putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Mengatasi

judi

Tips Mengatasi Kelelahan Emosional dan Demotivasi

a business woman who is stressed and frustrated
Photo by Elisa Ventur / Unsplash

Halo, Perseners! Pernah nggak sih lo merasa capek banget, tapi bukan karena fisik, melainkan karena emosi dan pikiran? Itulah yang disebut kelelahan emosional.Gue mau ngajak lo untuk mengulik lebih dalam tentang fenomena ini, yang ternyata cukup sering terjadi di kalangan kita, generasi muda.

kelelahan emosional adalah kondisi di mana seseorang merasa sangat lelah secara emosional dan mental. Ini terjadi karena paparan stres yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari. Gejalanya bisa beragam, mulai dari perubahan mood yang ekstrem, kesulitan berkonsentrasi, hingga gangguan tidur.

Yang menarik, kelelahan emosional ini nggak cuma berdampak pada perasaan kita, tapi juga bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Generasi muda saat ini menghadapi berbagai tantangan yang unik. Tekanan sosial, ekspektasi karir, hingga pergaulan di media sosial, semuanya bisa jadi pemicu stres. Ditambah lagi, kita sering kali merasa harus selalu tampil sempurna di depan orang lain. Semua ini, tanpa kita sadari, bisa menumpuk dan menyebabkan kelelahan emosional.

Kelelahan emosional semakin nyata, dimana itu sering dialami oleh generasi muda. Bukan hanya karena faktor eksternal seperti pekerjaan atau studi, tapi juga karena tekanan internal seperti ekspektasi diri sendiri dan ketidakpuasan terhadap pencapaian. Ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih aware terhadap kesehatan mental kita.

Penting untuk peduli dengan kelelahan emosional karena ini bukan hanya soal perasaan lelah atau malas. Ini adalah masalah kesehatan mental yang serius dan bisa berdampak jangka panjang. Bayangkan, jika terus dibiarkan, kelelahan emosional bisa mengganggu studi, pekerjaan, bahkan hubungan sosial kita.

Apa sih Penyebab Kelelahan Emosional dan Demotivasi?

Ada beberapa faktor yang bisa memicu kelelahan emosional dan demotivasi, terutama di kalangan generasi muda seperti kita.

1. Tekanan Sosial dan Ekspektasi
Salah satu penyebab utama kelelahan emosional adalah tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi. Di era media sosial seperti sekarang, kita sering terjebak dalam perbandingan dengan orang lain. Kita melihat teman-teman kita yang tampak sukses dan bahagia, dan tanpa sadar, kita mulai menuntut diri sendiri untuk mencapai hal yang sama atau bahkan lebih. Tekanan ini bisa datang dari keluarga, teman, bahkan dari diri kita sendiri.

2. Lingkungan Kerja atau Studi yang Menekan
Lingkungan kerja atau studi yang menekan juga bisa menjadi penyebab kelelahan emosional. Beban kerja yang berlebihan, deadline yang ketat, atau suasana kompetitif yang tidak sehat bisa membuat kita merasa terbebani. Bagi mahasiswa, tuntutan akademis dan kegiatan ekstrakurikuler bisa menimbulkan stres yang sama.

3. Kurangnya Waktu Istirahat dan Rekreasi
Kurangnya waktu untuk istirahat dan melakukan rekreasi juga berperan dalam meningkatkan risiko kelelahan emosional. Dalam rutinitas yang padat, kita sering mengabaikan pentingnya istirahat. Padahal, tubuh dan pikiran kita membutuhkan waktu untuk mengisi ulang energi.

4. Masalah Pribadi atau Keluarga
Masalah pribadi atau keluarga juga bisa menjadi pemicu. Konflik dengan orang terdekat, masalah keuangan, atau kehilangan seseorang yang kita cintai adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan stres emosional.

5. Perfeksionisme
Perfeksionisme, atau keinginan untuk selalu sempurna, juga dapat menyebabkan kelelahan emosional. Ketika kita terus-menerus mengejar kesempurnaan, kita sering kali menetapkan stlor yang tidak realistis untuk diri sendiri, yang pada akhirnya hanya menimbulkan kekecewaan dan stres.

6. Kurangnya Dukungan Sosial
Kurangnya dukungan sosial juga memainkan peran. Ketika kita merasa tidak memiliki siapa pun untuk berbagi masalah atau ketika kita merasa tidak dimengerti, beban emosional kita menjadi lebih berat.

Gimana sih Cara Mengatasi Kelelahan Emosional dan Demotivasi?

Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil untuk mengurangi kelelahan emosional dan meningkatkan motivasi kita.

1. Mengakui dan Menerima Perasaan
Langkah pertama adalah mengakui dan menerima perasaan kita. Terkadang, kita cenderung menyangkal atau mengabaikan perasaan lelah dan demotivasi yang kita alami. Mengakui bahwa kita memang merasa lelah secara emosional adalah langkah penting untuk mulai mengatasinya.

2. Mencari Dukungan
Jangan ragu untuk mencari dukungan, baik dari keluarga, teman, maupun profesional seperti konselor atau psikolog. Berbicara tentang perasaan dan masalah yang kita hadapi bisa sangat membantu. Dukungan sosial ini penting untuk membantu kita merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalah.

3. Mengatur Waktu Istirahat
Pastikan untuk mengatur waktu istirahat yang cukup. Istirahat tidak hanya tentang tidur, tapi juga melakukan aktivitas yang bisa membuat kita rileks dan bahagia, seperti hobi atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat.

4. Menetapkan Batas
Belajar untuk menetapkan batas adalah kunci. Ini berarti belajar mengatakan ‘tidak’ pada tuntutan yang berlebihan, baik dari pekerjaan, studi, maupun kehidupan sosial. Menetapkan batas membantu kita mengontrol stres dan mencegah kelelahan.

5. Mengelola Ekspektasi
Mengelola ekspektasi kita sendiri juga penting. Terkadang, kita terlalu keras pada diri sendiri. Belajar menerima bahwa tidak semua hal harus sempurna dan bahwa kita boleh membuat kesalahan adalah bagian dari proses.

6. Melakukan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik terbukti dapat mengurangi stres dan meningkatkan mood. Olahraga secara teratur, bahkan aktivitas ringan seperti jalan kaki atau yoga, bisa sangat membantu.

7. Praktik Mindfulness
Praktik mindfulness atau kesadaran penuh juga bisa menjadi cara efektif. Ini bisa berupa meditasi, latihan pernapasan, atau hanya sekedar meluangkan waktu untuk merenung dan merasakan saat ini.

Mengatasi kelelahan emosional dan demotivasi bukan hanya tentang merasa lebih baik untuk sementara waktu. Ini tentang membangun fondasi emosi yang stabil dan motivasi yang berkelanjutan.

Manfaat Memiliki Motivasi dan Emosi yang Stabil

Kita bisa memiliki emosi yang stabil dan motivasi yang kuat untuk menjalani keseharian kita. Ada beberapa manfaat signifikan yang bisa kita rasakan ketika kita berhasil mengelola emosi dan motivasi kita dengan baik.

1. Kesehatan Mental yang Lebih Baik
Salah satu manfaat paling penting dari emosi yang stabil adalah kesehatan mental yang lebih baik. Ketika kita bisa mengelola emosi kita, kita cenderung mengalami stres yang lebih sedikit dan bisa menghindari masalah seperti kecemasan atau depresi.

2. Hubungan yang Lebih Sehat
Emosi yang stabil juga berkontribusi pada hubungan yang lebih sehat. Kita menjadi lebih mampu berkomunikasi dengan efektif, memahami dan menghargai orang lain, serta mengelola konflik dengan lebih baik.

3. Produktivitas yang Meningkat
Ketika kita termotivasi dan emosi kita stabil, produktivitas kita cenderung meningkat. Kita bisa fokus lebih baik, mengatur waktu dengan lebih efisien, dan menyelesaikan tugas dengan hasil yang lebih memuaskan.

4. Kepuasan Hidup yang Lebih Tinggi
Emosi yang stabil dan motivasi yang kuat juga berkontribusi pada tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi. Kita merasa lebih puas dengan pencapaian kita dan lebih optimis menghadapi masa depan.

5. Kemampuan Menghadapi Tantangan
Dengan emosi yang stabil, kita lebih mampu menghadapi tantangan dan hambatan dalam hidup. Kita belajar untuk melihat kesulitan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai penghalang.

6. Kesehatan Fisik yang Lebih Baik
Kesehatan emosional yang baik juga berdampak positif pada kesehatan fisik. Stres yang lebih rendah berarti risiko masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi juga menurun.

Kesimpulan

Kelelahan emosional dan demotivasi adalah masalah yang nyata dan sering dihadapi oleh generasi muda. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari tekanan sosial hingga kurangnya dukungan. Namun, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya, seperti mengakui perasaan kita, mencari dukungan, dan mengelola ekspektasi.

Manfaat dari memiliki emosi yang stabil dan motivasi yang kuat sangatlah besar. Ini tidak hanya membuat kita merasa lebih baik secara emosional, tapi juga meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan, dari kesehatan mental hingga hubungan interpersonal.

Namun, mengatasi kelelahan emosional dan membangun motivasi bukanlah sesuatu yang selalu bisa kita lakukan sendiri. Terkadang, kita membutuhkan bantuan dari orang lain, dan ini adalah hal yang normal. Salah satu langkah yang bisa kita ambil adalah melalui konseling.

Konseling adalah proses di mana kita bisa berbicara dan berbagi tentang perasaan atau masalah yang kita hadapi dengan seorang profesional. Melalui konseling, kita bisa mendapatkan perspektif baru, strategi untuk mengatasi masalah, dan dukungan emosional.

Kalau lo membutuhkan bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk mencoba konseling.

Yuk, klik di sini untuk mendaftar untuk membantu lo menemukan solusi terbaik untuk masalah yang lo hadapi.

Ingat, menjaga kesehatan mental kita sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Jangan pernah merasa malu atau ragu untuk mencari bantuan. Kita semua berhak untuk merasa bahagia dan termotivasi dalam menjalani hidup ini. #HidupSeutuhnya.

Berikut 3  rekomendasi judul untuk blog yang sudah dibahas:

  1. Mengatasi Burnout dengan Strategi Manajemen Stres Efektif
  2. Solusi Praktis untuk Pemulihan Diri dari Kelelahan Kerja
  3. Memahami dan Mengelola Burnout untuk Kesejahteraan Mental

Referensi:

  1. Yu, Yollo. (2023). “Lost Motivation? Welcome to the world of burnout.” https://www.linkedin.com/pulse/lost-motivation-welcome-world-burnout-yollo-yu.
  2. eLearning Industry. (2023). “5 Signs Of Burnout And The Steps Organizations Can Take To Prevent it https://elearningindustry.com/employee-burnout-signs-and-how-to-prevent-it.
  3. ScienceDirect. (2016). “Burnout Syndrome and Demotivation Among Health Care Personnel. Managing Stressful Situations: The Importance of Teamwork. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1578219016300178.
  4. PubMed. (2015). “Burnout Syndrome and Demotivation Among Health Care Personnel. Managing Stressful Situations: The Importance of Teamwork. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26651324/.
  5. Harvard Business Review. (2015). “How to Overcome Burnout and Stay Motivated.” https://hbr.org/2015/04/how-to-overcome-burnout-and-stay-motivated.
Read More
judi

Mengatasi Karyawan Depresi di Kantor: Langkah Penting untuk Produktivitas

Depresi di tempat kerja seringkali tidak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. Sebagai karyawan yang telah bekerja selama 3-5 tahun, Anda mungkin telah menyaksikan atau bahkan mengalami sendiri bagaimana depresi dapat mengubah dinamika kerja. Mari kita bahas gejala-gejala depresi di tempat kerja yang perlu kita waspadai.

Perubahan Perilaku

Salah satu tanda paling mencolok dari depresi adalah perubahan perilaku. Anda mungkin melihat rekan kerja yang biasanya ceria menjadi lebih sering murung atau mudah tersinggung. Mereka mungkin juga menunjukkan perasaan tidak berharga atau kehilangan energi. Seorang pekerja yang sebelumnya produktif bisa tiba-tiba menjadi tidak konsisten atau ceroboh dalam pekerjaannya.

Kurangnya Motivasi

Depresi seringkali mengikis motivasi dan fokus seseorang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk tetap termotivasi dan berkonsentrasi pada pekerjaan. Ini bukan hanya tentang malas, tetapi lebih pada ketidakmampuan untuk menemukan energi mental untuk berkomitmen pada tugas.

Absenteeisme

Gejala depresi yang lain adalah meningkatnya ketidakhadiran, keterlambatan, atau sering melewatkan kerja. Ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental yang serius.

Prokrastinasi

Depresi juga bisa menyebabkan prokrastinasi, kesulitan memenuhi tenggat waktu, dan penurunan produktivitas. Ini seringkali dikaitkan dengan kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

Penarikan Diri atau Isolasi

Seseorang yang mengalami depresi mungkin menarik diri atau mengisolasi diri dari orang lain. Mereka mungkin juga menunjukkan perawatan diri yang buruk atau perubahan signifikan dalam penampilan. Ini adalah tanda bahwa mereka mungkin merasa terputus dari lingkungan sekitar.

Penurunan Kinerja

Depresi dapat menyebabkan penurunan dalam kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi yang buruk dengan orang lain, dan penurunan kinerja dalam tugas-tugas. Ini bisa berdampak signifikan pada output kerja mereka dan kualitas hasil kerja.

