putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Melawan

judi

Butterfly Project, Kampanye Sosial untuk Melawan Keinginan Self-Harm

butterfly project - self-harm
Satu Persen – Butterfly Project: Kampanye Melawan Keinginan Self-Harm

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Sebelum lo membaca artikel ini, gue mau ngasih trigger duluan kalau beberapa hal yang gue bawain disini bakalan mengandung bahasan yang sensitif. Jadi, buat lo yang mudah ke-triggered mungkin bisa persiapkan diri lo lebih dulu atau bisa juga coba baca artikel-artikel yang lain aja, ya.

Di zaman sekarang yang serba susah ini, permasalahan hidup pasti ada aja. Mulai dari masalah pekerjaan, rumah tangga, kehidupan, atau percintaan. Apalagi saat ini, kita berada di tahun-tahun terberat yang mana corona virus masih melalang buana hampir 2 tahun dan sudah merenggut segala aspek kehidupan setiap manusia. Salah satu aspek yang mengalami dampak ini adalah para remaja.

Dalam 2 tahun belakangan ini juga, banyak dari teman-teman gue yang merasa kalau beban hidup yang mereka jalani semakin berat karena mostly mereka anak kuliahan yang baru lulus. Mereka merasa lebih susah untuk mencari pekerjaan yang ada dan kehidupan sosial mereka menjadi terbatas karena peraturan yang ada. Akhirnya banyak dari teman-teman gue yang merasa stres banget.

Saking stresnya, ada yang bilang ke gue kalau mereka sampai menyakiti diri sendiri atau self-harm untuk melampiaskan stres itu. Tapi, self-harm yang mereka lakukan itu gak berlangsung lama karena mereka tahu kalau itu salah dan cara yang mereka lakukan untuk berhenti dari self-harm adalah dengan mengikuti sebuah kampanye sosial yang bernama “The Butterfly Project.”

Karena lagi ngomongin tentang the butterfly project nih, di artikel kali ini gue akan membahas tentang the butterfly project dan sekilas tentang self-harm. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman – teman maupun kerabat lo. Selamat membaca.

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Mengenal Self-Harm: Penyebab dan Cara Mengatasinya

So, Apa Itu Self-Harm?

apa itu self-harm?
Gambar oleh Peggy Marco by pixabay.com

Menurut Psychology Today, self-harm, atau self-injury, adalah tindakan yang disengaja untuk menimbulkan rasa sakit dan luka pada tubuh sendiri. Self-harm atau menyakiti diri sendiri paling sering mengacu pada menyayat kulit dengan benda tajam, membakar kulit dengan bara api, menggaruk kulit sampai terluka atau lebih buruknya sampai berdarah, dan bentuk lain dari cedera eksternal.

Selain itu, perilaku self-harm juga dapat dilakukan dengan cara seperti mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan dalam jumlah yang banyak atau dengan sengaja melakukan hubungan seks yang tidak aman untuk meluapkan emosi yang ada.

Baca juga: Emosi Itu Bukan Marah! (Mari Mengenal Emosi)

Tapi selain dari dua hal tersebut, ternyata perilaku self-harm dapat ditimbulkan karena tontonan yang berbau kekerasan di media sosial loh, Perseners. Loh, kok bisa?

Seorang psikolog, Fajri M. Badrudin, mengaku sedih dengan tren self-harm di media sosial saat ini. Salah satu kliennya yang melakukan self-harm mengaku mengikuti tutorialnya di jejaring sosial.

Fajri juga menambahkan bahwa self-harm berkaitan erat dengan self-diagnosis, yaitu di mana orang mendiagnosa dirinya sendiri dengan gangguan jiwa tertentu tanpa berkonsultasi langsung dengan ahlinya. Keduanya harus dihindari dan harus pergi ke profesional yang memahami mereka lebih baik.

Apa Hubungan Self-harm dengan Butterfly Project?

the butterfly project - self-harm
Gambar by nicepng.com

Seiring berjalannya waktu, kepedulian tentang melukai diri sendiri atau self-harm semakin meningkat, dan banyak orang mulai terlibat dalam mengurangi tindakan self-harm. Salah satu kampanye yang dilakukan adalah the butterfly project.

