putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Kenapa

judi

Kenapa Penderitanya Perlu Konseling Online?

rape trauma syndrome - korban pemerkosaan perlu konseling online
Satu Persen – Rape Trauma Syndrome

Halo, Perseners! Balik lagi sama aku Senja.

Hari ini, aku baru aja nonton tayangan Mata Najwa yang rilis beberapa hari lalu bertajuk “Muda Bersuara”. Acara tersebut melakukan diskusi singkat mengenai seberapa besar peran anak muda untuk menyuarakan pendapat mereka. Diskusi juga mendatangkan bintang tamu dari berbagai latar belakang, salah satunya public figure seperti Cinta Laura.

Dan aku tertarik dengan salah satu part di mana Cinta Laura berbicara mengenai isu kekerasan seksual. Ia berpendapat bahwa perlakuan negara Indonesia terhadap korban kekerasan seksual masih tergolong rendah. Akibatnya, banyak korban kekerasan seksual mengalami trauma yang berdampak pada turunnya produktivitas mereka secara ekonomi maupun sosial.

Data menunjukkan kasus pelecehan seksual di kalangan perempuan semakin tinggi. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengatakan bahwa dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia naik hingga 800%.

Melansir dari mediaindonesia.com, terdapat 426 kasus kekerasan seksual pada perempuan per 16 Maret 2021. Dan salah satu jenis kekerasan seksual yang paling umum adalah pemerkosaan.

Berarti apa yang dikatakan Cinta Laura ada benarnya. Meskipun aku gak bisa membuktikan secara konkrit berapa banyak kasus trauma yang terjadi akibat kekerasan seksual di Indonesia. Ya, paling tidak hal ini bisa jadi awareness buat kita semua. Dan salah satu trauma yang berpotensi dialami oleh korban kekerasan seksual adalah Rape Trauma Syndrome.

So, di sini aku akan jelaskan sedikit informasi mengenai Rape Trauma Syndrome ini.

Baca juga: Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Sexual yang Buat Candu

Apa itu Rape Trauma Syndrome?

rape trauma syndrome
Cr. pixabay.com

Rape Trauma Syndrome (RTS) adalah salah satu bentuk Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang dialami oleh korban sexual assault. Teori RTS pertama kali dikemukakan oleh seorang psikiater yang bernama Ann Wolbert Burgess dan seorang sosiologis bernama Lynda Lytle Holmstrom pada tahun 1974.

RTS dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa berupa gangguan fisik, emosional, kognitif, perilaku, dan karakteristik interpersonal. RTS dapat terjadi segera setelah kejadian pemerkosaan (kekerasan seksual), beberapa bulan atau beberapa tahun setelahnya.

Penderita RTS paling sering disebabkan oleh pemerkosaan. Namun, korban percobaan pemerkosaan juga dapat menyebabkan seseorang mengalami RTS. Meskipun trauma pasca pemerkosaan (kekerasan seksual) lebih mengarah pada kondisi emosional dan psikologis daripada kondisi fisik, tapi trauma pascapemerkosaan (kekerasan seksual) dapat disebut sebagai sindrom karena membuat korban mengalami perubahan perilaku, pemikiran, dan perasaan yang terjadi secara konsisten.

Baca juga: Mengenal Arti Eksibisionis dan Fakta Perilakunya

Gejala Rape Trauma Syndrome

rape trauma syndrome
Cr. pixabay.com

Melansir dari verywellmind.com, ada beberapa gejala umum yang ditunjukkan penderita RTS. Gejala yang paling sering diketahui adalah:

1. Gangguan kecemasan

2. Mood swing

3. Perasaan tidak berdaya

4. Menarik diri dari lingkungan

5. Disfungsi seksual (penurunan hasrat seksual)

6. Ketakutan akan masa lalu

7. Kesulitan berkonsentrasi

8. Marah

9. Malu atau menyalahkan diri sendiri

10. Depresi

11. Punya pikiran melakukan bunuh diri

12. Fobia

Fase-fase dalam Rape Trauma Syndrome

A. Tahap akut

Tahap akut terjadi setelah kejadian pemerkosaan. Fase akut secara umum terbagi dalam 3 respons:

1. Berekspresi: Korban merasa marah, takut, ataupun cemas

2. Terkontrol: Korban tampak seperti tanpa emosi atau biasa. Berperilaku seperti tidak pernah terjadi apapun

3. Rasa shock: Korban mengalami kesulitan berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka juga tampak kesulitan mengingat kejadian pemerkosaan

B. Tahap reorganisasi atau outward adjustment

Tahap ini biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan maupun bertahun-tahun setelah kejadian pemerkosaan (kekerasan seksual) yang dialami. Korban dapat menjalani kehidupan secara normal, tetapi mereka akan terus mengalami gejolak emosional dalam kehidupan mereka.

C. Tahap renormalisasi

Pada tahap ini korban mulai mengenali dan menyesuaikan diri dengan apa yang mereka alami. Korban sudah bisa menerima masa lalu dengan baik. Perasaan negatif seperti perasaan bersalah dan malu perlahan juga hilang secara bertahap.

Kenapa Penderita Rape Trauma Syndrome Perlu Melakukan Konseling?

stop rape - stop pemerkosaan
Cr. pixabay.com

Kekerasan seksual bagi perempuan merupakan salah satu kejadian yang sangat menyakitkan dan menimbulkan trauma. Kekerasan seksual juga merupakan peristiwa psikologis yang berbahaya karena dapat merusak keseimbangan hidup korban. Tak ayal, banyak dari korban menderita rape trauma syndrome.

Korban yang menderita harus segera melakukan pemulihan secara psikologis. Dan pemulihan rape trauma syndrome tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, Perseners! Jadi harus dilakukan oleh seorang profesional melalui konseling. Konseling akan membantu recovery dan thriving untuk penderita. Recovery berarti kemampuan untuk bangkit yang dibutuhkan dalam mengatasi gejala-gejala terkait dengan kekerasan seksual.

