putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Korea

judi

5 Rekomendasi Drama Korea dengan Tema Trauma Healing

Drama Korea Trauma Healing
Satu Persen – Rekomendasi Drama Korea Bertema Trauma Healing

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Fathur sebagai Blog Writer di Satu Persen.

Di kala pandemi ini gue merasa sangat jenuh jika hanya melakukan aktivitas di dalam rumah secara terus-menerus. Tapi akhir-akhir ini, kejenuhan itu dapat diatasi dengan berbagai cara ampuh versi gue, salah satunya dengan menonton drama korea alias drakoran di Netflix.

Dengan menonton, gue sendiri merasa capek dan jenuh itu bisa hilang secara cepat. Apalagi kalau pemain dari drama korea yang sedang ditonton adalah pemain favorit atau bias gue. Makin seru aja gak, sih?

Gue juga udah banyak nonton drama korea selama pandemi ini, mulai dari drama korea yang ber-genre mengsedih banget, cinta-cintaan, sampai yang ceritanya terbilang traumatis. Nah untuk yang genre terakhir ini, gue rasa akan berhubungan dengan tema kita pada artikel kali ini, yaitu trauma healing.

Untuk lo yang belum tau tentang trauma healing, yuk simak bareng-bareng penjelasannya!

Baca juga: Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD): Penjelasan Lengkap!

Apa Itu Trauma Healing?

Menghilangkan bayang-bayang kejadian yang menyebabkan trauma bukanlah hal yang mudah. Tapi ada lho, kiat-kiat untuk menyembuhkannya, yaitu dengan trauma healing.

Trauma healing adalah proses penyembuhan setelah trauma yang dilakukan agar seseorang bisa terus melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang kejadian di masa lalu. Hal ini kerap kali terjadi pada usia anak-anak sampai remaja yang diakibatkan oleh pengalaman traumatis tertentu.

Nah berhubung di awal gue menceritakan tentang film dan drama korea, gak afdol kalau gue gak ngasih rekomendasi drama korea tentang trauma healing yang udah gue tonton sebelumnya.

Rekomendasi Drama Korea tentang Trauma Healing

1. Hometown Cha-Cha-Cha

Hometown Cha-Cha-Cha Drama Korea Trauma Healing
Sumber: dramamilk.com

Hometown Cha-Cha-Cha adalah drama komedi asal korea yang tayang pada tahun 2021. Serial ini bercerita tentang seorang dokter gigi perfeksionis, Yoon Hye Jin yang membuka kliniknya sendiri di desa terpencil bernama Gongjin. Kemudian, ia bertemu dengan Doo Sik alias Hong Ban Jang yang memiliki jiwa semangat bekerja (Hustle Culture).

Dari situ, kisah drama antara mereka dan warga Gongjin pun berlanjut. Nah, tapi tau gak sih, kalau serial ini juga membahas tentang trauma healing yang dialami oleh Doo Sik?

Pada episode ketiga, lo akan diberi petunjuk tentang trauma masa lalu Doo Sik dengan melihatkan dirinya mengikuti sesi konsultasi di Seoul. Doo Sik juga aktif meminum resep obat sebagai penenang rasa traumanya.

Dari konsultasinya di episode sembilan, psikiater membantu Doo Sik untuk menghadapi akar ketakutannya selama ini. Psikiater juga mengatakan bahwa terdapat perkembangan positif terhadap trauma yang dialaminya sehingga sedikit demi sedikit Doo Sik bisa menurunkan dosis obatnya.

2. Kill Me, Heal Me

Kill Me, Heal Me Drama Korea Trauma Healing
Sumber: thecinemaholic.com

Kill Me, Heal Me adalah drama bergenre psikologi misteri bertemakan kesehatan mental. Serial drama ini dibintangi oleh Ji Sung (Cha Do Hyun), Hwang Jung Eum (Oh Ri Jin), dan Park Seo Joon (Oh Ri On).

Serial yang berjumlah 20 episode ini membahas tentang Cha Do Hyun yang menderita kepribadian ganda akibat peristiwa traumatis pada masa kecilnya.

Cha Do Hyun akhirnya bertemu Ri Jin yang diminta untuk menjadi dokter pribadinya. Kemudian, Ri Jin mulai melakukan trauma healing dengan cara membantu memecahkan masalah yang dialami Cha Do Hyun satu demi satu, terutama pada pemicu trauma yang berkepanjangannya.

