putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Psikolog

judi

Kapan Kita Harus Konsultasi ke Psikolog? (Konseling Online)

Gambar oleh Satu Persen - Konsultasi Psikologi Konseling Online
Satu Persen – Konsultasi Psikologi Konseling Online

Hello Perseners!

Kamu lagi stress gak? Bentar, bentar, kok jadi gitu pertanyaannya. Oke, gini aja, kamu pernah gak sih, merasa hidupmu itu lagi benar-benar kacau? Kayak, apapun yang kamu lakukan itu seperti tidak teratur, dan semakin hari semakin menjenuhkan.

Kamu merasa butuh bantuan, tapi kamu gak mau self-diagnose. Di sisi lain, kamu juga gak mau lebih lama lagi hidup dengan kondisi buruk seperti itu. Duh, enaknya gimana?  Kalau mau konsultasi ke psikolog, nanti bisa dicap aneh-aneh sama masyarakat. Duh, duh duh!

Oke, pertama-tama, aku mau bilang padamu bahwa there’s no shame in seeking help! Kamu tidak perlu takut ketika merasa butuh pergi konsultasi ke psikolog. Pertanyaannya sekarang adalah, kapan kamu harus pergi ke psikolog?

Apa yang Harus Kamu Ketahui?

Sederhananya begini, jika kamu merasa butuh berbicara empat mata dengan orang lain. Terutama tentang masalah hidup. Nah, pergi untuk konsultasi ke psikolog. Atau jalin hubungan dengan keluarga, teman, lingkungan sosial, atau bahkan mencari jati diri.

Konsultasi ke psikolog bukan sekedar curhat doang, loh. Kamu bisa mendapatkan feedback mengenai masalah yang sedang kamu hadapi. Kamu bisa merasa dimengerti oleh mereka dan actually getting your problems addressed ketika ngomong ke psikolog.

Sedangkan ketika kamu mengalami penyakit mental yang sudah mengganggu rutinitas dan kehidupan sehari-harimu. Atau kamu ingin berbicara mengenai medikasi yang tepat, kamu dapat pergi ke psikiater.

Jika kamu masih ragu, ada baiknya bertanya pada orang-orang terdekat atau sedekar berdiskusi dengan psikolog/psikiater yang kamu tahu untuk memastikan langkah apa yang sebaiknya kamu lakukan ke depannya.

Kalau aku pribadi, biar gampang mengingatnya, psikolog itu tanpa medikasi, psikiater itu dengan medikasi. Oke lanjut, kapan kamu harus berhenti menghadapinya sendiri dan konsultasi ke psikolog?

Kamu Merasa Semuanya Penuh Tekanan

Tentu saja kita sering merasa sedih dan gelisah, tapi tidak jarang perasaan tersebut hanya kekhawatiran sementara. Namun jika kamu merasakan emosi-emosi tersebut dalam intensitas yang mengganggu rutinitasmu, kurasa sudah waktunya kamu pergi membicarakannya dengan seseorang.

Ketika kamu merasa hal-hal dalam hidupmu membuatmu menghindari banyak hal, dan dengan kamu menghidari hal tersebut hidup semakin rumit dan malah membuatmu overthinking serta merasa hidupmu sangat teratur, seorang psikolog akan sangat membantumu.

Yang utama adalah, ketahui limitmu sendiri. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa kamu tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup, hanya saja, mohon untuk memperhatikan kesehatanmu sendiri.

Don’t be too harsh on yourself!

Kamu Mencari Pelampiasan

Game, makan, belanja, atau bahkan bekerja. Apapun bisa jadi pelampiasan. Kamu mencari hal-hal yang dapat membantumu untuk menekan perasaan yang kamu rasakan.

Contohnya dulu aku sempat pergi ke warnet untuk meredam isi kepalaku, karena dengan bermain game, aku dapat sejenak log out dari dunia nyata dan hidup dalam kebahagiann fana yang sementara. Tentu saja aku merasa senang, tapi tidak ketika aku kembali tersadarkan bahwa hidupku masih berlanjut dan masalah tersebut masih ada.

Yang ada, aku malah semakin gak karuan. Huh. Pelampiasan itu ada kadarnya tersendiri, kalau kamu merasa sudah dalam frekuensi yang tidak sehat, ding ding it’s time to go see a psychologist or just talk about your problems!

Kamu Mengalami Penurunan Performa

Wow, udah kayak apa aja, ‘penurunan performa’. Anyways, kadang hidup sudah terlalu rese sehingga kamu serta isi kepala dan hatimu senantiasa memperlambat performamu baik di dunia kerja, sekolah, maupun lingkungan sosialmu.

Kamu jadi susah fokus ketika belajar, kamu tidak merasakan kebahagiaan lagi ketika melakukan hal-hal yang biasanya kamu suka, hubunganmu dengan orang lain terasa memudar, dan your overall life experience feels numb.

Apakah kamu pernah mencapai titik tersebut? Titik jenuh yang benar-benar jenuh? Kalau sudah pernah, apa yang kamu lakukan? Kuharap kamu paling tidak curhat dengan teman atau membicarakannya dengan seseorang. Kalau kamu masih saja memendam semuanya sendiri, hentikan.

Hentikan tindakan yang merusak diri itu. Mungkin kamu berpikir bahwa dengan kamu menceritakannya pada orang lain, kamu akan merepotkan. Sesungguhnya tidak! Kalau kamu masih bersikeras demikian, maka konsultasilah ke psikolog terdekat.

Sungguh, lebih baik untuk membicarakan masalah yang kamu miliki ketimbang menyimpannya sendiri, karena suatu saat nanti endapan masalah-masalah tersebut akan meledak ketika kamu benar-benar mencapai batas. Kamu mungkin akan mendapati dirimu menangisi mie goreng yang jatuh ke wastafel atau susu yang tumpak ke lantai karena benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Jangan sampai seperti itu, ya!

Teman-Temanmu Mengkhawatirkanmu

Aku pribadi merasa  ini yang paling jelas. Ketika teman-temanmu -tidak perlu yang terdekat- merasa ada yang aneh denganmu, that’s a big sign.

Mungkin kamu merasa baik-baik saja, namun kadang pendapat orang lain sangat bisa membantumu untuk menilai keadaan. Kamu terkadang butuh, loh, orang-orang dari luar untuk melihat hal-hal yang tidak bisa kamu sadari dari dalam diri sendiri.

