putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Mentalmu

judi

Ketahui Kondisi Mentalmu dengan General Health Questionnaire

Gambar oleh Satu Persen - Cek Kondisi Mental dengan GHQ
Satu Persen – Cek Kondisi Mental dengan GHQ

Halo, Perseners! Kembali lagi sama aku, Keysha!

Setelah sekian lama aku nggak muncul di Blog, akhirnya hari ini aku bisa sharing lagi, nih sama teman-teman semua! Nah, sebelumnya aku mau tanya, kalau kamu lihat judul artikel ini, apa yang ada di pikiran kamu?

Mungkin, pas lihat ada di antara kamu yang mikir “hmm, iya juga ya, sebenarnya kondisi mental aku saat ini lagi sehat nggak, sih?”

Atau mungkin malah ada juga yang kebingungan dan mikir “wah, General Health Questionnaire tuh apa, sih, sebenarnya?”

Nah, kalau di kepala kamu ada yang mikir kayak gitu, pas banget, nih. Jadi, di artikel kali ini aku akan bahas mengenai General Health Questionnaire (GHQ) beserta fungsinya. Jadi, yuk, simak penjelasan di bawah ini, ya!

Bagaimana Kondisi Mental Kamu Saat Ini?

Nah, Perseners, ada nggak, sih, di antara kamu yang merasa semenjak PSBB, penggunaan sosial media tuh makin meningkat? Hal ini seringkali bikin kita itu merasa FOMO–Fear of Missing Out.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Misal nih kamu buka Instagram dan lihat teman kamu lagi liburan, kayaknya fun banget gitu hidupnya. Sementara, kamu harus tetap kerja 9 to 5, bahkan meluangkan waktu buat kumpul bareng keluarga aja tuh kadang susah.

Banyak konsultan kesehatan mental yang berpendapat bahwa penggunaan sosial media sebagian besar memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan mental. Seringkali, yang kita lakukan ketika menggunakan sosial media adalah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.

Hal ini mengakibatkan kita merasa dikejar-kejar untuk selalu meraih suatu pencapaian tertentu. Padahal, yaa, sebenarnya “rasa dikejar” itu cuma ada di kepala kita. Tapi, karena kita nggak mau terlihat FOMO makanya kita merasa seperti itu.

Nah, kalau di dalam penelitian yang dilakukan oleh Satya Doyle Byock, fenomena ini dinamakan The Myth of Vertical Growth. Istilah apa, sih, itu kok kedengarannya asing?

Singkatnya, The Myth of Vertical Growth itu merupakan situasi ketika seseorang akan dianggap “tumbuh dan berkembang” apabila mereka berhasil mencapai tingkatan yang lebih tinggi.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Nah, pemikiran ini kalau dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan kamu mengalami rasa cemas yang berlebihan yang pada akhirnya bikin kondisi mental kamu terganggu.

Sebenarnya, Satu Persen sendiri udah pernah membahas soal ini, jadi, kalau kamu mau tahu penjelasan yang lebih detail soal The Myth of Vertical Growth, kamu bisa cek video yang satu ini atau mampir ke channel Youtube Satu Persen, ya!

YouTube Satu Persen – Stres Umumnya Terjadi di Umur 20an

Cemas Sama dengan Kondisi Mental Nggak Sehat, Apakah Iya?

Seperti yang aku jelasin di atas, kalau salah satu penyebab orang merasa cemas berlebihan itu dikarenakan penggunaan sosial media dan ini udah disetujui sama konsultan kesehatan mental.

Nah, sebenarnya, bener nggak, sih, kalau cemas itu berarti kondisi mental kita lagi nggak sehat? Eitss, tunggu dulu, jangan self-diagnosis!

Cemas emang bisa jadi salah satu tanda kalau kondisi mental kamu lagi nggak sehat. Tapi, rasa cemas di sini adalah yang udah berlebihan dan sangat mengganggu buat diri kamu.

Rasa cemas ini yang dinamakan Anxiety Disorder. Bahkan, kalau udah parah banget orang yang mengalami Anxiety Disorder juga akan merasakan tanda-tanda secara fisik.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Maka dari itu, kalau kamu mengalami rasa cemas dan kamu khawatir kalau rasa cemas itu merupakan Anxiety Disorder, ada baiknya untuk mengecek terlebih dulu. Karena, bisa aja ternyata rasa cemas yang kamu alami itu cuma sekedar perasaan takut.

