putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Lalu

judi

Mengenal Bagian dari Masa Lalu

inner child

Semua orang memandangku sebagai sosok yang percaya diri. Namun, sebenarnya, aku tidak pernah berani berdiri di hadapan banyak orang tanpa persiapan. Aku ingat, ketika namaku dipanggil tiba-tiba, jantungku berdebar kencang dan pikiranku menjadi kosong—aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mendadak lupa akan hal-hal lainnya, benar-benar merasa tidak berdaya. Rasanya, aku benar-benar harus memperbaiki hal ini.

Saat itu, aku duduk dihadapan seorang psikolog untuk menceritakan persoalanku ini. Ia bertanya, “Sejak kapan kamu merasa demikian?” “Hmm, sejak kapan ya?” pikirku dalam hati. Aku sudah terlalu lama merasakan ini, sampai aku lupa bertanya sebenarnya kapan awal mula situasi ini terjadi. Akhirnya aku sadar, bahwa perasaan ini telah kurasakan sejak masa kecilku— saat aku dipaksa bernyanyi dan dikritik di depan umum. Ternyata, memori puluhan tahun lalu itu sangat kuat hingga berbekas bertahun-tahun lamanya. Pengalaman masa kanak-kanak yang mempengaruhimu hingga saat ini— apakah kamu juga memilikinya? Mungkin, saran yang kuterima kala itu juga bisa membantumu: berdamailah dengan inner child-mu. Tunggu, apa itu inner child? Apakah dia bagian dari diriku?

Apa Itu Inner Child?

Menurut Dr. Diana Raab, seorang peneliti psikologis dan penulis, setiap dari kita memiliki inner child. Apakah itu sebenarnya inner child? Seperti apakah wujud keberadaannya?

Ahli menjelaskan inner child sebagai ekspresi sisi masa lalu kita, mulai dari masa kanak-kanak hingga setelahnya. Segala pengalaman hidup kita, baik pengalaman yang membawa kebahagiaan dan kesedihan, akan mempengaruhi kita dalam mengekspresikan diri ketika sudah dewasa. Pengalaman itu bahkan juga mempengaruhi proses tumbuh kembang kita selanjutnya. Seperti apa sih contoh pengaruh-pengaruh yang dapat diberikan inner child kepada perkembangan kita?

Contohnya, kita dapat melihat pergaulan kita ketika masih kanak-kanak. Menurut Cutting dan Dunn (2006), anak-anak yang sering bermain dengan teman-teman seusianya atau pun saudara yang mencintai dan mendukung dirinya akan tumbuh menjadi sosok yang mencintai petualangan ketika dewasa. Mereka juga cenderung memiliki kemampuan bersosial yang lebih baik karena mereka menyadari pentingnya bekerja sama dan berbagi kasih sayang. Tak hanya hubungan pergaulan, hubungan kita dengan orang tua juga banyak mempengaruhi hal itu, lho. Orang tua yang banyak menanyakan kabar dan perasaan anaknya sehari-hari mendorong anak untuk lebih peduli kepada kondisi temannya dan lebih memahami kondisi emosionalnya sendiri.

Namun, sama seperti pengalaman baik yang berhasil mempengaruhi kita secara positif dalam berbagai hal, pengalaman-pengalaman buruk yang kita rasakan juga dapat mempengaruhi kita. Trauma dan kesedihan masa lalu dapat tinggal dalam diri kita untuk waktu yang lama dan ketika ada trigger tertentu, dapat kembali timbul ke permukaan. Pengalaman menyedihkan seperti kehilangan teman semasa kecil, kekerasan psikis dan fisik, serta perpisahan keluarga dapat mempengaruhi kita sepanjang hidup. Tanpa benar-benar berdamai dengan inner child, kesedihan dan trauma dapat terus timbul sewaktu-waktu, bahkan ketika kita merasa telah melupakannya. Lho, jadi melupakan saja tidak cukup ya?

