putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Orang

judi

Gimana Cara Menghadapi Orang dengan Penyakit Kejiwaan?

Gambar oleh Satu Persen - Menghadapi Orang Sakit Jiwa
Satu Persen – Menghadapi Orang Sakit Jiwa

Halo! How was your day, Perseners? Salam kenal, aku Ruth, salah satu associate blog writer di Satu Persen.

Kali ini, aku mau bahas penyakit kejiwaan yang orang masih sering gak tau cara menanganinya walaupun masing-masing dari kita punya obatnya. Bukan flu, bukan gondok, tapi penyakit kejiwaan.

“Sakit jiwa lu, ya?” “Maklum, lagi abis obatnya.”

Kamu mungkin gak asing sama kata-kata kayak gitu. Bercandanya sih memang gampang. Nyatanya, nyembuhin penyakit kejiwaan gak semudah memutar otak buat bales ledekan teman.

Tapi, gak perlu khawatir. Karena, sama aja kayak penyakit fisik, penyakit kejiwaan itu bisa disembuhkan. Mungkin sehari-hari kamu sadar ada orang-orang di sekitarmu yang kelihatannya lagi punya masalah. Walaupun gitu, gak ada cara pasti untuk tau apa yang lagi mereka pikirkan dan rasakan.

Dan kamu gak harus selalu tau.

Cukup tau aja kalo apapun yang kamu lakukan untuk membantu mereka melewatinya itu sangat berarti buat mereka. Soalnya, aku yakin kamu sendiri pasti pernah melewati masa-masa sulit. Dan ada saatnya juga kamu khawatir tentang kesehatan jiwa orang lain.

Sebelum tau cara menghadapi orang yang sedang mengalami penyakit kejiwaan, coba kita kenalan dulu sebentar sama definisi aslinya.

Apa itu Penyakit Kejiwaan?

Dikutip dari UU Kesehatan Jiwa No.18 Tahun 2014, Orang Dengan Masalah Kejiwaan alias ODMK adalah orang-orang yang punya masalah mental, fisik, sosial, pertumbuhan dan perkembangan.

Baca juga: Masalah Kesehatan Mental di Indonesia

Nah, kualitas hidup yang terganggu ini punya resiko bagi mereka yang punya penyakit kejiwaan untuk mengalami gangguan jiwa. Dan menurut American Psychiatric Association, konsep penyakit kejiwaan sendiri menunjukkan ciri disfungsi pada individu dan bukan disfungsi masyarakat.

Bisa itu berupa depresi, rasa putus asa, cemas, atau khawatir yang berlebihan. Mungkin juga memiliki halusinasi, rasa sedih tanpa alasan yang jelas, atau bahkan mudah marah karena penyalahgunaan zat narkoba.

Nah, kita kan udah kenalan dikit sama penyakit kejiwaan. Sekarang, gimana sih cara menghadapi orang dengan masalah kejiwaan?

Gimana Cara Menghadapi Orang dengan Masalah Kejiwaan?

Semisal kamu merasa kenal dengan seseorang yang memiliki penyakit kejiwaan, mungkin sulit bagimu buat tahu apa yang harus dilakukan. Kalo kamu sadar ada seseorang yang sedang mengalaminya, penting bagimu untuk gak menunggu. Jangan tunggu mereka datang dulu untuk minta bantuan.

Mencoba membuka pembicaraan dengan seseorang sering kali merupakan langkah pertama yang harus diambil ketika kamu tahu doi sedang mengalami masa yang sulit. Dengan cara ini kamu bisa tahu apa yang lagi membebani pikiran mereka. Cari tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk meringankannya.

Dilansir dari Mental Health Foundation, berikut beberapa cara yang bisa kamu praktikan dalam menghadapi seseorang yang mengalami sakit jiwa:

1. Waktu dan Tempat Dipersilakan

Memberikan kebebasan buat doi mencurahkan apa yang lagi dirasa dan dipikirkan. Mulai dari waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan. Entah itu teralihkan dengan kamu yang curi-curi pandang sama notifikasi hp-mu atau kamu yang gak bisa dengar ceritanya karena rumahmu lagi ramai sama kuli proyek.

Jangan lupa untuk biarkan mereka menikmati kesedihannya. Cukup dengan memberi ruang untuk meluapkan apa yang dirasa dengan jujur tanpa menutup-nutupinya. Tapi, tetap sadarkan mereka saat kamu rasa kesedihan itu sudah menenggelamkan mereka sampai hilang kendali.

Begitupun kamu juga harus bisa mengendalikan diri. Jangan sampai melewati personal boundaries mereka. Kamu ada di sampingnya untuk jadi pendengar, jadi kamu gak harus mencecar-nya dengan banyak pertanyaan.