Baca juga: Perbedaan Rasa Cemas (Anxiety) dan Takut Berlebih: Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Mungkin, diantara kamu ada yang bertanya “Terus gimana, dong, cara memastikan apakah aku ini lagi mengalami Anxiety atau cuma sekedar takut?”

Well, yang pasti kalau kamu lagi mengalami tanda-tanda itu, ada baiknya kamu langsung minta bantuan dari tenaga ahli profesional.

Misal, kamu bisa minta bantuan ke mentor Satu Persen. Sebagai Life School terbesar di Indonesia, Satu Persen punya concern yang sangat besar terhadap isu kesehatan mental kerana emang hal ini nggak kamu dapatkan di sekolah konvensional.

Nah, di sini Satu Persen pakai suatu tes yang sangat populer namanya General Health Questionnaire (GHQ). Tes ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap orang-orang yang melakukan online mentoring. Salah satu indikator yang dinilai dalam tes ini adalah tingkat kecemasan kamu.

Selain itu, kamu juga bisa mengunjungi Podcast, Instagram, dan Blog Satu Persen untuk memperoleh informasi lainnya yang kamu butuhkan. Karena, membagikan informasi yang bermanfaat adalah suatu bentuk kepedulian Satu Persen untuk membantu kamu menuju #HidupSeutuhnya.

Mengenal General Health Questionnaire

Oke, sekarang kita kembali lagi ke pertanyaan di atas “GHQ tuh sebenarnya apa, sih?”. Nah, tadi udah sempet aku singgung sedikit, ya, kalau Satu Persen juga pakai kuesioner ini, nih. Kalau di Satu Persen, GHQ ini namanya Kuesioner Kesehatan Umum.

Jadi, awalnya GHQ itu dikembangkan oleh Goldberg, seorang Sarjana dari Inggris, pada tahun 1972. Tujuan si Goldberg bikin GHQ itu untuk mengidentifikasi gangguan psikologis pada masyarakat atau pasien rawat jalan medis.

Sejak dulu, isu terkait kesehatan mental itu kan emang udah jadi topik yang hangat di seluruh dunia dan ini cakupannya luas banget. Bahkan, WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera manusia.

Ketika manusia itu sejahtera, maka mereka akan lebih bisa menyadari potensi diri sendiri, mengatasi stres, bisa bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada lingkungan sekitarnya.

Maka dari itu, banyak tenaga ahli profesional yang berlomba-lomba untuk mengembangkan berbagai macam kuesioner untuk menilai kondisi mental seseorang, atau dalam Psikologi disebut sebagai instrumen skrining. Salah satu instrumen skrining yang sampai sekarang masih populer adalah GHQ itu tadi.

Tapi, perlu diingat bahwa penggunaan GHQ ini cuma untuk mendeteksi kecenderungan awal gangguan kejiwaan seseorang. Jadi, baru kecenderungan aja, ya, belum tentu beneran mentalnya terganggu.

Instrumen ini digunakan untuk ngasih informasi apakah sekiranya kecenderungan tersebut harus dilakukan tindakan lebih lanjut atau nggak.

Penggunaan GHQ cuma boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang emang paham cara penggunaannya dan memiliki izin untuk menggunakan. Seperti peneliti, dokter, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya.

Itulah sebabnya, alat tes psikologi ini emang nggak disebarluaskan secara umum di internet atau media sosial, nggak seperti MBTI, BigFive Personality Test, atau alat tes lainnya.

Karena, akan sangat berbahaya apabila orang-orang yang nggak memiliki pemahaman yang cukup, menggunakan GHQ dan melakukan self-diagnosis.

Nah, yang kerennya GHQ bisa mengukur empat aspek sekaligus, yaitu depresi, kecemasan, gangguan sosial, dan rasa kepercayaan diri. Supaya kamu lebih ngerti, aku jelasin sedikit, ya, perbedaannya.

Baca juga: Test General Health Questionnaire (GHT)

1. Depresi

Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang tertekan secara terus-menerus atau kehilangan minat dalam aktivitas, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau mau pemahaman yang lebih detail tentang depresi, kamu bisa denger podcast yang satu ini, ya!

Podcast Satu Persen – Aku Sedih atau Depresi

2. Kecemasan

Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut secara berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

3. Gangguan Sosial

Merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang kesulitan dan/atau menghindari untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang terjadi secara signifikan, serta mengalami penurunan fungsi sosial dalam jangka panjang.

