putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Langkah

judi

Mengatasi Karyawan Depresi di Kantor: Langkah Penting untuk Produktivitas

Depresi di tempat kerja seringkali tidak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. Sebagai karyawan yang telah bekerja selama 3-5 tahun, Anda mungkin telah menyaksikan atau bahkan mengalami sendiri bagaimana depresi dapat mengubah dinamika kerja. Mari kita bahas gejala-gejala depresi di tempat kerja yang perlu kita waspadai.

Perubahan Perilaku

Salah satu tanda paling mencolok dari depresi adalah perubahan perilaku. Anda mungkin melihat rekan kerja yang biasanya ceria menjadi lebih sering murung atau mudah tersinggung. Mereka mungkin juga menunjukkan perasaan tidak berharga atau kehilangan energi. Seorang pekerja yang sebelumnya produktif bisa tiba-tiba menjadi tidak konsisten atau ceroboh dalam pekerjaannya.

Kurangnya Motivasi

Depresi seringkali mengikis motivasi dan fokus seseorang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk tetap termotivasi dan berkonsentrasi pada pekerjaan. Ini bukan hanya tentang malas, tetapi lebih pada ketidakmampuan untuk menemukan energi mental untuk berkomitmen pada tugas.

Absenteeisme

Gejala depresi yang lain adalah meningkatnya ketidakhadiran, keterlambatan, atau sering melewatkan kerja. Ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental yang serius.

Prokrastinasi

Depresi juga bisa menyebabkan prokrastinasi, kesulitan memenuhi tenggat waktu, dan penurunan produktivitas. Ini seringkali dikaitkan dengan kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

Penarikan Diri atau Isolasi

Seseorang yang mengalami depresi mungkin menarik diri atau mengisolasi diri dari orang lain. Mereka mungkin juga menunjukkan perawatan diri yang buruk atau perubahan signifikan dalam penampilan. Ini adalah tanda bahwa mereka mungkin merasa terputus dari lingkungan sekitar.

Penurunan Kinerja

Depresi dapat menyebabkan penurunan dalam kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi yang buruk dengan orang lain, dan penurunan kinerja dalam tugas-tugas. Ini bisa berdampak signifikan pada output kerja mereka dan kualitas hasil kerja.

Mengenali gejala-gejala depresi di tempat kerja adalah langkah pertama untuk memberikan dukungan dan sumber daya bagi mereka yang mungkin sedang berjuang. Mendorong komunikasi terbuka, menyediakan akses ke sumber daya kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dapat membantu individu mengatasi depresi dan berkembang dalam peran mereka.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas tantangan dalam menjaga produktivitas saat menghadapi depresi di tempat kerja. Bagaimana depresi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap produktif, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan ini?

Tantangan Menjaga Produktivitas

Setelah memahami gejala depresi di tempat kerja, penting juga untuk mengenali tantangan dalam menjaga produktivitas. Di era yang serba cepat ini, tantangan produktivitas menjadi semakin kompleks, termasuk bagi Anda yang telah memiliki pengalaman kerja 3-5 tahun. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi di tempat kerja dan strategi untuk mengatasinya.

Keterlibatan karyawan yang rendah seringkali menjadi akar masalah produktivitas yang buruk. Disengagement ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengakuan atau kurangnya tantangan dalam pekerjaan.

  • Manajemen Kinerja yang Tidak Efektif

Manajemen kinerja yang tidak efektif dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian tentang ekspektasi dan tujuan kerja. Hal ini seringkali menimbulkan stres dan menurunkan motivasi karyawan.

  • Proses yang Tidak Efisien

Proses kerja yang berbelit-belit dan tidak efisien dapat menghambat produktivitas. Ini termasuk penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman atau prosedur yang tidak perlu.

  • Pelacakan dan Pemantauan yang Kurang Memadai

Tanpa sistem pelacakan dan pemantauan yang memadai, sulit untuk mengukur kemajuan dan efektivitas kerja. Ini juga bisa menyebabkan ketidakjelasan dalam penilaian kinerja.