Alasan Mengapa Melupakan itu Belum Cukup

Terkadang, situasi masa lalu yang melukai inner child kita bahkan sudah tidak lagi kita ingat. Sudah pasti tidak ada orang yang ingin mengingat pengalaman yang melukainya. Mereka tentu ingin melupakan pengalaman ini. Namun, justru, upaya itu membuat kita merasakan sakit yang mendalam.  Riset menunjukkan bahwa tubuh menyimpan luka emosional dan fisik. Meskipun kita berusaha keras untuk melupakan hal itu dan melanjutkan kehidupan kita, luka itu bisa saja tetap tinggal. Ketika trigger-nya datang, kita kembali merasakan luka dan trauma sebelumnya.

Pengalaman menyakitkan di masa lalu ternyata dapat mempengaruhi kita melalui berbagai cara. Contohnya, cerita yang sudah disampaikan di atas. Pengalaman dipermalukan di depan umum membuatku merasa sangat gentar ketika harus berada di dalam situasi yang sama. Pengalaman diabaikan oleh orang yang kita kasihi sangat mungkin juga mempengaruhi kelekatan kita dengan orang lain. Pada beberapa kasus, hal-hal yang membuat trauma dan menyakitkan kita justru mendorong kita untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, ketika kita sering dimarahi semasa kecil, kita memiliki tendensi untuk mudah marah. Hal ini merupakan bentuk pertahanan diri kita dari bahaya yang diciptakan oleh lingkungan agar situasi buruk yang dialami semasa kecil tidak lagi terjadi.

Dengan kata lain, hal ini lah yang nantinya akan membentuk alam bawah sadar kita ketika dewasa. Untuk bisa lepas dari kecenderungan kita yang disebabkan oleh pengalaman menyakitkan semasa kecil, kita tidak hanya harus melupakannya, tetapi benar-benar menyembuhkannya. Jika kita berusaha menghindarinya untuk merasa lebih baik, kecenderungan kita tidak akan pernah selesai.

Menyembuhkan Inner Child

Menyembuhkan inner child yang terluka bukanlah hal mudah, tapi harus dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk menyembuhkannya, kita harus berusaha menghubungkan diri kita dengan sosok masa lalu kita yang terluka untuk berusaha bersama-sama menyembuhkan diri. Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menyembuhkannya:

Menuliskan rasa sakit yang dirasakan adalah salah satu cara untuk menyembuhkan inner child kita. Dengan menulis, kita dapat mencurahkan emosi negatif yang selama ini kita simpan. Pengalaman-pengalaman buruk itu mungkin sudah lama tidak kita ingat, tetapi kemungkinan besar masih menetap dalam diri kita. Menulis membantu kita kembali mengingatnya, merasakannya, dan mendamaikan diri dengannya.

Kamu dapat menulis beberapa dialog dari sudut pandang inner child-mu. Hal ini mungkin membuatmu kembali teringat dengan luka yang kau miliki. Namun, setelahnya, kamu dapat merasa lebih lega dan menerima situasinya dengan lebih baik.

2. Melakukan Sesi Ho’oponopono Pribadi

Apa itu Ho’oponopono? Ini adalah proses memaafkan yang berasal dari Hawai, membantu kita untuk membangun kembali hubungan dengan orang lain—bahkan inner child kita. Kita dapat mengambil waktu untuk menyendiri dan mengatakan hal-hal ini:

I am sorry”, katakan itu kepada dirimu bukan karena kamu telah berbuat salah, melainkan karena kamu telah menyimpan emosi negatif untuk waktu yang lama dan tidak berusaha menyembuhkannya. Luka dan kenangan buruk itu kamu simpan dan tidak kamu ungkapkan sehingga memuncak dalam dirimu.

Please forgive me, ungkapkanlah rasa maaf yang lebih mendalam kepada inner child-mu. Ungkapkanlah maaf karena kamu tidak banyak mempedulikan cara pandangnya atau bahkan mencoba melupakannya. Permintaan maaf ini akan membawamu dapat mencintai dirimu dengan lebih baik, termasuk inner child-mu.