Dari penjelasan ini, aku harap kamu udah sedikit lebih paham, ya. Kalau kamu sendiri gimana, ada nggak yang pernah mengalami gejala-gejala yang sekiranya menjurus ke empat jenis gangguan mental di atas?

Kalau ada, aku saranin kamu langsung pergi ke tenaga ahli profesional seperti psikolog apabila mengalami gejala-gejala seperti penjelasan di atas. Nah, di Satu Persen ada loh layanan konsultasi dengan psikolog. Info selengkapnya bisa langsung aja klik gambar dibawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Kalau dirasa masih ragu untuk pergi ke psikolog karena takut dikira gila dan sebagainya, meskipun, sebenarnya nggak gitu, ya, pergi ke psikolog itu bukan berarti kita gila.

Kamu bisa, nih, memastikan kondisi tersebut dengan melakukan pencegahan tahap awal, misalnya dengan melakukan konsultasi bersama mentor Satu Persen.

Tenang aja, kamu nggak perlu takut untuk dijudge, kok. Mentor-mentor Satu Persen udah sangat berpengalaman dalam mengatasi lebih dari 10.000 permasalahan seperti ini.

Jadi, kamu bisa dengan bebas menceritakan permasalahan yang sedang kamu alami secara detail, ya.

Nah, selain itu, di layanan mentoring ini kamu juga akan mendapatkan banyak banget manfaat seperti worksheet, catatan konsultasi, lembar hasil psikotes, tes kepribadian, dan termasuk juga GHQ.

Baca juga: Jenis-jenis Tenaga Kesehatan Mental: Bukan cuma Psikolog dan Psikiater doang

Tapi…kalau kamu masih bingung sebaiknya ikut konseling atau mentoring, coba ikut tes konsultasi dulu ya.

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat, ya.

Kalau kamu punya pengalaman yang ingin dibagikan seputar kesehatan mental, kamu boleh banget membagikan ceritamu dengan teman-teman di Satu Persen. Siapa tau, pengalaman kamu itu bisa bermanfaat buat orang lain yang saat ini lagi mengalami hal serupa.

See you in my next article Stay healthy, stay safe & stay sane!

Referensi:

El-Metwally, Ashraf et al. 2018. “The factor structure of the general health questionnaire (GHQ12) in Saudi Arabia”. BMC Health Services Research 18 (1). Springer Science and Business Media LLC. doi:10.1186/s12913-018-3381-6.

Sarkova, Maria et al. 2010. “Psychometric evaluation of the General Health Questionnaire-12 and Rosenberg Self-esteem Scale in Hungarian and Slovak early adolescents”. University Medical Center Groningen. https://www.rug.nl/research/portal/files/14662468/03c3.pdf.

GL Assessment. n.d. “General Health Questionnaire (GHQ): Identify minor psychiatric disorders”. Accessed January 18, 2021. https://www.gl-assessment.co.uk/products/general-health-questionnaire-ghq/.

Read More
judi

Kenali Lingkungan Kerja Toxic yang Dapat Mengganggu Kesehatan Mentalmu

lingkungan kerja toxic
Satu Persen – Lingkunan Kerja Toxic

Stres di tempat kerja sebenarnya wajar-wajar aja, kok. Saat kamu merasa lelah dan butuh istirahat, ternyata target belum tercapai, dikejar deadline, harus kerja ekstra, client yang agak ‘rewel’, dan hal-hal lainnya yang terasa sedikit menjengkelkan bisa aja justru terjadi. Well, kalau nggak stres mungkin keberadaan kamu sebagai manusia harus dipertanyakan.

Kalau situasinya lebih buruk daripada itu, misalnya kamu sering diberikan kerjaan yang berlebih (yang tidak masuk akal), kurangnya tunjangan dan kompensasi, rekan kerja yang suka bergosip, kamu merasa tertekan, bahkan kamu sering menangis di tempat kerja, hal ini bukan stres biasa. Bisa jadi lingkungan kerjamu termasuk ke dalam lingkungan kerja yang tidak sehat atau sering dikenal sebagai toxic work environment atau lingkungan kerja toxic.

Toxic work environment adalah suatu kondisi lingkungan kerja di mana budaya perusahaan, rekan kerja, situasi kerja, dan kombinasi dari itu semua membuat seseorang merasa terganggu sehingga berpengaruh kepada kondisi kesehatan mental.

