putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Kecemasan

judi

Mengatasi Kecemasan Karyawan: In-House Training Mental Health

Kecemasan di tempat kerja adalah masalah yang sering tidak terlihat namun memiliki dampak yang signifikan. Sebagai HR atau manajer, mengenali tanda-tanda kecemasan pada karyawan adalah langkah pertama yang penting untuk memberikan dukungan yang tepat. Berikut adalah beberapa tanda umum kecemasan yang mungkin muncul di lingkungan kerja:

1. Menghindari Interaksi Sosial: Karyawan yang mengalami kecemasan seringkali menghindari interaksi dengan rekan kerja atau keluarga.

2. Kekhawatiran Konstan: Mereka mungkin tampak selalu khawatir atau gelisah tanpa alasan yang jelas.

3. Mudah Menangis: Reaksi emosional yang berlebihan, seperti mudah menangis, bisa menjadi tanda kecemasan.

4. Iritabilitas dan Kelelahan: Perubahan mood seperti mudah tersinggung atau merasa lelah secara terus-menerus juga bisa menjadi indikator.

5. Perasaan Harus Sempurna: Karyawan yang merasa mereka harus sempurna dalam segala hal mungkin mengalami tekanan mental yang tinggi.

6. Kesulitan Tidur: Gangguan tidur sering kali dikaitkan dengan kecemasan.

7. Kesulitan Konsentrasi atau Mengingat: Kecemasan bisa mengganggu kemampuan kognitif, termasuk konsentrasi dan memori.

8. Kehilangan Minat dalam Pekerjaan: Jika seorang karyawan kehilangan minat atau motivasi dalam pekerjaannya, ini bisa jadi karena kecemasan.

9. Perubahan Pola Makan: Overeating atau undereating juga bisa menjadi tanda.

10. Keluhan Fisik: Gejala fisik seperti berkeringat, sakit perut, dan kesulitan tidur bisa menjadi manifestasi dari kecemasan.

Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bisa bervariasi antar individu dan tidak selalu menunjukkan kecemasan. Namun, jika Anda mengenali beberapa dari tanda-tanda ini pada karyawan Anda, mungkin sudah saatnya untuk mengambil langkah proaktif.

Pendekatan Proaktif HR dalam Mengatasi Kecemasan Karyawan

Dalam menghadapi kecemasan di tempat kerja, peran HR sangat krusial. Berikut adalah beberapa langkah proaktif yang dapat diambil oleh HR untuk membantu mengatasi kecemasan karyawan:

1. Meningkatkan Kesadaran: Tingkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan kesejahteraan di antara karyawan dan manajer. Penting untuk menekankan pentingnya mengatasi kecemasan di tempat kerja.

2. Menyediakan Pelatihan: Tawarkan program pelatihan dan workshop tentang pengelolaan kecemasan dan stres. Ini membantu karyawan mengembangkan strategi dan teknik untuk mengatasi masalah ini.

3. Mengintegrasikan Kesejahteraan dalam Organisasi: Jadikan kesehatan mental dan kesejahteraan sebagai bagian permanen dari budaya organisasi, memastikan bahwa hal ini secara konsisten ditangani dan didukung.

4. Mendukung Kebutuhan: Implementasikan sistem pendukung seperti Program Bantuan Karyawan (EAP) untuk membantu karyawan dengan kecemasan dan masalah kesehatan mental lainnya. Program ini menyediakan konseling profesional dan bantuan bagi karyawan yang membutuhkan.

5. Mencegah Krisis: Adopsi pendekatan proaktif untuk mencegah masalah kesehatan mental meningkat menjadi situasi krisis. Ini dapat dicapai dengan menangani masalah kecil sebelum menjadi lebih serius, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.

6. Menyesuaikan Dukungan: Sadari bahwa setiap karyawan unik dan mungkin merespons stres dan kecemasan secara berbeda. Sesuaikan program pendukung dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan spesifik setiap karyawan.

Dengan menerapkan strategi proaktif ini, profesional HR dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang mempromosikan kesehatan mental dan kesejahteraan, yang pada akhirnya mengarah pada lingkungan kerja yang lebih produktif dan sehat.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung adalah kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1. Pengakuan dan Penghargaan: Mendorong pengakuan antar rekan kerja dan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan diapresiasi dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang positif.

2. Fleksibilitas dan Otonomi: Menawarkan jadwal kerja yang fleksibel dan otonomi dalam pekerjaan dapat memberdayakan karyawan dan meningkatkan kepuasan kerja mereka.

3. Inklusivitas dan Rasa Pemilikan: Membudidayakan budaya inklusivitas dan rasa memiliki dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

4. Kesempatan untuk Relaksasi: Memfasilitasi kesempatan bagi karyawan untuk bersantai dan bersenang-senang bersama dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.

5. Lingkungan Kerja yang Nyaman: Menyediakan lingkungan kerja yang nyaman dan ergonomis, baik di kantor maupun untuk kerja jarak jauh, dapat berkontribusi pada kesejahteraan emosional karyawan dan meningkatkan fokus mereka.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mengutamakan kesejahteraan karyawan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepuasan kerja, produktivitas, dan kebahagiaan secara keseluruhan di kalangan tenaga kerja.