Setelah beberapa episode, diketahui traumanya berasal dari pengaruh kekerasan psikis ketika kecil yang membuat adanya rasa kecewa kepada orang tuanya, takut penolakan, dan sakit hati yang diterimanya.

Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, ada beberapa gejala khusus trauma pada anak. Beberapa di antaranya adalah reaksi emosional yang berlebihan, kehilangan minat pada aktivitas, dan peningkatan kewaspadaan yang utamanya pada pengalaman traumatis.

3. It’s Okay, That’s Love

It's Okay, That's Love Drama Korea Trauma Healing
Sumber: jaehakim.com

Drama korea yang satu ini bercerita tentang kisah cinta antara psikiater dan penulis yang diperankan oleh Gong Hyo Jin (Ji Hae Soo) dan Jo In Sung (Jae Yeol). Tapi, kisah drama cinta mereka mengalami berbagai tantangan ketika keduanya diceritakan sama-sama mengalami gangguan mental.

Jae Yeol sendiri mengidap gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Sedangkan, Ji Hae Soo mengalami trauma berat di masa kecilnya. Hal ini disebabkan karena dulu ia pernah menyaksikan perselingkuhan ibunya yang membuat ia sulit untuk menjalin hubungan saat dewasa.

Singkat cerita, mereka yang tinggal satu atap itu kemudian saling memiliki perasaan satu sama lain. Yang menariknya, diperlihatkan juga kedua pasangan ini saling menyembuhkan penyakit gangguan mentalnya seiring waktu berjalan.

4. You Are My Spring

You Are My Spring Drama Korea Trauma Healing
Sumber: otakuart.com

Terjebak di masa lalu memang gak mengenakan untuk kita, terutama ketika terjebak pada peristiwa traumatis. Nah, hal ini pula yang menjadi topik utama pada serial You Are My Spring.

Serial ini baru saja tayang pada Agustus tahun 2021 dengan dibintangi aktor ternama seperti Kang Da Jeong (Seo Hyun Jin) dan Ju Yeong Do (Kim Dong Wook).

Kisahnya dalam serial drama ini menceritakan tentang Ju Young Do yang telah mengalami trauma karena gak bisa nyelamatin kakaknya di masa lalu. Tapi, traumanya tersebut gak membuat ia menjadi patah semangat, malah ia semakin ingin bertekad untuk menyelamatkan orang lain yang ia sedang tangani.

Dilansir Soompi, penulis naskah serial ini yaitu Lee Min Na mengatakan bahwa hadirnya drama korea ini berarti ada sesuatu hal yang hangat dan menyembuhkan di kala musim semi tiba, terutama bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang yang memiliki trauma masa lalu. Ia juga mengharapkan dengan adanya film ini, lo bisa semakin menyadari tumbuh sebagai orang dewasa.

Maka dari itu, drama korea ini banyak mengandung pesan positif karena mampu memperlihatkan proses penyembuhan trauma atau trauma healing yang dapat lo pelajari ke depannya.

5. It’s Okay to Not Be Okay

It's Okay to Not Be Okay Drama Korea Trauma Healing
Sumber: ncatregister.com

Siapa sih, yang gak kenal Kim Soo Hyun? Itu lho, aktor yang pernah digadang-gadang memiliki bayaran termahal!

Nah kali ini, ia memainkan peran sebagai Moon Kang Tae (diperankan Kim Soo Hyun) dalam serial It’s Okay to Not Be Okay. Sementara lawan mainnya adalah Ko Moon Young (Seo Ye Ji) yang juga sudah memiliki banyak jam terbang.

Pada episode awal, diceritakan trauma masa lalu yang telah dialami oleh masing-masing pemerannya. Salah satunya menceritakan kakak Kang Tae yang memiliki trauma dengan kupu-kupu. Hal ini terjadi karena ia masih mengingat peristiwa pembunuhan ibunya saat dulu yang mana pembunuhnya kebetulan memakai pin kupu-kupu.

Begitu pula Moon Kang Tae yang mengalami trauma juga hingga berdampak pada kondisinya saat ini. Tapi seiring waktu berjalan, ia semakin menyadari bahwa ia perlu bahagia dan mulai melakukan trauma healing dengan cara pelan-pelan menerima keadaan di masa silamnya.

Banyak pesan yang bisa diambil dalam serial It’s Okay to Not Be Okay. Salah satunya dengan memberikan pesan bahwa jika lo ingin sembuh dari trauma yang sedang dialami, tentu prosesnya bertahap dan cukup memakan waktu yang lama. Terakhir, drakor ini juga drama ini memberikan pembelajaran cara untuk melatih mengendalikan emosi dan psikologis kita, Perseners!