Butterfly Project adalah sebuah gerakan atau kampanye sosial yang bertujuan  mengajak masyarakat untuk melawan keinginan melukai diri sendiri atau self-harm. Kampanye ini dilakukan karena kasus kesehatan mental yang erat kaitannya dengan self-harm atau melukai diri sangat sering terjadi.

Di Indonesia sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa di Indonesia setidaknya 2 hingga 3 orang melakukan bunuh diri dalam satu hari. Data terbaru WHO menyebutkan jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 orang per tahun.

Kegiatan ini merupakan bentuk aksi kepedulian terhadap self-harm yang diprakarsai oleh Demick melalui badan amal Inggris Ncompas. Proyek ini sudah ada selama 5 tahun. Demick, menyampaikan kampanye ini dengan melakukan sosialisasi di berbagai sekolah dan universitas.

Butterfly project dapat dilakukan dengan menggambar kupu-kupu di pergelangan tangan lo kapan pun lo merasa ingin melakukan tindakan melukai diri sendiri atau self-harm dengan spidol atau alat menggambar lainnya.

Kemudian gambar kupu-kupu tersebut diberi nama orang yang lo sayangi dan dapat menggunakan kata-kata motivasi yang dapat menguatkan diri. Kemudian kupu-kupu bisa menghilang dengan sendirinya. Kupu-kupu diibaratkan sebagai simbol transformasi yang dapat dianalogikan dengan suatu masalah, dan jika kita  belajar menerima keadaan, maka masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Jika butterfly project yang udah lo lakuin ternyata masih kurang efektif dan lo tetap mengalami kesulitan, jangan segan-segan untuk menghubungi profesional, ya!

Seperti yang gue bilang sebelumnya, hanya psikolog yang dapat mendiagnosis seseorang dengan self-harm. Oleh karena itu, hindari self-diagnosis, alias juga dikenal sebagai mendiagnosa diri sendiri.

Jika lo merasakan gejalanya, cobalah meminta bantuan kepada psikolog. Dengan begitu, lo bisa menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gangguan yang lo miliki, sob! Misalnya dengan ikut layanan konseling bareng Psikolog di Satu Persen.

CTA-Blog-Post-06-1-10

Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konsultasi, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Perilaku self-harm ini harus segera diatasi loh, agar tidak semakin buruk bagi mental dan fisik lo!

Akhir kata, sebaiknya jangan menjadikan self-harm sebagai penghambat hidup lo. Dia harus diatasi supaya lo bisa lebih menikmati hidup dan #HidupSeutuhnya!

Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel YouTube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri.

Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!

Referensi:

Butterfly Project – The Trauma & Mental Health Report. (n.d.). Retrieved October 22, 2021, from https://trauma.blog.yorku.ca/2019/12/butterfly-project/

Self-Harm | Psychology Today. (n.d.). Retrieved October 22, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/self-harm

Read More
judi

Tips Melawan Rasa Malas ala Kaisar Roma

Buat lo yang baca artikel ini sambil rebahan. Yang mungkin ngerasa kasur lo punya magnet tersendiri yang bikin lo males gerak. Mungkin saat ini lo lagi bertanya-tanya “Kenapa ya gue rebahan terus?” atau “Gimana ya caranya biar gak rebahan lagi?”. Pertanyaan-pertanyaan yang sebenernya lo tujuin buat diri lo sendiri. Tapi lo juga gatau apa jawaban tepatnya.

Well sebenernya pertanda bagus kalo lo udah mulai mempertanyakan hal-hal tadi. Yang artinya lo udah sadar dan aware sama apa yang terjadi sama diri lo. Tapi lo belum tau aja gimana cara mengatasinya.

Nah makanya di artikel ini gue bakal ngasih lo alasan dan solusi biar lo gak terus-terusan rebahan dan bisa produktif dalam menjalani hidup.

Kenapa Lo Ngerasa Males?