Mengenali gejala-gejala depresi di tempat kerja adalah langkah pertama untuk memberikan dukungan dan sumber daya bagi mereka yang mungkin sedang berjuang. Mendorong komunikasi terbuka, menyediakan akses ke sumber daya kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dapat membantu individu mengatasi depresi dan berkembang dalam peran mereka.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas tantangan dalam menjaga produktivitas saat menghadapi depresi di tempat kerja. Bagaimana depresi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap produktif, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan ini?

Tantangan Menjaga Produktivitas

Setelah memahami gejala depresi di tempat kerja, penting juga untuk mengenali tantangan dalam menjaga produktivitas. Di era yang serba cepat ini, tantangan produktivitas menjadi semakin kompleks, termasuk bagi Anda yang telah memiliki pengalaman kerja 3-5 tahun. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi di tempat kerja dan strategi untuk mengatasinya.

Keterlibatan karyawan yang rendah seringkali menjadi akar masalah produktivitas yang buruk. Disengagement ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengakuan atau kurangnya tantangan dalam pekerjaan.

  • Manajemen Kinerja yang Tidak Efektif

Manajemen kinerja yang tidak efektif dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian tentang ekspektasi dan tujuan kerja. Hal ini seringkali menimbulkan stres dan menurunkan motivasi karyawan.

  • Proses yang Tidak Efisien

Proses kerja yang berbelit-belit dan tidak efisien dapat menghambat produktivitas. Ini termasuk penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman atau prosedur yang tidak perlu.

  • Pelacakan dan Pemantauan yang Kurang Memadai

Tanpa sistem pelacakan dan pemantauan yang memadai, sulit untuk mengukur kemajuan dan efektivitas kerja. Ini juga bisa menyebabkan ketidakjelasan dalam penilaian kinerja.

Komunikasi yang berlebihan atau tidak efektif bisa menjadi penghambat produktivitas. Ini termasuk terlalu banyak rapat yang tidak perlu atau email yang berlebihan.

Meskipun sering dianggap sebagai keterampilan, multitasking sebenarnya bisa menurunkan kualitas kerja dan efisiensi.

  • Menetapkan Tujuan yang Tidak Efektif

Tujuan yang tidak jelas atau tidak realistis bisa menimbulkan frustrasi dan mengurangi motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

  • Prokrastinasi dan Disorganisasi

Prokrastinasi dan kurangnya organisasi dapat menyebabkan penumpukan pekerjaan dan stres yang tidak perlu.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kombinasi strategi yang mencakup peningkatan komunikasi, mengatasi disengagement, implementasi manajemen kinerja yang efektif, memperbaiki proses, menyediakan pelacakan dan pemantauan yang memadai, menetapkan tujuan yang jelas dan tercapai, mengelola waktu secara efektif, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan terorganisir. Selain itu, mempromosikan keseimbangan kerja-hidup yang sehat, menyediakan peluang pelatihan dan pengembangan, serta menumbuhkan budaya perusahaan yang positif dapat membantu mengatasi tantangan produktivitas ini.

Menangani Tekanan dan Tuntutan Pekerjaan

Setelah memahami tantangan dalam menjaga produktivitas, langkah selanjutnya adalah menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan. Tekanan kerja yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres berlebih dan memperburuk kondisi kesehatan mental, termasuk depresi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda mengelola tekanan kerja berdasarkan sumber yang disediakan:

  • Prioritas dan Perencanaan

Membagi tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola dan memprioritaskannya dapat membantu mengelola tekanan kerja dengan efektif. Pendekatan ini memungkinkan individu untuk fokus pada kebutuhan segera dan menghindari perasaan kewalahan oleh beban kerja secara keseluruhan.

  • Perawatan Diri dan Batasan

Merawat diri sendiri, menetapkan batasan, dan menghindari mekanisme koping yang tidak sehat sangat penting untuk mengelola tekanan kerja. Ini termasuk menjaga gaya hidup sehat, mendapatkan istirahat yang cukup, dan menetapkan batas pada jam kerja untuk mencegah kelelahan.

  • Memprediksi dan Merencanakan Masa Sibuk

Mengidentifikasi periode kerja yang intens dan merencanakannya terlebih dahulu dapat membantu individu mengelola situasi tekanan tinggi dengan efektif. Ini mungkin melibatkan outsourcing tugas, delegasi tanggung jawab, dan menjalankan strategi prioritas untuk menangani masa sibuk.

Mengidentifikasi pemicu tekanan pribadi dan mempraktikkan teknik manajemen stres dapat membantu individu mengatasi situasi tekanan tinggi di tempat kerja. Ini melibatkan pengakuan terhadap ambang batas seseorang dan pengembangan strategi untuk mengelola pemicu tekanan secara efektif.

Membangun jaringan dukungan dan mencari dukungan sosial dapat membantu individu mengatasi stres yang terkait dengan pekerjaan. Memiliki sistem dukungan dapat memberikan dorongan, saran, dan rasa kebersamaan selama masa-masa sulit.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, individu dapat menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan dengan efektif, mempertahankan kesejahteraan, dan meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Setelah memahami cara menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan, langkah selanjutnya adalah membangun lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga kepuasan dan produktivitas mereka. Berikut adalah beberapa strategi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung berdasarkan sumber yang disediakan:

Menawarkan fleksibilitas dalam pengaturan kerja, seperti opsi kerja jarak jauh atau jadwal fleksibel, dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang mendukung. Ini dapat membantu karyawan mempertahankan keseimbangan kerja-hidup yang sehat dan mengurangi stres.

  • Mempromosikan Inklusivitas dan Rasa Kepemilikan

Menciptakan budaya inklusivitas dan rasa kepemilikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Memprioritaskan budaya yang ramah dan menghargai dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

  • Memfasilitasi Kesempatan untuk Relaksasi

Memungkinkan karyawan untuk bersenang-senang bersama dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran informal dan berbagi pengetahuan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.

  • Memprioritaskan Orientasi dan Pelatihan

Memfokuskan pada orientasi dan pelatihan dapat membantu karyawan merasa diberdayakan dan nyaman untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka. Ini termasuk mendukung karyawan untuk menciptakan kantor rumah dan ruang kerja yang nyaman.

  • Mendorong Pengakuan Antar-Peer

Mendorong pengakuan antar-peer dan berinvestasi dalam komunikasi tim yang efektif dapat menumbuhkan lingkungan kerja yang positif. Ini dapat berkontribusi pada budaya apresiasi dan dukungan di antara rekan kerja.

  • Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mempromosikan kesejahteraan, kepuasan, dan produktivitas karyawan.

Kesimpulan

Menghadapi depresi di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga organisasi. Setiap orang memiliki peran dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung. Ini termasuk memahami gejala depresi, mengembangkan keterampilan untuk mengelola stres, dan berpartisipasi dalam menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung.

Salah satu cara untuk memahami lebih dalam tentang kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja adalah melalui psychotest dan assessment. Alat-alat ini dapat membantu Anda mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian dan pengembangan, baik secara pribadi maupun profesional.

Life Skills mengajak untuk mengambil langkah proaktif dalam mengelola kesehatan mental karyawan pada organisasi/perusahaan Anda dengan mengikuti Psychotest &  Assessment. Klik link berikut: satu.bio/satumitra-igls. Ingat, mengambil langkah pertama untuk memahami diri sendiri adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kesejahteraan dan keberhasilan di tempat kerja.

Psychotest dan assessment bukan hanya tentang mengidentifikasi masalah atau tantangan, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dan potensi yang belum tergali. Dengan memahami diri sendiri lebih baik, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang karier dan kehidupan pribadi Anda. Selain itu, alat-alat ini juga dapat membantu dalam membangun komunikasi dan hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.

Mari kita jadikan tempat kerja kita lingkungan yang lebih sehat, produktif, dan mendukung. Dengan memahami dan mengatasi tantangan kesehatan mental, kita dapat bersama-sama menciptakan perubahan positif di tempat kerja kita.

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Referensi

Shields, M. (2020, January 15). How to Manage an Employee with Depression. Harvard Business Review. https://hbr.org/2020/01/how-to-manage-an-employee-with-depression.

Nieuwenhuijsen, K., Verbeek, J. H., de Boer, A. G., Blonk, R. W., & van Dijk, F. J. (2020, October 14). Interventions to improve return to work in depressed people. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8094165/.

Dewa, C. S., Hoch, J. S., & Goering, P. (2023, November 21). Work Performance of Employees With Depression: The Impact of Work Stressors. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4174367/.

Al-Sada, M., Al-Esmael, B., & Faisal, M. N. (2017). Influence of organizational culture and leadership style on employee satisfaction, commitment and …

Mind. (2023, November 10). How to support staff who are experiencing a mental health problem. Mind. https://www.mind.org.uk/media-a/4661/resource4.pdf.

Read More
judi

Mengatasi Gangguan Bipolar (Kisah Nyata)

menghadapi-gangguan-bipolar
menghadapi gangguan bipolar

Halo, gue Fathan, writer di Satu Persen.

Gimana kabar kalian? Hidup kalian berjalan lancar?

Yah, kalau ngomongin hidup, tentunya kita akan menemukan banyak hal baru dan orang-orang baru. Simply karena kita semua berkembang dan berdinamika.

Dinamika kehidupan merupakan suatu hal yang gak terhindarkan dalam hidup. Ada kalanya kita bahagia, namun ada kalanya pula kita sedih. Dari situ, bisa dibilang setiap orang tentu memiliki masalah hidupnya tersendiri.

Tentu masalah tersebut gak bisa banding-bandingin. Karena setiap orang menghadapi hal yang kita mungkin gak ketahui. Kali ini gue akan membagikan cerita dari salah satu mentee Satu Persen, yaitu Thea tentang bagaimana cara dia menghadapi gangguan bipolar.

Mungkin lo sendiri pernah mengalami masalah yang cukup berat dalam hidup. Rasanya, lo udah ngelakuin berbagai hal buat menghadapinya. Tapi tetep aja tuh masalah lo gak ilang-ilang. Malah mungkin yang ada semakin parah. Alhasil, lo bingung harus gimana dan nyerah gitu aja.

Hal yang kayak begitu tentu gak bisa lo diemin begitu aja, Sob! Kenapa? Karena lama kelamaan bisa mengganggu kesehatan mental serta keseharian lo!  

Ada kalanya mungkin lo bisa menghadapi masalah lo sendirian. Tapi, ada kalanya juga lo membutuhkan bantuan orang lain buat menghadapinya. Salah satunya lewat bantuan profesional kesehatan mental.

Nah, mungkin cerita dari Thea bisa menjadi inspirasi buat lo untuk mempertimbangkan apakah lo butuh bantuan atau gak. So, simak ceritanya baik-baik, ya!

Masa Lalu yang Kurang Menyenangkan

Setiap orang memiliki masa lalu masing-masing. Termasuk aku, perempuan yang mendaftar mentoring Satu Persen pada awal tahun ini. Saat masih menduduki bangku sekolah di 2004, aku didiagnosa oleh psikiater mengalami depresi berat. Karena berbagai persoalan yang dihadapi saat itu.

Tak sampai di situ, di 2009, aku pun kembali didiagnosa memiliki gangguan bipolar. Mungkin ada beberapa dari kalian yang belum paham tentang gangguan bipolar.

Well, secara singkat gangguan bipolar merupakan suasana hati yang cenderung berubah-ubah dengan mudah. Aku sering mengalami perubahan mood secara cepat. Tetapi, lebih cenderung ke fase depresi. Seperti kesulitan mengatur emosi, sampai rasa sedih yang berlarut-larut.

Situasi demikian membuatku merasa tertekan dalam menjalani kehidupan. Belum lagi ditambah stres yang terus menumpuk tiap waktunya. Dunia terasa seperti mau runtuh saat itu. Dikarenakan rasa stres yang terus menumpuk tiap waktunya, aku pun merasa tidak mampu menghadapinya lagi.

Bagaimana Bisa Mengalami Gangguan Bipolar?

Bagi anak remaja, mungkin menjadi dewasa terdengar menyenangkan karena mereka dapat merasakan kebebasan tanpa harus dilarang oleh orang tua.

Namun, mereka mungkin lupa bahwa makin dewasa juga berarti tanggung jawab yang diemban makin banyak. Belum lagi bicara soal masalah yang datang silih berganti.

Hal demikian tak terkecuali bagi aku sendiri. Semakin bertambah usia, beban hidupku ikut bertambah. Mulai dari masalah keluarga akibat perceraian kedua orang tua, sampai masalah keuangan.

Kondisiku semakin diperparah dengan pertemanan yang hancur. Aku merasa teman-teman menghilang di saat aku sedang membutuhkan mereka.

Melalui bantuan Psikiater, aku pun dapat mengetahui apa masalah yang sedang aku hadapi.

Awalnya, aku merasa bingung tentang apa yang harus diceritakan. Namun, secara perlahan, aku sadar bahwa banyak masalah yang tidak terselesaikan di masa lalu. Sehingga masuk ke dalam alam bawah sadar. Hal demikian membuatku putus harapan untuk melanjutkan hidup.

Jatuh Sakit

Waktu demi waktu terlewati, akupun akhirnya jatuh sakit pada akhir tahun 2019. Awalnya aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Saat berbicara, anggota badanku entah kenapa tiba-tiba bergerak sendiri. Aku pun panik dan akhirnya dirawat di rumah sakit.