Yup, kurasa sampai di sini saja. Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Oh iya, kalau kamu ingin konsultasi, Satu Persen menyediakan layanan konseling loh! Kamu bisa mengunjunginya dengan klik gambar dibawah ini yah! Kalau masih ragu, coba deh ikut tes konsultasi dulu supaya kamu menemukan layanan yang cocok untuk kondisi kamu.

CTA-Blog-Post-06-1

Semoga harimu menyenangkan!

References

Bhatia, P. (2020, November 23). Should You See a Psychiatrist or a Psychologist First? Retrieved from Pacific Health System: https://pacifichealthsystems.com/blog/should-you-see-a-psychiatrist-or-a-psychologist-first/

Muller, G. (n.d). How do you know if you should see a Psychologist? Retrieved from The Psych Professionals: https://psychprofessionals.com.au/signsyouneedapsychologist/

Read More
judi

Stres vs Depresi: Ini Perbedaannya Menurut Psikolog

Perbedaan stres dan depresi menurut psikolog
Satu Persen – Apa Sih Bedanya Stres dan Depresi?

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Sebelum lo membaca artikel ini, gue mau ngasih trigger duluan kalau beberapa hal yang gue bawain di sini bakalan mengandung bahasan yang sensitif. Jadi, buat lo yang mudah ke-triggered mungkin bisa persiapkan diri lo lebih dulu atau bisa juga coba baca artikel-artikel yang lain aja, ya.

Setiap masalah di dalam kehidupan ini baik itu masalah kecil atau besar pasti bisa membuat orang yang mengalaminya merasa sedih, tertekan, dan berujung menjadi stres. Sebagai contoh, terjebak di jalanan yang sangat macet dan penuh dengan suara klakson dari berbagai kendaraan pun dapat memicu stres.

Meski demikian, bakalan lebih baik kalau kita gak boleh menyepelekan hal yang menurut berbagai orang itu sepele loh, Perseners. Karena perasaan tertekan karena stres berkepanjangan kalau gak segera ditangani oleh ahlinya bisa mengakibatkan masalah yang lebih serius lagi terkait dengan kesehatan mental, yaitu depresi.

Depresi ini sendiri bisa berakibat fatal banget bagi penderitanya, loh. Tanpa adanya awareness dan penanganan yang tepat, depresi bisa mengganggu jalannya kehidupan sehari-hari dari penderitanya. Gak cuma itu aja, hal yang paling ditakutkan adalah penderitanya bisa aja melakukan hal-hal diluar kendali seperti self-harm, emosi yang selalu membara, dan yang lebih parahnya adalah melakukan bunuh diri. Kalau begini, harus diperhatikan banget kan, Perseners?

Namun sayangnya nih, masih banyak orang awam di luaran sana yang menganggap depresi sebagai bentuk dari stres biasa sehingga hal ini jadi terlambat buat ditangani. Akibatnya, sewaktu ditangani ternyata tingkat depresinya udah ada di tahap yang sangat parah.

Lalu, apa sih bedanya stres dan depresi? Nah, di artikel kali ini gue akan membahas seputaran apa itu stres dan depresi menurut psikolog serta perbedaan dari keduanya.

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, “Tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang.” Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga) dan di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen.

Oke deh, sekarang yuk langsung simak aja artikelnya sampai akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca, Perseners!

Baca juga: Kenalan sama Gejala Gangguan Depresi

So, apa itu stres?

Di dalam dunia psikologi, ada banyak macam-macam istilah psikologis populer yang sering dikaitkan sebagai stres. Gambaran secara umumnya, kata “stres” mengacu pada suatu kondisi dimana seseorang mengalami tuntutan emosional yang berlebihan dan/atau periode yang membuat mereka sulit untuk berfungsi secara efektif di semua bidang kehidupan mereka.

Nah, kondisi ini bisa menyebabkan munculnya banyak gejala seperti depresi, kelelahan kronis, gampang marah, kecemasan, impotensi, dan kualitas kerja yang buruk (Richards, 2010). Dan karenanya, Ardani (2007) juga mendefinisikan stres sebagai gangguan fisik dan psikologis.

Sementara menurut Sarafino (1994), stres didefinisikan sebagai kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dan lingkungannya. Interaksi ini menyebabkan adanya persepsi kesenjangan antara kebutuhan yang muncul pada situasi yang berasal dari sistem biologis, kesejahteraan sosial dan psikologis seseorang.

Jadi nih, bisa dibilang stres adalah tekanan internal, eksternal dan kondisi menyusahkan lainnya dalam hidup.

So, definisi yang bisa gue simpulkan soal stres adalah suatu kondisi atau keadaan dimana lo merasa kalau tuntutan yang ada pada diri lo itu berlebihan sehingga membuat lo sulit berfungsi secara maksimal.

stres dan depresi
Sumber: memes.com

Sebaliknya, kalau depresi itu apa?

Dilansir Psychiatric Dictionary, ed.4 (Hinsie dan Campbel, 1970), mereka menjelaskan kalau di dalam dunia psikiatri konsep depresi diartikan sebagai sebuah sindrom klinik yang ditandai dengan menurunnya perasaan, kesukaran berfikir, dan kelambatan aktivitas psikomotor.

Depresi juga bisa berarti penurunan perasaan atau kesedihan, sehingga hanya merupakan gejala. Depresi juga bisa terjadi pada rata-rata orang sebagai respon emosional yang normal terhadap rasa kehilangan, gangguan dalam hubungan interpersonal yang dekat, posisi atau gengsi, keuangan, dan sebagainya.

Menurut Veronica Adesla, psikolog klinis dari Personal Growth, depresi adalah masalah kesehatan mental serius yang bisa menyebabkan perasaan sedih selama berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun. Depresi sering kali disebabkan oleh emosi yang udah lama terpendam dan akhirnya berkobar pada saat bersamaan.

Karenanya, para penderita depresi juga digambarkan sering kali merasa sedih dan kalah, mudah lelah, kehilangan semangat atau motivasi, atau bahkan memiliki keinginan untuk bunuh diri.

depresi
Sumber: listkota.com

Baca juga: Stres Berat: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Lalu, apa perbedaan gejala stres dan depresi? Gimana cara menanganinya?

depresi dan stres
Sumber: me.me

Stres dan depresi tentunya memiliki gejala yang berbeda. Dan dengan melihat beberapa perbedaan gejala dari keduanya, gue harap Perseners bisa lebih aware dan memberikan pertolongan kepada orang-orang maupun keluarga terdekat yang menunjukkan gejala-gejala serupa.