Membangun Resiliensi dan Pemulihan

Membangun resiliensi dan pemulihan adalah aspek penting bagi individu dalam berbagai konteks, termasuk pemulihan kecanduan dan tantangan di tempat kerja. Berikut adalah beberapa wawasan kunci dari sumber yang disediakan:

1. Resiliensi dalam Pemulihan: Resiliensi dalam pemulihan melibatkan adaptasi terhadap perubahan, pemecahan masalah, dan pengolahan emosi secara sehat. Sangat penting bagi individu dalam keadaan sadar untuk secara aktif menghadapi hambatan dan tantangan, seperti masalah kesehatan mental, kesulitan keuangan, dan turbulensi hubungan.

2. Mengembangkan Resiliensi: Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan menjadi lebih kuat. Ini melibatkan antisipasi tantangan, praktik perawatan diri, dan belajar dari pengalaman. Resiliensi dapat dikembangkan melalui latihan dan ketekunan, dan merupakan aset kunci untuk sukses dalam pemulihan.

3. Peran Resiliensi dalam Pemulihan: Resiliensi sangat penting untuk mengatasi tantangan, bereksperimen dengan pendekatan baru, dan mendapatkan kembali produktivitas. Ini memungkinkan individu untuk bangkit kembali dari kemunduran dan muncul lebih kuat. Dalam pemulihan kecanduan, resiliensi sangat penting untuk mengatasi tantangan sehari-hari dan mencegah kambuh.

4. Inisiatif Resiliensi dan Pemulihan: Organisasi, seperti Harvard Human Resources, sedang menerapkan inisiatif untuk mendukung karyawan melalui perubahan yang mengganggu, tantangan, dan proses mendapatkan kembali produktivitas. Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk membantu individu merespons, terlibat kembali, dan muncul lebih kuat sebagai individu dan sebagai organisasi.

Wawasan ini menekankan pentingnya resiliensi dalam pemulihan dan berbagai strategi dan inisiatif yang bertujuan untuk membangun resiliensi dan mendukung pemulihan dalam berbagai konteks.

Kesimpulan

Pentingnya peran HR dalam mengatasi kecemasan karyawan tidak bisa diabaikan. Dengan pendekatan yang tepat, HR dapat membuat perbedaan signifikan dalam kesejahteraan mental karyawan. Ini tidak hanya meningkatkan kesehatan mental karyawan, tetapi juga berkontribusi pada produktivitas dan kepuasan kerja secara keseluruhan.

Untuk membantu organisasi dalam menerapkan strategi-strategi ini, Life Skills Indonesia menawarkan program In-House Training Mental Health yang komprehensif. Program ini dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi HR dan manajer untuk mendukung kesehatan mental karyawan secara efektif.

Program In-House Training Mental Health dari Life Skills Indonesia mencakup berbagai topik penting, termasuk:

1. Pemahaman Mendalam tentang Kecemasan dan Resiliensi: Peserta akan mempelajari cara mengenali tanda-tanda kecemasan dan membangun resiliensi di tempat kerja.

2. Strategi Proaktif untuk HR: Pelatihan ini akan membekali HR dengan strategi dan alat untuk mendukung karyawan yang mengalami kecemasan, serta cara membangun lingkungan kerja yang mendukung.

3. Pengembangan Keterampilan Komunikasi dan Pendukung: Peserta akan belajar cara berkomunikasi secara efektif dengan karyawan yang mengalami kecemasan dan menyediakan dukungan yang mereka butuhkan.

4. Penerapan Praktis: Program ini tidak hanya teoritis, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menerapkan apa yang dipelajari dalam situasi nyata.

Mengapa Harus Mendaftar?

– Peningkatan Kesejahteraan Karyawan: Dengan pelatihan ini, HR dan manajer akan lebih siap untuk mendukung kesehatan mental karyawan, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas keseluruhan di tempat kerja.

– Pengurangan Stigma: Pelatihan ini membantu mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental di tempat kerja, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

– Investasi Jangka Panjang: Keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ini merupakan investasi jangka panjang untuk organisasi, membantu membangun fondasi yang kuat untuk kesehatan mental karyawan.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi satu.bio/daftariht-igls. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membuat perubahan positif di tempat kerja Anda dan mendukung kesejahteraan mental karyawan. Mari kita ambil langkah proaktif menuju lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif!

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Referensi

HRAnswers.org. (2022, July 28). How to Create an Encouraging and Supportive Work Environment.

Shepell, W. (2019, June 24). A Proactive Approach Towards Employee Mental Health in the Workplace. LinkedIn.

Harvard Business Review. (2020, August 7). 8 Ways Managers Can Support Employees’ Mental Health.

Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2023, November 6). Expanding Implementation of Mental Health Awareness Training (MHAT) in the Workplace. Link

FAQ

Apa itu kecemasan di tempat kerja dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja karyawan?

