putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Penting

judi

Mengatasi Karyawan Depresi di Kantor: Langkah Penting untuk Produktivitas

Depresi di tempat kerja seringkali tidak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. Sebagai karyawan yang telah bekerja selama 3-5 tahun, Anda mungkin telah menyaksikan atau bahkan mengalami sendiri bagaimana depresi dapat mengubah dinamika kerja. Mari kita bahas gejala-gejala depresi di tempat kerja yang perlu kita waspadai.

Perubahan Perilaku

Salah satu tanda paling mencolok dari depresi adalah perubahan perilaku. Anda mungkin melihat rekan kerja yang biasanya ceria menjadi lebih sering murung atau mudah tersinggung. Mereka mungkin juga menunjukkan perasaan tidak berharga atau kehilangan energi. Seorang pekerja yang sebelumnya produktif bisa tiba-tiba menjadi tidak konsisten atau ceroboh dalam pekerjaannya.

Kurangnya Motivasi

Depresi seringkali mengikis motivasi dan fokus seseorang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk tetap termotivasi dan berkonsentrasi pada pekerjaan. Ini bukan hanya tentang malas, tetapi lebih pada ketidakmampuan untuk menemukan energi mental untuk berkomitmen pada tugas.

Absenteeisme

Gejala depresi yang lain adalah meningkatnya ketidakhadiran, keterlambatan, atau sering melewatkan kerja. Ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental yang serius.

Prokrastinasi

Depresi juga bisa menyebabkan prokrastinasi, kesulitan memenuhi tenggat waktu, dan penurunan produktivitas. Ini seringkali dikaitkan dengan kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

Penarikan Diri atau Isolasi

Seseorang yang mengalami depresi mungkin menarik diri atau mengisolasi diri dari orang lain. Mereka mungkin juga menunjukkan perawatan diri yang buruk atau perubahan signifikan dalam penampilan. Ini adalah tanda bahwa mereka mungkin merasa terputus dari lingkungan sekitar.

Penurunan Kinerja

Depresi dapat menyebabkan penurunan dalam kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi yang buruk dengan orang lain, dan penurunan kinerja dalam tugas-tugas. Ini bisa berdampak signifikan pada output kerja mereka dan kualitas hasil kerja.

Mengenali gejala-gejala depresi di tempat kerja adalah langkah pertama untuk memberikan dukungan dan sumber daya bagi mereka yang mungkin sedang berjuang. Mendorong komunikasi terbuka, menyediakan akses ke sumber daya kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dapat membantu individu mengatasi depresi dan berkembang dalam peran mereka.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas tantangan dalam menjaga produktivitas saat menghadapi depresi di tempat kerja. Bagaimana depresi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap produktif, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan ini?

Tantangan Menjaga Produktivitas

Setelah memahami gejala depresi di tempat kerja, penting juga untuk mengenali tantangan dalam menjaga produktivitas. Di era yang serba cepat ini, tantangan produktivitas menjadi semakin kompleks, termasuk bagi Anda yang telah memiliki pengalaman kerja 3-5 tahun. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi di tempat kerja dan strategi untuk mengatasinya.

Keterlibatan karyawan yang rendah seringkali menjadi akar masalah produktivitas yang buruk. Disengagement ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengakuan atau kurangnya tantangan dalam pekerjaan.

  • Manajemen Kinerja yang Tidak Efektif

Manajemen kinerja yang tidak efektif dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian tentang ekspektasi dan tujuan kerja. Hal ini seringkali menimbulkan stres dan menurunkan motivasi karyawan.

  • Proses yang Tidak Efisien

Proses kerja yang berbelit-belit dan tidak efisien dapat menghambat produktivitas. Ini termasuk penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman atau prosedur yang tidak perlu.

  • Pelacakan dan Pemantauan yang Kurang Memadai

Tanpa sistem pelacakan dan pemantauan yang memadai, sulit untuk mengukur kemajuan dan efektivitas kerja. Ini juga bisa menyebabkan ketidakjelasan dalam penilaian kinerja.

Komunikasi yang berlebihan atau tidak efektif bisa menjadi penghambat produktivitas. Ini termasuk terlalu banyak rapat yang tidak perlu atau email yang berlebihan.

Meskipun sering dianggap sebagai keterampilan, multitasking sebenarnya bisa menurunkan kualitas kerja dan efisiensi.

