putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

PTSD

judi

Mengenal Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

mengenal PTSD
Satu Persen – Mengenal Post-Traumatic Stress Disorder

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Gue yakin nih, kalian para Perseners pasti punya pengalaman yang beragam dan udah gak kehitung lagi banyaknya. Di antara pengalaman-pengalaman itu, mungkin ada yang pengen diulang lagi saking indahnya. Ada juga yang pengen dilupain, soalnya bikin nangis terus tiap nginget. Bener gak? 🙁

Wajar aja kalo ada kalanya lo ngalamin kejadian yang gak diinginkan. Pada akhirnya, hidup gak bisa selalu enak.

Tapi, gimana kalo gara-gara kejadian yang gak enak itu, lo malah ngalamin ketakutan yang gak wajar? Lo keingetan terus, sering flashback bahkan mimpi buruk. Padahal, lo lagi dalam situasi yang aman-aman aja, alias gak ada bahaya apa-apa.

Kalo pengalaman traumatis itu mengganggu lo dalam waktu yang lama, mungkin lo punya gejala PTSD, nih.

PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami kejadian traumatis. Iya, PTSD termasuk gangguan mental, guys. Jadi, ini bukan sesuatu yang bisa lo selesaikan sendiri selayaknya pengalaman buruk biasa.

Menurut National Center for PTSD, cukup banyak orang yang pernah mengalami trauma dalam hidupnya. Tapi, gak semuanya mengalami sampe ke tahap PTSD. Untuk PTSD sendiri, setidaknya diderita oleh 10% dari populasi perempuan dan 5% dari populasi laki-laki pada tahun 2017.

Kalo yang gue lihat di film, biasanya yang ngalamin PTSD ini adalah veteran perang. Meskipun tempat tinggal mereka udah aman-aman aja, beberapa kali gue melihat mereka digambarkan punya respon yang berlebihan terhadap suatu pemicu, misalnya suara yang keras.

Tapi, apakah cuma veteran perang aja yang bisa menderita PTSD? Kita bisa gak sih berisiko kena PTSD juga?

Nah, sesuai judul artikelnya, gue bakal kupas tuntas informasi umum mengenai PTSD. Buat lo yang pengen tahu lebih jauh soal ini, yuk simak artikel selengkapnya!

PTSD: bukan cuma gara-gara perang

Jadi, PTSD itu gak cuma bisa dialami sama veteran perang aja ya, guys.

Seenggaknya, ada beberapa kejadian yang bisa menyebabkan PTSD. Baik mengalami atau cuma jadi saksi mata, dua-duanya bisa memicu gangguan PTSD.

Pengalaman traumatis tersebut dapat berupa perang militer, kekerasan fisik atau seksual, penyiksaan atau pengabaian, bencana alam, kecelakaan, luka parah atau diagnosis penyakit mematikan, kematian seseorang, dan lain-lain.

mengenal PTSD
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Akan tetapi, sama seperti gangguan mental lainnya, gak berarti semua orang yang pernah mengalami kejadian tadi pasti terkena PTSD.

Trauma yang dialami orang dengan PTSD berlanjut hingga mengakibatkan perubahan nyata pada otak mereka. Misalnya, sebuah studi tahun 2018 menunjukkan bahwa orang dengan PTSD memiliki area hippocampus yang lebih kecil. Mereka juga punya tingkat stres yang gak wajar dan memicu reaksi seperti mengamuk atau melarikan diri.

Coba juga: Tes Tingkat Keparahan Stres

Selain gejala yang udah gue sebutin sebelumnya, gejala lain yang mungkin terjadi dapat berupa penghindaran dari situasi yang mengingatkan akan trauma, suasana hati negatif yang berkelanjutan (cemas, malu, gak punya harapan, gak nafsu makan, dan lain sebagainya), dan hilang konsentrasi sehingga sulit menjalani keseharian.

Kalau gak ditangani dengan benar, penderita PTSD juga mungkin melakukan hal yang menyakiti diri mereka sendiri, lho. Seperti penggunaan obat-obatan, self-harm, hingga pikiran untuk bunuh diri.

Bahaya banget, kan? 🙁

Supaya kita bisa menghindari hal-hal yang gak diinginkan, ada baiknya kita aware sama diri sendiri dan orang sekitar, nih. Kalo ada gejala yang gak wajar dan gak bisa diatasi sendiri, mungkin udah saatnya minta tolong orang lain.

