putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Online

judi

Cara Efektif Berdamai dengan Masa Lalu dengan Kelas Online

Sebagai manusia, kita seringkali terjebak dalam bayang-bayang kegagalan masa lalu. Kita terperangkap dalam lingkaran penyesalan dan rasa bersalah yang tak berujung. Namun, tahukah Anda bahwa langkah pertama untuk membebaskan diri dari belenggu ini adalah dengan mengakui dan menerima kegagalan tersebut sebagai bagian dari perjalanan hidup? Mari kita bahas lebih dalam mengenai proses penting ini.

Pengakuan adalah kunci awal dalam perjalanan pemulihan diri. Mengakui emosi dan pengalaman kita tanpa penghakiman adalah langkah awal yang penting. Kita harus berani menghadapi kenyataan bahwa ada aspek dalam hidup kita yang memerlukan penyembuhan. Ini bukan tentang menyalahkan diri sendiri, melainkan tentang menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.

Menerima realitas bukanlah hal yang mudah, terutama ketika realitas tersebut pahit. Menerima realitas berarti mengakui bahwa proses penyembuhan akan panjang dan menyakitkan, namun itu adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk merebut kembali bagian dari diri kita. Proses ini memerlukan keberanian untuk menghadapi lapisan-lapisan kebenaran dan rasa sakit yang selama ini terpendam.

Ada berbagai teknik penyembuhan diri yang bisa kita praktikkan, seperti mindfulness, meditasi, menulis jurnal, dan menetapkan niat. Teknik-teknik ini membantu kita untuk menyembuhkan dan tumbuh dari dalam. Ini adalah tentang menciptakan ruang aman bagi diri kita sendiri untuk menyembuhkan luka-luka batin.

Salah satu aspek penting dalam proses ini adalah menghargai diri sendiri. Kita harus mengakui bahwa perjalanan yang telah kita lalui, dengan segala suka dan duka, telah membentuk kita menjadi pribadi yang sekarang ini. Bersyukurlah atas diri Anda yang sekarang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Memeluk cinta diri adalah langkah penting lainnya. Kita harus menerima diri kita apa adanya, dengan segala kebaikan dan keburukan, kesalahan dan kegagalan masa lalu. Ini bukan tentang menjadi sempurna, melainkan tentang menerima keunikan diri kita.

Dengan mengakui dan menerima kebutuhan akan penyembuhan diri, kita dapat mengambil langkah pertama untuk mengatasi tantangan dan memeluk proses penyembuhan dan pertumbuhan. Ini akan membawa kita pada peningkatan kesadaran diri, kesejahteraan emosional, dan pertumbuhan pribadi.

Pelajaran dari Kegagalan: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang

Dalam perjalanan keberhasilan, seringkali kita terhenti oleh kegagalan. Namun, bukankah kegagalan itu sendiri merupakan guru terbaik? Dari kegagalan, kita belajar untuk bangkit, beradaptasi, dan berkembang. Artikel ini akan membahas bagaimana kita dapat mengubah rintangan menjadi peluang, dengan mengambil pelajaran dari kegagalan.

1. Memeluk Kegagalan sebagai Guru

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah pelajaran yang mengarahkan kita menuju keberhasilan. Ketika menghadapi kegagalan, penting untuk merenung dan mengakui kesalahan tanpa terlalu keras pada diri sendiri. Ini adalah langkah pertama untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. Seperti yang diungkapkan dalam artikel di LinkedIn, kegagalan harus dilihat sebagai pengalaman belajar yang berharga.

2. Mengembangkan Ketahanan

Ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit dari kesulitan. Setiap kegagalan memberikan kesempatan untuk memperkuat ketahanan ini. Orang-orang sukses bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, tetapi mereka yang mahir dalam bangkit kembali setelah jatuh. Berbagi pengalaman tentang ketahanan dan ketekunan bisa menjadi sumber inspirasi bagi orang lain.

3. Beradaptasi dan Berkembang

Salah satu pelajaran terbesar dari kegagalan adalah kebutuhan untuk beradaptasi dan berkembang. Ketika sebuah rencana tidak berjalan sesuai harapan, itu adalah tanda bahwa kita perlu mengubah pendekatan atau strategi. Jangan takut untuk merangkul strategi dan ide baru. Diskusikan bagaimana Anda beradaptasi di hadapan kegagalan dan bagaimana hal itu membawa Anda pada kesuksesan akhirnya.

4. Belajar dari Orang Lain

Kisah sukses seringkali dibangun di atas fondasi kegagalan masa lalu. Berbagi anekdot tentang individu terkenal yang menghadapi rintangan besar tetapi muncul lebih kuat dan lebih sukses bisa sangat memotivasi dan menginstruksikan. Belajar dari pengalaman orang lain dapat memberikan wawasan dan motivasi yang berharga.

5. Memisahkan Kegagalan dari Gagal

Penting untuk memisahkan tindakan gagal dari keadaan kegagalan. Gagal adalah hambatan sementara, sedangkan kegagalan adalah keadaan pikiran. Memahami perbedaan ini penting untuk belajar dari kegagalan.

6. Memandang Kegagalan sebagai Alat

Melihat kegagalan sebagai alat untuk pertumbuhan dan pembelajaran dapat membantu mengubah perspektif dan mengubah rintangan menjadi peluang. Seperti yang dijelaskan dalam artikel Indeed, memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk berinovasi daripada sebagai penghalang kesuksesan dapat membantu Anda menerima dan menggunakan kegagalan untuk keuntungan Anda.

7. Mengikuti Proses

Ketika menghadapi rintangan, fokuslah pada proses dan cari cara untuk menciptakan peluang atau jalur baru untuk bergerak. Ini bisa melibatkan pemikiran tentang bagaimana membuat situasi lebih baik bagi orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri.

Dengan mengakui dan menerima kegagalan, individu dapat mengembangkan ketahanan, beradaptasi, dan belajar dari kemunduran, pada akhirnya mengubah rintangan menjadi peluang untuk pertumbuhan dan kesuksesan. Kegagalan, ketika dilihat dari sudut pandang yang tepat, bukanlah penghalang tetapi justru peluang untuk berkembang.

Mengatasi Rasa Bersalah: Strategi untuk Melepaskan Beban Emosional

Rasa bersalah sering kali menjadi beban emosional yang berat, menghalangi kita untuk merasakan kebebasan dan kebahagiaan sejati. Dalam perjalanan menuju pemulihan diri, mengatasi rasa bersalah adalah langkah penting yang tidak boleh diabaikan. Artikel ini akan membahas strategi-strategi efektif untuk melepaskan beban emosional tersebut, berdasarkan berbagai sumber dan pengalaman.

1. Mengakui dan Menyerah pada Rasa Bersalah

Langkah pertama dalam mengatasi rasa bersalah adalah mengakui dan menyerah pada perasaan tersebut. Menjadi sadar akan penyebab rasa bersalah dan memahami dampaknya pada diri kita adalah kunci utama. Seperti yang dijelaskan dalam blog Darla Beam, rasa bersalah bisa muncul karena berbagai alasan, mulai dari melanggar kode etik pribadi hingga gagal memenuhi harapan orang lain. Mengakui rasa bersalah ini membantu kita memulai proses pemulihan.

2. Bertanggung Jawab dan Membuat Perbaikan

Mengambil tanggung jawab atas tindakan kita dan membuat perbaikan jika perlu, merupakan langkah penting selanjutnya. Seperti yang diuraikan oleh Healthline, meminta maaf dengan tulus dan menunjukkan penyesalan dapat membantu kita menyembuhkan diri sendiri dan memperbaiki hubungan yang rusak. Ini melibatkan pengakuan atas peran kita dan menghindari pembuatan alasan.

