putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Konseling

judi

Kapan Kita Harus Konsultasi ke Psikolog? (Konseling Online)

Gambar oleh Satu Persen - Konsultasi Psikologi Konseling Online
Satu Persen – Konsultasi Psikologi Konseling Online

Hello Perseners!

Kamu lagi stress gak? Bentar, bentar, kok jadi gitu pertanyaannya. Oke, gini aja, kamu pernah gak sih, merasa hidupmu itu lagi benar-benar kacau? Kayak, apapun yang kamu lakukan itu seperti tidak teratur, dan semakin hari semakin menjenuhkan.

Kamu merasa butuh bantuan, tapi kamu gak mau self-diagnose. Di sisi lain, kamu juga gak mau lebih lama lagi hidup dengan kondisi buruk seperti itu. Duh, enaknya gimana?  Kalau mau konsultasi ke psikolog, nanti bisa dicap aneh-aneh sama masyarakat. Duh, duh duh!

Oke, pertama-tama, aku mau bilang padamu bahwa there’s no shame in seeking help! Kamu tidak perlu takut ketika merasa butuh pergi konsultasi ke psikolog. Pertanyaannya sekarang adalah, kapan kamu harus pergi ke psikolog?

Apa yang Harus Kamu Ketahui?

Sederhananya begini, jika kamu merasa butuh berbicara empat mata dengan orang lain. Terutama tentang masalah hidup. Nah, pergi untuk konsultasi ke psikolog. Atau jalin hubungan dengan keluarga, teman, lingkungan sosial, atau bahkan mencari jati diri.

Konsultasi ke psikolog bukan sekedar curhat doang, loh. Kamu bisa mendapatkan feedback mengenai masalah yang sedang kamu hadapi. Kamu bisa merasa dimengerti oleh mereka dan actually getting your problems addressed ketika ngomong ke psikolog.

Sedangkan ketika kamu mengalami penyakit mental yang sudah mengganggu rutinitas dan kehidupan sehari-harimu. Atau kamu ingin berbicara mengenai medikasi yang tepat, kamu dapat pergi ke psikiater.

Jika kamu masih ragu, ada baiknya bertanya pada orang-orang terdekat atau sedekar berdiskusi dengan psikolog/psikiater yang kamu tahu untuk memastikan langkah apa yang sebaiknya kamu lakukan ke depannya.

Kalau aku pribadi, biar gampang mengingatnya, psikolog itu tanpa medikasi, psikiater itu dengan medikasi. Oke lanjut, kapan kamu harus berhenti menghadapinya sendiri dan konsultasi ke psikolog?

Kamu Merasa Semuanya Penuh Tekanan

Tentu saja kita sering merasa sedih dan gelisah, tapi tidak jarang perasaan tersebut hanya kekhawatiran sementara. Namun jika kamu merasakan emosi-emosi tersebut dalam intensitas yang mengganggu rutinitasmu, kurasa sudah waktunya kamu pergi membicarakannya dengan seseorang.

Ketika kamu merasa hal-hal dalam hidupmu membuatmu menghindari banyak hal, dan dengan kamu menghidari hal tersebut hidup semakin rumit dan malah membuatmu overthinking serta merasa hidupmu sangat teratur, seorang psikolog akan sangat membantumu.

Yang utama adalah, ketahui limitmu sendiri. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa kamu tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup, hanya saja, mohon untuk memperhatikan kesehatanmu sendiri.

Don’t be too harsh on yourself!

Kamu Mencari Pelampiasan

Game, makan, belanja, atau bahkan bekerja. Apapun bisa jadi pelampiasan. Kamu mencari hal-hal yang dapat membantumu untuk menekan perasaan yang kamu rasakan.

Contohnya dulu aku sempat pergi ke warnet untuk meredam isi kepalaku, karena dengan bermain game, aku dapat sejenak log out dari dunia nyata dan hidup dalam kebahagiann fana yang sementara. Tentu saja aku merasa senang, tapi tidak ketika aku kembali tersadarkan bahwa hidupku masih berlanjut dan masalah tersebut masih ada.

Yang ada, aku malah semakin gak karuan. Huh. Pelampiasan itu ada kadarnya tersendiri, kalau kamu merasa sudah dalam frekuensi yang tidak sehat, ding ding it’s time to go see a psychologist or just talk about your problems!

