putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Merasa

judi

Seberapa Berpengaruh sih Ucapan Semangat Buat Kamu Yang Lagi Merasa Rendah Diri

“Hai cantik, gila, kamu cantik banget hari ini!”

Bentar, kok jadi seperti gombal gini ya. Oke, ganti deh. Pernah gak kamu push rank tapi kalah terus? Lalu kamu merasa kesal, merasa bahwa kamu cupu mainnya. Akhirnya kamu berhenti nge-rank lalu bermain casual untuk menang. Lalu setelah kamu menang, kamu merasa lebih baik dari sebelumnya.

Atau mungkin, kamu baru saja dibantai oleh guru/dosen saat presentasi. Kamu merasa bete dan malas melakukan apa-apa. Kamu merasa bodoh. Tiba-tiba temanmu datang kepadamu, menanyakan tentang mata pelajaran yang kamu kuasai, karena dia kebingungan. Kamu lantas mengajarinya beberapa hal. Dia lalu berterima kasih padamu, dan kamu merasa lebih baik.

Pernah mengalami hal-hal seperti itu? Kurasa pasti pernah, at some point in your life. Tindakan-tindakan yang mungkin  saja kecil itu merupakan sebuah bentuk dari ‘ucapan semangat’ dari dirimu, untuk dirimu. Sebenarnya seberapa efektif, sih, ucapan semangat ini? Bentuknya bisa apa saja?

Kalau kamu sering merasa rendah diri, tulisanku berikut ini bakal bisa membantumu menjadi lebih baik. Yuk kita mulai!

Rendah Diri? Mulai dari Diri Sendiri!

Beberapa dari kita terkadang merasa rendah diri, entah itu karena rencana yang tidak berjalan lancar maupun kegagalan yang berulang-ulang. Hal-hal buruk seperti itu seringnya membuat kita merasa harga diri kita jatuh sedalam-dalamnya. Self-esteem atau harga diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Sedikit berbeda dengan self-worth yang adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri (Shukla, 2020). Sederhananya, self-worth berada dalam posisi yang lebih fundamental daripada self-esteem.

Ketika harga diri kita terluka, kita kehilangan pegangan kita akan nilai-nilai diri kita. Kita merasa gagal, merasa rendah. Kita diselimuti oleh perasaan-perasaan negatif yang membuat pendirian dan value kita akan diri sendiri goyah. Di sinilah ‘ucapan semangat’ berperan. Ucapan semangat, atau bisa kita sebut dengan self-affirmation adalah hal yang dapat kamu lakukan untuk meyakinkan dirimu akan sesuatu (yang tentu saja, adalah kualitas dirimu) (Shukla, 2020). Bentuk sederhananya dapat berupa kalimat seperti, “Aku cantik/tampan” atau “Apa yang aku lakukan itu sudah cukup, aku tidak perlu memuaskan hati semua orang”.

Self-affirmation ini berperan sebagai mekanisme pertahanan kita ketika kita merasa rendah diri. Ketika kita melakukan self-affirmation, diri kita merasa lebih baik, terlepas dari apakah self-affirmation itu berhubungan langsung dengan kejadian yang membuat kita merasa rendah diri.

Apa yang Membuat Kita Merasa Rendah Diri?

Banyak, jujur saja. Apa saja bisa menjadi alasannya, entah itu sebuah kegagalan, putus cinta, penolakan, dan lain-lain. Ketika kita dihadapkan dengan hal seperti ini, diri kita akan menjadi sangat mudah untuk jatuh ke dalam “penilaian umum” terhadap diri sendiri. Ketika kita mulai menilai diri kita secara umum, situasi akan menjadi sedikit lebih sulit karena ini bukan soal hal yang spesifik (seperti kegagalan dalam presentasi), namun lebih mengarah ke konsep diri secara utuh. Penilaian diri yang umum ini bisa berbentuk seperti “Aku tidak berguna sama sekali” atau “Aku tidak pantas dicintai”, sebuah penilaian yang negatif secara konsep diri.

Apakah Self-affirmation Efektif dalam Mengatasi Perasaan Rendah Diri?

Untuk melawan hal penilaian diri yang umum, kita membutuhkan self-affirmation yang juga umum. Self-affirmation dapat membantu kita untuk pelan-pelan melawan pikiran rendah diri yang kita miliki. Semakin kuat perasaan rendah diri yang kita miliki, semakin kuat pula self-affirmation yang harus kita lakukan (tentu saja dengan self-affirmation yang tepat, umum untuk umum, spesifik untuk spesifik.

Self-affirmation sudah terbukti dapat mempertahankan kemampuan kita untuk merespon dengan baik ketika dihadapkan dengan hal-hal yang mengancam harga diri kita (Moore, 2020), berdasarkan pada Self-affirmation Theory oleh Steele.

Untuk memahami efektivitas self-affirmation ini, kamu harus tahu komponen penting dalam konsep harga diri yang menjelaskan bagaimana self-affirmation ini dapat membantu kamu yang merasa rendah diri. Ketika kamu melakukan self-affirmation, kamu mempertahankan value dirimu. Value di sini sangat fleksibel, bisa mencakup banyak hal, bukan hanya bahwa kamu adalah “Murid yang Teladan” atau “Anak yang Baik”, value diri yang dipertahankan melalui self-affirmation ini beragam.

Dalam mempertahankan value ini, kita tidak berbicara soal cara yang sempurna, outstanding, atau hal yang wah banget. Kita hanya butuh melakukannya dengan cukup baik pada hal-hal yang kita nilai penting bagi diri kita. Contohnya kamu tidak perlu memakai baju jutaan rupiah ketika kumpul bareng teman, cukup dengan baju yang decent dan menghabiskan waktu bersama teman, kamu sudah merasa lebih baik, merasa dihargai oleh temanmu. Lalu kita melakukan self-affirmation bukan semata-mata untuk mendengar pujian, namun kita ingin menjiwai self-affirmation tersebut.

Terdengar asik, bukan? Dengan mengucapkan kalimat-kalimat self-affirmation atau melakukan hal-hal yang meyakinkan dirimu atas harga dirimu, kamu bisa pelan-pelan membangun kembali harga dirimu.

Namun, tentu saja, self-affirmation bisa menjadi senjata makan tuan.

Kapan Self-affirmation Malah Memperburuk Keadaan?

Ketika seseorang memiliki perasaan rendah diri yang begitu kuat, ucapan-ucapan semangat justru akan memperburuk keadaan. Manusia memiliki batas penerimaan akan sebuah keputusan atau penilaian, yang dalam hal ini adalah penilaian akan diri sendiri. Ketika penilaian diri melewati batas seseorang, hal tersebut akan ditolak.

Seseorang  akan cenderung untuk mempertahankan konsep dirinya, dan jika seseorang sudah terlalu dalam jatuh dalam perasaan rendah diri, dia akan merasa bahwa itulah kebenarannya, bahwa dia “Tidak pantas dicintai” atau “Adalah orang paling gagal sedunia”. Orang yang sudah menganggap ini sebagai kebenaran akan menolak bentuk self-affirmation yang kecil dan malah membuat mereka semakin melindungi ‘kebenaran’ yang mereka tahu (Shukla, 2020). Jika terjadi terus menerus, hal ini bisa menjadi toxic positivity.