I love you, katakana bahwa apapun yang telah terjadi kepadamu, kamu mencintai dirimu sendiri tanpa syarat. Tunjukkanlah rasa cinta kepada dirimu yang terus bertahan hingga saat ini. Cintailah dirimu, tubuhmu, udara yang kamu hirup, dan perjalanan hidupmu.

Thank you, tunjukanlah rasa syukur atas kehidupan, cinta, dunia, dan pengalaman yang telah membentukmu menjadi sosokmu yang sekarang. Tunjukkanlah rasa syukur atas inner child yang telah bertahan meskipun memiliki perihnya luka yang dirasakan. Rasa syukur ini bisa membantumu lepas dari emosi negatif yang kamu rasakan.

Dalam melakukan proses ini, kamu juga dapat kembali membayangkan dan menvisualisasikan pengalaman-pengalaman masa lalumu dan perasaanmu saat itu. Upaya ini membuatmu lebih lega dan jujur kepada dirimu sendiri.

3. Membuka diri

Proses penyembuhan inner child adalah sebuah proses seumur hidup dan tidak memiliki akhir yang pasti. Oleh karena itu, penting untuk melakukan dua tahap sebelumnya untuk kembali membuka hubungan dengan inner child kita. Selanjutnya, mungkin akan ada banyak hal-hal baru yang kamu sadari dari masa lalumu. Oleh karena itu, tetap buka diri selama prosesnya.

Baca Juga “Self Healing Bisa Membuatmu Merasa Lebih Baik”

Berdamai dengan masa lalu memang tidak mudah dan bukanlah proses yang sebentar. Karena itu, kamu harus bersabar menghadapi setiap prosesnya. Jika kamu merasa kesulitan melakukannya sendiri, kamu dapat meminta bantuan psikolog untuk membantumu menghadapinya.

Satu Persen menyediakan layanan konseling online. Kamu bisa berkonsultasi one-on-one dengan psikolog jika merasa inner child-mu mengganggu kehidupan sehari-hari. Selain itu, Satu Persen juga menyediakan Tes Sehat Mental gratis yang bisa kamu coba untuk mengecek kondisi kesehatan mentalmu belakangan ini.

kelas-berdamai-dengan-diri-sendiri

Jangan lupa tonton video Satu Persen tentang “Trauma Masa Lalu” Follow juga Instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Semoga tulisan ini bisa membantumu hidup lebih baik, setidaknya Satu Persen setiap harinya.

Referensi

Jess, D. (2018, October 04). What Is Hooponopono? Benefits & Techniques In The Art Of Forgiveness. Retrieved August 07, 2020, from https://www.thenaturaldoctors.com/what-is-hooponopono/

Noorvitri, I. (2020, April 03). Memahami Inner Child dalam Diri. Retrieved August 07, 2020, from https://pijarpsikologi.org/memahami-inner-child-dalam-diri/

Raypole, C. (2020, July 08). 8 Tips for Healing Your Inner Child. Retrieved August 07, 2020, from https://www.healthline.com/health/mental-health/inner-child-healing

Raypole, C. (2020, June 26). Inner Child: 6 Ways to Find Yours. Retrieved August 07, 2020, from https://www.healthline.com/health/inner-child

Read More
judi

Berdamai dengan Diri Sendiri: Berdamai sama Masa Lalu

Gambar oleh Satu Persen - Selamat Tinggal Masa Lalu
Satu Persen – Selamat Tinggal Masa Lalu

Halo, Perseners! Apa kabar nih? Hope you’re happy today! Kenalin gue Chastin, sebagai  associate writer di Satu Persen. Dan gue…pernah susah banget buat berdamai sama masa lalu.