Sedangkan thriving berarti selangkah lebih maju dari hanya sekedar mengatasi gejala-gejala yang ada. Thriving berarti menggunakan trauma yang dialami korban sebagai motivasi untuk menumbuhkan outcome personal dan perkembangan psikologis yang positif.

stop sexual harassment - stop pelecehan seksual
Cr. pixabay.com

Kenapa Harus Konseling Online di Satu Persen?

Mengingat situasi COVID-19, konseling online menjadi jalan alternatif untuk para korban bisa mendapat penanganan segera, sekaligus menjadi ruang aman bagi para penyintas yang tidak ingin berkomunikasi secara langsung dengan konselor. Maka dari itu, Satu Persen hadir buat membantu penderita keluar dari masa sulit tanpa terbatas ruang dan waktu.

Melalui konseling online, Satu Persen akan memberi dukungan penuh untuk para penyintas kekerasan seksual atau penderita rape trauma syndrome.

Udah ada lebih dari 10.000 orang yang mendaftar konseling ke Satu Persen lho, Perseners! Aku pribadi berpendapat bahwa fasilitas konseling yang diberikan Satu Persen sangat membantu kebutuhan pasien. Alur konseling di Satu Persen juga udah sangat terstruktur. Pertama, kalian akan diarahkan untuk melakukan registrasi konseling, kemudian memilih paket konsultasi, melakukan pembayaran, mengisi psikotest, memilih psikolog dan jadwal konsultasi, serta terakhir memulai konsultasi.

Buat penderita yang ragu buat konseling online karena takut tidak aman, tenang aja, Perseners! Konseling online di Satu Persen udah terjamin keamanannya. Karena konseling akan dilakukan secara one-on-one. Jadi, bukan aplikasi chat abal-abal yang biasanya disisipi sama orang ketiga. Selain itu, udah banyak testimoni positif yang bisa kalian baca di sini, Perseners!

Konseling nantinya akan ditangani oleh psikolog lulusan S2 profesi psikolog klinis dewasa dari berbagai universitas terbaik di Indonesia. Meskipun para psikolog memiliki keahlian, pendekatan terapi, serta latar belakang yang berbeda, namun mereka sudah memiliki minimal dua tahun pengalaman dalam melakukan konseling.

Kabar baiknya lagi, para psikolog Satu Persen sudah memiliki Surat Izin Praktik Psikologi (SIPP) dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Surat Izin Praktik Psikologi Klinis (SIPPK) dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK). Satu Persen juga menjalankan etika konseling online dengan baik dan mengetahui aturan dalam memberikan jasa profesional buat masyarakat, Perseners!

Terakhir, demi generasi bangsa yang lebih produktif, Satu Persen tidak mau membiarkan korban pelecehan seksual berjuang sendiri. Satu Persen di sini respect banget sama mereka yang menderita rape trauma syndrome. Satu Persen berharap bisa meminimalisir dampak traumatis untuk korban atau penyintas kekerasan seksual.

Jadi, buat para penyintas atau korban kekerasan seksual yang membutuhkan penanganan segera bisa langsung konseling online dengan klik di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-18

Masih ragu apakah perlu ke psikolog atau tidak? Yuk coba ikut tes konsultasi dulu supaya makin yakin. Klik di sini ya!

So, aku cukupkan sampai di sini dulu ya, Perseners! Semoga artikel ini membantu kalian. Sampai jumpa lagi di artikel-artikel berikutnya!

Referensi:

https://www.verywellmind.com/what-is-rape-trauma-syndrome-5199374

https://mediaindonesia.com/humaniora/394395/kekerasan-seksual-pada-perempuan-mengapa-korban-pilih-diam

Burgess AW. Rape trauma syndrome. Behav Sci Law. 1983;1(3):97–113.

Read More
judi

Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial? (Dampak dan Solusinya)

dampak dan solusi curhat di media sosial
Satu Persen – Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial?

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin gue Fathur Rachman, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Akhir-akhir ini banyak orang memilih jalan untuk mengutarakan keluh kesahnya di media sosial seperti di Twitter atau Instagram. Kasus seperti ini sering juga gue temukan di lingkungan pertemanan yang seringnya mereka curhat mengenai masalah perkuliahannya. Bahkan sampai selebriti pun ada yang memakai media sosial sebagai medium curhat tentang perkejaan hingga masalah hubungannya.

Kalau lo gimana, Perseners? Apakah lo memakai media sosial sebagai tempat curhat lo? Kalau gue sendiri pernah sesekali curhat di media sosial setelah gue putus dari mantan gue. Tujuannya tentu agar melepas emosi negatif dalam diri, sekaligus mendapatkan dukungan dan timbal balik yang diinginkan dari pengikut gue di media sosial.

Tapi, terkadang curhatan gue pun gak semudah itu diterima oleh temen-temen gue dan harus menghapus kembali tweet yang sudah diunggah atau mengklarifikasi tweet tersebut. Maka dari itu, sekarang gue lebih selektif untuk memilah curhatan yang akan diberikan.

Nah, sekarang lo jadi tau kan, kalau ternyata curhat di media sosial itu lagi nge-trend di kalangan remaja? Tapi, kenapa mereka memilih curhat di media sosial? Buat lo yang bingung, yuk kita bahas bareng-bareng!

curhat di media sosial
Sumber: memegenerator.net

Curhat atau juga dikenal sebagai ‘curahan hati’ adalah cara seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang perasaan, pikiran, sampai kondisinya terhadap orang lain. Curhat dinilai ampuh untuk menghilangkan rasa stres akibat informasi yang membebani pikiran. Misalnya, permasalahan mengenai pekerjaan, keluarga, pasangan ataupun kekhawatiran lainnya.

Biasanya curhat diceritakan kepada orang yang dianggap dekat atau bakal lo percaya untuk memegang rahasia dan cerita lo. Tapi, bagaimana jika lo gak punya teman untuk curhat dan lebih memilih membagikan cerita lo ke media sosial pribadi?

Gak ada yang salah kok, Sob! Pemanfaatan platform media sosial untuk curhat malah bisa ngebuat lo lebih merasa lega dan puas karena telah mengutarakan perasaan lo. Terlebih jika lo mendapatkan respons positif seperti dukungan dan saran atas curhatan lo tadi.