Selama dirawat, pikiranku kosong.

Aku sendiri juga heran apa yang menyebabkan aku bisa seperti itu. Akupun berasumsi bahwa aku jatuh sakit akibat pikiran sendiri. Aku seringkali overthinking, salah satunya karena terlalu berekspektasi tinggi mengenai suatu hal. Sedangkan kenyataannya tidak sesuai dengan harapanku.

Baca juga: Apa Itu Overthinking? Kenali Sebab dan Akibatnya!

Selepas keluar dari rumah sakit, masalahku tidak berhenti sampai di situ saja. Aku harus menghadapi masalah keuangan yang cukup berat dan itu membuat diriku merasa semakin terpuruk.

Menghadapi Gangguan Bipolar dengan Belajar Hal Baru

Aku memutuskan untuk mendaftar mentoring Satu Persen. Di sinilah aku bertemu dengan salah satu mentor bernama Ifandi Khainur Rahim, yang biasa disapa Kak Evan.

Aku pun berkonsultasi tentang berbagai permasalahan yang ku miliki. Salah satunya mengenai makna serta tujuanku menjalani hidup.

Setelah menjalani mentoring kurang lebih satu jam, akhirnya aku mendapatkan pencerahan dalam menghadapi gangguan bipolar.

Sang mentor, Evan, memberikan beberapa saran mengenai permasalahan yang kuhadapi. Di antaranya:

1. Cobalah Kurangi Overthinking

Saat overthinking, pikiranku cenderung berantakan. Seperti tidak tahu apa sebenarnya inti dari pikiranku. Itu tentu tidak baik bagi kesehatan mental karena dapat menggangguku dalam memproses suatu hal.

Dari situ, aku pun belajar bagaimana cara mengatasi overthinking dengan baik. Aku belajar untuk membedakan antara asumsi serta fakta tentang hal yang sedang diriku pikirkan.

Hal tersebut karena bisa jadi pikiran tersebut hanyalah asumsiku semata. Dalam arti lain apa yang sebenarnya aku pikirkan tidaklah sepenuhnya benar.

2. Nikmati Apa yang Telah Ada untuk Kita

Terkadang aku terlalu fokus mengejar apa yang diriku impikan dalam hidup. Sehingga mungkin lupa untuk mengambil rehat sejenak dari kehidupan.

Di samping itu, aku lupa untuk mensyukuri apa yang telah aku miliki saat ini. Mulai dari bisa makan enak, tinggal di tempat yang layak, sampai masih bisa bernapas.

Aku menyadari bahwa selama ini diriku terlalu termakan oleh pikiran sendiri. Aku pun belajar untuk tidak hidup di masa lalu. Serta berhenti mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan, karena sesungguhnya hal itu merupakan misteri dari kehidupan. Dalam arti lain, tidak satupun dari kita yang mengetahui secara pasti tentang itu.

Aku juga belajar untuk mencoba menikmati apa yang telah diriku miliki saat ini. Karena sejatinya masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku.

Aku pun juga tak lupa belajar menghargai orang yang berada di sekelilingku. Guna mensyukuri nikmat yang telah diri ini dapatkan.

3. Cobalah Bersikap Ikhlas akan Suatu Hal

Ada kalanya memang sulit bagiku untuk merelakan sesuatu. Rasanya, mungkin tak adil bagi karena aku harus dihadapkan dengan situasi tertentu.

Tapi, begitulah yang namanya hidup. Ada saatnya aku harus belajar melepaskan sesuatu, guna mendapatkan sesuatu yang baru.

Aku pun belajar bahwa bersikap ikhlas itu merupakan sesuatu yang penting. Dengan ikhlas, aku belajar untuk bersikap legowo dalam berbagai situasi. Hal itulah yang membuatku lebih mudah untuk menerima keadaan. Termasuk keadaan yang berat sekalipun.

Aku juga belajar untuk membedakan mana hal yang dapat diriku kendalikan atau tidak. Aku pun mencoba pula untuk tidak terlalu memusingkan sesuatu yang di luar kendali. Serta fokus menjalankan apa yang diri ini bisa lakukan. Dengan begitu, aku merasa lebih santuy dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

filosofi santuy

Pesan dari Thea untuk Kita Semua

Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan bagi kalian semua setelah menjalani mentoring Satu Persen. Di antaranya:

1. Tetap Semangat dalam Menghadapi Situasi Apapun

Aku berpesan kepada kalian semua untuk tidak menyerah begitu saja ketika dihadapkan dengan kesulitan. Aku paham bahwa mungkin berat bagi kita saat menghadapi suatu masalah.

Tapi, aku percaya bahwa seberat apapun situasi sejatinya terdapat jalan keluarnya masing-masing. Badai pasti berlalu, bukan?

Selain itu aku juga mengingatkan bagi kita semua untuk tetap fokus menjalani apa yang bisa kerjakan. Jangan takut untuk gagal akan sesuatu. Dari kegagalan lah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Serta akan lebih menyesal bilamana kita tidak mencobanya.

2. Bagikan Pengalaman yang Kita Miliki Kepada Orang Lain

Aku pun mengingatkan untuk jangan segan membagikan pengalaman pribadi kita kepada orang lain. Baik pengalaman yang positif maupun negatif.

Karena sejatinya pengalaman merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Dengan begitu kita dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.

Misalnya pengalaman depresi yang aku bagikan kepada kalian semua. Harapannya, aku dapat menginspirasi kalian semua dari pengalaman yang ku bagikan ini.

3. Menjadi Dewasa Merupakan Suatu Keharusan

Aku ingin mengingatkan kepada kalian semua bahwa apapun yang terjadi hidup akan terus berjalan. Tidak ada gunanya bagi kita terlarut dalam penyesalan tentang hal yang sudah terlewati.

Mungkin memang berat bagi kita semua dalam menjalani proses menjadi dewasa. Sebab kita harus melalui berbagai rintangan yang mungkin kita tak ketahui.

Tetapi, ingatlah, bahwa dalam prosesnya kita gak sendirian kok. Ada orang-orang yang masih peduli dan mau membantu kita. Coba perhatikan sekitarmu.

4. Kendalikan Ekspektasi

Aku mengingatkan kepada kalian semua untuk lebih mengendalikan ekspektasi akan suatu hal. Berekspektasi memang tidak ada salahnya untuk dilakukan, sebagai motivasi kita untuk meraih sesuatu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kita juga harus siap dengan kemungkinan terburuknya agar terhindar dari rasa kecewa yang berlebih.

Kita bisa menerapkan “ekspektasi realistis”, yaitu membuat ekspektasi yang kira-kira bisa dicapai. Hal itu dilakukan guna memotivasi kita untuk mencapainya. Serta menghindari kekecewaan berlebihan jika tidak tercapai.

Tonton juga: Filosofi Stoicism (Ekspektasi dan Kebahagiaan)

5. Jangan Ragu untuk Meminta Bantuan Orang Lain

Terakhir, aku berpesan untuk jangan sungkan meminta bantuan orang lain bila kita mengalami kesulitan. Salah satunya melalui mentoring Satu Persen ini. Ada kalanya kita butuh bantuan untuk menghadapi masalah kita. Tentunya, hal demikian wajar banget kok.

Sadarilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Oleh karena itu, wajar apabila kita membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial, sejatinya kita membutuhkan orang lain bukan?

Coba juga: Tes Kelebihan dan Kekurangan Diri

Jangan sampai kehilangan harapan akan suatu hal. Mungkin saja harapan yang kita sematkan itu akan datang kelak nanti. Gali terus potensi diri kita agar bisa lebih semakin dekat dengan harapan itu, paling tidak satu persen setiap harinya!

Selesai.

Mentoring-1

Nah, itu dia cerita dari salah satu temen kita sob! Akhir kata, gue mau sampein kalo lo bisa ikut online mentoring Satu Persen sama seperti temen kita tadi. Di dalamnya lo bisa menceritakan kesulitan lo bersama mentor-mentor yang terlatih.

Lo bisa ikut online mentoring dengan nge-klik gambar di atas. Gue harap lewat membaca artikel ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Gua Fathan dari Satu Persen, thanks!

Read More
judi

Cara Mengatasi Trust Issue

trust issue
trust issue

Haloo! Kenalin, gue Thissa, writer Satu Persen.

Pernah denger istilah “trust issue?” Kita semua mungkin pernah disakiti sama orang lain. Dikhianati dan dibohongi oleh orang yang kita percaya banget. Dan ini bisa dilakuin  sama siapapun, mungkin sama orang tua, pacar, sahabat, atau rekan kerja. Banyak lah dari kita yang mungkin pernah ngerasain kejadian yang bikin kita malah jadi susah percaya orang.

Dan gue tahu sih rasanya: Pastinya sakit banget. Gue tau banget rasanya udah percaya sama orang, eh tapi malah dikhianati. Udah deal sama sesuatu, eh deal-nya berubah-ubah terus.

Jadinya, kita yang udah menginvestasikan waktu dan tenaga malah dikecewain. Sampai akhirnya, kadang kita juga jadi capek dan memutuskan buat gak percaya lagi.

Kalo lo pernah atau sedang mengalami keadaan tersebut atau sekadar penasaran dan pengen tau lebih dalam soal ini, lo berada di artikel yang tepat karena Satu Persen akan ngebahas tentang trust issue dan tips-tips menghadapinya.

Jadi, apa sih trust issue itu?

Simpelnya, trust issue itu gak percayaan sama orang. Orang yang punya trust issue cenderung punya pandangan yang pesimistis terhadap manusia.

Kayak, mereka tuh selalu beranggapan bahwa orang punya niatan buruk sama dia. Meskipun pada realitanya, sebenarnya ya orang tuh nggak selalu punya niatan buruk.

Kenapa orang bisa trust issue?

Nah, biasanya, penderita trust issue itu punya pengalaman yang kurang menyenangkan sebelumnya. Atau, bisa jadi trust issue-nya disebabkan oleh rasa takut dan trauma.

Dan akhirnya mereka yang trust issue pun memilih langkah sederhana, yaitu langkah buat yaudah: Gak usah percaya lagi aja sama orang untuk menghindari rasa sakit dan kekecewaan yang kerasa negatif banget buat dia.

trust issue

Nah, mungkin ada dari lo yang nanya, “Gue itu mengalami trust issue gak sih?” Berikut ini adalah sih ciri-ciri dari orang yang punya trust issue.

Ciri-ciri orang punya trust issue

1. Suka Jaga Jarak

Kalo ada orang yang ngedeketin, orang yang trust issue kemungkinan besar akan menarik diri. Kesannya, kayak gak pengen deket gitu sama orang.

Kalaupun pengen, biasanya emang tingkah lakunya nunjukkin gak pengen. Dan ini mungkin banget terjadi karena mereka takut, takut untuk disakitin lagi dan takut mengalami pengalaman buruk lagi.

2. Susah Percaya sama Orang

Karena trust issue itu tadi, kadang muncul perilaku-perilaku yang menunjukkan ketidakpercayaan itu. Contohnya, ngecek hal-hal pribadi di hp pasangannya dengan baca-baca chat pasangan dengan teman-temannya atau lawan jenis yang nge-chat doi.

Sebenarnya, memang yang jadi perdebatan apakah hp itu boleh dikasih ke pasangan atau nggak. Tapi, di luar perdebatan itu, orang yang memiliki trust issue cenderung mencari-cari kesalahan pasangan, dan ini nggak sehat.

Bukan berarti gak boleh cemburu atau cemas, cuman kalau ini sampai ngeganggu kehidupan lo, mungkin lo punya trust issue yang belum terselesaikan.

Baca juga: Cara Menghadapi Pasangan yang Posesif

3. Cenderung Punya Pandangan yang Pesimistis atau Negatif

Seperti yang sudah disebutkan, orang dengan trust issue merasa bahwa setiap orang pasti punya intensi buruk sama dia. Mereka merasa nggak ada manusia yang benar-benar  tulus ngedeketin dia atau temenan sama dia.

YouTube Satu Persen – Alasan Kamu Takut Dimanfaatkan Orang Lain

Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Nah, terus kita harus ngapain? Ada nih langkah-langkah yang bisa lo lakuin supaya lo gak trust issue lagi!

Pertama, refleksikan pengalaman buruk dan belajar mengikhlaskannya

Pasti sakit rasanya mengalami peristiwa ketika orang memperlakukan lo dengan buruk. Wajar banget buat lo untuk marah, sedih, dan jadinya gak percaya lagi sama orang.

Tapi, sekali lagi, peristiwa itu sudah terjadi. Dan ketika itu sudah terjadi, mau mengutuk orang yang melakukannya terus-terusan juga nggak baik buat diri lo.

Pada akhirnya, memang peristiwa itu perlu kita ikhlaskan. Lo boleh marah dan sedih, tapi jangan berlarut-larut

Terimalah kekesalan yang lo rasakan sebagai hal yang manusiawi. Setelah itu, ikhlaskanlah peristiwa tersebut. Memang berat sih, tapi ini adalah step awal yang penting.

Supaya kita nggak dipenuhi dengan kebencian, rasa pengen balas dendam, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Terima masa lalu lo, dan sambut masa depan yang pastinya bakal penuh dengan hal-hal menarik lainnya yang lo alami.

Kedua, move on

Apa yang terjadi di masa lalu biarlah ada di masa lalu. Sekarang, kita coba fokus dengan hal yang bisa dilakukan sekarang yang akan berdampak baik untuk lo di masa depan. Apa nih cita-cita yang dulu sempet lo lupakan karena nggak bisa move on dari kejadian masa lalu?