Siapa, sih, yang suka dengan toxic positivity? Agar kamu tidak menjadi orang yang aktif menjadi a toxic positive person, mari kita cari tahu bagaimana caranya.

Bisa jadi juga self-affirmation ini tidak mencapai alam bawah sadar, di mana pikiran negatif ini bersarang. Jadinya, self-affirmation ini menjadi hal yang dianggap bohongan, karena dia tidak masuk ke dalam alam bawah sadar, membuat seseorang terus menganggap bahwa self-affirmation ini hanya “omong kosong” (Henshaw, 2018), dan membuat mereka semakin memeluk erat ‘kebenaran’ mereka.

Lalu Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Membuat Self-affirmation Bekerja?

Ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan dalam melakukan self-affirmation.

Pertama, catatlah hal-hal yang kamu rasa adalah aspek negatif dirimu, hal yang membuatmu merasa rendah diri. Catat semuanya, lalu buatlah daftar “ucapan semangat” berdasarkan dari hal-hal negatif tersebut. Mulailah dari hal-hal yang kecil jika kamu merasa overwhelmed. Ulangi self-affirmation itu secara rutin, dan kalau kamu merasa perlu, ajaklah teman atau orang yang kamu percayai untuk melakukannya bersamamu. Mintalah mereka untuk mengatakan ucapan-ucapan semangat yang sudah kamu buat sebelumnya.

Jika kamu merasa self-affirmation tidak bekerja karena kamu merasa sangat rendah diri, kamu bisa mencoba untuk melakukan Interrogative Self-Talk. Cara ini ditempuh dengan cara mengganti ucapan semangat tadi dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Contohnya, alih-alih mengatakan bahwa “Hari ini aku akan menjalani hari dengan baik”, kamu bisa mencoba bertanya pada dirimu sendiri, “Apakah hari ini aku akan menjalani hari dengan baik?”

Pertanyaan ini akan membuatmu berpikir kemungkinan yang akan terjadi. Apakah kamu akan menjalani hari dengan baik? Bagaimana dengan kemarin? Apakah berjalan dengan baik? Jika tidak, apa yang membuatnya demikian? Kamu akan mencari jawaban atas rentetan pertanyaan yang muncul dan membantu dirimu untuk menghadapi perasaan rendah diri yang kamu rasakan.

Selain self-affirmation, aku juga punya tips lain untuk mengatasi rasa rendah diri yang bisa kamu tonton di sini! Selain itu, kamu bisa mencoba Tes Self-love supaya kamu semakin paham cara terbaik menyayangi diri sendiri.

Namun, semisal rasa rendah diri kamu mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kamu merasa terganggu, kamu bisa mencoba konsultasi dengan psikolog melalui layanan konseling online di Satu Persen. Kamu bisa konsultasi secara one-on-one dengan psikolog tanpa harus malu menceritakan apa yang kamu rasakan.

AKhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

References

Alexander, R. (2011, August 15). 5 Steps to Make Affirmations Work for You. Retrieved from Psychilogy Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-wise-open-mind/201108/5-steps-make-affirmations-work-you

Henshaw, S. (2018, July 8). Why Positive Affirmations Don’t Work. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/why-positive-affirmations-dont-work/

Moore, C. (2020, September 1). Positive Daily Affirmations: Is There Science Behind It? Retrieved from PositivePsychology: https://positivepsychology.com/daily-affirmations/

Shukla, A. (2020, April 11). Do Self-affirmations Work? Coping With Low Self-esteem & Self-worth. Retrieved from Cognition Today: https://cognitiontoday.com/2020/01/do-self-affirmations-work-coping-with-low-self-esteem-self-worth/

Read More
judi

Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes (Cara Mengatasi Impostor Syndrome)

impostor syndrome - merasa gak pantes
Satu Persen – Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

“Kenapa gue ada di sini ya?”

“Gue nggak pantas dapet semua ini”

“Kok gue merasa yang gue kerjain nggak pernah maksimal ya?”

Pasti lo semua pernah kan ngomong kayak hal di atas sometimes ketika melakukan sesuatu. Lo merasa semua hal yang lo lakuin itu nggak maksimal. Dan ketika usaha atau kerja keras lo diapresiasi oleh seseorang, lo merasa bahwa lo nggak pantes dapet semua hal itu. Lo merasa merasa semua pencapaian diri dan kepercayaan diri lo adalah sebuah kebohongan dan kepalsuan.

Tapi, lo tau nggak sih, apa yang lo lakuin ke diri lo itu termasuk ke dalam masalah psikologis? Kondisi psikologis ini biasa disebut sebagai impostor syndrome alias sindrom penipu atau sindrom penyemu, Perseners.  

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari wonder.ph

Karena lagi ngomongin tentang masalah kurangnya percaya diri nih, di artikel kali ini gue akan mencoba membahas masalah psikologis, yaitu impostor syndrome. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Kamu Sering Ragu sama Diri Sendiri? (Tips Mengatasi Impostor Syndrome)

Apa itu Impostor Syndrome?

impostor syndrome
Sumber dari pixabay.com

Impostor syndrome adalah gagasan bahwa lo hanya berhasil karena keberuntungan, dan bukan karena bakat atau kualifikasi lo. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1978 oleh psikolog Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes. Dalam makalahnya, mereka berteori bahwa wanita secara unik dipengaruhi oleh impostor syndrome.

Sejak itu, penelitian telah menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita mengalami perasaan penipu. Clance juga menerbitkan makalah selanjutnya yang mengakui bahwa Impostor Syndrome memang nggak terbatas pada wanita saja. Saat ini, sindrom penipu dapat diterapkan pada siapa saja yang nggak mampu menginternalisasi dan memiliki kesuksesan mereka.

Orang-orang yang berjuang dengan impostor syndrome percaya bahwa mereka nggak layak mendapatkan prestasi dan penghargaan tinggi yang udah mereka dapatkan. Mereka merasa bahwa mereka nggak kompeten atau secerdas yang orang lain pikirkan—dan dalam waktu dekat, orang akan menemukan kebenaran tentang mereka. Mereka yang mengidap impostor syndrome sering kali berprestasi, mereka mungkin memegang jabatan tinggi atau memiliki banyak gelar akademis.

Untuk mengatasi perasaan ini, lo mungkin akan bekerja lebih keras dan mempertahankan standar yang lebih tinggi. Tekanan ini pada akhirnya dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan kinerja lo.

Cobain, Yuk Tes Faktor Kepercayaan Diri: Kenali Kelebihanmu!

Bagaimana Rasanya Mengidap Impostor Syndrome?

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari pixabay.com

Perasaan palsu mewakili konflik antara persepsi diri lo sendiri dan bagaimana cara orang lain memandang lo.