Komunikasi yang berlebihan atau tidak efektif bisa menjadi penghambat produktivitas. Ini termasuk terlalu banyak rapat yang tidak perlu atau email yang berlebihan.

Meskipun sering dianggap sebagai keterampilan, multitasking sebenarnya bisa menurunkan kualitas kerja dan efisiensi.

  • Menetapkan Tujuan yang Tidak Efektif

Tujuan yang tidak jelas atau tidak realistis bisa menimbulkan frustrasi dan mengurangi motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

  • Prokrastinasi dan Disorganisasi

Prokrastinasi dan kurangnya organisasi dapat menyebabkan penumpukan pekerjaan dan stres yang tidak perlu.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kombinasi strategi yang mencakup peningkatan komunikasi, mengatasi disengagement, implementasi manajemen kinerja yang efektif, memperbaiki proses, menyediakan pelacakan dan pemantauan yang memadai, menetapkan tujuan yang jelas dan tercapai, mengelola waktu secara efektif, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan terorganisir. Selain itu, mempromosikan keseimbangan kerja-hidup yang sehat, menyediakan peluang pelatihan dan pengembangan, serta menumbuhkan budaya perusahaan yang positif dapat membantu mengatasi tantangan produktivitas ini.

Menangani Tekanan dan Tuntutan Pekerjaan

Setelah memahami tantangan dalam menjaga produktivitas, langkah selanjutnya adalah menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan. Tekanan kerja yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres berlebih dan memperburuk kondisi kesehatan mental, termasuk depresi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda mengelola tekanan kerja berdasarkan sumber yang disediakan:

  • Prioritas dan Perencanaan

Membagi tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola dan memprioritaskannya dapat membantu mengelola tekanan kerja dengan efektif. Pendekatan ini memungkinkan individu untuk fokus pada kebutuhan segera dan menghindari perasaan kewalahan oleh beban kerja secara keseluruhan.

  • Perawatan Diri dan Batasan

Merawat diri sendiri, menetapkan batasan, dan menghindari mekanisme koping yang tidak sehat sangat penting untuk mengelola tekanan kerja. Ini termasuk menjaga gaya hidup sehat, mendapatkan istirahat yang cukup, dan menetapkan batas pada jam kerja untuk mencegah kelelahan.

  • Memprediksi dan Merencanakan Masa Sibuk

Mengidentifikasi periode kerja yang intens dan merencanakannya terlebih dahulu dapat membantu individu mengelola situasi tekanan tinggi dengan efektif. Ini mungkin melibatkan outsourcing tugas, delegasi tanggung jawab, dan menjalankan strategi prioritas untuk menangani masa sibuk.

Mengidentifikasi pemicu tekanan pribadi dan mempraktikkan teknik manajemen stres dapat membantu individu mengatasi situasi tekanan tinggi di tempat kerja. Ini melibatkan pengakuan terhadap ambang batas seseorang dan pengembangan strategi untuk mengelola pemicu tekanan secara efektif.

Membangun jaringan dukungan dan mencari dukungan sosial dapat membantu individu mengatasi stres yang terkait dengan pekerjaan. Memiliki sistem dukungan dapat memberikan dorongan, saran, dan rasa kebersamaan selama masa-masa sulit.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, individu dapat menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan dengan efektif, mempertahankan kesejahteraan, dan meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Setelah memahami cara menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan, langkah selanjutnya adalah membangun lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga kepuasan dan produktivitas mereka. Berikut adalah beberapa strategi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung berdasarkan sumber yang disediakan:

Menawarkan fleksibilitas dalam pengaturan kerja, seperti opsi kerja jarak jauh atau jadwal fleksibel, dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang mendukung. Ini dapat membantu karyawan mempertahankan keseimbangan kerja-hidup yang sehat dan mengurangi stres.

  • Mempromosikan Inklusivitas dan Rasa Kepemilikan

Menciptakan budaya inklusivitas dan rasa kepemilikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Memprioritaskan budaya yang ramah dan menghargai dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

  • Memfasilitasi Kesempatan untuk Relaksasi

Memungkinkan karyawan untuk bersenang-senang bersama dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran informal dan berbagi pengetahuan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.