Terdapat juga beberapa alasan orang senang curhat di media sosial. Beberapa di antaranya karena sulit atau gak ada waktu untuk curhat dan bercerita di dunia nyatanya.

Selain itu, pengikut lo di media sosial juga mudah untuk memberi reward kalau ternyata curhatan lo relatable sampai banyak yang nge-retweet atau membalasnya. Nah, perhatian dari pengikut lo ini semakin ngebuat lo terdorong untuk ingin lagi dan lagi curhat di media sosial pribadi lo.

dampak negatif curhat di media sosial
Sumber: twitter.com

Nah, sekarang lo udah tau alasan kenapa orang-orang lebih memilih curhat di media sosial, kan? Jadi, selanjutnya gue mau kasih tau dampak-dampak yang bakal lo terima jika lo melakukan hal yang satu ini. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Gak semua pengikut lo memiliki keahlian untuk membantu masalah lo

Mungkin lo memiliki pengikut yang banyak, tapi belum tentu semua dari pengikut lo bisa menanggapi curhatan dengan baik dan benar. Ibaratnya, lo itu sedang curhat ke banyak orang yang gak jelas itu siapa dan mood-nya sedang bagus atau gak.

Terlepas dari keterbukaan lo dengan segala informasi seperti kritik dan saran atas curhatan lo. Tapi, besar kemungkinannya juga kalau lo gak dapat solusi pas yang sedang lo butuhkan untuk lo denger. Malah sebaliknya kalau lo cerita pada orang yang salah, maka lo akan berpeluang untuk diomongin di belakang oleh temen lo. Bahkan bisa juga lo justru jadi bahan tertawaan mereka saja.

2. Jejak digital yang tidak akan pernah hilang

Terlepas lo sering curhat mengenai hal-hal yang positif dari diri lo. Tapi, gimana jadinya kalau lo curhat tentang hal negatif tentang kehidupan lo di media sosial? Tanpa lo pertimbangin dulu curhatan lo itu akan menyinggung banyak orang atau gak?

Nah, hal seperti ini bakal berpotensi untuk menjadi curhatan yang gue bilang debatable, alias menjadi perdebatan di kalangan netizen. Hal ini dikarenakan semua postingan lo itu akan tersimpan terus dalam jejak digital. Misalnya, ketika ada seseorang mencoba untuk menangkap layar (screenshot) ketika melihat postingan lo dan membagikannya ke orang lain dengan niat buruk. Who knows?

Ditambah hal ini akan berdampak kepada karier lo yang perlu dipertanggungjawabkan ketika lo memposting hal yang menjatuhkan tempat kerja lo. Atau sampai kehidupan pertemanan lo yang malah jadi dicaci maki karena lo menyindir teman lo secara jelas.

Maka dari itu, yang gue bisa saranin di kesempatan ini adalah lebih selektif dan mempetimbangkan secara rasional terlebih dahulu sebelum lo memutuskan untuk mengunggah curhatan lo ke media sosial pribadi.

3. Masalah dari curhatan lo jadi melebar

Siapa sih, yang gak mau curhatannya dibalas dengan komentar negatif? Tentu semua orang yang curhat di media sosial berharap menceritakan kondisinya dengan tujuan dapat dukungan dari orang lain.

Nah, alih-alih mendapat respons yang positif, gak jarang lo malah dapet hal yang ada di luar ekspektasi lo. Contohnya, bikin seseorang yang malah jadi sedih atau marah karena satu postingan lo. Hal ini tentu bakal ngebuat lo bingung sehingga permasalahan lo itu menjadi melebar. Bahkan curhatan lo itu bisa mengarah ke cyberbullying dan membuat curhatan yang awalnya sederhana, malah menjadi rumit.

Nah, yang lo bisa lakukan adalah dengan melakukan komunikasi asertif dalam setiap klarifikasi curhatan lo yang lo buat. Lo juga perlu menyusun perkataan lo agar gak menyinggung berbagai pihak yang sebenarnya bukan diperuntukkan untuk mereka.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Psikolog Online sebagai Tempat yang Aman untuk Curhat

Banyak tempat untuk mengutarakan emosi dari curhat lo yang menumpuk. Misalnya, lo bisa menghubungi pacar atau teman yang nyaman untuk lo ajak curhat. Bahkan keluarga terdekat seperti orang tua atau saudara yang lo benar-benar percaya bisa diajak berbagi informasi mengenai tantangan yang sedang lo alami.

Namun, tentu mereka semua memiliki batasannya masing-masing. Let’s say mungkin orang tua lo bisa memberikan dukungan buat lo, tapi gak bisa ngasih solusi karena lo gak bebas untuk curhat ke mereka. Atau mungkin ketika curhat ke temen lo, tapi lo takut untuk curhat berlebih yang bisa ngebuat mereka lelah untuk ngedengerin lo.

Begitu pula dengan curhat di media sosial yang udah gue ulas sebelumnya kalau banyak dampak dan tantangannya tersendiri. Tapi, tau gak Perseners, kalau udah banyak tempat-tempat secara online yang sudah menyediakan tempat untuk lo curhat, lho! Salah satunya adalah Satu Persen sendiri.

YouTube Satu Persen – Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Lo bisa ikut mentoring online. Dengan keberadaan mentor online, lo bisa bisa mendapatkan tenaga ahli yang memang fokus untuk memberikan layanan kesehatan untuk lo. Selain itu, informasi dan privasi lo pun akan terjaga. Maka dari itu, lo gak usah khawatir lagi jika ingin bercerita banyak kepada mentor ini.

Tentunya, curhat sama mentor di Satu Persen bisa lebih ngebantu lo menghadapi berbagai permasalahan yang lo alami. Jadi, lo gak perlu curhat di media sosial lagi, deh! 😀

Untuk lebih jelasnya, lo bisa klik banner di bawah ini untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang layanan mentoring di Satu Persen.