Gimana ciri-ciri lingkungan kerja toxic? Gimana caranya menyelamatkan diri dari lingkungan kerja yang tidak sehat? Kali ini, aku, Sista, Blog Writer dari Satu Persen akan berbagi informasi seputar lingkungan kerja yang toxic. Baca sampai habis untuk dapat keseluruhan insight-nya, ya~

Ciri- ciri Lingkungan Kerja Toxic

Setelah memahami sekilas bagaimana gambaran dari Toxic Work Environment, berikut adalah beberapa ciri-cirinya:

1. Lebih banyak kehidupan kerja daripada kehidupan pribadi

overworked meme - meme capek kerja
Source: Pinterest

Perseners, kamu sering membawa pekerjaan ke rumah? Atau kamu terbiasa membuka email di tengah malam? Lalu, mulai bekerja lagi keesokan paginya hingga larut malam. Begitu seterusnya.

Kalau kamu merasakan hal ini, bahkan di hari libur masih mengurusi pekerjaan, mungkin perusahaan kamu memiliki budaya perusahaan yang tidak sehat untuk para karyawan. Meskipun kamu termasuk orang yang senang bekerja keras, ketika pekerjaan sudah memotong waktu pribadi dan merusak kebahagiaanmu, mungkin ada suatu kesalahan di dalamnya, Perseners.

Baca juga: Waktu Habis buat Kerja? 5 Cara Menjaga Work-Life Balance

2. Kamu merasa tidak berkembang

Kalau kamu masih berada di posisi yang sama sejak lama, tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi, tidak adanya peningkatan skill, merasa tidak bersemangat, sepertinya kamu harus bergerak dari perusahaan itu, Perseners. Coba perhatikan rekan kerjamu, apakah tidak ada antusiasme dari mereka? Jika iya, mungkin saat ini kamu sedang berada di kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat.

3. Rekan kerja tidak profesional

Coba perhatikan kembali lingkungan di sekitarmu. Apakah rekan kerjamu tidak pernah menganggap serius pekerjaannya? Misalnya, selalu datang terlambat ketika rapat, tidak antusias dengan pekerjaannya, senang mengumbar gosip, dan selalu mengeluh. Idealnya, lingkungan kerja yang baik didukung oleh rekan kerja yang supportive, profesional, menyenangkan, dan bahagia untuk membuat hari-hari kerja kamu jauh lebih baik.

4. Bos yang kejam

boss meme - meme toxic boss
Source: boredpanda.com

Seseorang yang memiliki kekuasaan lebih besar, belum tentu memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih baik loh, Perseners. Jika atasan kamu sering menuntut untuk selalu setuju dengannya, sering memberi tahu bahwa ia benar, mengharapkan orang lain untuk menjadi sempurna, lebih parahnya lagi, mungkin atasan kamu pernah berkata, “Kamu seharusnya merasa beruntung dapat pekerjaan ini!”,  it’s a big no no.

Hanya karena atasanmu berada di posisi yang lebih tinggi, bukan berarti ia dapat berlaku seenaknya kepada karyawannya. Mungkin ini saatnya kamu mempertimbangkan kembali pengajuan resign untuk kehidupan kerja yang lebih baik.

Dampak Lingkungan Kerja Toxic pada Kesehatan Mental

work meme - meme kerja
http://me.me

Jika kamu merasakan ciri-ciri yang telah disebutkan tadi, kemungkinan besar kamu sedang berada di lingkungan kerja toxic. Apa sih dampaknya buat kesehatan mental? Nah, ini dia beberapa tanda-tanda yang akan ditimbulkan kalau kamu sedang berada di lingkungan kerja toxic:

1. Ketakutan

Kalau kamu sedang terjebak dalam lingkungan kerja yang toxic, kamu mungkin sering merasa khawatir untuk datang ke kantor. Kamu merasa cemas untuk menghadapi orang-orang di kantor yang mungkin saja memiliki sikap yang buruk terhadapmu.

2. Gelisah

Tanda-tanda lainnya yaitu sering merasa gelisah dan tidak nyaman dengan lingkungan di sekitar. Ibaratnya, mungkin kamu merasa sedang berjalan di atas jarum dan mencoba menghindari rintangan-rintangan berat di tempat kerja.