Bahkan ketika orang lain memuji bakat atau kemampuan lo, lo merasa nggak percaya bahwa lo mendapatkannya atas keras keras diri lo sendiri. Bahkan, lo malah takut orang lain pada akhirnya akan menyadari hal yang sama, yaitu bahwa lo penipu.

Akibatnya, lo menekan diri sendiri untuk bekerja lebih keras demi:

  • Mencegah orang lain mengenali kekurangan atau kegagalan lo
  • Menjadi layak untuk peran yang lo yakini sebelumnya nggak pantas lo dapatkan
  • Menebus apa yang lo anggap kurang dari kecerdasan diri lo
  • Meredakan perasaan bersalah karena “menipu” orang

Pekerjaan yang lo lakukan dapat membuat siklus terus berjalan. Pencapaian lo selanjutnya nggak meyakinkan lo—lo menganggapnya nggak lebih dari produk dari upaya lo untuk mempertahankan “ilusi” kesuksesan lo.

Setiap pengakuan yang lo peroleh, lo menyebutnya simpati atau belas kasihan. Dan meskipun mengaitkan pencapaian lo dengan kebetulan, lo menanggung semua kesalahan atas kesalahan yang lo buat. Bahkan, kesalahan kecil pun memperkuat keyakinan lo kurangnya kecerdasan dan kemampuan lo.

Seiring waktu, ini dapat memicu siklus kecemasan, depresi, dan rasa bersalah.

Hidup dalam ketakutan akan penemuan, lo berjuang untuk kesempurnaan dalam segala hal yang lo lakukan. Lo mungkin merasa bersalah atau nggak berharga ketika lo nggak dapat mencapainya, belum lagi kelelahan dan kewalahan dengan upaya lo yang terus-menerus.

Baca juga: Social Anxiety Disorder: Gangguan Cemas, Gejala, dan Penangannya

Dari Mana Impostor Syndrome ini Datang?

Nggak ada satupun penyebab yang jelas dari impostor syndrome ini. Sebaliknya, sejumlah faktor kemungkinan bergabung untuk memicunya.

Penyebab potensial yang mendasari adalah:

  • Orang tua dan lingkungan saat masih anak-anak.
  • Kepribadian.
  • Gejala kesehatan mental yang ada.
  • Tanggung jawab baru.

Bagaimana Kamu Tahu Kalau ini Benar Impostor Syndrome?

Perasaan penipu sejati melibatkan keraguan diri, ketidakpastian tentang bakat dan kemampuan lo, dan perasaan nggak berharga yang nggak sejalan dengan apa yang orang lain pikirkan tentang lo.

Singkatnya, lo pikir lo telah membodohi orang lain untuk percaya bahwa  lo adalah seseorang yang sempurna. Sangat dapat dimengerti bahwa lo mungkin mulai merasa nggak pada tempatnya dan nggak layak.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari pixabay.com

Jika lo merasa seperti penipu, bekerja lebih keras untuk melakukan yang lebih baik mungkin nggak banyak mengubah citra diri lo.

Mungkin, strategi ini dapat membantu lo mengatasi perasaan impostor syndrome secara produktif:

1. Validasi perasaanmu

Mengidentifikasi perasaan palsu tersebut dan membawanya ke arah yang lebih baik demi mencapai tujuanmu.

2. Membangun koneksi

Hindari menyerah pada dorongan untuk melakukan semuanya sendiri. Alih-alih, beralihlah ke teman sekelas, rekan akademis, dan rekan kerja untuk menciptakan jaringan yang saling mendukung.

3. Tantang keraguan lo

Ketika perasaan palsu muncul, tanyakan pada diri lo apakah ada fakta aktual yang mendukung keyakinan ini. Kemudian, cari bukti untuk melawannya.

4. Berhenti membandingkan diri lo dengan orang lain

Setiap orang memiliki kemampuan yang unik. Lo berada di tempat lo berada sekarang karena seseorang mengenali bakat dan potensi lo.

Selain cara di atas, lo bisa juga coba cek video tentang impostor syndrome dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

YouTube Satu Persen – Stop Ragu sama Kemampuanmu!

Kesimpulan

Sukses nggak membutuhkan kesempurnaan. Kesempurnaan sejati secara praktis nggak mungkin terjadi, jadi gagal mencapainya nggak membuat lo menjadi penipu.

Menawarkan kebaikan dan kasih sayang pada diri sendiri alih-alih penilaian dan keraguan diri dapat membantu lo mempertahankan perspektif yang realistis dan memotivasi lo untuk mengejar pertumbuhan diri yang sehat.

Jika lo terus berjuang melawan perasaan palsu, lo bisa coba mencari bantuan ke ahlinya dan mendapatkan dukungan berupa:

  • Mengatasi perasaan nggak layak atau penipuan yang dirasakan.
  • Mengatasi kecemasan, depresi, atau tekanan emosional lainnya.
  • Menantang dan membingkai ulang keyakinan yang nggak diinginkan.

Selain itu, dengan mencari bantuan dari profesional, hal ini dapat menghindarkan diri lo dari yang namanya self-diagnosis. Nah, jika lo bingung mau cari bantuan dari profesional lewat cara apa, lo bisa coba  layanan Konseling dengan Psikolog dari Satu Persen.

Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-19

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

How to Overcome Impostor Syndrome – Guides – The New York Times. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.nytimes.com/guides/working-womans-handbook/overcome-impostor-syndrome

Imposter Syndrome: What It Is & How to Overcome It. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#takeaway

Imposter Syndrome | Psychology Today. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/imposter-syndrome

Yes, Impostor Syndrome is Real: Here’s How to Deal With It | Time. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://time.com/5312483/how-to-deal-with-impostor-syndrome/

Read More
judi

Emotional Numbness, Saat Seseorang Merasa Hampa dan Mati Rasa

apa itu emotional numbness
Satu Persen – Emotional Numbness

Setiap orang pasti pernah melalui masa-masa stres dalam hidupnya. Ada yang bisa melalui stres dengan baik, namun ada juga yang sulit mengatasinya. Stres yang terus menumpuk tanpa solusi bisa mengarah pada kecemasan berlebih, bahkan berujung depresi. Terlebih, tumpukan stres yang berlarut-larut berpotensi menyebabkan kondisi emotional numbness.

Perseners, ada yang tau apa itu emotional numbness? Singkatnya, kondisi ini menggambarkan seseorang yang mati rasa secara emosional. Nah, kalau kalian mau tau lebih detail mengenai kondisi ini, baca artikel ini sampai habis, ya.

Oh iya, sebelumnya kita kenalan dulu, ya. Aku Fifi, part-time Blog Writer di Satu Persen. Oke, kita lanjut ke pembahasan ini.

emotional numbness
Cr: Freepik

Apa Itu Emotional Numbness?

Menurut psikolog Mayra Mendez, emotional numbness adalah kondisi di mana seseorang merasa hampa dan kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang dirasakannya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh stres berat atau kecemasan berlebihan. Dalam kondisi ini, penderita bisa kehilangan minat pada hal-hal yang disukainya.

