putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

MacamMacam

judi

Macam-Macam Gangguan Tidur: Insomnia dan Cara Mengatasinya

Kamu berbaring di atas kasur. Entah kamu baru saja menyelesaikan tugas atau sekedar bermain ponsel, namun kamu mendapati jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Mungkin pukul tiga, atau bahkan pukul empat, untuk beberapa dari kamu. Teman-temanmu sudah tidak online, kamu sedikit merasa kesepian sambil mengutuk keadaan. Kamu menghela napas, kok aku gak bisa tidur, sih, pikirmu dalam hati. Akhirnya kamu hanya berganti pose di atas kasur hingga kantuk akhirnya membuat kesadaranmu mengalah —tanpa peduli waktu menunjukkan pukul berapa— dan kamu terlelap dengan pulas.

Ugh, pasti mengesalkan ketika kamu ingin tidur, tapi malah tidak bisa tidur. Giliran hari sudah siang, malah ngantuk di sekolah atau di kampus. Boo! It sucks! Seandainya kamu bisa mengontrol jam tidur dengan leluasa, ya. Ngomong-ngomong soal tidur, sepertinya bukan kebetulan jika begitu banyak orang yang mengalami sleepless night seperti kamu, ya? Kira-kira kenapa ya?

Insomnia mungkin adalah jawabannya! Hah, insomnia?

Tenang, akan kujelaskan nanti. Karena kita sedang berbicara tentang tidur, nih, sekalian saja kita cari tahu tentang gangguan tidur yang lain selain insomnia! Yuk, langsung saja!

Gangguan Tidur, Apa Sebenarnya Yang Terjadi?

Sebenarnya wajar saja kalau kamu sesekali mengalami gangguan tidur. Kenapa, sih, kadang kita susah tidur? Sebelum lanjut, mungkin video ini bisa membantumu mendapatkan insight tentang gangguan tidur!

Gangguan tidur bisa disebabkan oleh stres, jet lag, tubuhmu yang sedang sakit, atau apapun itu yang mengganggu jadwal tidurmu. Yang tidak wajar adalah ketika kamu mengalami gangguan tidur terus menerus sehingga kehidupanmu terganggu.

Gangguan tidur adalah kondisi yang menyebabkanmu kesulitan untuk mendapatkan cukup tidur, yang nantinya akan mengganggu keseharianmu. Contohnya kamu kesulitan tidur di malam hari, dan ketika kamu akhirnya bisa tidur, di pagi hari kamu terbangun dengan energi yang tidak cukup (karena kurang tidur) dan harimu menjadi tidak efektif karena kelelahan. Namun di malam hari, kamu tetap kesulitan untuk tidur padahal sudah kelelahan seharian.

It’s a bad thing if it happens regularly! Nah, coba kamu pikir, kira-kira kamu terkena gangguan tidur, gak? Oke, oke, daripada kamu mengira-ngira, ayo kita bahas sedikit gangguan tidur yang sering dialami orang-orang.

Insomnia

Yang ini pasti kamu sudah sering dengar, atau bahkan mengaku kalau kamu salah satu penderitanya. Insomnia adalah sebuah kondisi di mana kamu kesulitan untuk tidur/tetap tertidur. Ya, sering terbangun ketika kamu sedang tidur juga merupakan tanda-tanda kamu menderita insomnia, loh. Insomnia dapat menyebabkan kelelahan di siang hari, perasan lelah secara fisik maupun mental yang konstan, dan juga kamu bakal merasa gampang marah, mengalami mood swings, atau bahkan anxiety.

“Tapi insomnia memberikan ide-ide cemerlang!”

“Lagian si dia suka nge-chat malam-malam, sih, kan aku jadi insomnia nungguin chat dari dia.”

Hm, alasannya bisa banyak memang ya, kamu harus ingat, loh, kalau tidur yang cukup itu penting! Eh, penting gak sih sebenarnya?