Sebenernya penyebab kenapa lo ngerasa males dan rebahan terus itu ada macem-macem. Tapi simple-nya karena hal ini adalah paling mudah buat kita lakuin karena ngasih kenikmatan instan. Atau yang disebut dengan konsep instant gratification. Karena kita maunya ngerasain kenikmatan  yang cepet dan paling mudah, makanya kita pilih rebahan aja kalo dibandingin nyelesain kerjaan.

Emang sih dampaknya itu menyenangkan untuk jangka pendek. Lo jadi bisa santai, bisa scroll sosmed sana-sini, bisa ngelupain kerjaan lo. Tapi konsekuensinya kita jadi melupakan dampak jangka panjang dari rebahan tadi. Entah itu kerjaan jadi keteteran, kerjaan gak maksimal, atau bisa juga kecewa sama diri sendiri.

Well tapi gapapa kalo sampe saat ini hasrat lo buat rebahan itu jauh lebih tinggi dibanding nyelesain kerjaan. Karena ya itu salah satu satu kebiasaan kita sebagai manusia yang pengennya dapet kesenangan secepat mungkin. Cuma ini bisa banget diatasi dan pelan-pelan dikurangi. Salah satunya pake cara dari Kaisar Roma, Marcus Aurelius yang juga seorang filsuf stoic.

Cara Mengatasi Kemalasan ala Marcus Aurelius

Marcus Aurelius (Kaisar Roma)

Basically ajaran dia banyak, tapi gue bakal kasih tau lo ajaran utama dia soal ngilangin kebiasaan rebahan. Yaitu wake up with purpose atau bangun dengan sebuah tujuan.

Kalo kata Marcus Aurelius,

“Pagi hari ketika lo males beranjak dari tempat tidur, coba lo bilang sama diri lo sendiri bahwa gue harus pergi bekerja sebagai manusia. Apa yang harus dikeluhkan kalo gue emang melakukan hal yang seharusnya gue lakuin. Atau ini adalah tujuan gue dilahirkan? Buat meringkuk dan menghangatkan diri di bawah selimut?”

Dari kalimat itu dia ngejelasin bahwa manusia itu emang sejatinya punya kewajiban untuk ngerjain sesuatu. Entah itu ngerjain tugas kalo lo masih sekolah, ngelarin deadline kerjaan, atau mungkin bisa juga ngerjain tugas rumah. Menurut Marcus Aurelius, gak seharusnya manusia itu terus-terusan rebahan. Karena emang ada kewajiban yang harus manusia kerjakan.

Pas lagi mikir kaya gitu, Marcus Aurelius juga bilang “Bukannya rebahan di kasur yang empuk itu enak dan bikin happy?

Dan lagi-lagi dia coba ngejawab,

“Jadi lo dilahirkan buat semata-mata ngerasain kenikmatan? Ketimbang ngelakuin berbagai hal yang seharusnya lo lakuin? Apakah lo gak melihat tanaman, burung, semut, laba-laba, dan lebah yang ngelakuin tugasnya masing-masing sebaik mungkin? Dan lo sebagai manusia gak pengen ngelakuin kewajiban lo sebagai manusia? Kenapa lo gamau ngelakuin hal yang udah menjadi hukum alam lo?

Gitu kurang lebih jawaban yang dikasih Marcus Aurelius. Bahwa setiap makhluk di dunia ini pada dasarnya punya tujuan masing-masing. Kalo lo masih bingung tujuan hidup lo apa, mungkin lo bisa catet pesan Marcus Aurelius satu ini. Bahwa salah satu tujuan kita ada di dunia ini adalah untuk membantu orang lain. Gimana tuh maksudnya?

Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada dasarnya punya suatu karakteristik yang mendefinisikan dirinya sebagai manusia. Yaitu bekerja dengan orang lain. Atau membantu orang lain.

Nah yang perlu diketahui bahwa buat switch dari kebiasaan rebahan buat bangun, produktif, dan bisa bantu orang lain itu emang tantangan banget. Tapi gapapa. Mulai aja dulu.