Kamu Mengalami Penurunan Performa

Wow, udah kayak apa aja, ‘penurunan performa’. Anyways, kadang hidup sudah terlalu rese sehingga kamu serta isi kepala dan hatimu senantiasa memperlambat performamu baik di dunia kerja, sekolah, maupun lingkungan sosialmu.

Kamu jadi susah fokus ketika belajar, kamu tidak merasakan kebahagiaan lagi ketika melakukan hal-hal yang biasanya kamu suka, hubunganmu dengan orang lain terasa memudar, dan your overall life experience feels numb.

Apakah kamu pernah mencapai titik tersebut? Titik jenuh yang benar-benar jenuh? Kalau sudah pernah, apa yang kamu lakukan? Kuharap kamu paling tidak curhat dengan teman atau membicarakannya dengan seseorang. Kalau kamu masih saja memendam semuanya sendiri, hentikan.

Hentikan tindakan yang merusak diri itu. Mungkin kamu berpikir bahwa dengan kamu menceritakannya pada orang lain, kamu akan merepotkan. Sesungguhnya tidak! Kalau kamu masih bersikeras demikian, maka konsultasilah ke psikolog terdekat.

Sungguh, lebih baik untuk membicarakan masalah yang kamu miliki ketimbang menyimpannya sendiri, karena suatu saat nanti endapan masalah-masalah tersebut akan meledak ketika kamu benar-benar mencapai batas. Kamu mungkin akan mendapati dirimu menangisi mie goreng yang jatuh ke wastafel atau susu yang tumpak ke lantai karena benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Jangan sampai seperti itu, ya!

Teman-Temanmu Mengkhawatirkanmu

Aku pribadi merasa  ini yang paling jelas. Ketika teman-temanmu -tidak perlu yang terdekat- merasa ada yang aneh denganmu, that’s a big sign.

Mungkin kamu merasa baik-baik saja, namun kadang pendapat orang lain sangat bisa membantumu untuk menilai keadaan. Kamu terkadang butuh, loh, orang-orang dari luar untuk melihat hal-hal yang tidak bisa kamu sadari dari dalam diri sendiri.

Yup, kurasa sampai di sini saja. Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Oh iya, kalau kamu ingin konsultasi, Satu Persen menyediakan layanan konseling loh! Kamu bisa mengunjunginya dengan klik gambar dibawah ini yah! Kalau masih ragu, coba deh ikut tes konsultasi dulu supaya kamu menemukan layanan yang cocok untuk kondisi kamu.

CTA-Blog-Post-06-1

Semoga harimu menyenangkan!

References

Bhatia, P. (2020, November 23). Should You See a Psychiatrist or a Psychologist First? Retrieved from Pacific Health System: https://pacifichealthsystems.com/blog/should-you-see-a-psychiatrist-or-a-psychologist-first/

Muller, G. (n.d). How do you know if you should see a Psychologist? Retrieved from The Psych Professionals: https://psychprofessionals.com.au/signsyouneedapsychologist/

Read More
judi

Kenapa Penderitanya Perlu Konseling Online?

rape trauma syndrome - korban pemerkosaan perlu konseling online
Satu Persen – Rape Trauma Syndrome

Halo, Perseners! Balik lagi sama aku Senja.

Hari ini, aku baru aja nonton tayangan Mata Najwa yang rilis beberapa hari lalu bertajuk “Muda Bersuara”. Acara tersebut melakukan diskusi singkat mengenai seberapa besar peran anak muda untuk menyuarakan pendapat mereka. Diskusi juga mendatangkan bintang tamu dari berbagai latar belakang, salah satunya public figure seperti Cinta Laura.

Dan aku tertarik dengan salah satu part di mana Cinta Laura berbicara mengenai isu kekerasan seksual. Ia berpendapat bahwa perlakuan negara Indonesia terhadap korban kekerasan seksual masih tergolong rendah. Akibatnya, banyak korban kekerasan seksual mengalami trauma yang berdampak pada turunnya produktivitas mereka secara ekonomi maupun sosial.

Data menunjukkan kasus pelecehan seksual di kalangan perempuan semakin tinggi. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengatakan bahwa dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia naik hingga 800%.

Melansir dari mediaindonesia.com, terdapat 426 kasus kekerasan seksual pada perempuan per 16 Maret 2021. Dan salah satu jenis kekerasan seksual yang paling umum adalah pemerkosaan.

