berbincang sejenak dengan teman atau keluargamu setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Melakukan aktivitas fisik.

Kesehatan fisik memiliki hubungan dengan kesehatan mental. Ketika kita melakukan aktivitas fisik, otak kita mengeluarkan hormon serotonin dan endorphin, yang bisa meningkatkan suasana hati.

Nggak perlu melakukan aktivitas berat, aktivitas fisik ringan seperti berjalan selama 15 menit, juga sudah dapat membantu meningkatkan kesehatan mentalmu.

5. Melakukan pengembangan diri

Tak cuma menimbulkan kesenangan, terkadang kita membutuhkan aktivitas lebih yang bisa menantang kita dan membuat kita punya perasaan seperti “wah, ternyata aku bisa melakukan itu, ya”.

Sebagai manusia, kita juga perlu meningkat dan berkembang setiap harinya. Peningkatan itu bisa kamu melakukan lewat aktivitas bermakna, seperti mempelajari hal baru.

Jangan lupa untuk tetap aware dengan kesehatan mentalmu, ya!

Seperti yang tadi sudah kita bahas, fluktuasi dalam kondisi kesehatan mental adalah hal yang wajar. Saat ini mungkin kita merasa baik, mengalami hari-hari yang indah, namun bukan tidak mungkin apabila suatu hari kita mengalami penurunan kondisi.

Kalau kamu sudah mengalami tanda-tanda berikut, ada baiknya kamu mulai waspada terhadap penurunan kesehatan mentalmu:

  1. Kesulitan menghadapi tekanan dan masalah sehari-hari
  2. Merasa tidak bahagia dan tertekan
  3. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan
  4. Kesulitan untuk tidur, makan, dan melakukan aktivitas sehari-hari
  5. Merasa hidup tidak berguna dan tidak memiliki arti

Apa yang harus aku lakukan apabila suatu hari aku tidak mampu lagi mengatasi masalahku?

Setiap orang memiliki batas dan kemampuan masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Apabila cara-cara yang biasa kamu lakukan sudah tidak mempan, Mentor Satu Persen siap menjadi teman ceritamu kapanpun kamu mau! Kamu bisa ceritain masalah kamu secara private dan mentor akan membantu untuk temukan solusinya.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Read More