PTSD vs PTS

Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, gak semua orang yang mengalami pengalaman traumatis itu pasti mengidap PTSD.

Ada sebagian orang yang beberapa kali menunjukkan reaksi berlebihan, tapi lambat laun bisa membaik sendiri. Yang seperti ini gak bisa disebut PTSD ya, guys. Dalam artikelnya, Dr. James Brender menyebutnya sebagai PTS.

Nah, gimana sih cara membedakannya?

PTSD

Seperti yang kita tahu, PTSD adalah gangguan mental pasca trauma yang perlu diagnosa dan penanganan dari tenaga profesional supaya bisa sembuh. Soalnya, gejala yang mereka rasakan menetap lebih lama, bahkan bikin penderitanya gak bisa beraktivitas dengan normal

Coba Juga: Tes Layanan Konsultasi yang Paling Sesuai dengan Kebutuhanmu

PTS (bukan PTSD)

Yang bukan PTSD, atau PTS (Post-Traumatic Stress) adalah respon was-was yang umum terjadi setelah mengalami kejadian traumatis. Kondisi yang seperti ini gak bisa disebut sebagai gangguan mental, karena gejala yang muncul bisa membaik sendiri seiring berjalannya waktu.

Misalnya, lo baru aja mengalami perampokan dan sempet ditodong pake benda tajam. Mungkin beberapa hari setelah kejadian, lo masih suka parno kalo ngeliat orang bawa benda tajam di jalan.

Itu kan wajar aja, soalnya kejadian itu masih fresh banget di otak lo. Nah, tubuh lo secara otomatis tahu kalo lo harus berhati-hati. Selama lo masih bisa survive dari ketakutan itu, bisa jadi yang lo alami itu adalah PTS.

Mengatasi Gejala PTSD

Gejala PTSD tentunya bakal ganggu banget kalo kambuh di tengah-tengah aktivitas kita. Terus, gimana ya cara ngurangin gejalanya—selain minum obat yang diresepkan oleh dokter?

1. Cari tahu apa itu PTSD dan kenali gejala yang dirasakan

Mempelajari apa itu PTSD bisa bikin lo lebih memahami gejala yang lo alami. Mungkin lo bisa mengidentifikasi waktu dan pemicu ketika gejalanya kambuh dan mencatat semuanya di buku jurnal. Dengan begitu, lo jadi bisa memikirkan lebih lanjut cara yang efektif buat mengatasinya.

2. Pola hidup sehat untuk mengurangi gejala PTSD

Pola hidup yang baik tentunya bikin tubuh lo sehat. Jadi, lo bisa ngerasa lebih rileks dan gejala yang dirasakan gak terlalu parah. Misalnya, gejala PTSD mungkin bikin lo jadi sesak napas, tapi berkat tubuh yang sehat, lo jadi bisa ngatur pernapasan lo pelan-pelan.

Coba deh lo konsumsi makanan yang sehat, istirahat yang cukup, olahraga, meditasi, dan juga self-care. Hindari melakukan sesuatu yang berdampak buruk pada tubuh pas lo lagi ngalamin gejala PTSD, misalnya merokok atau mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Baca juga: Kenapa Kesehatan Mental Penting?

3. Support system yang mendukung kesembuhan PTSD

Hadirnya support system berpengaruh besar buat kesembuhan PTSD, lho. Kita mungkin gak bisa menjadikan semua orang di sekitar kita sebagai support system. Cukup fokus sama orang yang peduli aja. Siapa pun mereka, pasti bersedia buat membantu dan mendukung lo, kok 🙂

4. Konsultasi gejala PTSD ke tenaga profesional

Kalo gejala yang lo rasakan udah gak terkontrol lagi, mungkin udah saatnya lo mengunjungi tenaga profesional, Perseners. Atau kalo lo bingung, “Gejala yang gue alami itu PTSD atau PTS, sih?”. Nah, lo bisa banget buat konsultasi supaya dapet diagnosa.

Kabar baiknya, PTSD itu termasuk gangguan mental yang bisa disembuhkan, lho! Nah, yang bisa menyembuhkannya adalah tenaga profesional. Jadi, lo gak perlu menderita sendirian atau khawatir kalo hidup lo bakal dihantui PTSD terus-terusan.