Berarti apa yang dikatakan Cinta Laura ada benarnya. Meskipun aku gak bisa membuktikan secara konkrit berapa banyak kasus trauma yang terjadi akibat kekerasan seksual di Indonesia. Ya, paling tidak hal ini bisa jadi awareness buat kita semua. Dan salah satu trauma yang berpotensi dialami oleh korban kekerasan seksual adalah Rape Trauma Syndrome.

So, di sini aku akan jelaskan sedikit informasi mengenai Rape Trauma Syndrome ini.

Baca juga: Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Sexual yang Buat Candu

Apa itu Rape Trauma Syndrome?

rape trauma syndrome
Cr. pixabay.com

Rape Trauma Syndrome (RTS) adalah salah satu bentuk Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang dialami oleh korban sexual assault. Teori RTS pertama kali dikemukakan oleh seorang psikiater yang bernama Ann Wolbert Burgess dan seorang sosiologis bernama Lynda Lytle Holmstrom pada tahun 1974.

RTS dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa berupa gangguan fisik, emosional, kognitif, perilaku, dan karakteristik interpersonal. RTS dapat terjadi segera setelah kejadian pemerkosaan (kekerasan seksual), beberapa bulan atau beberapa tahun setelahnya.

Penderita RTS paling sering disebabkan oleh pemerkosaan. Namun, korban percobaan pemerkosaan juga dapat menyebabkan seseorang mengalami RTS. Meskipun trauma pasca pemerkosaan (kekerasan seksual) lebih mengarah pada kondisi emosional dan psikologis daripada kondisi fisik, tapi trauma pascapemerkosaan (kekerasan seksual) dapat disebut sebagai sindrom karena membuat korban mengalami perubahan perilaku, pemikiran, dan perasaan yang terjadi secara konsisten.

Baca juga: Mengenal Arti Eksibisionis dan Fakta Perilakunya

Gejala Rape Trauma Syndrome

rape trauma syndrome
Cr. pixabay.com

Melansir dari verywellmind.com, ada beberapa gejala umum yang ditunjukkan penderita RTS. Gejala yang paling sering diketahui adalah:

1. Gangguan kecemasan

2. Mood swing

3. Perasaan tidak berdaya

4. Menarik diri dari lingkungan

5. Disfungsi seksual (penurunan hasrat seksual)

6. Ketakutan akan masa lalu

7. Kesulitan berkonsentrasi

8. Marah

9. Malu atau menyalahkan diri sendiri

10. Depresi

11. Punya pikiran melakukan bunuh diri

12. Fobia

Fase-fase dalam Rape Trauma Syndrome

A. Tahap akut

Tahap akut terjadi setelah kejadian pemerkosaan. Fase akut secara umum terbagi dalam 3 respons:

1. Berekspresi: Korban merasa marah, takut, ataupun cemas

2. Terkontrol: Korban tampak seperti tanpa emosi atau biasa. Berperilaku seperti tidak pernah terjadi apapun

3. Rasa shock: Korban mengalami kesulitan berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka juga tampak kesulitan mengingat kejadian pemerkosaan

B. Tahap reorganisasi atau outward adjustment

Tahap ini biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan maupun bertahun-tahun setelah kejadian pemerkosaan (kekerasan seksual) yang dialami. Korban dapat menjalani kehidupan secara normal, tetapi mereka akan terus mengalami gejolak emosional dalam kehidupan mereka.

C. Tahap renormalisasi

Pada tahap ini korban mulai mengenali dan menyesuaikan diri dengan apa yang mereka alami. Korban sudah bisa menerima masa lalu dengan baik. Perasaan negatif seperti perasaan bersalah dan malu perlahan juga hilang secara bertahap.

Kenapa Penderita Rape Trauma Syndrome Perlu Melakukan Konseling?

stop rape - stop pemerkosaan
Cr. pixabay.com

Kekerasan seksual bagi perempuan merupakan salah satu kejadian yang sangat menyakitkan dan menimbulkan trauma. Kekerasan seksual juga merupakan peristiwa psikologis yang berbahaya karena dapat merusak keseimbangan hidup korban. Tak ayal, banyak dari korban menderita rape trauma syndrome.