3. Memaafkan Diri Sendiri

Salah satu aspek kunci dalam mengatasi rasa bersalah adalah memaafkan diri sendiri. Ini berarti melepaskan masa lalu, menerima bahwa setiap orang membuat kesalahan, dan bersikap baik kepada diri sendiri. Seperti yang dibagikan oleh Tiny Buddha, proses ini bisa memakan waktu dan memerlukan usaha berkelanjutan, tetapi sangat penting untuk pemulihan emosional kita.

4. Mencari Dukungan

Berbicara dengan teman, anggota keluarga, atau profesional yang dipercaya dapat membantu kita mengatasi perasaan bersalah dan mendapatkan perspektif baru. Dukungan ini bisa memberikan kelegaan dan panduan yang diperlukan dalam proses pemulihan.

5. Menyelami dan Menjelajahi Perasaan

Menjelajahi perasaan bersalah dengan rasa ingin tahu, bukan penghakiman, dapat membantu kita memahami emosi kita lebih baik. Ini melibatkan introspeksi dan refleksi yang mendalam tentang apa yang kita rasakan dan mengapa kita merasakannya.

6. Praktik Kasih Sayang pada Diri Sendiri

Mengadopsi kasih sayang dan pengampunan diri sendiri sangat penting untuk melepaskan perasaan bersalah dan melangkah maju. Ini berarti menerima diri kita apa adanya, dengan segala kekurangan dan kesalahan yang telah kita buat.

7. Mencari Bantuan Profesional

Dalam kasus rasa bersalah yang parah atau berkepanjangan, mencari bimbingan dari terapis atau profesional kesehatan mental dapat memberikan dukungan dan panduan dalam mengatasi penyebab rasa bersalah.

Dengan mengakui dan menerima perasaan bersalah serta menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat bekerja menuju pembebasan dari beban emosional tersebut dan menemukan kedamaian serta penyembuhan.

Menggunakan Kegagalan sebagai Alat Pembelajaran: Kunci Pertumbuhan Pribadi

Kegagalan seringkali dipandang sebagai akhir dari segalanya, namun sejatinya, kegagalan adalah guru terbaik yang mengarahkan kita menuju kesuksesan. Melalui kegagalan, kita belajar untuk bangkit, beradaptasi, dan berkembang. Berikut adalah beberapa wawasan dari sumber yang disediakan tentang bagaimana menggunakan kegagalan sebagai alat pembelajaran:

1. Memeluk Kegagalan sebagai Guru: Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah guru yang membimbing kita menuju kesuksesan. Memeluk kegagalan sebagai pengalaman belajar yang berharga adalah langkah pertama untuk mengubahnya menjadi kesuksesan.

2. Mengembangkan Ketahanan: Ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit dari kesulitan. Setiap kegagalan memberikan kesempatan untuk memperkuat ketahanan. Orang-orang sukses tidak kebal dari kegagalan; mereka sangat terampil dalam bangkit kembali setelah jatuh.

3. Beradaptasi dan Berkembang: Salah satu pelajaran terbesar dari kegagalan adalah kebutuhan untuk beradaptasi dan berkembang. Ketika sebuah rencana tidak berhasil, itu adalah tanda bahwa Anda perlu mengubah pendekatan atau strategi. Memeluk strategi dan ide baru sangat penting.

4. Belajar dari Orang Lain: Berbagi anekdot tentang individu terkenal yang menghadapi hambatan besar tetapi muncul lebih kuat dan sukses. Belajar dari pengalaman orang lain bisa sangat memotivasi dan memberi pelajaran.

5. Menggunakan Kegagalan sebagai Alat Pembelajaran: Kegagalan mengarah pada penemuan dan inovasi dan bisa menjadi alat pembelajaran terbaik jika pelajar diajarkan tentang ketidakpastiannya dan potensinya untuk pembelajaran yang lebih besar[3].

Dengan memeluk kegagalan sebagai guru, mengembangkan ketahanan, beradaptasi, dan belajar dari orang lain, individu dapat mengubah hambatan menjadi batu loncatan menuju pertumbuhan pribadi dan kesuksesan. Ingat, sukses bukan tentang menghindari kegagalan; itu tentang belajar dan berkembang darinya.

Dalam perjalanan menuju pertumbuhan pribadi, mengakui dan menerima kegagalan sebagai bagian dari proses adalah kunci. Setiap langkah, baik itu mengatasi rasa bersalah, belajar dari kegagalan, atau menggunakan kegagalan sebagai alat pembelajaran, membawa kita lebih dekat ke pemahaman diri yang lebih dalam dan pencapaian potensi penuh kita. Kita belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan baru yang penuh dengan peluang untuk berkembang dan sukses.

Kesimpulan

Untuk membantu Anda dalam perjalanan ini, Life Skills Indonesia melalui platform Satu Persen menawarkan sebuah solusi yang praktis dan efektif: Kelas Online Tips Jitu Berdamai dengan Diri Sendiri.

Mengapa Kelas Online Ini Penting?

1. Panduan Langsung dari Ahli: Kelas online ini dipandu oleh para ahli yang berpengalaman dalam bidang psikologi dan pengembangan diri. Anda akan mendapatkan wawasan dan strategi langsung dari mereka yang memahami proses pemulihan diri secara mendalam.

2. Fleksibilitas dan Kenyamanan: Dengan mengikuti kelas online, Anda memiliki fleksibilitas untuk belajar di mana saja dan kapan saja. Ini memungkinkan Anda untuk menyesuaikan proses belajar dengan kebutuhan dan ritme hidup Anda sendiri.

3. Konten yang Relevan dan Terkini: Materi yang disajikan dalam kelas online ini dirancang untuk relevan dengan tantangan dan kebutuhan zaman sekarang. Anda akan mendapatkan insight dan teknik yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kesempatan untuk Berinteraksi dan Berdiskusi: Kelas online ini juga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan peserta lain dan berdiskusi, memungkinkan Anda untuk berbagi pengalaman serta mendapatkan perspektif baru.

5. Langkah Nyata Menuju Pemulihan Diri: Dengan mengikuti kelas ini, Anda tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga langkah nyata yang dapat diimplementasikan untuk berdamai dengan diri sendiri dan mengatasi kegagalan masa lalu.

Jangan lewatkan kesempatan untuk mengambil langkah konkret dalam perjalanan pemulihan diri Anda. Kelas online Tips Jitu Berdamai dengan Diri Sendiri dari Satu Persen adalah kesempatan emas untuk memulai perubahan positif dalam hidup Anda. Dengan mengikuti kelas ini, Anda akan dibimbing untuk memahami dan mengatasi rasa bersalah, belajar dari kegagalan, dan menggunakan pengalaman tersebut sebagai alat pembelajaran untuk pertumbuhan pribadi.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi https://satupersen.net/kelas-online. Jangan tunda lagi, ambil langkah pertama Anda hari ini untuk berdamai dengan diri sendiri dan membangun masa depan yang lebih cerah dan penuh makna.

Dengan mengikuti kelas online ini, Anda akan menemukan kekuatan untuk menghadapi masa lalu, memeluk kegagalan sebagai guru, dan memanfaatkan setiap pengalaman sebagai peluang untuk berkembang. Ini adalah kesempatan Anda untuk bertransformasi dan memulai babak baru dalam kehidupan Anda yang lebih damai dan produktif.

Referensi

Finding Peace Consulting. (n.d.). Finding Peace Online Masterclass. https://findingpeaceconsulting.com/finding-peace-online-masterclass/.

Pathway to Peace Academy. (2023). Finding Peace Masterclass. https://pathway-to-peace-academy.thinkific.com/courses/finding-peace-course.

Free From Limits. (n.d.). How To Find Inner Peace 5 Day Course. https://freefromlimits.co.uk/how-to-find-inner-peace-5-day-course/.

Our Daily Bread University. (2023). 70×7: Finding Peace by Forgiving Others…And Yourself. https://odbu.org/courses/sf107/.

Soft Skill Training. (2023). Spiritual Guidance: Find Peace and Purpose in Your Life. https://esoftskills.com/spiritual-guidance-find-peace-and-purpose-in-your-life/.