Dari lo sendiri ada juga nggak sih, yang punya pengalaman pahit di masa lalu? Saking pahitnya, kejadian itu susah banget buat lo lupain, meskipun rasanya sakit banget kalo diinget-inget terus.

Dulu gue punya juga tuh, pengalaman yang bener-bener buat gue terpukul sampe rasanya mau menghilang aja dari muka bumi. Permasalahan yang gue alamin tuh kayak putus dari pacar, ditinggal pergi sama orang yang disayang, bahkan sampe kena bully.

Dari lo sendiri pernah nggak ngalamin yang lebih ekstrem dari ini?

Gue percaya sih, setiap orang pasti pernah ngerasain pahitnya hidup. Ya gimana ya…yang namanya manusia, aneh nggak sih kalo selama hidup nggak pernah ngelewatin yang namanya cobaan?

Tapi, apa lo udah sembuh dari segala pengalaman pahit itu? Kalo lo masih ngerasa marah, sedih, dan kecewa waktu keinget pengalaman tersebut, mungkin lo masih belum bisa berdamai sama masa lalu.

Dengan kata lain, lo masih nggak bisa move on. Nggak enaknya kalo terus begini, lo jadi susah buat ngelangkah ke depan, karena beban emosi yang lo bawa terlalu berat.

Ada quote yang selalu gue pajang di dinding kamar gue,

‘’Biarlah yang lalu berlalu, karena yang lebih indah sudah menunggumu.’’

– Merry Riana

Menurut gue ini quote emang simpel, tapi kalo lo jadiin pegangan buat move on dan ngelangkah ke depan, asli ini beneran ngebantu banget. Seenggaknya buat gue.

Buat berdamai sama diri sendiri dan masa lalu, lo harus sadar dulu kalo lo nggak bisa ngembaliin waktu, dan lo nggak dapet keuntungan apa-apa dengan terus stuck di titik itu.  Yang bisa lo lakuin cuman ngerubah diri lo yang rapuh jadi versi terbaik dari diri lo sendiri.

Because life must go on.

Podcast Satu Persen – Untuk Berdamai dengan Luka dari Masa Lalu

Buat lo yang masih berusaha belajar buat berdamai sama masa lalu, artikel ini pas banget buat lo simak! Stay tuned, ya!

Apa sih yang lo dapet kalo masih susah berdamai sama masa lalu?

Sebelum ngebahas ke dampak yang bakal lo terima kalo terus-terusan stuck sama masa lalu, gue mau sharing beberapa hal tentang “Kenapa orang bisa stuck sama masa lalu, terlebih sama pengalaman yang buruk”.

Menurut penelitian yang dilakuin sama Roy Baumeister, seorang profesor di bidang psikologi sosial dari Florida State University. Manusia emang cenderung lebih inget sama pengalaman negatif daripada pengalaman positif.

Baca juga: Pikiran Negatif Merusak Hidup Positif

Menurut Baumeister, emosi negatif dan feedback buruk punya dampak lebih besar ketimbang perhatian dan feedback positif yang pernah lo dapet. Stereotype buruk bakal lebih susah dilupain, yang akhirnya ngebuat diri lo terus terusan denial dan susah banget buat move on. Hal ini dikarenakan pikiran lo sendiri aja masih nolak buat lupa dan maafin semua pengalaman buruk di masa lalu.

YouTube Satu Persen – Cara Tinggalkan Masa Lalu yang Kelam

Nah kalo diri lo terus terusan denial, rasanya nggak enak banget nggak sih? Kayak di dalem hati lo pengen berdamai sama masa lalu, tapi otak lo merintahin buat jangan lupain pengalaman yang udah bikin lo terpuruk.

Menurut gue, kalo udah kayak gini nggak baik buat diri lo ke depannya. Orang yang nggak bisa berdamai sama luka di masa lalu cenderung takut buat ngelangkah ke depan, karena takut bakal terluka kayak dulu lagi.