Kondisi ini juga sering dikaitkan dengan mekanisme pertahanan diri (coping mechanism). Ketika mengalami emotional numbness ini, seseorang bisa meminimalisir perasaan sakit dan kecewa yang cukup parah. Fenomena ini banyak ditemukan pada orang-orang yang berada di lingkungan  bertingkat stres tinggi atau pernah mengalami pengalaman traumatis.

Dengan menerapkan coping mechanism tersebut, ini memungkinkan mereka untuk merasa lebih lega dan aman. Tapi apabila dilakukan dalam jangka waktu tertentu, kebiasaan coping ini bisa menghalangi diri sendiri untuk mengenali emosi positif maupun negatif. Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa menjadi faktor penyebab emotional numbness.

Penyebab Emotional Numbness

penyebab emotional numbness
Cr: Freepik

1.Gangguan kecemasan

Ada kemungkinan besar seseorang yang memiliki diagnosa gangguan kecemasan dapat mengalami mati rasa secara emosional. Bisa jadi ini merupakan respon terhadap tingkat stres yang tinggi, perasaan takut, dan kekhawatiran yang berlebihan. Alhasil, tingkat kecemasan yang tinggi bisa mendorong seseorang untuk menghindari emosi-emosi positif maupun negatif.

Baca Juga: Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan (Mungkin Kamu Mengalami Gejalanya)

2. Obat-obatan

Dalam sebuah penelitian tahun 2017, antidepresan terbukti dapat menyebabkan mati rasa secara emosional. 46% peserta paling sering mengalami efek samping berupa emotional numbness akibat pengobatan yang menggunakan antidepresan atau yang disebut selective norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs).

3. Depresi

Menurut Mendez, ketika mengalami episode depresi, penderita kemungkinan kurang mampu menyesuaikan diri dengan perasaan mereka (disregulasi emosi). Keadaan ini membuat penderita kesulitan untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan. Akibatnya, penderita juga akan mengalami mati rasa secara emosional.

4. Stres berat

Tingkat stres yang tinggi bisa menjadi penyebab emotional numbness selanjutnya. Pasalnya, stres berlebih dapat memicu munculnya hormon stres yang tak terkendalikan di otak. Hormon stres bisa membanjiri sistem limbik, di mana sistem tubuh ini mengatur emosi seseorang. Ditambah sistem limbik yang dipenuhi oleh hormon stres dapat memengaruhi suasana hati.

Secara fisik, seseorang yang mengalami stres berat akan merasa sangat kelelahan, baik secara fisik maupun emosional. Dengan begitu, seseorang dapat mengalami mati rasa secara emosional.

5. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Emotional numbness berpotensi dialami oleh penderita PTSD. Mati rasa secara emosional ini seolah menjadi cara untuk melupakan trauma sekaligus menghindari pikiran atau perasaan yang berhubungan dengan peristiwa traumatis.

Selain mengurangi kemampuan mengenali emosi, emotional numbness juga membuat penderitanya sulit tertarik pada aktivitas fisik atau sosial seperti sebelumnya.

Gejala Dari Emotional Numbness

gejala emotional numbness
Cr: Freepik

Mati rasa secara emosional tentu saja ditandai dengan kesulitan mengenali emosi yang dirasakan. Bahkan, untuk perasaan bahagia pun, penderita sulit merasakannya. Akibatnya, mereka tidak merasa bahagia ketika melakukan aktivitas-aktivitas yang sebelumnya mereka sukai.

Mereka jadi lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama orang lain. Dilansir dari Healthline, pengalaman emotional numbness ini dapat membuat mereka merasa terisolasi dari orang lain. Perasaan terisolasi ini menimbulkan perasaan hampa, putus asa, dan seakan tidak punya masa depan.

Menurut Amy H, penyintas emotional numbness, ia seolah terputus dari lingkungannya. Ia merasa tidak bisa terhubung dengan keluarganya, meski berada dalam ruang yang sama. Menyadari hal itu, ia pun tidak bisa menjelaskan apa yang dirasakan saat itu.

Terlepas dari itu semua, emotional numbness adalah kondisi yang bisa diatasi jika segera melakukan perawatan. Emotional numbness bukan sebuah gangguan psikologis yang menetap atau permanen. Jadi,penderita dapat sembuh seperti semula dengan perawatan yang tepat.

Cara Merawat Emotional Numbness

cara merawat emotional numbness
Cr: Freepik

1.Support System

Berbagi perasaan dengan orang-orang terdekat bisa sedikit mengurangi beban. Meski akan sulit untuk membuka perasaan pribadi, tapi adanya dukungan dari keluarga atau teman bisa sangat bermanfaat. Kehadiran orang-orang terdekat juga bisa membuat penderita merasa lebih aman. Sedikit demi sedikit, coba belajar untuk mengekspresikan emosi dalam mengatasi masalah ini.

2. Melakukan aktivitas fisik

melakukan aktivitas fisik
Cr: Freepik

Mungkin sudah umum diketahui bahwa olahraga atau aktivitas fisik bisa mengurangi stres dan kecemasan. Karena salah satu faktor penyebab emotional numbness adalah stres, maka menjalani olahraga bisa menjadi solusi lainnya.

Olahraga yang tepat bisa membuat tubuh memproduksi hormon endorfin (hormon yang memicu perasaan positif). Khususnya, olahraga lari, berenang, yoga, atau kickboxing dikenal ampuh untuk menghilangkan stres. Tapi, sekadar jalan-jalan ringan di pagi hari juga bisa menghilangkan stres.

3. Istirahat cukup

Istirahat cukup yang berkualitas juga nggak kalah penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Meski sering sibuk, usahakan untuk menyisihkan waktu istirahat yang berkualitas, ya. Menurut penelitian, 7 jam adalah jangka waktu tidur yang disarankan untuk orang dewasa.

4. Hindari stres berlebihan

Perlu diingat, bahwa stres adalah salah satu faktor yang memungkinkn seseorang mengalami emotional numbness. Untuk itu, penting untuk belajar pengelolaan stres yang baik dan benar. Meski tidak mungkin menghindari stres setiap harinya, dengan pengelolaan yang baik stres yang dirasakan tidak sampai mengganggu kesehatan mental.

Baca Juga: Belajar Mengelola Stres Untuk Hidup Lebih Bahagia

5. Melakukan terapi bersama psikolog

Psikolog bisa membantu mengatasi trauma atau gangguan mental lain yang menyebabkan emotional numbness. Ditambah seorang psikolog profesional bakal melakukan konseling untuk mengetahui akar masalah dan melakukan terapi demi menemukan solusi masalah yang terbaik. Salah satu terapi yang banyak dilakukan salah satunya adalah CBT (Cognitive Behavior Therapy).

Terapi CBT mendorong penderita untuk mengekspresikan, belajar memahami emosi, serta mencari sumber dari respon emosional tersebut. Psikolog akan membantu membahas bagaimana pikiran tertentu berkontribusi dalam munculnya emosi. CBT membantu mengelola perasaan lemah, tidak berdaya, dan perasaan negatif lainnya dengan pengelolaan pikiran dan emosi yang positif.

