putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Ketika

judi

Apa Sih Yang Terjadi Di Otak (Ketika) Kamu Lagi Tidur?

Tahukah kamu berapa jam waktu yang kamu butuhkan untuk tidur agar tetap sehat? Yap, mungkin banyak di antara kamu yang menjawab benar: 7-9 jam.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Seberapa sering sih kamu tidur dengan durasi tersebut?” Aku yakin, tidak banyak. Mungkin hanya beberapa hari dalam seminggu dimana kamu benar-benar meluangkan durasi waktu tersebut untuk tidur— bahkan mungkin tidak sama sekali. Hmm… kira-kira kenapa yah sulit meluangkan waktu sedikit saja untuk tidur?

“Duh, ada deadline yang menumpuk”

“Aku harus mengejar banyak materi untuk ujian besok”

“Terpaksa lembur untuk kerjaan”

dan mungkin ada ribuan alasan lainnya yang membuat kalian mengorbankan waktu tidur demi impian.  

Biar bagaimanapun, proses mengerjakan tugas dan pekerjaan adalah sesuatu yang kasat mata, tidak seperti tidur yang kadang tanpa sadar kita anggap tidak berguna dan layak dikorbankan. Padahal, seperti halnya saat kita mengerjakan tugas atau pekerjaan, tubuh kita melakukan banyak hal saat kita tidur, lho.

Penasaran apa yang terjadi di otak kita ketika kita tidur? Yuk, kita menjelajahi fakta-fakta penting di baliknya.

Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash

Tunggu dulu, sebenarnya tidur itu apa sih?

Buatmu, mungkin tidur adalah sekadar kegiatan memejamkan mata di malam hari. Namun, tidur sebenarnya adalah keadaan otak normal yang terjadi sehari-hari, ketika kesadaran dan respon kita terhadap pengelihatan dan suara dari lingkungan sekitar kita perlahan-lahan memudar. Makanya, ketika kita mengantuk dan nyaris tertidur, sulit untuk menangkap apapun yang kita rasakan dan saksikan dari lingkungan sekitar kita— apalagi bereaksi yang sesuai dengan itu. Mungkin yang ada hanya geram dan kesal karena merasa terganggu ya, hehehe.

Sebenarnya, tidur itu dibagi ke dalam dua periode, lho. Periode pertama adalah Rapid Eye Movement (REM) Sleep sementara periode lainnya adalah Non-REM (NREM) Sleep. Pembagian ini didasarkan oleh frekuensi gelombang otak yang dideteksi dalam proses kita tidur. Ternyata, ketika aktivitas otak kita direkam, otak kita melewati berbagai macam tahap nih sebelum akhirnya otak kita mencapai REM sleep. Penasaran, tahapannya apa saja?

Tahapan untuk tidur apa saja sih?

Singkatnya, awalnya kamu sadar. Kemudian, kamu perlahan-lahan melewati siklus tidur yang terbagi menjadi 4 tahapan: 3 tahapan pertama NREM sleep dan tahap akhir yang dikenal juga dengan REM sleep. Dalam menjalani tiap-tiap tahapan tersebut, kamu mulai kehilangan kesadaran perlahan-lahan. Otakmu sendiri akan melewati tiap-tiap periode tersebut secara fluktuatif, artinya secara berkala melalui tiap-tiap tahapannya.

Stage 1 NREM:

Di dalam tahap ini, tubuhmu mulai rileks dan denyut jantung, napas, dan pergerakan matamu juga melambat. Kamu yang awalnya masih terbangun perlahan-lahan memasuki fase tertidur, atau disebut juga light sleep. Fase ini bertahan selama beberapa menit.

Stage  2 NREM:

Perlahan-lahan, kamu mulai semakin larut ke alam tidurmu. Denyut jantung, napas, dan pergerakan matamu makin lama makin melambat. Gelombang otak dan temperatur tubuhmu mulai turun. Kamu akan menghabiskan cukup banyak waktu berada dalam fase ini.

Stage 3 NREM:

Setelah itu, perlahan-lahan denyut jantung, pernapasan, dan gelombang otakmu mencapai level terendah dan tubuhmu akan merasa benar-benar rileks. Kamu akan memasuki tahap ketiga— tahapan yang paling penting untuk menjaga dirimu merasa segar dan fokus esok harinya. Dalam tidurmu, pastikan melewati tahapan ini dengan baik ya.

REM:

Setelah sekitar 90 menit kamu tertidur, kamu akan mengalami fase REM. Berbeda dengan fase-fase sebelumnya, pada fase ini, bola matamu bergerak dengan cepat di dalam kelompak matamu, disertai pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah yang semakin meningkat.

Fase ini sangat lekat dengan adanya mimpi. Otak berhalusinasi sementara tubuhmu sendiri sudah tak lagi bergerak sehingga aktivitas gelombang otak terekam masih normal seperti ketika kita masih tersadar. Tubuh yang sulit bergerak ini ternyata disebut sebagai Atonia, menghindarkan kita dari kemungkinan untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan sesuatu berkaitan dengan mimpi kita selama kita tidur. Jadi, jangan heran jika kamu bermimpi berlari mengejar bintang jatuh, tetapi mendapati diri hanya terdiam di atas kasur ketika bangun pagi harinya. Tubuhmu memang di-desain untuk tidak bertindak terhadap mimpimu itu.

Banyak peneliti yang mengaitkan fase REM dengan proses pembentukan memori. Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam fase REM, otak mengubah kejadian atau pelajaran yang baru saja didapatkan menuju ingatan jangka panjang. Sayangnya, semakin tua usiamu, semakin berkurang pula durasi REM-mu.

Lantas, mengapa kita harus tidur cukup?

Jawaban singkatnya, karena tetap bangun sepanjang hari adalah hal yang sulit untuk tubuhmu. Tubuhmu tidak dirancang untuk tetap bangun sepanjang hari. Sepanjang hari, jika rasa kantuk sudah tak dapat dibendung, kamu akan tertidur secara tidak sadar, baik berbentuk ketiduran berdurasi panjang ataupun microsleep selama dua dan tiga detik ketika matamu masih terbuka. Apa saja sih hal lain yang membuat tidur itu penting?

1. Membuatmu bisa memproses informasi

Hal yang akan sangat dipengaruhi oleh waktu tidurmu adalah brain plasticity atau kemampuan otak untuk menerima informasi baru melalui berbagai macam indera yang kamu miliki. Ketika kita kurang tidur, tentu saja kita jadi sangat sulit untuk fokus dan menerima dan memproses segala hal yang ada di sekitar kita. Tak hanya itu, kita juga menjadi sangat sulit untuk mengingat hal-hal yang kita terima. Penyebabnya adalah karena otak tidak mendapat kesempatan untuk menghilangkan ingatan atau hal-hal yang tidak penting dari otak kita sehingga otak tidak lagi dapat bekerja dengan efisien.