Bagaimana Cara Kita Menyembuhkan Trauma?

Nah, setelah lo mengetahui kalau banyak banget drama korea yang mengangkat tema trauma healing, tentu belum lengkap kalau lo belum tahu cara menyembuhkan trauma yang dialami.

Menurut American Psychological Association, salah satu cara menyembuhkan trauma adalah dengan bersandar kepada orang yang lo percayai. Hal ini bisa ngebantu lo untuk saling mendiskusikan peristiwa traumatis yang sedang dialami.

Kalau lo merasa kurang mendapat jawaban dari orang terdekat lo, mungkin lo bisa memulai untuk menanyakan jawabannya kepada tenaga ahli profesional seperti psikolog.

Satu Persen punya solusinya! Lo bisa ikut konseling buat ngebahas lebih dalam tentang peristiwa traumatis yang lo sedang atau telah alami dengan psikolog dari Satu Persen yang bisa lo akses di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-13

Kalau lo belum yakin apakah sebaiknya lo ikut konseling atau gak, lo bisa ikut tes konsultasi dulu ya. Akhir kata, gue Fathur Rachman dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya.

Referensi:

American Psychological Association. (2017). How to cope with traumatic stress. https://www.apa.org/topics/trauma/stress

Babbel, S. (2011). The Lingering Trauma of Child Abuse. Psychologytoday.Com. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/somatic-psychology/201104/the-lingering-trauma-child-abuse

Hong, C. (2021). Seo Hyun Jin And Kim Dong Wook Share Why They Chose Their New Drama, Thoughts On “Rom-Com Queen” Title, And More. Soompi.Com. https://www.soompi.com/article/1478025wpp/seo-hyun-jin-and-kim-dong-wook-share-why-they-chose-their-new-drama-thoughts-on-rom-com-queen-title-and-more

Read More
judi

Tren Hustle Culture di Drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha: Bahaya kah?

tren hustle culture - hometown cha-cha-cha
Satu Persen – Tren Hustle Culture

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Siapa sih yang gak tau drama Korea ‘Hometown Cha-Cha-Cha’ yang lagi hits saat ini di kalangan kawula muda hingga dewasa khususnya di Indonesia? Drama korea satu ini diperankan oleh Shin Min-A (Hyon Hye-Jin) dan Kim Seon-Ho (Hong Du-Sik) yang menceritakan seorang wanita yang pindah dari Seoul ke sebuah desa bernama Gongjin sebagai dokter gigi dan seorang pria yang ahli dalam berbagai bidang pekerjaan.

Kim Seon-Ho berperan sebagai Hong Du-Sik, seorang pemuda desa yang serba bisa dengan banyak kualifikasi kerja. Karakter Hong Du-Sik yang diperankan oleh Kim Seon-Ho ini disambut sebagai pemuda yang hampir sempurna sebagai “pengangguran” yang sibuk, tampan, dan pekerja keras. Padahal, yang dilakukan Hong Du-Sik adalah sebuah gaya hidup toxic, tren kekinian yang payah atau biasa disebut hustle culture.

Nah, di artikel kali ini gue akan membahas tentang hustle culture. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Apa Itu Hustle Culture?

Drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha
Sumber dari wolipop.detik.com

Hustle culture adalah tren di mana sebuah mentalitas yang harus selalu diuji, bekerja sampai kelelahan adalah sebuah kehormatan, dan pekerjaan serta identitas lo adalah satu dan sama.

Bagi mereka yang masih mencernanya, hustle culture adalah sebuah kebiasaan toxic dan gak sehat yang terkait dengan pekerjaan. Orang-orang meromantisasi diri mereka sebagai pekerja keras siang dan malam. Gak peduli apa yang dia lakukan, dia selalu hidup untuk bekerja, bekerja, dan bekerja.

Sering kali, kesibukan ini berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Ada yang mengalami kurang tidur dan insomnia, ada yang kerja kerja kerja terus tipes, dan gak jarang ada yang mengalami depresi.

Dr. M. Tasdik Hasan, peneliti kesehatan mental global, mengatakan, “Hubungan langsung antara kerja berlebihan dan kesehatan mental dapat mengganggu ritme biologis tubuh dan membahayakan kesehatan mental tubuh.”