Banyak hal yang bisa menyebabkan insomnia, contohnya jet lag atau mungkin kamu tiba-tiba mengalami perubahan rutinitas yang membuat jadwal di dalam tubuhmu kaget (seperti kelas siang tiba-tiba diganti menjadi pagi banget selama dua minggu). Atau mungkin suasana dan kondisi tempatmu tidur tidak senyaman itu untuk membuatmu terlelap dengan cepat, atau kamu sedang sering mengalami mimpi buruk, atau mungkin kamu sedang dalam pengaruh obat-obatan terlarang.

Kondisi mental seseorang seperti ketika seseorang mengalami depresi atau bipolar disorder juga memungkinkan insomnia untuk terjadi pada mereka. Banyak banget hal yang bisa menyebabkan insomnia ini, dan tidak jarang hal-hal tersebut hanya akan membuatmu insomnia untuk beberapa saat sebelum akhirnya tubuhmu terbiasa dengan kondisimu dan akhirnya bisa tidur dengan tenang.

Kamu mau mengecek apakah kamu sedang mengalami insomnia? Menurut Peter Crosta (2020), gejala insomnia yang dapat kamu kenali meliputi: kelelahan/ngantuk di siang hari, ke-bete­­-an berlebih, kelesuan yang kelihatan, tidak fokus, harus dibantu oleh obat/alkohol untuk bisa tidur, dan juga kesulitan untuk bekerja/belajar/bersosialisasi. Jika hal-hal tersebut membuatmu kesulitan tidur dan sudah terjadi paling tidak tiga kali seminggu dalam sebulan selama tiga bulan walaupun kondisinya memungkinkanmu untuk tidur dengan cukup, serta berdampak buruk pada keseharianmu (plus tidak ada penjelasan lain), kamu mengalami insomnia.

Jika kamu hanya kesulitan tidur dalam waktu singkat, kamu mungkin hanya terkena insomnia sementara/akut. Jika kamu merasa hal-hal tersebut sudah terjadi cukup lama, kamu mungkin saja sedang mengidap insomnia kronis. Terus gimana dong?

Untuk mengatasinya, kamu bisa mencoba untuk melakukan hal-hal berikut.

  • Berusahalah untuk tidur dan bangun di jam yang sama, apapun kondisinya (jika memungkinkan). Reset jam tidurmu menjadi baru. Sebelum tidur, cobalah untuk menjauhkan ponsel dan alat-alat elektronik (hindari penggunaannya sebelum tidur!). Buat kondisi tempatmu tidur senyaman mungkin, dan bila memungkinkan, bersantailah sebelum tidur (contohnya dengan mandi)
  • Usahakan jangan tidur dengan kondisi lapar, namun jangan makan berat 2-3 jam sebelum tidur. Dan untuk kamu yang hobi minum kopi/alkohol, sebaiknya dikurangi ya!
  • Berolahragalah dengan teratur!
  • Coba temukan ‘ritual’ mu sebelum tidur, mungkin itu bisa mendengarkan lagu atau membaca buku.

Jangan lupa juga, ketika kamu mengalami insomnia sebagai hasil dari gangguan mental seperti depresi atau anxiety, hubungi pihak profesional untuk mendapatkan bantuan, ya! Kesehatanmu (fisik maupun mental) itu sangat penting!

Restless Leg Syndrome

Seperti namanya, Restless Leg Syndrome (Sindrom Kaki Gelisah) atau Willis-Ekbom disease adalah sebuah penyakit yang membuatmu merasakan sensasi tidak nyaman (seperti ada yang merayap di kaki, betis, dan/atau paha) serta dorongan kuat besar untuk menggerakkan kakimu. Dorongan tersebut terjadi lebih kuat ketika kamu sedang berusaha untuk tidur atau ketika sedang bersantai.

Sayangnya, RLS ini adalah kondisi seumur hidup yang tidak dapat diobati, namun dengan obat, kamu dapat mengontrol gejalanya.  Penyebabnya pun tidak jelas, hanya saja dapat dipastikan bahwa RLS adalah penyakit neurologis.

Untuk mengetahui apa kamu memiliki RLS atau tidak, cukup perhatikan dan rasakan ketika kamu sedang bersantai atau ingin tidur (or literally any time of a day), apakah kakimu terasa aneh? Apakah kamu merasakan dorongan yang begitu kuat untuk menggerak-gerakkan kakimu?