Lakukan hal yang lo suka, kenalan sama orang baru, jalani hobi baru, potong rambut lo, pergi liburan, nongkrong sama temen. Banyak hal yang selama ini mungkin nggak sempet lo lakuin.

Dan cara move on paling ampuh: lakukan itu sekarang, apapun itu. Coba fokuskan diri lo ke masa depan, dibandingkan ke masa lalu

Terakhir, belajarlah dari pengalaman.

Mungkin setelah kejadian itu akhirnya kita tersadar bahwa kita pernah berbuat kesalahan, entah percaya dengan orang yang salah, komunikasi yang negatif, dsb.

Well, balik lagi ke poin sebelumnya. Jadikan kesalahan yang lo perbuat sebagai sarana untuk introspeksi dan evaluasi diri. Sambutlah masa depan dengan excited.

Tapi inget buat gak berekspektasi terlalu banyak. Kayak yang udah pernah gue bahas di  Filosofi Stoicism. Fokus aja dan live life to the fullest. Kalau tujuannya tercapai, ya lo bersyukur, kalau nggak, terima dan kembali lanjutkan hidup.

trust issue

Kalau lo butuh bantuan, udah lama mengalami trust issue dan merasa gak sanggup ngejalanin sendirian. Lo bisa minta bantuan, mungkin ke temen, keluarga, atau profesional.

Satu Persen sendiri memiliki layanan mentoring. Lo bisa diskusi sama mentor dan lo bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani kondisi lo. Selain itu, lo juga bakal dapet interpretasi tes psikologi supaya lo bisa tahu tingkat stres lo, kepribadian lo, dan minat-bakat lo kayak gimana.

Coba juga: Tes Tingkat Keparahan Stres

Selain itu, lo juga kalo ikut mentoring, biasanya akan dikasih worksheet untuk buat action plan buat nyelesain masalah lo.

Lo bisa coba untuk cek dulu fasilitas dan benefit apa yang sekiranya akan lo dapetin saat sesi konsultasi tersebut dengan klik gambar di bawah ini.

Oke, gue harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap hari!

Konsultasi Satu Persen Psikolog

References

Hergenhahn, B. R., & Henley, T. B. (2014). An Introduction to the History of Psychology: Seventh Edition. New York: Jon-David Hague.

Zak, A. M., Gold, J. A., Ryckman, R. M., & Lenney, E. (1998). Assessments of trust in intimate relationships and the self-perception process. The Journal of Social Psychology, 138(2), 217-228. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/199792384?accountid=1229

Weiler, L. (2017, November 13). Tips to Help You Overcome Trust Issues. Retrieved from https://www.cheatsheet.com/health-fitness/ways-to-overcome-your-trust-issues.html/

Vilhauer, J. (2015, August 29). 5 Ways to Move on From an Ex You Still Love. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/living-forward/201508/5-ways-move-ex-you-still-love

Read More
judi

Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Kalian pasti pernah disuruh tampil ke depan dan dilihatin sama banyak orang. Entah itu buat jadi public speaker, MC, atau pembawa presentasi di depan guru atau atasan.

Di momen kayak begitu, apa sih yang kalian rasain? Malu? Gugup?

Kalo lo belum bisa ngerasa 100% pede, tenang aja. Gue juga begitu kok. Selama lo masih bisa kendaliin diri, tandanya kegugupan lo masih tahap wajar.

Tapi, ada juga yang gugupnya udah parah banget. Kalo konsultasi ke tenaga profesional, biasanya mereka didiagnosa mengidap gangguan kecemasan sosial.

Apaan tuh? Apakah semacam introvert? Emang gugupnya separah apa sih?

Apa itu gangguan kecemasan sosial?

Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), gangguan kecemasan sosial (atau Social Anxiety Disorder) adalah gangguan mental di mana penderitanya mengalami ketakutan ekstrem ketika berada di situasi sosial. Mereka takut melakukan hal yang memalukan dan mendapat penghakiman, penghinaan, atau penolakan dari orang lain.

Iya sih, semua orang pasti takut kalo dapet perlakuan yang gak menyenangkan kayak begitu. Tapi, kalo pengidap gangguan kecemasan sosial, level gugupnya udah gak bisa disamain lagi kayak orang biasa, guys.

Baca juga: Perbedaan Rasa Takut dan Anxiety

Misalnya, kalo disuruh presentasi, segugup-gugupnya kita pasti berusaha menenangkan diri supaya bisa tampil ke depan. Nah, kalo punya gangguan kecemasan sosial, mungkin banget bagi mereka buat lebih milih kabur demi menghindari presentasi itu.

Di kasus yang lebih parah, mereka bahkan takut makan atau minum di tempat umum kayak kantor atau restoran.

Mereka selalu merasa diperhatiin dan di-judge, jadinya gak bisa melakukan apa pun dengan leluasa kalo lagi di tengah-tengah orang lain.

Padahal, biasanya hal ini gak benar karena orang lain cenderung sibuk sama urusannya masing-masing aja. Gangguan kecemasan lah yang membuat penderitanya berpikir kayak begini.

Kalo kondisinya udah separah itu, jangankan mau kerja atau kuliah. Mereka mungkin banget ngerasain kecemasan-kecemasan yang gak ada habisnya itu bahkan sebelum keluar dari rumah.

Dan itu terjadi gak cuma sehari dua hari aja, tapi bisa berminggu-minggu, lho! Beda sama orang biasa yang cemasnya paling bentaran aja.

Coba Juga: Tes Kecemasan Public Speaking: Bantu Dirimu Mengatasinya

Untuk lebih jelasnya mengenai gangguan kecemasan sosial dan cara mengatasinya, gue bakal bahas di artikel kali ini, ya 🙂

Gangguan kecemasan sosial: penyebab dan gejala

Setelah memahami bedanya perasaan malu biasa dengan gangguan kecemasan sosial, mungkin lo jadi bertanya-tanya kenapa kecemasan separah itu bisa terjadi. Entah sebagai orang biasa atau orang yang mengalami gangguan tersebut, pada awalnya pasti kalian ngerasa bingung.

Sayangnya, penyebab pasti gangguan kecemasan sosial masih belum diketahui. Penelitian saat ini hanya baru menyepakati bahwa penyebabnya adalah kombinasi faktor lingkungan dan genetika.

Selain itu, bisa juga disebabkan oleh pengalaman buruk, seperti konflik keluarga, bullying, atau pernah dipermalukan di depan banyak orang sebelumnya.

Jadi, penyebabnya bukan gara-gara punya kepribadian introvert ya, guys!

Kelainan fisik juga bisa menyebabkan gangguan kecemasan sosial ini, Perseners. Misalnya, karena ketidakseimbangan serotonin atau amigdala yang terlalu aktif di dalam otak.

Fyi, serotonin adalah zat kimia dalam otak yang mengatur suasana hati. Sedangkan, amigdala adalah bagian otak yang mengontrol respon dari perasaan takut atau cemas.

mengatasi-gangguan-kecemasan
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Nah, penyebab-penyebab tadi dapat mengakibatkan munculnya gejala fisik dan psikologis yang umum ditemui pada penderita gangguan kecemasan sosial.

Gejala fisik ketika penderita melakukan interaksi sosial dapat berupa perasaan malu, mual, gemetaran, pusing, deg-degan, keringetan, sampe akhirnya sulit ngomong.

Sedangkan, gejala psikologis yang mungkin terjadi adalah merasa khawatir sama suatu acara sosial berminggu-minggu sebelum hari-H (alias lama banget cemasnya, guys!), menghindari situasi sosial, takut mempermalukan diri sendiri, dan ujung-ujungnya bisa bolos sekolah atau kerja karena kecemasan ini.

Baca juga: Social Skill: Tips Agar Lebih Mudah Berteman

Mungkin lo udah beberapa kali notis gue nyinggung-nyinggung soal ‘situasi sosial’ dan bertanya-tanya, sebenarnya situasi sosial macam apa sih yang bikin penderita gangguan ini kambuh?

Penderita gangguan kecemasan sosial ini bisa jadi mencemaskan sebagian situasi sosial aja. Tapi, bisa juga ngerasa cemas sama situasi sosial dalam bentuk apa pun. Termasuk wawancara kerja, menanyakan sesuatu ke orang lain, belanja, pergi ke toilet umum, order makanan di restoran, berbincang di telepon, dan lain-lain.

Karena itu, orang yang mengidap gangguan kecemasan sosial ini jadi gak bisa menjalani kesehariannya dengan normal. Soalnya, berhadapan sama orang lain aja rasanya cemas terus.

Untungnya, gangguan kecemasan sosial ini bisa disembuhkan, lho! Artinya, orang yang mengidap gangguan ini punya kesempatan buat bisa hidup normal lagi.

Nah, gimana sih caranya?

Cara mengatasi gangguan kecemasan sosial

Barangkali lo atau orang yang lo kenal mengalami gejala-gejala yang udah gue sebutin tadi. Well, ada beberapa cara yang disarankan untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial tersebut.

1. Pola hidup sehat untuk mengurangi gejala gangguan kecemasan sosial

Menerapkan pola hidup sehat gak bakal bisa bikin lo langsung sembuh ya, Perseners. Gangguan kecemasan sosial tetaplah gangguan klinis yang perlu penanganan dari tenaga kesehatan.

Tapi, seenggaknya pola hidup sehat bisa membantu buat ngurangin gejalanya. Misalnya, dengan menghindari kafein, tidur 6-8 jam per hari, dan mengonsumsi makanan yang sehat. Selain itu, hubungan yang sehat dan suportif dengan orang lain juga bisa membantu kesembuhan lo.

2. Mengatasi gangguan kecemasan sosial dengan pengobatan

Nah, meredakan gejala gangguan kecemasan juga bisa dengan mengonsumsi obat-obatan; seperti obat anti kecemasan, antidepresan, dan lain-lain.

Tapi, jangan sembarangan minum obat, ya! Pastikan minum obat sesuai resep dokter, di mana dosis dan jangka waktunya pasti udah disesuaikan dengan kebutuhan lo.

3. Pergi ke tenaga profesional dan terapi gangguan kecemasan

Pada akhirnya, mendapat diagnosa dari tenaga profesional itu penting banget. Soalnya, kalo cuma perkiraan sendiri belum tentu bener, guys. Jadi, gak ada salahnya buat konsultasi ke psikolog atau psikiater, supaya gak self-diagnose.

Kalo lo beneran didiagnosa punya gangguan ini, biasanya lo bakal diarahkan dan dipandu sama tenaga profesional buat menjalani sesi terapi. Terapinya bisa macem-macem, dari terapi perilaku kognitif, terapi pemaparan, atau terapi bicara.

Baca Juga: Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

mengatasi-gangguan-kecemasan
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Jadi, kita bisa simpulin kalo gangguan kecemasan sosial adalah gangguan mental serius yang butuh pengobatan dari tenaga profesional. Gangguan kecemasan sosial ini perlu ditangani, supaya penderitanya bisa sembuh dan menjalani kesehariannya lagi. Kalau gak ditangani, mereka yang mengidap gangguan ini bakal kesulitan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial.

Setelah baca pemaparan gue di atas, mungkin lo jadi ada niatan buat pergi ke tenaga profesional untuk mengecek kondisi mental lo. Atau lo punya orang terdekat yang perlu konsultasi. Tapi, mungkin lo bingung mau cari tenaga profesional ke mana.

Untuk mengatasi masalah itu, mungkin layanan konsultasi dari Satu Persen bisa membantu lo. Konseling sendiri memang layanan dari Satu Persen yang hadir untuk menangani masalah klinis seperti gangguan kecemasan sosial. Di konseling, lo bakal dapetin semua yang lo butuhkan dari psikolog, termasuk diagnosa, terapi, serta asesmen mendalam.

Mentoring-5

Oh iya, dapetin informasi seputar kecemasan sosial gak cuma dari artikel ini aja, lho. Lo juga bisa simak pembahasan mengenai social anxiety dan cara mengatasinya di video YouTube Satu Persen di bawah.

Oke deh, gue cukupkan tulisan gue sampe di sini dulu. Semoga bermanfaat dan bisa ngebantu lo yang lagi butuh solusi.

Gue harap, yang mengidap gangguan ini bisa lekas baikan, ya! Pelan-pelan aja, yang penting berkembang Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya 🙂

Akhir kata, thanks a million!

mengatasi kecemasan sosial

Referensi

Higuera, V. (September 3, 2018). Social Anxiety Disorder. Retrieved on January 29, 2021 from https://www.healthline.com/health/anxiety/social-phobia.

National Institute of Mental Health. (n.d). Social Anxiety Disorder: More Than Just Shyness. Retrieved on January 29, 2021 from https://www.nimh.nih.gov/health/publications/social-anxiety-disorder-more-than-just-shyness/index.shtml.

Read More
judi

Definisi, Jenis, dan Cara Mengatasi

mengenal bipolar
mengenal bipolar

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Apa sih yang lagi kalian rasakan akhir-akhir ini?

Tentunya, gue berharap kalian semua lagi ngerasain hal-hal baik, ya. Tapi, gak dapat dipungkiri, hidup tuh gak bisa dipaksain buat bahagia terus. Jadi, mungkin ada dari kalian yang lagi ngerasa sedih, kacau, dan sebagainya.

Baca juga: Stop Mencari Kebahagiaan Sekarang

Atau mungkin…ada gak dari kalian yang lagi bingung sama perasaannya sendiri?