Korban yang menderita harus segera melakukan pemulihan secara psikologis. Dan pemulihan rape trauma syndrome tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, Perseners! Jadi harus dilakukan oleh seorang profesional melalui konseling. Konseling akan membantu recovery dan thriving untuk penderita. Recovery berarti kemampuan untuk bangkit yang dibutuhkan dalam mengatasi gejala-gejala terkait dengan kekerasan seksual.

Sedangkan thriving berarti selangkah lebih maju dari hanya sekedar mengatasi gejala-gejala yang ada. Thriving berarti menggunakan trauma yang dialami korban sebagai motivasi untuk menumbuhkan outcome personal dan perkembangan psikologis yang positif.

stop sexual harassment - stop pelecehan seksual
Cr. pixabay.com

Kenapa Harus Konseling Online di Satu Persen?

Mengingat situasi COVID-19, konseling online menjadi jalan alternatif untuk para korban bisa mendapat penanganan segera, sekaligus menjadi ruang aman bagi para penyintas yang tidak ingin berkomunikasi secara langsung dengan konselor. Maka dari itu, Satu Persen hadir buat membantu penderita keluar dari masa sulit tanpa terbatas ruang dan waktu.

Melalui konseling online, Satu Persen akan memberi dukungan penuh untuk para penyintas kekerasan seksual atau penderita rape trauma syndrome.

Udah ada lebih dari 10.000 orang yang mendaftar konseling ke Satu Persen lho, Perseners! Aku pribadi berpendapat bahwa fasilitas konseling yang diberikan Satu Persen sangat membantu kebutuhan pasien. Alur konseling di Satu Persen juga udah sangat terstruktur. Pertama, kalian akan diarahkan untuk melakukan registrasi konseling, kemudian memilih paket konsultasi, melakukan pembayaran, mengisi psikotest, memilih psikolog dan jadwal konsultasi, serta terakhir memulai konsultasi.

Buat penderita yang ragu buat konseling online karena takut tidak aman, tenang aja, Perseners! Konseling online di Satu Persen udah terjamin keamanannya. Karena konseling akan dilakukan secara one-on-one. Jadi, bukan aplikasi chat abal-abal yang biasanya disisipi sama orang ketiga. Selain itu, udah banyak testimoni positif yang bisa kalian baca di sini, Perseners!

Konseling nantinya akan ditangani oleh psikolog lulusan S2 profesi psikolog klinis dewasa dari berbagai universitas terbaik di Indonesia. Meskipun para psikolog memiliki keahlian, pendekatan terapi, serta latar belakang yang berbeda, namun mereka sudah memiliki minimal dua tahun pengalaman dalam melakukan konseling.

Kabar baiknya lagi, para psikolog Satu Persen sudah memiliki Surat Izin Praktik Psikologi (SIPP) dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Surat Izin Praktik Psikologi Klinis (SIPPK) dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK). Satu Persen juga menjalankan etika konseling online dengan baik dan mengetahui aturan dalam memberikan jasa profesional buat masyarakat, Perseners!

Terakhir, demi generasi bangsa yang lebih produktif, Satu Persen tidak mau membiarkan korban pelecehan seksual berjuang sendiri. Satu Persen di sini respect banget sama mereka yang menderita rape trauma syndrome. Satu Persen berharap bisa meminimalisir dampak traumatis untuk korban atau penyintas kekerasan seksual.

Jadi, buat para penyintas atau korban kekerasan seksual yang membutuhkan penanganan segera bisa langsung konseling online dengan klik di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-18

Masih ragu apakah perlu ke psikolog atau tidak? Yuk coba ikut tes konsultasi dulu supaya makin yakin. Klik di sini ya!

So, aku cukupkan sampai di sini dulu ya, Perseners! Semoga artikel ini membantu kalian. Sampai jumpa lagi di artikel-artikel berikutnya!

Referensi:

https://www.verywellmind.com/what-is-rape-trauma-syndrome-5199374

https://mediaindonesia.com/humaniora/394395/kekerasan-seksual-pada-perempuan-mengapa-korban-pilih-diam

Burgess AW. Rape trauma syndrome. Behav Sci Law. 1983;1(3):97–113.

Read More
judi

Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan untuk Konseling Pertama Kali?

Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

Hai, Perseners!

Ini tulisan ketigaku di blog Satu Persen, lho! Sesuai dengan judul yang kamu baca, aku akan menulis tentang konseling online. Cukup bersemangat menulis mengenai hal ini, karena semenjak pandemi kita sering sekali melihat berbagai platform ataupun seorang psikolog yang membuka layanan konseling secara online.