3. Putus Asa

Ketidaknyamanan terus-menerus dari tempat kerja yang toxic dapat menyebabkan rasa putus asa yang berkepanjangan loh, Perseners. Misalnya dapat dilihat dari kurangnya minat untuk berbagi ide baru, tidak tertarik dengan pekerjaan, atau tujuan departemen kamu.

4. Sakit

Lingkungan kerja toxic bisa menyebabkan karyawan sakit karena stres tingkat tinggi yang kemungkinan mempengaruhi kesehatan fisik. Dalam kasus yang lebih ekstrem, dapat menimbulkan masalah jantung, tekanan darah tinggi, kurang tidur atau kelelahan. Coba ikut tes tingkat stres yuk supaya kamu paham apakah kamu sedang stres atau tidak.

Baca juga: Kesehatan Mental Bisa Memengaruhi Kesehatan Fisik? Benar Gak Sih?

Cara Menyelamatkan Diri dari Lingkungan Kerja Toxic

toxic workplace meme - meme tempat kerja toxic
Source: memegenerator.net

Untuk membuat kehidupan kamu menjadi lebih baik, coba lakukan kiat-kiat berikut ini untuk menyelamatkan diri dari lingkungan kerja toxic!

1. Buat batasan untuk diri sendiri

Batasan yang dimaksud bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, contohnya selalu mengambil waktu istirahat saat makan siang, tidak membawa pekerjaan ke rumah, luangkan waktu untuk menjalin pertemanan di luar pekerjaan, dan jangan membagikan terlalu banyak detail pribadi di tempat kerja.

2. Carilah teman yang merasakan hal yang sama

Cara lainnya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri dari lingkungan kerja yang toxic adalah dengan mencari teman yang merasakan hal yang sama seperti kamu. Temukan satu atau dua orang yang tepat untuk dapat menjadi teman curhat, sehingga kamu dan temanmu bisa saling memberikan dukungan satu sama lain.

3. Buat lingkungan yang positif

Kalau kamu merasa lingkungan kamu memberikan energi yang negatif, kamu bisa mulai untuk membuat lingkungan yang positif dari diri sendiri. Misalnya, menghindari gosip, tetap bersikap ramah pada orang lain, dan hal lainnya yang dapat memberikan energi positif. Kamu juga bisa nonton konten-konten dari Channel YouTube Satu Persen tentang pemahaman diri dan produktivitas. Mungkin beberapa video bisa membantu kamu untuk lebih kuat menghadapi situasi saat ini dan hidup seutuhnya.

4. Lakukan sesuatu yang kamu senangi setelah bekerja

Entah itu olahraga, memasak, menonton film, dan lain sebagainya yang dapat membantu kamu mengalihkan pikiran dari pekerjaan. Intinya adalah lakukan kegiatan yang membuat kamu bahagia, dan pastikan kamu menjalani kehidupan yang menyenangkan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan.

Jadi, itu tadi merupakan cara-cara supaya kamu dapat menyelamatkan diri dari lingkungan kerja toxic. Para peneliti menemukan bahwa tempat kerja toxic berkaitan dengan peningkatan tingkat depresi dan kecemasan loh, Perseners. Kalau kamu sejauh ini masih merasa kesulitan dalam menghadapi lingkungan kerja yang toxic, kamu bisa ikuti program Mentoring dari Satu Persen dengan klik banner di bawah ini!

Mentoring-5

Meskipun tidak mudah mengubah budaya di tempat kerja, kamu bisa melakukan tips-tips yang sudah disebutkan tadi untuk membantumu melawan energi negatif di tempat kerja. Tentu membutuhkan waktu untuk dapat menerapkannya dengan baik, namun hal-hal sederhana tersebut dapat menoleransi kondisi kamu saat ini sampai kamu bisa mengatasinya ataupun keluar dari kondisi tersebut.

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/happiness-is-state-mind/201903/how-recognize-toxic-work-environment-and-get-out-alive

How a Toxic Workplace Can Impact your Mental Health

https://www.topresume.com/career-advice/how-to-handle-toxic-work-environment

Read More
judi

7 Tanda Kesehatan Mentalmu dalam Keadaan Baik

Ilustrasi kesehatan mental baik

There’s no health without mental health.

Mungkin kita semua udah sering mendengar kalimat ini. Tapi, kenapa?