Oke deh, kalau gitu ayo kita langsung ngebahas gejalanya lebih dulu. Di bawah ini, gue udah tulisin beberapa gejala yang dialami seseorang ketika sedang merasa stres:

  • Perasaan tidak terkendali dan kewalahan,
  • Menghindari orang lain, bahkan teman dekat dan keluarga,
  • Mudah gelisah, frustasi dan dalam suasana hati yang buruk,
  • Sulit untuk fokus,
  • Sakit kepala,
  • Gangguan pencernaan, termasuk mual, diare, atau sembelit,
  • Sulit tidur atau insomnia.

Selanjutnya, di bawah ini ada beberapa gejala yang dialami oleh seseorang ketika sedang merasa depresi:

  • Merasa tidak berdaya dan putus asa,
  • Hilangnya rasa percaya diri dan harga diri,
  • Selalu takut,
  • Sulit untuk fokus,
  • Menghindari orang lain, termasuk teman dekat,
  • Makan lebih sedikit atau lebih dari biasanya,
  • Sulit tidur, misalnya tidak bisa tidur atau bahkan tidur lebih lama dari biasanya,
  • Menyakiti diri sendiri,
  • Tidak ada lagi menikmati hal-hal yang biasanya menarik dan menyenangkan, seperti keengganan untuk menekuni hobi,
  • Sering-seringlah berpikir tentang kematian,
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Kalau udah tau gejala-gejalanya, sekarang kita bakal ngebahas tentang cara mengatasinya. Mengatasi stres sebenarnya melibatkan perubahan gaya hidup, jadi berikut adalah hal-hal yang bisa lo lakukan:

  • Berolahraga secara teratur,
  • Pelaksanaan diet seimbang,
  • Membatasi konsumsi kafein dan alkohol,
  • Berlatih teknik relaksasi seperti yoga dan meditasi,
  • Lakukan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan,
  • Melakukan hal-hal positif seperti berkumpul dengan teman, bermain game, menonton film, bermain musik, berkebun, dan sebagainya,
  • Gunakan jurnal atau blog sebagai sarana untuk mengekspresikan kesedihan dan emosi lo,
  • Melakukan konsultasi dan pemeriksaan tambahan dengan psikiater untuk memungkinkan perawatan yang memadai.

Stres umumnya tidak memerlukan bantuan psikiater dan bisa dikelola melalui aktivitas santai seperti liburan, meditasi, atau yoga. Sementara itu, depresi harus ditangani oleh psikiater karena diperlukan obat-obatan tertentu untuk mengobatinya. Umumnya, dokter akan meresepkan obat-obatan seperti antidepresan.

Karena jenis-jenis antidepresan ada banyak banget, sebaiknya lo konsultasikan ke psikiater buat menemukan jenis antidepresan yang tepat sesuai kondisi lo. Penting buat diketahui kalau obat untuk depresi harus diminum sesuai dengan dosis dan durasi yang direkomendasikan oleh psikiater lo. Selain minum obat, penderita depresi juga harus menjalani psikoterapi atau terapi perilaku kognitif dari psikolog atau psikiater.

Perlu diingat ya guys, dari beberapa hal diatas dapat disimpulkan kalau stres dan depresi bukanlah gangguan mental yang bisa hilang begitu saja. Jadi, jangan remehkan kondisi ini, ya.

Segera temui dokter atau ahli kesehatan mental lainnya kalau lo atau orang yang lo cintai mengalami stres dan depresi yang terus-menerus, apalagi jika disertai pikiran untuk bunuh diri. Dengan cara ini, lo bisa mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat berdasarkan stres dan depresi lo. Jangan biarkan stres dan depresi mempengaruhi hidup lo selamanya, ya!

Oh iya, lo juga bisa berkonsultasi dengan psikolog loh, salah satunya dengan Psikolog Satu Persen. Di Satu Persen, lo akan mendapatkan 1 jam konseling dengan psikolog, tes psikotes, asesmen pra-konseling, lembar kerja, dan tentu saja terapi.

Psikolog Satu Persen juga memiliki lisensi resmi, jadi lo gak perlu khawatir lagi buat mencoba layanannya. Selain itu, Satu Persen juga punya banyak testimoni yang bisa lo baca di website-nya. Kalau lo mau kepoin lebih lanjut tentang layanan konseling Satu Persen, lo bisa klik di sini, ya!

Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konseling, lo juga bisa mencoba tes gratis dari kita lebih dulu. Dengan tes ini, lo bakal tau layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, lo cukup klik aja di sini.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue dan semoga informasinya bermanfaat, ya! Buat lo yang lagi mengalami atau sedang berada di fase stres atau depresi, semoga lo bisa berhenti ngerasain hal-hal kayak gini lagi. Gue tau ini pasti berat banget buat lo, tapi semoga aja lo bisa cepat pulih, ya 🙂

Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel Youtube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri. Buat contohnya, lo bisa simak video tentang stres berat di bawah ini buat dapetin penjelasan lebih mendalamnya.

Referensi

Perbedaan Stres dan Depresi, Bagaimana Cara Menganginya? (n.d.). Retrieved October 2, 2021, from https://www.sehatq.com/artikel/sering-dianggap-sama-ini-perbedaan-stres-dan-depresi

Hadinoto, S. (1976). PSIKOSA DEPRESI REAKTIF(Psychotic Depressive Reaction). Berkala Ilmu Kedokteran, 8(1976).

Kenali Perbedaan Stres dan Depresi yang Kerap Dianggap Sama Halaman all – Kompas.com. (n.d.). Retrieved October 2, 2021, from https://health.kompas.com/read/2020/02/08/090000568/kenali-perbedaan-stres-dan-depresi-yang-kerap-dianggap-sama?page=all

Read More
judi

Mengenal Konsultasi Psikolog Online dan Segala Manfaatnya

Konsultasi psikolog online
Satu Persen – Mengenal Konsultasi Psikolog Online dan Segala Manfaatnya

Hi, Perseners! Balik lagi dengan gue Fathur, Blog Writer Satu Persen.