Tapi, tahukah Perseners, Satu Persen sudah memiliki layanan ini jauh sebelum pandemi terjadi! Satu Persen menyadari pentingnya memberikan akses atau layanan yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Hal ini beriringan juga dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di masyarakat kita.

Karena ketika kita hanya fokus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, namun kita tidak memberikan akses yang mudah untuk mendapatkan bantuan, tentu akan terjadi kesenjangan. Sesuai, kan dengan tema World Mental Health Day tahun ini, yaitu “Greater Investment, Greater Access”.

Tema ini diangkat sesuai dengan apa yang terjadi pada tahun ini, banyak perubahan yang membuat kita harus beradaptasi, utamanya pada tekanan yang terjadi di beberapa bulan belakangan. Oleh karena itu, perlu adanya akses yang lebih praktis untuk layanan kesehatan mental. Akses yang memudahkan kita untuk mengakses kapan saja dan di mana saja, salah satunya melalui konseling online!

Ternyata, konseling online sebenarnya bukan hal yang baru muncul ketika pandemi ini, lho!

Pada tahun 2005, beberapa peneliti melakukan literatur review untuk membahas mengenai konseling online. Di awal jurnalnya tertulis bahwa konseling online akan terus meningkat penggunaannya 10 tahun ke depan. Wow, jika ditinjau dari 15 tahun sejak jurnal tersebut terbit, lalu bagaimana keadaan saat ini, ya?

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, konseling online memang telah menjadi suatu hal yang penting saat ini. Tentunya, konseling online juga perlu untuk terus ditingkatkan kualitasnya, mengingat semakin meningkat pula kesadaran kesehatan mental di masyarakat.

Nah, kamu sendiri, sudah pernahkah mencoba konseling online? Atau ini pertama kalinya kamu berencana mencoba konseling online?

Oke, agar konseling yang kamu lakukan dapat berjalan dengan efektif, kamu perlu mengenal dulu seperti konseling online dan hal apa saja yang perlu kamu persiapkan.

CTA-Blog-Post-06-1-7

Konseling online itu apa sih?

Konseling online adalah layanan yang bertujuan untuk memberikan dukungan kesehatan mental melalui internet atau jarak jauh. Layanan ini tidak hanya dilakukan melalui videocall atau telepon, namun juga edengan beberapa cara atau bentuk, yang dapat kamu pilih sesuai dengan kenyamanan dan kebutuhanmu.

Selain telepon, kamu juga bisa menggunakan layanan chatting. Hal ini mungkin akan memberikan kemudahan ketika kamu sulit untuk menemukan tempat yang aman dan nyaman untuk melakukan konseling.

Selain itu ada pula layanan yang dilakukan melalui e-mail. Berbeda dengan telepon dan chatting, konseling melalui e-mail ini tidak dilakukan di waktu yang live. Melainkan, kamu mengirimkan ceritamu melalui pesan secara detail, setelah itu menunggu psikolog yang bertugas untuk membalasnya.

Tentunya dari masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Kamu dapat memilihnya sesuai dengan apa yang kamu butuhkan dan cara yang paling nyaman serta efektif menurut kamu!

Penelitian mengenai efektivitas dari konseling online juga terus dilakukan oleh para peneliti.

Pada jurnal yang diterbitkan oleh World Journal of Psychiatry, pasien atau klien yang melakukan konseling atau mendapatkan perawatan kesehatan mental secara online melalui video call menunjukkan kepuasan yang tinggi.

Ditemukan pula dalam penelitian lain yang menjelaskan bahwa masyarakat menganggap konseling online ini efektif untuk membantu mereka yang merasa membutuhkan bantuan dengan segera. Terlebih bagi masyarakat di daerah yang kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan mental.

Namun, tetap saja keefektifan dari sebuah konseling tergantung pada diri kamu sendiri. Ada orang yang memang merasa nyaman ketika melakukan konseling secara online, tapi ada pula yang merasa bahwa konseling secara langsung atau tatap muka jauh lebih efektif. Itu semua tergantung pilihanmu.

Tidak ada yang salah ketika kita merasa tidak baik-baik saja. Atau mungkin merasa membutuhkan bantuan psikologis. Hal itu bisa ditanggulangi dengan mendaftar konseling online bersama psikolog di Satu Persen!