  • Memprioritaskan Orientasi dan Pelatihan

Memfokuskan pada orientasi dan pelatihan dapat membantu karyawan merasa diberdayakan dan nyaman untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka. Ini termasuk mendukung karyawan untuk menciptakan kantor rumah dan ruang kerja yang nyaman.

  • Mendorong Pengakuan Antar-Peer

Mendorong pengakuan antar-peer dan berinvestasi dalam komunikasi tim yang efektif dapat menumbuhkan lingkungan kerja yang positif. Ini dapat berkontribusi pada budaya apresiasi dan dukungan di antara rekan kerja.

  • Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mempromosikan kesejahteraan, kepuasan, dan produktivitas karyawan.

Kesimpulan

Menghadapi depresi di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga organisasi. Setiap orang memiliki peran dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung. Ini termasuk memahami gejala depresi, mengembangkan keterampilan untuk mengelola stres, dan berpartisipasi dalam menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung.

Salah satu cara untuk memahami lebih dalam tentang kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja adalah melalui psychotest dan assessment. Alat-alat ini dapat membantu Anda mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian dan pengembangan, baik secara pribadi maupun profesional.

Life Skills mengajak untuk mengambil langkah proaktif dalam mengelola kesehatan mental karyawan pada organisasi/perusahaan Anda dengan mengikuti Psychotest &  Assessment. Klik link berikut: satu.bio/satumitra-igls. Ingat, mengambil langkah pertama untuk memahami diri sendiri adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kesejahteraan dan keberhasilan di tempat kerja.

Psychotest dan assessment bukan hanya tentang mengidentifikasi masalah atau tantangan, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dan potensi yang belum tergali. Dengan memahami diri sendiri lebih baik, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang karier dan kehidupan pribadi Anda. Selain itu, alat-alat ini juga dapat membantu dalam membangun komunikasi dan hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.

Mari kita jadikan tempat kerja kita lingkungan yang lebih sehat, produktif, dan mendukung. Dengan memahami dan mengatasi tantangan kesehatan mental, kita dapat bersama-sama menciptakan perubahan positif di tempat kerja kita.

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Referensi

Shields, M. (2020, January 15). How to Manage an Employee with Depression. Harvard Business Review. https://hbr.org/2020/01/how-to-manage-an-employee-with-depression.

Nieuwenhuijsen, K., Verbeek, J. H., de Boer, A. G., Blonk, R. W., & van Dijk, F. J. (2020, October 14). Interventions to improve return to work in depressed people. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8094165/.

Dewa, C. S., Hoch, J. S., & Goering, P. (2023, November 21). Work Performance of Employees With Depression: The Impact of Work Stressors. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4174367/.

Al-Sada, M., Al-Esmael, B., & Faisal, M. N. (2017). Influence of organizational culture and leadership style on employee satisfaction, commitment and …

Mind. (2023, November 10). How to support staff who are experiencing a mental health problem. Mind. https://www.mind.org.uk/media-a/4661/resource4.pdf.

Read More
judi

Cara dan 4 Langkah Awal Menghargai Diri Sendiri

Pernah gak sih kamu mengkritik dirimu ketika sedang melakukan kesalahan? misalnya seperti hal-hal berikut:

“Gini aja gak bisa, apa sih yang kamu bisa lakuin?”

“Gak guna banget hidup!”

….dan kalimat-kalimat negatif lainnya yang berbicara di dalam kepalamu saat itu, pernah gak?.

Kata-kata hati yang menghakimi diri sendiri ini terus-menerus keluar dari dalam dirimu akibat kamu tidak memiliki kemampuan cukup dalam cinta diri atau “Self-love”. Artikel kali ini aku akan membahas seputaran tentang apa itu Self-love dan langkah awal untuk meningkatkannya. Jadi di simak hingga akhir dan jangan lupa untuk share ke teman maupun kerabat mu, selamat membaca.