Bagaimana HR dapat mengidentifikasi tanda-tanda kecemasan pada karyawan?

Apa saja langkah proaktif yang dapat diambil HR untuk mengatasi kecemasan karyawan?

Bagaimana cara membangun lingkungan kerja yang mendukung untuk karyawan yang mengalami kecemasan?

Apa peran resiliensi dalam membantu karyawan mengatasi kecemasan?

Bagaimana program In-House Training Mental Health dapat membantu HR dan manajer dalam mengatasi kecemasan karyawan?

Apa saja manfaat jangka panjang dari mengatasi kecemasan karyawan di tempat kerja?

Bagaimana cara mengukur efektivitas intervensi kecemasan di tempat kerja?

Apa saja tantangan yang dihadapi HR dalam mengatasi kecemasan karyawan?

Bagaimana HR dapat bekerja sama dengan manajemen untuk mendukung karyawan yang mengalami kecemasan?

Read More
judi

11 Bulan Pandemi: Gangguan Kecemasan Mulai Timbul

Gangguan Kecemasan Pandemi

Halo, Perseners! Salam hangat dari gue, Vidha, yang masih menjalani kuliah online dan work from home karena pandemi Covid-19 masih berlangsung semenjak 11 bulan yang lalu.

Rasanya cepet banget ya kita udah hampir setahun menjalani masa-masa kehidupan di pandemi Covid-19 ini.

meme gangguan kecemasan pandemi
Sumber: @nikkoilham on Twitter

Lo juga merasa cepet banget gak sih? Sehari-hari cuma tiduran, kelas online sambil tiduran, meeting sambil tiduran, ngerjain tugas sambil tiduran. Tiba-tiba UAS aja gitu.

Saking kegiatannya cuma sekitaran rumah dan kamar, kadang kita lupa tanggal, lupa hari, lupa mandi, lupa makan, tapi gak lupa sama dia, ehmmm.

Karena kita emang dianjurkan untuk di rumah aja, kita jadi jarang banget ketemu sama orang secara langsung. Padahal, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang butuh interaksi dan komunikasi sesama manusia.

Kita masih bisa sih berinteraksi dan berkomunikasi secara daring, tapi lo sendiri puas gak sih kalo gak ketemu langsung? Kalo gue, jujur gak puas sih.

Banyak hambatan yang gue dapetin kalo berinteraksi dan berkomunikasi sama orang lain lewat daring. Bisa karena sinyal, delayed feedback, kurangnya aspek non-verbal, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Kenapa Social Distancing Penting?

Sayangnya, kita emang dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan kita membatasi jarak dengan orang lain yang membuat kebutuhan sosial kita berkurang.

Berkurangnya intensitas interaksi sosial membuat kita bisa merasa bosen, frustrasi, bahkan bisa menderita gangguan kecemasan.

Nah, buat lo yang mulai mempertanyakan apakah lo merasakan gangguan kecemasan efek pandemi Covid-19 atau enggak. Let’s check this out!

Sedikit penjelasan tentang Gangguan Kecemasan

Kecemasan atau anxiety sendiri adalah sebuah emosi yang wajar dirasakan oleh semua orang. Pasti ada masa-masa di mana lo merasakan cemas, kayak mau presentasi, mau ketemu doi, atau mau wawancara kerja.

Kecemasan juga bisa menjadi sebuah dampak dari suatu situasi. Kayak misalkan abis putus, kalah dalam suatu lomba, gagal dapetin impian yang lo pengen. Semua itu wajar terjadi kalo lo merasa cemas dengan situasi atau kejadian yang spesifik.

Tapi…

Pernah gak lo merasakan kecemasan berlebih tanpa alasan yang jelas? Ya gak tau kenapa tiba-tiba aja cemas terus dan mengganggu keseharian lo.

meme gangguan kecemasan pandemi
Sumber: @blackmesa on Twitter

Kalo sering, jadi ada istilah dalam kesehatan yang namanya Anxiety Disorder. Kalo di Indonesia sih namanya Gangguan Kecemasan.

Nah, gangguan kecemasan menurut jurnal yang ditulis oleh Australian Government Department of Health adalah sebuah gangguan yang yang menyebabkan penderitanya mengalami kecemasan yang sangat tinggi, perasaan tidak nyaman, dan ketegangan yang esktrem.

Sedangkan menurut DSM-V yang dikutip oleh Lembaga Pers Mahasiswa Sinova FK Unhas, gangguan kecemasan adalah suatu kondisi di mana lo mengalami kecemasan berlebih hampir setiap hari dalam jangka waktu yang setidaknya berlangsung selama 6 bulan.

Baca juga: Rasa Takut dan Rasa Cemas

Gangguan kecemasan bisa berdampak pada kehidupan lo dalam aspek kognitif, fisik, dan tingkah laku. Ini bisa jadi bahaya dan memengaruhi hidup lo jadi gak santuy lagi.