Gue mau nanya tentang keadaan lo belakangan ini. Apakah lo ngerasa lagi jenuh banget dengan segala aktivitas online lo di rumah? Kalau iya, berarti kita dalam kondisi yang sama.

Gue sendiri akhir-akhir ini lagi berjuang dengan hubungan long distance relationship (LDR) yang bikin gue jenuh karena terkesan gitu-gitu aja tiap harinya. Pola kebucinannya, ya, sebatas telponan atau nonton film korea bareng.

Tapi, yang bikin gue kesel ketika kejenuhan tersebut dibarengi dengan berbagai masalah lainnya seperti kecemasan akan tugas yang menumpuk, masalah keluarga yang gak ada beresnya, sampai stres akibat gak bisa liburan karena pandemi. Oleh karena itu, gue ngerasa butuh banget temen curhat yang bisa menampung keluh kesah gue.

depression, anxiety, loneliness
Sumber: imgflip.com

Mungkin ada aja teman yang bisa connect ketika gue lagi curhat, tapi secara bersamaan juga ada curhatan yang gak bisa dijawab begitu aja oleh teman gue. Jadi rasanya kayak gue harus nanya ke yang lebih berpengalaman seperti mentor atau psikolog gitu.

Tapi masalahnya kan, sekarang aktivitas lagi banyak dilakukan di rumah aja, terus gimana caranya gue bisa ketemu mentor atau psikolog?

Nah, untuk yang belum tau, sekarang konsultasi dengan psikolog bisa dilakukan secara online juga, lho. Caranya mudah, lo tinggal mengambil gadget lo dan cari layanan yang membuka konsultasi online, termasuk salah satunya Satu Persen sendiri.

Dalam jurnalnya, Friedman dan Grant juga menyarankan kalau konseling secara online diperbolehkan, tapi tetap gak bisa mengganti seutuhnya konsultasi secara tatap muka. Karena pada dasarnya walaupun ada masalah yang bisa diatasi secara online, tapi ada juga masalah yang memang perlu diatasi secara langsung.

Maka dari itu, mending sebelum lanjut, lo bisa cek video YouTube-nya Satu Persen tentang tanda-tanda kalo lo perlu konsultasi ke psikolog.

YouTube Satu Persen – 7 Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Apa Itu Konsultasi Psikologi Online?

Konsultasi psikolog online memiliki tujuan yang gak jauh beda dengan konsultasi pada umumnya, yaitu untuk memecahkan suatu masalah dan memberikan solusi secara mandiri. Tapi yang membedakan konsultasi secara online dan offline adalah dari segi tempat, waktu dan treatment-nya sendiri.

Simpelnya gini, jika lo melakukan konsultasi secara tatap muka, tentu pihak-pihak yang terlibat secara fisik hadir di satu ruangan yang sama. Sementara konsultasi yang dimediasi oleh teknologi menyiratkan bahwa antara mentor dan klien akan berada di lokasi yang berbeda.

Platform yang digunakan juga beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Beberapa di antaranya bisa memakai Google Meet, Skype, Zoom Meeting, pesan chat, dan berbagai format lainnya.

Apakah Konsultasi Online Itu Aman dan Efektif?

Mungkin terlintas sedikit keraguan dan kekhawatiran dalam diri lo dengan konsultasi online ini.

“Kalo gak ketemu langsung, gimana psikolognya bisa ngertiin gue?”

“Kalau online mah sama aja kayak dengerin podcast atau video di Youtube.”

“Terus, kalau online emang bakal efektif?”

Konsultasi Psikolog Online
Sumber: kaskus.co.id

Untuk menjawab kekhawatiran lo semua, gue bakal kasih salah satu penelitian yang membahas keefektifan konsultasi online ini.

Pada tahun 2018, sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Psychological Disorders bilang kalau terapi perilaku kognitif secara online itu terbilang efektif dan praktis. Studi ini juga menemukan kalau konseling secara online sama efektifnya dengan konseling tatap muka untuk segala permasalahan seperti depresi hingga gangguan kecemasan.

Gue pun percaya, kok, kalau setiap kondisi pasti ada manfaatnya. Nah, dalam artikel kali ini pun gue berkesempatan untuk ngasih tau lo apa saja manfaat yang bakal didapatkan kalau lo mencoba konsultasi online.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi

Manfaat Konsultasi Secara Online

1. Fleksibel dengan waktu dan tempat

Manfaat pertama yang akan lo rasakan ialah bisa fleksibel menjadwalkan pertemuan secara daring dengan psikolog atau mentor lo. Sedangkan jika offline, lo butuh sedikit effort yang lebih untuk melakukan persiapannya.

Cara konsultasinya biasanya menggunakan aplikasi video conference. Tapi buat lo yang lebih ekspresif dan lebih suka membagikan curhatan dengan cara chating, lo bisa banget saling berkirim pesan kapan dan dimana saja tanpa harus menunggu waktu kosong mentor lo.

Intinya, ketika ada peristiwa yang menimpa lo sehingga merasa sedih, kecewa, dan bingung. Lo bisa langsung kirim pesan dengan mentor kepercayaan lo kapan aja.

Tapi satu hal yang lo perlu diperhatikan, meskipun dalam keadaan online lo juga perlu menanyakan kesediaan waktu psikolog dan mentor lo untuk merespons curhatan lo, ya!

2. Terhindar dari stigma buruk

Meme salah paham
Sumber: memegenerator.net

Di sekitar kita, gak dipungkiri lagi kalau masih banyak yang menganggap kesehatan mental sebagai sesuatu yang tabu dan menganggap kalau lo pergi ke psikolog itu berarti lo terkena gangguan jiwa. Hal ini tentu terjadi bisa terjadi karena adanya stigma buruk di masyarakat.

Stigma sendiri bisa diartikan sebagai proses yang melibatkan pelabelan terhadap seseorang dan kesannya merugikan suatu kelompok atau individu.

Untuk ngeliat dampak buruknya, gue bisa ambil studi dari Psychological Medicine yang mengatakan kalau stigma yang terkait penyakit mental bisa menjadi penghalang lo untuk mencari pengobatan agar bisa sembuh dari penyakit tersebut.

Nah, meskipun gak mudah untuk menghilangkan dan melawan stigma buruk, tapi dengan lo melakukan konsultasi secara online, lo bisa mengurangi stigma itu karena bisa jadi gak ada yang tau kecuali kita sendiri.