Baru aja ketawa-tawa seneng banget, tiba-tiba bete dan males ngapa-ngapain. Tadinya asik bercanda bareng, sesaat kemudian jadi murung. Hati tuh rasanya naik-turun banget, kayak lagi naik rollercoaster.

Gara-gara perubahan yang terlalu cepat itu, jadinya malah dipandang aneh sama temen-temen atau keluarga. Mungkin ada dari temen kalian yang pernah nyeletuk, kurang lebih gini:

“Suasana hati lo labil banget, deh. Jangan-jangan lo bipolar, kali!”

Abis itu, lo searching di internet dan ngerasa gejalanya mirip sama perubahan suasana hati yang lagi lo alami. Akhirnya, lo mikir, “Mungkin gue emang bipolar kali, ya?”

Well, kalo lo lagi bertanya-tanya, mood ala rollercoaster yang lo alami itu bipolar atau bukan, jawabannya bukan ya, guys. Kalian pasti tahu istilah moody, kan? Nah, istilah ini mungkin lebih tepat buat lo yang perasaannya gampang berubah-ubah.

Sebenernya, bipolar itu emang merupakan gangguan mental di mana penderitanya mengalami perubahaan mood yang ekstrem. Tapi, ekstrem yang dimaksud di sini bukan berarti gampang berubah-ubah seperti halnya orang yang moody. Kadar atau intensitasnya jauh lebih parah daripada itu.

Orang dengan gangguan bipolar mungkin bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain pas gejalanya lagi kambuh. Mereka bisa jadi sulit beraktivitas dengan normal seperti orang kebanyakan, sulit juga mempertahankan hubungan dengan orang sekitar, gara-gara suasana hati yang cenderung udah di luar kontrol si penderita.

Melalui artikel yang gue tulis ini, yuk mengenal bipolar lebih dalam lagi! Supaya lo bisa lebih paham gimana membedakan gejala bipolar dengan moody biasa. Jangan sampe salah kaprah, apalagi self-diagnose, ya 🙂

Lebih mengenal bipolar

Kenapa sih, seseorang bisa mengalami bipolar?

Sayangnya, meskipun bipolar bukan gangguan mental yang langka, belum diketahui apa penyebab pastinya. Para ahli berpendapat bahwa bipolar mungkin bisa disebabkan oleh faktor genetik, struktur otak, atau lingkungan.

Gangguan bipolar emang bisa diturunkan dari orang tua ke anaknya. Menurut penelitian, seseorang berisiko empat sampai enam kali lebih rentan mengidap bipolar apabila keluarganya memiliki riwayat gangguan tersebut. Tapi, bukan berarti semua orang yang berisiko itu pasti menderita bipolar ya, guys.

Kalo gitu, gejala seperti apa sih kalo penderita bipolar lagi kambuh?

Ada tiga kemungkinan gejala yang dialami oleh orang dengan gangguan bipolar, yaitu mania, hipomania, dan depresi. Gejala yang bakalan dialami itu tergantung dengan tipe bipolar yang diderita. Jadi, gak semua pengidap bipolar mengalami gejala yang sama.

Apa sih, bedanya dari ketiga gejala tersebut?

Episode gejala bipolar: mania/hipomania vs depresi

Orang dengan bipolar mengalami gejala yang disebut episode. Seperti yang udah gue mention sebelumnya, episode dapat berupa mania atau hipomania dan depresi, tergantung tipe bipolar yang diderita. Episode tersebut bisa jadi jarang dialami atau dialami beberapa kali setiap tahunnya.

Episode mania (atau manik) bukan hanya sekadar perasaan yang sangat senang. Luapan kesenangan yang dirasakan tersebut bisa jadi dapat mengganggu aktivitas harian, bahkan sampe membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Apa sih yang biasanya orang lakukan kalo lagi seneng? Mungkin main ke luar rumah sama temen-temen, trus ngobrol dan ketawa bareng. Nah, lain halnya dengan yang mengidap bipolar, mereka bisa aja ngabisin uang jutaan tanpa pikir panjang, kebut-kebutan, atau ngajak orang lain ngobrol nonstop sampe gak tidur semalaman.

mengenal bipolar
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Ada juga gejala yang disebut episode hipomania. Hipomania juga bisa disebut sebagai ‘kondisi senangnya’ penderita bipolar, tapi gak separah mania. Tapi, tetap aja kadar senangnya itu berbeda dengan senang dalam kondisi normal. Pokoknya, ketidakwajaran penderita yang lagi ngalamin hipomania bakal keliatan juga sama orang lain.

Sedangkan, kondisi nge-down yang dialami pengidap bipolar bisa disebut dengan episode depresi. Mereka juga ekstrem banget kalo lagi sedih. Bisa aja mereka jadi gak minat ngobrol atau ketemu orang lain, atau tiba-tiba gak nafsu sama makanan apa pun. Dalam kondisi terparah, mereka mungkin aja sampe punya pemikiran buat bunuh diri.

Setelah mengetahui gejalanya, barulah kita bisa memahami tipe-tipe bipolar yang ada, nih. Secara umum, biasanya bipolar dibagi menjadi dua:

Bipolar 1

Bipolar tipe 1 ditandai dengan minimal satu episode mania yang didiagnosa secara klinis. Gak semua pengidap bipolar 1 mengalami episode depresi. Terkadang gejala episode mania gak bisa diatasi secara mandiri, sehingga membutuhkan penanganan dari rumah sakit.

Bipolar 2

Seseorang bisa didiagnosa mengidap bipolar 2 apabila mengalami episode depresi mayor minimal 2 minggu dan satu episode hipomania. Cenderungnya, mereka gak mengalami sampe ke tahap mania.

Bayangin aja, lo yang semula ngerasain bahagia yang amat sangat, tiba-tiba merosot jatuh mood-nya. Pasti rasanya menderita banget ngalamin perasaan seekstrem itu. Belum lagi dapet stigma yang gak benar dari orang-orang sekitar yang masih kurang paham sama gangguan bipolar ini. Nah, itulah yang dialami oleh penderita gangguan bipolar, guys.

Kalo lo udah baca sampe sini, gue harap lo udah bisa bedain antara moody dengan gangguan bipolar yang merupakan gangguan klinis dan perlu pengobatan khusus. Kalo lo mengalami gejala yang udah gue sebutin di atas, berarti udah saatnya lo melakukan penanganan, nih.

Coba Juga: Tes Layanan Konsultasi yang Paling Sesuai dengan Kebutuhanmu.

Hidup berdampingan dengan bipolar

Emangnya bisa? Gimana caranya?

1. Mengatur gejala bipolar dengan gaya hidup sehat

Pastinya, gaya hidup yang sehat bakal berdampak baik pula buat kesehatan mental lo.

Lo bisa membiasakan diri dengan hal yang simpel, seperti mengatur pola makan dan tidur, aware sama mood swing yang lo rasakan, bergaul dengan teman yang suportif, serta berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga profesional lainnya.

Baca Juga: Cara Cepat Tidur Nyenyak (Mengatasi Overthinking Sebelum Tidur)

2. Cobain pengobatan alami untuk meredakan gejala bipolar

Pengobatan alami bisa membantu lo supaya mood lebih stabil. Lo bisa coba mengonsumsi minyak ikan, rhodiola rosea (akar emas), atau suplemen S-adenosylmethionine (SAMe).

Tapi, jangan lupa konsultasiin dulu ke dokter sebelum mengonsumsi, ya! Soalnya, pengobatan alami ini bisa mengganggu pengobatan lo yang sebelumnya, jadi harus disesuaikan terlebih dahulu.

3. Punya support system supaya gejala bipolar lo membaik

Dukungan emosional dari orang terdekat yang sayang sama lo tentu bikin perasaan lo jadi lebih baik, kan? Jangan lupa kalo mereka bakal ada buat lo, jadi gak perlu ngerasa menderita sendirian. Selama memungkinkan, komunikasikan aja sama mereka tentang apa yang lo rasakan.

4. Konsultasikan gejala bipolar lo ke tenaga profesional

Kalo lo emang udah didiagnosa gangguan bipolar, tahap selanjutnya lo perlu konsultasi secara rutin, nih. Soalnya, lo perlu penanganan dengan resep obat, terapi, dan metode pengobatan lainnya. Kalo gejala yang dialami udah sampe tahap bahaya, segera minta bantuan sama orang lain, ya!

Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Gangguan bipolar emang gak bisa dianggap remeh, guys. Karena gak bisa disembuhkan, bipolar cuma bisa dikurangi gejalanya aja. Nah, buat lo yang udah didiagnosa gangguan bipolar, atau ngerasa lo mengalami gejalanya dan mau coba konsultasi, udah kebayang belum mau cari bantuan kemana?

Layanan konseling Satu Persen mungkin bisa menjadi salah satu opsi buat lo yang pengen konsultasi, nih. Layanan konseling ini emang disediakan untuk menangani masalah klinis seperti bipolar. Tenang aja, di sini lo bakal ditangani sama tenaga profesional yang merupakan lulusan S2 psikologi profesi, jadi mereka bisa bantu ngurangin gejala lo dengan terapi. Buat lo yang belum pernah konsultasi, lo juga bisa dapetin diagnosa lewat konseling kita, lho!

Barangkali ada dari lo yang  pengen tahu lebih banyak lagi tentang bipolar, lo juga bisa simak video YouTube dari Satu Persen yang bisa lo tonton langsung dengan nge-klik link di bawah ini.

mengenal bipolar

Kurang lebih segitu dulu yang bisa gue sampaikan di artikel ini. Semoga bisa bermanfaat bagi siapa pun yang membutuhkannya, ya. Buat yang lagi berjuang menghadapi bipolar, gue selalu support dan mengharapkan yang terbaik buat kalian 🙂

Mengidap gangguan mental gak menghalangi lo buat berkembang, kok. Yuk, hidup lebih berdaya bareng kita. Pelan-pelan, tapi minimal Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Akhir kata, thanks a million.

Referensi

Holland, K. (January 18, 2018). Everything You Need to Know About Bipolar Disorder. Retrieved on March 7, 2021 from https://www.healthline.com/health/bipolar-disorder.

Roland, J. (January 10, 2019). Bipolar 1 Disorder and Bipolar 2 Disorder: What Are the Differences?. Retrieved on March 7, 2021 from https://www.healthline.com/health/bipolar-disorder/bipolar-1-vs-bipolar-2.

Read More
judi

Panic Attack: Definisi dan Cara Mengatasi

Mengenal-Panic-Attack-dan-Cara-Mengatasinya
Satu Persen – Mengenal Panic Attack dan Cara Mengatasinya

Halo! How was your day, Perseners? Salam kenal aku Ruth, salah satu associate blog writer di Satu Persen.

Kamu pernah gak sih, pas mau ngadepin sesuatu yang menegangkan atau lagi adem-ayem gak ngapa-ngapain, tiba-tiba, kayak ada saklar yang nyala di dalem diri kamu. Dor! Kamu pun gemetar gak karuan, keringetan, deg-degan sampe rasanya susah napas. Pernah kepikiran gak kalau mungkin kamu mengalami panic attack?

Tenang aja, kamu gak sendirian.

Temen-temen, tetangga, bahkan orang tua yang kamu temuin di warung penyet pinggir jalan kemungkinan besar pernah ngalamin yang namanya panic attack.

Jujur, aku juga pernah panic attack dan bahkan lebih sering kejadian pas nongkrong sendiri di kamar mandi daripada nungguin urutan presentasi.

Aku yakin dari kalian juga banyak yang kayak gini.

Lucu ya, cara kerja panic attack ini. Terus, gimana cara ngatasinnya kalo datengnya tiba-tiba?

Nah, sebelum tau cara ngatasinnya, kamu tau gak sih panic attack itu apa dan gimana aja bentuknya?

Definisi Panic Attack

Menurut Dimitar Bonevski dan Andromahi Naumovska, panic attack adalah ketakutan intensif dan kecemasan tiba-tiba yang menyebabkan gejala fisik dan psikologis.

Dan biasanya, tingkat ketakutan yang kamu alami itu gak realistis dan gak proporsional dengan peristiwa atau keadaan yang memicu panic attack.

Siapa aja bisa mengalami panic attack sebanyak satu kali, tapi, kalo dirasa keseringan dan terus-menerus, mungkin aja itu merupakan tanda gangguan panik atau kecemasan yang memerlukan pengobatan.

Baca juga: Perbedaan Rasa Cemas dan Takut Berlebih

Buat kamu yang masih gak yakin kamu mengalami panic attack, coba dibaca dulu nih ciri-cirinya di bawah.

Ciri-ciri Kamu Mengalami Panic Attack

Mereka yang sering mengalami panic attack sering menyadari situasi yang memicu panic attack. Itu kenapa, ada baiknya kamu mempelajari tanda-tandanya supaya kamu bisa lebih bersiap.

1. Datang Dadakan

Gak senikmat tahu bulat yang digoreng dadakan, bedanya kalo kamu mengalami panic attack, yang ada justru perasaanmu terasa seperti ‘digoreng’ dengan berbagai pikiran dan kecemasan yang sedikit demi sedikit datang menyudutkan dirimu sendiri.

Kamu pun mulai merasa entah menggigil atau sensasi panas di tubuhmu yang mengakibatkan keringet berlebih. Dari mulai gemetar, mual, sampe kesemutan kamu rasakan.

Hingga akhirnya pikiran itu menumpuk di dalam diri kamu.