Gangguan kecemasan sendiri ada beberapa jenisnya, di antaranya adalah:

  1. Generalized Anxiety Disorder (GAD)
  2. Panic Disorder
  3. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
  4. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)
  5. Social Anxiety Disorder
  6. Fobia

Di Indonesia sendiri, GAD atau Generalized Anxiety Disorder termasuk gangguan mental yang menduduki posisi pertama paling sering terjadi. Berdasarkan survei Puslitbangkes 2020, hampir 6,8% orang di Indonesia mengalami GAD.

Lain dari Indonesia, WHO menjabarkan bahwa ada sekitar 3,8% orang di dunia mengalami gangguan kecemasan. Angka ini meningkat semenjak pandemi Covid menjadi 5,4%. Persentase ini membuktikan bahwa pandemi Covid-19 membuat orang-orang merasakan gejala kecemasan berlebih.

Apa sih penyebab gangguan kecemasan di kala pandemi?

Sebenernya apa sih yang jadi penyebab orang-orang punya gangguan cemas pas pandemi? Padahal kan kecemasan bukan termasuk gejala Covid-19.

Nah, buat jawab pertanyaan lo ini, ada studi yang dilakukan sama Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) bersama dengan Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Airlangga.

Mereka melibatkan 8.031 responden di 34 provinsi di Indonesia mengenai kecemasan selama pandemi selama 8 hari, mulai tanggal 6-13 Juni 2020.

Dan hasilnya….

Lebih dari 50% responden masuk ke kategori cemas dan sangat cemas. Penyebab cemasnya juga macem-macem. Ada yang tentang interaksi sosial, pendidikan, pekerjaan, agama, dan lain-lain.

Selain itu, banyak yang menderita kecemasan berlebih akibat dari membaca berita atau informasi tentang Covid-19 secara terus-menerus sehingga membuat otak lo jadi overwhelmed.

Apapun bisa jadi alesan terjadinya kecemasan berlebih dan kecemasan setiap orang itu berbeda. Meskipun kadang lo juga gak tau lo cemas kenapa, tapi kalo lo merasa cemas, ya artinya lo cemas. Apa yang lo rasa itu valid, cuma belum tau aja sebabnya kenapa.

meme gangguan kecemasan pandemi
Sumber: Cheezburger on Pinterest

Gejala kecemasan di kala pandemi

meme gangguan kecemasan pandemi
Sumber: Lisa Kilanowski on Pinterest

Dari beberapa artikel dan jurnal ilmiah yang gue baca, di bawah ini adalah beberapa gejala dari gangguan kecemasan yang mungkin lo alami selama masa pandemi.

  • Gelisah sepanjang waktu
  • Merasa dalam bahaya, tekanan, atau kepanikan
  • Detak jantung meningkat
  • Napas pendek
  • Berkeringat
  • Sakit kepala
  • Sakit di bagian dada
  • Gemetar
  • Selalu merasa lelah
  • Sulit konsentrasi
  • Kesulitan tidur
  • Mengalami masalah pencernaan seperti diare
  • Menghindari trigger yang bisa buat cemas

Nah, kalo lo udah merasa beberapa dari gejala di atas, jangan sungkan untuk mengecek kondisi lo ke profesional kayak ke dokter atau psikolog.

CTA-Konsultasi--1--5

Sebaiknya jangan tunggu parah dulu baru lo periksa. Karena lo sendiri gak tau kan apakah ini emang gejala gangguan kecemasan atau ada penyakit lain?

Dilansir dari Medical News Today, ada beberapa kesamaan gejala kecemasan dengan gejala Covid-19 kayak kesulitan bernapas, selalu merasa lelah, diare, sakit kepala, sakit di dada, dan beberapa gejala lainnya yang bikin lo semakin overthinking apakah lo kena gangguan kecemasan atau kena Covid-19.

meme gangguan kecemasan pandemi
Sumber: @randomanda on Instagram

Atau bisa juga semua gejala Covid-19 yang lo rasain itu adalah gejala psikosomatis.

Jadi emang banyak banget kemungkinan yang bisa lo alami kalo lo gak buru-buru periksa.

Tips mengurangi gejala Gangguan Kecemasan yang timbul di kala pandemi

Sebelum kecemasan yang lo rasain semakin parah, lo sebaiknya baca dan menerapkan tips-tips di bawah ini biar hidup lo kembali santuy lagi.

Mengatur Pernapasan

Istilah deep breathing itu udah banyak dipake buat menenangkan seseorang yang lagi dalam keadaan cemas, panik, dan takut. Ini bisa jadi mental first aid lo kalo lagi cemas.

Coba duduk di posisi yang nyaman, mengambil napas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Ulangi terus sampe lo merasa lebih tenang.

Menenangkan Otot dengan Relaksasi

Gue sendiri pernah atau bahkan lumayan sering merasakan gejala-gejala tadi. Jadi, gue langsung konsultasi karena menurut gue itu merupakan hal yang menganggu.

Abis itu gue disuruh untuk melakukan relaksasi progresif. Relaksasi ini membutuhkan waktu sekitar 5 menit atau lebih buat lakuinnya. Kalo bisa emang di tempat yang tenang dan waktu yang luang supaya hasilnya lebih maksimal.