Mentoring-5

Akhir kata, gue Fathur dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Read More
judi

5 Dampak Buruk Menahan Amarah, Kenapa Nggak Boleh Menahan Amarah?

dampak buruk menahan amarah
Satu Persen – Dampak Menahan Amarah

Apakah kalian pernah mengalami hari yang buruk, tapi tetap memperlihatkan raut bahagia ke orang sekitar? Bagi sebagian orang, hal ini dilakukan agar mereka terlihat kuat di mata orang lain. Padahal, segala emosi negatif akan berdampak buruk kalau ditahan dalam diri seseorang.

Emosi negatif bisa mencakup banyak hal, mulai dari rasa frustasi, marah, hingga kekecewaan. Namun, ketika emosi negatif itu lepas dari dalam diri kita, seringkali kita disalahkan atas perilaku tersebut.

Misalnya ketika sedang bersedih, biasanya orang di sekitar menyuruh untuk diam dan menghapuskan air mata kita. Begitu juga rasa marah yang sering dilihat buruknya saja. Seakan-akan, kita harus selalu berbuat baik di depan seseorang setiap saat.

Hal inilah yang membuat seseorang takut untuk bercerita tentang perasaannya. Sehingga, akhirnya lebih memilih untuk menahan rasa marahnya agar ngga menyinggung orang lain.

dampak buruk menahan amarah
Sumber: liputan6.com

Meski bukan berarti rasa marah harus selalu dilakukan, ada cara untuk mengekspresikannya dengan baik dan benar. Oleh karenanya, aku Fathur sebagai Part-time Blog Writer Satu Persen akan menjelaskan dampak buruk menahan amarah dan cara mengatasinya. Simak sampai akhir, ya!

Baca juga: Mengenal Duck Syndrome: Terlihat Tenang Meski Sebenarnya Tertekan

5 Dampak Buruk Menahan Amarah

1.Menjadi mudah sensitif

menjadi mudah sensitif
Sumber: memegenerator.com

Pernah ngga ngerasa kalau sedang memendam amarah bawaannya bad mood terus? Hal ini sudah pasti akan berdampak buruk bagi sekitar, terlebih buat diri sendiri. Terkadang, seseorang yang ngga bersalah pun akan terkena dampak dari bad mood akibat sering menahan rasa marah.

Seseorang yang menahan rasa marah akan merasakan kesedihan, kekesalan, dan frustasi. Kebayang kan kalau emosi ini ngga disalurkan? Nah, berbagai perasaan tersebut juga dapat membuat kondisi psikis menjadi lebih sensitif, khususnya ketika menghadapi komentar dari seseorang hingga hal remeh-temeh lainnya.

Saat melakukan komunikasi, kamu bisa mudah terprovokasi karena menemukan satu atau dua hal yang menyinggung. Selain itu, perasaan tersebut dapat membuat emosi negatif menumpuk. Dampaknya pun akan memicu konflik semisal kamu ngga kuat untuk menahannya.

2. Pasif-agresif

Dampak menahan amarah berikutnya adalah menumbuhkan sifat pasif-agresif. Perilaku ini merupakan cara seseorang untuk mengekspresikan emosi negatif kepada seseorang. Misalnya ketika memendam rasa marah, orang yang pasif agresif bisa berubah menjadi lebih diam hingga membuat lawan bicara menyadari kesalahannya.

Sementara itu, seseorang yang mengalami perilaku pasif-agresif juga bisa terungkap lewat tindakan atau kata-katanya yang sering menyinggung seseorang. Mereka cenderung ingin dipahami oleh orang lain, namun jarang untuk memikirkan perasaan orang lain.

Baca juga: Cara Mencegah Penyesalan dalam Hidup

3. Sulit berkonsentrasi

sulit berkonsentrasi
Sumber: twitter.com

Jika rasa marah ngga dikelola dengan baik, maka dampaknya bisa melebar terhadap kondisi fisik dan mental kalian. Terlebih bagi seseorang yang sering memendam emosi, biasanya sulit fokus dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, sulit fokus dalam berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan. Akibat kurangnya konsentrasi membuat pekerjaan selesai dua kali lebih lama. Menahan emosi membuat seseorang sulit merasakan hal positif dalam kehidupannya. Oleh karenanya, pikiran pun sulit untuk dipakai untuk menghasilkan ide positif ketika ingin berkonsentrasi.

4. Berpotensi terkena depresi

Rasa marah sering kita jumpai ketika sedang kesal dengan suatu hal. Emosi ini akan menjadi berbahaya jika ditahan dan menumpuk dalam diri. Terutama ketika rasa marah ini membuat seseorang menjadi sering memikirkan hal-hal negatif dalam dirinya.

Ketika seseorang menahan rasa marah, maka hormon adrenalin dan kortisol akan bertambah secara konstan. Hormon ini Hal ini berperan untuk meningkatkan perubahan detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Lalu, perubahan metabolisme yang berpotensi merusak sistem tubuh, seperti gangguan depresi dan kecemasan.

Seseorang yang mengalami depresi sangat rentan terhadap tertekan, dan akhirnya seakan kehilangan daya dan upaya untuk melakukan aktivitas. Jika kamu sendiri masih menahan rasa marah tersebut, maka hal itu hanya bisa memperpanjang rasa depresi.

Baca juga: Kenalan sama Eustress, Stres Positif yang Bisa Mengatasi Stres Buruk

5. Memengaruhi kepercayaan seseorang

memengaruhi kepercayaan seseorang
Sumber: pinterest.com

Apakah kalian pernah nemuin temen yang hanya menjawab “aku gak apa-apa kok” ketika ditanyakan terkait kondisinya?  Padahal, terlihat jelas adanya perbedaan dari raut wajah dan perlakuan yang tak seperti biasanya. Tentu hal seperti ini akan membuat kita bingung sebagai teman. Apakah mereka butuh pertolongan atau kita diamkan saja?

Ditambah, jika teman sendiri ngga mengatakan yang sejujurnya kepada kamu, maka tentu ini akan memengaruhi tingkat kepercayaan kamu terhadapnya. Pada tahap ini, lebih baik kamu anjurkan sang teman untuk mengatakan yang sejujurnya. Dengan begitu, kamu bisa lebih menerima dan memberikan waktu untuk dia memikirkan perilakunya.