Orang yang memiliki self-love berbeda dengan orang yang narsisisme. Narsisisme merupakan perilaku orang yang mencintai dirinya sendiri secara berlebihan, mereka cenderung egois dan menganggap dirinya yang paling benar. Sementara orang yang memiliki self-love adalah dia yang mampu menghargai dirinya sendiri, mampu berteman dengan dirinya sendiri sehingga ia menjadi individu yang lebih baik untuk dirinya dan orang lain.

Self-love menurut Khoshaba (2012) adalah kondisi ketika kita dapat mengahargai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri saat kita mampu mengambil keputusan dalam perkembangan spritual, fisik, dan juga psikologis. Contohnya adalah saat kamu sudah berhasil menerima kekurangan dan kelebihan-mu, fokus terhadap tujuan hidup yang kamu miliki, lalu hidup secara puas dengan usaha yang telah kamu lakukan. Orang yang tidak memiliki self-love cenderung akan menghukum dirinya sendiri terus-menerus dengan komentar negatif hingga menggerus harga diri dan membuatnya sulit untuk berkembang setiap harinya.

Belajar Bahagia dengan Diri Sendiri (4 Langkah Awal menuju Self Love)

Kemampuan kamu dalam melakukan self-love akan berbanding lurus dengan kemampuan kamu menerima cinta dari orang lain karena orang yang tidak memiliki self-love akan sulit menjalin hubungan dengan pasangannya, diakibatkan pikiran negatif yang ada dalam dirinya yang berkata ia tidak yakin apakah ia pantas untuk dicintai, mereka yang tidak memiliki self-love akan terus merasa tidak aman dan insecure. Akibat yang ditimbulkan dari perasaan tidak aman ini adalah mereka akan lari dari masalah lalu jatuh tenggelam dalam lautan kesedihan yang tak berujung dan mereka akan cenderung tak memiliki keseimbangan emosi yang mengakibatkan seringnya memiliki konflik dengan orang lain.

Baca Juga Mengenal Apa itu Insecure dan Cara Efektif untuk Mengatasinya

Memberikan kritik terhadap diri sendiri memang tidak sepenuhnya salah. Justru terkadang dengan kritikan itu kamu mungkin bisa menjadi lebih baik dan berkembang kedepannya.

Namun, kritikan negatif yang terus-menerus timbul dan muncul di kepalamu kerap terlalu mendominasi bahkan destruktif. Kritik destruktif yang berkepanjangan ini dapat membuatmu menjadi semakin putus asa, masuk dalam lubang depresi, bahkan tak sedikit yang bisa sampai bunuh diri karena benci terhadap diri sendiri, please kamu jangan sampai seperti itu ya!

tes_self_love_mencintai_diri_gratis_bahasa_indonesia

Pentingnya kemampuan self love ini antara lainnya dipengaruhi oleh empat aspek yaitu self-awareness, self-worth, self-esteem, dan self-care. Keempat aspek ini saling berkaitan satu sama lainnya, jadi bagi kamu yang ingin meningkatkan kemampuan self love maka simak penjelasan keempat aspek berikut ini:

1. Self-awareness (Kesadaran Diri)

Pertama yaitu self-awareness atau kesadaran diri, kamu yang ingin meningkatkan self-love terlebih dahulu harus sadar dengan dirimu sendiri. Sadar disini maksudnya adalah kamu harus mengenal dan memahami karakter dirimu, apa yang menjadi kelemahan serta kekuatanmu.

Mungkin terkesannya remeh, tapi aku berani jamin diantara kamu yang membaca ini pasti masih ada yang belum mengetahui tujuan hidupnya apa, personal value mu apa, target lima tahun ingin menjadi apa, hingga pertanyaan paling mendasar seperti makanan kesukaan mu apa, kenapa kamu suka makan itu, dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya seputar dirimu sendiri.

Mengenal diri sendiri adalah langkah awal kamu untuk bisa menemukan dan mengembangkan self-love-mu. Dengan kamu lebih mengenal dirimu kamu jadi lebih bisa menentukan arah, kemana kamu mau menuju. Layaknya sebuah kapal kamu adalah nahkoda di dalam kapal mu sendiri, bukan orang lain yang menentukan arah kapal mu dan tujuan kapalmu melainkan diri kamu sendiri.