Untuk mengetahui cara mengatasi kecemasan yang berlebihan, coba tonton video Satu Persen di bawah ini!

Cara Mengatasi Kecemasan Berlebihan

2. Datang Gak Diundang

Walaupun sama seperti jelangkung yang datang gak diundang dan kamu pengen kabur aja bawaannya, nyatanya panic attack terasa lebih menakutkan bagi yang mengalaminya dan menghindarinya gak semudah lari-larian kayak di film horor.

Panic attack sangat sering terjadi tanpa pemicu yang jelas, dan juga dapat terjadi ketika orang tersebut sedang rileks atau bahkan ketika sedang tidur.

Beberapa hal mungkin kamu alami seperti, rasa takut yang ekstrem, ada perasaan terputus dari diri sendiri, kehilangan kendali, pikiran sebuah bahaya akan terjadi, dan keinginan yang kuat untuk melarikan diri atau menghindari situasi tersebut.

3. Mirip Serangan Jantung

Karena seringkali menyerupai gejala serangan jantung atau gangguan pernapasan, mungkin kamu juga diselimuti rasa takut akan kematian.

Beberapa orang mengalami panic attack dengan gejala terbatas, yang bisa aja terdiri dari kurang dari empat gejala umum yang kusebut di atas.

Untuk durasinya, panic attack berlangsung sekitar 5 hingga 20 menit, yang biasanya memuncak dalam 10 menit.

Panic attack bisa kejadian beberapa kali dalam rentang waktu beberapa jam dan, bagi sebagian orang, setiap hari atau seminggu sekali.

Tips dan Trik Mengatasi Panic Attack

Buat kamu yang mengalami tanda-tanda di atas, mungkin bisa dicoba, nih, beberapa cara menanganinya supaya kamu bisa lebih mengambil alih kontrol atas dirimu kalo ke depannya kamu mengalami panic attack lagi.

1. Balon di Perutmu

Bayangin kayak kamu punya balon di perut kamu. Alih-alih hanya menarik napas dalam-dalam selama panic attack, coba kamu latihan pernapasan diafragma.

Pernapasan diafragma adalah pernapasan yang difokuskan pada rongga perut dan rongga dada yang membesar akibat paru-paru penuh terisi udara.

Jadi, pas kamu melakukan jenis pernapasan ini,  bukan dada kamu yang naik turun, tapi perut kamu yang mengembang keluar-masuk.

Ambil waktu lebih lama untuk menghembuskan napasmu daripada menghirup. Misalnya bisa diatur, menghirup selama tiga detik dan menghembuskan napas selama empat detik.

mengenal panic attack
Image by syarifahbrit on freepik

2. Relaksasi Otot

Taktik lain yang membantu kamu adalah relaksasi otot progresif. Kamu bisa mulai dari jari-jari kaki dan naik ke atas, secara bergantian menegangkan suatu kelompok otot selama beberapa detik, sebelum kamu kendurkan selama sekitar 10-20 detik.

Lalu, lanjutkan ke kelompok otot berikutnya sampe kamu berhasil mencapai puncak kepala. Untuk wajah, kamu juga bisa memejamkan matamu keras-keras dan mengerutkan alismu sampai ada kerutan di dahi sebelum kamu membuatnya relaks.

mengenal panic attack
Source from imgflip.com

3. Menerima Perasaan Panik

Ingatlah kalau kamu gak sekarat, dan gejala panik adalah suatu hal yang normal. Biarkan diri kamu merasakan emosi negatif itu supaya kamu bisa melepaskannya.

Hal pertama yang cenderung dilakukan orang adalah mencoba melawannya. Jadi, alih-alih menyangkal gejala itu, akui saja kalau kamu memang mengalaminya.

Ingatkan dirimu kalau ini hanyalah respons sistem saraf simpatik yang akan segera berlalu. Biarkan gejala itu terjadi dan mulailah coba untuk menenangkan pikiranmu.

Mulai Normalisasi Emosi Negatif – Podcast Satu Persen

4. Atur Kebiasaanmu

Kamu bisa coba membiasakan minum teh, khususnya chamomile. Sebuah penelitian dari PubMed menemukan bahwa chamomile gak hanya menenangkan, tetapi juga dapat secara signifikan mengurangi kecemasan dan bahkan melawan depresi.

Saat merasa sangat cemas, masukkan empat kantong teh chamomile ke dalam air panas. Setelah direndam selama lima menit, minumlah perlahan.

Studi juga menunjukkan bahwa 20 menit olahraga bisa mengurangi gejala kecemasan yang kamu alami. Olahraga gak hanya membuat kamu merasa lebih baik tentang diri kamu sendiri, tapi juga akan memenuhi tubuhmu dengan endorfin.

5. Percaya pada Dirimu Sendiri

Kamu bisa mengelola rasa takutmu dengan memikirkan hal-hal yang telah kamu lalui. Percayalah dengan kemampuan dirimu sendiri. Dengan mengingat hal-hal ini, akan mengurangi rasa takutmu mempertanyakan “bagaimana jika” untuk esok hari.

Coba juga: Tes Faktor Kepercayaan Diri

Ketahuilah bahwa kamu hebat hingga bisa tetap bertahan di titik ini. Aku yakin, kemarin-kemarin pasti banyak hal-hal yang terasa berat sampai rasanya sulit untuk melanjutkan. Tapi lihat, di mana kamu sekarang?

Kamu berhasil melaluinya.

Akan selalu ada esok hari yang akan terasa lebih berat dari hari kemarin. Tapi, kalau panic attack menyerangmu, sadarilah bahwa kamu akan baik-baik saja.

Kamu memiliki kendali penuh atas pikiran dan perasaanmu.

Kamu nahkoda atas kapalmu sendiri. Bagaimana kamu menghadapi ombak dan karang di depan, kamu yang tentukan.

Temukan kekuatanmu untuk duduk bersama mereka (perasaan-perasaan negatif itu) dan ketahui bahwa mereka akan berlalu. Mereka mungkin gak langsung pergi, tetapi mereka pasti akan pergi.

Baca juga: Pikiran Negatif Merusak Hidup Positif

Karena, sedahsyat apapun ombak, setinggi apapun karang, ada masanya air laut tenang juga dan hal itu yang membuat perjalananmu berarti.

Ketika panic attack-mu telah memudar, selalu ingat bahwa kamu telah melaluinya, dan kamu kuat.

Aku tahu bahwa panic attack itu menyakitkanmu secara fisik dan mungkin melemahkanmu secara mental. Jadi, kalau kamu merasa butuh bantuan dalam menangani panic attack yang kamu alami, kamu juga bisa melakukan layanan konseling yang disediakan oleh Satu Persen.

Di situ, kamu bisa diskusi sama Psikolog, dan kamu bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani kondisi kamu.

Kamu juga bisa dapat banyak benefit dari layanan ini, loh! Tentunya selain curhat sama orang yang bisa menenangkan pikiranmu, untuk benefit lainnya bisa kamu cek dengan klik gambar di bawah ini.

Satu-Persen-Artikel--22-

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih lagi menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya. Terima kasih dan sampai jumpa!

References

Amsterdam, J. D., Shults, J., Soeller, I., Mao, J. J., Rockwell, K., & Newberg, A. (2012, August). Chamomile (Matricaria recutita) May Provide Antidepressant Activity in Anxious, Depressed Humans: An Exploratory Study. https://www.researchgate.net/publication/230677791_Chamomile_Matricaria_recutita_May_Provide_Antidepressant_Activity_in_Anxious_Depressed_Humans_An_Exploratory_Study

Cohen, I. S. (2017, 06 05). 10 Simple Tactics to Manage Anxiety and Panic Attacks. PsychologyToday. Retrieved 03 15, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/your-emotional-meter/201706/10-simple-tactics-manage-anxiety-and-panic-attacks

Panic Attack. (2017, 05 17). PsychologyToday. Retrieved 03 15, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/panic-attack#:~:text=The%20physical%20symptoms%20of%20a,heat%2C%20and%20increased%20heart%20rate

Read More
judi

Penyebab Panic Attack bagi Remaja (Gejala, Faktor, Cara Mengatasi)

Penyebab-Panic-Attack-bagi-Remaja
Gambar oleh Satu Persen – Penyebab Panic Attack bagi Remaja

Well, halo, Perseners! How’s life? Semoga baik-baik aja ya.

Kenalin gue Vidha dari associate writer Satu Persen yang sedang tertekan dengan ambisinya sendiri Lo gimana? Apakah ambisi kalian membuat kalian juga merasakan tekanan?

Jangan biarkan ambisi lo malah bikin lo stres ya karena stres itu bisa mendatangkan banyak hal yang gak jarang dampaknya negatif. Salah satu contohnya adalah terkena panic attack.

Lo pernah gak rasain panic attack? Gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba rasanya nyawa udah di ujung leher. Buat lo yang mungkin pernah merasakan hal kayak gini, tapi gak tau ini apa, mangga bisa dicek artikel ini!

sumber: @csilva0188 on Pinterest
sumber: @csilva0188 on Pinterest

Apa Sih Panic Attack Itu?

Menurut Psychology Today, panic attack atau serangan panik adalah serangan cemas dan takut yang meliputi gejala fisik dan psikologis. Ketakutan yang lo rasain itu gak masuk akal dan gak sesuai sama kejadian yang sedang terjadi sekarang.

Setiap orang normalnya mengalami panic attack ini sekali, tapi kalo lo merasa panic attack ini berulang-ulang dalam waktu yang relatif singkat, itu bisa menjadi tanda sebagai panic disorder.

Terus, apa sih gejala yang biasanya terjadi sama orang yang lagi panic attack?

  • Merasa bahaya akan datang menghampiri
  • Takut lost control atau takut akan kematian
  • Jantung yang berdebar cepat
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Sesak napas atau merasa adanya penyempitan tenggorokan
  • Panas dingin
  • Mual
  • Kram perut
  • Sakit di bagian dada dan kepala
  • Kesemutan
  • Derealisasi

Lo bisa dibilang kena panic attack kalo setidaknya merasakan 4 dari gejala di atas.

Baca juga: Panic Attack: Definisi dan Cara Mengatasi

Panic attack ini biasanya berlangsung selama 5-20 menit, tapi ya gais rasa ‘gak enak’nya itu bisa sampe seharian. Durasinya tergantung pada individu masing-masing.

Panic attack ini hampir mirip sama anxiety attack, bedanya panic attack itu lebih intense dengan waktu yang relatif lebih singkat.

Panic attack itu sebenernya gak berbahaya, tapi ya gak nyaman aja.

Gue sendiri pernah /read/ lumayan sering kena panic attack dengan gak ada alasan. Pernah lagi kelas on cam tiba-tiba kayak lost sendiri gitu, deg-degan, panikkkkkk bangett, tapi gak tau panik kenapa. Terus keringetan, terus aaaaaa rasanya pengen teriak loncat-loncat, tapi harus tetap tenang karena on cam. Mau off cam nanti takut di-kick sama host hhh.

sumber: Allison Brandt on Pinterest
sumber: Allison Brandt on Pinterest

Tapi yang serem sih sebenernya adalah pengalaman pertama panic attack karena lo gak tau apa namanya dan mikir lo emang beneran mau mati. Pengalaman pertama panic attack gue adalah ketika masih tinggal di kosan. Sendirian. Jam setengah 12 malem lagi enak-enak tidur terus kebangun gara-gara sesek napas, keringetan, gemeteran, dan rasanya bener-bener kayak mau mati.

Mau nelpon mama papa takut mereka ikutan panik. Kan gak lucu gitu ya, mana beda kota. Udah mikirin kalo nanti gue mati di sini, siapa yang tau? Terus gue buka pintu kosan lebar-lebar biar kalo gue kenapa-napa orang bisa tau gitu HAHA. Gue ambil wudhu, terus sholat, terus nangis bener-bener setakut itu. Abis itu gue tiga hari nginep di kosan temen biar gak keulang lagi ((tapi masih keulang sampe semingguan gitu)) abis itu ilang sendiri.

Sekarang sih karena udah tau kalo ini namanya panic attack, jadi lebih santai kalo emang tiba-tiba kena panic attack. Meskipun ya tetep takut lah ya kalo misalkan emang gimana-gimana.

sumber: @myeasytheraphy on Instagram
sumber: @myeasytheraphy on Instagram

Jadi kalo lo merasa gejala-gejala di atas, jangan dibawa panik. Berusaha tenang dan mikir bahwa ini bakalan berlalu, dan lo bakal baik-baik aja.

Nah, karena lo udah tau nih gejala dari di panic attack itu gimana. Sekarang gue bakal bahas apa sih penyebab dari panic attack itu sendiri.

Penyebab Panic Attack

Sampai hari ini belum ada penelitian yang jelas tentang apa yang menyebabkan orang bisa kena panic attack, tapi beberapa penelitian yang mengatakan penyebab panic attack di antaranya yaitu:

Genetik

Faktor genetik adalah suatu kondisi di mana pendahulu (dalam garis hubungan darah yang sama) sangat berpengaruh dengan keadaan generasi-generasi penerusnya. Kalo lo punya keluarga yang juga pernah mengalami panic attack atau punya panic disorder, ini bisa jadi penyebab lo kena panic attack.

Stres berat

Stres berat adalah kondisi ketika lo mengalami tekanan mental atau emosional yang berlebihan. Stres berat itu bakal berpengaruh sama fisik dan mental lo. Ini juga yang bisa jadi salah satu penyebab panic attack datang tiba-tiba kayak tahu bulat dadakan.