3. Menghemat pengeluaran

Pernah gak, lo ngerasain kalau biaya pengeluaran ketika dulu sebelum pandemi lebih banyak ketimbang sekarang ketika online di rumah? Hal itu juga bisa terjadi jika lo melakukan konseling secara online.

“Lho, kenapa bisa gitu?”

Bayangin aja kalau misalkan lo pergi ke psikolog secara tatap muka, secara gak langsung lo harus mengeluarkan bensin untuk kendaraan pribadi atau mengeluarkan ongkos untuk membayar ojek online.

Hal itu belum ditambah dengan kebutuhan primer lo seperti makan dan minum. Apalagi jika daerah tempat lo konsultasi banyak tempat jajanan yang ngebuat lo ingin beli. Nah, hal ini gak akan terjadi jika lo melakukannya secara online karena lo hanya butuh kuota untuk bisa terhubung dengan mentor lo.

Nah, segitu dulu tulisan dari gue, Perseners! Semoga setelah baca ini lo jadi gak bingung kalau nanti lo mau menghubungi psikolog untuk konsultasi secara online.

Lo juga bisa, nih, memastikan kondisi kesehatan mental lo dengan melakukan pencegahan tahap awal bersama psikolog dari Satu Persen. Lo tinggal klik di bawah ini aja untuk lebih jelasnya, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-3

Tenang aja, dengan Satu Persen, lo bisa berkonsultasi dengan psikolog yang sudah berpengalaman untuk mengatasi lebih dari 10.000 permasalahan kehidupan. Lo juga bisa mencoba tes konsultasi semisal lo masih ragu layanan apa yang cocok buat kondisi lo.

Gue Fathur dari Satu Persen, pamit undur diri. Oh iya, terakhir gue mau ngucapin selamat menjalankan #HidupSeutuhnya ya, Perseners!

Referensi:

Morin, A. (November 14, 2019). Does Online Therapy Work?. Retrieved on October 5, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/what-mentally-strong-people-dont-do/201911/does-online-therapy-work

Mallen, M. J., Vogel, D. L., Rochlen, A. B., & Day, S. x. (2005). Online Counseling: Reviewing the Literature From a Counseling Psychology Framework. In The Counseling Psychologist (Vol. 33, Issue 6). https://doi.org/10.1177/0011000005278624

Clement, S., Schauman, O., Graham, T., Maggioni, F., Evans-Lacko, S., Bezborodovs, N., Morgan, C., Rüsch, N., Brown, J. S. L., & Thornicroft, G. (2015). What is the impact of mental health-related stigma on help-seeking? A systematic review of quantitative and qualitative studies. Psychological Medicine, 45(1), 11–27. https://doi.org/10.1017/S0033291714000129

Mallen, M. J., & Vogel, D. L. (2005). Introduction to the Major Contribution: Counseling Psychology and Online Counseling. The Counseling Psychologist, 33(6), 761–775. https://doi.org/10.1177/0011000005278623

Barnett, J. E. (2005). Online Counseling: New Entity, New Challenges. The Counseling Psychologist, 33(6), 872–880. https://doi.org/10.1177/0011000005279961

Andrews, G., Basu, A., Cuijpers, P., Craske, M. G., McEvoy, P., English, C. L., & Newby, J. M. (2018). Computer therapy for the anxiety and depression disorders is effective, acceptable and practical health care: An updated meta-analysis. Journal of Anxiety Disorders, 55(August 2017), 70–78. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2018.01.001

Read More
judi

Cowok Gak Boleh ke Psikolog?

kesehatan mental bagi pria - cowok gak boleh ke psikolog?
Satu Persen – Kesehatan Mental bagi Pria

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Kalian tau gak sih, Perseners, survei yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018, dari seluruh dunia menunjukkan bahwa pria di mana pun merasa sulit untuk terbuka tentang kesehatan mental mereka. Dan karenanya, mereka secara signifikan lebih berisiko untuk mencoba melakukan bunuh diri daripada wanita.

Salah satu hal yang memperkuat alasan kenapa pria merasa sulit untuk terbuka tentang kesehatan mental mereka dibandingkan wanita karena adanya aib yang beredar di masyarakat, yaitu mengenai toxic masculinity. Salah satu aib yang mungkin lo ataupun gue sering dengar adalah “Cowok kok lemah?” “Cowok kok nangis?” dan sebagainya yang mana membentuk konstruksi pikiran bahwa sejatinya pria itu boys will be boys.  

Nah, karena lagi ngomongin pria dan kesehatan mental, nih. So, di artikel kali ini gue akan membahas tentang kesehatan mental di kalangan pria, khususnya soal aib. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Apa Itu Kesehatan Mental?

Aib yang Dihadapi oleh Pria

stigma kesehatan mental pada pria
Sumber dari pixabay.com

Dalam laporan di tahun 2018, WHO menekankan bahwa aib seputar kesehatan mental adalah salah satu hambatan utama bagi orang-orang yang mengakui bahwa mereka sedang berjuang dan mencari bantuan. Tentu saja, stigmatisasi ini sangat terasa terutama pada pria.

“Digambarkan di berbagai media sebagai silent epidemic dan masalah kesehatan yang telah merayap ke dalam benak jutaan orang, dengan statistik yang mengerikan, kesehatan mental pada pria adalah masalah kesehatan di masyarakat yang sangat perlu diperhatikan.”

Maka, dimulailah sebuah penelitian dari The University of British Columbia (UBC), di Vancouver, Kanada, yang diterbitkan pada tahun 2016 di Canadian Family Physician Trusted Source. Penelitian tersebut menemukan kalau pemahaman yang udah tua banget soal gender, terutama di pria, menghambat pria mencari bantuan mengenai kesehatan mental.

Salah satu hal penting lainnya juga menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pria untuk terbuka dengan rekan-rekan mereka tentang perjuangan masalah kesehatan mental. Membicarakan kesehatan mental bukanlah sesuatu yang cenderung muncul dengan mudah di lingkungan sosial tertentu, seperti saat membicarakan permainan sepak bola.

Beban dari Adanya Toxic Masculinity di Masyarakat

Tapi, bukan hanya meminta bantuan aja yang tampaknya diperjuangkan oleh pria. Penelitian telah menemukan bahwa beberapa pria juga mengalami kesulitan membangun hubungan sosial. American Psychological Association memiliki podcast tentang bagaimana maskulinitas sebenarnya dapat menjadi beban kesehatan mental.

