putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Suka

judi

Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial? (Dampak dan Solusinya)

dampak dan solusi curhat di media sosial
Satu Persen – Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial?

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin gue Fathur Rachman, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Akhir-akhir ini banyak orang memilih jalan untuk mengutarakan keluh kesahnya di media sosial seperti di Twitter atau Instagram. Kasus seperti ini sering juga gue temukan di lingkungan pertemanan yang seringnya mereka curhat mengenai masalah perkuliahannya. Bahkan sampai selebriti pun ada yang memakai media sosial sebagai medium curhat tentang perkejaan hingga masalah hubungannya.

Kalau lo gimana, Perseners? Apakah lo memakai media sosial sebagai tempat curhat lo? Kalau gue sendiri pernah sesekali curhat di media sosial setelah gue putus dari mantan gue. Tujuannya tentu agar melepas emosi negatif dalam diri, sekaligus mendapatkan dukungan dan timbal balik yang diinginkan dari pengikut gue di media sosial.

Tapi, terkadang curhatan gue pun gak semudah itu diterima oleh temen-temen gue dan harus menghapus kembali tweet yang sudah diunggah atau mengklarifikasi tweet tersebut. Maka dari itu, sekarang gue lebih selektif untuk memilah curhatan yang akan diberikan.

Nah, sekarang lo jadi tau kan, kalau ternyata curhat di media sosial itu lagi nge-trend di kalangan remaja? Tapi, kenapa mereka memilih curhat di media sosial? Buat lo yang bingung, yuk kita bahas bareng-bareng!

curhat di media sosial
Sumber: memegenerator.net

Curhat atau juga dikenal sebagai ‘curahan hati’ adalah cara seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang perasaan, pikiran, sampai kondisinya terhadap orang lain. Curhat dinilai ampuh untuk menghilangkan rasa stres akibat informasi yang membebani pikiran. Misalnya, permasalahan mengenai pekerjaan, keluarga, pasangan ataupun kekhawatiran lainnya.

Biasanya curhat diceritakan kepada orang yang dianggap dekat atau bakal lo percaya untuk memegang rahasia dan cerita lo. Tapi, bagaimana jika lo gak punya teman untuk curhat dan lebih memilih membagikan cerita lo ke media sosial pribadi?

Gak ada yang salah kok, Sob! Pemanfaatan platform media sosial untuk curhat malah bisa ngebuat lo lebih merasa lega dan puas karena telah mengutarakan perasaan lo. Terlebih jika lo mendapatkan respons positif seperti dukungan dan saran atas curhatan lo tadi.

Terdapat juga beberapa alasan orang senang curhat di media sosial. Beberapa di antaranya karena sulit atau gak ada waktu untuk curhat dan bercerita di dunia nyatanya.

Selain itu, pengikut lo di media sosial juga mudah untuk memberi reward kalau ternyata curhatan lo relatable sampai banyak yang nge-retweet atau membalasnya. Nah, perhatian dari pengikut lo ini semakin ngebuat lo terdorong untuk ingin lagi dan lagi curhat di media sosial pribadi lo.

dampak negatif curhat di media sosial
Sumber: twitter.com

Nah, sekarang lo udah tau alasan kenapa orang-orang lebih memilih curhat di media sosial, kan? Jadi, selanjutnya gue mau kasih tau dampak-dampak yang bakal lo terima jika lo melakukan hal yang satu ini. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Gak semua pengikut lo memiliki keahlian untuk membantu masalah lo

Mungkin lo memiliki pengikut yang banyak, tapi belum tentu semua dari pengikut lo bisa menanggapi curhatan dengan baik dan benar. Ibaratnya, lo itu sedang curhat ke banyak orang yang gak jelas itu siapa dan mood-nya sedang bagus atau gak.

Terlepas dari keterbukaan lo dengan segala informasi seperti kritik dan saran atas curhatan lo. Tapi, besar kemungkinannya juga kalau lo gak dapat solusi pas yang sedang lo butuhkan untuk lo denger. Malah sebaliknya kalau lo cerita pada orang yang salah, maka lo akan berpeluang untuk diomongin di belakang oleh temen lo. Bahkan bisa juga lo justru jadi bahan tertawaan mereka saja.

2. Jejak digital yang tidak akan pernah hilang

Terlepas lo sering curhat mengenai hal-hal yang positif dari diri lo. Tapi, gimana jadinya kalau lo curhat tentang hal negatif tentang kehidupan lo di media sosial? Tanpa lo pertimbangin dulu curhatan lo itu akan menyinggung banyak orang atau gak?

Nah, hal seperti ini bakal berpotensi untuk menjadi curhatan yang gue bilang debatable, alias menjadi perdebatan di kalangan netizen. Hal ini dikarenakan semua postingan lo itu akan tersimpan terus dalam jejak digital. Misalnya, ketika ada seseorang mencoba untuk menangkap layar (screenshot) ketika melihat postingan lo dan membagikannya ke orang lain dengan niat buruk. Who knows?

Ditambah hal ini akan berdampak kepada karier lo yang perlu dipertanggungjawabkan ketika lo memposting hal yang menjatuhkan tempat kerja lo. Atau sampai kehidupan pertemanan lo yang malah jadi dicaci maki karena lo menyindir teman lo secara jelas.