2. Menjaga kesehatan mentalmu tetap baik

Tak hanya membantu menjaga kemampuan otakmu tetap prima untuk beraktivitas esok harinya, tidur juga menghindarkanmu dari perubahan mood yang terjadi berulang kali. Menurut penelitian, seseorang dapat merasakan terbiasa menghabiskan kurangnya waktu untuk tidur sehingga tidak lagi merasa bahwa waktu tidur tersebut kurang. Padahal, tubuh dan otak mereka merasa sangat kesulitan karena hal itu. Hal tersebutlah yang menyebabkan perubahan mood dalam dirimu, ketika tubuhmu secara fisik merasa kesulitan untuk beraktivitas, sementara dirimu memaksakan fisikmu untuk tetap melakukan itu.

3. Menghindarkanmu dari gangguan kesehatan

Tubuh yang kurang tidur dapat memicu berbagai penyakit, lho, selain dari gangguan kesehatan mental. Penyakit-penyakit yang mungkin saja kamu alami mulai dari obsesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, hingga kematian. Bahaya banget kan?

Terus, gimana nih caranya untuk menata kembali waktu tidur kita?

Ahli menyatakan bahwa ada 2 proses yang mempengaruhi tidur kita: ritme sirkadian dan keinginan untuk tidur. Ritme sirkadian sendiri adalah jam biologis kita yang berada di otak yang peka terhadap cahaya. Sementara itu, keinginan untuk tidur dipengaruhi oleh kebutuhan tubuhmu untuk istirahat. Mengingat tidur itu penting sekali untukmu, berikut ada beberapa tips yang bisa kamu aplikasikan untuk memperbaiki waktu tidurmu:

1. Tentukan jadwal tetap untuk tidur dan ikutilah jadwal itu

Dengan adanya jadwal yang tetap untuk tidur (yang tentunya berdurasi cukup), jam biologismu akan terbiasa dengan waktu tersebut sehingga secara natural kamu akan merasa mengantuk mendekati waktu tersebut.

2. Jangan sentuh gadget-mu ketika beranjak tidur

Ritme sirkardian kita sangat peka terhadap cahaya. Jam biologis kita akan mengakumulasi hormon sepanjang hari yang akan membuat kita mengantuk pada malam hari, tetapi deteksi terhadap cahaya akan menghentikan proses itu. Alhasil, otakmu berpikir bahwa hari masih “siang” dan kamu harus terus beraktivitas, meskipun kenyataannya sebaliknya.

3. Berolahragalah di siang hari dan hindarilah meminum kopi pada malam hari

Olahraga akan meningkatkan temperatur tubuhmu dan menurunkannya usai aktivitas tersebut. Turunnya temperatur akan membantumu lebih mudah untuk tertidur. Sementara itu, kafein dalam kopi justru meningkatkan aktivitas tubuhmu sehingga mengganggu aktivitas jam biologismu. Kamu akan menjadi sulit untuk merasa mengantuk sehabis mengonsumsi kafein.

Tidur adalah hal yang sangat penting buat tubuhmu. Meskipun dampaknya mungkin tidak terasa dalam jangka pendek, dampaknya akan sangat besar secara jangka panjang. Jadi, sayangi tubuhmu dengan menjaga pola tidurmu. Kamu bisa mencoba Tes Kualitas Tidur gratis yang disediakan Satu Persen supaya kamu tahu gambaran kualitas tidurmu.

Kamu merasa sulit tidur karena merasa stres, burn out dengan tugas-tugas yang menumpuk? Kalau kamu butuh konsultasi, kamu bisa mengikuti layanan konseling online dari Satu Persen. Dengan konsultasi one-on-one dengan psikolog, kamu tidak perlu sungkan menceritakan masalahmu. Jangan lupa baca artikel yang membahas emotional burn out itu disini.

Kalau kamu merasa kesulitan tidur, tonton yuk video Satu Persen yang mengupas tuntas soal itu disini. Semoga tidur ini membantumu tidur sedikit lebih nyenyak dan mampu bangun penuh semangat untuk merealisasikan #HidupSeutuhnya. Ciao.

Referensi:

Brain Basics: Understanding Sleep. (2019). Retrieved September 19, 2020, from https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Understanding-sleep

Frohlich, J. (2019, April 22). What Happens to Your Brain When You Sleep? Retrieved September 19, 2020, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/consciousness-self-organization-and-neuroscience/201904/what-happens-your-brain-when-you-sleep

Suni, E. (2020, September 11). Why Do We Need Sleep? Retrieved September 19, 2020, from https://www.sleepfoundation.org/articles/why-do-we-need-sleep

Wu, M., Ph.D. (2020). The Science of Sleep: Understanding What Happens When You Sleep. Retrieved September 19, 2020, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/the-science-of-sleep-understanding-what-happens-when-you-sleep

Sumber foto:

https://unsplash.com/photos/5NzOfwXoH88

Read More
judi

Membangun Rasa Percaya Diri Ketika Minder

“Duh, punya dia lebih bagus, nih, punyaku jelek banget!”

“Ah, dia lebih pintar emang, pantes dapat bagus, aku mah apa atuh…”

“Aku pasti gak bisa, deh, mending si A saja, dia ‘kan lebih jago.”

Sering mendengar kalimat tersebut? Atau mungkin, kamu sering mengeluarkan kalimat-kalimat tersebut (atau yang senada). Seringkali hal-hal tersebut terucap ketika kamu merasa minder. Ya, minder, perasaan yang membuatmu menganggap dirimu lebih rendah, lebih tidak pantas daripada orang lain. Padahal, sebenarnya kamu bisa, loh, melakukan apapun itu yang kamu rasa tidak sanggup. Rasa minder ini sungguh sangat merepotkan, ya?

Aku pun terkadang terserang rasa minder. Kuakui, minder itu benar-benar tidak enak! Maka dari itu, buat kamu yang sering merasa minder, yuk kita sama-sama membahas soal minder itu sendiri dan cara membangun rasa percaya diri!

Kenapa Kita Minder?

Bisa saja karena memang orang lain lebih hebat, lebih pantas dari kita. Semisal, Gordon Ramsay sudah jelas akan memasak dengan lebih keren daripada aku, jadi wajar saja kalau aku merasa minder jika suatu saat nanti harus bersanding dengannya. Tapi seringkali, minder ini terjadi karena kita memiliki rasa rendah diri.