Ketika lo berbicara tentang toxic masculinity, itu benar-benar bermuara pada bagaimana cara pria dibesarkan. Begitulah cara pria diajarkan untuk menjadi manusia yang kuat dan pendiam.”

Jika pria kurang bersedia untuk meminta bantuan, mereka akan terus mengalami gejala yang berkontribusi terhadap depresi, dan penggunaan narkoba sering kali merupakan strategi koping yang maladaptif. Ketika orang yang berjuang dengan depresi, kecemasan, dan kondisi kesehatan mental lainnya tidak merangkul sumber daya koping yang baik, mereka mungkin beralih ke alkohol dan obat-obatan lain sebagai cara untuk menghilangkan rasa sakit.

Masalahnya, bagaimana kita sebagai masyarakat mengubah persepsi pria tentang mencari bantuan sebelum mereka sampai ke titik itu?

Mengurangi Aib Tersebut

Banyak pria menjadi mangsa aib tersebut bahwa mereka harus cukup tangguh untuk menyelesaikan semua masalah mereka sendiri. Mereka khawatir bahwa dengan menunjukkan kerentanan, bahkan dalam kondisi fisik yang sakit pun, mereka mungkin akan kehilangan kekuatan mereka di hadapan orang lain.

“Akibatnya, mereka mungkin percaya bahwa mereka dapat memperbaiki masalah ini dengan cepat dan beralih ke yang berikutnya—dan mereka mungkin menyangkal bahwa ada masalah di dalam diri mereka,” kata Levin dari Yayasan Hazelden Betty Ford. Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi dan membantu hal itu adalah pertama-tama harus mengakhiri aib tersebut.

“Kita semua dapat mendorong lebih banyak transparansi seputar masalah kesehatan mental dan penyalahgunaan zat,” kata Levin.

Tidak ada yang kebal terhadap stres. Berbicara dengan orang lain tentang bagaimana hal itu memengaruhi lo dapat menumbuhkan empati, persahabatan, dan dukungan yang semuanya melawan perasaan terisolasi di mana kecanduan dan masalah kesehatan mental dapat berkembang.

Masalah kesehatan mental yang tidak diobati dapat dengan cepat bermanifestasi menjadi penyakit fisik, terutama ketika orang mengobati diri sendiri dengan alkohol dan zat lain.

Kapan Waktunya untuk Meminta Bantuan?

Jika lo khawatir seseorang yang lo sayangi mungkin sedang berjuang, atau lo berpikir bahwa lo sendiri membutuhkan bantuan, Levin mengatakan untuk mencari tanda-tanda ini yang menunjukkan perlunya bantuan dari luar:

  • Perubahan suasana hati
  • Perubahan performa kerja
  • Perubahan berat badan
  • Kesedihan, keputusasaan, atau anhedonia (kehilangan kesenangan dan menarik diri dari hal-hal yang digunakan untuk memberikan kesenangan)
  • Gejala fisik, seperti sakit kepala dan masalah perut

Jika lo mengenali salah satu gejala ini pada orang yang lo cintai, Levin merekomendasikan untuk mengingatkan mereka bahwa meminta bantuan dapat menjadi tanda kekuatan daripada kelemahan.

Salah satu caranya adalah dengan mencari bantuan ke profesional, salah satunya adalah Satu Persen.

Nah, Satu Persen menyediakan layanan konseling dengan Psikolog. Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Kalau lo berniat mencoba layanan konseling dari Satu Persen, lo bisa langsung aja klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-4

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya. Lo juga bisa ikut tes sehat mental gratis di sini!

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

How Mental Health Stigma Affects Men. (n.d.). Retrieved November 30, 2021, from https://www.healthline.com/health-news/how-can-we-reduce-mens-mental-health-stigma#When-is-it-time-to-ask-for-help?

Men’s mental health: What affects it, and how to improve support. (n.d.). Retrieved November 30, 2021, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/mens-mental-health-man-up-is-not-the-answer

Read More
judi

Cara Berempati Ala Psikolog

Ananda Fathia (15/11) – Apa kesulitan yang lo hadapi ketika mendengarkan curhatan temen lo?

Susah relate? Sulit buat paham perasaan yang lagi dia rasain? Atau mungkin bingung sama jalan pikiran dia? Kalau lo pernah atau bahkan sering merasakan hal ini, baca artikelnya sampai habis ya!

Permasalahan yang lo hadapi di atas menunjukkan bahwa lo perlu belajar mengenai empati. Empati itu apa sih? Empati itu adalah suatu kemampuan untuk memahami posisi orang lain serta menghayati pengalaman orang lain dari sisi emosional maupun kognitif.

Empati vs Simpati

Empati beda sama simpati, yang istilahnya mungkin sering lo denger juga ya di kehidupan sehari-hari. Empati adalah ketika lo menempatkan diri lo di posisi orang lain, seolah-olah lo juga bisa ikut merasakan apa yang dia rasakan dan memikirkan apa yang dia pikirkan. Simpati hanya sebatas perasaan atau pikiran yang muncul di diri lo ketika terjadi sesuatu dengan orang lain, tapi ya lo tetep memandang perasaan atau pikiran itu dari perspektif lo sendiri.

Source: https://www.freepik.com/author/pressfoto

Kenapa empati bisa muncul?

Mungkin, setelah membaca definisi terkait empati, pertanyaan ini timbul di benak lo. Kenapa sih empati bisa muncul? Rasa empati lebih mudah untuk muncul ketika lo berhadapan dengan orang lain yang ‘mirip’ sama lo. Mirip gimana maksudnya?

  • Memiliki pengalaman serupa dengan lo
  • Merupakan sosok yang lo sukai
  • Memiliki karakteristik yang lo miliki

Tapi, kadang ada aja loh kondisi-kondisi yang menyebabkan lo kesulitan untuk berempati dengan orang lain. Sebenernya apa aja sih faktor-faktor yang bisa menyebabkan lo sulit untuk merasakan empati ini?

  • Isu personal
  • Tidak sesuai dengan nilai yang lo punya
  • Memiliki karakteristik yang gak lo suka
  • Tidak ada keinginan untuk membantu
  • Lack of knowledge and experiences
  • Pemikiran terlalu tertutup

Bagaimana cara berempati terhadap orang lain?