Maka dari itu, yang gue bisa saranin di kesempatan ini adalah lebih selektif dan mempetimbangkan secara rasional terlebih dahulu sebelum lo memutuskan untuk mengunggah curhatan lo ke media sosial pribadi.

3. Masalah dari curhatan lo jadi melebar

Siapa sih, yang gak mau curhatannya dibalas dengan komentar negatif? Tentu semua orang yang curhat di media sosial berharap menceritakan kondisinya dengan tujuan dapat dukungan dari orang lain.

Nah, alih-alih mendapat respons yang positif, gak jarang lo malah dapet hal yang ada di luar ekspektasi lo. Contohnya, bikin seseorang yang malah jadi sedih atau marah karena satu postingan lo. Hal ini tentu bakal ngebuat lo bingung sehingga permasalahan lo itu menjadi melebar. Bahkan curhatan lo itu bisa mengarah ke cyberbullying dan membuat curhatan yang awalnya sederhana, malah menjadi rumit.

Nah, yang lo bisa lakukan adalah dengan melakukan komunikasi asertif dalam setiap klarifikasi curhatan lo yang lo buat. Lo juga perlu menyusun perkataan lo agar gak menyinggung berbagai pihak yang sebenarnya bukan diperuntukkan untuk mereka.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Psikolog Online sebagai Tempat yang Aman untuk Curhat

Banyak tempat untuk mengutarakan emosi dari curhat lo yang menumpuk. Misalnya, lo bisa menghubungi pacar atau teman yang nyaman untuk lo ajak curhat. Bahkan keluarga terdekat seperti orang tua atau saudara yang lo benar-benar percaya bisa diajak berbagi informasi mengenai tantangan yang sedang lo alami.

Namun, tentu mereka semua memiliki batasannya masing-masing. Let’s say mungkin orang tua lo bisa memberikan dukungan buat lo, tapi gak bisa ngasih solusi karena lo gak bebas untuk curhat ke mereka. Atau mungkin ketika curhat ke temen lo, tapi lo takut untuk curhat berlebih yang bisa ngebuat mereka lelah untuk ngedengerin lo.

Begitu pula dengan curhat di media sosial yang udah gue ulas sebelumnya kalau banyak dampak dan tantangannya tersendiri. Tapi, tau gak Perseners, kalau udah banyak tempat-tempat secara online yang sudah menyediakan tempat untuk lo curhat, lho! Salah satunya adalah Satu Persen sendiri.

YouTube Satu Persen – Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Lo bisa ikut mentoring online. Dengan keberadaan mentor online, lo bisa bisa mendapatkan tenaga ahli yang memang fokus untuk memberikan layanan kesehatan untuk lo. Selain itu, informasi dan privasi lo pun akan terjaga. Maka dari itu, lo gak usah khawatir lagi jika ingin bercerita banyak kepada mentor ini.

Tentunya, curhat sama mentor di Satu Persen bisa lebih ngebantu lo menghadapi berbagai permasalahan yang lo alami. Jadi, lo gak perlu curhat di media sosial lagi, deh! 😀

Untuk lebih jelasnya, lo bisa klik banner di bawah ini untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang layanan mentoring di Satu Persen.

Mentoring-5

Akhir kata, gue Fathur dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Read More
judi

Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes (Cara Mengatasi Impostor Syndrome)

impostor syndrome - merasa gak pantes
Satu Persen – Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

“Kenapa gue ada di sini ya?”

“Gue nggak pantas dapet semua ini”

“Kok gue merasa yang gue kerjain nggak pernah maksimal ya?”

Pasti lo semua pernah kan ngomong kayak hal di atas sometimes ketika melakukan sesuatu. Lo merasa semua hal yang lo lakuin itu nggak maksimal. Dan ketika usaha atau kerja keras lo diapresiasi oleh seseorang, lo merasa bahwa lo nggak pantes dapet semua hal itu. Lo merasa merasa semua pencapaian diri dan kepercayaan diri lo adalah sebuah kebohongan dan kepalsuan.

Tapi, lo tau nggak sih, apa yang lo lakuin ke diri lo itu termasuk ke dalam masalah psikologis? Kondisi psikologis ini biasa disebut sebagai impostor syndrome alias sindrom penipu atau sindrom penyemu, Perseners.  

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari wonder.ph

Karena lagi ngomongin tentang masalah kurangnya percaya diri nih, di artikel kali ini gue akan mencoba membahas masalah psikologis, yaitu impostor syndrome. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Kamu Sering Ragu sama Diri Sendiri? (Tips Mengatasi Impostor Syndrome)

Apa itu Impostor Syndrome?

impostor syndrome
Sumber dari pixabay.com

Impostor syndrome adalah gagasan bahwa lo hanya berhasil karena keberuntungan, dan bukan karena bakat atau kualifikasi lo. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1978 oleh psikolog Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes. Dalam makalahnya, mereka berteori bahwa wanita secara unik dipengaruhi oleh impostor syndrome.

Sejak itu, penelitian telah menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita mengalami perasaan penipu. Clance juga menerbitkan makalah selanjutnya yang mengakui bahwa Impostor Syndrome memang nggak terbatas pada wanita saja. Saat ini, sindrom penipu dapat diterapkan pada siapa saja yang nggak mampu menginternalisasi dan memiliki kesuksesan mereka.