Menurut Morris Rosenberg dan Timothy J. Owens yang menulis buku berjudul Low Self-Esteem People: A Collective Portrait, orang-orang yang merasa rendah diri cenderung hipersensitif, kepercayaan diri mereka sangat rapuh dan bisa dengan sangat gampang digoyahkan bahkan oleh penolakan yang tidak nyata (mereka ciptakan sendiri). Kita manusia memiliki sebuah suara dalam diri kita yang hampir selalu mengkritik diri kita sendiri, kerap kali dengan terlalu keras. Orang-orang dengan perasaan rendah diri, dari dalam diri mereka, sudah melihat diri mereka sendiri sebagai seseorang yang buruk, yang tidak pantas (Firestone, 2017).

Penyebabnya bisa banyak, lingkungan, masa kecil, teman-teman, keluarga, dan lain-lain. Tapi kali ini kita tidak akan berfokus pada hal tersebut. Kalau kamu ingin tahu penyebab minder, kamu bisa cari tahu di sini.

Ayo Membangun Rasa Percaya Diri!

Minder terkadang diperlukan, agar kita tidak menjadi sombong, hehe. Jokes aside, kita tetap harus rendah hati dalam hidup, tapi jangan sampai kamu menyalahartikan rendah hati sebagai rendah diri, ya! Untuk bekal awal, aku punya sedikit cara untuk mengatasi minder.

Terlalu lama bergumul dalam perasaan rendah diri akan semakin memperkuat konsep bahwa dirimu itu tidak pantas, tidak baik, dan banyak “tidak” lainnya. Mari kita pelan-pelan membangun rasa percaya diri, karena sejatinya rendah diri dapat ditaklukkan.

Untuk memulainya, kamu bisa awali dengan hal yang sederhana. Jika kamu sedang atau selalu merasa minder, coba dengarkan suara hatimu yang terus mendikte hal-hal negatif.

Dengarkan, lalu ingat, catat kalau perlu. Setelah kamu selesai mengakui ‘kenegatifan’ tersebut —yang tidak jarang adalah hal yang jarang benar— cobalah untuk mencari bukti yang menentang hal tersebut. Misalnya, ketika kamu minder dengan kepintaranmu di sekolah karena ada yang lebih pintar, ketika kamu merasa kamu bodoh, kamu tidak pantas mendapat nilai tinggi, kamu tidak pantas mendapat pujian dari gurumu, carilah bukti yang menentang hal tersebut. Entah itu nilai-nilai ujian yang selalu bagus, atau fakta bahwa teman-temanmu sering minta tolong padamu untuk mengajari mereka, atau bahkan sosok seorang guru yang yakin dengan dirimu. Tantang kenegatifan itu dengan hal-hal yang kamu tahu benar adanya.  Ingatlah dengan hal-hal positif yang orang lain katakan tentangmu, jadikan itu bukti untuk menentang kenegatifanmu (NHS, 2020).

1. Be Kind to Yourself!

Berhenti membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain, khususnya ketika kamu melakukan hal itu secara terus menerus, pada hal yang kamu tahu benar kamu cukup ahli, dan dengan orang-orang yang jauh berada di atasmu. Itu adalah lingkaran setan yang tidak akan ada habisnya. Tidak semua orang selalu berlari, tidak semua orang akan terus berjalan. Take your time, kenali hal-hal yang kamu kuasai. Ketika kamu mengenali dan mengakui hal-hal tersebut sebagai keahlian, sebagai kepintaranmu, kamu akan lebih yakin dengan dirimu sendiri.

Jujurlah pada dirimu sendiri! Ketika kamu jujur dengan diri sendiri dan tidak menyembunyikan bagian dari dirimu kepada orang lain, kamu akan menjadi lebih percaya diri. Ini bukan berarti kamu lantas oversharing dengan semua orang, ya! Jujurlah pada dirimu sendiri juga, ketika kamu butuh dimaafkan. Maafkan dirimu ketika tidak melakukan hal dengan cukup baik, ketika tidak mendapatkan nilai yang cukup tinggi.

Pikirkan apa yang akan kamu katakan kepada seorang teman ketika mereka merasa rendah diri seperti yang sedang kamu rasakan. Cobalah untuk menerapkannya pada dirimu sendiri, do not be too harsh on yourself! Juga, ubahlah narasi dalam dirimu menjadi hal yang lebih positif. Ketika kamu berpikir bahwa kamu bodoh, cobalah untuk mengubahnya menjadi “Aku tidak terlalu pintar, tapi aku cukup pintar dalam hal ini” atau “Apakah aku benar-benar bodoh? Mari kita cari tahu”. Jangan semata-mata mengabaikan kritik dalam dirimu namun bukan berarti kamu harus memakannya mentah-mentah.

2. Be YOU

Bangun rasa percaya dirimu dengan nilai-nilai dirimu sendiri. Pastikan bahwa nilai dirimu adalah dasaran dari kepercayaan dirimu! Semisal, ketika kamu merasa minder dengan teman-teman yang sedang dan sudah presentasi, fokuslah pada nilai-nilai dalam dirimu. Apakah presentasi itu baik ketika kamu mendapatkan tepuk tangan yang meriah? Atau ketika semua pesannya tersampaikan? Atau ketika orang-orang yang mendengarkan presentasimu menjadi terinspirasi dan tergerak hatinya?

Dengan mengetahui nilai-nilai dalam dirimu, ketika apa yang kamu lakukan cocok dengan nilai dirimu —bukan standar dari orang lain—, kamu akan merasa lebih percaya diri. Lebih yakin dengan apa yang kamu lakukan. Supaya kamu merasa percaya diri, kenali juga kelebihan dan kekuatan diri kamu, misalnya dengan mencoba Tes Superpower Check.

Dan juga, belajarlah untuk menjadi seseorang yang asertif. Jangan terlalu memaksa, namun jangan menjadi yesman (orang yang iya-iya terus). Berpeganglah teguh pada pendirianmu dan komunikasikan dirimu dengan tepat kepada orang lain.

Lakukanlah hal-hal yang bermakna bagimu. Peneliti Jennifer Crocker mengatakan bahwa dengan melakukan hal-hal yang bermakna, kamu dapat menemukan sebuah tujuan yang jauh lebih besar dari dirimu, dan tujuan ini nantinya akan menjadi ujung dari perjalananmu menggapai sedikit arti dalam hidupmu, di mana kepercayaan diri akan terbentuk seiring kamu melakukan hal-hal tersebut (seperti membantu orang miskin, membantu teman-teman memperbaiki motor, dan hal-hal bermakna —bagimu, tentunya—  lainnya) (Firestone, 2017).