Cari Tahu Cara Mengatur Amarah dengan Konseling Online

cara mengatur amarah
Sumber: memegenerator.com

Perlu diketahui bahwa emosi negatif seperti munculnya rasa marah ngga akan selalu menimbulkan masalah. Kamu hanya perlu memahami cara mengatasinya. Apabila emosi itu menjadi destruktif bagi diri sendiri, ada kemungkinan hal ini bakal menyerang kesehatan mental dan fisik.

Banyak cara yang bisa kamu pakai untuk mengatur amarah negatif tersebut. Salah satunya dengan cara mengekspresikan kemarahan kamu. Namun, ada cara lain yang aku sangat rekomendasikan, yaitu konseling di Satu Persen.

Konseling adalah layanan konsultasi one-on-one dengan psikolog Satu persen, di mana kamu juga bisa belajar  mengelola atau mengatasi emosi negatif yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Nah, tunggu apa lagi, Perseners? Yuk, mulai lebih paham dengan diri sendiri melalui konseling dari Satu Persen. Kalian bisa KLIK banner di bawah untuk informasi lebih lanjut.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Selain itu, kamu juga bisa coba tonton video YouTube Satu Persen yang ini untuk semakin paham tentang cara menghilangkan kebiasaan buruk dalam keseharian kita

Sebelum pamit, aku sarankan kamu untuk mencoba tes tingkat keparahan stres  dari Satu Persen. Dengan begitu, kamu bisa paham kondisi kamu saat ini, Perseners!.

Okay deh, aku Fathur dari Satu Persen mengucapkan selamat menjalani #Hidupseutuhnya.

Referensi:

Al Baqi, S. (2015). Ekspresi Emosi Marah. Buletin Psikologi, 23(1), 22. https://doi.org/10.22146/bpsi.10574

Cuncic, A. (2021). No Title. Verywellmind.Com. https://www.verywellmind.com/connection-between-depression-and-anger-5085725

Quraini Nurvidha. (2021). Kenalan sama Gejala Gangguan Depresi. Satupersen.Net. https://satupersen.net/blog/gejala-gangguan-depresi

Hammond, C. (2014). Is it bad to bottle up your anger? Bbc.Com. https://www.bbc.com/future/article/20140729-is-it-bad-to-bottle-up-anger

Litner, J. (2020). It’s Tempting to Mask Your Emotions, but It Won’t Do You (or Anyone Else) Any Favors. Healthline.Com. https://www.healthline.com/health/mental-health/hiding-feelings

Read More
judi

Spill the Tea: Kenapa Kita Suka Gosip?

Pernah nggak sih lo baca-baca thread di twitter? Lo sadar nggak, jaman sekarang dikit-dikit semua di spill di twitter.

Tapi kok bisa ya hanya dengan tulisan, efeknya bisa bikin ramai sampai sejagad twitter bahkan bisa sampai di kuping orang-orang yang nggak punya twitter?

Media sosial saat ini sudah berkembang dengan sangat pesat. Nggak hanya twitter, ada juga instagram, facebook, Myspace, dan masih banyak lagi. Akses terhadap media sosial pun juga sangat mudah, baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa dengan latar belakang apapun bisa dengan mudah bergabung di dalam media sosial.

Bisa dibilang, media sosial sekarang punya pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan berita ataupun penemuan-penemuan dari para ilmuwan yang lebih kredibel. Tanpa disadari, media sosial juga lebih mudah mempengaruhi pemikiran dari pemiliknya dan bahkan bisa mengubah budaya seseorang.

Sekarang ini juga banyak banget thread-thread yang beredar di twitter yang membahas nggak hanya kebaikan orang lain, tapi juga lebih banyak membahas keburukan orang lain. Entah tweet tersebut di post karena sakit hati atau memang penulisnya ingin memberikan awareness kepada pengikutnya mengenai apa yang dia alami.

Tau nggak sih kalau ternyata thread di twitter itu termasuk gosip loh! Tapi kenapa yaa kadang kelihatan lebih menarik? Kenapa ya kita suka bergosip?

Kalian sadar nggak kalau manusia itu adalah makhluk yang judgemental! Eits jangan menolak atau marah dulu ya. Pada derajat tertentu, manusia memang selalu melakukan  judgement walaupun tidak selalu dibicarakan.

Yuval Noah Harari juga menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul “Sapiens: A Brief History of Humankind” bahwa gossip adalah bagian dari judgement. Di dalam bukunya tertulis bahwa bergosip sendiri merupakan salah satu cara untuk memperkuat ikatan secara sosial yang dapat menjadi kunci dalam bertahan hidup dan bereproduksi.

Tapi benar nggak sih kalau gosip itu hanya bentuk komunikasi buruk atau ada bentuk lainnya?

Sebenarnya, penelitian menemukan bahwa sebenarnya bergosip itu cenderung hal yang netral loh dibandingkan dengan positif atau negatif (Robin & Karan, 2019).

Gosip sendiri menurut sebagian besar peneliti didefinisikan sebagai membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya (tentunya dengan terlebih dulu ada dua pihak atau lebih) (Stirling, 1956 dalam Foster, 2004; Besnier, 2009)

Baik obrolan di tempat kerja, berbagi berita keluarga, atau teks grup di antara teman-teman, tidak dapat dihindari bahwa setiap orang yang berbicara termasuk membicarakan tentang orang lain.

Faktanya, sebuah studi observasional tahun 1993 menemukan bahwa peserta pria menghabiskan 55% waktu percakapan dan peserta wanita menghabiskan 67% waktu percakapan untuk berdiskusi tentang topik yang relevan secara sosial termasuk bergosip (Gottfried, 2019).

Terus kenapa orang suka gosip?

Salah satunya karena gossip dipercaya dapat memperkuat kedekatan dari sebuah kelompok. Dengan bergosip, seseorang di dalam kelompok tersebut akan merasa lebih aman dari digosipkan di dalam kelompok dan dapat membentuk sense of belonging dari orang itu sendiri (Dunbar, 2004).