Orang-orang yang berjuang dengan impostor syndrome percaya bahwa mereka nggak layak mendapatkan prestasi dan penghargaan tinggi yang udah mereka dapatkan. Mereka merasa bahwa mereka nggak kompeten atau secerdas yang orang lain pikirkan—dan dalam waktu dekat, orang akan menemukan kebenaran tentang mereka. Mereka yang mengidap impostor syndrome sering kali berprestasi, mereka mungkin memegang jabatan tinggi atau memiliki banyak gelar akademis.

Untuk mengatasi perasaan ini, lo mungkin akan bekerja lebih keras dan mempertahankan standar yang lebih tinggi. Tekanan ini pada akhirnya dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan kinerja lo.

Cobain, Yuk Tes Faktor Kepercayaan Diri: Kenali Kelebihanmu!

Bagaimana Rasanya Mengidap Impostor Syndrome?

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari pixabay.com

Perasaan palsu mewakili konflik antara persepsi diri lo sendiri dan bagaimana cara orang lain memandang lo.

Bahkan ketika orang lain memuji bakat atau kemampuan lo, lo merasa nggak percaya bahwa lo mendapatkannya atas keras keras diri lo sendiri. Bahkan, lo malah takut orang lain pada akhirnya akan menyadari hal yang sama, yaitu bahwa lo penipu.

Akibatnya, lo menekan diri sendiri untuk bekerja lebih keras demi:

  • Mencegah orang lain mengenali kekurangan atau kegagalan lo
  • Menjadi layak untuk peran yang lo yakini sebelumnya nggak pantas lo dapatkan
  • Menebus apa yang lo anggap kurang dari kecerdasan diri lo
  • Meredakan perasaan bersalah karena “menipu” orang

Pekerjaan yang lo lakukan dapat membuat siklus terus berjalan. Pencapaian lo selanjutnya nggak meyakinkan lo—lo menganggapnya nggak lebih dari produk dari upaya lo untuk mempertahankan “ilusi” kesuksesan lo.

Setiap pengakuan yang lo peroleh, lo menyebutnya simpati atau belas kasihan. Dan meskipun mengaitkan pencapaian lo dengan kebetulan, lo menanggung semua kesalahan atas kesalahan yang lo buat. Bahkan, kesalahan kecil pun memperkuat keyakinan lo kurangnya kecerdasan dan kemampuan lo.

Seiring waktu, ini dapat memicu siklus kecemasan, depresi, dan rasa bersalah.

Hidup dalam ketakutan akan penemuan, lo berjuang untuk kesempurnaan dalam segala hal yang lo lakukan. Lo mungkin merasa bersalah atau nggak berharga ketika lo nggak dapat mencapainya, belum lagi kelelahan dan kewalahan dengan upaya lo yang terus-menerus.

Baca juga: Social Anxiety Disorder: Gangguan Cemas, Gejala, dan Penangannya

Dari Mana Impostor Syndrome ini Datang?

Nggak ada satupun penyebab yang jelas dari impostor syndrome ini. Sebaliknya, sejumlah faktor kemungkinan bergabung untuk memicunya.

Penyebab potensial yang mendasari adalah:

  • Orang tua dan lingkungan saat masih anak-anak.
  • Kepribadian.
  • Gejala kesehatan mental yang ada.
  • Tanggung jawab baru.

Bagaimana Kamu Tahu Kalau ini Benar Impostor Syndrome?

Perasaan penipu sejati melibatkan keraguan diri, ketidakpastian tentang bakat dan kemampuan lo, dan perasaan nggak berharga yang nggak sejalan dengan apa yang orang lain pikirkan tentang lo.

Singkatnya, lo pikir lo telah membodohi orang lain untuk percaya bahwa  lo adalah seseorang yang sempurna. Sangat dapat dimengerti bahwa lo mungkin mulai merasa nggak pada tempatnya dan nggak layak.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari pixabay.com

Jika lo merasa seperti penipu, bekerja lebih keras untuk melakukan yang lebih baik mungkin nggak banyak mengubah citra diri lo.

Mungkin, strategi ini dapat membantu lo mengatasi perasaan impostor syndrome secara produktif:

1. Validasi perasaanmu

Mengidentifikasi perasaan palsu tersebut dan membawanya ke arah yang lebih baik demi mencapai tujuanmu.

2. Membangun koneksi

Hindari menyerah pada dorongan untuk melakukan semuanya sendiri. Alih-alih, beralihlah ke teman sekelas, rekan akademis, dan rekan kerja untuk menciptakan jaringan yang saling mendukung.

3. Tantang keraguan lo

Ketika perasaan palsu muncul, tanyakan pada diri lo apakah ada fakta aktual yang mendukung keyakinan ini. Kemudian, cari bukti untuk melawannya.

4. Berhenti membandingkan diri lo dengan orang lain

Setiap orang memiliki kemampuan yang unik. Lo berada di tempat lo berada sekarang karena seseorang mengenali bakat dan potensi lo.

Selain cara di atas, lo bisa juga coba cek video tentang impostor syndrome dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

YouTube Satu Persen – Stop Ragu sama Kemampuanmu!

Kesimpulan

Sukses nggak membutuhkan kesempurnaan. Kesempurnaan sejati secara praktis nggak mungkin terjadi, jadi gagal mencapainya nggak membuat lo menjadi penipu.

Menawarkan kebaikan dan kasih sayang pada diri sendiri alih-alih penilaian dan keraguan diri dapat membantu lo mempertahankan perspektif yang realistis dan memotivasi lo untuk mengejar pertumbuhan diri yang sehat.