Buat yang sedang berjuang dengan berbagai masalah kesehatan mental, Satu Persen menyediakan layanan konseling yang bisa bermanfaat buat kalian, nih.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Kalian juga bisa belajar dari video  Youtube Satu Persen ini tentang cara terbaik mengatasi kesepain.

Satu Persen juga menyediakan tes online untuk mengetahui tingkat stres. Kalian bisa coba tes ini secara gratis untuk tahu diri kalian lebih dalam lagi.

Oke, terima kasih banyak, Perseners. Sampai ketemu di artikel-artikel berikutnya, ya.

Referensi:

Gotter, A. 2018. Understanding Emotional Numbness. Healthline. https://www.healthline.com/health/feeling-numb

Lebow, H. 2021. I Feel Nothing: How To Cope With Emotional Numbness. PsychCentral. https://psychcentral.com/depression/i-feel-nothing-emotional-numbness#_noHeaderPrefixedContent

Morin, A. 2021. What Is Emotional Numbness? Verywell mind. https://www.verywellmind.com/emotional-numbing-symptoms-2797372

Read More
judi

Merasa Bahagia Walau ‘Ketinggalan Zaman’

mengenali JOMO
Satu Persen – Mengenali JOMO

Kehidupan berjalan terus-menerus tiap detik tanpa kita sadari. Bahkan di tiap detik itu bisa terjadi banyak hal di dunia ini. Mulai dari hal-hal yang kecil sampai yang besar.

Dunia juga semakin berkembang, baik dari segi keilmuan, sosial bahkan teknologi. Dan semua itu berjalan dengan sangat cepat.

Sehingga hal ini buat kita jadi merasa ‘tertinggal’, karena gak bisa mengikuti segala hal yang sedang terjadi saat ini.

Terutama di era yang serba digital ini, semua informasi bisa dengan mudah dikirim dan didapatkan melalui internet. Baik itu lewat website berita online, maupun dari sosial media.

Gak heran, mulai timbul suatu istilah yang cukup populer akhir-akhir ini yaitu FOMO (Fear of Missing Out). Perseners pasti pada familiar dengan istilah ini, kan?

Istilah FOMO sendiri dicetuskan oleh Dr. Dan Herman pada tahun 1996, namun baru mulai populer karena penggunaan sosial media yang meningkat pada masa sekarang ini.

FOMO artinya kondisi di mana seseorang merasa takut tertinggal segala informasi dan hal-hal penting, sehingga mereka selalu ingin up-to-date dengan informasi terbaru.

Kalau kamu dikit-dikit ingin cek sosial media karena takut ketinggalan informasi tentang teman, artis favorit ataupun berita terkini, bisa jadi kamu sedang dalam fase FOMO.

jomo
Cr. memegenerator

Tapi FOMO yang berlebihan akan sangat berbahaya, loh. Hal ini karena FOMO dapat meningkatkan stres dan mempengaruhi kualitas kehidupan kamu.

Agar kamu gak mengalami FOMO yang berlebihan, kamu harus kenalan dengan JOMO (Joy of Missing Out) yang merupakan kebalikan dari arti FOMO. Orang dengan kondisi ini malah lebih senang kalau misalnya mereka ‘ketinggalan zaman’.

Kamu mungkin bertanya-tanya, kok bisa ya ketinggalan zaman malah bikin lebih bahagia? Dan gimana cara menerapkannya?

Nah di sini, aku, Audra, Part-time Blog Writer Satu Persen bakal menjelaskan kepada kamu tentang apa itu sebenarnya Joy of Missing Out (JOMO) untuk kasih tau kalau ‘tertinggal’ ternyata gak selalu buruk yang dipikirkan loh.

Let’s check it out!

Apa itu JOMO (Joy of Missing Out)?

apa itu jomo
Cr: vecteezy

Joy of Missing Out atau JOMO adalah kondisi di mana seseorang merasakan kesenangan yang diperoleh dari hidup dengan tenang tanpa merasa cemas akan melewatkan informasi penting atau kejadian menarik yang mungkin terjadi di tempat lain.

Secara singkat, JOMO adalah saat dimana kamu merasa bahagia tanpa takut ketinggalan segala sesuatu yang terjadi.

Kalau FOMO buat kamu jadi gampang cemas dan takut kehilangan momen penting, JOMO mengajak kamu untuk melupakan semua itu.

Memikirkan sesuatu yang terjadi di luar sana bukanlah sesuatu yang harus kamu cemaskan sampai berlarut-larut dan gak wajib kamu pikirkan terus-menerus.

Bagi JOMO, overthinking tentang hal-hal yang di luar kendali kita itu gak berguna dan cuman bikin kamu jadi makin stres dan gak bahagia.

Baca juga: Apa Itu Overthinking? Kenali Sebab dan Akibatnya!

Orang-orang yang menerapkan JOMO bukan berarti mereka benar-benar menghilang dan gak peduli dengan lingkungan sekitarnya, apalagi sampai gak bersosialisasi.

Namun, mereka memiliki batasan-batasan tertentu agar mereka bisa tetap enjoy the life sesuai dengan keinginan mereka.

Tips Mengubah FOMO Menjadi JOMO

1.Nikmati hidup kamu saat ini

Daripada kamu menghabiskan waktu untuk mencemaskan hal-hal lain yang mungkin gak terlalu penting dalam kehidupan kamu, lebih baik enjoy setiap detik dari kehidupan yang kamu jalani sekarang.

Dengan menikmati setiap momen dan pengalaman dalam hidup, kamu akan menyadari bahwa sebenarnya FOMO hanya membuang-buang waktu kamu aja.

Selain itu, kamu akan jauh lebih bahagia karena bisa menemukan kebermaknaan tiap-tiap hal yang terjadi dalam diri dan hidup kamu.

2. Social media detox

Secara umum, social media detox atau detoksifikasi media sosial adalah kegiatan untuk melakukan pengurangan penggunaan sosial media dalam jangka waktu tertentu.

Mengurangi penggunaan media sosial akan sangat membantu kamu dalam menerapkan JOMO dalam kehidupan. Biasanya dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan atau bisa disesuaikan dengan kebutuhan kamu.

Namun, hal ini pasti gak akan mudah dilakukan untuk kamu yang setiap hari selalu membuka media sosial.

social media detox
Cr: AhSeeIt

Kamu bisa mulai dengan mencoba mematikan notifikasi handphone dan memberikan batasan waktu penggunaan media sosial setiap harinya. Misalnya, hanya 1 sampai 2 jam per hari.

Baca juga: Buat Kamu yang Kecanduan Media Sosial (Tips Lakukan Detoks Sosmed)

3. Mencoba hal-hal baru

Rasa takut akibat FOMO dapat terjadi karena pikiran dan perhatian kita yang terlalu fokus pada hal-hal yang sebenarnya gak perlu dicemaskan.