Mengenal diri sendiri bukan berarti egois yang tak mau mendengar pendapat orang lain tetapi dengan mengenal diri ini kamu jadi lebih bisa matang dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan begitu kamu bisa lebih mudah dalam menyesuaiakan kondisi emosi dan caramu bersikap kepada orang lain.

2. Self-worth (Harga Diri)

Self worth adalah suatu prinsip yang dimiliki oleh seseorang ketika ia sudah mengenal dirinya sendiri. Self-worth akan hadir ketika seseorang sudah menyadari bahwa dia tidak perlu mengikuti standar penilaian orang lain karena dia sudah mengetahui apa yang menjadi standar untuk dirinya sendiri.

Orang yang memiliki kemampuan ini, bisa dipastikan akan memiliki self love yang tinggi dalam dirinya. Karena dengan memiliki self-worth sama saja dengan dia sudah menghargai dirinya sendiri apapun keputusan yang ia ambil, dia tidak perlu memenuhi kriteria apapun untuk merasa berharga.

3. Self-esteem (Kepercayaan Diri)

Self-esteem berbeda dengan self-worth tetapi masih memiliki hubungan. Self-esteem sendiri menurut Santrock (2007) adalah hasil evaluasi kita terhadap diri sendiri, hal ini termasuk dalam penilaian kita terhadap sesuatu yang kita kuasai dan sesuatu yang kurang kita kuasai. Self-esteem kamu dapat meningkat jika kamu memiliki self-worth diawal yang baik.

Berbagai cara bisa kamu lakukan dalam meningkatkan tingkat self-esteem mu diantaranya adalah berhenti membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain, berbuatlah baik pada sesama, dan dengan cara mewat diri (Self-care) yang masuk kedalam bahasan kita selanjutnya.

Baca Juga Pengaruh Sosial Media Terhadap Self Esteem: Bikin Bahagia atau Menderita?

4. Self Care (Perawatan Diri)

Self care adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri baik fisik maupun mentalnya. Kamu bisa melakukan berbagai kegiatan yang kamu sukai untuk menjaga kesehatanmu.

Self care sendiri menurut Orem (2001) adalah kegiatan untuk menyeimbangkan hidup dengan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan hidup yang dilakukan individu itu sendiri. Kegiatan yang bisa kamu lakukan diantaranya adalah dengan mendengarkan musik, menonton film di akhir pekan, berolahraga, menghabiskan waktu dengan orang terkasih, dan masih banyak lagi.

Mulai ubah kebiasaan mu mencaci diri dengan lebih mencintai diri sendiri, bisa dimulai dari menerapkan keempat langkah diatas. Jadilah sahabat bagi dirimu sendiri karena seorang sahabat mampu bersifat welas asih serta pengertian ketika kamu dilanda kegagalan dalam menjalani proses di kehidupan. Seorang sahabat bisa dengan mudah melihat kelemahan mu tetapi sembari mengingatkan sederet kelebihan mu dan yang terpenting adalah seorang sahabat yang baik ia tidak hanya bisa mengkritik tetapi memberi dukungan agar kamu menjadi jauh lebih baik.  

Maka mulai saat ini, detik ini ketika kamu selesai membaca artikel ini mulailah untuk melatih dirimu menjadi seorang sahabat atau teman terbaik bagi dirimu sendiri. Kalau kamu merasa sulit menerapkan self-love sehingga kamu merasa tidak berharga, mungkin ini saatnya kamu menemui psikolog. Di Satu Persen, ada layanan konseling online. Kamu bisa berkonsultasi one-on-one dengan psikolog Satu Persen dan menceritakan masalah yang kamu alami.

self-love berdamai dengan diri sendiri

Akhir kata untuk membantu kamu mengenal lebih dalam lagi terkait self love, kamu bisa langsung tonton video Satu Persen di bawah ini. Jangan lupa buat terus pantengin informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial dan instagram pribadiku jika berkenan di @adechandragk.

Aku harap artikel ini bisa bermanfaat dan lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Aku Chandra dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi dirimu sendiri Thanks!