Jika lo terus berjuang melawan perasaan palsu, lo bisa coba mencari bantuan ke ahlinya dan mendapatkan dukungan berupa:

  • Mengatasi perasaan nggak layak atau penipuan yang dirasakan.
  • Mengatasi kecemasan, depresi, atau tekanan emosional lainnya.
  • Menantang dan membingkai ulang keyakinan yang nggak diinginkan.

Selain itu, dengan mencari bantuan dari profesional, hal ini dapat menghindarkan diri lo dari yang namanya self-diagnosis. Nah, jika lo bingung mau cari bantuan dari profesional lewat cara apa, lo bisa coba  layanan Konseling dengan Psikolog dari Satu Persen.

Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-19

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

How to Overcome Impostor Syndrome – Guides – The New York Times. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.nytimes.com/guides/working-womans-handbook/overcome-impostor-syndrome

Imposter Syndrome: What It Is & How to Overcome It. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#takeaway

Imposter Syndrome | Psychology Today. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/imposter-syndrome

Yes, Impostor Syndrome is Real: Here’s How to Deal With It | Time. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://time.com/5312483/how-to-deal-with-impostor-syndrome/

Read More
judi

Gangguan Suka Makan Tengah Malam

night eating syndrome: gangguan suka makan tengah malam
Satu Persen – Night Eating Syndrome

Makan adalah kegiatan yang sehari-hari yang kita lakukan, bahkan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan agar kita tetap fit dan nutrisi dalam tubuh kita tetap terjaga.

Walaupun begitu, bagi sebagian orang ternyata makan merupakan suatu hobi yang sangat mereka senangi, terutama apabila mereka bisa makan makanan yang sangat disukai oleh mereka.

Biasanya orang yang memiliki hobi makan pasti suka banget melakukan mukbang, yaitu makan banyak makanan dengan porsi yang cukup besar.

Baca juga: Emotional Eating: Makan Banyak karena Dorongan Faktor Psikologis

Namun, kebiasaan makan orang itu ternyata berbeda-beda, loh. Ada pula orang yang lebih menyukai makan dengan porsi kecil atau kadang disebut sebagai ngemil.

Biasanya kegiatan ngemil ini mereka lakukan untuk menemani mereka saat melakukan sesuatu, seperti saat mengerjakan tugas, baca buku, nonton film atau pekerjaan lainnya.

Gak jarang kita temui biasanya orang akan ngemil atau makan banyak pada malam hari bahkan hingga tengah malam, entah karena memang lapar atau hanya karena ingin aja.

Hayo Perseners, pada ngaku siapa aja nih yang suka makan tengah malam?

suka makan tengah malam
Cr: imgflip.com

Walaupun terlihat biasa aja, sebenarnya kebiasaan makan tengah malam bukanlah hal yang baik loh.

Seseorang yang suka makan banyak pada saat malam hari cenderung akan mengalami kondisi gangguan suka makan tengah malam yang disebut sebagai Night Eating Syndrome (NES).

Kamu pasti mulai bertanya-tanya sebenarnya apa itu Night Eating Syndrome (NES)? Apakah hanya tentang kebiasaan makan tengah malam aja?

Dan bagaimana cara menghindari kebiasaan makan tengah malam agar terhindar dari Night Eating Syndrome (NES)?

Di sini, aku, Audra, Part-time Blog Writer Satu Persen bakal menjelaskan kepada kamu tentang apa itu sebenarnya Night Eating Syndrome (NES) agar kamu lebih paham tentang gangguan suka makan tengah malam ini.

Let’s check it out!

Baca Juga: Menghilangkan Rasa Malas Melalui Menonton Video Motivasi

Apa itu Night Eating Syndrome (NES)?

night eating syndrome
Cr: pritikin.com

Secara umum, Night Eating Syndrome (NES) atau gangguan suka makan tengah malam ini merupakan suatu gangguan dimana seseorang mengalami kondisi suka makan yang berlebihan pada saat tengah malam.

Berbeda dengan Binge Eating Disorder yaitu gangguan makan berlebihan dengan porsi yang banyak dalam satu waktu sekaligus, orang yang mengalami gangguan Night Eating Syndrome cenderung makan dengan porsi yang lebih kecil.

Namun pada gangguan Night Eating Syndrome ini, mereka biasanya akan makan berkali-kali pada malam hari. Hal ini karena mereka percaya bahwa itu akan membantu mereka tidur dengan lebih nyenyak.

Orang dengan kondisi ini gak bisa mengontrol pola makan mereka di saat malam hari, karena baru merasakan lapar pada saat tertentu aja. Bahkan gak jarang, mereka akan terbangun karena lapar.

Gejala paling umum seseorang mengalami Night Eating Syndrome adalah makan banyak saat pada saat tengah malam, kira-kira dari jam 10 malam hingga 6 pagi.

makan tengah malam
Cr. Pinterest

Selain itu, mereka juga biasanya gak merasakan lapar dari pagi hingga sore hari. Hal ini karena nafsu makan mereka baru mulai menggebu-gebu pada saat waktu malam hari aja.

Mereka yang mengalami gejala gangguan makan tengah malam ini juga gak jarang mengalami kesulitan tidur sehingga membuat mereka stres dan cenderung makan terus menerus.