Meditasi

Meditasi merupakan kegiatan melatih fokus pikiran sehingga lo bisa berpikir lebih jernih dan tetap merasa tenang. Meditasi ini juga membutuhkan tempat yang tenang dan waktu luang yang lebih banyak. Bisa sekitar 10-30 menit.

Baca juga: Melatih Fokus Diri

Mau sedikit cerita pengalaman gue pas pertama kali meditasi. Selesai meditasi, gue mengalami panic attack. Awalnya gue mikir apakah meditasi yang gue lakuin itu salah ya?

Tapi, ternyata ketika gue ikut lagi meditasi online bersama meditator dan beberapa partisipan lain, meditatornya bilang kalo lo wajar buat merasakan panic attack setelah meditasi. Itu artinya lo mengeluarkan emosi-emosi yang selama ini terpendam. Terutama yang baru-baru mencoba meditasi.

Emang bener sih, setelah itu gue jadi merasa lebih baik dan lebih plong aja gitu rasanya.

Curhat

Nah, tips yang terakhir ini juga gak kalah penting! Lo bisa mengurangi kecemasan atau pikiran yang ada di otak lo dengan cerita sama orang lain. Bisa temen deket lo, keluarga, pacar, psikolog, atau siapa aja yang bisa lo percaya.

Make sure lo curhat dengan orang yang bener ya! Enggak toxic, baik toxic negativity atau toxic positivity. Curhat sama orang yang memvalidasi apa yang lo rasain. Dengerin lo dari awal sampe akhir tanpa motong pembicaraan apalagi malah adu nasib “Lo mah masih mending, lah gue….” SKIP banget.

meme gangguan kecemasan pandemi
Sumber: @matthaig1 on Twitter

Kalo sekiranya lo gak dapet temen yang bisa memvalidasi apa yang lo rasa dan buat lo merasa lebih baik, lo bisa banget curhat sama psikolog Satu Persen di layanan konseling.

Lo gak cuma bisa curhat, tapi lo juga bisa dapet tes mengenai tingkat kecemasan yang lagi lo alami. Lo juga sekalian bisa nanya tentang gejala-gejala yang lo alami tadi biar dapet diagnosis dan penanganan yang lebih tepat.

Inget ya, di bidang kesehatan, self-diagnose itu hukumnya haram karena bisa jadi memperburuk situasi.

Kalo kata psikolog gue di Satu Persen sih mereka udah sekolah tinggi-tinggi biar bisa diagnosis orang dengan benar, eh malah dikalahin sama bacaan Google 5 menit haha.

Biar lo gak self-diagnose seberapa stres lo, lo bisa cobain Tes Tingkat Keparahan Stres dari Satu Persen biar lo lebih paham dengan keadaan lo sekarang. Seberapa stres lo akan pandemi ini sampe bikin lo punya gangguan kecemasan.

Selain layanan konseling dan tes gratis, Satu Persen juga punya banyak video tentang kecemasan. Salah satu video yang recommend buat lo tonton di bawah ini.

Akhir kata, semangat terus buat lo yang sedang menjalani hari-hari dalam batasan protokol kesehatan. Semoga aja Covid-19 cepet udahan deh ya, pengen keluyuran tanpa overthinking dan anxiety hehe.

Semoga kita semua diberikan kesehatan physically and mentally stable supaya bisa kembali menjalani hidup dengan normal dan juga jangan lupa juga buat #HidupSeutuhnya!

Gangguan Kecemasan Pandemi

Referensi

Health.gov.au. (n.d.). What Is an Anxiety Disorder. National Mental Health Strategy. Retrieved from https://www1.health.gov.au/internet/main/Publishing.nsf/Content/6E02F4C9EA81857FCA257BF000212085/$File/whatanx2.pdf

Tandung, J. K. (2020). Yuk, Jangan Normalisasi Cemas Berlebih! Retrieved January 31, 2021, from https://med.unhas.ac.id/sinovia/2020/11/30/yuk-jangan-normalisasi-cemas-berlebih/

Dewi, D. S. (2020). Penelitian: Orang Indonesia Alami Kecemasan Tinggi Saat Pandemi. Retrieved January 31, 2021, from https://tirto.id/penelitian-orang-indonesia-alami-kecemasan-tinggi-saat-pandemi-fNXc

Ames, H. (2020). What is the difference between anxiety and COVID-19 symptoms? Retrieved January 31, 2021, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/anxiety-symptoms-vs-covid-19-symptoms

Rector, N. A., Bourdeau, D., Kithcen, K., & Josph-Massiah, L. (2008). Anxiety disorders An information guide. Centre for Addiction and Mental Health, 6–13. Retrieved from https://www.camh.ca/-/media/files/guides-and-publications/anxiety-guide-en.pdf

Therapist Aid LLC. (2018). Coping Skills Anxiety. TherapistAid.Com. Retrieved from https://www.therapistaid.com/worksheets/coping-skills-anxiety.pdf

Read More
judi

Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Kalian pasti pernah disuruh tampil ke depan dan dilihatin sama banyak orang. Entah itu buat jadi public speaker, MC, atau pembawa presentasi di depan guru atau atasan.