  • Menetapkan Tujuan yang Tidak Efektif

Tujuan yang tidak jelas atau tidak realistis bisa menimbulkan frustrasi dan mengurangi motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

  • Prokrastinasi dan Disorganisasi

Prokrastinasi dan kurangnya organisasi dapat menyebabkan penumpukan pekerjaan dan stres yang tidak perlu.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kombinasi strategi yang mencakup peningkatan komunikasi, mengatasi disengagement, implementasi manajemen kinerja yang efektif, memperbaiki proses, menyediakan pelacakan dan pemantauan yang memadai, menetapkan tujuan yang jelas dan tercapai, mengelola waktu secara efektif, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan terorganisir. Selain itu, mempromosikan keseimbangan kerja-hidup yang sehat, menyediakan peluang pelatihan dan pengembangan, serta menumbuhkan budaya perusahaan yang positif dapat membantu mengatasi tantangan produktivitas ini.

Menangani Tekanan dan Tuntutan Pekerjaan

Setelah memahami tantangan dalam menjaga produktivitas, langkah selanjutnya adalah menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan. Tekanan kerja yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres berlebih dan memperburuk kondisi kesehatan mental, termasuk depresi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda mengelola tekanan kerja berdasarkan sumber yang disediakan:

  • Prioritas dan Perencanaan

Membagi tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola dan memprioritaskannya dapat membantu mengelola tekanan kerja dengan efektif. Pendekatan ini memungkinkan individu untuk fokus pada kebutuhan segera dan menghindari perasaan kewalahan oleh beban kerja secara keseluruhan.

  • Perawatan Diri dan Batasan

Merawat diri sendiri, menetapkan batasan, dan menghindari mekanisme koping yang tidak sehat sangat penting untuk mengelola tekanan kerja. Ini termasuk menjaga gaya hidup sehat, mendapatkan istirahat yang cukup, dan menetapkan batas pada jam kerja untuk mencegah kelelahan.

  • Memprediksi dan Merencanakan Masa Sibuk

Mengidentifikasi periode kerja yang intens dan merencanakannya terlebih dahulu dapat membantu individu mengelola situasi tekanan tinggi dengan efektif. Ini mungkin melibatkan outsourcing tugas, delegasi tanggung jawab, dan menjalankan strategi prioritas untuk menangani masa sibuk.

Mengidentifikasi pemicu tekanan pribadi dan mempraktikkan teknik manajemen stres dapat membantu individu mengatasi situasi tekanan tinggi di tempat kerja. Ini melibatkan pengakuan terhadap ambang batas seseorang dan pengembangan strategi untuk mengelola pemicu tekanan secara efektif.

Membangun jaringan dukungan dan mencari dukungan sosial dapat membantu individu mengatasi stres yang terkait dengan pekerjaan. Memiliki sistem dukungan dapat memberikan dorongan, saran, dan rasa kebersamaan selama masa-masa sulit.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, individu dapat menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan dengan efektif, mempertahankan kesejahteraan, dan meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Setelah memahami cara menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan, langkah selanjutnya adalah membangun lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga kepuasan dan produktivitas mereka. Berikut adalah beberapa strategi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung berdasarkan sumber yang disediakan:

Menawarkan fleksibilitas dalam pengaturan kerja, seperti opsi kerja jarak jauh atau jadwal fleksibel, dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang mendukung. Ini dapat membantu karyawan mempertahankan keseimbangan kerja-hidup yang sehat dan mengurangi stres.

  • Mempromosikan Inklusivitas dan Rasa Kepemilikan

Menciptakan budaya inklusivitas dan rasa kepemilikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Memprioritaskan budaya yang ramah dan menghargai dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

  • Memfasilitasi Kesempatan untuk Relaksasi

Memungkinkan karyawan untuk bersenang-senang bersama dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran informal dan berbagi pengetahuan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.

  • Memprioritaskan Orientasi dan Pelatihan

Memfokuskan pada orientasi dan pelatihan dapat membantu karyawan merasa diberdayakan dan nyaman untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka. Ini termasuk mendukung karyawan untuk menciptakan kantor rumah dan ruang kerja yang nyaman.

  • Mendorong Pengakuan Antar-Peer

Mendorong pengakuan antar-peer dan berinvestasi dalam komunikasi tim yang efektif dapat menumbuhkan lingkungan kerja yang positif. Ini dapat berkontribusi pada budaya apresiasi dan dukungan di antara rekan kerja.

  • Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mempromosikan kesejahteraan, kepuasan, dan produktivitas karyawan.

Kesimpulan

Menghadapi depresi di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga organisasi. Setiap orang memiliki peran dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung. Ini termasuk memahami gejala depresi, mengembangkan keterampilan untuk mengelola stres, dan berpartisipasi dalam menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung.

Salah satu cara untuk memahami lebih dalam tentang kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja adalah melalui psychotest dan assessment. Alat-alat ini dapat membantu Anda mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian dan pengembangan, baik secara pribadi maupun profesional.

Life Skills mengajak untuk mengambil langkah proaktif dalam mengelola kesehatan mental karyawan pada organisasi/perusahaan Anda dengan mengikuti Psychotest &  Assessment. Klik link berikut: satu.bio/satumitra-igls. Ingat, mengambil langkah pertama untuk memahami diri sendiri adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kesejahteraan dan keberhasilan di tempat kerja.

Psychotest dan assessment bukan hanya tentang mengidentifikasi masalah atau tantangan, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dan potensi yang belum tergali. Dengan memahami diri sendiri lebih baik, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang karier dan kehidupan pribadi Anda. Selain itu, alat-alat ini juga dapat membantu dalam membangun komunikasi dan hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.

Mari kita jadikan tempat kerja kita lingkungan yang lebih sehat, produktif, dan mendukung. Dengan memahami dan mengatasi tantangan kesehatan mental, kita dapat bersama-sama menciptakan perubahan positif di tempat kerja kita.

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Referensi

Shields, M. (2020, January 15). How to Manage an Employee with Depression. Harvard Business Review. https://hbr.org/2020/01/how-to-manage-an-employee-with-depression.

Nieuwenhuijsen, K., Verbeek, J. H., de Boer, A. G., Blonk, R. W., & van Dijk, F. J. (2020, October 14). Interventions to improve return to work in depressed people. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8094165/.

Dewa, C. S., Hoch, J. S., & Goering, P. (2023, November 21). Work Performance of Employees With Depression: The Impact of Work Stressors. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4174367/.

Al-Sada, M., Al-Esmael, B., & Faisal, M. N. (2017). Influence of organizational culture and leadership style on employee satisfaction, commitment and …

Mind. (2023, November 10). How to support staff who are experiencing a mental health problem. Mind. https://www.mind.org.uk/media-a/4661/resource4.pdf.

Read More
judi

5 Mitos Seputar Konsep dan Arti Overthinking: Overthinking Penting?

mitos konsep dan arti overthinking
Satu Persen – Mitos seputar Konsep dan Arti Overthinking

Perseners, pernah galau mikirin satu hal berulang kali? Berulang terus-menerus sampai kepala pusing sendiri? Padahal, lo belum tentu memiliki kendali untuk mengubahnya. Inilah konsep dasar dan arti overthinking.

Memikirkan suatu hal secara berlebihan atau overthinking sering kali dialami oleh para anak muda. Terutama di masa pandemi yang masih membatasi akses semua orang. Jadi, jangan pikir cuman lo sendiri yang mengalami masalah ini, ya.

Sebuah studi dari University of Michigan menemukan bahwa 73% orang berusia 25-35 cenderung melakukan overthinking. Mungkin overthinking sesekali itu nggak bermasalah. Akan tetapi, keseringan melakukan ini bakal membangun tabiat buruk yang bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.

arti overthinking
Source: Pinterest.com

Faktanya, overthinking pun bisa menjadi salah satu pemicu rasa cemas, frustasi, dan stres. David Spiegel, Direktur dari the Center on Stress and Health di Stanford Health Care menyebutkan bahwa ada saat di mana rasa khawatir berlebihan (overthinking) terhadap suatu masalah itu jauh lebih parah dari masalah tersebut. Oleh sebab itu, lo harus memahami dulu seputar overthinking.

Meski terdapat banyak informasi yang beredar mengenai overthinking, ternyata masih ada beberapa pemikiran yang disalahpahami oleh orang-orang. Nah, kali ini gue, Angel sebagai Part-time Blog Writer di Satu Persen bakal membahas arti overthinking sekaligus kumpulan mitos dan fakta overthinking. So, simak terus sampai akhir, ya!