Lalu, apakah kebiasaan suka makan banyak atau ngemil pada malam hari berarti seseorang pasti mengalami Night Eating Syndrome?

Jawabannya adalah nope!

Walaupun sekilas kebiasaan banyak makan tengah malam ini cukup umum pada banyak orang, tapi belum tentu mereka pasti mengalami Night Eating Syndrome.

Harus dilakukan suatu diagnosis secara khusus oleh ahli dengan melihat gejala-gejala spesifik yang menunjukkan seseorang benar-benar mengalami gangguan ini.

Tips Menghentikan Kebiasaan Makan Tengah Malam

1.Buat jadwal makan yang teratur

Salah satu hal yang membuat kita punya kebiasaan banyak makan tengah malam adalah pola makan sehat yang kurang teratur, di mana kita makan sesuka hati tanpa memperhatikan waktu dan kebutuhan tubuh kita sendiri.

Maka dari itu, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat jadwal makan teratur. Kamu bisa memulai dengan menentukan kapan waktu untuk sarapan, makan siang, dan makan malam.

Makan dengan jadwal yang teratur akan membantu kamu dalam mengontrol nafsu makan, sehingga dapat mengurangi nafsu makan kamu di malam hari.

Selain itu, pola makan yang terakhir ini juga baik untuk menjaga gula darah dan berat badan tetap stabil.

2. Terapkan mindful eating

tips menghentian kebiasaan makan tengah malam
Cr. Freepik

Secara sederhana, mindful eating merupakan kegiatan makan dengan penuh perhatian. Kita memberikan perhatian kita secara penuh selama kita makan.

Dengan menerapkan mindful eating, kamu gak akan mudah tergoda untuk makan secara terus menerus pada saat malam hari.

Hal ini karena kamu pasti akan memastikan terlebih dahulu apakah kamu benar-benar lapar atau hanya sekedar keinginan semata.

Kamu akan lebih terbantu karena mindful eating bisa mengontrol kebiasaan banyak makan tengah malam.

Baca juga : Mindful Eating: Kebiasaan Menghargai Makanan Agar Hidup Lebih Sehat

Makanan dengan protein yang tinggi bisa membantu untuk mengurangi rasa lapar, loh. Makanya gak heran, mereka yang lagi diet pasti memilih makanan seperti ini.

Makanan dengan protein tinggi akan membuat kamu merasakan kenyang lebih lama, sehingga hasrat untuk banyak makan tengah malam akan menurun.

Kamu bisa memilih dan mengolah makanan berprotein tinggi sesuai dengan keinginan kamu agar kamu tetap bisa tetap bisa menikmatinya. Dan jangan lupa untuk sesuaikan dengan kebutuhan tubuh kamu, ya!

Coba kamu inget-inget lagi selama ini kamu udah makan dengan makanan yang punya protein belum? Kamu bisa coba cek kualitas makan kamu lewat tes ini.

Untuk menerapkan tips-tips di atas, pasti gak akan mudah untuk dilakukan sendirian. Makanya, kamu bisa coba mengomunikasikan masalahmu melalui layanan mentoring dari Satu Persen.

Pastinya, kamu gak akan kesulitan lagi karena akan dibantu dan dibimbing secara langsung oleh mentor yang udah berpengalaman. Langsung aja klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Buat referensi tambahan, kamu bisa banget nonton video YouTube Satu Persen di bawah ini:

Akhir kata, sekian dari aku. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa membantu kamu semakin semangat saat belajar agar bisa menjalani #HidupSeutuhnya.

Sampai jumpa di tulisanku selanjutnya!

Referensi:

Martin, D. S. (2021). What is Night Eating Syndrome?. Retrieved on January 10, 2021 from What Is Night Eating Syndrome? (webmd.com)

Mullheim, L. (2021). Night Eating Syndrome: Signs, Symptoms, and Treatment of the Condition. Retrieved on January 9, 2021 from What Is Night Eating Syndrome? (verywellmind.com)

University of Michigan Health. (2020). Night Eating Syndrome. Retrieved on January 10, 2021 from Night Eating Syndrome | Michigan Medicine (uofmhealth.org)

(Gambar)Pritikin. Do You Eat Too Much at Night? Learn How To Stop. Retrieved on January 9, 2021 from “I eat too much at night.” How To Stop. | Pritikin Weight-Loss Resort

Read More
judi

Buat Lo yang Suka Nyalahin Diri Sendiri (Cara Menghargai Diri Sendiri)

cara menghargai diri sendiri
Satu Persen – Menghargai Diri Sendiri

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Kita semua memiliki pasang surut dalam hidup. Hal-hal buruk mungkin terjadi pada lo atau orang-orang yang lo kenal setiap harinya. Tetapi, ada beberapa orang yang mengklaim itu bukan kesalahan mereka. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak memiliki kendali atas situasi dan masalah sulit yang mereka hadapi.

buat yang suka nyalahin diri sendiri
Sumber dari pexels.com

Namun, apakah lo terus-menerus merasa seolah-olah lo gak memiliki kendali atas situasi atau bahwa orang lain ingin menyalahkan lo? Atau apakah lo merasa seolah-olah hal-hal buruk terus terjadi pada lo, apapun yang lo lakukan? Jika lo seringkali menyalahkan orang lain atas peristiwa atau situasi dalam hidup lo, lo mungkin sekarang sedang berhadapan dengan apa yang dikenal sebagai victim mentality, Perseners.