Podcast Satu Persen – Menjadi Pendengan yang Baik

2. Jangan Tekan Mereka

Biarkan mereka memimpin pembicaraan dengan kecepatan mereka sendiri. Jangan menekan mereka untuk memberitahu kamu apa pun yang belum siap mereka bicarakan. Berbicara membutuhkan banyak kepercayaan dan keberanian.

Kamu mungkin orang pertama yang bisa mereka ajak bicara tentang hal ini.

3. Jangan Self-Diagnose

Kecuali kamu ahli medis, meskipun kamu senang memberi dukungan, kamu bukanlah seorang konselor terlatih yang bisa menjustifikasi perasaan dan menentukan penyakit kejiwaan doi. Usahakan untuk gak membuat asumsi tentang apa yang salah. Dan jangan terlalu cepat membuat diagnosis atau mengikuti solusi kamu sendiri.

Gambar oleh pch.vector dari Freepik
Gambar oleh pch.vector dari Freepik

4. Buat Pertanyaan Tetap Terbuka

Coba tanyakan “Gimana kalo kamu ceritakan perasaanmu? Tapi, kalo kamu siap aja,” daripada “Aku bisa lihat kamu sedih banget, sih”.

Ingat untuk menjaga bahasamu tetap netral. Beri doi waktu untuk memproses perasaannya dan ngasih jawaban. Usahakan untuk gak memborbardirnya dengan terlalu banyak pertanyaan.

5. Berikan Solusi Menangani Stres

Perhatikan situasi kondisi dan toleransi dulu, guis. Saat dirasa ada kesempatan pas doi lebih tenang, sisipkan pembicaraan tentang cara menghilangkan stres atau mempraktikkan perawatan diri.

Coba juga: Cara Terbaik Merawat Diri

Bisa juga tanyakan apakah mereka menemukan suatu kegiatan yang berguna buat diri mereka kayak olahraga, jalanin pola makan yang sehat, atau bahkan tidur malam yang nyenyak juga bisa bantu melindungi kesehatan mental mereka.

Kamu bisa tonton video di bawah ini untuk mengetahui lebih jauh cara-cara mengatasi stres.

YouTube Satu Persen – Cara Menghadapi Stress

6. Dengarkan Baik-Baik

Kamu bisa ulang ke mereka apa yang mereka bilang buat memastikan kalo kamu udah mendengar dan memahaminya.

Kamu gak harus setuju dengan apa yang doi katakan, dan mungkin aja doi udah mengucapkannya berulang-ulang. Tapi, dengan menunjukkan kalo kamu memahami perasaannya aja kamu udah buat doi tahu kalo kamu menghargai perasaannya.

7. Ketahui Batasan Kamu

Kamu bisa inisiatif mencari bantuan atau informasi terkait kalo kamu yakin mereka dalam bahaya langsung atau ngalamin cedera yang memerlukan perhatian medis.

Kamu yang tau kalo dirasa harus ambil tindakan untuk memastikan mereka aman.

Gambar oleh pch.vector dari Freepik
Gambar oleh pch.vector dari Freepik

Tetap ingat kalo mereka juga punya personal boundaries tadi yang kusebut di atas. Hindari hal-hal yang kamu rasa sensitif. Berhenti kalo kelihatannya mereka gak nyaman membicarakannya alias hal-hal privasi yang kamu sendiri juga punya.

Mungkin kamu bisa coba posisikan dirimu sebagai mereka. Kamu juga pasti punya batas-batas yang gak mau orang lain lewati tanpa seizin mu, kan?

8. Tawarkan Bantuan Profesional dan Beri Informasi Terkait

Mungkin kamu bisa menawarkan doi buat pergi ke dokter umum bareng, atau bantu doi berbicara sama teman atau anggota keluarga.

Cobalah untuk gak mengambil kendali dan biarkan mereka membuat keputusan.

Tapi, kalo dirasa mereka udah hilang arah dan malah membuat keputusan yang buruk, ada baiknya kamu mengingatkan dan menyadarkan doi untuk tetap di jalan yang baik buat dirinya.

Sekiranya kamu kenal sama seseorang yang sedang memiliki penyakit kejiwaan dan membutuhkan bantuan profesional, atau kamu sekedar mencari informasi terkait menangani penyakit kejiwaan, kamu selalu bisa tanya-tanya atau cari informasinya melalui Satu Persen.

Dengan mengikuti layanan konseling yang disediakan oleh Satu Persen, kamu bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani orang-orang yang sedang mengalami masalah kejiwaan.