Kalau lo masih merasa kesulitan untuk berempati, jangan khawatir! Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, empati itu adalah sebuah kemampuan, jadi empati ini bisa banget untuk lo pelajari dan lo kembangkan. Gimana caranya? Coba simak beberapa cara di bawah ini yuk!

a. Emotional Empathy

Emotional empathy adalah ketika lo berusaha untuk mencoba merasakan emosi yang orang lain rasakan. Mungkin lo bisa coba buat mengesampingkan kebutuhan atau perasaan pribadi lo ketika temen lo cerita tentang permasalahannya atau mungkin berhenti melakukan kritik dan komentar terhadap permasalahan temen lo.

b.  Perspective Taking

Perspective taking adalah kecenderungan lo untuk mengambil perspektif atau sudut pandang orang lain secara psikologis. Lo bisa melakukan perspective taking melalui hal-hal berikut:

c. Attending Behaviour

Attending behaviour adalah perilaku HADIR untuk mendengarkan temen lo dengan penuh perhatian. Gimana caranya? Terapkan prinsip SOLVER!

S : Squarely face a person

O : Open Posture

L : Leaning Forward

V : Verbal qualities (uh-hm…)

E : Eye contact

R : Relax

d. Active Listening

“Gue udah sering kok dengerin curhatan temen gue”

Eits, bentar dulu. Coba deh refleksi lagi, kira-kira yang lo lakuin selama ini itu termasuk hearing atau active listening? Emang apa bedanya?

Hearing adalah ketika lo mendengarkan secara pasif, ya berarti lo cuma dengerin aja apa yang temen lo ceritain tanpa diproses lebih. Kalo active listening, seperti namanya, lo mendengarkan cerita temen lo secara aktif, dimana lo memperhatikan perkataan temen lo dan berusaha memberikan respon yang sesuai dengan ceritanya.

Gimana? Apakah setelah membaca artikel ini lo jadi lebih terbantu untuk mengembangkan kemampuan empati yang lo punya? Kalau belum, jangan khawatir! Satu Persen punya Basic Mental Health Training (BMHT) yang bisa lo ikutin untuk mengasah kemampuan empati lo loh! Selain itu, lo juga bisa pelajari skill lainnya yang berhubungan dengan keterampilan dasar psikologis yang bisa lo terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mau ikutan? Langsung daftar aja yuk di link berikut: https://satupersen.net/layanan/kelas/basic-mental-health-training!

Read More
judi

Psikolog Online untuk Self Care

Halo, namaku Mira dan aku adalah Blog Writer di Satu Persen. Kali ini kamu bakal ngebahas soal self care dengan psikolog online. Stay tune dan baca sampe abis ya, biar kamu bisa dapet keseluruhan insight-nya!

Kesehatan Mental: Psikolog Online untuk Self Care
Satu Persen – Self Care

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan diri secara keseluruhan dan dapat memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika kamu merasa perlu dukungan ekstra untuk meningkatkan kesehatan mentalmu, kenapa gak coba jadikan konseling sebagai bagian dari self care?

Kabar baiknya adalah ada banyak pilihan dalam hal konseling, dari konseling langsung hingga sesi konseling online. Jadi mari kita lihat beberapa langkah sederhana yang dapat kamu ambil untuk mencari bantuan.

Bergabunglah dengan kami mengenai mengapa konseling harus menjadi bagian penting dari rencana self care kamu. Mari mulai perjalanan ini bersama-sama!

Daftar Isi

  1. Apa itu Self Care?
  2. Self Care dan Kesehatan Mental
  3. Peran Konseling dalam Kesehatan Mental
  4. Mengidentifikasi Kebutuhan Kesehatan Mental
  5. Peran Konseling dalam Self Care
  6. Kesimpulan

Apa itu Self Care?

Self care adalah praktik kamu yang merawat kesehatan mereka sendiri dengan menggunakan pengetahuan dan informasi yang tersedia bagi mereka. Menurut World Health Organization (WHO), self care adalah proses pengambilan keputusan yang memberdayakan kamu untuk merawat kesehatan mereka sendiri.

Everyday Health mendefinisikan self care sebagai tindakan untuk merawat kebutuhan kesehatan fisik dan emosional, termasuk kebersihan, gizi, dan mencari perawatan medis ketika diperlukan.

Self care juga dapat meliputi aktivitas seperti kesadaran, teknik relaksasi, dan manajemen stres. Intoxicating Beauty mengidentifikasi 5  pilar self care, fisik, mental, emosional, spiritual, dan sosial.

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai self care, kamu dapat menonton video “Bagaimana Seharusnya Kita Memperlakukan Diri Sendiri” dari Satu Persen.

Satu Persen – Bagaimana Seharusnya Kita Memperlakukan Diri Sendiri

Self Care dan Kesehatan Mental

Merawat diri sendiri tidak egois – itu penting untuk kesehatan mental. Melakukan rutinitas self-care telah terbukti secara klinis untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan dan depresi, mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan, dan lainnya. Self-care juga dapat membantu kamu beradaptasi dengan perubahan, membangun hubungan yang kuat, dan pulih dari kegagalan.

Prinsip self-care melibatkan peningkatan kesadaran diri yang dapat membantu kamu mengenali pola emosi kamu, termasuk situasi yang mungkin memicu masalah mental. self care membantu kita terhubung kembali dengan diri kita sendiri, mengidentifikasi kebutuhan kita dan mengelola kesejahteraan emosional kita.

Baik itu beristirahat dari pekerjaan untuk berjalan-jalan, atau hanya memanjakan diri kamu dengan sesuatu yang baik – meluangkan waktu untuk diri sendiri dapat membantu kamu memulihkan keseimbangan dan perspektif.Jangan lupa untuk menambahkan momen-momen kecil self care ke dalam hari kamu – dengan begitu, kamu akan mulai merasa lebih mengendalikan hidup kamu sendiri dan mampu melewati masa-masa sulit.

Peran Konseling dalam Kesehatan Mental

Konseling kesehatan mental merupakan bagian penting dari rencana kesehatan mental karena dapat membantu kamu untuk memahami akar masalah kesehatan mental dan mulai bekerja pada pola pikir yang lebih sehat yang mendukung kehidupan sehari-hari dan mengurangi risiko isolasi dan kerusakan diri.