Ikuti juga tes online gratis Tingkat Keparahan Stres

sumber: Sparky Thomson on Pinterest
sumber: Sparky Thomson on Pinterest

Ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak

Otak manusia adalah tempat di mana semua yang terjadi dalam tubuh lo diatur. Jutaan senyawa kimia yang berfungsi untuk mengatur tubuh kita. Jadi kalo misalkan senyawa-senyawa di dalam otak itu gak seimbang, akan terjadi gangguan fungsi dalam tubuh lo, termasuk salah satunya adalah panic attack.

Mental health issues

Dikutip dari Psychology Today, remaja dan dewasa muda yang mengalami panic attack seringnya memiliki gangguan mental lain seperti OCD (obsessive compulsive disorder), anxiety, mood disorder, eating disorder, atau gangguan penggunaan zat.

sumber: Nyawn on Pinterest
sumber: Nyawn on Pinterest

Faktor Risiko Panic Attack

Selain penyebab-penyebab terjadinya panic attack, berikut ini juga ada faktor risiko yang dapat membuat panic attack lo sering muncul atau lebih parah sampai menyebabkan panic disorder.

Sejarah keluarga yang pernah kena panic attack

Sama dengan penyebab panic attack, sejarah keluarga yang pernah mengalami panic attack akan membuat risiko terkena panic attack lebih besar.

Stress berat dalam hidup

Stres berat dalam hidup ini adalah stres karena hal yang besar banget dalam hidup lo, meliputi didiagnosis penyakit parah, kehilangan orang yang disayang, dan lain-lain.

Gue sendiri pernah ada pengalaman panic attack pas baru mengunjungi almarhumah nenek gue di kamar jenazah. Itu sakitt bangettt! Nangis sampe sesak napas, gemeteran, mau pingsan, pokoknya parah lah. Tapi menurut gue kala itu adalah hal yang wajar terjadi. Siapa sih yang enggak sedih dan syok ditinggal orang yang dia sayang?

Kejadian traumatis

Kejadian traumatis di sini meliputi kecelakaan parah, pelecehan seksual, bencana alam, dan hal yang bikin lo trauma.

Baca juga: Post-Traumatic Disorder Penjelasan Lengkap

Perubahan besar dalam hidup

Perubahan besar dalam hidup juga bisa menjadi faktor risiko lo mengalami panic attack. Perubahan besar ini bisa jadi setelah bercerai, setelah mempunyai bayi, pindah rumah yang jauh dari asal, dan lain-lain yang menurut lo itu bakal signifikan banget buat perubahan dalam hidup lo.

Rokok dan kafein yang berlebihan

Dua hal ini bisa mempengaruhi senyawa kimia dalam otak lo jadi gak seimbang kalo dikonsumsi secara berlebihan. Kalo udah gak seimbang, bisa memunculkan banyak masalah, salah satunya panic attack ini.

Pengalaman kekerasan di masa kecil

Faktor risiko ini berkaitan dengan kejadian traumatis, tetapi lebih berlangsung lama seperti kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual yang lo dapatkan ketika kecil.

Kalo lo merasa panic attack ini mengganggu lo, lo bisa nonton video di bawah ini biar lebih ada pencerahan.

YouTube Satu Persen – Cara Mengatasi Kecemasan Berlebihan

Kalo masih kurang, coba deh lo ikutin program konseling Satu Persen untuk membuat lo sekiranya bisa bercerita dan berkeluh kesah sama psikolog Satu Persen. Lo juga bisa dapet psikotes sebelum konseling dan worksheet sesudah konseling.

Satu-Persen-Artikel--23-

Semoga dari konseling itu lo bisa dapet masukan dan saran dalam mengendalikan atau mengurangi panic attack yang terus datang dan mengganggu kehidupan lo.

At the end, semangat terus ya. Panic attack gak berbahaya kalo lo bisa menanganinya dengan baik, tapi sebaiknya juga enggak diremehkan keberadaannya karena semua gangguan itu menandakan ada yang salah dan harus diperbaiki dalam diri kita.

Cheers!

Referensi:

Panic Attack. (2017). Retrieved April 1, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/panic-attack#:~:text=The physical symptoms of a,heat%2C and increased heart rate

Mayo Clinic Staff. (2018). Panic attacks and panic disorder. Retrieved April 1, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/panic-attacks/symptoms-causes/syc-20376021

Read More
judi

Definisi dan Cara Mengatasi (Penyebab Insecure)

insecure satu persen
Satu Persen – Mengenal Insecure dan Cara Mengatasinya

Halo, Perseners! Apa kabar? Semoga kabar kalian baik-baik aja ya hehehehe,

Sebelumnya kenalin, aku Chastin Associate Writer baru di Satu Persen, dan ini artikel debutku. Nah untuk mengawalinya aku mau bahas tentang insecure, suatu bahasan yang menurutku gak bakal habis termakan waktu.

Soalnya siapa sih yang nggak tau insecure? Istilah ini udah nggak asing di telinga segala kalangan. Bahkan, hampir setiap hari ada aja orang yang mengklaim bahwa dia lagi insecure.

Kalian familiar nggak dengan kata-kata di bawah ini?

‘’Aku kok gak sekeren dia ya?’’

‘’Orang-orang seumuran aku udah pada kerja, kok aku belum?’’

‘’Perasaan udah berusaha mati matian, kenapa gini gini aja?’’

Sebaiknya, perasaan kurang akan diri sendiri dibuang jauh jauh deh,

Kenapa?

Jika perasaan insecure nggak segera diatasi maka hal ini dapat berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan mental kayak depresi, gangguan kepribadian borderline, gangguan kecemasan, paranoid, gangguan makan, dan masalah pada body image. Jadi makin repot, kan?

Walaupun insecure sering dialami pada berbagai kalangan, tapi perasaan ‘’selalu merasa kurang’’ ini paling sering terjadi pada anak remaja usia sekitar 20-an. Pada usia ini, kita cenderung pengen nyoba segala hal. Sehingga, ketika pencapaian nggak sesuai ekspektasi, maka di titik itulah kita ngerasa banyak yang kurang di dalam diri.

Insecure emang hal yang wajar, tapi bukan berarti kamu harus pasrah aja terjebak dalam kegalauan ini. Kalo kamu terus-terusan membahas kekurangan yang ada di diri kamu, kapan kamu bisa ngembangin kelebihan yang kamu punya?

Nah guys, artikel ini bakal ngebantuin kamu untuk mengenal lebih jauh soal apa itu insecure, sekaligus cari tahu cara buat ngatasinnya

So, simak artikel ini sampe habis ya!.

Kenapa Aku Bisa Minder? (Penyebab Insecure)

Apa sih Insecure itu?

Menurut Abraham Maslow, insecure adalah suatu keadaan di mana seseorang yang merasa nggak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan kebanyakan manusia berbahaya dan egois.

Mereka akan berusaha untuk mendapatkan kembali perasaan secure (aman) dengan berbagai cara.

Sementara American Psychology Association (APA) mendefinisikan insecure sebagai perasaan yang nggak baik. Kayak kurangnya rasa percaya diri dan ketidakmampuan untuk menghadapi suatu masalah.

Kurangnya percaya diri dapat berdampak pada produktivitas. Contohnya, kalo kamu pengen berkembang dan belajar skill baru, kayak public speaking, kamu bukan cuma harus terbiasa melakukan research, tapi juga harus ngebangun rasa percaya diri.

Baca juga: Cara Meningkatkan Percaya Diri

Kalo terus-terusan ngerasa kurang, kamu bakal ragu dan nggak berani untuk melangkah lebih maju. Alhasil, bakal stuck di situ aja dan berujung nyalahin diri sendiri karena merasa ‘kurang’

Nggak enak banget kan ya?

satu persen insecure
Insecure sama temen

Apa aja sih penyebab umum seseorang merasa Insecure?

Menurut psikolog klinis Melanie Greenberg, Ph.D., terdapat 3 penyebab umum seseorang merasa insecure, yaitu:

1. Insecure karena kegagalan atau penolakan yang terjadi baru-baru ini

Peristiwa yang baru terjadi sangat memengaruhi suasana hati dan perasaan kita tentang diri sendiri, terutama yang berhubungan sama kegagalan dan penolakan.

Aku pernah ngerasa kayak gini. Waktu itu aku ngelamar kerja ke beberapa perusahaan, tapi nggak ada panggilan interview lanjut. Hal ini bikin aku mikir kalo aku sama sekali nggak punya kelebihan. Kondisi ini berdampak pada self-esteem, aku jadi ngerasa kurang pede dan insecure.

Apalagi saat ngeliat temen-temenku udah pada kerja. Wah, pokoknya nggak enak banget!

Baca juga: Stop Membandingkan Diri!

2. Insecure karena mengalami kecemasan sosial

Kecemasan ini umumnya terjadi ketika seseorang mendapat kritik atau evaluasi dari lingkungannya. Mungkin beberapa orang nggak masalah dengan itu, tapi kita perlu pahami bahwa nggak semua orang siap dengan kritik dan evaluasi tersebut.

Perasaan nggak siap menimbulkan rasa cemas, yang pada akhirnya ngebuat seseorang menarik diri dari sosial. Karena ngerasa selalu kurang dan nggak fit in dengan sosial di sekelilingnya.

3. Insecure yang didorong oleh perfeksionisme

Beberapa orang mungkin suka dengan hasil yang sempurna, sesuai dengan ekspektasi dan perencanaan yang dibuat. Aku kadang juga gitu, sih. Pengen meminimalisir peluang gagal, sehingga memaksa diri untuk bekerja lebih keras.

Sebenernya ini oke-oke aja.

Hal ini akan jadi masalah ketika kita nggak ngebayangin worst case dari rencana kita. Kita ngebayanginnya berhasil terus, sampai nggak siap kalau ternyata nggak sesuai ekspektasi.

Kita juga kadang cenderung memaksa diri terlalu keras, sampai bikin kita kewalahan dan stres sendiri. Nah, kalau udah ngerasa gini, kalian coba untuk berhenti sebentar dan meluruskan, “Sebenernya apa sih yang aku kejar?”

Coba juga: Tes Tingkat Keparahan Stres

Inget, jangan sampai ekspektasi kita yang menjatuhkan diri kita!

‘’To be beautiful means to be yourself. You don’t need to be accepted by others. You need to accept yourself’’

Banyak orang nggak sadar bahwa untuk menjadi cukup adalah dengan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Hal yang perlu kita lakukan yaitu memahami kelebihan dan kelemahan diri, kita pahami diri kita seutuhnya. Dengan memiliki pemahaman diri, kita akan lebih mudah untuk mencintai diri atau self-love.

Baca juga: Self-Love: Menghargai Diri Sendiri, Kalau Bukan Kamu Siapa Lagi?

Kadang, kita sendiri nggak sadar kalo kita punya kelebihan yang orang lain pengen punya. Kadang, kita nggak sadar bahwa pekerjaan yang kita jalanin sekarang merupakan dream job bagi orang lain. Kadang, kita nggak sadar bahwa fisik yang kita punya adalah idaman bagi orang lain.

Karena terkadang kita terlalu fokus sama pencapaian orang lain, yang jelas- jelas berbeda dengan diri kita sendiri. Faktor pembedanya? Tentu banyak, termasuk kepribadian, pemikiran, juga kapasitas effort yang dilakukan.

Ya sebenernya kadang insecure juga nggak apa-apa sih, siapa tahu bisa jadi motivasi. Tapi, harus paham batasan dan nggak terus-terusan overthinking serta minder tentang kekurangan diri sendiri.

Daripada insecure terus menerus, mending kita gali potensi diri agar lebih berkembang, yuk!

Cara Mengatasi Rasa Minder

3 Cara simple mengatasi Insecure

1. Tingkatkan rasa percaya diri

Coba deh, fokus sama kelebihan dan keunikan yang kamu punya. Mungkin dengan itu, bakal lebih mudah nemuin interest-mu dalam suatu bidang.

Interest ini bisa kamu coba dan latih, sehingga kamu lebih mudah menguasai kemampuan itu. Hal ini akan bikin kamu lebih percaya diri, karena ngerasa diri kamu punya value.

Mungkin nggak gampang ya untuk langsung percaya diri, but that’s okay. Gak usah terburu-buru buat gain more confidence. Latih percaya diri dengan sesekali ngomong depan cermin, kalo aku sendiri sih sering ngomong depan cermin kayak

‘’Ih gue kok cakep banget ya?’’

‘’Ada gak sih yang sekeren gue hari ini udah produktif banget?’’

2. Pilih lingkungan dan suasana yang positif

Coba deh, habisin waktu di lingkungan yang suportif.

Better stay di circle yang support dan apresiasi apapun pilihan yang kamu ambil, daripada di satu circle dengan orang-orang yang bikin kamu down. Kamu bisa cerita ke keluarga ataupun sahabat yang sudah mengetahui diri kamu sepenuhnya.

Memilih lingkungan itu penting, karena itu juga dapat membentuk karakter seseorang. Katanya sih, kalau kita berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan ketularan wangiii hehe.

3. Matikan sejenak ponselmu atau lakukan detoks media sosial

Jika dengan melihat pencapaian orang lewat sosial media dapat membuatmu cemas, lebih baik kamu mengurangi penggunaannya. Hal ini bukan berarti seterusnya resign dari main medsos yaa hehehe. Terkadang, kita perlu istirahat demi belajar memaknai arti hidup sesungguhnya.