Coba bayangkan kalau kamu sehat secara fisik–nggak punya penyakit fisik, juga bisa bergerak dengan bebas dan aktif. Tapi di sisi lain, kamu nggak bahagia, nggak punya motivasi untuk melakukan apapun, susah berkonsentrasi, atau bahkan punya pikiran kalau hidup itu nggak berguna. Walaupun secara fisik kamu sehat, tapi keadaan mentalmu yang nggak sehat membuatmu nggak bisa produktif dan menikmati hidup dengan seutuhnya.

Meski begitu, stress dan tekanan adalah hal wajar yang pernah dialami oleh semua orang. Sebagai manusia, kita pasti punya ups-and-downs yang beragam. Ada hari-hari yang berjalan dengan baik, ada juga hari-hari yang berjalan dengan buruk. Mereka semua pernah hadir dan pergi dalam hidup kita.

Tanpa disadari, mungkin kita justru mengalami perubahan positif sebagai akibat dari pasang surut kehidupan. Bisa jadi, ternyata selama ini segala usaha yang kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental kita membuahkan hasil yang positif.

Tanda-tanda perubahan positif dan kesehatan mental yang baik

Kesehatan mental dalam kondisi baik itu bukan berarti kita merasakan kebahagiaan setiap saat. Bukan juga berarti kalau kita sama sekali nggak punya masalah.

Lalu, apa saja sih tanda-tanda kesehatan mental kita sudah berada dalam kondisi yang lebih baik?

1. Kamu memahami bahwa fluktuasi dalam kesehatan mental itu natural dan wajar

Seiring berjalannya waktu, kamu mulai memahami kalau sewaktu-waktu mungkin kamu akan merasa sedih dan tertekan. Kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan ketika emosi negatif itu muncul. Kamu menjadi semakin tangguh dan tahu bahwa emosi negatif ini hanyalah gelombang yang akan berlalu.

Kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan ketika emosi negatif itu muncul. Ketika kamu membutuhkan bantuan orang lain, kamu juga tidak akan bersikap defensif dan menolaknya. Good days will come again.

2. You feel good; kamu mampu merasakan emosi-emosi positif

Ketika kondisi kesehatan mentalmu dalam keadaan baik, kamu merasakan kepuasan akan hidupmu. Kamu juga mampu untuk merasakan emosi-emosi positif, seperti perasaan bahagia, perasaan dicintai, atau perasaan syukur.

Selain itu, kamu juga terampil melihat sebuah peristiwa dari perspektif lain dan tidak membiarkan dirimu untuk terperangkap dalam emosi negatif berlarut-larut.

3. Kamu mulai melakukan self-care secara rutin

Selama masa-masa sulit,  junk food mungkin jadi teman dalam hidupmu. Kamu juga mungkin melewatkan olahraga dan lupa melakukan rutinitas perawatan pribadi, seperti mandi atau sikat gigi.

Kalau kamu sudah mulai menunjukkan perubahan positif dalam hal self-care, seperti makan makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik, serta melakukan perawatan pribadi, selamat! Kamu sudah membuat kemajuan dalam hal kesehatan mentalmu.

4. Kamu punya sense of belonging

Ketika kondisi mentalmu buruk, mungkin kamu kehilangan tujuan hidup, atau tidak dapat berfungsi dan berkontribusi untuk lingkunganmu.

Kalau kondisi kesehatan mentalmu sudah membaik, kamu mungkin merasa lebih tenang dan damai, atau bahkan merasa lebih spiritual. Kamu juga merasa bahagia dapat produktif dan berkontribusi, baik itu untuk dirimu sendiri, keluarga, atau bahkan masyarakat.

5. Kamu memiliki hubungan yang sehat

Ketika kamu dalam keadaan terpuruk, mungkin kamu menarik diri dari hubungan. Rasanya seperti tidak ada cukup tenaga untuk menjaga hubungan yang kamu miliki.

Ketika kesehatan mentalmu dalam keadaan baik, kamu merasa berenergi kembali untuk kembali menjalin hubungan dan memberi mereka perhatian yang layak mereka dapatkan. Kamu juga tidak akan membuang waktumu pada orang-orang toxic dan menoleransi perilaku mereka.

6. Kamu memiliki hubungan yang sehat dengan diri sendiri

Sebelumnya, kamu mungkin kerap membenci dan menghukum dirimu ketika kamu gagal mencapai tujuan atau cita-citamu. Kamu mungkin sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan menetapkan standar yang tidak realistis pada dirimu sendiri.