Read More
judi

Kapan Kita Harus Konsultasi ke Psikolog? (Konseling Online)

Gambar oleh Satu Persen - Konsultasi Psikologi Konseling Online
Satu Persen – Konsultasi Psikologi Konseling Online

Hello Perseners!

Kamu lagi stress gak? Bentar, bentar, kok jadi gitu pertanyaannya. Oke, gini aja, kamu pernah gak sih, merasa hidupmu itu lagi benar-benar kacau? Kayak, apapun yang kamu lakukan itu seperti tidak teratur, dan semakin hari semakin menjenuhkan.

Kamu merasa butuh bantuan, tapi kamu gak mau self-diagnose. Di sisi lain, kamu juga gak mau lebih lama lagi hidup dengan kondisi buruk seperti itu. Duh, enaknya gimana?  Kalau mau konsultasi ke psikolog, nanti bisa dicap aneh-aneh sama masyarakat. Duh, duh duh!

Oke, pertama-tama, aku mau bilang padamu bahwa there’s no shame in seeking help! Kamu tidak perlu takut ketika merasa butuh pergi konsultasi ke psikolog. Pertanyaannya sekarang adalah, kapan kamu harus pergi ke psikolog?

Apa yang Harus Kamu Ketahui?

Sederhananya begini, jika kamu merasa butuh berbicara empat mata dengan orang lain. Terutama tentang masalah hidup. Nah, pergi untuk konsultasi ke psikolog. Atau jalin hubungan dengan keluarga, teman, lingkungan sosial, atau bahkan mencari jati diri.

Konsultasi ke psikolog bukan sekedar curhat doang, loh. Kamu bisa mendapatkan feedback mengenai masalah yang sedang kamu hadapi. Kamu bisa merasa dimengerti oleh mereka dan actually getting your problems addressed ketika ngomong ke psikolog.

Sedangkan ketika kamu mengalami penyakit mental yang sudah mengganggu rutinitas dan kehidupan sehari-harimu. Atau kamu ingin berbicara mengenai medikasi yang tepat, kamu dapat pergi ke psikiater.

Jika kamu masih ragu, ada baiknya bertanya pada orang-orang terdekat atau sedekar berdiskusi dengan psikolog/psikiater yang kamu tahu untuk memastikan langkah apa yang sebaiknya kamu lakukan ke depannya.

Kalau aku pribadi, biar gampang mengingatnya, psikolog itu tanpa medikasi, psikiater itu dengan medikasi. Oke lanjut, kapan kamu harus berhenti menghadapinya sendiri dan konsultasi ke psikolog?

Kamu Merasa Semuanya Penuh Tekanan

Tentu saja kita sering merasa sedih dan gelisah, tapi tidak jarang perasaan tersebut hanya kekhawatiran sementara. Namun jika kamu merasakan emosi-emosi tersebut dalam intensitas yang mengganggu rutinitasmu, kurasa sudah waktunya kamu pergi membicarakannya dengan seseorang.

Ketika kamu merasa hal-hal dalam hidupmu membuatmu menghindari banyak hal, dan dengan kamu menghidari hal tersebut hidup semakin rumit dan malah membuatmu overthinking serta merasa hidupmu sangat teratur, seorang psikolog akan sangat membantumu.

Yang utama adalah, ketahui limitmu sendiri. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa kamu tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup, hanya saja, mohon untuk memperhatikan kesehatanmu sendiri.

Don’t be too harsh on yourself!

Kamu Mencari Pelampiasan

Game, makan, belanja, atau bahkan bekerja. Apapun bisa jadi pelampiasan. Kamu mencari hal-hal yang dapat membantumu untuk menekan perasaan yang kamu rasakan.

Contohnya dulu aku sempat pergi ke warnet untuk meredam isi kepalaku, karena dengan bermain game, aku dapat sejenak log out dari dunia nyata dan hidup dalam kebahagiann fana yang sementara. Tentu saja aku merasa senang, tapi tidak ketika aku kembali tersadarkan bahwa hidupku masih berlanjut dan masalah tersebut masih ada.

Yang ada, aku malah semakin gak karuan. Huh. Pelampiasan itu ada kadarnya tersendiri, kalau kamu merasa sudah dalam frekuensi yang tidak sehat, ding ding it’s time to go see a psychologist or just talk about your problems!

Kamu Mengalami Penurunan Performa

Wow, udah kayak apa aja, ‘penurunan performa’. Anyways, kadang hidup sudah terlalu rese sehingga kamu serta isi kepala dan hatimu senantiasa memperlambat performamu baik di dunia kerja, sekolah, maupun lingkungan sosialmu.

Kamu jadi susah fokus ketika belajar, kamu tidak merasakan kebahagiaan lagi ketika melakukan hal-hal yang biasanya kamu suka, hubunganmu dengan orang lain terasa memudar, dan your overall life experience feels numb.

Apakah kamu pernah mencapai titik tersebut? Titik jenuh yang benar-benar jenuh? Kalau sudah pernah, apa yang kamu lakukan? Kuharap kamu paling tidak curhat dengan teman atau membicarakannya dengan seseorang. Kalau kamu masih saja memendam semuanya sendiri, hentikan.

Hentikan tindakan yang merusak diri itu. Mungkin kamu berpikir bahwa dengan kamu menceritakannya pada orang lain, kamu akan merepotkan. Sesungguhnya tidak! Kalau kamu masih bersikeras demikian, maka konsultasilah ke psikolog terdekat.

Sungguh, lebih baik untuk membicarakan masalah yang kamu miliki ketimbang menyimpannya sendiri, karena suatu saat nanti endapan masalah-masalah tersebut akan meledak ketika kamu benar-benar mencapai batas. Kamu mungkin akan mendapati dirimu menangisi mie goreng yang jatuh ke wastafel atau susu yang tumpak ke lantai karena benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Jangan sampai seperti itu, ya!

Teman-Temanmu Mengkhawatirkanmu

Aku pribadi merasa  ini yang paling jelas. Ketika teman-temanmu -tidak perlu yang terdekat- merasa ada yang aneh denganmu, that’s a big sign.

Mungkin kamu merasa baik-baik saja, namun kadang pendapat orang lain sangat bisa membantumu untuk menilai keadaan. Kamu terkadang butuh, loh, orang-orang dari luar untuk melihat hal-hal yang tidak bisa kamu sadari dari dalam diri sendiri.

Yup, kurasa sampai di sini saja. Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Oh iya, kalau kamu ingin konsultasi, Satu Persen menyediakan layanan konseling loh! Kamu bisa mengunjunginya dengan klik gambar dibawah ini yah! Kalau masih ragu, coba deh ikut tes konsultasi dulu supaya kamu menemukan layanan yang cocok untuk kondisi kamu.

CTA-Blog-Post-06-1

Semoga harimu menyenangkan!

References

Bhatia, P. (2020, November 23). Should You See a Psychiatrist or a Psychologist First? Retrieved from Pacific Health System: https://pacifichealthsystems.com/blog/should-you-see-a-psychiatrist-or-a-psychologist-first/

Muller, G. (n.d). How do you know if you should see a Psychologist? Retrieved from The Psych Professionals: https://psychprofessionals.com.au/signsyouneedapsychologist/

Read More
judi

Bahaya Curhat Online di Media Sosial Sembarangan

bahaya-curhat-online
bahaya curhat online

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Di era serba teknologi kayak gini, gue yakin kalian pasti punya yang namanya media sosial, entah itu Whatsapp, Instagram, Twitter, atau yang lainnya. Beberapa dari kalian mungkin kenal sama Satu Persen juga dari media sosial.

Well, wajar banget, sih. Media sosial kan emang tempat orang-orang buat berbagi apa aja. Dari momen hangout, hiburan, konten edukatif, sampe jualan pun kita lakukan di media sosial.