Kita bisa lebih siap menghadapi dunia nyata, menyadari hal-hal yang kita punya dan bersyukur akan hal itu. Perasaan ini bisa ngebantu kamu lebih siap bangkit dan bangun rencana untuk berkembang.

Nah, kayak yang aku bilang tadi, insecure itu wajar terjadi. Bahkan sekelas Raisa pun juga pasti pernah insecure. Tapi, kalau ternyata rasa insecure ini udah membuat kamu nggak nyaman dan mengganggu keseharian serta produktivitas kamu, aku saranin kamu untuk ngobrol ke profesional langsung.

Layanan konsultasi bareng mentor Satu Persen bisa jadi solusinya. Karena di layanan ini, kamu akan dapet nggak cuma sesi konsultasi, tapi juga dapet benefit lainnya. Kayak psikotes, worksheet, dan masih banyak lagi.

Benefit dan informasi lainnya bisa kamu cek dengan klik gambar di bawah. Cek aja dulu, siapa tahu cocok, kan? Hehe

Satu-Persen-Artikel--Cover-Image--7-

Oke, segini dulu tulisan dari aku. Semoga bermanfaat dan bisa membantu kita semua untuk berkembang menuju #HidupSeutuhnya!

Referensi:

Florencia, G. (2020). Ini yang Akan Terjadi Ketika Merasa Insecure. Diakses pada 1 Juli 2020, dari https://www.halodoc.com/ini-yang-akan-terjadi-ketika-merasa-insecure

Greenberg, M. (2015). The 3 Most Common Causes of Insecurity and How to Beat Them. Diakses pada 1 Juli 2020, dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-mindful-self-express/201512/the-3-most-common-causes-insecurity-and-how-beat-them

Maslow, A. H. (1942). The Dynamics of Psychological Security-Insecurity. Journal of Personality, 10 (4), 331–344. doi:10.1111/j.1467

Read More
judi

Cara Cepat Tidur Nyenyak (Mengatasi Overthinking Sebelum Tidur)

mengatasi-overthinking-sebelum-tidur
Satu Persen – Mengatasi Overthinking Sebelum Tidur

Apakah kamu yang membaca saat ini pernah mengalami situasi sudah berada di dalam kasur, bergegas untuk hendak tidur tetapi malah terjaga hingga larut malam?

Ditambah situasi pandemi seperti saat ini yang mengharuskan kamu untuk banyak berkegiatan di dalam rumah, malah membuat waktu tidur mu semakin berantakan.

Hal ini bisa terjadi karena kamu menghabiskan waktu malam mu untuk bermain sosial media, menggunakannya untuk menonton drama korea, atau malah banyak pertanyaan-pertanyaan kurang penting yang muncul di kepala.

Memikirkan sesuatu memang tidak selamanya berarti negatif tetapi jika di kalimat sebelum memikirkan ditambahkan kata terlalu maka hal ini bisa menjadi sesuatu yang negatif. Terlalu memikirkan sesuatu, terlebih yang seharusnya tidak kamu pikirkan hanya akan membuang-buang energi yang seharusnya bisa kamu gunakan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti contohnya untuk bisa tidur tepat waktu setiap harinya.

Tak jarang pikiran-pikiran yang tidak perlu ini kadang hadir di saat yang tidak tepat, mereka hadir di saat kamu akan hendak tidur di malam hari, merusak segala ketenangan yang sebisa mungkin sudah kamu ciptakan, dan akhirnya membuat mu sulit untuk tidur padahal keesokan harinya kamu sangat amat memerlukan energi yang cukup untuk melakukan segudang aktivitas, pernah juga mengalami hal seperti itu?

Kebiasaan diatas sering diistilahkan dengan nama “overthinking”. Apasih itu overthinking, apa saja dampak yang akan ditimbulkan, dan kenapa kamu sebaiknya harus menjauhinya. Karena itu semua akan di bahas dalam artikel kali ini, maka simak terus hingga akhir supaya bisa membuat mu menjadi tidak sering overthinking lagi. Share juga artikel ini ke seluruh teman-temanmu agar mereka semua juga mendapatkan manfaaat yang sama denganmu.

Apa Itu Overthinking ?

Overthinking atau dalam bahasa Indonesia yang bisa berarti kebanyakan mikir, overthinking terjadi saat otakmu memikirkan sesuatu terus-menerus yang sebenarnya kamu pun tidak sengaja memikirkannya dan akhirnya terpaksa memikirkannya hingga memicu kekhawatiran berlebihan dan tak jarang berakhir menjadi stress. Pemikiran-pemikiran ini terbagi ke dalam dua golongan yaitu pemikiran masa lalu dan masa depan.

Masa lalu berkaitan dengan rasa penyesalahan yang menandakan otakmu masih belum bisa menerimanya dan masa depan berkaitan dengan kekhawatiran atau rasa cemas akan masa depan yang akan terjadi di hidupmu.

Penyebab lain dari hadirnya rasa overthinking adalah mungkin akibat kita yang terlalu banyak waktu untuk diri sendiri, ketika kita memiliki suatu masalah, atau ketika kita memikirkan sebuah rencana di dalam hidup.

Faktor-fakor berikut biasanya yang dapat memicu hadirnya rasa overthinkinhg, karena banyak waktu untuk diri sendiri selain lebih bisa mengenal diri tetapi dapat juga membuat kita kadang memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak kita pikirkan, itu terjadi padaku beberapa waktu lalu dan mungkin kamu yang membaca saat ini juga mengalami hal serupa.

Cara agar kamu dapat menghilangkan rasa overthinkingyang berlebihan ini adalah dengan kamu mencari terlebih dahulu dampak apa saja yang akan ditimbulkan dari rasa overthinking yang berlebihan.

Dampak dari rasa overthinking yang berlebihan menurut The Health Site adalah berbagai macam penyakit akan menghampirimu seperti terganggunya sistem pencernaan, berpotensi merusak organ jantung, mempengaruhi metabolisme tubuh, merusak kesehatan kulit hingga dapat merusak komponen otak.

Maka dengan begitu apakah kamu masih ingin memelihara rasa overthinking di dalam dirimu?

Resiko Kurang Tidur

Selain penyakit diatas, overthinking yang berlebihan juga dapat membuat kamu menjadi sulit tidur sehingga menyebabkan kamu memiliki intensitas tidur yang kurang, dapat dikatakan kurang tidur ketika kamu hanya memiliki intensitas tidur dibawah 6-7 jam sehari. Kurang tidur sendiri memiliki dampak bagi tubuh, apa yang akan terjadi jika tidur mu kurang dari 7 jam sehari, berikut tiga dampak akibat kamu kurang tidur:

1. Berat badan naik

Tubuh memiliki 2 hormon makan yaitu leptin (menurunkan rasa lapar) dan ghrelin (meningkatkan rasa lapar). Sebuah riset menunjukkan bahwa kurang tidur akan menurunkan jumlah leptin dan meningkatkan jumlah ghrelin, maka inilah alasan orang yang suka begadang memiliki hasrat untuk ngemil lebih tinggi. Sehingga dalam jangka waktu yang panjang hal ini akan semakin meningkatkan resiko terkenanya obesitas bagi orang yang kurang tidur.

2. Serangan jantung

Seseorang yang kurang tidur dibawah 6 jam sehari dapat memperbesar resiko terkenanya atherosclerosis atau pengerasan pada pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan aneurisma, stroke, dan gagal jantung.

3. Resiko terkena kanker

Menurut penelitian yang pernah aku baca, dimana kurang tidur akibat begadang memperbesar resiko terkenanya kanker, karena cahaya di malam hari dapat menekan produksi melatonin di dalam tubuh dimana melatonin ini dapat melindungi diri kita dari kanker.

Nah, kalau kamu mau tahu kualitas tidurmu, kamu bisa nih mencoba ikut tes kualitas tidur, gratis dari Satu Persen nih.

Berbagai Manfaat Tidur Cukup

Jadi untuk kamu semua sudah mengetahui kan dampak kecil dari sebuah overthinking yang terkadang tidak bermanfaat dapat menjalar kemana-mana. Maka kenali lah manfaat tidur yang cukup agar kamu jadi semakin aware dengan tubuh mu sendiri, berikut manfaat tidur cukup:

Seperti penjelasan sebelumnya dimana kurang tidur dapat menaikan berat badan, sebaliknya tidur cukup dapat membuat hormon makan menjadi seimbang sehingga konsumsi makan mu dapat di kontrol. Tetapi ingat pola makan dan olahraga harus tetap dilakukan, agar berat badan semakin ideal.

2. Meningkatkan imunitas

Situasi pandemi seperti saat ini imunitas sangat perlu untuk dijaga, dengan tidur cukup imunitas dalam tubuh dapat semakin meningkat karena fungsi organ dan juga hormon di dalam tubuh bekerja dengan optimal tanpa ada salah satu yang dirugikan karena bekerja terlalu berat.

3. Memperpanjang umur

Tidur cukup dapat menghindarkan kita dari stress karena hormon serotonin yang berfungsi untuk mengatur pola tidur dapat bekerja dengan optimal sehingga membuat mu memiliki mood yang baik setelah bangun tidur dimana ketika kita kurang tidur dapat menyebabkan hormon serotonin menurun. Tidur cukup juga da[at menghindarkan kita dari berbagai penyakit berbahaya seperti serangan jantung.

Cara Efektif Untuk Tidur Cepat dan Sehat

1. Disiplinkan waktu tidurmu

Mulai mencoba untuk mendisiplinkan waktu tidurmu, tidur dan bangunlah di jam yang sama setiap harinya termasuk ketika waktu libur. Hal ini bertujuan agar sistem kerja otak dan tubuh mu dapat beradaptasi sehingga kamu bisa mencapai kualitas tidur terbaik mu.

2. Rutinkan olahraga

Olahraga minimal 30 menit dapat meningkatkan hormon kebahagiaan dalam diri mu seperi dopamin, endorfin, dan juga serotonin. Ketiga hormon ini dapat mereleksasikan tubuh mu sebelum tidur. Lakukan jangan terlalu malam, usahakan tiga jam sebelum tidur agar tidak mengganggu siklus tidur mu.

3. Hindari kafein, nikotin, dan alkohol

Kafein yang dikonsumsi sebelum tidur di malam hari dapat menyebabkan berkurangnya level melatoni yang diproduksi alami oleh tubuh. Hormon melatonin merupakan hormon alami tubuh yang berperan dalam proses tidur. Nikotin akan membuat mu tidak nyenyak dalam tidur, karena kamu akan terbiasa bangun tengah malam akibat tubuh kamu membutuhkan nikotin. Alkohol menurut halodoc jika dikonsumsi sebelum tidur dapat menyebabkan kamu akan sulit untuk tidur Rapid Eye Movement (REM) atau jenis tidur yang memulihkan tubuh kamu alias kamu sudah memasuki fase “tidur bermimpi”.

4. Hindari makan besar sebelum tidur

Makan besar persis sebelum tidur dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang akan mengganggu waktu tidur mu. Efek makan besar sebelum tidur juga menurut situs kesehatan Healthline dapat menyebabkan kenaikan berat badan karena saat tidur metabolisme tubuh melambat sehingga makanan yang masuk akan sulit untuk dicerna.

5. Melatih untuk tidur siang

Waktu siang mu adalah waktu yang terpenting untuk mengatur pola tidur mu. Tidur siang antara 10 sampai 30 menit dapat membuat mu merasakan efek relaksasi, memperbaiki suasana hati, dan mengurangi kelelahan. Hindari tidur siang setelah jam tiga sore karena itu akan membuatmu mengalami sleep inertia atau perasaan linglung dan uring-uringan setelah bangun tidur.

6. Relaksasi sebelum tidur

Bersihkan kamar dan pikiran mu terlebih dahulu, hilangkan segala benda yang dapat merusak waktu relaksasi mu sebelum tidur. Seperti ponsel pintar, laptop, dan benda lainnya yang mengeluarkan sinar biru pada layarnya. Karena sinar biru yang terdapat dalam benda elektronik akan membuat mu mengalami penundaan tidur selama kurang lebih 59 menit. Sebelum tidur kamu bisa melakukan meditasi, membaca buku atau melakukan self motivated atas keberhasilan yang mungkin sudah kamu capai.

Walau terkesan remeh temeh tetapi melakukan self motivated dapat menghilamgkan rasa overthinking yang kadang sering mencul dan mengganggu pikiran mu ketika hendak tidur di malam hari.

Jadi sebelum kamu ingin memelihara rasa overthinking-mu maka cobalah liat terlebih dahulu berbagai dampak yang akan kamu dapatkan. Jika susah untuk kamu hadapi sendiri, kamu bisa mengikuti layanan online konseling dan mentoring dari Satu Persen dengan langsung ditangani oleh ahlinya.

Konseling-Mentoring-Psikolog-Satu-Persen-8

Akhir kata aku mau mengutip pernyataan dari penulis idola ku yaitu bung Fiersa Besari yang mengatakan seperti ini, hal yang paling berat dalam menjalankan sesuatu adalah dengan memikirkannya terlalu dalam.

Tonton video Satu Persen dan jangan lupa buat pantengin terus informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Aku harap artikel ini bisa bermanfaat dan lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Thanks!

Referensi

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3615673/makan-malam-sebelum-tidur-selalu-buruk-bagi-kesehatan.

https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-tahapan-yang-terjadi-saat-tidur

Raghavan S. 2018. 6 Health problems caused by overthinking.

Read More