Karena lagi ngomongin tentang victim mentality nih, di artikel ini gue akan membahas buat lo yang suka nyalahin diri sendiri (cara menghargai diri sendiri).

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: 5 Alasan Psikologis Kamu Sering Banyak Pikiran (Cara Menghilangkan Overthinking)

apa itu victim mentality
Sumber dari memecreator.org

Apa sebenarnya victim mentality? Victim mentality bukanlah kondisi yang dapat didiagnosis. Victim mentality adalah istilah yang diterima secara umum dan memiliki beberapa nama lain seperti victim syndrome dan victim complex.

Bagi orang-orang yang memiliki victim mentality, sepertinya tenggelam dalam negativitas lebih mudah daripada mencoba menyelamatkan diri sendiri. Mereka bahkan dapat memaksakan pola pikir ini ke orang lain.

Intinya, pola pikir ini berakar pada trauma, kesusahan, dan rasa sakit hampir sepanjang waktu. Biasanya hal ini terjadi ketika lo mengalami situasi traumatis yang biasanya berasal dari orang lain. Akhirnya, mungkin lo jadi berpikir bahwa lo gak berdaya dan gak ada yang lo dapat lakukan buat mengubah masa depan lo.

Pola pikir ini membuat lo merasa rentan dan takut. Dan pada akhirnya, lo memilih untuk tidak bertanggung jawab atas tindakan yang telah lo perbuat.

apakah pola pikir ini permanen
Sumber dari imgflip.com

Gue tau kalo mungkin pola pikir ini jadi lo miliki karena sebelumnya lo pernah mengalami kejadian traumatis. Tapi, perlu diinget juga kalo sebenernya satu kejadian buruk itu gak cuma diakibatkan sama satu faktor aja.

Emang sih, lo gak bisa mengendalikan apa yang udah terjadi di masa lalu. Dan mungkin hal ini bikin lo jadi merasa buruk dan kehilangan rasa percaya diri lo.

Tapi, perlu diinget kalau sebenernya lo masih punya kendali penuh atas masa depan lo. Dan lo bisa mengubah masa depan lo tersebut jadi lebih baik kalau lo memang mau.

Setiap orang dengan pola pikir ini perlu menemukan akhir dari mengasihani diri sendiri dan bekerja menuju perubahan. Jika tidak, perasaan lo sebagai korban akan mengikuti lo selama sisa hidup lo.

Yang perlu lo inget, sebenernya hidup gak akan pernah berhenti memberi lo tantangan. Kalau lo gak berusaha buat menaklukkan tantangan hidup, maka lo justru bakal berhadapan sama hal yang lebih berat lagi sepanjang hidup lo.

ciri-ciri victim mentality
Sumber dari facebook.com

Apa saja ciri-ciri victim mentality? Jika lo gak yakin apakah lo sedang berjuang dengan victim mentality, berikut adalah 4 ciri yang harus diperhatikan:

1.Membuat semua masalah untuk diri lo sendiri

Menciptakan masalah adalah ketika lo membiarkan diri lo percaya bahwa ketidaknyamanan terkecil sekalipun adalah akhir dari segalanya.

Jika lo selalu berasumsi bahwa yang terburuk akan terjadi, maka semesta akan mendengarkan dan memberikan apa yang lo minta. Lain kali, ketika lo mendapati diri lo sedang memikirkan betapa buruknya sesuatu, berusahalah untuk tidak memikirkannya dan berpikirlah bahwa hal tersebut tidak akan terjadi.

Mikirin hal buruk yang bisa terjadi itu sebenernya boleh aja. Dengan harapan kalau hal itu bikin lo jadi lebih siap ketika lo berhadapan sama hal buruk. Tapi, mungkin yang perlu lo inget adalah hidup itu gak selamanya buruk. Dan hal yang lo takutkan gak pasti 100% bakal terjadi.

2. Lo merasa gak berdaya

Salah satu hal tersulit yang harus dihadapi ketika lo hidup dengan victim mentality adalah lo merasa gak berdaya. Ketika hal-hal buruk terjadi, mudah untuk merasa seperti lo gak memiliki kendali atas situasi tersebut.

Ketika lo menemukan diri lo dalam salah satu situasi ini, fokuslah pada hal-hal yang dapat lo ubah. Menemukan sesuatu yang dapat lo kendalikan dapat membantu lo merasa memiliki sebagian kekuatan lo kembali, dan itu adalah suatu langkah besar.

Cara lain untuk membebaskan diri dari perasaan gak berdaya adalah dengan berlatih mengatakan “tidak“. Lo gak harus melakukan semua yang diharapkan dari diri lo. Gak apa-apa untuk mendahulukan kebutuhan lo sendiri dibandingan kebutuhan orang lain.

3. Lo terlibat dalam negative self-talk

Keraguan terhadap diri sendiri terkait erat dengan menjadi victim mentality. Begitu seseorang jatuh pada victim mentality, secara gak sadar mereka akan memengaruhi diri sendiri dengan upaya terbaik mereka agar sesuai dengan kemauan mereka.

Jika lo percaya bahwa lo gk layak, lo akan selalu merasa seolah-olah dunia sedang berusaha untuk menjatuhkan lo. Keyakinan ini akan membuat perilaku korban sampai pada titik di mana merendahkan diri menjadi hal yang wajar. Akan sulit untuk tetap termotivasi dalam hidup saat lo selalu merendahkan diri sendiri.