Adalah sebuah kemajuan besar apabila saat ini kamu mengerti kalau kegagalan adalah hal yang wajar. Kemajuan itu juga dapat berbentuk pemahaman terhadap kelebihan dan kekuranganmu. Kamu mencintai dirimu sendiri dan memiliki hubungan yang baik dengan diri sendiri.

7. Kamu lebih percaya diri

Ketika kamu sedang merasa down, kamu mungkin merasa tidak percaya diri dengan penampilan atau kemampuanmu. Setelah kesehatan mentalmu membaik, kamu dapat lebih mengenali dirimu sendiri yang luar biasa dan unik, merasa lebih percaya diri dengan siapa dirimu, dan memperbaiki diri dalam hal-hal yang perlu diperbaiki.

Lantas, apa yang bisa aku lakukan untuk menjaga kesehatan mentalku?

Selain tetap menjalankan rutinitas sehari-harimu, kamu juga dapat melakukan beberapa hal berikut untuk menjaga keadaan mentalmu tetap optimal.

1. Berbicara kepada orang lain tentang perasaanmu

Mengekspresikan perasaanmu dapat membantumu tetap sehat secara mental dan menghadapi masa-masa sulit dengan lebih baik.

Ingat, itu bukan tanda kelemahan, tetapi itu adalah bagian dari caramu menjaga kesehatan mentalmu.

Ini adalah hal yang tidak bisa di-skip kalau kamu mau menjaga kesehatan mentalmu. Makanan sehat bisa menjadi sumber energi, yang juga bisa menimbulkan mood yang bagus dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Tidur yang cukup dapat me-recharge tubuh dan pikiranmu. Kekurangan tidur dapat membuat tubuh dan pikiranmu tidak berfungsi secara optimal. Sesibuk apapun kegiatanmu, jangan lupa luangkan waktu untuk beristirahat, ya!

3. Menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang lain

Sebagai makhluk sosial, kita punya kebutuhan emosional untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Berbagai penelitian mengungkapkan kalau kesepian bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental, bahkan fisik kita.  

Kamu bisa meluangkan waktu untuk menyapa atau berbincang sejenak dengan teman atau keluargamu setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Melakukan aktivitas fisik.

Kesehatan fisik memiliki hubungan dengan kesehatan mental. Ketika kita melakukan aktivitas fisik, otak kita mengeluarkan hormon serotonin dan endorphin, yang bisa meningkatkan suasana hati.

Nggak perlu melakukan aktivitas berat, aktivitas fisik ringan seperti berjalan selama 15 menit, juga sudah dapat membantu meningkatkan kesehatan mentalmu.

5. Melakukan pengembangan diri

Tak cuma menimbulkan kesenangan, terkadang kita membutuhkan aktivitas lebih yang bisa menantang kita dan membuat kita punya perasaan seperti “wah, ternyata aku bisa melakukan itu, ya”.

Sebagai manusia, kita juga perlu meningkat dan berkembang setiap harinya. Peningkatan itu bisa kamu melakukan lewat aktivitas bermakna, seperti mempelajari hal baru.

Jangan lupa untuk tetap aware dengan kesehatan mentalmu, ya!

Seperti yang tadi sudah kita bahas, fluktuasi dalam kondisi kesehatan mental adalah hal yang wajar. Saat ini mungkin kita merasa baik, mengalami hari-hari yang indah, namun bukan tidak mungkin apabila suatu hari kita mengalami penurunan kondisi.

Kalau kamu sudah mengalami tanda-tanda berikut, ada baiknya kamu mulai waspada terhadap penurunan kesehatan mentalmu:

  1. Kesulitan menghadapi tekanan dan masalah sehari-hari
  2. Merasa tidak bahagia dan tertekan
  3. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan
  4. Kesulitan untuk tidur, makan, dan melakukan aktivitas sehari-hari
  5. Merasa hidup tidak berguna dan tidak memiliki arti

Apa yang harus aku lakukan apabila suatu hari aku tidak mampu lagi mengatasi masalahku?

Setiap orang memiliki batas dan kemampuan masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Apabila cara-cara yang biasa kamu lakukan sudah tidak mempan, Mentor Satu Persen siap menjadi teman ceritamu kapanpun kamu mau! Kamu bisa ceritain masalah kamu secara private dan mentor akan membantu untuk temukan solusinya.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Read More