Dan gak cuma itu. Kita bahkan juga bisa temuin banyak orang yang berbagi cerita sehari-hari—alias curhat online di media sosial! Bener gak?

Saking gedenya pengaruh media sosial di keseharian kita, curhat pun akhirnya juga dilakukan dengan memposting status, alih-alih cerita langsung sama teman atau keluarga. Gak cuma jadi pencurhat, kita juga ngebacain curhatan orang lain yang berseliweran bebas di timeline media sosial kita.

Habis berantem sama pacar? Tinggal ambil hape terus luapin semua kekesalan lewat ketikan.

Pastinya, kalo curhat di media sosial, akan ada lebih banyak orang yang tahu masalah kita. Dengan begitu, mudah juga bagi kita buat dapat banyak respon dengan cepat. Jadi, kita gak perlu capek-capek cerita ke setiap teman kita. Praktis banget, ya?

Bisa jadi, kemudahan itu menjadi faktor penyebab banyaknya orang yang curhat di media sosial. Saking banyaknya, penelitian yang dilakukan oleh Martin dan asistennya di tahun 2013 menunjukkan bahwa 46 persen dari pengguna Twitter sering nge-tweet curhatan yang isinya emosi negatif. Alias hampir setengah dari seluruh pengguna!

Sedangkan, faktor lain yang mendukung perilaku ngetren tersebut mungkin karena gak punya teman curhat di dunia nyata, gak terbiasa mengomunikasikan perasaan secara langsung, menginginkan perhatian dari orang lain atas masalahnya, merasa lebih bebas karena gak ada yang lihat langsung, dan lain-lain. Tentunya, setiap orang punya alasannya masing-masing.

Kalo gitu, sebenarnya baik gak sih curhat online di media sosial kita?

Nah, di artikel kali ini, gue bakal membahas tentang curhat online berdasarkan penelitian para ahli dan tips-tips melampiaskan emosi dengan cara yang lebih sehat.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Martin tadi, mereka juga mendapat laporan bahwa 100 persen orang yang curhat online merasa lebih rileks.

Tapi, mereka menemukan bahwa ketenangan itu cuma sementara aja, guys. Ternyata, curhat dengan cara kayak gini justru bikin emosi seseorang lebih sulit mereda, sehingga berakibat buruk dalam jangka panjang.

Bennet, seorang psikolog, pernah punya klien yang mengaku bahwa dia malah merasa semakin marah setelah melampiaskan emosi dan membaca kekesalan orang lain di media sosial.

Artinya, cara seperti ini sebenarnya merusak secara emosional. Bennet lebih nyaranin buat curhat secara langsung sama teman dekat aja, karena baik untuk kesehatan kita.

Baca Juga: Cara Mengontrol Emosi (Regulasi Emosi Diri Sendiri)

Gimana kalo saat itu gak ada teman yang siap dengerin?

Well, penelitian lain yang dilakukan oleh Bushman menunjukkan bahwa kalo kita gak ngelakuin apa pun saat marah selama dua menit, kekesalan kita malah berkurang, lho!

Jadi, lebih baik kita take some time buat diri sendiri dulu, alih-alih langsung membagikan perasaan kita di media sosial.

Selain itu, McNaughton-Cassill juga berpendapat bahwa orang-orang harus lebih pintar dalam memposting dan membagikan sesuatu di media sosial. Jadi, kalo kita curhat dengan cara yang kurang tepat (misalnya marah-marah di status), efeknya berbahaya bagi kesehatan.

curhat-media-sosial-bahaya-kesehatan-mental
Gambar oleh ijmaki dari Pixabay

Mungkin lo jadi mikir, “Jadi, melampiaskan amarah di media sosial itu gak disarankan, ya? Terus gimana, dong? Apa mendingan gue diem aja?”

Nah, seorang psikiater di San Diego yang bernama Dr. David M. Reiss berpendapat bahwa melampiaskan emosi itu sebenarnya ada efek baiknya, asalkan caranya tepat. Satu cara yang disarankan oleh Dr. Reiss adalah berdialog sama teman yang bisa ngertiin dan ngebantu kita supaya lebih merasa tenang.

Jadi, kita bisa sama-sama simpulin bahwa sebenarnya lebih efektif kalo kita membangun komunikasi sama teman dan ngobrol secara langsung—ketimbang curhat online di status media sosial kita. Gak cuma lebih efektif, tapi juga lebih sehat, guys!

Baca juga: Bingung Mau Curhat ke Siapa

Mengatasi emosi negatif tanpa curhat online

Emosi negatif emang gak baik kalo dibiarkan aja terus-menerus. Wajar aja kok, kalo kita butuh pelampiasan untuk mengurangi perasaan gak enak tersebut.

Nah, gimana sih cara mencurahkan perasaan kita dengan cara yang lebih sehat?

1. Tutup media sosial, coba meditasi instead of curhat online

Jangan fokus sama isi hape lo terus, deh. Cobain lebih fokus sama diri sendiri aja, yuk?

Meditasi adalah salah satu cara supaya kita bisa lebih aware sama emosi yang kita rasakan. Nah, melakukan meditasi ini emang perlu pembiasaan, guys.

Tapi, sekalinya lo udah bisa, meditasi ini bisa ngebantu lo dalam situasi apa pun dan di mana pun. Jadi, lo gak perlu lagi yang namanya curhat di media sosial.

Tonton juga: Meditasi Sederhana untuk Pemula

2. Ganti waktu curhat online dengan kegiatan positif

Kegiatan positif yang gue maksud di sini bisa apa aja ya, Perseners. Yang penting, kegiatan ini bisa membantu lo mengurangi perasaan negatif.

Lo bisa melampiaskan emosi lo dengan berolahraga, nge-dance, nyanyi keras-keras, membuat karya seni, nulis diary, dan lain-lain.

3. Lebih baik proaktif daripada curhat online

Ada kalanya, sebuah masalah bisa selesai kalo kita ada action buat mengatasi sumber masalahnya langsung. Misal, lo stres banget gara-gara temen lo gak aktif ngerjain tugas kelompok. Nah, lo kan bisa bilang baik-baik supaya dia mau bantu ngerjain tugas.

Kalo masalahnya udah mengarah ke hubungan toxic, ada baiknya lo berinisiatif buat udahan aja. Hubungan yang gak sehat udah pasti bikin lo frustrasi terus-menerus. Setelah move on dari sumber negatif yang mengganggu hidup lo, selalu ada kesempatan buat nemu yang lebih baik, kok!

Nah, kalo emang memungkinkan, cara ini bisa banget dicoba, lho!

4. Curhat sama orang terpercaya, jangan curhat online

Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, curhat sama temen yang lo percaya itu emang disarankan.

Tapi, gimana kalo gak punya orang yang bisa dipercaya?

Well, masih ada cara lain, yaitu berkonsultasi ke tenaga profesional seperti psikolog.

Gak cuma curhat, psikolog juga menyediakan benefit tambahan seperti ngajarin lo cara komunikasi yang baik, ngasih tips-tips untuk mengatasi masalah lo, memperluas pikiran lo dengan insight baru, dan lain-lain.

curhat-sama-psikolog-lebih-baik
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Jadi, kalo lo mau curhat di status media sosial lo, ada baiknya dipikir-pikir dulu, guys. Karena, cara seperti itu kurang disarankan dari sudut pandang keilmuan.

Ada cara lain yang sebenernya lebih solutif buat mengatasi masalah lo. Salah satunya dengan cara tadi, yaitu ngobrol.

Mungkin lo bingung nyari psikolog yang cocok dan enak diajak ngobrol. Well, lo bisa coba layanan konseling bersama psikolog di Satu Persen, lho! Lo bisa pilih sendiri psikolog dan jadwal konsultasinya. Enak banget, kan?

Selain berkonsultasi, lo juga bakal dikasih asesmen mendalam, diagnosa, dan terapi apabila dibutuhkan. Tenang aja, lo bakal ditangani langsung sama psikolog lulusan S2 profesi yang sesuai di bidangnya.