Kalau iya, maka mungkin kamu memiliki RLS. Tentu saja tidak hanya itu, untuk mendiagnosa apakah kamu memiliki RLS atau tidak, sensasi aneh dan dorongan tersebut harus terasa begitu kuat dan memburuk di malam hari (di siang hari, gejalanya ringan atau bahkan tidak ada sama sekali), dan ketika kamu bergerak, sensasi aneh dan dorongan tersebut menghilang.

RLS ini dapat mengganggu tidur, karena gejalanya lebih dahsyat terjadi di malam hari/ketika ingin tidur, membuatmu kekurangan tidur dan kelelahan di siang hari. Untuk mengatasinya secara mandiri, kamu bisa mencoba beberapa hal berikut.

  • Rokok, kafein, dan alkohol wajib dikurangi!
  • Usahakan untuk tidur dan bangun pada jam yang sama
  • Berolahraga yang teratur dan pijat/regangkan kakimu di malam hari.
  • Sebelum tidur, mandilah dengan air panas. Atau kamu bisa menggunakan kompresan pada kakimu ketika kamu merasakan gejalanya.
  • Dan tentu saja, konsumsi obat yang disarankan oleh dokter!

RLS ini tidak mengancam nyawa, tapi RLS dapat membuatmu kekurangan tidur (dan kemungkinan menjadi insomnia juga!).

Narcolepsy

Yang ini sedikit gawat, karena narcolepsy membuatmu tertidur. Lah, kok gawat? Kan tidur?

Narcolepsy adalah gangguan yang menyebabkanmu kesulitan untuk tidur dan bangun. Tidak hanya itu, narcolepsy juga membuatmu mengalami kantuk yang luar biasa dan tidak bisa dikontrol di siang hari. Singkatnya, kamu bisa tertidur kapan saja di siang hari. Ya, kapan saja.

Meskipun sudah mendapatkan tidur malam yang cukup, penderita narcolepsy tetap bisa tertidur di siang hari dikarenakan Excessive Daytime Sleepiness (EDS) yang dialami oleh mereka. EDS ini membuatmu sering kehilangan memori (seperti film yang di-skip terus menerus) dalam keseharianmu karena tertidur berulang-ulang, membuatmu lelah dan murung.

Penderita narcolepsy juga dapat mengalami cataplexy, sebuah kondisi yang membuatmu kehilangan kontrol akan otot pada tubuhmu. Singkatnya, kamu bisa tiba-tiba tertunduk, terjatuh, tersungkur, apapun itu, tergantung otot yang terdampak oleh cataplexy. Penderita narcolepsy juga dapat mengalami halusinasi, sleep paralysis, dan tidur yang terganggu di malam hari.

Gawat, ‘kan? Sayangnya, narcolepsy tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, yang jelas ada permasalahan di otak seseorang yang mengalami narcolepsy. Untuk mendiagnosis narcolepsy, kamu harus pergi ke klinik khusus untuk menjalani tes khusus seperti Polysomnogram dan Multiple Sleep Latency Test, dan memberikan detil mengenai jadwal tidurmu beserta gejala-gejala yang terjadi pada tubuhmu ketika tidur/akan tidur.

Narcolepsy tidak bisa disembuhkan, namun kamu dapat menjaga gaya hidup yang sehat (mengurangi kafein, alkohol, dan nikotin) serta mengontrol jadwal tidurmu untuk meringankan gejalanya. Obat-obatan yang diresepkan juga dapat membantu meringankan gejalanya.

Kenapa Gangguan Tidur Bisa Bermasalah?

Selain tiga yang disebutkan di atas, sebenarnya masih banyak lagi gangguan tidur, seperti Sleep Apnea di mana kamu terkadang mengalami nafas terhenti sesaat ketika tidur dan gangguan tidur yang berhubungan dengan jam biologis tubuh kita.