Maka dari itu, sebaiknya mulai mengalihkan pikiran dan perhatian kita pada hal-hal lainnya. Sebagai langkah pertama, kamu bisa mulai mencari dan mencoba kegiatan baru yang menarik perhatianmu. Bisa jadi kegiatan baru itu cocok dan berujung menjadi hobi baru kamu.

Dengan pikiran dan perhatian yang teralihkan dari FOMO, kamu jadi gak punya waktu untuk takut terhadap hal-hal yang gak penting. Dan kamu gak akan takut lagi karena ‘ketinggalan zaman’.

Nah itu dia 3 tips yang bisa kamu terapkan untuk mengatasi rasa FOMO kamu, nih!

Ubah Kebiasaan FOMO dengan Mentor Satu Persen, Yuk!

Walaupun ketiga tips di atas terlihat gampang, kenyataan untuk mengubah FOMO jadi JOMO itu gak gampang loh. Kamu mungkin bisa mengkomunikasi masalah ini dengan mentor melalui layanan Mentoring dari Satu Persen.

Pastinya, kamu akan dibantu dan dibimbing secara langsung oleh mentor yang udah berpengalaman nih. Langsung aja klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Buat referensi tambahan dalam mengatasi rasa insecure berlebihan gara-gara quarter life crisis, kamu bisa banget nonton video YouTube Satu Persen di bawah ini:

Akhir kata, sekian dari aku. Semoga artikel tentang JOMO ini bisa bermanfaat dan bisa membantu kamu agar bisa menjalani #HidupSeutuhnya.

Sampai jumpa di tulisanku selanjutnya!

Referensi:

Dodgson, L. (2018). ‘JOMO’ is the joy of missing out — here are 3 ways people find happiness in not being involved. Retrieved on January 19, 2022 from What Is JOMO? (insider.com)

Fuller, K. (2018). JOMO: The Joy of Missing Out. Retrieved on January 18, 2022 from JOMO: The Joy of Missing Out | Psychology Today

Ignite Teen Treatment. THE IMPORTANCE OF SOCIAL MEDIA DETOX. Retrieved on January 19, 2022 from THE IMPORTANCE OF SOCIAL MEDIA DETOX | Ignite Teen Treatment

Reed, P. (2019). The Joy of Missing Out. Retrieved on January 18, 2022 from The Joy of Missing Out | Psychology Today

Read More
judi

Cara Menghadapi Teman yang Depresi Agar Merasa Lebih Tenang

cara menghadapi teman yang depresi
Satu Persen – Menghadapi Teman Depresi

Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum di dunia. Begitu pula di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, lebih dari 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa orang terdekat kita pun bisa mengalaminya.

Saat mengetahui teman atau orang terdekat mengalami depresi, kita bisa memberikan dukungan sosial untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit. Namun, kita cenderung kebingungan bagaimana cara merespon dengan tepat.

Apa yang harus dilakukan ketika menghadapi teman yang depresi? Kali ini, aku, Sista, Blog Writer Satu Persen, akan memberikan tipsnya. Yuk, simak sampai akhir~

5 Hal yang Tak Boleh Diucapkan Kepada Teman yang Depresi

hal yang tak boleh diucapkan pada teman yang depresi
Cr: 9gag

Buat kamu yang belum pernah mengalami depresi sebelumnya, mungkin akan terasa sulit untuk memahami apa yang dirasakan oleh penderita. Berikut adalah beberapa frasa atau kalimat yang sebaiknya dihindari:

1. “Berbahagialah!”

Mengalami depresi itu berbeda dengan mengalami hari yang buruk. Kita mungkin bisa bangkit dari hari yang buruk dengan mudah. Sebaliknya, seseorang yang mengalami depresi memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bahkan, hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk benar-benar pulih.

Jika kamu meminta teman yang depresi untuk berbahagia, hal ini mungkin akan membuatnya semakin menderita. Sebaiknya berikan validasi atas perasaan mereka dengan kata-kata seperti, “Aku tahu mungkin perlu waktu untuk merasa lebih baik, masih ada harapan”.

2. “Kok bisa depresi?”

Temanmu mungkin terlihat baik-baik saja dalam hidupnya seperti memiliki pekerjaan yang hebat, rumah yang bagus, atau keluarga yang hangat. Namun, ketahuilah bahwa depresi tidak membeda-bedakan orang, tetapi semua bisa rentan terhadap depresi klinis. Orang yang terlihat hebat di permukaan kehidupan bukan berarti tidak terluka.

3. “Kamu tidak terlihat tertekan.”

tidak terlihat tertekan
Cr: knowyourmeme.com

Depresi dapat memengaruhi orang secara berbeda-beda. Sebagian besar mungkin akan merasakan perubahan pada kondisi kesehatan fisik akibat mereka terlalu lelah. Sebagian juga ada yang mungkin tampak benar-benar sehat seperti biasanya.

Mereka mungkin masih bisa pergi bekerja, bahkan tersenyum dan tertawa. Tidak ada yang tahu apa yang mereka rasakan di dalam pikirannya. Di sisi lain, mereka mungkin mengalami penderitaan internal namun tidak sanggup untuk menunjukkannya di depan umum.

Baca juga: Kenali 7 Macam Gangguan Depresi (Gejala, dan Cara Mengatasinya)

4. “Nanti ini juga akan berlalu.”

Benar jika hal ini akan berlalu, namun orang yang mengalami depresi merasa sulit untuk menerima kalimat tersebut. Ketika seseorang berada dalam kondisi depresi, ibaratnya mereka tidak dapat melihat cahaya di ujung terowongan. Depresi terasa tanpa henti dan rasanya tidak pernah berakhir. Daripada mengatakan kalimat tersebut, mungkin kamu bisa mengatakan, “Saat ini mungkin hari-harimu terasa sulit, yang pasti aku akan ada di sisimu untuk membantu”.

5. “Berhentilah merasa depresi.”

Kalimat ini dapat menyakiti hati seseorang yang sedang mengalami depresi. Jika bisa segera keluar dari fase ini, tentu mereka akan melakukannya. Namun, penyembuhan depresi memerlukan konseling, pengobatan, dan terapi yang tepat agar merasa lebih lega.

Itulah beberapa frasa atau kalimat yang sebaiknya dihindari untuk merespon temanmu yang mengalami depresi. Terkadang tanpa kita sadari kata-kata yang kita ucapkan akan berpengaruh terhadap kondisi mental seseorang. Maka dari itu, penting untuk kita pelajari bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Kamu bisa tonton satu video berikut ini untuk mendapatkan tipsnya:

Cara Membantu Teman yang Depresi

Lakukan hal-hal berikut jika temanmu mengalami depresi:

1. Tunjukkan kepedulian

tunjukkan kepedulian
Cr: memegenerator

Di tengah masa-masa sulit seperti ini, temanmu membutuhkan seseorang yang bakal peduli terhadap kondisinya. Misalnya, kamu bisa memberikan pelukan atau sentuhan tangan lembut untuk menunjukan bahwa kamu benar-benar peduli. Kalau merasa canggung dengan situasi ini, kamu juga bisa cukup mengatakan “Aku peduli sama kamu” atau kalimat lain sejenisnya.