Baca Juga: Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

mengenal PTSD Satu Persen
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Mungkin setelah lo tahu PTSD itu bisa disembuhkan, lo jadi punya harapan, nih. Lo pengen coba konsultasi ke tenaga profesional, tapi di mana sih nyarinya? Bisa gak ya cari tenaga profesional yang recommended tanpa ribet?

Bisa banget dong, Perseners! Lo bisa kok coba layanan konsultasi dari Satu Persen!

Layanan konsultasi dari Satu Persen bisa membantu lo mengatasi gangguan klinis yang dialami, termasuk PTSD. Lo bakal diberikan diagnosa, supaya lo gak bingung lagi sama masalah yang lo alami. Selain itu, lo juga diberikan asesmen mendalam serta terapi sesuai kebutuhan.

Semuanya bakal ditangani oleh psikolog yang udah tersertifikasi di bidangnya. Jadi, lo gak perlu ragu lagi, ya! Buat selengkapnya klik gambar dibawah!

Satu-Persen-Artikel--30--5

Buat lo yang pengen cari tahu lebih dalam lagi mengenai PTSD, Satu Persen juga punya video YouTube yang sesuai banget nih buat lo. Yuk, klik aja link-nya di bawah!

Oke, gue bakal cukupkan tulisan gue di sini. Gue harap bisa bermanfaat buat lo yang lagi butuh. Big support dari gue buat lo yang lagi berjuang menghadapi trauma, semoga cepat pulih, ya 🙂

Dengan mengusahakan kesembuhan buat diri lo sendiri, tandanya lo lagi melangkah buat lebih berkembang. Mungkin progress yang lo jalani rasanya lama banget, tapi gak apa-apa, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Referensi

Bender, J. (July 25, 2018). What Are the Differences Between PTS and PTSD?. Retrieved on March 1, 2021 from https://www.brainline.org/article/what-are-differences-between-pts-and-ptsd.

Donohue, M. (November 11, 2019). Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Retrieved on February 28, 2021 from https://www.healthline.com/health/post-traumatic-stress-disorder.

Ferguson, S. (February 20, 2019). PTSD Causes: Why People Experience PTSD. Retrieved on February 28, 2021 from https://www.healthline.com/health/mental-health/ptsd-causes.

Read More
judi

Perbedaan Trauma dan PTSD (Jenis, Gejala, dan Solusi)

Gambar oleh Satu Persen - Gue Trauma atau PTSD?
Gambar oleh Satu Persen – Gue Trauma atau PTSD?

Halo, Perseners! Kenalin gue Vidha sebagai Associate Writer di Satu Persen.

Karena masih stay at home, jadi kerjaan gue di rumah sering nonton TV. Setiap gue nonton TV, banyak berita lain yang menginformasikan tentang bencana alam, kasus kekerasan, pembullyan, pemerkosaan, dan lain-lain yang bikin gue cemas sendiri.

Gak jarang juga berita-berita itu tuh men-trigger apa yang pernah menjadi pengalaman gue dan membuat gue trauma. Meskipun kejadian itu udah lamaaaa banget, tapi kadang tetep aja blow up dan buat gue teringat lagi.

Mungkin lo ada yang merasa sama nih kayak gue. Mempunyai sebuah kejadian traumatis yang kadang keinget-inget lagi dan berpengaruh sama kehidupan lo sehari-hari.

Nah, sekarang pertanyaannya yang lo rasain itu adalah sebuah trauma atau PTSD?

Trauma

Dilansir dari Pusat Nasional PTSD AS, sekitar 60% pria dan 40% wanita mengalami peristiwa traumatis dalam hidupnya. Peristiwa traumatis dengan jenis dan tingkatan yang berbeda-beda tiap individu.

Trauma sendiri itu apa sih?

Trauma adalah peristiwa yang dianggap membahayakan diri, mengancam nyawa, dan memiliki efek jangka panjang bagi kehidupan. Trauma itu gak sebatas pelecehan, pemerkosaan, kecelakan, bencana, dan sesuatu yang lo pikir serem banget deh. Trauma bisa juga karena hal-hal kecil, tapi berulang.