Gangguan tidur ini, ketika berdiri sendiri, tidak terlalu mengancam nyawa manusia, namun karena mereka dapat menyebabkan kelelahan, perubahan mood dan kondisi mental, serta gangguan terhadap keseharian dan produktifitasmu, gangguan ini menjadi gawat. Kamu bisa mencoba mengetahui kualitas tidurmu melalui Tes Kualitas Tidur gratis ini.

Konseling-Mentoring-Psikolog-Satu-Persen-3

Apakah kamu mengidap salah satu dari gangguan tidur yang dijelaskan tadi? Atau curiga dirimu mungkin mengidapnya? Segeralah perbaiki rutinitasmu dan hubungi dokter bila sudah terasa gawat, ya! Jika gangguan tidurmu mengganggu aktivitas sehari-hari, ada baiknya kamu juga menemui psikolog. Kamu bisa mencoba layanan konseling Satu Persen dan berkonsultasi secara one-on-one dengan psikolog.

Aku punya tips mengatasi susah tidur lagi (selain yang disebutkan di atas) khusus untukmu! Simak video di bawah ini ya.  Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Untuk kamu yang membaca ini karena tidak bisa tidur, yuk segera matikan ponselmu dan tidur! Demi kesehatanmu, loh, hehe 🙂

References

Crosta, P. (2020, July 28). What is insomnia? Everything you need to know. Retrieved from MedicalNewsToday: https://www.medicalnewstoday.com/articles/9155#causes

DerSarkissian, C. (2019, November 5). Narcolepsy. Retrieved from WebMD: https://www.webmd.com/sleep-disorders/guide/narcolepsy

Light, V., & Boskey, E. (2020, August 21). Narcolepsy. Retrieved from healthline: https://www.healthline.com/health/narcolepsy

Mayo Clinic Staff. (2016, October 15). Insomnia. Retrieved from Mayo Clinic: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/symptoms-causes/syc-20355167#:~:text=Common%20causes%20of%20chronic%20insomnia,also%20may%20lead%20to%20insomnia.

NHS. (2018, August 6). Overview Restless Leg Syndrome. Retrieved from NHS: https://www.nhs.uk/conditions/restless-legs-syndrome/

Pietrangelo, A. (2018, August 15). Everything You Need To Know About Restless Leg Syndrome (RLS). Retrieved from healthline: https://www.healthline.com/health/restless-leg-syndrome

Smith, M., Robinson, L., & Segal, R. (2019, November). Sleep Disorders and Problems. Retrieved from HelpGuide: https://www.helpguide.org/articles/sleep/sleep-disorders-and-problems.htm

Read More
judi

Macam-Macam Gangguan Psikologis saat Pandemi

gangguan-psikologis-selama -pandemi
Satu Persen – Gangguan Psikologis selama Pandemi

Halo! How was your day, Perseners? Salam kenal, aku Ruth, salah satu associate blog writer di Satu Persen.

Pandemi udah anniversary satu tahun aja, nih. Kabar kamu gimana? Semoga baik-baik aja, ya!

Tapi, kalau secara pikiran kamu lagi gak baik-baik aja, gak papa kok. Mungkin kamu mau antisipasi dulu siapa tau kondisi pandemi bikin salah satu gangguan psikologis di bawah ini muncul.

Ngomong-ngomong, sekarang kamu baca ini lagi sambil ngapain, sih?

Lagi rebahan sambil nyetel lagu kah? Apa sebenarnya lagi ‘demot’ nugas atau kerja terus malah melipir ke sini?

Mungkin kita gak betah di rumah terus, tapi gapapa. Ngerasa jenuh sama keadaan pandemi yang gak ada ujungnya itu wajar banget!

Sedangkan, keluar kemana-mana pun dibatasi atau malah gak boleh sama sekali.

Atau ada beberapa dari kamu yang anak rantau, jadi masih punya kesempatan untuk kabur. Walaupun, ada juga yang gak semudah itu dan perlu beribu alasan untuk meyakinkan ortu.

Ada juga kamu yang emang kangen aja ketemuan sama teman-teman, menyayangkan suasana sekolah yang kelewat gitu aja alias jam-jam kelas kosong yang gak bakal pernah dihabiskan di kantin.