Di momen kayak begitu, apa sih yang kalian rasain? Malu? Gugup?

Kalo lo belum bisa ngerasa 100% pede, tenang aja. Gue juga begitu kok. Selama lo masih bisa kendaliin diri, tandanya kegugupan lo masih tahap wajar.

Tapi, ada juga yang gugupnya udah parah banget. Kalo konsultasi ke tenaga profesional, biasanya mereka didiagnosa mengidap gangguan kecemasan sosial.

Apaan tuh? Apakah semacam introvert? Emang gugupnya separah apa sih?

Apa itu gangguan kecemasan sosial?

Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), gangguan kecemasan sosial (atau Social Anxiety Disorder) adalah gangguan mental di mana penderitanya mengalami ketakutan ekstrem ketika berada di situasi sosial. Mereka takut melakukan hal yang memalukan dan mendapat penghakiman, penghinaan, atau penolakan dari orang lain.

Iya sih, semua orang pasti takut kalo dapet perlakuan yang gak menyenangkan kayak begitu. Tapi, kalo pengidap gangguan kecemasan sosial, level gugupnya udah gak bisa disamain lagi kayak orang biasa, guys.

Baca juga: Perbedaan Rasa Takut dan Anxiety

Misalnya, kalo disuruh presentasi, segugup-gugupnya kita pasti berusaha menenangkan diri supaya bisa tampil ke depan. Nah, kalo punya gangguan kecemasan sosial, mungkin banget bagi mereka buat lebih milih kabur demi menghindari presentasi itu.

Di kasus yang lebih parah, mereka bahkan takut makan atau minum di tempat umum kayak kantor atau restoran.

Mereka selalu merasa diperhatiin dan di-judge, jadinya gak bisa melakukan apa pun dengan leluasa kalo lagi di tengah-tengah orang lain.

Padahal, biasanya hal ini gak benar karena orang lain cenderung sibuk sama urusannya masing-masing aja. Gangguan kecemasan lah yang membuat penderitanya berpikir kayak begini.

Kalo kondisinya udah separah itu, jangankan mau kerja atau kuliah. Mereka mungkin banget ngerasain kecemasan-kecemasan yang gak ada habisnya itu bahkan sebelum keluar dari rumah.

Dan itu terjadi gak cuma sehari dua hari aja, tapi bisa berminggu-minggu, lho! Beda sama orang biasa yang cemasnya paling bentaran aja.

Coba Juga: Tes Kecemasan Public Speaking: Bantu Dirimu Mengatasinya

Untuk lebih jelasnya mengenai gangguan kecemasan sosial dan cara mengatasinya, gue bakal bahas di artikel kali ini, ya 🙂

Gangguan kecemasan sosial: penyebab dan gejala

Setelah memahami bedanya perasaan malu biasa dengan gangguan kecemasan sosial, mungkin lo jadi bertanya-tanya kenapa kecemasan separah itu bisa terjadi. Entah sebagai orang biasa atau orang yang mengalami gangguan tersebut, pada awalnya pasti kalian ngerasa bingung.

Sayangnya, penyebab pasti gangguan kecemasan sosial masih belum diketahui. Penelitian saat ini hanya baru menyepakati bahwa penyebabnya adalah kombinasi faktor lingkungan dan genetika.

Selain itu, bisa juga disebabkan oleh pengalaman buruk, seperti konflik keluarga, bullying, atau pernah dipermalukan di depan banyak orang sebelumnya.

Jadi, penyebabnya bukan gara-gara punya kepribadian introvert ya, guys!

Kelainan fisik juga bisa menyebabkan gangguan kecemasan sosial ini, Perseners. Misalnya, karena ketidakseimbangan serotonin atau amigdala yang terlalu aktif di dalam otak.

Fyi, serotonin adalah zat kimia dalam otak yang mengatur suasana hati. Sedangkan, amigdala adalah bagian otak yang mengontrol respon dari perasaan takut atau cemas.

mengatasi-gangguan-kecemasan
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Nah, penyebab-penyebab tadi dapat mengakibatkan munculnya gejala fisik dan psikologis yang umum ditemui pada penderita gangguan kecemasan sosial.

Gejala fisik ketika penderita melakukan interaksi sosial dapat berupa perasaan malu, mual, gemetaran, pusing, deg-degan, keringetan, sampe akhirnya sulit ngomong.

Sedangkan, gejala psikologis yang mungkin terjadi adalah merasa khawatir sama suatu acara sosial berminggu-minggu sebelum hari-H (alias lama banget cemasnya, guys!), menghindari situasi sosial, takut mempermalukan diri sendiri, dan ujung-ujungnya bisa bolos sekolah atau kerja karena kecemasan ini.

Baca juga: Social Skill: Tips Agar Lebih Mudah Berteman

Mungkin lo udah beberapa kali notis gue nyinggung-nyinggung soal ‘situasi sosial’ dan bertanya-tanya, sebenarnya situasi sosial macam apa sih yang bikin penderita gangguan ini kambuh?