Konsep kerja keras alias hard working itu gak masalah, tapi kalau berlebihan itu yang buruk. Kita gak perlu memamerkan setiap tetes darah terakhir untuk sebuah pekerjaan, menempatkan diri kita dalam bahaya dan memaksa pekerjaan apa pun untuk menjadi sempurna hanya karena persaingan di antara rekan kerja. Perseners, ingat deh, uangnya gak banyak, kenapa lo ingin bekerja begitu keras?

Hong Du-Sik bukanlah pekerja kantoran yang setiap hari melihat laptopnya seperti lo maupun gue. Dia dalam drama Korea ‘Hometown Cha-Cha-Cha’ lebih tepat disebut sebagai pengangguran. Tapi, Hong Du-Sik bisa apa aja, loh. Mulai dari perbaikan kapal, bartender, juru lelang, perbaikan listrik, agen persewaan gedung, bahkan bekerja semalaman di sauna semua bisa dilakukan.

Gak main-main, Hong Du-Sik juga bersertifikat untuk semua pekerjaan paruh waktunya. Banyak deh, jumlahnya. Jadi, jangan heran jika dia sangat suka memakai rompi dan celana dengan banyak kantong, ya. Karena kantong-kantong itu untuk memasukkan semua sertifikasi dan peralatannya.

Ketika banyak kawula muda kagum melihat sosok Hong Du-Sik saat menonton Hometown Cha-Cha-Cha, gue justru khawatir pria tampan itu akan stres dan sakit karena hustle culture yang dia jalani. Ya, gue tau dia punya hari libur untuk berselancar di pantai, tapi pekerjaan paruh waktunya bener-bener gak masuk akal.

Banyak penelitian atau professional kesehatan yang mengatakan bahwa budaya hustle culture itu bohong. Bekerja keras memang perlu, tetapi hindari memaksakan diri terlalu keras sehingga gak ada waktu luang untuk diri lo. Karena setiap manusia membutuhkan istirahat yang penuh, tak ada salahnya mengambil cuti untuk menghilangkan rasa lelah.

Baca juga: Burnout: Ini Tanda-tanda Kamu Mengalami Kelelahan Emosional

Tanda Lo Harus Memprioritaskan Ulang Diri Lo

prioritizing yourself - memprioritaskan diri sendiri
Sumber dari pixabay.com

Lo semua pasti udah diajari bahwa bekerja keras adalah hal yang baik, jadi bagaimana lo tahu ketika itu sudah menjadi masalah? Menurut Dion Metzger, M.D., seorang psikiater di Atlanta, ini semuanya tentang keseimbangan, dan lo harus memperhatikan skala prioritas lo.

“Lo semua berusaha untuk menyeimbangkan pekerjaan, hubungan, dan kesehatan. Lo akan tahu bahwa hustle culture lo sedang berada di puncaknya ketika mulai menghilangkan satu dari dua lainnya (hubungan dan kesehatan). Lo kurang tidur, makan-makanan gak sehat, atau membatalkan rencana dengan orang yang lo cintai. Inilah saat lo harus menarik garis,” katanya kepada Thrive.

“Skala lo gak lagi seimbang. Ini adalah saat ketika lo perlu mundur dari keramaian dan memprioritaskan ulang keseimbangan untuk mencegah kelelahan.”

Banyak dari kita baru benar-benar mulai menganggap serius kelelahan dan terlalu banyak bekerja ketika kita sakit secara fisik, tetapi kita seharusnya gak pernah sampai ke titik itu. Sebaliknya, waspadai tanda dan gejala kelelahan seperti tidur terganggu, kelelahan terus-menerus, pelupa, membuat kesalahan yang ceroboh, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan rasa sakit yang gak dapat dijelaskan.

Jika lo memperhatikannya, hal itu adalah tanda yang jelas bahwa lo perlu memprioritaskan ulang, memperbarui, dan fokus pada kesejahteraan lo sendiri.

Baca juga: Waktu Habis buat Kerja? 5 Cara Menjaga Work-Life Balance

Ada Beberapa Solusi untuk Korban Hustle Culture

solusi hustle culture
Sumber dari pixabay.com

Bahkan, jika lo udah menjadi mangsa budaya hustle culture, sangat mungkin untuk diri lo mengubahnya. Lo dapat menjalani kehidupan dengan seutuhnya dan sambil mempertahankan dan bahkan meningkatkan kesehatan mental lo.

Kuncinya adalah beralih ke solusi standar, yaitu mengubah skala prioritas dalam kehidupan lo. Ini berarti memulai dengan perubahan perilaku kecil, yang lebih mungkin menjadi kebiasaan. Kita menyebutnya micro steps, dan inilah beberapa yang dapat lo coba untuk mengurangi stres dari budaya hustle culture dan untuk menjaga kesehatan mental lo.