Kata-kata puitis mungkin tidak begitu dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. Pada intinya,  kamu perlu menunjukkan sikap kepedulian. Ini juga sekaligus memberi tahu orang tersebut bahwa ia penting bagimu.

2. Ingatkan bahwa kamu selalu ada untuknya

ingatkan kamu selalu ada untuknya
Cr: quickmeme.com

Menurut penelitian, orang yang mengalami depresi akan cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar. Ini terjadi karena orang tersebut merasa tidak ada yang mengerti apa yang ia rasakan. Langkah penting yang bisa kamu lakukan adalah meluangkan waktu untuk mereka. Kamu bisa menghabiskan waktu bersama dan jangan lupa untuk menawarkan bantuan.

Jika ia belum siap untuk bercerita, tidak apa-apa. Cobalah untuk sering berinteraksi seperti menanyakan kabar, bagaimana kondisinya, dan hal lainnya tanpa terlalu memaksanya untuk bercerita. Kamu bisa temui secara langsung atau melalui telepon.  

Coba tes online berikut: Tes Sehat Mental

3. Tanyakan apa yang bisa dibantu

Depresi akan memberikan beban yang cukup berat bagi orang yang mengalaminya. Selain berpengaruh terhadap mental, depresi juga memengaruhi kondisi fisik seseorang. Jadi, mungkin ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuknya.

Ketika menawarkan bantuan, temanmu mungkin awalnya akan menolak tawaran tersebut karena takut membebani. Jelaskan padanya bahwa kamu tidak keberatan dan ingin membantu meringankan pekerjaannya.

Misalnya, daripada menanyakan “Apa yang bisa aku lakukan untukmu?”, lebih baik menawarkan bantuan secara spesifik seperti, “Boleh nggak aku datang ke rumahmu hari ini untuk bantu menyiapkan makan malam nanti?”.

4. Menjadi pendengar yang baik

menjadi pendengar yang baik
Cr: viralviralvideos.com

Saat temanmu sudah siap untuk bercerita, coba dengarkan dengan simpatik. Pastikan bahwa kamu mendengarkan tanpa memotong pembicaraan. Dengan memberikan keleluasaan untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi, kamu dapat membantunya untuk mengurangi perasaan tertekan.

Baca juga: Cara Menjadi Pendengar yang Baik (Kemampuan Mendengarkan Aktif)

5. Yakinkan bahwa ia bukan orang yang lemah

Orang yang mengalami depresi cenderung merasa lemah karena seolah ada  suatu hal yang salah dengan dirinya. Faktanya, depresi merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik, hormon, dan dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak. Hal ini bukan berarti mereka lemah, justru mereka membutuhkan banyak kekuatan tenaga untuk melawan.

Jadi, sebenarnya mungkin mereka jauh lebih kuat daripada yang dikira selama ini. Yakinkan bahwa ia kuat, tangguh, dan mampu melewati masa-masa ini.

6. Tekankan bahwa masih ada harapan

tekankan masih ada harapan
Cr: me.me

Seperti penyakit medis lainnya, depresi masih dapat diobati hingga pulih. Yakinkan temanmu bahwa masih ada harapan untuk bangkit dengan melakukan perawatan serta penanganan yang tepat.

Mungkin kamu bisa ajak temanmu untuk mulai mengikuti konseling dengan tenaga profesional di bidangnya. Misalnya, mengikuti program konseling dari Satu Persen. Selain diberikan asesmen mendalam dan terapi (jika diperlukan), sesi konseling ini juga dilakukan one-on-one dengan psikolog lulusan S2 profesi psikolog klinis dewasa. Klik banner berikut untuk informasi selengkapnya.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Itulah beberapa hal yang perlu dihindari dan apa yang bisa dilakukan ketika temanmu mengalami depresi. Pastikan bahwa kamu membantunya sebisa mungkin hingga ia benar-benar pulih dari kondisi saat ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat, Perseners. Sampai jumpa!

Referensi:
Intrepid Mental Wellness. 10 Things You Should Never Say to a Depressed Person. Retrieved on February 23, 2022 from 10 Things You Should Never Say to a Depressed Person: Intrepid Mental Wellness, PLLC: Psychiatric Nurse Practitioners (intrepidmentalhealth.com)

Jamie Elmer (2019). 7 Tips to Help You Know What to Say to Someone with Depression. Retrieved on February 23, 2022 from 7 Tips to Help You Know What to Say to Someone with Depression (healthline.com)

Nancy Schimelpfening (2021). What to Say to Someone Who Is Depressed. Retrieved on February 23, 2022 from What to Say to Someone Who Is Depressed (verywellmind.com)

Rokom (2021). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Retrieved on February 28, 2022 from Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia – Sehat Negeriku (kemkes.go.id)

Read More
judi

Kenapa Kita Merasa Kesepian?

Selama menjalani kehidupan, siapa di sini yang pernah ngerasain kesepian? Atau jangan-jangan lo malah sering ngerasa kesepian selama hidup lo?

Tiap malam ngerasa sepi, sunyi, gak nyaman, hampa aja gitu rasanya bahkan buat menganggap kehadiran orang di sekeliling lo aja susah. Kayak sekarang gitu ya ketika lo udah masuk kamar, lo mau tidur, rasanya tuh ko sepi ya? Padahal tadi sore baru aja ketemu sama banyak orang.

Kesepian emang bisa dirasakan siapa aja, mau lo punya banyak temen gak punya banyak teman, semua bisa ngerasain kesepian. Mungkin kita bisa aja ngerasa kesepian saat kita dikelilingi banyak teman dan keluarga. Atau justru kita ngerasa kesepian saat kita ada di keramaian.

Kadang, kesepian ini hadir saat lo gak sendirian. Tapi kenapa orang bisa ngerasain kesepian padahal dia gak sendiri?

Well, di artikel kali ini gue akan kasih tahu lo apa penyebab kita merasa kesepian, dan gimana cara mengatasinya.

So baca artikel ini sampai habis biar lo dapat keseluruhan insightnya.

Lost Connection dari Johann Hari

Artikel ini ngebahas buku yang berjudul Lost Connection dari Johann Hari. Seperti yang udah pernah gue jelasin sebelumnya kalau buku ini ngebahas tentang 9 hal yang bisa bikin kita depresi. Beberapa diantaranya juga udah pernah gue bahas.

Dan kali ini gue akan bahas satu aspek penyebab depresi, yaitu “disconnection from others”. Maksudnya gimana? Aspek ini ngejelasin dimana seseorang ngerasa gak ‘termasuk’ ke dalam bagian suatu kelompok tertentu.

Misalnya ketika lo lagi ada di pesta temen lo yang rame dan meriah, lo malah ngerasa kayak “gue kok gak nyaman ya di sini, gue kok gak bisa nyatu ya sama orang-orang di sini, ngapain ya gue di sini”. Sampai akhirnya lo milih untuk menyendiri aja di pojokan.

Nah, ini yang bisa disebut loneliness atau kesepian. Ketika lo ngerasa sendiri dan ngerasa ke disconnect sama orang lain.