Dampak negatif lainnya yang lo dapet kayak:

  • Overthinking sama apa yang bakal terjadi di masa depan
  • Takut ngambil keputusan
  • Ngerasain beban batin yang nggak perlu
  • Kualitas hidup berkurang secara drastis
  • Nggak bahagia

Pernah nih gue ngerasain yang kayak gini. Literally dampaknya bener-bener ngena banget ke kehidupan gue. Tapi baiknya, abis gue ngalamin berbagai rentetan hal buruk, nggak lama sejak itu gue sadar, bahwa gue harus cari cara buat bangkit lagi. Karena saat itu gue merasa diri gue sendiri punya value dan berhak buat bangkit.

Lo juga kepikiran nggak sih? Untungnya buat diri sendiri tuh apa kalo berlarut-larut dalam kesedihan sama suatu hal yang udah terlewat dan gak bisa diubah?

4 Cara berdamai sama masa lalu

1. Menerima masa lalu

Pengalaman yang berkesan, mau itu baik ataupun buruk, cenderung susah buat dilupain. Percaya deh, semakin lo berusaha buat lupa sama suatu kejadian, malah ingatan tentang kejadian itu semakin muncul di pikiran lo.

Di poin ini, gue saranin kalo lo nggak mau terbayang oleh hal buruk yang pernah lo alamin, lebih baik lo nerima kejadian itu daripada effort mati-matian buat ngelupain.

Asli deh, kalo kita bisa nerima pengalaman masa lalu sebagai bagian dari hidup, rasa sakitnya bakal lebih berkurang. Terus, secara perlahan kita bisa berdamai dan nggak terus keinget sama hal buruk itu.

Toh, udah ikhlas.

Baca juga: Apa Itu Inner Child: Cara Mengenal Bagian Diri Lebih Dalam dengan Melihat Masa Lalu

2. Memperbaiki sudut pandang

Kebanyakan dari kita tuh susah buat lupa dan berdamai sama masa lalu, karena kita mandang kejadian tersebut sebagai sesuatu yang negatif dan nggak ada value dari kejadiannya.

Padahal, kalo dipikir-pikir, semua kejadian bisa punya sudut pandang yang beda, tergantung dari gimana cara lo memaknainya. Coba deh, better ganti sudut pandang dari:

“Dulu gue di-bully karena gue jelek, pasti ke depannya nggak ada yang mau nerima gue”

Menjadi

“Oh, dulu gue di-bully karena mereka kurang perhatian dari orang tuanya, toh sekarang gue jadi lebih kebal dan glow up’’

Biasain mandang suatu hal dari sisi postifnya, biar kitanya juga nggak terlalu tertekan.

Baca juga: Mengubah Perspektif Lewat Rasa Syukur

3. Ambil dan cari tau hikmahnya

“Everything happens for a reason. There’s always a rainbow after a big storm.”

Cari tau value positif yang bisa lo ambil dari kejadian yang udah lalu. Gue yakin banget, kalo setiap perih yang kita dapet adalah tiket buat kita berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi.

Misal ni, lo udah putus dari cowok lo yang toxic, tapi rasanya susah banget buat move on karena lo nggak terbiasa kalo nggak sama dia. Dalam hal ini, ada baiknya lo cari sisi positif dari kejadian ini.

Lo cari kebahagiaan apa yang lo dapet pas udah gak berhubungan sama dia. Kayak lo yang lebih bebas, gak terkekang, dan mulai bisa fokus sama karier lo sendiri.

Kalo kita tau hikmah dan keuntungan yang didapet atas kejadian tersebut, lebih mudah juga buat ngelangkah ke depannya.

4. Biasain sama hal yang ngingetin lo sama masa lalu

Menurut gue, kalo lo mau berdamai sama masa lalu jangan terlalu menghindari hal yang bisa buat lo inget sama kejadian tersebut. Justru itu makin nambah ketakutan lo, dan lo cenderung nggak siap ke depannya buat #HidupSeutuhnya.