3. Olahraga

Hah, kok olahraga?

Dengan berolahraga, kamu sudah melakukan salah satu tindakan self-care, dan menurut Debbie Mandel, penulis buku Addicted to Stress, berolahraga memberdayakan diri secara fisik dan mental.  Dengan berolahraga, kamu dapat merasakan pencapaian serta melatih dirimu untuk menerima tantangan; hal yang seringnya dihindari oleh orang yang rendah diri.

Sudah Lebih Percaya Diri?

Ha! Aku pun sering berharap kepercayaan diri bisa dengan instan dimunculkan begitu saja. Kuharap tulisanku ini dapat membantumu meningkatkan rasa percaya dirimu, ya! Ingat, kamu bukanlah keadaanmu sekarang. Kita dilahirkan dengan potensi diri yang sangat banyak dan kepantasan yang sama sebagai sesama manusia.

Ketika kamu sedang berada dalam keadaan yang sulit, yang membuat dirimu merasa tidak pantas, ingatlah bahwa keadaan tidak menentukan siapa dirimu. Kegagalan dan peristiwa hidup buruk lainnya tidak semerta-merta menentukan siapa dirimu sejatinya (Abrams, 2017).

Kalau kamu merasa butuh konsultasi dengan ahlinya, kamu bisa mencoba layanan mentoring online Satu Persen. Kepada mentor, kamu bisa menceritakan kesulitan yang kamu alami semisal kamu merasa susah percaya diri.

Akhir kata, semoga kamu bisa menjadi lebih percaya diri, ya, setelah membaca ini!

References

Abrams, A. (2017, March 27). 8 Steps to Improving Your Self-Esteem. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/nurturing-self-compassion/201703/8-steps-improving-your-self-esteem

Ackerman, C. E. (2020, January 9). What is Self-Esteem? A Psychologist Explains. Retrieved from PositivePsychology: https://positivepsychology.com/self-esteem/

Firestone, L. (2017, June 5). Low Self-Esteem: What Does it Mean to Lack Self-Esteem? Retrieved from PSYCHALIVE: https://www.psychalive.org/low-self-esteem/

NHS. (2020, February 6). Raising low self-esteem. Retrieved from NHS: https://www.nhs.uk/conditions/stress-anxiety-depression/raising-low-self-esteem/

Read More
judi

Ketika Hidup Terasa Membosankan

Gambar oleh Satu Persen - Bosan Hidup
Gambar oleh Satu Persen – Bosan Hidup

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalan dulu, yuk! Gue Hana, di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Akhir-akhir ini, kalian lagi seneng ngelakuin apa sih?

Pastinya asyik banget kalo kalian punya satu dua hal yang digemari. Bakal lumayan menghibur di kala penat karena kerja atau kuliah. Gak jarang, orang-orang tuh sampe menjadikan hobi dia sebagai salah satu alasan hidup. Pokoknya, dia gak bisa hidup tanpa hobinya.

Gue harap sih, Perseners juga punya sesuatu yang bisa dinikmati dalam hidup. Karena, ada sebagian orang yang lagi gak bergairah buat ngelakuin apa pun. Rasanya hidup tuh datar banget gak, sih? Kalo keterusan, bisa-bisa malah ngerasa bosan hidup.

Tapi, bosan hidup itu apa sih? Emangnya itu termasuk gangguan mental?

Bosan sendiri sebenernya perasaan yang normal dirasakan oleh siapa aja. Kebosanan biasanya disebabkan karena lo gak puas maupun tertarik sama sesuatu. Bisa juga karena lo lagi ngelakuin tugas atau pekerjaan yang terlalu sulit.

Kalo lagi ngerasa bosen, kita cenderung ngerasa kosong dan jadinya frustrasi sama kekosongan itu. Kita juga jadi lebih sulit daripada biasanya untuk merasa tertarik terhadap sesuatu di sekitar kita. Tapi, sama halnya kayak perasaan manusia yang lain, perasaan bosan akan datang dan pergi.

Kalo gitu, apakah bosan hidup juga bisa disebut normal?

Fakta-Fakta Bosan Hidup

Mereka yang ngerasa bosan dalam jangka waktu yang gak wajar, bisa jadi ada hubungannya dengan gejala depresi.

Baca juga: Gangguan Depresi Mayor dan Cara Mengatasinya

Dilansir dari Psychology Today, ada istilah yang disebut dengan kebosanan kronis, yang mana bukanlah perasaan bosan biasa. Kebosanan kronis inilah yang akhirnya menyebabkan kita sampe ke tahap bosan hidup. Alias udah gak punya ketertarikan lagi buat lanjut ngejalanin hidup.

Hilary Jacobs Hendel, seorang psikoterapis, mengemukakan beberapa penyebab seseorang bisa mencapai tahap bosan kronis. Misalnya, menghindari emosi yang dirasakan akibat pengalaman traumatis. Akhirnya, penderita jadi gak ngerasain apa-apa dan ngerasain kebosanan yang panjang dalam hidupnya.

Selain itu, bosan kronis juga bisa dikarenakan terlalu banyak menghindari masalah dan kurang mencari hal baru untuk digemari. Apa sih hubungannya sama bosan? Nah, ketiadaan stimulus semacam itulah yang bikin kita semakin kehilangan ketertarikan buat hidup.

Mengeksplorasi lebih jauh lagi, pernah gak sih lo jadi males buat ngelakuin sesuatu pas lagi ngerasa pesimis? Lo belum coba, tapi udah mikir bakal gagal.

Atau mungkin, lo pernah mau ngelakuin sesuatu, tapi udah cemas duluan sama banyak hal? Jadinya, lo gak bisa berkonsentrasi. Ujung-ujungnya, lo jadi gak bisa ngelakuin apa-apa, dan akhirnya lo mulai ngerasain kebosanan kronis itu.

Kalo disimpulin dari pernyataanya Hendel, seringkali kita juga menggunakan bosan hidup sebagai tameng untuk menutupi luka kita yang sesungguhnya, seperti masa lalu yang menyakitkan atau gak mampu menghadapi masalah yang ada di depan mata.

Terlalu sering menghindar dari perasaan gak nyaman bikin lo cenderung tertutup dan gak sadar sama hal-hal menarik yang terjadi di sekitar. Mungkin juga lo terlalu takut buat mencari hal baru di luar zona lo. Akhirnya, gak ada yang berubah di keseharian lo, alias dunia lo kurang terstimulasi dan gitu-gitu aja. Nah, kebosanan juga bisa bermula dari situ.