Kalau emang nih buat bantu orang lain masih terbilang susah buat lo, mulai dari diri sendiri dulu aja. Lo bisa mulai dengan tau hal apa yang ngebuat lo seneng dan full of purpose. Coba lo cari tau kebiasaan baru apa yang mau lo bangun buat ngurangin kebiasaan rebahan.

Ketika lo udah berhasil membantu diri lo sendiri, mungkin lo bakal ngerasa lebih mudah juga buat membantu orang lain. Kalo pake contoh berkebun tadi, ketika lo udah berhasil ngebangun kebiasaan ini dan sekit demi sedikit paham soal berkebun. Tentu bakal lebih mudah buat lo ngebantu orang lain yang mau berkebun juga mungkin. Jadi bisa aja nantinya diri lo juga bermanfaat buat orang lain.

Well instant gratification itu bakal tetep ngebantuin lo, tapi tenang aja. Struggle di awal-awal ngebangun hal baru itu hanya sementara. Jadi keep consistent aja sama apa yang lo lakuin. Mungkin dampaknya gak langsung bisa lo rasain saat itu juga. Tapi pasti lo bakal ngerasain dampak long term yang lebih gede dan bakal ngebantu lo buat jadi seseorang yang lebih baik lagi.Mungkin contohnya buat lo yang suka tanaman, lo bisa mulai dengan berkebun. Jadi ya lo punya alasan buat bangun pagi-pagi dan ngerawat tanaman lo. Atau bisa juga lo bangun kebiasaan buat olahraga, masak, atau banyak hal yang intinya bisa bikin lo seneng dan bangun dari kebiasaan rebahan lo.

Dan it’s ok kalo lo masih ngerasa susah buat gak terus-terusan rebahan dan ngebangun kebiasaan baru. Karena ya cukup wajar, pas sekolah dulu kita gapernah diajarin gimana caranya punya kebiasaan positif kayak gitu. So itu juga alasan kenapa 1% ada. Buat ngajarin dan bareng-bareng belajar hal yang belom kita dapetin sebelumnya.

Nah kalo lo butuh bantuan buat mengatasi kebiasaan rebahan lo. Yang mungkin lo rasa udah cukup menganggu keseharian lo, atau lo ngerasa overthinking sama diri lo yang terus-terusan rebahan. 1% siap banget kok ngebantu lo buat memecahkan masalah ini di layanan konsultasi bareng mentor Satu Persen.

Di sesi konsultasi ini, lo bisa cerita senyaman dan sepuas mungkin selama 75 menit sesi konsultasi. Dan yang pasti lo ga bakal di-judge sama mentornya. Lo juga bakal dibantu buat nemuin solusi dari masalah lo dengan diskusi bareng.

Mentor-mentornya juga udah terlatih. That’s why udah puluhan ribu orang yang kebantu sama membuat perubahan positif di hidup mereka lewat layanan ini. Kalo lo masih ragu lo bisa juga kok cek testimoninya di link yang gue taro di sini.

Gak cuma diskusi doang, disini lo juga bakal dibantu lewat psikotes dan tes kepribadian yang bakal ngebantu lo buat tau apa yang lo suka dan apa yang valuable buat lo lakuin. Lo juga bakal dapet tes minat karir yang mungkin bakal ngebantu lo buat tau apa yang cocok buat lo lakuin dan ngebangun kebiasaan baru. Atau mungkin lo bisa tau apa penyebab lo overthinking juga. Lewat tes tingkat stress.

Well segitu aja artikel kali ini. Intinya gue mau bilang kalo rebahan itu adalah hal yang wajar buat dilakuin dan dinikmati. Tapi menghabiskan waktu lo buat terus-terusan rebahan dan ngelupain kewajiban lo sebagai manusia untuk bekerja itu adalah sesuatu yang harus dihindari.

Gue Jhon dari Satu Persen, thanks!

Read More
judi

Cara Melawan Overthinking ala Alan Watts

Pernah nggak sih lo ngerasa kalau banyak banget hal di dunia ini yang perlu lo khawatirkan? Mulai dari tentang pekerjaan atau kuliah lo yang belom beres, masa depan yang nggak pasti, atau bahkan kondisi dunia 50 tahun yang bakal dateng. Pokoknya banyak banget isi kepala lo.