Micro steps tersebut antara lain:

1. Nyatakan hari sudah berakhir, bahkan jika lo belum menyelesaikan semuanya

Benar-benar memprioritaskan berarti merasa nyaman dengan ketidaksempurnaan. Ketika lo meluangkan waktu untuk mengisi ulang, lo akan kembali siap untuk menangkap peluang.

Ini akan menjadi tantangan bagi orang-orang yang terbiasa terburu-buru, tetapi ini adalah hal yang penting untuk dimulai.

2. Pergi tidur beberapa menit lebih awal dari biasanya

Bahkan pergi tidur lima menit lebih awal di malam hari akan membuat perbedaan. Perubahan tambahan akan sangat kecil sehingga lo bahkan gak akan menyadarinya, tetapi setelah seminggu dampaknya akan signifikan. Mau tau kualitas tidur lo? Coba ikut tes kualitas tidur dari Satu Persen. Gratis!

3. Jadwalkan di kalender untuk sesuatu yang penting bagi lo

Baik pergi ke gym, pergi ke galeri seni, atau bertemu teman, menyetel pengingat akan membantu lo membuat diri lo lebih bertanggung jawab.

4. Simpan botol air di meja

Ketika lo selalu melakukan sesuatu, lo biasanya mudah lupa untuk tetap terhidrasi. Plus, mengisi ulang botol lo sepanjang hari akan memberi lo waktu istirahat dan kesempatan yang sangat dibutuhkan untuk menjauh dari meja lo dan terhubung dengan orang lain.

5. Ketika tiba di tempat kerja, berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri, “Kenapa ini penting?”

Penelitian menunjukkan bahwa makna adalah motivator terbaik. Ketika lo mempertimbangkan pentingnya pekerjaan lo dan dampak potensial, ini dapat membantu lo membedakan proyek mana yang benar-benar sepadan dengan waktu dan energi lo.

6. Luangkan waktu untuk tugas-tugas yang penting dengan memasukkan hal-hal yang paling gak penting ke daftar tugas

Jika ada aktivitas atau ambisi setengah hati dalam hidup lo yang menguras energi dan menjauhkan lo dari hal-hal penting, pertimbangkan untuk melepaskannya. Ketika lo memberi diri lo izin untuk melepaskan hal-hal yang gak terlalu lo pedulikan—entah itu belajar Bahasa Inggris atau belajar memasak—lo akan memiliki lebih banyak waktu dan energi tersisa untuk apa yang benar-benar lo hargai.

7. Setiap hari, habiskan waktu untuk orang yang spesial, bahkan jika lo sibuk

Membantu, mendengarkan, atau sekadar hadir untuk orang lain dapat bermanfaat bagi lo dan siapa pun yang lo bantu. Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita menghabiskan waktu untuk orang lain, perasaan kita tentang waktu kita sendiri sebenarnya berkembang dan ketika kita terbiasa bekerja tanpa henti, membuat hubungan yang bermakna dengan orang lain sering kali gagal.

Selain dari beberapa hal yang gue sebutkan sebelumnya, kalau lo merasa bingung apakah lingkungan kerja lo saat ini toxic atau gak dan apakah gaya hidup yang lo jalani toxic atau gak, lo bisa ceritakan keluhan-keluhan yang lo rasakan yang mungkin selama ini hanya lo pendam sendirian kepada tenaga profesional dengan mengikuti layanan konseling bersama Satu Persen.

Masalah-masalah terkait diri dan kehidupan yang sulit terselesaikan dapat dibantu untuk dicari jalan keluarnya dengan konseling ini, lho. Lo bisa klik banner di bawah untuk kepoin dan daftar layanan ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-20

Selain itu, lo juga bisa coba tonton video YouTube Satu Persen tentang Filosofi Hometown Cha-Cha-Cha di bawah ini, ya!

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya, selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

Hustle Culture Is Actually Terrible for Our Mental Health. (n.d.). Retrieved November 6, 2021, from https://thriveglobal.com/stories/hustle-culture-constant-work-always-on-mental-health-tips/

Tren Hustle Culture Oleh Hong Du-sik Di Serial ‘Hometown Cha-Cha-Cha’  – Hallo Lifestyle. (n.d.). Retrieved November 6, 2021, from https://lifestyle.hallo.id/tren/pr-1791387762/tren-hustle-culture-oleh-hong-du-sik-di-serial-hometown-cha-cha-cha

Read More