Semakin lo terbiasa sama hal yang paling lo benci, semakin mudah buat lo nerima hal tersebut. Toh, itu udah jadi bagian dari kehidupan lo.

Kalo kayak gini, lo nggak ada alasan buat menghindar dan nggak bakal dihantui sama bayangan masa lalu.

Baca juga: Penyesalan Tidak Selamanya Buruk: Cara Memaafkan Diri Sendiri

Gambar dari mohamed hassan dari pixabay
Gambar dari mohamed hassan dari pixabay

Berdamai sama diri dan move on dari masa lalu emang gak gampang, guys. Setiap orang punya caranya sendiri buat healing.

Kalo lo emang masih susah banget buat maafin dan nerima semua kejadian buruk di masa lalu, gue saranin coba konsultasiin apa yang lo rasain sama psikolog di Satu Persen. Layanan konseling Satu Persen bakal ngasih banyak benefit kayak psikotes, worksheet, dan masih banyak lagi.

Banyak benefit yang bisa lo dapetin dari konseling online ini, info selengkapnya langsung aja klik gambar di bawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Jadi, jangan takut buat berproses selama itu bisa ngasih value positif buat diri lo ya hehehehe. Lo bisa juga nih coba tes sehat mental, gratis dari Satu Persen.

Dari gue segitu dulu, semoga artikel sama pengalaman gue bisa ngebantu lo buat bisa #HidupSeutuhnya.

Keep up the good work guys!

Referensi:

Jess, D. (2018, October 04). What Is Hooponopono? Benefits & Techniques In The Art Of Forgiveness. Retrieved August 07, 2020, from https://www.thenaturaldoctors.com/what-is-hooponopono/

Read More
judi

Memulihkan Emosi dari Ketakutan di Masa Lalu

Trauma healing
Satu Persen – Trauma Healing

Hi, Perseners! How are you? Kenalin, gue Angel sebagai Blog Writer di Satu Persen.

Belakangan ini, banyak media berita yang sering menyoroti berbagai kasus kecelakaan dan kekerasan. Tak hanya menyebabkan luka fisik, dampaknya pun bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental para korban. Akibatnya, ini dapat mengganggu kehidupan serta hubungan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan American Psychological Association, istilah trauma menandakan respons emosional korban terhadap peristiwa yang mengerikan. Ada kemungkinan korban bakal cenderung bersikap terkejut dan penuh penolakan di awal. Di sisi lain, korban juga dapat mengalami dampak jangka panjang, seperti emosi tak terduga, perasaan tegang, atau gejala fisik lainnya. Nggak jarang juga hal-hal tadi akhirnya mengganggu keseharian para korban.

Trauma Healing - Mengatasi Trauma
Foto: The Lovett Center

Apabila kondisi korban semakin parah, ada kemungkinan mereka membutuhkan bantuan perawatan psikologis. Salah satu caranya dengan trauma healing, yakni proses pemulihan emosi korban terhadap ketakutan masa lalu. Dengan begitu, mereka dapat melanjutkan hidup kembali tanpa bayang-bayang masa lalu.

Nah, buat yang masih penasaran sama trauma healing, yuk simak penjelasan selengkapnya berikut ini. Gue bakal bahas mulai dari fase-fase, kumpulan metode, sampai manfaatnya, nih. Semoga lo nyimak sampai akhir, ya.

3 Fase Trauma Healing

Fase Trauma Healing
Foto: Pexels.com

Untuk kebanyakan orang, biasanya mereka harus melakukan perawatan sampai sebulan agar bisa seperti sedia kala. Nggak perlu khawatir sendirian karena korban bakal menerima bantuan serta bimbingan dari para psikolog profesional. Nantinya tenaga ahli ini yang akan menemukan solusi yang tepat buat korban.