Selain bisa cerita dengan aman sama Psikolog Satu Persen, kamu juga bisa dapat banyak benefit lainnya, loh! Untuk benefitnya cukup klik aja gambar di bawah ini, ya.

Satu-Persen-Artikel--30--3

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih lagi menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya. Terima kasih dan sampai jumpa!

References

https://www.psychologytoday.com/us/blog/she-comes-long-way-baby/201908/what-is-mental-illness-and-who-has-it#:~:text=Mental%20illness%20is%20designed%20to,been%20more%20political%20than%20scientific.

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-couch/201903/everybody-needs-boundaries-6-ways-make-them-work-you

https://www.mentalhealth.org.uk/publications/supporting-someone-mental-health-problem

Read More
judi

Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial? (Dampak dan Solusinya)

dampak dan solusi curhat di media sosial
Satu Persen – Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial?

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin gue Fathur Rachman, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Akhir-akhir ini banyak orang memilih jalan untuk mengutarakan keluh kesahnya di media sosial seperti di Twitter atau Instagram. Kasus seperti ini sering juga gue temukan di lingkungan pertemanan yang seringnya mereka curhat mengenai masalah perkuliahannya. Bahkan sampai selebriti pun ada yang memakai media sosial sebagai medium curhat tentang perkejaan hingga masalah hubungannya.

Kalau lo gimana, Perseners? Apakah lo memakai media sosial sebagai tempat curhat lo? Kalau gue sendiri pernah sesekali curhat di media sosial setelah gue putus dari mantan gue. Tujuannya tentu agar melepas emosi negatif dalam diri, sekaligus mendapatkan dukungan dan timbal balik yang diinginkan dari pengikut gue di media sosial.

Tapi, terkadang curhatan gue pun gak semudah itu diterima oleh temen-temen gue dan harus menghapus kembali tweet yang sudah diunggah atau mengklarifikasi tweet tersebut. Maka dari itu, sekarang gue lebih selektif untuk memilah curhatan yang akan diberikan.

Nah, sekarang lo jadi tau kan, kalau ternyata curhat di media sosial itu lagi nge-trend di kalangan remaja? Tapi, kenapa mereka memilih curhat di media sosial? Buat lo yang bingung, yuk kita bahas bareng-bareng!

curhat di media sosial
Sumber: memegenerator.net

Curhat atau juga dikenal sebagai ‘curahan hati’ adalah cara seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang perasaan, pikiran, sampai kondisinya terhadap orang lain. Curhat dinilai ampuh untuk menghilangkan rasa stres akibat informasi yang membebani pikiran. Misalnya, permasalahan mengenai pekerjaan, keluarga, pasangan ataupun kekhawatiran lainnya.

Biasanya curhat diceritakan kepada orang yang dianggap dekat atau bakal lo percaya untuk memegang rahasia dan cerita lo. Tapi, bagaimana jika lo gak punya teman untuk curhat dan lebih memilih membagikan cerita lo ke media sosial pribadi?

Gak ada yang salah kok, Sob! Pemanfaatan platform media sosial untuk curhat malah bisa ngebuat lo lebih merasa lega dan puas karena telah mengutarakan perasaan lo. Terlebih jika lo mendapatkan respons positif seperti dukungan dan saran atas curhatan lo tadi.

Terdapat juga beberapa alasan orang senang curhat di media sosial. Beberapa di antaranya karena sulit atau gak ada waktu untuk curhat dan bercerita di dunia nyatanya.

Selain itu, pengikut lo di media sosial juga mudah untuk memberi reward kalau ternyata curhatan lo relatable sampai banyak yang nge-retweet atau membalasnya. Nah, perhatian dari pengikut lo ini semakin ngebuat lo terdorong untuk ingin lagi dan lagi curhat di media sosial pribadi lo.

dampak negatif curhat di media sosial
Sumber: twitter.com

Nah, sekarang lo udah tau alasan kenapa orang-orang lebih memilih curhat di media sosial, kan? Jadi, selanjutnya gue mau kasih tau dampak-dampak yang bakal lo terima jika lo melakukan hal yang satu ini. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Gak semua pengikut lo memiliki keahlian untuk membantu masalah lo

Mungkin lo memiliki pengikut yang banyak, tapi belum tentu semua dari pengikut lo bisa menanggapi curhatan dengan baik dan benar. Ibaratnya, lo itu sedang curhat ke banyak orang yang gak jelas itu siapa dan mood-nya sedang bagus atau gak.