Coba deh lo refleksi, kira-kira kenapa ya lo ngerasa bosan?

Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay.
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay.

Sebenernya, dampak dari kebosanan yang terus-menerus itu bakal seburuk apa, sih?

Kebosanan yang terus berlanjut bisa berujung mengurangi kualitas hidup seseorang, lho. Menurut penelitian, kebosanan cukup sering menjadi alasan remaja Afrika Selatan mengonsumsi alkohol, rokok, dan ganja. Studi lain dari Whitehall menemukan bahwa orang yang bosan memiliki harapan hidup yang lebih rendah.

Jadi, ada baiknya lo aware kalo udah terlalu lama ngerasa bosan sama hidup. Tentunya, semua hal yang berlebihan itu gak pernah baik, termasuk kebosanan yang terlalu parah.

Sisi Terang Bosan Hidup

Percaya atau gak, kebosanan sesungguhnya bisa dilihat dari dua sisi. Kita udah bahas sisi gelapnya, tapi kebosanan juga punya sisi terang yang bisa memperluas perspektif kita, lho!

Meskipun rasanya gak enak dan bikin frustrasi, sebenernya manusia itu butuh yang namanya kebosanan.

Bayangin aja kalo kita gak pernah ngerasa bosan. Bisa jadi kita gak bakal pernah berusaha buat cari hal baru dan meningkatkan rasa penasaran kita terhadap hal yang sama sekali beda dari yang biasanya. Kalo kita selalu nyaman sama apa yang udah ada, kita gak akan pernah berinovasi dan hidup lo bakal lurus-lurus aja.

Ketika kita belum bisa menemukan penawar kebosanan di sekitar kita, kita bisa memulainya dari dalam diri kita. Misalnya, yang paling gampang, dari pikiran kita. Kita punya kemampuan berimajinasi dan menjadi kreatif.

Nah, coba bayangin kalo manusia gak pernah bosan dan coba-coba buat berimajinasi sendiri. Mungkin kita gak bakalan punya yang namanya karya seni. Kita jadi gak bisa dengerin lagu favorit kita atau nonton film yang bagus. Kita mungkin cuma nontonin tayangan berita aja untuk selamanya.

Gimana? Kebosanan mungkin gak seburuk itu, kan? Kalo lo lagi ngerasa bosan hidup, mungkin udah saatnya lo nyobain hobi baru atau melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

Baca juga: Pentingnya Hobi untuk Menggali Potensi Diri

Kalo kita udah bisa memperluas pandangan kita, biasanya kita jadi lebih mampu buat mikirin solusi buat ngatasin kebosanan yang dialami, nih. Kira-kira, lo mampu gak buat menanganinya sendiri?

Ketika bosan hidup gak bisa diatasi sendiri

Bosan hidup bisa diatasi dengan beberapa cara, seperti berdamai dengan luka masa lalu, menetapkan tujuan yang baru, mendalami hobi, mengurangi sifat pasif, dan lain sebagainya.

Barangkali lo lagi ngerasa bosan karena udah terlalu lama berkutat sama kerjaan. Mungkin ada baiknya lo refreshing dulu. Setuju gak, kalau salah satu refreshing paling asyik tuh dengan cara main game?

Nah, kebetulan Satu Persen punya game mengasah fokus. Cocok jadi selingan buat lo yang lagi jenuh dan perlu rehat bentar. Yuk, cobain di sini!

Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay.

Akan tetapi, ada situasi di mana kebosanan itu udah di tahap yang gak wajar. Terutama buat kebosanan yang ada hubungannya dengan luka di masa lalu atau gejala depresi. Mungkin ada masalah lain yang perlu diselesaikan dulu, supaya lo bisa terlepas dari kebosanan yang selama ini bikin lo gak nyaman. Dan mungkin, lo udah gak bisa mengatasinya sendiri.

Tapi, barangkali lo jadi bertanya-tanya. Di mana sih tenaga profesional yang bisa ngatasin masalah bosan hidup? Emangnya bisa ya, konsultasi masalah kebosanan? Bukannya konsultasi cuma buat yang gangguan mental aja?

Eits, siapa bilang? Konsultasi bisa buat siapa aja kok, Perseners!

Termasuk buat lo yang lagi ngerasa bosan hidup. Kalo lo gak tahu mau cari bantuan ke mana, lo bisa banget cobain layanan konseling dari Satu Persen.

Dengan ikut konseling di Satu Persen, lo bakal ditangani sama psikolog profesional buat ngatasin masalah lo. Lo juga bisa dapet diagnosa apabila dibutuhkan, karena bisa aja perasaan bosan hidup lo disebabkan oleh gejala depresi.

Satu-Persen-Artikel--27-

Nah, kalo udah tau penyebabnya, lo bakal dikasih penanganan yang disesuaikan sama kebutuhan lo, seperti pemberian asesmen yang lebih mendalam dan terapi. Bisa juga dengan berkonsultasi, lo bakal dapetin banyak insight, inspirasi, serta keinginan baru yang menarik dan gak membosankan. Lo juga bisa nih mencoba tes sehat mental dari Satu Persen.

Kalo lo masih ragu, lo bisa coba dulu simak video YouTube dari Satu Persen tentang menghilangkan kejenuhan dalam hidup. Siapa tahu setelah nonton video, lo bisa lebih yakin kalo Satu Persen pasti punya cara yang oke buat bantu lo menghadapi bosan hidup.

YouTube Satu Persen – Tips Mengatasi Rasa Bosan dan Hampa

Alright, then. Segitu dulu artikel kali ini. Semoga bermanfaat dan gak membosankan, ya. Hahaha 😀

Pe-er juga buat gue buat menjalani hidup dengan lebih asik. Semoga kita bisa sama-sama belajar buat lebih menikmati hidup, ya! Pastinya gak bakal langsung bisa, tapi coba pelan-pelan, yuk? Minimal berkembang Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Akhir kata, thanks a million!

Referensi

Giorgi, A. (December 19, 2017). Boredom. Retrieved on March 19, 2021 from https://www.healthline.com/health/boredom.

Hendel, H. J. (February 25, 2020). The Roots of Chronic and Painful Boredom. Retrieved on March 19, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/emotion-information/202002/the-roots-chronic-and-painful-boredom

Robson, D. (December 23, 2014). Psychology: Why boredom is bad… and good for you. Retrieved on March 19, 2021 from https://www.bbc.com/future/article/20141218-why-boredom-is-good-for-you.