Tentunya, konseling sama psikolog di Satu Persen bisa lebih ngebantu, jadi lo gak perlu curhat di media sosial lagi, deh 😀

Nah, sebelum beli paket layanan konseling dari Satu Persen, yuk cari tau dulu paket mana yang paling sesuai sama kebutuhan lo! Caranya, cobain tes yang ada di sini.

Lo juga bisa nonton video di channel YouTube Satu Persen buat dapetin insight tambahan mengenai curhat online di media sosial. Yuk, simak langsung di video berikut.

bahaya curhat online di medsos

Oke, gue sudahi dulu tulisan gue di sini. Semoga bermanfaat dan bisa ngebantu lo. Gue harap, lo bisa ketemu sama orang yang tepat buat dicurhatin dan bisa menggunakan media sosial lo dengan lebih bijak.

Gak masalah berkembang pelan-pelan, yang penting ada proses minimal Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya 🙂

Akhir kata, thanks a million!

Referensi

Healthline Editorial Team. (November 21, 2017). Are Online Rants Good for Your Health?. Retrieved on January 22, 2021 from https://www.healthline.com/health-news/are-online-rants-good-for-your-health.

Lindberg, S. (October 23, 2020). Benefits and Options for Therapy. Retrieved on January 22, 2021 from https://www.healthline.com/health/benefits-of-therapy.

Sachan, D. (October 25, 2017). The Dangers of Venting. Retrieved on January 22, 2021 from https://www.success.com/the-dangers-of-venting/.

Roberts, C. (November 16, 2019). 5 healthier ways to deal with anger instead of venting. Retrieved on January 25, 2021 from https://www.cnet.com/health/5-healthier-ways-to-deal-with-anger-instead-of-venting/.

Read More
judi

Mengenal Konsultasi Psikolog Online dan Segala Manfaatnya

Konsultasi psikolog online
Satu Persen – Mengenal Konsultasi Psikolog Online dan Segala Manfaatnya

Hi, Perseners! Balik lagi dengan gue Fathur, Blog Writer Satu Persen.

Gue mau nanya tentang keadaan lo belakangan ini. Apakah lo ngerasa lagi jenuh banget dengan segala aktivitas online lo di rumah? Kalau iya, berarti kita dalam kondisi yang sama.

Gue sendiri akhir-akhir ini lagi berjuang dengan hubungan long distance relationship (LDR) yang bikin gue jenuh karena terkesan gitu-gitu aja tiap harinya. Pola kebucinannya, ya, sebatas telponan atau nonton film korea bareng.

Tapi, yang bikin gue kesel ketika kejenuhan tersebut dibarengi dengan berbagai masalah lainnya seperti kecemasan akan tugas yang menumpuk, masalah keluarga yang gak ada beresnya, sampai stres akibat gak bisa liburan karena pandemi. Oleh karena itu, gue ngerasa butuh banget temen curhat yang bisa menampung keluh kesah gue.

depression, anxiety, loneliness
Sumber: imgflip.com

Mungkin ada aja teman yang bisa connect ketika gue lagi curhat, tapi secara bersamaan juga ada curhatan yang gak bisa dijawab begitu aja oleh teman gue. Jadi rasanya kayak gue harus nanya ke yang lebih berpengalaman seperti mentor atau psikolog gitu.

Tapi masalahnya kan, sekarang aktivitas lagi banyak dilakukan di rumah aja, terus gimana caranya gue bisa ketemu mentor atau psikolog?

Nah, untuk yang belum tau, sekarang konsultasi dengan psikolog bisa dilakukan secara online juga, lho. Caranya mudah, lo tinggal mengambil gadget lo dan cari layanan yang membuka konsultasi online, termasuk salah satunya Satu Persen sendiri.

Dalam jurnalnya, Friedman dan Grant juga menyarankan kalau konseling secara online diperbolehkan, tapi tetap gak bisa mengganti seutuhnya konsultasi secara tatap muka. Karena pada dasarnya walaupun ada masalah yang bisa diatasi secara online, tapi ada juga masalah yang memang perlu diatasi secara langsung.

Maka dari itu, mending sebelum lanjut, lo bisa cek video YouTube-nya Satu Persen tentang tanda-tanda kalo lo perlu konsultasi ke psikolog.

YouTube Satu Persen – 7 Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Apa Itu Konsultasi Psikologi Online?

Konsultasi psikolog online memiliki tujuan yang gak jauh beda dengan konsultasi pada umumnya, yaitu untuk memecahkan suatu masalah dan memberikan solusi secara mandiri. Tapi yang membedakan konsultasi secara online dan offline adalah dari segi tempat, waktu dan treatment-nya sendiri.

Simpelnya gini, jika lo melakukan konsultasi secara tatap muka, tentu pihak-pihak yang terlibat secara fisik hadir di satu ruangan yang sama. Sementara konsultasi yang dimediasi oleh teknologi menyiratkan bahwa antara mentor dan klien akan berada di lokasi yang berbeda.

Platform yang digunakan juga beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Beberapa di antaranya bisa memakai Google Meet, Skype, Zoom Meeting, pesan chat, dan berbagai format lainnya.

Apakah Konsultasi Online Itu Aman dan Efektif?

Mungkin terlintas sedikit keraguan dan kekhawatiran dalam diri lo dengan konsultasi online ini.

“Kalo gak ketemu langsung, gimana psikolognya bisa ngertiin gue?”

“Kalau online mah sama aja kayak dengerin podcast atau video di Youtube.”

“Terus, kalau online emang bakal efektif?”

Konsultasi Psikolog Online
Sumber: kaskus.co.id

Untuk menjawab kekhawatiran lo semua, gue bakal kasih salah satu penelitian yang membahas keefektifan konsultasi online ini.

Pada tahun 2018, sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Psychological Disorders bilang kalau terapi perilaku kognitif secara online itu terbilang efektif dan praktis. Studi ini juga menemukan kalau konseling secara online sama efektifnya dengan konseling tatap muka untuk segala permasalahan seperti depresi hingga gangguan kecemasan.

Gue pun percaya, kok, kalau setiap kondisi pasti ada manfaatnya. Nah, dalam artikel kali ini pun gue berkesempatan untuk ngasih tau lo apa saja manfaat yang bakal didapatkan kalau lo mencoba konsultasi online.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi

Manfaat Konsultasi Secara Online

1. Fleksibel dengan waktu dan tempat

Manfaat pertama yang akan lo rasakan ialah bisa fleksibel menjadwalkan pertemuan secara daring dengan psikolog atau mentor lo. Sedangkan jika offline, lo butuh sedikit effort yang lebih untuk melakukan persiapannya.

Cara konsultasinya biasanya menggunakan aplikasi video conference. Tapi buat lo yang lebih ekspresif dan lebih suka membagikan curhatan dengan cara chating, lo bisa banget saling berkirim pesan kapan dan dimana saja tanpa harus menunggu waktu kosong mentor lo.

Intinya, ketika ada peristiwa yang menimpa lo sehingga merasa sedih, kecewa, dan bingung. Lo bisa langsung kirim pesan dengan mentor kepercayaan lo kapan aja.

Tapi satu hal yang lo perlu diperhatikan, meskipun dalam keadaan online lo juga perlu menanyakan kesediaan waktu psikolog dan mentor lo untuk merespons curhatan lo, ya!

2. Terhindar dari stigma buruk

Meme salah paham
Sumber: memegenerator.net

Di sekitar kita, gak dipungkiri lagi kalau masih banyak yang menganggap kesehatan mental sebagai sesuatu yang tabu dan menganggap kalau lo pergi ke psikolog itu berarti lo terkena gangguan jiwa. Hal ini tentu terjadi bisa terjadi karena adanya stigma buruk di masyarakat.

Stigma sendiri bisa diartikan sebagai proses yang melibatkan pelabelan terhadap seseorang dan kesannya merugikan suatu kelompok atau individu.