Terlepas dari keterbukaan lo dengan segala informasi seperti kritik dan saran atas curhatan lo. Tapi, besar kemungkinannya juga kalau lo gak dapat solusi pas yang sedang lo butuhkan untuk lo denger. Malah sebaliknya kalau lo cerita pada orang yang salah, maka lo akan berpeluang untuk diomongin di belakang oleh temen lo. Bahkan bisa juga lo justru jadi bahan tertawaan mereka saja.

2. Jejak digital yang tidak akan pernah hilang

Terlepas lo sering curhat mengenai hal-hal yang positif dari diri lo. Tapi, gimana jadinya kalau lo curhat tentang hal negatif tentang kehidupan lo di media sosial? Tanpa lo pertimbangin dulu curhatan lo itu akan menyinggung banyak orang atau gak?

Nah, hal seperti ini bakal berpotensi untuk menjadi curhatan yang gue bilang debatable, alias menjadi perdebatan di kalangan netizen. Hal ini dikarenakan semua postingan lo itu akan tersimpan terus dalam jejak digital. Misalnya, ketika ada seseorang mencoba untuk menangkap layar (screenshot) ketika melihat postingan lo dan membagikannya ke orang lain dengan niat buruk. Who knows?

Ditambah hal ini akan berdampak kepada karier lo yang perlu dipertanggungjawabkan ketika lo memposting hal yang menjatuhkan tempat kerja lo. Atau sampai kehidupan pertemanan lo yang malah jadi dicaci maki karena lo menyindir teman lo secara jelas.

Maka dari itu, yang gue bisa saranin di kesempatan ini adalah lebih selektif dan mempetimbangkan secara rasional terlebih dahulu sebelum lo memutuskan untuk mengunggah curhatan lo ke media sosial pribadi.

3. Masalah dari curhatan lo jadi melebar

Siapa sih, yang gak mau curhatannya dibalas dengan komentar negatif? Tentu semua orang yang curhat di media sosial berharap menceritakan kondisinya dengan tujuan dapat dukungan dari orang lain.

Nah, alih-alih mendapat respons yang positif, gak jarang lo malah dapet hal yang ada di luar ekspektasi lo. Contohnya, bikin seseorang yang malah jadi sedih atau marah karena satu postingan lo. Hal ini tentu bakal ngebuat lo bingung sehingga permasalahan lo itu menjadi melebar. Bahkan curhatan lo itu bisa mengarah ke cyberbullying dan membuat curhatan yang awalnya sederhana, malah menjadi rumit.

Nah, yang lo bisa lakukan adalah dengan melakukan komunikasi asertif dalam setiap klarifikasi curhatan lo yang lo buat. Lo juga perlu menyusun perkataan lo agar gak menyinggung berbagai pihak yang sebenarnya bukan diperuntukkan untuk mereka.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Psikolog Online sebagai Tempat yang Aman untuk Curhat

Banyak tempat untuk mengutarakan emosi dari curhat lo yang menumpuk. Misalnya, lo bisa menghubungi pacar atau teman yang nyaman untuk lo ajak curhat. Bahkan keluarga terdekat seperti orang tua atau saudara yang lo benar-benar percaya bisa diajak berbagi informasi mengenai tantangan yang sedang lo alami.

Namun, tentu mereka semua memiliki batasannya masing-masing. Let’s say mungkin orang tua lo bisa memberikan dukungan buat lo, tapi gak bisa ngasih solusi karena lo gak bebas untuk curhat ke mereka. Atau mungkin ketika curhat ke temen lo, tapi lo takut untuk curhat berlebih yang bisa ngebuat mereka lelah untuk ngedengerin lo.

Begitu pula dengan curhat di media sosial yang udah gue ulas sebelumnya kalau banyak dampak dan tantangannya tersendiri. Tapi, tau gak Perseners, kalau udah banyak tempat-tempat secara online yang sudah menyediakan tempat untuk lo curhat, lho! Salah satunya adalah Satu Persen sendiri.

YouTube Satu Persen – Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Lo bisa ikut mentoring online. Dengan keberadaan mentor online, lo bisa bisa mendapatkan tenaga ahli yang memang fokus untuk memberikan layanan kesehatan untuk lo. Selain itu, informasi dan privasi lo pun akan terjaga. Maka dari itu, lo gak usah khawatir lagi jika ingin bercerita banyak kepada mentor ini.

Tentunya, curhat sama mentor di Satu Persen bisa lebih ngebantu lo menghadapi berbagai permasalahan yang lo alami. Jadi, lo gak perlu curhat di media sosial lagi, deh! 😀

Untuk lebih jelasnya, lo bisa klik banner di bawah ini untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang layanan mentoring di Satu Persen.

Mentoring-5

Akhir kata, gue Fathur dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Read More