Padahal ada jajanan sekolah yang belum pernah dicoba atau guru gokil yang belum sempet dikenal.

Ternyata hal-hal kecil kayak gini yang dampaknya bisa menjalar kemana-mana sampai mengganggu kesehatan psikologis mu, loh.

Ngeganggu gimana, tuh?

Nah, sebelumnya kita perlu ngebahas dulu arti dari gangguan psikologis itu sendiri.

Baca juga: Kesehatan Mental Penting: Kenapa?

Seperti yang didefinisikan dalam edisi terbaru dari  DSM-5, disebutkan kalau gangguan psikologis atau mental biasanya dikaitkan dengan tekanan yang signifikan dalam aktivitas sosial, pekerjaan, atau aktivitas penting lainnya.

Kayak apa aja sih macam gangguan psikologis yang muncul selama pandemi ini?

Coba kamu simak di bawah ini, mungkin aja kamu lagi mengalami salah satunya.

Macam-macam Gangguan Psikologis Saat Pandemi

1. Kesepian

Ada kalanya ketika kamu lelah untuk terbuka dengan dunia luar, kamu memutuskan untuk ‘vakum’ dari segala macam hubungan. Nyatanya hal ini juga bisa berujung membuatmu merasa kesepian.

Kamu yang sedang enggan untuk terbuka atau butuh waktu sendiri, seakan mendorong orang-orang lain darimu, hingga menyebabkan kamu untuk merasa kalau gak ada teman atau tempat untuk bercerita.

Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya intensitas kamu berbicara dengan teman, orang lain, atau kurangnya hiburan, alias kamu kelamaan di rumah.

Coba juga: Tes Online Gratis: Tes Tingkat Rasa Kesepian

2. Kecemasan Dalam Diri dan Sosial

Mulai dari kamu yang mengalami FOMO sampai budaya riweuh alias Hustle Culture.

Gak diragukan juga sosial media udah jadi teman andalan selama pandemi. Doi jadi perantara kita untuk tetap berhubungan dengan dunia luar terutama dengan orang terdekat.

Tapi, layaknya sosial media sebagai teman, ada kalanya juga dalam hidup kita ketemu sama satu dua teman yang kita rasa toxic.

Coba tonton video di bawah ini untuk mengetahui kalau seseorang toxic buat kamu.

YouTube Satu Persen – 5 Tanda Orang Toxic di Sekitar Kamu

Platform-nya sih gak toxic, tapi kadang isi yang kurang kita filter atau cara kita menyikapi apa yang ada di sosial media itu yang justru toxic.

Entah pengen ini-itu sama hal-hal yang kita lihat atau mau tahu hal yang lagi banyak dibicarakan, tanpa sadar timbul rasa gak mau ketinggalan sama sesuatu yang lagi trend alias FOMO.

Podcast Satu Persen – Takut Ketinggalan Info di Sosmed

Kecemasan sosial ini lebih terasa selama pandemi mengingat kondisi isolasi membatasi ruang gerak kita secara fisik. Alhasil, sosial media kayak salah satu yang utama dalam memenuhi kebutuhan manusia bersosialisasi.

Selain itu, ada juga hustle culture yang jadi salah satu tanda kamu punya kecemasan. Tapi, dalam diri kamu.

Mungkin dari kamu ada yang selalu merasa kurang produktif setiap harinya sampai terus memaksakan diri untuk sibuk. Kamu merasa selalu harus ada untuk semua orang atau bahkan kerja kayak mendirikan seribu candi dalam semalam.

Kadang pun sampai kebawa pas mau tidur pikiran-pikiran kalau kamu kurang ini-itu hari ini, padahal di mata orang lain kamu udah sibuk banget.

Gambar Meme Kesepian

Kalau kamu memang seorang yang suka menyibukkan diri, silahkan. Tapi, ingat untuk gak terlalu ekstrim. Jangan memaksakan diri kamu sampai kurang istirahat atau jadwal makan jadi gak teratur, ya.