Lo dikatain sama temen-temen lo dari SD sampe SMP aja bisa loh jadi trauma. Segala hal yang menakutkan atau berefek pada hidup lo dalam jangka panjang bisa dianggap trauma. Lo diselingkuhin, dibohongin, di-PHP-in terus menerus juga bisa buat lo trauma soal cinta-cintaan bahkan sampe punya trust issue.

sumber: @bpddreams on Instagram
sumber: @bpddreams on Instagram

Meskipun ‘trauma’ a.k.a. PTS (post-traumatic stress) itu kedengerannya serem, tapi PTS itu adalah respon yang normal dan wajar terjadi setelah lo mengalami hal yang traumatis. Waktu itu gue ikut program Basic Mental Health Training Satu Persen dengan topik Emotional First Aid yang menjelaskan tentang trauma.

Jenis-Jenis Trauma

Trauma itu sendiri ada dua jenis, yaitu trauma primer dan trauma sekunder. Trauma primer adalah suatu kejadian traumatis yang lo alami sendiri. Misal kayak kecelakaan, operasi, dan lain-lain yang mungkin menyakitkan bagi diri lo yang merasakannya.

Trauma sekunder adalah suatu kejadian traumatis yang terjadi dengan orang lain, tapi lo liat atau mendengarkan secara langsung pengalaman trauma orang lain. Bisa disebut juga vicarious trauma. Contohnya kayak lo liat orang kecelakaan sampe berdarah-darah atau lo dengerin kisah temen lo yang pasangannya meninggal dunia pas detik-detik pernikahan.

Selain dua itu, trauma juga punya dua jenis berdasarkan waktu, yaitu trauma akut dan trauma kompleks. Trauma kompleks itu adalah peristiwa traumatis yang berulang-ulang selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, seperti pembullyan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam keluarga, dan lain-lain, sedangkan trauma akut itu adalah peristiwa trauma yang terjadi hanya sekali, tetapi secara masif, seperti bencana alam.

Trauma di setiap orang juga berbeda-beda. Kalo temen lo trauma digigit anjing dan lo enggak, bukan berarti temen lo lemah karena takut anjing. Karena respon setiap individu itu berbeda. Respon dari trauma juga beda-beda, kalo lo pernah denger kalimat ‘fight or flight’ itu adalah respon dari trauma lo. Mau lari dan menghindar dari trauma lo atau mau lo lawan traumanya.

sumber: @alaskastardust on Twitter
sumber: @alaskastardust on Twitter

PTSD

PTSD termasuk golongan dari gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang merupakan kelanjutan dari acute stress disorder (ASD).

Baca juga: Gangguan Kecemasan di Kala Pandemi

Menurut DSM-V (Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder V), PTSD merupakan sekelompok gejala kecemasan yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis yang mengakibatkan perasaan ngeri, tidak berdaya, dan ketakutan.

PTSD bukan cuma lo gak bisa move on dari peristiwa traumatis, tapi lebih lebih lebih dari itu.

sumber: @what.is.mental.illness on Instagram
sumber: @what.is.mental.illness on Instagram

Gejala-gejala dari PTSD yang ditulis oleh Psikologi FK UNS, mencakup:

1. Paparan terhadap peristiwa traumatis

Mengalami efek atau dampak dari peristiwa traumatis. Contohnya kalo peristiwa kecelakaan, kakinya patah atau ancaman dan emosi negatif kayak selalu murung setelah dibully.

2. Re-experiencing atau perasaan mengalami kembali peristiwa traumatis

Lo merasa kayak peristiwa itu tuh kejadian lagi. Misal trauma tentang kecelakaan kereta, lo bisa aja mendengar klakson kereta, bisa mencium bau-bau di dalam kereta atau bahkan bau darah ketika keretanya tabrakan dan korban berjatuhan. Bisa juga mengalaminya lewat mimpi buruk dan emosi-emosi negatif dari peristiwa itu.

3. Menghindar dari ingatan tentang peristiwa traumatis

Kalo lo trauma soal pelecehan seksual dalam kampus, lo gak akan mau diajak ke kampus lagi. Lo gak mau membahas apapun yang berkaitan sama kampus. Pokoknya BIG NO deh sama hal-hal yang bikin lo inget sama trauma lo. Mau itu tempat, suasana, individu/pelaku, atau perilaku yang berkaitan dengan peristiwa traumatis.