Apa Arti Overthinking?

arti overthinking
Source: Pinterest

Sesuai namanya, arti overthinking merujuk pada proses pemikiran tentang hal yang sama berulang kali. Bahkan, jika bahan pemikiran terkait hal atau kejadian yang sepele. Dalam proses overthinking, otak berasa nggak mampu untuk menyaring pikiran-pikiran yang menumpuk sehingga hanya membendung rasa stres dan cemas.

Apa bedanya dengan rasa khawatir biasa? Sebagai contoh, orang cenderung khawatir ketika berandai-andai soal masa depan. Tetapi, ada kemungkinan rasa khawatir ini malah mendorong lo untuk maju demi menemukan solusinya.

Sebaliknya, overthinking cenderung lebih bersifat pasif. Dalam kata lain, lo akan lebih banyak diam dan terus merasa khawatir terkait kejadian masa lalu. Alhasil, pikiran lo hanya mengumpulkan skenario-skenario masa depan yang negatif dan belum tentu benar.

Baca Juga: 5 Alasan Psikologis Kamu Sering Banyak Pikiran (Cara Menghilangkan Overthinking)

5 Mitos Seputar Konsep dan Arti Overthinking

overthinking
Source: iFunny

1. Overthinking mampu mengendalikan seluruh pikiran

Nyatanya, kebanyakan pikiran kita berada di luar batas alam bawah sadar. Justru, kita hanya bisa mengatasi pikiran negatif melalui bantuan pengetahuan dari pihak eksternal. Misalnya, lo berhasil menghentikan overthinking setelah menerima dukungan dari teman terdekat.

Sebenarnya, mitos ini hanya akan memicu kesimpulan yang sia-sia bahwa positive thinking adalah kunci jawabannya. Lantaran, positive thinking hanya  akan mengalihkan perhatian sementara dari pemikiran yang negatif. Padahal, ada kemungkinan gangguan pikiran sebelumnya bisa balik lagi dan berujung semakin parah.

2. Hasil overthinking bisa menandakan karakter terdalam kita

Apa berarti pikiran itu menandakan karakter seseorang? Ternyata, pikiran dan karakter itu sama sekali nggak ada kaitannya, Perseners. Pasalnya, pikiran hanya sebatas hal yang terlintas di kepala.

Sementara, karakter menggambarkan cara lo menjalani hidup sekaligus membuat keputusan yang benar atau salah. Lebih tepatnya, tiap keputusan penting untuk menjalani hidup sesuai diri sendiri. Terlebih, setiap orang pasti pernah memikirkan hal yang berlawanan dengan kepercayaannya.

3. Overthinking bisa berujung menjadi nyata

Berikutnya, ada asumsi bahwa overthinking bisa berujung menjadi kenyataan. Inilah yang disebut dengan though-action fusion atau magical thinking oleh para psikolog profesional. Artinya, kepercayaan bahwa pikiran seseorang mampu memengaruhi hasil kejadian di dunia nyata.

Faktanya, pikiran bukanlah sebuah pesan yang bisa memprediksi masa depan. Sebatas pikiran yang tertanam di kepala nggak bakal bisa mendorong suatu aksi atau memicu suatu kejadian.  Maka dari itu, pikiran juga nggak mungkin melukai perasaan orang selama hanya disimpan dalam kepala.

overthinking
Source: 9gag

4. Setiap pikiran dalam overthinking membutuhkan perhatian

Layaknya program TV yang beragam, kita juga memiliki berbagai pikiran yang melintas di kepala. Ini nggak menutup kemungkinan akan pikiran yang nggak penting. Oleh karena itu,  sebaiknya saring kembali pikiran mana yang memang membutuhkan perhatian.

Namun, mungkin saja lo lebih tertarik dengan pikiran nggak penting yang mengganggu. Lantaran, lo merasa pikiran ini membutuhkan pemahaman yang lebih dalam. Tapi, hati-hati, jangan sampai malah berujung overthinking yang kelewatan, ya.

Baca Juga: Cara Cepat Tidur Nyenyak (Mengatasi Overthinking Sebelum Tidur)

5. Overthinking itu penting

Menurut buku Rewire Your Anxious Brain: How to Use the Neuroscience of Fear to End Anxiety, Panic, and Worry (2015) oleh Pittman dan Karle, kebanyakan overthinking akan membangun koneksi pada sistem saraf sehingga mendorong pengulangan pikiran tersebut. Terlepas dari kepentingannya, ini akan berlaku terus-menerus. Akhirnya, lo jadi kesulitan move on dari tabiat overthinking ini.