Fase I: Keamanan dan stabilitas

Pada umumnya, para psikolog akan membahas kebutuhan korban setelah keluar dari rumah sakit. Ada kemungkinan mereka juga bakal melakukan konsultasi dengan psikiater terkait penggunaan obat-obatan tertentu. Makanya, jangan lupa untuk mengikuti instruksi yang ditetapkan oleh dokter, ya.

Ketika otak berhasil mengenali ancaman bahaya yang nihil, trauma healing untuk aspek psikologi akan dimulai. Awalnya, mereka akan belajar untuk mengatur seluruh emosi dan menjaga rasa takut atau kecemasan. Setelah itu, korban juga akan belajar untuk mengatur emosi kembali saat berhadapan dengan pemicu trauma.

Fase II: Mengingat ulang dan menerima

Selanjutnya, para ahli profesional akan meminta korban untuk mengingat ulang dan mencerna hasil kejadian trauma tersebut. Lebih tepatnya, berjelajah dan memadukannya dengan lingkungan sekitar yang aman. Fase ini cenderung berhubungan dengan pemulihan dalam tubuh.

Luka fisik akibat trauma juga dapat memicu dan memperlambat pemulihan kesehatan mental. Oleh sebab itu, para psikolog akan membantu korban menangani masalah trauma di proses ini. Semangat berjuang terus, ya!

Fase III: Membangun kembali hubungan

Fase trauma healing terakhir adalah membangun kembali hubungan melalui pemberdayaan. Mungkin korban awalnya masih merasa ragu dengan perubahan dalam diri sendiri setelah mengalami kejadian traumatis. Alhasil, mereka pun merasa takut dan malu saat menghadapi orang lain.

Agar bisa move on dari trauma itu, para ahli profesional akan bantu korban mencapai resolusi yang telah direncanakan.  Selain itu, mungkin mereka juga akan mengikuti berbagai pelatihan untuk siap masuk kembali dalam masyarakat. Nantinya korban akan terbiasa lagi menjalani hidup seperti sedia kala.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drama Korea dengan Tema Trauma Healing

Metode-metode Trauma Healing

Metode Trauma Healing
Foto: Pexels.com

Dilansir Good Therapy, berikut beberapa metode trauma healing:

Terapi Perilaku

Salah satu bentuk terapi perilaku yang sering dipraktekkan adalah terapi paparan (eksposur). Pada dasarnya, korban akan menghadapi ketakutan secara bertahap. Tujuan metode ini adalah mengurangi kecemasan, mengatur memori trauma, sekaligus meningkatkan adaptasi sosial.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Untuk meningkatkan kembali pengetahuan dan keterampilan, metode cognitive behavioral therapy ini siap membantu para korban. Pasalnya, terapi ini mengajak mereka untuk memperbaiki pola pikiran yang kurang tepat. Ditambah mereka juga bakal belajar mengatur rasa cemas dan stres berlebihan.

Terapi Psikodinamik

Berikutnya, terapi psikodinamik untuk mengidentifikasi fase trauma yang memengaruhi reaksi emosional. Setelah itu, para ahli akan mengelola aspek peristiwa yang mengganggu mereka. Terdapat beberapa elemen umum dari terapi psikodinamik, seperti sejarah perkembangan individu, pemahaman makna trauma, dampak trauma, dan rasa kehilangan dari peristiwa traumatis.

Manfaat Trauma Healing

Manfaat Trauma Healing
Foto: imgflip.com

Mengurangi rasa stres berlebihan

Ketika memiliki trauma tertentu, banyak orang cenderung menutupinya karena takut merasa terhakimi serta malu atas kejadian di masa lalu mereka. Padahal, keterbukaan dapat menjadi solusi yang tepat. Terutama saat bercerita secara terbuka merupakan bagian dari trauma healing. Idealnya sih, dengan orang yang mereka percayai.

Dengan bercerita apa adanya, mungkin mereka bakal terbiasa dengan trauma yang pernah menghantui diri sendiri. Lama-kelamaan, korban bakal nggak merasa terbebani secara fisik mau pun emosional. Wah, justru hidup terasa lega kembali, ya!