4. Berpikir bahwa dunia sedang berusaha menjatuhkan lo

Saat lo merasa dunia terus berusaha menyakiti lo atau membuat lo sengsara, wajar banget kalau lo mungkin merasa lo adalah seorang korban.

Dalam hidup, banyak hal akan terjadi di luar kendali lo. Dan tugas lo sebenarnya adalah untuk memutuskan bagaimana lo akan menanggapi peristiwa-peristiwa itu. Ketika lo mulai melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang di situlah titik awal yang bisa membantu lo keluar dari victim mentality.

Baca juga: Apa Itu Kesehatan Mental?

Bagaimana Cara Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri?

Jika lo merasa punya beberapa tanda atau gejala victim mentality, lo mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengubah pola pikir lo jadi lebih sehat. Jika demikian, di bawah ini adalah beberapa tips untuk membantu lo.

  • Pilih untuk meninggalkan atau menerimanya.
  • Bicaralah untuk mengubah situasi dan merebut kembali kekuatan lo
  • Baca buku self-help seperti Eckhart Tolle “The Power of Now”.
  • Belajarlah memaafkan masa lalu.
  • Temukan bantuan dari terapis yang dapat membantu lo memproses trauma masa lalu.
  • Kembangkan kecerdasan emosional lo.
  • Bertanggung jawab atas apa yang dapat lo kendalikan dan bagaimana lo bereaksi.
  • Belajar mulai mengendalikan hal kecil di sekitar lo.

Kesimpulan

kesimpulan
Sumber dari id.quora.com

Jika lo berjuang dengan victim mentality, sebenernya semua hal itu terjadi karena banyak faktor, jadi when things go wrong sebenernya itu bukan salah lo sepenuhnya juga. Kalau sebelumnya lo pernah mengalami kejadian yang gak mengenakkan, wajar banget kalau hal itu bikin lo jadi merasa ragu sama kemampuan diri lo sendiri.

Pada saat yang sama, lo perlu menunjukkan belas kasihan pada diri sendiri sehingga lo dapat melewati situasi ini dan mencari bantuan jika diperlukan. Terus berdiam dalam pola pikir victim mentality membuat lo merasa gak berdaya dan gak dapat memulai perubahan dalam hidup lo.

Meskipun mungkin sulit bagi lo untuk keluar dari pikiran buruk lo jika lo mengambil langkah-langkah kecil yang konsisten, pada akhirnya lo akan mencapai tujuan yang lo tuju. Dan, akan lebih mudah bagi orang lain untuk mendukung lo sepanjang jalan ketika lo terbuka untuk menerima saran dari orang lain.

Mulai Kurangi Mindset Victim Mentality dengan Konseling Online

Kalo lo kesusahan buat memulai langkah awal lo, lo bisa coba meminta bantuan dan arahan dari orang lain. Contohnya seperti psikolog Satu Persen.

Di konseling ini, lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapat worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Sebagai referensi tambahan, lo juga bisa nonton video Youtube Satu Persen berikut ini. Nanti kalian bakal bisa belajar cara berhenti overthinking tentang hal-hal di luar kendali agar hidup lebih bahagia.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

4 Signs You Have a Victim Mentality (And How to Break out of It). (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.lifehack.org/articles/communication/move-away-from-the-victim-mentality.html

Victim Mentality: 16 Signs and Tips to Deal with It. (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.healthline.com/health/victim-mentality

Victim Mentality: Causes, Symptoms, and More. (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.webmd.com/mental-health/what-is-a-victim-mentality

What Is a Victim Mentality? (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.verywellmind.com/what-is-a-victim-mentality-5120615#toc-reasons-a-victim-mindset-continues

Read More
judi

Spill the Tea: Kenapa Kita Suka Gosip?

Pernah nggak sih lo baca-baca thread di twitter? Lo sadar nggak, jaman sekarang dikit-dikit semua di spill di twitter.

Tapi kok bisa ya hanya dengan tulisan, efeknya bisa bikin ramai sampai sejagad twitter bahkan bisa sampai di kuping orang-orang yang nggak punya twitter?

Media sosial saat ini sudah berkembang dengan sangat pesat. Nggak hanya twitter, ada juga instagram, facebook, Myspace, dan masih banyak lagi. Akses terhadap media sosial pun juga sangat mudah, baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa dengan latar belakang apapun bisa dengan mudah bergabung di dalam media sosial.

Bisa dibilang, media sosial sekarang punya pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan berita ataupun penemuan-penemuan dari para ilmuwan yang lebih kredibel. Tanpa disadari, media sosial juga lebih mudah mempengaruhi pemikiran dari pemiliknya dan bahkan bisa mengubah budaya seseorang.

Sekarang ini juga banyak banget thread-thread yang beredar di twitter yang membahas nggak hanya kebaikan orang lain, tapi juga lebih banyak membahas keburukan orang lain. Entah tweet tersebut di post karena sakit hati atau memang penulisnya ingin memberikan awareness kepada pengikutnya mengenai apa yang dia alami.

Tau nggak sih kalau ternyata thread di twitter itu termasuk gosip loh! Tapi kenapa yaa kadang kelihatan lebih menarik? Kenapa ya kita suka bergosip?