Referensi

Khoshaba, D. 2012. A seven-step prescription for self loe. Psychology Today Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love.
Orem, DE. 2001. Nursing Concept of Practice. The C.V. Mosby Company. St Louis
Santrock, John W. 2007. Remaja, Edisi Kesebelas. Jakarta (ID) : Erlangga.

Read More
judi

Langkah Pertama buat Jadi Sehat Mental

Kita mungkin sering dengar kalo sehat itu gak cuma sehat secara fisik saja tapi juga sehat secara mental. Sebagian besar dari kita mungkin juga udah tahu cara biar kita sehat secara fisik itu gimana. Bisa dengan makan makanan bernutrisi, minum air putih agar tetap terhidrasi, olahraga biar tubuh tetap bugar atau rutin mengkonsumsi vitamin.

Hal-hal tadi itu udah sering kita dengar atau praktekin juga sehari-hari. Tapi pernah gak sih lo bertanya-tanya cara biar sehat secara mental itu gimana Atau mungkin lo udah tahu, tapi bingung cara mulai biar sehat mental itu gimana? Kali ini kita akan bahas gimana sih caranya biar kita bisa sehat mental dan cara mulainya itu gimana.

Pastiin lo baca artikelnya sampai habis biar lo bisa nemu langkah pertama buat jadi sehat mental.

Sebenarnya yang dimaksud dengan sehat mental itu apa sih?

Nah, menurut WHO sendiri sehat mental adalah suatu kondisi dimana individu sadar akan kesejahteraan psikologis dirinya dan punya kemampuan untuk mengelola stres yang wajar, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan aktif di lingkungannya.

Sebenernya sehat mental ini tuh gak gitu aja, tapi cakupannya itu luas banget dan banyak hal yang perlu dipahami tentang ini. Tapi buat kita yang baru mau mulai, kita coba dari satu hal ini aja dulu.

Jadi, ada teori yang dikembangkan oleh Carol Ryff yaitu Psikolog dari Amerika Serikat yang nyinggung tentang cara ngebentuk kesejahteraan psikologis individu biar sehat secara mental. Nama teorinya itu Six model of Psychological Well-being atau 6 model untuk bisa sehat mental secara psikologis.

Seperti namanya, dalam teori ini ada 6 aspek yang bisa ngebantu kita buat mencapai kesehatan mental tadi.

Keenamnya bisa lo lihat gambar ini dan kali ini kita bakal bahas Self-Acceptance dulu, terus yang lainnya bakal kita bahas di artikel lainnya.

Self-acceptance atau penerimaan diri bisa diartikan dimana kita dapat menerima semua hal baik itu positif atau negatif yang ada pada diri kita entah itu penerimaan tentang keadaan fisik sampai kemampuan yang ada dalam diri kita.

Self-Acceptance ini bukan cuma sekedar kita menerima aja semua hal tentang diri kita. Tapi juga tentang gimana lo bisa berdamai dengan kegagalan yang lo alami juga akan segala pencapaian lo.

Artinya disini, lo gak cuma mandang hidup ini tuh cuma sebuah hasil yang kalo lo gak berhasil berarti ya gagal. Tapi hidup dan diri lo saat ini adalah sebuah proses yang mana tiap orang perkembangannya itu beda-beda, ada banyak faktor yang mempengaruhinya gitu.

Ini bisa jadi jawaban buat lo yang bertanya-tanya kenapa dimulainya dari Self-Acceptance, karena selain bisa ngebantu kita sehat secara psikologis, self acceptance ini ngebantu kita buat self-love.

Self-love itu sendiri perlu ada untuk kita bisa lebih mengenal dan menerima keadaan diri kita sehingga kita tuh bisa ngembangin diri kita kearah yang tepat dan positif. Nah biasanya sih, self-love ini lebih mudah buat tercapai ketika kita sudah menerima diri kita secara utuh dan apa adanya.

Ketika lo udah ngembangin Self-Acceptance ini, lo biasanya bakal lebih siap kalo ada tantangan yang datang ke diri lo. Karena ya balik lagi, hal yang lo kerjain ini hanyalah sebagian kecil dari hidup lo gitu.