Hal itu malah membahayakan kesehatanmu yang nantinya jadi lebih rentan untuk terserang berbagai macam penyakit atau bakteri, gak cuman COVID-19.

3. Frustasi dan Kurang Motivasi

Namanya juga manusia yang kodratnya berjiwa bebas, jadi untuk diisolasi dalam satu tempat selama jangka waktu tertentu pastinya bikin frustasi.

Baca juga: Cara Mengatasi Rasa Marah yang Berlebihan

Kebebasan yang selama ini dirasakan dalam kegiatan sehari-hari bareng siapapun, dimanapun, dan kapanpun seketika dibatasi.

Malahan karena frustasi dan terus berada di rumah, kamu mengalami kebalikannya hustle culture.

Kamu merasa berkurangnya motivasi atau semangat untuk melakukan ini-itu. Entah karena ngerasa geraknya terbatas kalau ada orang di rumah atau memang bosan dengan suasana yang monoton.

Source from Pinterest
Source from Pinterest

Belum lagi rasa kesal sama momen-momen yang lewat begitu aja dan cuman bisa dipendam sendiri, karena kamu tau kamu gak bisa ngapa-ngapain untuk mengubah itu.

Kamu jadi terjebak dengan pikiranmu sendiri, alih-alih keluar berkegiatan kayak biasa yang bisa mengalihkan fokus ke hal-hal di luar sana. Tanpa sadar, kamu jadi stress karena mikirin hal-hal yang ada di luar kendali kamu.

Nah, tadi kan kita udah ngebahas apa aja gangguan psikologis yang bisa kamu alami pas pandemi. Sekarang, kamu juga kudu tau, emang gimana aja dampaknya?

Dampak Gangguan Psikologis Selama Pandemi

1. Kecemasan Jangka Panjang

Seorang penulis The Psychology of Pandemics dan profesor psikiatri di University of British Columbia, Steven Taylor, berpendapat kalau sekitar 10 hingga 15% minoritas dari penduduk dunia gak akan kembali hidup normal karena pandemi yang berdampak pada kesejahteraan mental mereka.

Dan menurut Australia’s Black Dog Institute, sebuah organisasi penelitian kesehatan mental independen terkemuka, juga menyatakan keprihatinan tentang “banyaknya minoritas yang akan terpengaruh oleh kecemasan jangka panjang”.

Contoh kecemasan jangka panjang itu bisa seperti efek dari pandemi yang memicu atau memperburuk OCD, dan lain-lainnya yang efeknya bisa lebih lama dari penyakit fisik.

2. Depresi

Hal-hal yang kamu alami seperti merasa kesepian, stres, kesehatan yang buruk dan kekurangan tidur pun diprediksi bisa memicu depresi dan juga gejala PTSD.

Sebuah penelitian menunjukkan kalau durasi kesepian lebih menyakitkan daripada intensitas kesepian, jadi jumlah jam yang kamu habiskan di media sosial pun juga berkorelasi dengan gejala depresi dan kecemasan.

Sedangkan, efek negatif dari isolasi dan jarak sosial bisa bertambah seiring berjalannya hari.

Apa Yang Bisa Aku Lakukan?

1. Mengetahui Batas Diri

Sebelum memutuskan sesuatu, pahami dulu batas diri kamu dan sejauh mana kamu bisa menerimanya.

Ada hal-hal yang di luar jangkauan kita, sampai gak ada gunanya kita pusingin itu. Ada hal-hal yang di luar prioritas kita, jadi kita gak perlu memberikan waktu kita di situ.

Kamu juga harus tau kalau kamu udah cukup. Memaksimalkan diri untuk produktif itu sangat baik, tapi jangan sampai kamu merasa kurang bahkan sampai merasa diri gak ngapa-ngapain.

Sumber dari @B_eebbii via Twitter
Photo by @B_eebbii via Twitter

Terkadang, karena terlalu fokus sama kesibukanmu, kamu gak bisa melihat kalau kamu butuh istirahat. Sinyal dari badanmu mulai dari sakit kepala, susah tidur, dan kawan-kawannya kamu abaikan.