Penderita gangguan kecemasan sosial ini bisa jadi mencemaskan sebagian situasi sosial aja. Tapi, bisa juga ngerasa cemas sama situasi sosial dalam bentuk apa pun. Termasuk wawancara kerja, menanyakan sesuatu ke orang lain, belanja, pergi ke toilet umum, order makanan di restoran, berbincang di telepon, dan lain-lain.

Karena itu, orang yang mengidap gangguan kecemasan sosial ini jadi gak bisa menjalani kesehariannya dengan normal. Soalnya, berhadapan sama orang lain aja rasanya cemas terus.

Untungnya, gangguan kecemasan sosial ini bisa disembuhkan, lho! Artinya, orang yang mengidap gangguan ini punya kesempatan buat bisa hidup normal lagi.

Nah, gimana sih caranya?

Cara mengatasi gangguan kecemasan sosial

Barangkali lo atau orang yang lo kenal mengalami gejala-gejala yang udah gue sebutin tadi. Well, ada beberapa cara yang disarankan untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial tersebut.

1. Pola hidup sehat untuk mengurangi gejala gangguan kecemasan sosial

Menerapkan pola hidup sehat gak bakal bisa bikin lo langsung sembuh ya, Perseners. Gangguan kecemasan sosial tetaplah gangguan klinis yang perlu penanganan dari tenaga kesehatan.

Tapi, seenggaknya pola hidup sehat bisa membantu buat ngurangin gejalanya. Misalnya, dengan menghindari kafein, tidur 6-8 jam per hari, dan mengonsumsi makanan yang sehat. Selain itu, hubungan yang sehat dan suportif dengan orang lain juga bisa membantu kesembuhan lo.

2. Mengatasi gangguan kecemasan sosial dengan pengobatan

Nah, meredakan gejala gangguan kecemasan juga bisa dengan mengonsumsi obat-obatan; seperti obat anti kecemasan, antidepresan, dan lain-lain.

Tapi, jangan sembarangan minum obat, ya! Pastikan minum obat sesuai resep dokter, di mana dosis dan jangka waktunya pasti udah disesuaikan dengan kebutuhan lo.

3. Pergi ke tenaga profesional dan terapi gangguan kecemasan

Pada akhirnya, mendapat diagnosa dari tenaga profesional itu penting banget. Soalnya, kalo cuma perkiraan sendiri belum tentu bener, guys. Jadi, gak ada salahnya buat konsultasi ke psikolog atau psikiater, supaya gak self-diagnose.

Kalo lo beneran didiagnosa punya gangguan ini, biasanya lo bakal diarahkan dan dipandu sama tenaga profesional buat menjalani sesi terapi. Terapinya bisa macem-macem, dari terapi perilaku kognitif, terapi pemaparan, atau terapi bicara.

Baca Juga: Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

mengatasi-gangguan-kecemasan
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Jadi, kita bisa simpulin kalo gangguan kecemasan sosial adalah gangguan mental serius yang butuh pengobatan dari tenaga profesional. Gangguan kecemasan sosial ini perlu ditangani, supaya penderitanya bisa sembuh dan menjalani kesehariannya lagi. Kalau gak ditangani, mereka yang mengidap gangguan ini bakal kesulitan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial.

Setelah baca pemaparan gue di atas, mungkin lo jadi ada niatan buat pergi ke tenaga profesional untuk mengecek kondisi mental lo. Atau lo punya orang terdekat yang perlu konsultasi. Tapi, mungkin lo bingung mau cari tenaga profesional ke mana.

Untuk mengatasi masalah itu, mungkin layanan konsultasi dari Satu Persen bisa membantu lo. Konseling sendiri memang layanan dari Satu Persen yang hadir untuk menangani masalah klinis seperti gangguan kecemasan sosial. Di konseling, lo bakal dapetin semua yang lo butuhkan dari psikolog, termasuk diagnosa, terapi, serta asesmen mendalam.

Mentoring-5

Oh iya, dapetin informasi seputar kecemasan sosial gak cuma dari artikel ini aja, lho. Lo juga bisa simak pembahasan mengenai social anxiety dan cara mengatasinya di video YouTube Satu Persen di bawah.

Oke deh, gue cukupkan tulisan gue sampe di sini dulu. Semoga bermanfaat dan bisa ngebantu lo yang lagi butuh solusi.

Gue harap, yang mengidap gangguan ini bisa lekas baikan, ya! Pelan-pelan aja, yang penting berkembang Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya 🙂

Akhir kata, thanks a million!

mengatasi kecemasan sosial

Referensi

Higuera, V. (September 3, 2018). Social Anxiety Disorder. Retrieved on January 29, 2021 from https://www.healthline.com/health/anxiety/social-phobia.

National Institute of Mental Health. (n.d). Social Anxiety Disorder: More Than Just Shyness. Retrieved on January 29, 2021 from https://www.nimh.nih.gov/health/publications/social-anxiety-disorder-more-than-just-shyness/index.shtml.