Coba Sekarang Tes Psikologis: Layanan Konsultasi yang Paling Sesuai dengan Kebutuhanmu

Apa saja hal yang perlu dipersiapkan saat konseling online?

Sama seperti konseling yang dilakukan secara langsung atau tatap muka, konseling online juga membutuhkan tempat yang nyaman dan aman, serta tidak terganggu dengan berbagai hal yang berkaitan dengan privasi.

Untuk itu, sebelum melakukan konseling online kamu perlu memperhatikan dan mempersiapkan hal- hal berikut ini:

1. Persiapkan Dirimu

Bukan hal yang mudah untuk mengambil keputusan melakukan konseling secara online. Banyak hal yang mungkin menjadi pertimbangan bagi dirimu hingga akhirnya memutuskan untuk konseling bersama psikolog.

Berikut hal-hal yang perlu kamu persiapkan sebelum sesi konseling dimulai:

a. Menentukan tujuan, kamu perlu tahu terlebih dahulu apa yang ingin kamu capai dari sesi konseling online ini. Tentu akan lebih baik jika tujuanmu jelas dan tidak hanya ingin curhat atau mengeluarkan unek-unek saja, tujuan yang kamu miliki akan membantu psikolog untuk memahami dirimu serta membantumu untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Bersedia untuk terbuka, sesi konseling akan berjalan dengan efektif dengan adanya kerja sama dari diri kamu untuk terbuka mengenai apa yang sedang kamu alami dan rasakan. Menceritakan segala sesuatunya dengan detail akan membantu psikolog untuk memahami dirimu. Tentu ini juga dapat menjadi salah satu proses healing untukmu, mengeluarkan segala hal yang mungkin selama ini kamu pendam sendiri.

c. Hasil bergantung pada dirimu, ada dua kunci untuk membuat konseling berjalan dengan efektif yaitu readiness dan willingness atau kesiapan dan kemauan. Kedua hal ini tergantung pada bagaimana diri kamu. Apakah kamu siap untuk menerima atau siap untuk berubah dan mencapai tujuanmu? Serta apakah kamu memiliki kemauan untuk berubah dan mencapai tujuanmu? Sebelum konseling dimulai, ada baiknya kamu mempersiapkan kedua hal ini. Satu sesi konseling bersama psikolog menjadi tidak ada artinya jika diri kamu tidak siap dan tidak memiliki kemauan untuk mencapai tujuan konseling.

2. Ruangan

Konseling online merupakan sesi yang disiapkan untuk interaksi secara pribadi antara klien dan psikolog. Ruangan yang aman dan nyaman menjadi hal yang penting untuk kamu siapkan sebelum melakukan konseling online.

Tidak mudah untuk menemukan ruang privasi ketika berada di rumah, terlebih ketika kamu tinggal bersama keluarga lainnya. Kamu mungkin akan sedikit kesulitan untuk lebih terbuka dengan psikolog ketika kamu merasa takut didengar oleh keluarga lainnya. Untuk itu, kamu perlu menyiapkan ruangan privasi agar konseling berjalan dengan lancar dan efektif.

Aku punya saran untuk kamu dalam menyiapkan ruangan yang nyaman untuk melakukan konseling online:

a. Carilah ruangan yang tenang dan terang dengan pintu yang tertutup.

b. Untuk konseling melalui video call, sebaiknya kamu dapat menggunakan komputer atau laptop karena layar yang lebih besar dan kamu bisa memperhatikan psikolog dengan lebih jelas.

c. Gunakan headset atau earphone untuk komunikasi yang lebih jelas serta menghindari suara-suara atau kebisingan lainnya yang berasal dari luar. Menggunakan headset juga dapat meningkatkan privasi.

d. Posisikan perangkat yang kamu gunakan setinggi mata untuk memaksimalkan kenyamanan kamu dan psikolog dalam berinteraksi.

3. Koneksi Internet

Setelah menemukan ruangan yang nyaman dan perangkat yang aman, satu hal lagi yang gak kalah penting untuk membuat konseling online-mu menjadi berjalan dengan lancar yaitu koneksi internet.

Sebelum sesi konseling, kamu dapat memastikan terlebih dahulu perangkat yang kamu gunakan. Apakah sudah terhubung dengan internet yang lancar dan apakah dalam 1 jam atau selama sesi konseling internet yang kamu gunakan bisa aman.