Kalian sadar nggak kalau manusia itu adalah makhluk yang judgemental! Eits jangan menolak atau marah dulu ya. Pada derajat tertentu, manusia memang selalu melakukan  judgement walaupun tidak selalu dibicarakan.

Yuval Noah Harari juga menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul “Sapiens: A Brief History of Humankind” bahwa gossip adalah bagian dari judgement. Di dalam bukunya tertulis bahwa bergosip sendiri merupakan salah satu cara untuk memperkuat ikatan secara sosial yang dapat menjadi kunci dalam bertahan hidup dan bereproduksi.

Tapi benar nggak sih kalau gosip itu hanya bentuk komunikasi buruk atau ada bentuk lainnya?

Sebenarnya, penelitian menemukan bahwa sebenarnya bergosip itu cenderung hal yang netral loh dibandingkan dengan positif atau negatif (Robin & Karan, 2019).

Gosip sendiri menurut sebagian besar peneliti didefinisikan sebagai membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya (tentunya dengan terlebih dulu ada dua pihak atau lebih) (Stirling, 1956 dalam Foster, 2004; Besnier, 2009)

Baik obrolan di tempat kerja, berbagi berita keluarga, atau teks grup di antara teman-teman, tidak dapat dihindari bahwa setiap orang yang berbicara termasuk membicarakan tentang orang lain.

Faktanya, sebuah studi observasional tahun 1993 menemukan bahwa peserta pria menghabiskan 55% waktu percakapan dan peserta wanita menghabiskan 67% waktu percakapan untuk berdiskusi tentang topik yang relevan secara sosial termasuk bergosip (Gottfried, 2019).

Terus kenapa orang suka gosip?

Salah satunya karena gossip dipercaya dapat memperkuat kedekatan dari sebuah kelompok. Dengan bergosip, seseorang di dalam kelompok tersebut akan merasa lebih aman dari digosipkan di dalam kelompok dan dapat membentuk sense of belonging dari orang itu sendiri (Dunbar, 2004).

Selain itu, bergosip dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyebarkan informasi berharga ke jejaring sosial yang lebih besar. Gosip dalam arti luas dapat memainkan sejumlah peran berbeda dalam memelihara kelompok sosial sepanjang waktu (Dunbar, 2004).

Gosip juga seringkali digunakan seseorang sebagai bahan balas dendam. Orang yang tidak menyukai seseorang biasanya akan mencari kesalahan orang lain dan mencari orang lain yang tidak menyukai orang yang sama untuk berbicara hal negatif dengan orang tersebut.  yang memiliki ketidaksukaan yang sama terhadap orang yang sama.

Ketidaksukaan terhadap target gosip biasanya akan divalidasi oleh lawan bicara. Namun, kebanyakan orang bergosip karena bergosip itu menyenangkan dan menimbulkan perasaan berkuasa sehingga membicarakan orang lain membuat seseorang merasa lega.

Walaupun bergosip memiliki banyak dampak baik bagi si penggosip di dalam kelompok, tapi dampaknya akan sangat buruk loh bagi orang yang digosipkan! Apalagi, secara umum manusia lebih senang untuk mendengar hal-hal buruk dari orang lain daripada berita-berita yang bagus (Meinarno et al, 2011).

Salah satu contohnya adalah menjadikan seseorang thread di twitter, hal ini bisa memberikan rasa malu yang besar tidak hanya di dalam diri seseorang tapi juga bagi keluarga dan teman terdekatnya. Apalagi, rekam digital nggak akan pernah hilang walaupun sudah bertahun-tahun yang lalu ditulis.

Dampaknya, seseorang bisa dikucilkan secara sosial, di bully secara lebih lanjut, bahkan bisa membuat orang menjadi lebih tertutup dan takut bertemu dengan orang lain. Hal kaya gini bisa disebut sebagai cyberbullying. Bahkan untuk artis, influencer, atau politikus, sering juga diberlakukan cancel culture di mana orang tersebut akan “dihapuskan” dari masyarakat dan tidak boleh dijadikan idola atau panutan lagi.

Tapi, apakah dengan memberikan punishment di media sosial atau meng-cancel seseorang bisa menjadikan orang tersebut lebih baik? Jawabannya ya nggak juga. Seseorang mungkin akan belajar dari kesalahannya dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Tapi ketika mereka sudah jadi lebih baik, mereka sudah kehilangan kepercayaan orang-orang dan bisa jadi, mereka malah akan mengubah imagenya menjadi “bad” untuk bisa terus berperilaku buruk.

Jadi gimana caranya supaya gosip kita tetap netral?

Lo bisa mulai dengan memilah mana yang bentuknya adalah gosip negatif dan mana yang merupakan informasi atau bahkan konfrontasi langsung ke orangnya untuk memastikan yang lo dengar itu gosip atau fakta. Terakhir, akan lebih bagus kalau lo menghindari topik-topik yang akan membawa kepada obrolan negatif tentang orang lain.

Jadi, “If you don’t have anything nice to say, don’t say anything at all”. Lo juga bisa eksplor produk-produk di Satu Persen sebagai Life School, sekolah tentang kehidupan yang bisa ngebantu lo menuju Hidup Seutuhnya, hidup yang sesuai dengan makna hidup lo dan apa yang lo inginkan melalui mentoring, kelas online, webinar, workshop, dan sebagainya.

Well, sekian dari gue, thanks udah baca artikel ini. Gue Jhon, undur diri!

Read More