Selain itu, bergosip dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyebarkan informasi berharga ke jejaring sosial yang lebih besar. Gosip dalam arti luas dapat memainkan sejumlah peran berbeda dalam memelihara kelompok sosial sepanjang waktu (Dunbar, 2004).

Gosip juga seringkali digunakan seseorang sebagai bahan balas dendam. Orang yang tidak menyukai seseorang biasanya akan mencari kesalahan orang lain dan mencari orang lain yang tidak menyukai orang yang sama untuk berbicara hal negatif dengan orang tersebut.  yang memiliki ketidaksukaan yang sama terhadap orang yang sama.

Ketidaksukaan terhadap target gosip biasanya akan divalidasi oleh lawan bicara. Namun, kebanyakan orang bergosip karena bergosip itu menyenangkan dan menimbulkan perasaan berkuasa sehingga membicarakan orang lain membuat seseorang merasa lega.

Walaupun bergosip memiliki banyak dampak baik bagi si penggosip di dalam kelompok, tapi dampaknya akan sangat buruk loh bagi orang yang digosipkan! Apalagi, secara umum manusia lebih senang untuk mendengar hal-hal buruk dari orang lain daripada berita-berita yang bagus (Meinarno et al, 2011).

Salah satu contohnya adalah menjadikan seseorang thread di twitter, hal ini bisa memberikan rasa malu yang besar tidak hanya di dalam diri seseorang tapi juga bagi keluarga dan teman terdekatnya. Apalagi, rekam digital nggak akan pernah hilang walaupun sudah bertahun-tahun yang lalu ditulis.

Dampaknya, seseorang bisa dikucilkan secara sosial, di bully secara lebih lanjut, bahkan bisa membuat orang menjadi lebih tertutup dan takut bertemu dengan orang lain. Hal kaya gini bisa disebut sebagai cyberbullying. Bahkan untuk artis, influencer, atau politikus, sering juga diberlakukan cancel culture di mana orang tersebut akan “dihapuskan” dari masyarakat dan tidak boleh dijadikan idola atau panutan lagi.

Tapi, apakah dengan memberikan punishment di media sosial atau meng-cancel seseorang bisa menjadikan orang tersebut lebih baik? Jawabannya ya nggak juga. Seseorang mungkin akan belajar dari kesalahannya dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Tapi ketika mereka sudah jadi lebih baik, mereka sudah kehilangan kepercayaan orang-orang dan bisa jadi, mereka malah akan mengubah imagenya menjadi “bad” untuk bisa terus berperilaku buruk.

Jadi gimana caranya supaya gosip kita tetap netral?

Lo bisa mulai dengan memilah mana yang bentuknya adalah gosip negatif dan mana yang merupakan informasi atau bahkan konfrontasi langsung ke orangnya untuk memastikan yang lo dengar itu gosip atau fakta. Terakhir, akan lebih bagus kalau lo menghindari topik-topik yang akan membawa kepada obrolan negatif tentang orang lain.

Jadi, “If you don’t have anything nice to say, don’t say anything at all”. Lo juga bisa eksplor produk-produk di Satu Persen sebagai Life School, sekolah tentang kehidupan yang bisa ngebantu lo menuju Hidup Seutuhnya, hidup yang sesuai dengan makna hidup lo dan apa yang lo inginkan melalui mentoring, kelas online, webinar, workshop, dan sebagainya.

Well, sekian dari gue, thanks udah baca artikel ini. Gue Jhon, undur diri!

Read More
judi

Kenapa Kita Merasa Kesepian?

Selama menjalani kehidupan, siapa di sini yang pernah ngerasain kesepian? Atau jangan-jangan lo malah sering ngerasa kesepian selama hidup lo?

Tiap malam ngerasa sepi, sunyi, gak nyaman, hampa aja gitu rasanya bahkan buat menganggap kehadiran orang di sekeliling lo aja susah. Kayak sekarang gitu ya ketika lo udah masuk kamar, lo mau tidur, rasanya tuh ko sepi ya? Padahal tadi sore baru aja ketemu sama banyak orang.

Kesepian emang bisa dirasakan siapa aja, mau lo punya banyak temen gak punya banyak teman, semua bisa ngerasain kesepian. Mungkin kita bisa aja ngerasa kesepian saat kita dikelilingi banyak teman dan keluarga. Atau justru kita ngerasa kesepian saat kita ada di keramaian.

Kadang, kesepian ini hadir saat lo gak sendirian. Tapi kenapa orang bisa ngerasain kesepian padahal dia gak sendiri?

Well, di artikel kali ini gue akan kasih tahu lo apa penyebab kita merasa kesepian, dan gimana cara mengatasinya.

So baca artikel ini sampai habis biar lo dapat keseluruhan insightnya.

Lost Connection dari Johann Hari

Artikel ini ngebahas buku yang berjudul Lost Connection dari Johann Hari. Seperti yang udah pernah gue jelasin sebelumnya kalau buku ini ngebahas tentang 9 hal yang bisa bikin kita depresi. Beberapa diantaranya juga udah pernah gue bahas.

Dan kali ini gue akan bahas satu aspek penyebab depresi, yaitu “disconnection from others”. Maksudnya gimana? Aspek ini ngejelasin dimana seseorang ngerasa gak ‘termasuk’ ke dalam bagian suatu kelompok tertentu.

Misalnya ketika lo lagi ada di pesta temen lo yang rame dan meriah, lo malah ngerasa kayak “gue kok gak nyaman ya di sini, gue kok gak bisa nyatu ya sama orang-orang di sini, ngapain ya gue di sini”. Sampai akhirnya lo milih untuk menyendiri aja di pojokan.

Nah, ini yang bisa disebut loneliness atau kesepian. Ketika lo ngerasa sendiri dan ngerasa ke disconnect sama orang lain.

Loneliness atau kesepian ini juga bisa bikin lo ngerasa hampa, sendiri, bahkan sampai bikin lo ngerasa gak dinginkan. Sebenernya orang yang merasa kesepian ini cenderung menginginkan kontak dengan orang lain, tapi dia membentuk pikirannya kalau membangun hubungan dengan orang lain itu susah. Jadi bisa dibilang mereka punya mindset yang keliru.