Loneliness atau kesepian ini juga bisa bikin lo ngerasa hampa, sendiri, bahkan sampai bikin lo ngerasa gak dinginkan. Sebenernya orang yang merasa kesepian ini cenderung menginginkan kontak dengan orang lain, tapi dia membentuk pikirannya kalau membangun hubungan dengan orang lain itu susah. Jadi bisa dibilang mereka punya mindset yang keliru.

Kayak yang udah gue di awal, ngerasa kesepian bisa terjadi kapan aja bahkan saat kita lagi ada di dekat banyak orang. Sesuai dengan pernyataan banyak ahli, ngerasa kesepian itu belum tentu karena orang ditinggal sendirian.

Justru kalau lo merasa sendirian padahal lo lagi gak sendiri, disitulah cara kesepian berperan dalam pikiran lo. Misalnya, lo anak baru di kantor mungkin lo akan merasa kesepian meskipun dikelilingi oleh teman sekantor lainnya.

Nah, dari contoh tadi perlu lo garis bawahi kalau kesepian itu beda dengan sendirian. Mungkin ada dari lo yang nyaman dengan kesendirian. Lo lebih suka kerja sendiri, jalan ke mall sendiri, makan di luar sendiri gitu misalnya.

Menurut Johann Hari, kesepian juga ada karena masalah mindset. Pikiran lo yang buat lo ngerasa sendirian, ngga ada yang nemenin atau yang ngebuat lo susah connect sama orang lain. Oleh sebab itu perasaan kesepian ini sifatnya juga personal, sehingga pengalaman kesepian setiap orang akan berbeda.

Mungkin kalau bisa gue gambarin secara umum kesepian adalah perasaan yang kita dapatkan ketika kebutuhan kita untuk penghargaan dari hubungan dan kontak sosial gak terpenuhi.

Contoh, ketika lo ada di suatu kelompok tertentu, mungkin lo sering ngerasa pendapat lo gak pernah didengerin. Atau ide lo gak pernah di apresiasi. Sampai akhirnya lo ngerasa kalau orang-orang itu gak menganggap lo ada.

So, kesimpulannya kalau lo ngerasa kesepian tapi lo gak sendirian, itu artinya lo lagi ke-disconnect sama orang disekitar lo. Dan kondisi ini mungkin bisa berdampak buruk buat diri lo.

Kesepian jadi masalah yang umum

Faktanya loneliness atau kesepian ini sudah menjadi masalah untuk beberapa negara. Seorang Neuroscientist, John Cacioppo kesepian juga bisa jadi penyebab stress dan depresi. Dia melakukan penelitian ini dengan mempelajari efek kesepian akut dalam penelitiannya pada tahun 1990-an.

Penelitian di Amerika sendiri, bilang kalau saat ini banyak orang yang gak punya teman dekat dan membuat mereka merasa kesepian. Bahkan di negara Inggris dan Jepang sampai menunjuk Menteri Kesepian buat menangani masalah ini.

Kesepian ini juga dapat memperparah situasi yang buruk karena membuat kita menarik diri dari orang lain, yang selanjutnya membuat kesepian itu menjadi semakin parah. Jadi kayak lingkaran setan aja gitu ya, lo kesepian bikin lo menarik diri dari lingkungan lo, abis itu makin bikin lo ngerasa kesepian. Muter aja disitu-situ terus.

Bahkan mereka dengan tingkat kesepian yang tinggi itu juga kemungkinan punya self-esteem yang rendah juga. Jadi makin banyak gitu masalahnya, belum lagi kalau lo punya self-esteem rendah nanti muncul lagi masalah baru. Wah pokoknya jadi banyak masalah gitu ya.

Nah biar hal buruk itu gak terjadi, kita butuh tau gimana cara mengatasi kesepian. Dan sekarang gue mau kasih tahu lo gimana caranya.

Dari wawancaranya Johann Hari menceritakan kisah seseorang yang punya gangguan kecemasan namanya Lisa. Untuk mengatasi gangguannya ini, Lisa disuruh gabung ke komunitas buat belajar berkebun.

Komunitasnya ini memang ngumpulin orang yang mau mulai dari 0 dan belajar untuk berkembang bersama. Dari komunitas berkebun ini mereka termasuk Lisa, mulai bisa membantu menyelesaikan masalahnya satu sama lain. Mereka jadi dekat juga satu sama lain, jadi punya koneksi dan akhirnya mereka gak merasakan kesepian lagi.

Nah cara yang sama juga bisa kita pakai untuk mengatasi kesepian. Misalnya kita bisa cari hobi baru, dari hobi lo itu bisa bangun komunitas bareng-bareng mungkin.

Kalau lo suka menanam lo bisa ikut komunitas menanam. Kalau lo suka melukis lo bisa ikut kelas melukis biar ketemu sama orang-orang yang suka melukis juga.

Karena kalau lo bangun komunitas atas dasar kesukaan yang sama biasanya punya kesempatan untuk buat bounding yang kuat juga. Lo jadi ngerasa lebih diterima. Lo juga bisa saling berbagi informasi terkait hobi lo.

Dan yang pasti dengan cara ini lo bisa mengurangi rasa kesepian lo dan membuat hidup lo lebih positif pastinya.

Mungkin hal-hal kayak gini jarang bahkan gak pernah di bahas di sekolah gitu ya. Waktu sekolah mungkin kita cuma disuruh buat gabung sama temen-temen. Tanpa dikasih tahu gimana caranya biar bisa terkoneksi sama orang lain. Apalagi kita juga belum tentu nyaman sama mereka.

Nah, jadi wajar aja kalau lo susah atau belum bisa mengatasi kesepian pakai cara tadi. Dan mungkin juga kesepian lo ini disebabkan sama masalah lain yang gak lo sadari.

Tapi tenang aja, di sini Satu Persen Hadir buat lo untuk membantu. Kalau dirasa lo udah ngelakuin berbagai cara tapi lo belum bisa mengatasi kesepian yang lo rasain. Lo coba daftar ke layanan konsultasi bersama mentor Satu Persen.

Di layanan ini lo bisa ngobrol langsung sama mentor terbaiknya Satu Persen yang udah profesional mengatasi berbagai masalah, salah satunya masalah kesepian.

Lo juga bisa tahu penyebab dari masalah lo itu apa, karena lo akan dikasih psikotes juga biar lo tahu kondisi mental lo saat ini lagi gimana. Selain penyebab, lo juga dapat solusi dari masalah lo pun bisa lo dapat dari layanan ini. Karena di layanan ini lo akan dapat worksheet yang bisa lo aplikasikan langsung ke kehidupan lo.

Yang paling penting, lo jadi bisa mengatasi masalah yang lagi lo alami dan pastinya lo akan ngerasa lebih baik paling gak 1% setiap harinya.

Kalau lo mau lihat testi dari yang lain lo bisa kunjungi websitenya satu persen di satupersen.net

Akhir kata gue undur diri. Gue Jhon. Thanks

Read More