Dengan waktu yang terbatas, harapannya gangguan-gangguan secara teknis bisa diminimalisir oleh psikolog maupun klien.  Tidak lupa, agar ketika konseling kamu dapat berkonsentrasi, tutup semua tab browser atau aplikasi lainnya.

4. Persiapan lainnya

Ketika diri kamu, ruangan, dan koneksi internet sudah siap untuk mengikuti konseling secara online, kamu juga dapat mempersiapkan hal-hal kecil dan tambahan berikut untuk membuatmu semakin nyaman mengikuti sesi konseling ini.

a. Kertas dan alat tulis, kamu boleh banget menulis hal apa saja yang dikatakan oleh psikolog sebagai pengingat. Atau juga mungkin di dalam sesi tersebut psikolog memintamu untuk mengerjakan sesuatu sehingga kertas, alat tulis ini sudah tersedia di dekatmu ketika dibutuhkan

b. Tisu, sesi konseling menjadi tempat kita mengeluarkan segala sesuatu yang mungkin telah lama kita pendam selama ini. Entah pengalaman yang menyakitkan, luka dari masa lalu, rasa marah, kecewa, sedih, dan semua hal lainnya yang bisa saja keluar di sesi konseling ini. Kamu dapat menyiapkan tisu di dekatmu agar ketika sewaktu-waktu kamu membutuhkan, kamu bisa menjangkaunya dengan segera.

c. Minum air putih, bercerita banyak hal tentu membuat kita merasa haus. Untuk itu, kamu bisa menyediakan minum di dekatmu. Kamu juga bisa meminta izin kepada psikolog ketika kamu ingin minum.

Oh iya, tidak lupa juga aku ingatkan! Jika kamu merasa ada yang tidak nyaman di diri kamu, mengganggu kegiatan sehari-hari hingga sudah menyakiti atau membahayakan dirimu atau orang lain, kamu dapat mendaftarkan diri untuk konseling online bersama Psikolog Satu Persen.

Aku selalu berterima kasih kepada klien yang datang untuk melakukan konseling. Aku sadar memutuskan untuk mendaftar dan menyediakan waktu untuk konseling secara online bukanlah hal yang mudah.

Dan yang terpenting adalah keputusan ini menandakan bahwa kamu aware dan peka dengan diri kamu sendiri! Mencari bantuan tidak membuatmu terlihat lemah, kok! Justru mencari bantuan ini merupakan bentuk kamu menyayangi dirimu sendiri.

Semoga artikel ini dapat memberikan insight yang baru bagimu mengenai konseling online. Dan bagi kamu yang akan mengikuti sesi konseling online, artikel ini dapat memberikan gambaran serta membantumu untuk mempersiapkan agar konseling yang akan kamu lakukan berjalan dengan lancar dan efektif.

Jika kamu masih merasa ragu untuk mendapatkan bantuan, kamu bisa menonton video Youtube dari Channel Satu Persen: Ciri Masalah Kamu Perlu Bantuan Psikolog (Bagaimana Cara Pergi ke Psikolog?)

jangan lupa juga untuk terus mengikuti informasi-informasi menarik lainnya dari Satu Persen melalui Instagram @satupersenofficial, Podcast Satu Persen, dan YouTube Satu Persen. Sampai bertemu di artikel selanjutnya, terima kasih!

Reference

Cherry, K. (October 05, 2020). What Is Online Therapy?. Retrieved on November 04, 2020 from https://www.verywellmind.com/what-is-online-therapy-2795752

Great Lake Psychology. (February 22, 2020). Tips to Prepare for Online Therapy. Retrieved on November 04, 2020 from https://www.greatlakespsychologygroup.com/blog/tips-to-prepare-for-online-therapy/

Mallen, M. J., Vogel, D. L., Rochlen, A. B., & Day, S. X. (2005). Online Counseling. The Counseling Psychologist, 33(6), 819–871. doi:10.1177/0011000005278624

Morin, A. (July 17, 2019). Does Online Therapy Work? Here’s What Science SaysWhether you’re depressed, anxious, or stressed out, here’s what the research says about online therapy. Retrieved on November 04, 2020 from https://www.inc.com/amy-morin/does-online-therapy-work-heres-what-science-says.html

Soni, A. (September 28, 2020). Online Therapy: Tips On How Can You Make Best Of It. Retrieved on November 04, 2020 from https://www.calmsage.com/tips-to-make-best-of-online-therapy/

Read More