Kayak yang udah gue di awal, ngerasa kesepian bisa terjadi kapan aja bahkan saat kita lagi ada di dekat banyak orang. Sesuai dengan pernyataan banyak ahli, ngerasa kesepian itu belum tentu karena orang ditinggal sendirian.

Justru kalau lo merasa sendirian padahal lo lagi gak sendiri, disitulah cara kesepian berperan dalam pikiran lo. Misalnya, lo anak baru di kantor mungkin lo akan merasa kesepian meskipun dikelilingi oleh teman sekantor lainnya.

Nah, dari contoh tadi perlu lo garis bawahi kalau kesepian itu beda dengan sendirian. Mungkin ada dari lo yang nyaman dengan kesendirian. Lo lebih suka kerja sendiri, jalan ke mall sendiri, makan di luar sendiri gitu misalnya.

Menurut Johann Hari, kesepian juga ada karena masalah mindset. Pikiran lo yang buat lo ngerasa sendirian, ngga ada yang nemenin atau yang ngebuat lo susah connect sama orang lain. Oleh sebab itu perasaan kesepian ini sifatnya juga personal, sehingga pengalaman kesepian setiap orang akan berbeda.

Mungkin kalau bisa gue gambarin secara umum kesepian adalah perasaan yang kita dapatkan ketika kebutuhan kita untuk penghargaan dari hubungan dan kontak sosial gak terpenuhi.

Contoh, ketika lo ada di suatu kelompok tertentu, mungkin lo sering ngerasa pendapat lo gak pernah didengerin. Atau ide lo gak pernah di apresiasi. Sampai akhirnya lo ngerasa kalau orang-orang itu gak menganggap lo ada.

So, kesimpulannya kalau lo ngerasa kesepian tapi lo gak sendirian, itu artinya lo lagi ke-disconnect sama orang disekitar lo. Dan kondisi ini mungkin bisa berdampak buruk buat diri lo.

Kesepian jadi masalah yang umum

Faktanya loneliness atau kesepian ini sudah menjadi masalah untuk beberapa negara. Seorang Neuroscientist, John Cacioppo kesepian juga bisa jadi penyebab stress dan depresi. Dia melakukan penelitian ini dengan mempelajari efek kesepian akut dalam penelitiannya pada tahun 1990-an.

Penelitian di Amerika sendiri, bilang kalau saat ini banyak orang yang gak punya teman dekat dan membuat mereka merasa kesepian. Bahkan di negara Inggris dan Jepang sampai menunjuk Menteri Kesepian buat menangani masalah ini.

Kesepian ini juga dapat memperparah situasi yang buruk karena membuat kita menarik diri dari orang lain, yang selanjutnya membuat kesepian itu menjadi semakin parah. Jadi kayak lingkaran setan aja gitu ya, lo kesepian bikin lo menarik diri dari lingkungan lo, abis itu makin bikin lo ngerasa kesepian. Muter aja disitu-situ terus.

Bahkan mereka dengan tingkat kesepian yang tinggi itu juga kemungkinan punya self-esteem yang rendah juga. Jadi makin banyak gitu masalahnya, belum lagi kalau lo punya self-esteem rendah nanti muncul lagi masalah baru. Wah pokoknya jadi banyak masalah gitu ya.

Nah biar hal buruk itu gak terjadi, kita butuh tau gimana cara mengatasi kesepian. Dan sekarang gue mau kasih tahu lo gimana caranya.

Dari wawancaranya Johann Hari menceritakan kisah seseorang yang punya gangguan kecemasan namanya Lisa. Untuk mengatasi gangguannya ini, Lisa disuruh gabung ke komunitas buat belajar berkebun.

Komunitasnya ini memang ngumpulin orang yang mau mulai dari 0 dan belajar untuk berkembang bersama. Dari komunitas berkebun ini mereka termasuk Lisa, mulai bisa membantu menyelesaikan masalahnya satu sama lain. Mereka jadi dekat juga satu sama lain, jadi punya koneksi dan akhirnya mereka gak merasakan kesepian lagi.

Nah cara yang sama juga bisa kita pakai untuk mengatasi kesepian. Misalnya kita bisa cari hobi baru, dari hobi lo itu bisa bangun komunitas bareng-bareng mungkin.

Kalau lo suka menanam lo bisa ikut komunitas menanam. Kalau lo suka melukis lo bisa ikut kelas melukis biar ketemu sama orang-orang yang suka melukis juga.

Karena kalau lo bangun komunitas atas dasar kesukaan yang sama biasanya punya kesempatan untuk buat bounding yang kuat juga. Lo jadi ngerasa lebih diterima. Lo juga bisa saling berbagi informasi terkait hobi lo.

Dan yang pasti dengan cara ini lo bisa mengurangi rasa kesepian lo dan membuat hidup lo lebih positif pastinya.

Mungkin hal-hal kayak gini jarang bahkan gak pernah di bahas di sekolah gitu ya. Waktu sekolah mungkin kita cuma disuruh buat gabung sama temen-temen. Tanpa dikasih tahu gimana caranya biar bisa terkoneksi sama orang lain. Apalagi kita juga belum tentu nyaman sama mereka.

Nah, jadi wajar aja kalau lo susah atau belum bisa mengatasi kesepian pakai cara tadi. Dan mungkin juga kesepian lo ini disebabkan sama masalah lain yang gak lo sadari.

Tapi tenang aja, di sini Satu Persen Hadir buat lo untuk membantu. Kalau dirasa lo udah ngelakuin berbagai cara tapi lo belum bisa mengatasi kesepian yang lo rasain. Lo coba daftar ke layanan konsultasi bersama mentor Satu Persen.

Di layanan ini lo bisa ngobrol langsung sama mentor terbaiknya Satu Persen yang udah profesional mengatasi berbagai masalah, salah satunya masalah kesepian.

Lo juga bisa tahu penyebab dari masalah lo itu apa, karena lo akan dikasih psikotes juga biar lo tahu kondisi mental lo saat ini lagi gimana. Selain penyebab, lo juga dapat solusi dari masalah lo pun bisa lo dapat dari layanan ini. Karena di layanan ini lo akan dapat worksheet yang bisa lo aplikasikan langsung ke kehidupan lo.