Untuk ngeliat dampak buruknya, gue bisa ambil studi dari Psychological Medicine yang mengatakan kalau stigma yang terkait penyakit mental bisa menjadi penghalang lo untuk mencari pengobatan agar bisa sembuh dari penyakit tersebut.

Nah, meskipun gak mudah untuk menghilangkan dan melawan stigma buruk, tapi dengan lo melakukan konsultasi secara online, lo bisa mengurangi stigma itu karena bisa jadi gak ada yang tau kecuali kita sendiri.

3. Menghemat pengeluaran

Pernah gak, lo ngerasain kalau biaya pengeluaran ketika dulu sebelum pandemi lebih banyak ketimbang sekarang ketika online di rumah? Hal itu juga bisa terjadi jika lo melakukan konseling secara online.

“Lho, kenapa bisa gitu?”

Bayangin aja kalau misalkan lo pergi ke psikolog secara tatap muka, secara gak langsung lo harus mengeluarkan bensin untuk kendaraan pribadi atau mengeluarkan ongkos untuk membayar ojek online.

Hal itu belum ditambah dengan kebutuhan primer lo seperti makan dan minum. Apalagi jika daerah tempat lo konsultasi banyak tempat jajanan yang ngebuat lo ingin beli. Nah, hal ini gak akan terjadi jika lo melakukannya secara online karena lo hanya butuh kuota untuk bisa terhubung dengan mentor lo.

Nah, segitu dulu tulisan dari gue, Perseners! Semoga setelah baca ini lo jadi gak bingung kalau nanti lo mau menghubungi psikolog untuk konsultasi secara online.

Lo juga bisa, nih, memastikan kondisi kesehatan mental lo dengan melakukan pencegahan tahap awal bersama psikolog dari Satu Persen. Lo tinggal klik di bawah ini aja untuk lebih jelasnya, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-3

Tenang aja, dengan Satu Persen, lo bisa berkonsultasi dengan psikolog yang sudah berpengalaman untuk mengatasi lebih dari 10.000 permasalahan kehidupan. Lo juga bisa mencoba tes konsultasi semisal lo masih ragu layanan apa yang cocok buat kondisi lo.

Gue Fathur dari Satu Persen, pamit undur diri. Oh iya, terakhir gue mau ngucapin selamat menjalankan #HidupSeutuhnya ya, Perseners!

Referensi:

Morin, A. (November 14, 2019). Does Online Therapy Work?. Retrieved on October 5, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/what-mentally-strong-people-dont-do/201911/does-online-therapy-work

Mallen, M. J., Vogel, D. L., Rochlen, A. B., & Day, S. x. (2005). Online Counseling: Reviewing the Literature From a Counseling Psychology Framework. In The Counseling Psychologist (Vol. 33, Issue 6). https://doi.org/10.1177/0011000005278624

Clement, S., Schauman, O., Graham, T., Maggioni, F., Evans-Lacko, S., Bezborodovs, N., Morgan, C., Rüsch, N., Brown, J. S. L., & Thornicroft, G. (2015). What is the impact of mental health-related stigma on help-seeking? A systematic review of quantitative and qualitative studies. Psychological Medicine, 45(1), 11–27. https://doi.org/10.1017/S0033291714000129

Mallen, M. J., & Vogel, D. L. (2005). Introduction to the Major Contribution: Counseling Psychology and Online Counseling. The Counseling Psychologist, 33(6), 761–775. https://doi.org/10.1177/0011000005278623

Barnett, J. E. (2005). Online Counseling: New Entity, New Challenges. The Counseling Psychologist, 33(6), 872–880. https://doi.org/10.1177/0011000005279961

Andrews, G., Basu, A., Cuijpers, P., Craske, M. G., McEvoy, P., English, C. L., & Newby, J. M. (2018). Computer therapy for the anxiety and depression disorders is effective, acceptable and practical health care: An updated meta-analysis. Journal of Anxiety Disorders, 55(August 2017), 70–78. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2018.01.001

Read More
judi

Kenapa Penderitanya Perlu Konseling Online?

rape trauma syndrome - korban pemerkosaan perlu konseling online
Satu Persen – Rape Trauma Syndrome

Halo, Perseners! Balik lagi sama aku Senja.

Hari ini, aku baru aja nonton tayangan Mata Najwa yang rilis beberapa hari lalu bertajuk “Muda Bersuara”. Acara tersebut melakukan diskusi singkat mengenai seberapa besar peran anak muda untuk menyuarakan pendapat mereka. Diskusi juga mendatangkan bintang tamu dari berbagai latar belakang, salah satunya public figure seperti Cinta Laura.

Dan aku tertarik dengan salah satu part di mana Cinta Laura berbicara mengenai isu kekerasan seksual. Ia berpendapat bahwa perlakuan negara Indonesia terhadap korban kekerasan seksual masih tergolong rendah. Akibatnya, banyak korban kekerasan seksual mengalami trauma yang berdampak pada turunnya produktivitas mereka secara ekonomi maupun sosial.

Data menunjukkan kasus pelecehan seksual di kalangan perempuan semakin tinggi. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengatakan bahwa dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia naik hingga 800%.

Melansir dari mediaindonesia.com, terdapat 426 kasus kekerasan seksual pada perempuan per 16 Maret 2021. Dan salah satu jenis kekerasan seksual yang paling umum adalah pemerkosaan.

Berarti apa yang dikatakan Cinta Laura ada benarnya. Meskipun aku gak bisa membuktikan secara konkrit berapa banyak kasus trauma yang terjadi akibat kekerasan seksual di Indonesia. Ya, paling tidak hal ini bisa jadi awareness buat kita semua. Dan salah satu trauma yang berpotensi dialami oleh korban kekerasan seksual adalah Rape Trauma Syndrome.

So, di sini aku akan jelaskan sedikit informasi mengenai Rape Trauma Syndrome ini.

Baca juga: Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Sexual yang Buat Candu

Apa itu Rape Trauma Syndrome?

rape trauma syndrome
Cr. pixabay.com

Rape Trauma Syndrome (RTS) adalah salah satu bentuk Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang dialami oleh korban sexual assault. Teori RTS pertama kali dikemukakan oleh seorang psikiater yang bernama Ann Wolbert Burgess dan seorang sosiologis bernama Lynda Lytle Holmstrom pada tahun 1974.

RTS dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa berupa gangguan fisik, emosional, kognitif, perilaku, dan karakteristik interpersonal. RTS dapat terjadi segera setelah kejadian pemerkosaan (kekerasan seksual), beberapa bulan atau beberapa tahun setelahnya.

Penderita RTS paling sering disebabkan oleh pemerkosaan. Namun, korban percobaan pemerkosaan juga dapat menyebabkan seseorang mengalami RTS. Meskipun trauma pasca pemerkosaan (kekerasan seksual) lebih mengarah pada kondisi emosional dan psikologis daripada kondisi fisik, tapi trauma pascapemerkosaan (kekerasan seksual) dapat disebut sebagai sindrom karena membuat korban mengalami perubahan perilaku, pemikiran, dan perasaan yang terjadi secara konsisten.

Baca juga: Mengenal Arti Eksibisionis dan Fakta Perilakunya

Gejala Rape Trauma Syndrome

rape trauma syndrome
Cr. pixabay.com

Melansir dari verywellmind.com, ada beberapa gejala umum yang ditunjukkan penderita RTS. Gejala yang paling sering diketahui adalah:

1. Gangguan kecemasan

2. Mood swing

3. Perasaan tidak berdaya

4. Menarik diri dari lingkungan

5. Disfungsi seksual (penurunan hasrat seksual)

6. Ketakutan akan masa lalu

7. Kesulitan berkonsentrasi

8. Marah

9. Malu atau menyalahkan diri sendiri

10. Depresi

11. Punya pikiran melakukan bunuh diri

12. Fobia

Fase-fase dalam Rape Trauma Syndrome

A. Tahap akut

Tahap akut terjadi setelah kejadian pemerkosaan. Fase akut secara umum terbagi dalam 3 respons:

1. Berekspresi: Korban merasa marah, takut, ataupun cemas

2. Terkontrol: Korban tampak seperti tanpa emosi atau biasa. Berperilaku seperti tidak pernah terjadi apapun

3. Rasa shock: Korban mengalami kesulitan berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka juga tampak kesulitan mengingat kejadian pemerkosaan

B. Tahap reorganisasi atau outward adjustment

Tahap ini biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan maupun bertahun-tahun setelah kejadian pemerkosaan (kekerasan seksual) yang dialami. Korban dapat menjalani kehidupan secara normal, tetapi mereka akan terus mengalami gejolak emosional dalam kehidupan mereka.