4. Kewaspadaan berlebih

Apa-apa bikin lo takut, bikin lo gelisah, bikin lo kaget karena lo memasang kewaspadaan yang berlebih bagi diri lo sendiri.

5. Adanya penurunan fungsi psikologis

Lo jadi sulit berinteraksi dengan orang lain dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Lo juga jadi gak bergairah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Lo baru bisa didiagnosis dengan PTSD ketika lima gejala tadi terjadi selama satu bulan atau lebih. Sama dengan gangguan mental lainnya, PTSD juga gak cuma masalah psikis, tapi juga fisik.

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2018 menyatakan bahwa pasien PSTD mengalami kerusakan otak pada area hippocampus menjadi lebih kecil. Jadi kerusakan itu beneran nyata pada organ tubuh, yaitu otak.

Baca juga: Penjelasan Lengkap PTSD

sumber: theraphy101 on Tumblr
sumber: theraphy101 on Tumblr

C-PTSD

Selain PTSD, ada juga loh yang namanya C-PTSD atau Complex Post-Traumatic Stress Disorder. Kalo lo baca soal jenis trauma berdasarkan waktu itu ada dua yaitu trauma akut dan trauma kompleks, C-PTSD ini terfokuskan dengan trauma kompleks.

Di Indonesia sendiri, C-PTSD masih jarang dibahas, but it’s okay to know more about the new thing!

sumber: @what.is.mental.illness on Instagram
sumber: @what.is.mental.illness on Instagram

Persamaan dan Perbedaan PTS dan PTSD

Trauma atau post-traumatic stress (PTS) dengan PTSD mempunyai kesamaan yaitu sama-sama merasakan perasaan takut, gelisah, cemas, berusaha untuk menjauhi atau menghindar dari sesuatu hal bisa tempat atau situasi yang dapat membuat mereka teringat akan traumanya, dan juga mimpi buruk.

Perbedaan yang mendasar dan dapat dilihat adalah PTS tidak berlangsung lama setelah peristiwa traumatis itu terjadi, lain halnya dengan PTSD yang terus akan ada menghantui lo lama setelah peristiwa traumatis itu terjadi.

YouTube Satu Persen – Gangguan Traumatis

So, kalo lo emang merasa terganggu dengan trauma lo dan gak tau nih gimana cara menghilangkan trauma itu, lo bisa ikut konseling bareng psikolog Satu Persen. D

engan lo ikut konseling bareng Satu Persen, selain tau diagnosis lo itu trauma atau PTSD dan bagaimana cara menghilangkan traumanya, lo juga bisa dapet psikotes dan worksheet setelah konsultasi supaya lo bisa lebih berkembang setelah sesi konseling.

Informasi terkait layanan dan benefit apa aja yang bisa didapat dari ikutan konseling online Satu Persen bisa dilihat dengan klik gambar di bawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--4

Kalau lo masih ragu apakah memang harus ke psikolog atau gak, lo bisa coba dulu tes konsultasi supaya tau layanan yang cocok buat lo. Akhir kata, trauma itu sesuatu yang mengerikan ya guys, tapi jangan sampe trauma lo itu membuat orang lain juga trauma karena lo gak bisa mengendalikan trauma lo sendiri.

Jadi jangan lupa untuk selalu berusaha lebih baik lagi setiap harinya dengan #HidupSeutuhnya.

Referensi:

Pratiwi, C. A., Karini, S. M., & Agustin, R. W. (2012). PERBEDAAN TINGKAT PTSD DITINJAU DARI BENTUK DUKUNGAN EMOSI PADA PENYITAS ERUPSI MERAPI USIA REMAJA DAN DEWASA DI SLEMAN, YOGYAKARTA. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4(2). Retrieved from http://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/view/22

MentalHealthTX. (n.d.). Trauma and Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Retrieved March 23, 2021, from https://mentalhealthtx.org/id/kondisi-umum/trauma-and-post-traumatic-stress-disorder-ptsd/

Bender, J. (2013). What Are the Differences Between PTS and PTSD? Retrieved March 23, 2021, from https://www.brainline.org/article/what-are-differences-between-pts-and-ptsd#:~:text=PTS symptoms are common after,PTSD without first having PTS

Read More