Meningkatkan kontrol atas seluruh emosi

Selain itu, trauma healing ini juga mampu meningkatkan kontrol atas seluruh emosi. Di awal, korban mungkin ngerasa berubah rapuh dan penuh gangguan. Sebenarnya, reaksi emosi yang tinggi terhadap suatu trauma itu wajar karena adanya keinginan untuk menghindari bahaya yang serupa di masa depan.

Setelah membagikan beban trauma, mereka akan bisa mengurangi rasa takut sekaligus menemukan kebebasan hidup yang lebih banyak. Walau membutuhkan waktu dan keberanian, ini bakal menunjukkan sisi manusiawi yang seutuhnya. Jadi, jangan ragu untuk melakukan trauma healing, ya.

Meredakan memori trauma

Memori trauma dapat terjadi sewaktu-waktu. Bahkan, ada kemungkinan memori ini bakal menghantui diri sendiri selama bertahun-tahun. Alhasil, tubuh jadi sering memicu reaksi secara fisik atau emosional tanpa sadar.

Di sinilah trauma healing akan berperan besar dalam menghilangkan gangguan tersebut. Melalui pemulihan yang berkala, korban bisa mulai melepaskan belenggu kuat dari memori trauma itu. Walaupun pengalaman tersebut selamanya gak bakal menyenangkan, setidaknya mereka nggak perlu merasakan luapan emosi seperti sebelumnya.

Memahami makna di balik trauma

Terakhir, para korban bisa memahami makna di balik trauma. Mengingat sifat alami manusia, kita cenderung pengin cari tahu kejelasan di balik suatu pengalaman. Oleh sebab itu, trauma healing akan menjadi salah satu metode dalam menemukan makna trauma.

Bergantung pada jenis traumanya, beberapa orang perlu menemukan dahulu makna di balik pengalaman yang mengerikan. Setelah itu, baru mereka bisa melepaskan beban dan gangguan dari memori traumatis. Bakal ada proses bertahap yang perlu mereka lalui untuk mendapatkan pemulihan yang tepat.

Satu Persen – 5 Tanda Masih Adanya Trauma dalam Dirimu

Bagaimana Cara Mendapatkan Trauma Healing?

Setelah mendalami trauma healing lebih lanjut, ternyata salah satu metode pemulihannya adalah terbuka pada orang terpercaya. Misalnya, teman, orangtua, atau kerabat. Pasalnya, ini bisa bantu korban untuk menghadapi sekaligus menerima kejadian traumatis di masa lalu.

Akan tetapi, mungkin kalian sendiri masih kurang paham dengan jawaban orang terpercaya. Nah, kalian juga bisa menemukan solusinya dengan para tenaga psikolog. Untungnya, Satu Persen siap mendengarkan semua cerita traumatis yang lo alami lebih dalam dan membimbing lo untuk mendapatkan healing terbaik.

Langsung klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-6

Kalau lo ragu apakah perlu ke psikolog atau nggak, lo bisa ikut tes konsultasi dulu supaya tau mana layanan yang cocok sama kondisi lo. Itu dia akhir pembahasan tentang trauma healing kali ini. Sampai jumpa di blog selanjutnya, ya!

Referensi:

Gillihan, S. J. (2019). The Healing Power of Telling your Trauma Story. Psychologytoday.com. https://www.psychologytoday.com/us/blog/think-act-be/201903/the-healing-power-telling-your-trauma-story

University of Pittsburgh Medical Center. (2019). Phases of Trauma Recovery. Upmc.com. https://share.upmc.com/2019/08/phases-of-trauma-recovery-50ph/

Dillman, S. M. (2011). Common Therapy Approaches to Help You Heal from Trauma. GoodTherapy.com. https://www.goodtherapy.org/blog/common-therapy-approaches-to-help-you-heal-from-trauma

Read More