C. Tahap renormalisasi

Pada tahap ini korban mulai mengenali dan menyesuaikan diri dengan apa yang mereka alami. Korban sudah bisa menerima masa lalu dengan baik. Perasaan negatif seperti perasaan bersalah dan malu perlahan juga hilang secara bertahap.

Kenapa Penderita Rape Trauma Syndrome Perlu Melakukan Konseling?

stop rape - stop pemerkosaan
Cr. pixabay.com

Kekerasan seksual bagi perempuan merupakan salah satu kejadian yang sangat menyakitkan dan menimbulkan trauma. Kekerasan seksual juga merupakan peristiwa psikologis yang berbahaya karena dapat merusak keseimbangan hidup korban. Tak ayal, banyak dari korban menderita rape trauma syndrome.

Korban yang menderita harus segera melakukan pemulihan secara psikologis. Dan pemulihan rape trauma syndrome tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, Perseners! Jadi harus dilakukan oleh seorang profesional melalui konseling. Konseling akan membantu recovery dan thriving untuk penderita. Recovery berarti kemampuan untuk bangkit yang dibutuhkan dalam mengatasi gejala-gejala terkait dengan kekerasan seksual.

Sedangkan thriving berarti selangkah lebih maju dari hanya sekedar mengatasi gejala-gejala yang ada. Thriving berarti menggunakan trauma yang dialami korban sebagai motivasi untuk menumbuhkan outcome personal dan perkembangan psikologis yang positif.

stop sexual harassment - stop pelecehan seksual
Cr. pixabay.com

Kenapa Harus Konseling Online di Satu Persen?

Mengingat situasi COVID-19, konseling online menjadi jalan alternatif untuk para korban bisa mendapat penanganan segera, sekaligus menjadi ruang aman bagi para penyintas yang tidak ingin berkomunikasi secara langsung dengan konselor. Maka dari itu, Satu Persen hadir buat membantu penderita keluar dari masa sulit tanpa terbatas ruang dan waktu.

Melalui konseling online, Satu Persen akan memberi dukungan penuh untuk para penyintas kekerasan seksual atau penderita rape trauma syndrome.

Udah ada lebih dari 10.000 orang yang mendaftar konseling ke Satu Persen lho, Perseners! Aku pribadi berpendapat bahwa fasilitas konseling yang diberikan Satu Persen sangat membantu kebutuhan pasien. Alur konseling di Satu Persen juga udah sangat terstruktur. Pertama, kalian akan diarahkan untuk melakukan registrasi konseling, kemudian memilih paket konsultasi, melakukan pembayaran, mengisi psikotest, memilih psikolog dan jadwal konsultasi, serta terakhir memulai konsultasi.

Buat penderita yang ragu buat konseling online karena takut tidak aman, tenang aja, Perseners! Konseling online di Satu Persen udah terjamin keamanannya. Karena konseling akan dilakukan secara one-on-one. Jadi, bukan aplikasi chat abal-abal yang biasanya disisipi sama orang ketiga. Selain itu, udah banyak testimoni positif yang bisa kalian baca di sini, Perseners!

Konseling nantinya akan ditangani oleh psikolog lulusan S2 profesi psikolog klinis dewasa dari berbagai universitas terbaik di Indonesia. Meskipun para psikolog memiliki keahlian, pendekatan terapi, serta latar belakang yang berbeda, namun mereka sudah memiliki minimal dua tahun pengalaman dalam melakukan konseling.

Kabar baiknya lagi, para psikolog Satu Persen sudah memiliki Surat Izin Praktik Psikologi (SIPP) dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Surat Izin Praktik Psikologi Klinis (SIPPK) dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK). Satu Persen juga menjalankan etika konseling online dengan baik dan mengetahui aturan dalam memberikan jasa profesional buat masyarakat, Perseners!

Terakhir, demi generasi bangsa yang lebih produktif, Satu Persen tidak mau membiarkan korban pelecehan seksual berjuang sendiri. Satu Persen di sini respect banget sama mereka yang menderita rape trauma syndrome. Satu Persen berharap bisa meminimalisir dampak traumatis untuk korban atau penyintas kekerasan seksual.

Jadi, buat para penyintas atau korban kekerasan seksual yang membutuhkan penanganan segera bisa langsung konseling online dengan klik di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-18

Masih ragu apakah perlu ke psikolog atau tidak? Yuk coba ikut tes konsultasi dulu supaya makin yakin. Klik di sini ya!

So, aku cukupkan sampai di sini dulu ya, Perseners! Semoga artikel ini membantu kalian. Sampai jumpa lagi di artikel-artikel berikutnya!

Referensi:

https://www.verywellmind.com/what-is-rape-trauma-syndrome-5199374

https://mediaindonesia.com/humaniora/394395/kekerasan-seksual-pada-perempuan-mengapa-korban-pilih-diam

Burgess AW. Rape trauma syndrome. Behav Sci Law. 1983;1(3):97–113.

Read More
judi

Psikolog Online untuk Self Care

Halo, namaku Mira dan aku adalah Blog Writer di Satu Persen. Kali ini kamu bakal ngebahas soal self care dengan psikolog online. Stay tune dan baca sampe abis ya, biar kamu bisa dapet keseluruhan insight-nya!

Kesehatan Mental: Psikolog Online untuk Self Care
Satu Persen – Self Care

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan diri secara keseluruhan dan dapat memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika kamu merasa perlu dukungan ekstra untuk meningkatkan kesehatan mentalmu, kenapa gak coba jadikan konseling sebagai bagian dari self care?

Kabar baiknya adalah ada banyak pilihan dalam hal konseling, dari konseling langsung hingga sesi konseling online. Jadi mari kita lihat beberapa langkah sederhana yang dapat kamu ambil untuk mencari bantuan.

Bergabunglah dengan kami mengenai mengapa konseling harus menjadi bagian penting dari rencana self care kamu. Mari mulai perjalanan ini bersama-sama!

Daftar Isi

  1. Apa itu Self Care?
  2. Self Care dan Kesehatan Mental
  3. Peran Konseling dalam Kesehatan Mental
  4. Mengidentifikasi Kebutuhan Kesehatan Mental
  5. Peran Konseling dalam Self Care
  6. Kesimpulan

Apa itu Self Care?

Self care adalah praktik kamu yang merawat kesehatan mereka sendiri dengan menggunakan pengetahuan dan informasi yang tersedia bagi mereka. Menurut World Health Organization (WHO), self care adalah proses pengambilan keputusan yang memberdayakan kamu untuk merawat kesehatan mereka sendiri.

Everyday Health mendefinisikan self care sebagai tindakan untuk merawat kebutuhan kesehatan fisik dan emosional, termasuk kebersihan, gizi, dan mencari perawatan medis ketika diperlukan.

Self care juga dapat meliputi aktivitas seperti kesadaran, teknik relaksasi, dan manajemen stres. Intoxicating Beauty mengidentifikasi 5  pilar self care, fisik, mental, emosional, spiritual, dan sosial.

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai self care, kamu dapat menonton video “Bagaimana Seharusnya Kita Memperlakukan Diri Sendiri” dari Satu Persen.