Setelah ngelihat mitos-mitos sebelumnya, overthinking itu justru jauh dari penting, ya. Makna sebuah pikiran nggak berhubungan dengan seberapa sering lo memikirkannya. Maka, perlahan-lahan belajar untuk berhenti overthinking.

Coba Juga: Tes Overthinking

Ceritakan masalah lo pada ahli profesional

Masih suka tersangkut dalam kebiasaan overthinking? Bahkan, sampai mengganggu keseharian dan hubungan lo dengan orang lain? Memang faktanya bahwa overthinking bukan hal yang remeh-temeh.

Selain introspeksi diri sendiri, ada baiknya lo juga mencari dukungan dari orang lain. Terutama, para ahli profesional yang berpengalaman. Nah, lo bisa langsung daftar mentoring online di Satu Persen. Secara 1-on-1, lo bakal bisa bercerita sekaligus memecahkan masalah overthinking ini bareng mentor yang terpercaya.

Klik banner di bawah ini, ya!

Mentoring-5

Untuk belajar lewat video, langsung tonton video dari YouTube Satu Persen berikut ini, ya. Di sini, lo bakal belajar cara membangun kebiasaan yang bebas dari overthinking. Semoga bermanfaat, ya!

Satu Persen – Kebiasaan Biar Gak Cemas Lagi

Sekian sampai sini. Semangat terus berjuang melawan tabiat overthinking, ya. See you in the next blog!

Referensi:

Seif, M. Ph. D. ABPP. & Winston, S. Psy. D. (2019). Nine Myths that Contribute to Unwanted Intrusive Thoughts. Psychologytoday.com. https://www.psychologytoday.com/au/blog/living-sticky-mind/201909/nine-myths-contribute-unwanted-intrusive-thoughts

Daltrey, D. (2016). What is overthinking – and what can we do about it? Greatmindsclinic.co.uk.

What is overthinking – and what can we do about it?

Read More
judi

Apreasi Penting Life Skills: Pengertian, Strategi, dan Manfaatnya

Apresiasi Penting Life Skills: Pengertian, Strategi, dan Manfaatnya
Satu Persen – Life Skills

Halo, namaku Mira dan aku adalah Blog Writer di Satu Persen. Kali ini kita bakal ngebahas soal life skills. Stay tune dan baca sampe abis ya, biar kamu bisa dapet keseluruhan insight-nya!

Pernah gak sih, kamu ngerasa terjebak dalam rutinitas? Kerasanya kayak gak bisa mencapai potensi penuh diri kamu? Well, biasanya hal tersebut dikarenakan kamu belum menggunakan potensi penuh life skills-mu.

Daftar Isi

  1. Apa Itu Life Skills?
  2. Mengapa Life Skills Dianggap Penting?
  3. Tipe-tipe Life Skills
  4. Manfaat Mengembangkan Life Skills
  5. Apa Strategi untuk Mengembangkan Life Skills?
  6. Strategi Menghadapi Rintangan

Life Skills adalah alat penting yang kita gunakan untuk menavigasi tantangan kehidupan sehari-hari. Mereka membantu kita berkomunikasi secara efektif, mengatur waktu kita, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang baik. Singkatnya, mereka memberdayakan kita untuk menjalani hidup kita sepenuhnya dan mencapai potensi penuh kita. Tapi bagaimana cara mengembangkan keterampilan penting ini? Dan mengapa mereka penting?

Dalam panduan ini, kita akan menjelajahi berbagai jenis kecakapan hidup, manfaat mengembangkannya, dan strategi untuk meningkatkannya. Kita juga akan melihat contoh nyata dari orang-orang sukses yang telah menguasai keterampilan ini dan bagaimana mereka menggunakannya untuk mencapai tujuan mereka. Baik kamu baru memulai perjalanan menuju peningkatan diri atau ingin meningkatkan keterampilan ke level selanjutnya, panduan ini memiliki sesuatu untuk kamu. Jadi mari kita mulai membuka potensi penuh kamu!


Apa itu Life Skills?

Life Skills adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengelola kehidupan sehari-hari dengan sukses. Mereka termasuk keterampilan seperti komunikasi, manajemen waktu, pemecahan masalah, keuangan pribadi, dan kepemimpinan. Life skills juga meliputi aspek emosional seperti kecerdasan emosional dan resilien, serta aspek mental seperti kreativitas dan pemikiran positif.

Mengapa Life Skills dianggap penting?