Akhirnya, hal ini ngebuat lo overthinking dan ngerasa susah banget buat bikin diri lo bahagia. Kalau lo begini, tenang aja. Lo nggak sendirian.

Di artikel ini, gue bakal jelasin salah satu filosofi hidup dari Inggris buat ngatasin overthinking ini. Simak sampai habis ya.  

Pertama-tama, gue mau kenalin dulu tokoh filsuf hari ini, namanya Alan Watts. Pendekatan Alan Watts bisa dibilang sebenernya beda banget sama filsuf Barat. Salah satu buku paling terkenalnya adalah “The Wisdom of Insecurity” dan di situ, Alan Watts jelasin soal kondisi manusia di era modern ini.

Alan Watts nyebut era ini sebagai era serba cemas. Karena sekarang tuh sumber frustasi dan masalah sebagian besar berasal dari manusia hidup buat masa depan.

Dan gue setuju karena buktinya banyak banget mentee Satu Persen yang daftar karena mereka khawatir sama masa depan mereka. Khawatirnya ini bikin mereka overthinking, susah fokus, dan akhirnya ngaruh ke kehidupan sehari-hari.

Kenapa bisa gitu?

Pada dasarnya, manusia nggak suka banget sama hal-hal yang nggak pasti, kayak masa depan. Kita pengen banget di masa depan nanti bisa dapetin masa depan yang bisa bikin kita aman dan senang itu. Cuma sayangnya ya, masa depan itu nggak pasti dan hal ini yang sering bikin kita jadi overthinking.

Kalau menurut Alan Watts, hal ini yang akhirnya ngebuat orang-orang ke stimulasi sementara. Kayak minum alkohol, berpesta pora, atau bahkan nenggelemin diri di pekerjaan biar lupa nih sama pikiran-pikiran kita soal masa depan yang belum pasti ini.

Sayangnya, ini juga diperparah sama budaya konsumerisme di era modern ini. Di bukunya, Alan Watts jelasin gimana budaya konsumerisme ini ngejanjiin rasa aman dan bahagia, tapi sebenernya gapernah berhasil ngewujudinnya.

Contohnya gini. Lo disuruh pilih jurusan yang prospek kerjanya bisa dapet uang banyak. Uang banyak itu bisa lo pake buat beli mobil dan beli rumah. Biar lo bahagia di masa dewasa kelak.

Tapi biasanya, muncul lagi nih pertanyaan berikutnya: kalau udah beli hal-hal tadi, kebahagiaannya apa lagi?

Nggak jarang malah lo ngerasa nggak bahagia walaupun udah punya mobil bagus dan rumah strategis, hanya karena di seberang lo ada tetangga yang rumahnya jauh lebih bagus dari lo. Habis itu lo ngerasa nggak bahagia lagi deh.

Contoh kayak ini sebenernya yang bisa bikin orang jadi terjerumus ke ngerasa salah jurusan atau salah jalur karir. Udah terjerumus, ngerasa terjebak juga. Akhirnya jadi stres, overthinking, insecure, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Proses ini yang bikin Alan Watts bilang kalau di jaman modern ini, orang berusaha buat “mencari keamanan dan kebahagiaan”. Yang sebenernya, adalah proses yang nggak akan pernah selesai.

Kenapa? Karena gini. Keinginan buat nyari keamanan dan kebahagiaan ini biasanya ada harga tingginya. Kita terfiksasi banget kalau keduanya tadi bakal bikin kita bahagia banget. Dan jadinya kita nggak liat hal-hal kecil di sekeliling kita yang sebenernya bisa bikin kita bahagia juga, dan sebenernya sama aja pentingnya.

Misalnya, ada orang yang mungkin bakal ngerasa senang banget kalau di hari itu lo beli baju baru di mall; dibandingin fakta kalau hari itu juga mereka lagi ngabisin waktu sama orang-orang tersayang mereka. Lama-lama, kebahagiaan beli baju baru itu ilang.  

Lho terus gimana dong? Berarti kebahagiaan itu nggak ada atau gimana?