Diri lo nggak hanya didefinisikan dari apa yang lo lakuin saat ini tapi dengan banyak hal lainnya. Jadi ketika hal yang lagi lo lakukan ini gagal, lo bukan berarti kehilangan seluruh dunia lo, begitu pun kalo ini berhasil bukan berarti lo bakal stop berkembang sampe sini aja.

Selain itu, orang-orang yang udah punya Self-Acceptance dalam dirinya itu cenderung bergerak lebih cepat ketika dia ngadepin suatu masalah.

Alasannya ya karena individu yang punya Self-Acceptance tinggi udah bisa nerima semua aspek dalam dirinya dan tahu harus gimana cara mengatasinya, jadi ketika ada masalah dia udah tahu cara buat nyelesain masalahnya sesuai dengan kondisi dia.

Misal nih, lo adalah tipikal orang yang gak kuat buat begadang karena kalo dipaksain bisanya saat bangun lo bakal pusing. Nah ketika ada tugas yang deadlinenya dikumpul besok dan lo baru dapat informasinya malam hari gitu.

Nah kalo di situasi ini ada dua tipe orang yang punya self-acceptance rendah dan tinggi, bakal berasa banget perbedaannya.

Buat orang yang self-acceptance nya tinggi, dia tahu kalo dia gak bisa begadang dan kalo dipaksa pun hasil dari tugasnya juga gak bakal prima.

Jadi alih-alih dia begadang dengan resiko bangun pagi hari dengan keadaan gak fresh dan gak puas sama hasil tugasnya. Dia bakal lebih milih buat tidur dan bangun lebih awal biar bisa ngerjain tugas dengan keadaan yang lebih fresh.

Sedangkan orang yang mungkin self-acceptance nya rendah, alih-alih berpikir gimana biar dia bisa ngerjain tugas dengan baik, biasanya bakal disibukkan dengan mengkritik diri sendiri, kayak “duh, kenapa sih gue gak bisa begadang kayak yang lainnya” “kenapa sih gue harus ada tugas buat besok” dan banyak kenapa lainnya, sampai malah lupa gimana cara ngatasin masalah yang ada.

gimana caranya biar bisa mulai buat ningkatin self-acceptance itu?

Yang paling pertama dan utama adalah mengenali diri kita sendiri dulu secara luar dan dalam.

Penting banget buat kita mengenal diri dulu baru mulai menerimanya. Emang sih, pas kita mencoba untuk mengenal diri mungkin awalnya bakal susah tapi gapapa pelan-pelan aja.

Kalo mungkin lo bingung “sebenernya gue ini gimana” “cara buat kenal diri gue gimana”. Mulai aja dulu dengan cara paling sederhana dengan ambil kertas dan alat tulis terus ya lo tulis aja.

Nah lo bisa disini tulis lo orangnya kayak apa, kondisi tubuh lo kayak apa, kalo lagi stres lo ngapain atau sesimple rutinitas apa sih yang wajib banget lo lakuin di pagi atau malam hari.

Dari tulisan lo tadi, lo bisa mulai ngeraba-ngeraba diri lo yang sebenernya itu kayak apa. Dan lo udah bisa mulai kenalan sama diri lo sendiri sebenarnya orang yang kayak gimana sih.

Setelah lo mengenal diri lo sendiri, baru disini lo bisa mulai buat nerima diri lo. Bukan cuma diri positif lo tetapi hal negatifnya juga. Menerima disini bukan bilang “kenapa ya gue punya kelemahannya ini?” tapi lebih ke, “Oh oke gue punya kelemahan ini ya, kira-kira apa yang bisa gue lakuin buat ngurangin ini ya?”

Oke, itu tadi langkah pertama yang bisa kita lakuin biar jadi sehat mental. Semoga dengan artikel ini lo bisa mulai menerima diri sendiri paling enggak satu persen tiap harinya. Sekian dan semoga ini bermanfaat.

Gue Jhon dari Satu Persen, Thanks!

Read More