Read More
judi

Cara Memotivasi Diri Sendiri Ketika Ingin Menyerah

Lakukan Hal Ini Ketika Kamu Ingin Menyerah

(tentang Memotivasi Diri)

Ingatkah kamu saat dirimu mencapai titik terendah dalam hidupmu? Atau, mungkin saat ini, kamu sedang berjuang melewatinya. Dalam periode titik terendah ini, tentu kamu menjadi sangat karib dengan hadirnya emosi negatif. Rasa sedih, kecewa, dan tidak berdaya kerap menghantui langkahmu. Rasanya sangat sulit untuk benar-benar bisa berpikiran positif dan bangkit kembali dari fase ini.

Berada dalam titik terendah kerap membuat kita mempertanyakan keberhargaan diri kita karena harus merasakan kehilangan, kekecewaan, dan kegagalan. Ditambah lagi, dalam situasi pandemi yang penuh ketidakpastian ini, rasa gundah akibat terombang-ambing dalam ketidakpastian tentu semakin memperkeruh suasana. Ketidakhadiran teman atau orang-orang terdekat di samping kita untuk memberikan dukungan dan kata penyemangat mungkin semakin menambah pesimisme kita untuk bangkit.

Lantas, apakah ada secercah solusi dari semua ini?

Tentu ada. Kamu mungkin sudah berkeinginan kuat untuk menyerah dan berpikir kamu telah kehilangan semuanya. Namun, kamu lupa akan salah satu harta paling berharga yang kamu miliki, dirimu sendiri! Dirimu sendiri adalah elemen kunci yang membuatmu dapat bangkit dari keputusasaan. Kamu dapat memotivasi dirimu— menjadi penggerak bagi dirimu untuk terus maju dan pantang menyerah. Kamu masih ragu akan kemampuanmu itu? Artikel ini akan membantumu mengenal hal-hal dalam dirimu yang mampu membuatmu bangkit dari rasa putus asa.

Namun, sebelumnya, apa sih motivasi diri itu?

Motivasi diri adalah dorongan mendasar yang kamu miliki dalam dirimu untuk melakukan sesuatu. Ibarat bahan bakar, motivasi diri membuatmu dapat teguh untuk dapat berjalan semakin dekat menuju tujuanmu.

Motivasi dirimu bersumber dari 2 hal: dalam diri maupun luar diri. Dari dalam diri, kamu menemukan motivasi intrinsik, sebuah dorongan yang bersumber dari dirimu pribadi untuk menyelesaikan suatu hal. Keberhasilanmu mencapai hal itu sudah menjadi reward untuk dirimu sendiri. Misalnya saja ketika kamu memiliki hobi menggambar, kamu mempunyai motibasi intrinsik untuk terus mengasah kemampuan gambarmu agar semakin baik dari hari ke hari untuk kepuasan dirimu sendiri. Dari luar diri kamu akan menemukan motivasi ekstrinsik, motivasi yang disebabkan oleh adanya reward eksternal, entah itu pengakuan dari orang lain, uang, status, maupun kekuatan dan kekuasaan. Tentu, motivasi yang bersumber dari dalam diri itu akan lebih efektif dan lebih bermakna buatmu.

Mengapa rasanya susah sekali ya untuk memotivasi diri saat berada di titik terendah?

Jika kamu merasa demikian, jangan menyalahkan dirimu sendiri karena tidak bisa selalu berpikiran positif. Kenyataannya, merasa putus asa saat dihantam berbagai kenyataan pahit adalah hal yang lumrah.

Menurut, Professor Ron Siegel dari Harvard University dalam salah satu pemaparannya soal mindfulness, otak modern kita belum banyak berevolusi dan seperti halnya manusia purba. Kamu tentu ingat, pada zaman purba, manusia harus hidup menyatu dengan alam dan hewan buas. Sebagai upaya bertahan hidup, otak manusia sangat sensitif terhadap sinyal yang menandakan bahaya. Bahkan hingga saat ini, untuk otak kita, kebutuhan untuk bertahan hidup tetap menduduki posisi utama dibandingkan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Ketika kita merasa berada dalam bahaya, kita kemungkinan besar tidak dapat berpikir soal pengalaman membahagiakan atau penghargaan yang telah kita dapatkan semasa hidup. Sebabnya, kita lebih mudah mengingat kejadian-kejadian yang mengancam atau tidak menyenangkan dibandingkan dengan kejadian-kejadian membahagiakan.

Namun, meskipun kita memiliki tendensi demikian, nyatanya kita tetap dapat bangkit dari kesedihan dengan beradaptasi dengan kondisi biologis kita tersebut. Kunci yang mendasar adalah untuk memiliki kesadaran terlebih dahulu soal kondisi alamiah kita untuk dapat tahu hal-hal yang dapat kita lakukan ke depan. Kenyataan bahwa kita vulnerable bukanlah sesuatu yang perlu disangkal, tetapi perlu diakui dan diatasi.

Lantas, bagaimana caranya memotivasi diri?

Setelah menerima keadaan kita yang sedang terpuruk, kita baru dapat merumuskan langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk memotivasi dan menguatkan diri kita agar dapat bangkit dari masa-masa sulit. Yuk, simak langkah-langkah berikut!

  • Mengenali dirimu dan perasaanmu

Sebelum mencoba menguatkan dirimu untuk kembali bersemangat mengejar tujuanmu, kamu terlebih dahulu harus menyadari kondisimu. Berada dalam kondisi yang membuatmu ingin menyerah adalah sesuatu yang lumrah, bukan sesuatu yang memalukan atau membuatmu terlihat lemah. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, kamu tidak boleh menyangkalnya.

Sebaliknya, kamu harus menerimanya. Kamu dapat membiarkan dirimu mengekspresikan perasaanmu dengan cara yang tidak membahayakan dirimu sendiri dan orang lain, entah itu dalam bentuk tangis atau cerita kepada orang terdekat yang kamu percaya maupun tenaga profesional. Upaya ini dianggap sebagai bagian emotional-based coping, caramu berdamai dengan persoalan dalam sisi emosi atau perasaan.

Setelah itu, kamu dapat mencoba recall dengan mengingat perasaan apa yang kamu rasakan. Fun fact, berdamai dengan emosi negatif akan lebih mudah dilakukan jika kamu dapat address atau memanggil perasaan yang kamu rasakan secara spesifik, entah itu anxious, afraid, insecure, worry, dan sebagainya.

  • Mengenal penyebabmu merasa ingin menyerah

Setelah melakukan emotional based coping dan mengenali perasaanmu, kamu dapat move forward untuk melakukan solution based coping. Pada tahapan ini, kamu akan mencari tahu nih kira-kira apa hal yang memicumu merasakan hal tersebut. Tahapan-tahapan ini oleh Albert Ellis, ahli cognitive behavior, dirumuskan dalam model ABC, yaitu:

Kamu dapat mengingat kejadian yang memicumu merasa hampir menyerah. Misalnya, hasil kerjamu yang sudah direvisi berulang kali mendapatkan kritikan dari supervisor.