Nggak gitu, jadi Alan Watts bilang gini: kalau lo mau dapetin kebahagiaan, lo juga perlu siap ngalamin kesengsaraan. Sama kayak lo jatuh cinta. Lo perlu siap juga buat ngerasain patah hati.

Ini emang kesannya “ya wajar lah”.

Tapi seringkali, daripada kearah kebahagiaan, kita fokusnya ke “kalau gue ngerasa sengsara gimana ya”. Dari situ, kita ngelakuin banyak hal biar kesengsaraan itu gak muncul. Kita akhirnya jadi overthinking dan nggak nikmatin ke hidup kita di masa ini.

Balik lagi di awal tadi, malah khawatirin masa depan yang nggak pasti.

Makanya, kalau menurut Alan Watts, kebahagiaan itu bukanlah kita ngurangin kesengsaraan yang bakal terjadi atau nyari hal-hal biar bikin kita semakin bahagia.

Kebahagiaan itu adalah menjalani hidup kita di saat ini sampai seutuhnya.

Quotes Alan Watts kalau diterjemahin simpel jadi gini: “Kalau lo mau berhadapan sama khawatir sama masa depan itu bukan dengan berusaha memahaminya. Tapi ya, biarlah itu berlalu.”

Karena ya kesengsaraan itu bakal selalu ada bareng kebahagiaan, jadi daripada lo fokus ke gimana cara biar lo gak sengsara atau cara biar kebahagiaan dateng terus; relakan aja. Terima juga kalau keduanya bakal selalu ada.

Mungkin sampai sini lo rasa, “ngomong mah gampang. Terus caranya gimana?

Emang ngomong itu gampang dan gue yakin buat bisa sampai tahap ini, lo bakal butuh buat usaha. Apalagi kalau soal relain hal yang bikin kita overthinking atau sengsara di masa depan nanti. Makanya kita di Satu Persen selalu bilang kalau Konsultasi bareng Mentor Satu Persen bisa jadi sarana lo buat belajar berlatih ini.

Gue dan Satu Persen paham banget kalau ngejalanin hidup di masa kini tuh nggak semudah baca buku Alan Watts. Ada beberapa orang yang butuh bantuan ekstra dan gue yakin banget Mentor Satu Persen bisa bantu lo buat nerapin mindset ini dengan cara lo sendiri.

Tapi, kalau lo mau coba sendiri dulu nggak apa-apa juga. Langkah yang bisa lo coba adalah dengan ketahui apa yang bisa lo kontrol dan apa yang lo nggak bisa kontrol.

Lo bisa tulis hal-hal tadi di kertas biar lo punya gambaran jelas apa yang bisa lo kontrol dan enggak. Latih diri lo buat memiliki kontrol penuh buat hal yang bisa lo kontrol dan belajar buat relain yang enggak.

Hal ini juga termasuk dengan emosi di dalam diri kita. Di bukunya, Alan Watts juga bilang ketika lo berusaha nolak atau nggak ngerasain emosi yang muncul, kecemasan lo bakal makin parah.

Misalnya, lo tiba-tiba kepikiran soal suatu hal di masa depan lo terus lo ngerasa cemas. Karena menurut lo pikiran itu sepele, lo pendem tuh emosinya dan gamau ngakuin kalau lo lagi cemas. Padahal cemas itu emosi dasar manusia dan dibutuhkan.

Terima aja dulu emosi dan fakta kalau masa depan itu nggak pasti, terus belajar buat relakan. Fokus ke hidup lo saat ini. Dari situ, lo bakal mulai belajar bahagia secara utuh dan pelan-pelan bisa mengontrol kebiasaan overthinking lo.

Akhir kata, seluruh hal ini nggak perlu lo jalanin sendirian. Kalau lo butuh bantuan, inget Mentor Satu Persen selalu siap buat bantu lo. Langsung aja klik link di sini. Atau, lo juga bisa pergi ke satupersen.net ya buat cari layanan kita yang mungkin lebih cocok buat lo.

Gue Jhon dari Satu Persen, thanks.

Read More