Satu Persen – Bagaimana Seharusnya Kita Memperlakukan Diri Sendiri

Self Care dan Kesehatan Mental

Merawat diri sendiri tidak egois – itu penting untuk kesehatan mental. Melakukan rutinitas self-care telah terbukti secara klinis untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan dan depresi, mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan, dan lainnya. Self-care juga dapat membantu kamu beradaptasi dengan perubahan, membangun hubungan yang kuat, dan pulih dari kegagalan.

Prinsip self-care melibatkan peningkatan kesadaran diri yang dapat membantu kamu mengenali pola emosi kamu, termasuk situasi yang mungkin memicu masalah mental. self care membantu kita terhubung kembali dengan diri kita sendiri, mengidentifikasi kebutuhan kita dan mengelola kesejahteraan emosional kita.

Baik itu beristirahat dari pekerjaan untuk berjalan-jalan, atau hanya memanjakan diri kamu dengan sesuatu yang baik – meluangkan waktu untuk diri sendiri dapat membantu kamu memulihkan keseimbangan dan perspektif.Jangan lupa untuk menambahkan momen-momen kecil self care ke dalam hari kamu – dengan begitu, kamu akan mulai merasa lebih mengendalikan hidup kamu sendiri dan mampu melewati masa-masa sulit.

Peran Konseling dalam Kesehatan Mental

Konseling kesehatan mental merupakan bagian penting dari rencana kesehatan mental karena dapat membantu kamu untuk memahami akar masalah kesehatan mental dan mulai bekerja pada pola pikir yang lebih sehat yang mendukung kehidupan sehari-hari dan mengurangi risiko isolasi dan kerusakan diri.

Konseling juga dapat menyediakan tempat yang aman bagi kamu  untuk berbicara tentang masalahmu, mengajarkan strategi coping atau teknik self-help yang sehat, dan membantu  untuk menemukan solusi untuk masalah kamu sendiri. Konseling juga dapat memiliki banyak manfaat lain. Ini dapat membantu meningkatkan mood, mengobati penyakit mental, mengurangi biaya medis, meningkatkan komunikasi dan hubungan, dan mempromosikan harga diri dan daya tahan.

Ini juga dapat membantu klien untuk membangun kembali harga diri mereka, menyatukan kembali hubungan pribadi, dan membuka diri pada kemungkinan untuk merasakan manfaat dari konseling kesehatan mental. Selain itu, konseling seperti pengalaman edukatif di mana kamu dapat belajar lebih banyak tentang diri mereka sambil memperoleh keterampilan baru.

Bagi kamu yang masih mempelajari seputar konseling, kamu dapat mencari tahu dari layanan Konseling Satu Persen. Kamu dapat melihat pilihan psikolog, fitur, maupun testimoni dari layanan kami.

Blog--10

Mengidentifikasi Kebutuhan Kesehatan Mental

Dalam hal kesehatan mental, meluangkan waktu untuk mengidentifikasi kebutuhan kamu dan membuat rencana tindakan sangat penting. Bagaimanapun, kesejahteraan mental kita dapat berdampak besar pada banyak aspek kehidupan kita. Mulai dari hubungan kita dengan teman dan keluarga, hingga kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Jadi bagaimana kamu membuat rencana yang efektif? Pertama-tama, penting untuk berbicara dengan psikolog yang dapat membantu kamu mengidentifikasi dan memprioritaskan kebutuhan kamu. Mereka juga akan dapat menjelaskan berbagai jenis konseling yang tersedia untuk kamu seperti terapi perilaku kognitif, terapi interpersonal, dan lainnya. Dan bagaimana masing-masing dapat membantu mengatasi masalah tertentu dalam kehidupan sehari-hari kamu.

Memiliki sistem pendukung semacam ini dapat membuat perbedaan besar dalam mengelola stres, kecemasan, depresi, atau apa pun yang mungkin menghalangi perasaan diri kamu yang terbaik. Ini juga dapat membuatnya lebih mudah untuk menavigasi pasang surut kehidupan dan tetap di jalurnya.

Jadi pastikan untuk memberi diri kamu perhatian dan perhatian yang layak kamu dapatkan. Itu bisa menjadi keputusan terbaik yang pernah kamu buat!

Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Peran Konseling dalam Self Care

Memasukkan konseling ke dalam rutinitas self care kamu dapat menjadi cara yang bagus untuk mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan yang kamu butuhkan.

Pertama, kamu ingin menemukan psikolog yang tepat untuk kamu. Itu berarti mencari seseorang yang kamu percayai dan merasa nyaman. Mintalah referensi dari teman atau keluarga jika kamu tidak yakin harus mulai dari mana. Penting juga untuk memastikan bahwa psikolog menggunakan metode berbasis bukti yang didasarkan pada penelitian ilmiah.

Setelah kamu menemukan psikolog yang tepat, penting untuk menetapkan tujuan dan melacak kemajuan kamu dari waktu ke waktu. Ini akan membantu kamu tetap termotivasi dan fokus untuk menjadi lebih baik. Melacak gejala, pola tidur, perubahan suasana hati, dan lainnya dapat membantu kamu melihat seberapa jauh kamu telah datang dan apa yang masih perlu ditingkatkan.

Kesimpulan

Meluangkan waktu untuk memelihara kesehatan mental kamu sama pentingnya dengan merawat kesehatan fisik kamu. Menetapkan tujuan yang jelas dan melakukan check-in rutin dengan diri sendiri akan memastikan bahwa kamu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mental yang positif. Ingat, bahkan tindakan kecil pun dapat berdampak besar dalam hal menjaga diri sendiri!

Tidak apa-apa untuk meminta bantuan. Menjadikan konseling sebagai bagian dari self care kamu akan membantu meningkatkan kesejahteraan, kesehatan mental, dan hubungan kamu dalam jangka panjang. Jadi mengapa tidak mencobanya sekarang?

Ayok bergabung bersama 10.000 orang lainnya dalam menggunakan layanan Konseling bersama Psikolog Satu Persen! Dengan pilihan psikolog yang beragam kamu dapat memilih mana yang paling cocok dengan masalah dan kebutuhanmu.

cta-konseling-7

COE College. Potential Benefits of Counseling. https://www.coe.edu/student-life/student-life-resources/health-wellness/mental-health-counseling/potential-benefits-counseling

Global Self-Care Federation. What is Self-Care?. https://www.selfcarefederation.org/what-is-self-care

Lawler, M. 2021. What Is Self-Care and Why Is It So Important for Your Health?. Everyday Health. https://www.everydayhealth.com/self-care/

Leonard, J. 2020. How can Mental Health Counselors Help?. Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/mental-health-counselor#:~:text=Psychotherapy%2C%20or%20talking%20therapies&text=It%20can%20help%20people%20understand,of%20isolation%20and%20self%2Dharm

Mental Health First Aid USA. 2022. How and Why to Practice Self-Care. https://www.mentalhealthfirstaid.org/2022/03/how-and-why-to-practice-self-care/#:~:text=Engaging%20in%20a%20self%2Dcare,relationships%2C%20and%20recover%20from%20setbacks

Montaro Behavioral Health. 8 Benefits of Mental Health Counseling. https://montarebehavioralhealth.com/8-benefits-of-mental-health-counseling/

NHI. Caring for Your Mental Health. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/caring-for-your-mental-health

Rahmayanty, D. 2021. Mengenal pentingnya perawatan diri (Self care) bagi konselor dalam menghadapi stres. Jurnal Bimbingan dan Konseling UNINDRA. https://journal.unindra.ac.id/index.php/teraputik/article/view/669

Wake Forest University. What is Clinical Mental Health Counseling and Why Is It Important?. https://counseling.online.wfu.edu/blog/what-is-clinical-mental-health-counseling

West Tennessee Healthcare. 2021. Why Self-Care is Essential for Your Mental Health. https://www.wth.org/blog/why-self-care-is-an-essential-for-your-mental-health/

Read More