Yang paling penting, lo jadi bisa mengatasi masalah yang lagi lo alami dan pastinya lo akan ngerasa lebih baik paling gak 1% setiap harinya.

Kalau lo mau lihat testi dari yang lain lo bisa kunjungi websitenya satu persen di satupersen.net

Akhir kata gue undur diri. Gue Jhon. Thanks

Read More
judi

Kenapa Kita Susah Fokus?

Siapa yang lagi baca artikel ini karena lo kedistrak dari hal yang harusnya lo kerjain sekarang?

Atau misal pengen belajar terus tiba-tiba Youtube kirim notifikasi video baru, terus lo nonton video-video lain. Dan, lo akhirnya kelupaan deh ngerjain apa yang mau lo kerjain itu.

Kalau lo kayak gitu, tenang aja. Lo nggak sendirian. Makanya, di artikel ini, gue bakal jelasin kenapa kok kita kayaknya susah banget buat fokus dan gimana caranya biar kita bisa, seenggaknya, lebih fokus daripada sekarang. So, baca sampai habis ya.

Kenapa Kita Susah Fokus?

Biasanya sih ada hubungannya sama kondisi diri kita. Ada penelitian unik dari Harvard di tahun 2020. Di situ, ditemuin kalau 47% dari waktu kita itu kepake dengan pikiran kita yang kemana-mana. Jadi ada 50% kemungkinan, kalau lo lagi ngerjain sesuatu, lo lagi mikirin hal lain.  

Belum lagi distraksi dari sekitar. Kayak orang rumah pas lo lagi coba buat fokus belajar, atau paling simpel: notif dari HP yang ngasih lo update terbaru soal kondisi medsos lo saat ini bikin lo tergoda buat ngecek.

Jadi nggak heran ya, udah pada dasarnya kita makhluk yang susah fokus dan pas ditambah distraksi eksternal, susah fokusnya lebih parah.

Nah poin kedua dateng dari Nir Eyal, penulis buku “Indistractable” yang bilang kalau alasan kita suka banget buat kehilangan fokus juga karena kita berusaha melarikan diri dari hal yang nggak nyaman. Nggak nyaman ini bisa aja hal-hal yang kita lakukan sehari-hari. Kerjaan yang berat dan banyak banget atau hal-hal lain yang bikin kita jadi stres, cemas, kesepian, atau bosen.

Karena perasaan nggak nyaman inilah, kita bakal coba cari cara buat ngilanginnya. Seringkali, ngecek HP adalah hal yang paling mudah. Niatnya sih ngecek update medsos aja, tapi lama-lama akhirnya scrolling sampai berjam-jam.

Proses yang gue jelasin tadi adalah bentuk dari anxiety-distraction feedback loop. Jadi daripada kita benar-benar ngilangin hal yang bikin kita bosen, kita mendistraksikan diri kita dari ngerjain hal itu.

Gimana caranya biar kita bisa nggak kedistraksi sama sekali?

Kayak yang udah gue jelasin di awal tadi, kita tuh pada dasarnya emang gampang ke distraksi. Mungkin buat bikin kita 100% fokus melulu bakal susah juga. Tapi kita bisa nyusun beberapa strategi yang bikin kita nggak terlalu terlena sama distraksi.

Strategi yang bakal gue kasih cuma 2 aja nih tapi menurut gue udah strategi yang bisa banget lo coba langsung.

Pertama, Lo mungkin bisa mulai dengan misahin distraksi yang bagus bagi kita dan distraksi yang mungkin nggak bagus.

Misalnya gini. Menurut gue, notif medsos dari HP tuh distraksi yang nggak bagus karena jadinya gue cuma buang-buang waktu untuk scrolling medsos. Jadi, kalau gue butuh banget buat fokus, gue bakal matiin HP gue dan ditaro jauh-jauh dari meja kerja.

Nah si distraksi yang nggak bagus emang tujuannya adalah kita pahami biar bisa kita eliminasi dan kurangi dampaknya ke kita. Kayak HP tadi. Dijauhin aja, dimatiin aja notifikasinya, atau uninstall aja aplikasi-aplikasinya.

Tapi, kalau gue lagi kerja bareng keluarga atau temen gue terus diajak ngobrol, menurut gue itu adalah distraksi yang bagus. Mungkin kerjaan gue bakal gak dikerjain secepat biasanya tapi gue bisa ngabisin waktu sama orang-orang yang penting di hidup gue.

Jadinya, gue membuka lebar banget kemungkinan diajak ngobrol sama orang-orang penting di hidup gue dan berusaha mengurangi kemungkinan kedistrak sama notif HP.

Kedua, have fun sama apa yang lo kerjakan dengan pahami progres kerjaan lo.

Salah satu alasan orang bisa senang banget main game adalah karena mereka ngasih kita gambaran progres mainnya. Misalnya, lo main game X nih terus waktu lo ngelawan si bos-nya, lo keliatan nih progres HP-nya menurun. Lo jadi paham kalau serangan lo itu berfungsi dan ada gunanya.

Nah, buat kerjaan lo juga gitu. Lo bisa coba buat sistem yang ngebuat lo melihat progres apa yang udah lo capai. Kerjaan yang susah, bikin cemas, atau bosenin tuh rentan banget bikin kita susah fokus karena kita susah lihat progres yang udah kita lakukan udah gimana.

Caranya pun bermacam-macam. Lo bisa siapin sistem kayak to-do list yang detail buat nunjukkin progres yang lo lakuin. Atau, lo juga bisa siapin sistem reward buat diri lo sendiri kalau lo mencapai batasan progres tertentu. Hal ini biar lo jadi semangat buat ngerjainnya.

Akhir kata, gue harap pemahaman tentang susah fokus dan distraksi ini jadi ilmu baru buat lo. Kalau artikel ini berguna, jangan lupa buat bagiin juga ke orang-orang ya! Gue Jhon dari Satu Persen, thanks.  

Read More