Konseling juga dapat menyediakan tempat yang aman bagi kamu  untuk berbicara tentang masalahmu, mengajarkan strategi coping atau teknik self-help yang sehat, dan membantu  untuk menemukan solusi untuk masalah kamu sendiri. Konseling juga dapat memiliki banyak manfaat lain. Ini dapat membantu meningkatkan mood, mengobati penyakit mental, mengurangi biaya medis, meningkatkan komunikasi dan hubungan, dan mempromosikan harga diri dan daya tahan.

Ini juga dapat membantu klien untuk membangun kembali harga diri mereka, menyatukan kembali hubungan pribadi, dan membuka diri pada kemungkinan untuk merasakan manfaat dari konseling kesehatan mental. Selain itu, konseling seperti pengalaman edukatif di mana kamu dapat belajar lebih banyak tentang diri mereka sambil memperoleh keterampilan baru.

Bagi kamu yang masih mempelajari seputar konseling, kamu dapat mencari tahu dari layanan Konseling Satu Persen. Kamu dapat melihat pilihan psikolog, fitur, maupun testimoni dari layanan kami.

Blog--10

Mengidentifikasi Kebutuhan Kesehatan Mental

Dalam hal kesehatan mental, meluangkan waktu untuk mengidentifikasi kebutuhan kamu dan membuat rencana tindakan sangat penting. Bagaimanapun, kesejahteraan mental kita dapat berdampak besar pada banyak aspek kehidupan kita. Mulai dari hubungan kita dengan teman dan keluarga, hingga kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Jadi bagaimana kamu membuat rencana yang efektif? Pertama-tama, penting untuk berbicara dengan psikolog yang dapat membantu kamu mengidentifikasi dan memprioritaskan kebutuhan kamu. Mereka juga akan dapat menjelaskan berbagai jenis konseling yang tersedia untuk kamu seperti terapi perilaku kognitif, terapi interpersonal, dan lainnya. Dan bagaimana masing-masing dapat membantu mengatasi masalah tertentu dalam kehidupan sehari-hari kamu.

Memiliki sistem pendukung semacam ini dapat membuat perbedaan besar dalam mengelola stres, kecemasan, depresi, atau apa pun yang mungkin menghalangi perasaan diri kamu yang terbaik. Ini juga dapat membuatnya lebih mudah untuk menavigasi pasang surut kehidupan dan tetap di jalurnya.

Jadi pastikan untuk memberi diri kamu perhatian dan perhatian yang layak kamu dapatkan. Itu bisa menjadi keputusan terbaik yang pernah kamu buat!

Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Peran Konseling dalam Self Care

Memasukkan konseling ke dalam rutinitas self care kamu dapat menjadi cara yang bagus untuk mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan yang kamu butuhkan.

Pertama, kamu ingin menemukan psikolog yang tepat untuk kamu. Itu berarti mencari seseorang yang kamu percayai dan merasa nyaman. Mintalah referensi dari teman atau keluarga jika kamu tidak yakin harus mulai dari mana. Penting juga untuk memastikan bahwa psikolog menggunakan metode berbasis bukti yang didasarkan pada penelitian ilmiah.

Setelah kamu menemukan psikolog yang tepat, penting untuk menetapkan tujuan dan melacak kemajuan kamu dari waktu ke waktu. Ini akan membantu kamu tetap termotivasi dan fokus untuk menjadi lebih baik. Melacak gejala, pola tidur, perubahan suasana hati, dan lainnya dapat membantu kamu melihat seberapa jauh kamu telah datang dan apa yang masih perlu ditingkatkan.

Kesimpulan

Meluangkan waktu untuk memelihara kesehatan mental kamu sama pentingnya dengan merawat kesehatan fisik kamu. Menetapkan tujuan yang jelas dan melakukan check-in rutin dengan diri sendiri akan memastikan bahwa kamu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mental yang positif. Ingat, bahkan tindakan kecil pun dapat berdampak besar dalam hal menjaga diri sendiri!

Tidak apa-apa untuk meminta bantuan. Menjadikan konseling sebagai bagian dari self care kamu akan membantu meningkatkan kesejahteraan, kesehatan mental, dan hubungan kamu dalam jangka panjang. Jadi mengapa tidak mencobanya sekarang?

Ayok bergabung bersama 10.000 orang lainnya dalam menggunakan layanan Konseling bersama Psikolog Satu Persen! Dengan pilihan psikolog yang beragam kamu dapat memilih mana yang paling cocok dengan masalah dan kebutuhanmu.

cta-konseling-7

COE College. Potential Benefits of Counseling. https://www.coe.edu/student-life/student-life-resources/health-wellness/mental-health-counseling/potential-benefits-counseling

Global Self-Care Federation. What is Self-Care?. https://www.selfcarefederation.org/what-is-self-care

Lawler, M. 2021. What Is Self-Care and Why Is It So Important for Your Health?. Everyday Health. https://www.everydayhealth.com/self-care/

Leonard, J. 2020. How can Mental Health Counselors Help?. Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/mental-health-counselor#:~:text=Psychotherapy%2C%20or%20talking%20therapies&text=It%20can%20help%20people%20understand,of%20isolation%20and%20self%2Dharm

Mental Health First Aid USA. 2022. How and Why to Practice Self-Care. https://www.mentalhealthfirstaid.org/2022/03/how-and-why-to-practice-self-care/#:~:text=Engaging%20in%20a%20self%2Dcare,relationships%2C%20and%20recover%20from%20setbacks

Montaro Behavioral Health. 8 Benefits of Mental Health Counseling. https://montarebehavioralhealth.com/8-benefits-of-mental-health-counseling/

NHI. Caring for Your Mental Health. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/caring-for-your-mental-health

Rahmayanty, D. 2021. Mengenal pentingnya perawatan diri (Self care) bagi konselor dalam menghadapi stres. Jurnal Bimbingan dan Konseling UNINDRA. https://journal.unindra.ac.id/index.php/teraputik/article/view/669

Wake Forest University. What is Clinical Mental Health Counseling and Why Is It Important?. https://counseling.online.wfu.edu/blog/what-is-clinical-mental-health-counseling

West Tennessee Healthcare. 2021. Why Self-Care is Essential for Your Mental Health. https://www.wth.org/blog/why-self-care-is-an-essential-for-your-mental-health/

Read More