Apa sih hal yang kamu percaya berkaitan dengan kejadian tersebut? Misalnya, kamu percaaya bahwa kritik dari supervisor adalah pertanda bahwa segala kerja kerasmu sia-sia, ataupun isyarat bahwa kamu tidak berbakat dalam bidang itu.

Akibat dari keyakinanmu itu, apa yang terjadi? Rupanya, kamu jadi enggan untuk kembali mencoba dan tenggelam dalam self doubt. Kamu bahkan merasa tidak lagi berharga.

Sekarang saatnya kamu menantang pikiranmu itu. Memangnya benar ya, orang yang mendapat kritik adalah orang yang gagal? Dalam upayamu mempertanyakan hal yang kamu percaya, kamu dapat berdiskusi dengan banyak orang, termasuk dengan supervisor-mu sendiri. Di tahap ini, kamu mungkin akan mendapatkan banyak insight baru. Misalnya, kamu tahu bahwa banyak orang hebat yang ternyata telah gagal puluhan, ribuan, bahkan ratusan kali seperti Thomas Alfa Edison. Kegagalan memenuhi ekspektasi supervisor adalah hal yang biasa.

Di tahap ini, kamu mengubah kepercayaanmu yang dahulu soal kritik dan kegagalan menjadi yang baru. Kamu perlahan-lahan dapat melihat segalanya secara lebih positif. Kamu siap untuk mencoba kembali.

Tahapan ini sangat krusial karena melaluinya, kamu tidak hanya belajar membuat dirimu sendiri lebih baik, tetapi juga membuatmu belajar dari kesalahan dan mampu menyikapi dengan lebih baik di kemudian hari.

  • Mengingat pengalaman positif

Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, otak manusia memang didesain untuk peka terhadap keadaan yang mengancam sebagai upaya bertahan hidup. Oleh karena itu, ketika mengalami titik terendah, sebagai upaya mengimbangi hal itu, penting pula untuk kembali mengingat segala pengalaman positif atau penghargaan yang telah kamu dapatkan. Dengan begini, kamu akan tersadar bahwa hidup tak selamanya selalu berisikan kesedihan dan kegagalan, tetapi banyak momen membahagiakan yang mengiringinya.

  • Kembali mengingat tujuanmu dan mencoba lagi!

Setelah kamu mendapatkan pemahaman yang lebih positif serta merasa lebih baik, kamu dapat memperkokoh niatmu dengan mengingat kembali tujuan awal kamu melakukannya. Apa tujuanmu berkarya, bekerja, dan berusaha sampai sejauh ini? Dengan pemahaman atas tujuanmu ini, kamu akan mendapatkan motivasi intrinsik untuk kembali mencoba.

Berjuang menghadapi titik terendah memang tidak mudah. Butuh keberanian besar dari dalam diri untuk bisa bangkit dan kembali menghadapinya. Semoga artikel ini bisa membantumu mendapatkan insight dalam upaya bangkit dari rasa putus asa.

Untuk membantumu pulih, kamu juga bisa membaca berbagai artikel dari Satu Persen, salah satunya yang membahas soal self-healing (https://satupersen.net/blog/self-healing-bisakah-membuatmu-merasa-lebih-baik). Kamu merasa kamu adalah individu yang mudah menyerah? Kamu bisa menonton video Satu Persen soal tips-tips bangkit dari keterpurukan khusus buat kamu di sini (https://www.youtube.com/watch?v=bLpjemyGpOI).

Kamu juga bisa mencoba Tes Self-Motivation supaya bisa mengendalikan diri untuk mencapai tujuanmu. Semoga artikel ini bisa membantumu lebih baik, setidaknya Satu Persen setiap harinya, menuju hidup seutuhnya.

Mentoring-5

Referensi:

Ackerman, C. E., M.Sc. (2020, September 01). Self-Motivation Explained + 100 Ways to Motivate Yourself. Retrieved September 26, 2020, from https://positivepsychology.com/self-motivation/

Albrecht, K., Ph.D. (2015, June 11). Redirect Notice. Retrieved September 26, 2020, from https://www.google.com/amp/s/www.psychologytoday.com/us/blog/brainsnacks/201506/could-be-the-one-real-secret-self-motivation?amp

Mcleod, S. (1970, January 01). Cognitive Behavioral Therapy. Retrieved September 26, 2020, from https://www.simplypsychology.org/cognitive-therapy.html

Read More
judi

Ketika Keinginan Menjadi Obsesi yang Mengganggu

fenomena fetish disorder
Satu Persen – Fetish Disorder

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Ada gak sih hal yang lo suka baik itu benda ataupun sesuatu yang menurut lo wajar tapi menurut orang lain gak wajar? Kalau misalnya ada, berarti hal itu disebut dengan fetish, Perseners. Nah, fetish ini sendiri simpelnya merupakan bentuk ketertarikan terhadap objek yang tidak menimbulkan kerugian terhadap orang lain.

Tapi, kalau misalnya udah menimbulkan kerugian terhadap orang lain, apakah masih disebut fetish? Kalau sudah menimbulkan kerugian dan mengganggu kesehatan mental, biasanya disebut dengan fetisisme atau fetish disorder, Perseners.

fetish disorder
Sumber dari verywellmind.com

Karena lagi ngomongin tentang fetish nih, di artikel kali ini gue akan mencoba membahas masalah psikologis, yaitu fetisisme atau fetish disorder. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan (Mungkin Kamu Mengalami Gejalanya)

Apa itu Fetish?

apa itu fetish
Sumber dari memegenerator.net

Apakah lo bertanya-tanya kalau diri lo punya fetish atau pasangan lo mungkin memilikinya? Setelah ditelusuri, istilah fetish sendiri telah menjadi cukup mainstream, pemahaman orang tentang apa yang merupakan fetish dan kapan menjadi masalah.

Kebenarannya adalah bahwa fetish hanya menjadi masalah ketika fetish itu sendiri mengganggu hidup lo atau menyebabkan penderitaan yang tidak semestinya kepada lo atau orang-orang di sekitar lo. Sebagai contoh, suami yang tidak lagi menemukan dirinya tertarik secara seksual pada tubuh istrinya dan sebaliknya hanya bisa terangsang dengan melihat sepatunya akan dianggap memiliki fetish yang bermasalah.