Life skills sangat penting karena mereka membantu kita menjadi lebih baik dalam mengelola aspek kehidupan kita yang berbeda. Mereka membantu kita mengatur waktu dan mencapai tujuan kita, serta membantu kita mengelola uang dengan baik dan menjadi lebih produktif. Life skills juga membantu kita menjadi lebih emosional yang stabil dan mengelola emosi kita dengan lebih baik, serta membantu kita menjadi lebih kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru.

Life skills juga sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan pribadi dan profesional. Mereka membantu kita menjadi lebih baik dalam bekerja dengan orang lain, membuat keputusan yang tepat, dan mencapai kesuksesan dalam karir kita. Membantu kita menjadi lebih berkembang secara pribadi dan mencapai tujuan hidup kita.

Meskipun life skills sering dianggap sebagai sesuatu yang datang secara alami, mereka juga dapat dipelajari dan dikembangkan. Dengan belajar dan mempraktikkan life skills secara teratur, kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam mengelola kehidupan kita dan mencapai tujuan kita.

Yuk, kenali tipe-tipe Life Skills

Secara umum dan awam, life skills biasanya terdiri dari hal-hal berikut:

1. Komunikasi

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sangat penting untuk keberhasilan pribadi dan profesional. Ini termasuk kemampuan untuk mendengarkan dengan aktif, menyampaikan pesan dengan jelas, dan menangani konflik dengan cara yang produktif.

2. Manajemen Waktu

Kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik dapat membantu kita mencapai tujuan kita dengan efisien dan menjadi lebih produktif. Ini termasuk kemampuan untuk menetapkan prioritas, mengelola kegiatan sehari-hari, dan menghindari distraksi.

3. Pemecahan masalah

Kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang logis dan efektif sangat penting untuk keberhasilan pribadi dan profesional. Ini termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, dan mencari solusi yang sesuai.

4. Keuangan pribadi

Kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi dengan baik sangat penting untuk mencapai kebebasan finansial dan stabilitas keuangan jangka panjang. Ini termasuk kemampuan untuk mengelola pengeluaran, mengatur budget, dan berinvestasi dengan bijak.

5. Kepemimpinan

Kemampuan untuk menjadi pemimpin yang efektif sangat penting untuk keberhasilan pribadi dan profesional. Ini termasuk kemampuan untuk memotivasi orang lain, mengatur tim, dan mengambil keputusan yang tepat.

Jika barusan adalah secara umum, sebetulnya Satu Persen sendiri telah membuat kurikulum life skills kami sendiri yang telah kami riset sejak tahun 2017. Kurikulum ini telah membantu jutaan orang setiap harinya lewat konten yang ada di YouTube Satu Persen.

Level 1 Survive, Level 2 Safety Net & Risk, Level 3 Happy, Health, & Productive, dan Level 4 Freedom & Legacy
4 Tingkatan Kurikulum Satu Persen 

Kurikulum ini berisi 4 level. Pertama adalah ‘survive’, yaitu bagaimana caranya untuk ‘survive’ dalam kehidupan. Kedua adalah ‘safety net & risk management’, yaitu cara untuk mengenali risiko, me-manage risiko dan memproteksi diri dari berbagai risiko yang ada. Ketiga adalah ‘happy, healthy, & productive’, yaitu bagaimana caranya untuk menjadi orang yang bahagia dan tetap produktif dalam pekerjaan. Lalu yang keempat adalah ‘freedom & legacy’, bagaimana menciptakan kebebasan dalam hidup dan juga mengajarkan apa yang kita punya ke orang lain.

Satu Persen, bekerjasama dengan Life Skills ID telah membuat Webinar Life Skills series yang terdiri dari:

Semua Webinar ini dilakukan untuk mengembangkan life skills individu, terutama dewasa muda di atas 17 tahun, mengikuti kurikulum kami di atas. Webinar diadakan rutin setiap 1-2 bulan sekali dan telah diikuti oleh ribuan orang. Untuk mengakses Webinar Satu Persen x Life Skills ID kamu bisa coba ke link berikut ya: Webinar Life Skills ID

Life-Skills-CTA

Manfaat Mengembangkan Life Skills

Oke, kita lanjut lagi pembahasannya ya… Ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari mengembangkan life skills, diantaranya

1. Meningkatkan keberhasilan pribadi dan profesional

Life skills membantu kita menjadi lebih baik dalam bekerja dengan orang lain, membuat keputusan yang tepat, dan mencapai kesuksesan dalam karir kita.