Berikan self reward dengan caramu sendiri. Hargai diri kamu dengan jangan terlalu memforsir diri.

Sesekali coba tanyakan pendapat orang lain terkait hal yang kamu kerjakan atau kesibukanmu.

2. Mengatur Jadwal

Setelah memahami batas diri kamu, mulailah mengatur jadwal sesuai prioritasmu. Kapan harus bekerja, belajar, dan mencari hiburan.

Kamu bisa membuatnya di notes handphone kamu, di Google Calendar dengan fitur label warna yang bikin jadwal kamu gak bosenin kalau dilihat, atau aplikasi jadwal lainnya.

Misal kamu kesusahan dalam menentukan prioritas, mungkin kamu juga bisa mencoba pembagian prioritas menggunakan template Matrix ala Eisenhower.

Mulailah dengan membuat daftar hal yang ingin dikerjakan dulu sebelum menentukan penting tidaknya serta kemampuan dirimu dalam menjalaninya.

Jangan lupa untuk tetap memasukkan waktu istirahat atau kebutuhan lainnya yang tubuhmu butuhkan seperti bermain game, berolahraga, atau makan.

Photo by fadlilarohim via Twitter
Photo by fadlilarohim via Twitter

3. Meminta dan Memberikan Bantuan

Jangan segan untuk meminta bantuan apabila dirasa kamu membutuhkannya.

Teman yang pernah kamu bantu pasti mengharapkan hal yang sama denganmu, yakni bisa ikut bantu kamu menangani keresahan yang kamu alami.

Buang jauh pikiran kalau kamu takut membebani teman yang mungkin terlintas satu dua kali sampai kamu memilih untuk diam.

Ingat kalau ini untuk kesehatan dirimu dan kamu melakukannya sebagai bentuk berbagi perasaan kamu dengan teman. Karena, bukan hanya perasaan bahagia yang kita bagi dengan teman, kan?

Di masa pandemi ini, kita semua pasti memiliki permasalahan masing-masing dalam diri.

Aku tau kamu juga lelah. Rasanya ingin kembali ke situasi yang normal, tapi apa daya gak semudah sim-salabim jadi apa prok prok prok.

Jadi, jalani dulu untuk sekarang, ya, karena kita bakal melalui ini bersama.

Mungkin kamu bukan orang yang mudah untuk terbuka, jadi rasanya lebih sulit untuk melewati masa isolasi ini. Terkadang, ada saatnya lebih menyenangkan untuk menceritakan perasaan kepada orang yang mengerti kita daripada orang yang mengenal kita.

Jadi, kalau kamu merasa butuh teman untuk mendengarkan gangguan psikologis yang kamu alami, kamu juga bisa melakukan layanan konseling yang disediakan oleh Satu Persen.

Di situ, kamu bisa diskusi sama Psikolog, dan kamu bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani kondisi kamu.

Kamu juga bisa dapat banyak benefit dari layanan ini, loh! Tentunya selain curhat dengan nyaman dan aman, untuk benefit lainnya bisa kamu cek dengan klik gambar di bawah ini.

Satu-Persen-Artikel--30--1

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih lagi menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya. Terima kasih dan sampai jumpa!

References:

Cherry, K. (2018, January 18). Psychological Disorders and How They Are Diagnosed. verywellmind.com. Retrieved March 26, 2021, from https://www.verywellmind.com/what-is-a-psychological-disorder-2795767

Flint, D. (n.d.). Loneliness, Covid-19 Media Coverage, and Teen Mental Health. psychologytoday. Retrieved March 26, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/behavior-problems-behavior-solutions/202103/loneliness-covid-19-media-coverage-and-teen-mental

Savage, M. (2020, October 29). Coronavirus: The Possible Long-Term Mental Health Impacts. bbc.com. Retrieved March 24, 2021, from https://www.bbc.com/worklife/article/20201021-coronavirus-the-possible-long-term-mental-health-impacts

Turmaud, D. R. (n.d.). The Psychological Impact of COVID-19. psychologytoday. Retrieved March 27, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/lifting-the-veil-trauma/202009/the-psychological-impact-covid-19

Read More