Fetish juga datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, mulai dari fetish kaki yang disebutkan di atas hingga kegemaran terhadap kulit, karet, atau aspek tertentu dari praktik BDSM.

Pengertian Fetisisme atau Fetish Disorder

pengertian fetish disorder
Sumber dari Funvizeo

Fetisisme atau fetish disorder ditandai dengan pola gairah seksual yang mengganggu dan terus-menerus yang melibatkan penggunaan benda mati atau bagian tubuh nongenital tertentu. Dalam penggunaan klinis, istilah “fetish” menggambarkan suatu objek, seperti kaki pasangan, yang digunakan oleh individu untuk mencapai gairah seksual dan orgasme. Orang dengan fetish seksual mungkin perlu menyentuh, memakai, mencium, atau melihat objek unik mereka, atau terlibat dalam fantasi tentang hal itu.

Dalam revisi American Psychiatric Association’s Diagnosis and Statistical Manual (DSM) dari edisi keempat hingga kelima, fetisisme berganti nama menjadi gangguan fetishistik atau fetish disorder. Diagnosis diperluas untuk mencakup parsialisme, di mana pasien mencapai gairah seksual melalui penggunaan bagian tubuh pasangan yang spesifik dan non genital.

Baca juga: Kenali Compulsive Sexual Behaviour, Gangguan Seksual yang Buat Candu

Gejala Fetish Disorder

Gejala utama fetish disorder adalah gairah seksual yang berulang dan intens, baik dari penggunaan benda mati atau fokus pada bagian tubuh nongenital, bermanifestasi sebagai fantasi, dorongan, atau perilaku. Seseorang dengan fetish disorder mungkin merasa malu dan tertekan pada fokus atipikal dari hasrat seksual mereka.

Gejala fetish disorder meliputi:

  • Gairah seksual yang berulang dan intens dari benda mati atau bagian tubuh nongenital, bertahan setidaknya selama 6 bulan.
  • Perasaan ini menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
  • Objek fetish tidak terbatas pada barang-barang pakaian yang digunakan dalam crossdressing
  • Objek fetish tidak terbatas pada objek atau perangkat yang dirancang khusus untuk tujuan stimulasi genital (misalnya mainan seks, seperti vibrator atau dildo).

Orang dewasa yang aktif secara seksual kadang-kadang dapat terangsang oleh objek atau oleh bagian tubuh yang secara tradisional non-seksual. Tetapi jika tidak ada fiksasi dan tekanan mental, ketertarikan ini tidak akan diklasifikasikan sebagai gangguan mental.

Penyebab Fetish Disorder

penyebab fetish disorder
Sumber dari memecreator.org

Fetish biasanya berkembang dengan timbulnya pubertas. Beberapa ahli teori percaya bahwa fetisisme muncul karena asosiasi objek atau bagian tubuh dengan pengalaman awal seseorang tentang gairah seksual atau masturbasi. Belum ada bukti konklusif mengenai apa yang menyebabkan atau memicu fetish disorder.

Baca juga: 5 Fakta Perilaku Eksibisionis, Adegan Telanjang Kwak Dong Yeon di Drakor It’s Okay to Not Be Okay

Dampak Fetish Disorder pada Individu dan Hubungan

dampak fetish disorder
Sumber dari memes.ucoz.com

Fetish disorder cenderung menyebabkan rasa malu dan tekanan emosional pada individu yang mengalami jenis gairah ini. Konflik internal dan ketakutan akan penilaian dapat menyebabkan isolasi dan kesulitan menemukan atau berkomunikasi secara jujur dalam hubungan seksual.

Disfungsi seksual sering terjadi ketika objek fetisistik tidak ada. Disfungsi Ereksi (DE) atau Ejakulasi Tertunda (DE) dapat menyebabkan individu atau pasangan mencari pengobatan.

Pengobatan Fetish Disorder

pengobatan fetish disorder
Sumber dari Verywellmind

Terapi seks dengan terapis bersertifikat yang berspesialisasi dalam fetisisme adalah bentuk pengobatan terbaik untuk fetish disorder. Terapis seks bersertifikat dapat menggunakan terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengidentifikasi dan mengubah perilaku fetish disorder. CBT telah terbukti efektif untuk mengobati fetish disorder dalam kombinasi dengan pengobatan.

1.Terapi Seks

Terapis seks bersertifikat ini bakal bertanya soal riwayat seksual dan psikologi secara detail untuk mencari tahu dan menilai faktor apa saja yang bisa berkontribusi pada minat fetisistik seseorang. Biasanya diambil dari dorongan yang muncul, fantasi yang dimiliki, atau perilaku yang dilakukan oleh mereka

Terapis akan mengeksplorasi permulaan dan konteks gejala yang dialami, terutama setiap perubahan dalam situasi atau isyarat yang meningkatkan pemikiran atau dorongan fetisistik. Mereka kemudian kemungkinan akan menawarkan pelatihan tentang teknik perhatian dan perilaku yang dapat dijelajahi oleh individu atau pasangan.

2.Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapis seks dengan pelatihan CBT akan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan perilaku. Mereka mungkin menggunakan terapi keengganan atau citra terpandu untuk mengurangi minat pada objek fetisistik. Penelitian telah menunjukkan CBT menjadi pengobatan yang efektif untuk fetish disorder bila digunakan bersama dengan terapi obat.

Cara Mendapatkan Bantuan untuk Fetish Disorder

Kebanyakan individu yang menderita fetish disorder tidak mencari pengobatan karena malu atau takut dihakimi. Jika lo atau pasangan lo memiliki minat fetisistik yang menyebabkan penderitaan atau penurunan keseharian lo yang signifikan, mencari bantuan psikologis dengan profesional yang berpengetahuan dan tidak menghakimi adalah langkah pertama yang penting. Nah, jika lo bingung mau cari bantuan dari profesional lewat cara apa, lo bisa coba  layanan Konseling dengan psikolog dari Satu Persen.

Di konseling ini, lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

Fetishistic Disorder: Causes & Treatment Options – Choosing Therapy. (n.d.). Retrieved January 19, 2022, from https://www.choosingtherapy.com/fetishistic-disorder/

Fetishistic disorder – UpToDate. (n.d.). Retrieved January 19, 2022, from https://www.uptodate.com/contents/fetishistic-disorder/print

Normalkah Seseorang Memiliki Fetish? Begini Penjelasan Psikolog. (n.d.). Retrieved January 19, 2022, from https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5682122/normalkah-seseorang-memiliki-fetish-begini-penjelasan-psikolog

What Is a Fetish? (n.d.). Retrieved January 19, 2022, from https://www.verywellmind.com/what-is-a-fetish-5073866

Read More