2. Meningkatkan kemampuan mengelola kehidupan sehari-hari

Life skills membantu kita mengatur waktu dan mencapai tujuan kita, serta membantu kita mengelola uang dengan baik dan menjadi lebih produktif.

3. Meningkatkan kecerdasan emosional

Life skills membantu kita menjadi lebih emosional yang stabil dan mengelola emosi kita dengan lebih baik, sehingga kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih sejahtera.

4. Meningkatkan kreativitas dan pemikiran positif

Life skills membantu kita menjadi lebih kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru, sehingga kita dapat menemukan solusi yang inovatif untuk masalah yang dihadapi.

5. Meningkatkan kemampuan belajar

Life skills membantu kita memahami cara belajar yang efektif, sehingga kita dapat terus belajar dan tumbuh sepanjang hidup.

Nah kan udah tau pengertian, tipe, dan manfaat dari Life Skills itu sendiri.

Apa Strategi untuk Mengembangkan Life Skills itu sendiri?

1. Menetapkan tujuan dan membuat rencana

Tentukan life skills yang ingin kamu kembangkan dan tentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk mengembangkannya. Buat rencana tindakan yang spesifik untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Belajar dari pengalaman

Carilah kesempatan untuk belajar dari pengalaman sehari-hari. Ketika menghadapi situasi yang menantang, pertimbangkan apa yang telah kamu pelajari dan bagaimana kamu dapat menggunakan pengalaman tersebut untuk mengembangkan life skills tersebut.

3. Mencari pelatihan dan kursus

Carilah pelatihan atau kursus yang dapat membantumu mengembangkan life skills yang ingin dikembangkan. Ini dapat dilakukan secara online atau melalui kelas tatap muka.

4. Berlatih secara teratur

Kemudian, latih kemampuan life skills secara teratur. Ini bisa dilakukan dengan berlatih keterampilan komunikasi atau manajemen waktu setiap hari, atau dengan mencoba menyelesaikan masalah yang muncul secara teratur.

5. Mencari feedback dan evaluasi

Terakhir, carilah feedback dari orang lain untuk mengevaluasi kemajuan kamu dalam mengembangkan life skills. Ini dapat dilakukan dengan mencari masukan dari teman atau kolega, atau dengan menggunakan alat evaluasi online.

6. Mencari bantuan profesional

Jika kamu merasa perlu bantuan lebih lanjut untuk mengembangkan life skills kamu, carilah bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat memberikan saran dan dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan kamu.

Kamu juga bisa mendapatkan bantuan untuk mengembangkan life skills tersebut bersama Mentor Satu Persen atau dengan mengikuti Webinar Satu Persen x Life Skills ID.

Strategi Menghadapi Rintangan

Dalam mengembangkan atau melatih Life Skills kamu, pastinya kamu akan melalui beberapa rintangan yang harus dihadapi. Kamu harus belajar juga cara menghadapi rintangan tersebut. Berikut adalah beberapa strategi untuk menghadapi rintangan:

1. Mencari bantuan profesional

Jika kamu merasa perlu bantuan lebih lanjut untuk menangani tantangan, carilah bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat memberikan saran dan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan yang kamu hadapi.

2. Belajar mengelola emosi

Kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik dapat membantu kamu menghadapi tantangan dengan cara yang lebih positif. Latihlah kemampuan mengelola emosi dengan cara yang efektif, seperti dengan meditasi atau latihan relaksasi.

Cara Efektif Mengatasi Emosi Negatif 

3. Mencari solusi yang inovatif

Gunakan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah untuk menemukan solusi yang inovatif untuk tantangan yang dihadapi. Ini dapat membantu kamu menemukan cara baru untuk menghadapi tantangan dan mencapai tujuan kamu.

Kamu telah mempelajari pengertian, tipe, manfaat, dan strategi mengenai life skills. Dengan mempelajari hal tersebut lebih dalam dan terus berlatih secara teratur, kamu dapat menghadapi segala hal dengan nyaman.

Bagi kamu yang masih bingung ingin mulai darimana atau bahkan mengalami tantangan saat mengembangkan Life Skills tersebut, kamu bisa ikut Mentoring Satu Persen. Di dalamnya kamu bisa menceritakan kesulitan maupun menanyakan saran bersama mentor-mentor yang terlatih. Good luck!

CTA-Mentoring---Life-Skills-1

Read More