Read More
judi

Mengenal OCD, Gangguan Penyakit yang Menimbulkan Kecemasan

Mengenal OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Satu Persen – Mengenal OCD

Halo semua! Balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Hari ini aku mau sedikit cerita soal temenku yang gila banget sama bersih-bersih, nih. Aku mengenal dia sebagai pribadi tidy person. Dulu semasa kuliah aku sering menyebutnya sebagai Sie Kebersihan karena paling gak bisa lihat temannya gak bersih. Dia rela buat nyuciin baju kotorku yang menumpuk 2 minggu di pojokan kamar kos. Awalnya, aku mengira itu sebagai bentuk perhatian aja. Sampai suatu kejadian aneh muncul.

Hal itu terjadi saat aku berniat buat menginap di kos dia selama di Surabaya. Kebetulan waktu itu aku sedang ada urusan buat beresin berkas kelulusan kampus. Sepanjang aku menginap, dia kelihatan terobsesi banget buat bersihin kamar, ngerapiin baju di lemari, nyapu lantai kamar, dan bersihin meja belajar yang mana menurutku udah rapi-rapi aja gitu.

Gak sampai situ aja, kegiatan itu ia lakukan secara berulang-ulang. Saking risihnya, aku sampai nyuruh dia buat berhenti karena emang gak ada yang perlu dibersihkan. Tak berselang lama, dia ngomong ke aku kalau dia mengidap gangguan OCD.

meme spongebob squarepants cleaning
Cr: Tenor.com

Jadi, Apa Itu OCD?

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan menahun umumnya diderita oleh 1-3% populasi penduduk dunia. OCD adalah salah satu jenis gangguan di mana penderitanya memiliki pikiran yang gak terkontrol, sehingga penderita akan kesulitan untuk mengendalikannya. Pikiran-pikiran itu akan terus-menerus datang (obsesif) yang membuat penderita melakukan suatu tindakan tertentu.

Meskipun penderita mungkin menyadari bahwa pikiran itu gak berguna buat dilakuin, sangat sulit buat dia mengabaikan pikiran itu. Jadi untuk mengurangi tekanan, penderita biasanya terpaksa melakukan tindakan berulang-ulang (kompulsif). OCD bisa mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan loh, Perseners! Seperti yang terjadi sama temenku tadi.

meme spongebob squarepants OCD
Cr: memegenerator.net

Baca juga: Social Anxiety Disorder: Gangguan Cemas, Gejala, dan Penanganannya

Contoh-contoh Gejala OCD

Gangguan obsesif kompulsif atau OCD terdiri dari pikiran obsesif dan kompulsif dimana pemikiran itu saling terkait. Obsesif adalah pikiran, desakan, atau ide yang terus-menerus datang ke dalam pikiran sehingga menyebabkan kecemasan. Gejala yang dialami kayak takut terkontaminasi sama kuman atau kotoran, menyukai hal teratur dan simetris, kehilangan kendali, hingga cenderung agresif.

Gejala obsesif biasanya akan diikuti sama gejala kompulsif. Gejala kompulsif adalah tindakan berulang-ulang yang terpaksa dilakukan oleh penderita buat mengurangi kecemasan obsesif ini. Biasanya, tindakan kompulsif dilakukan secara berlebihan dan tidak realistis dengan masalah yang ingin diperbaiki.

Contohnya kayak mencuci tangan berulang kali supaya terhindar dari kuman, mengatur barang-barang yang sudah tertata rapi secara simetris, membersihkan ruangan bersih berulang kali, atau memeriksa kompor berulang kali dan memastikannya mati.

Baca juga: 11 Bulan Pandemi: Negatif Corona, Positif Gangguan Kecemasan?

Apa Sih Faktor Penyebab OCD?

Gangguan OCD gak memandang gender atau usia. Siapa aja bisa mengidap OCD berdasarkan faktor-faktor penyebab OCD ini sendiri, yaitu:

1. Faktor Genetik

Tingkat kekerabatan memengaruhi seseorang terkena OCD atau tidak. Kekerabatan berpotensi sangat besar mewariskan penyakit OCD. Kekerabatan yang dimaksud adalah kerabat dekat (tingkat pertama) seperti keluarga, yaitu ayah, ibu, atau saudara kandung.

2. Faktor Biologis

Penelitian menunjukkan OCD berhubungan dengan tingkat serotonin rendah yang menyebabkan penderita mudah berubah mood seperti gampang marah. Kemudian kelainan pada korteks orbitofrontal yang berpengaruh pada kognitif dan emosi serta kelainan ganglia basal dalam otak yang bertanggung jawab pada gangguan obsesif kompulsif.

3. Faktor Psikologis

Orang yang mudah cemas, perfeksionis, atau suka menjaga sesuatu buat tetap bersih dan rapi juga rawan menderita OCD.

meme spongebob squarepants OCD
Cr: Imgflip.com

Terus, Bagaimana Cara Menanganinya?

1. Terapi Kognitif

Terapi kognitif dianggap sebagai terapi yang cukup efektif untuk mengatasi OCD. Terapi kognitif adalah terapi yang berfokus mengubah pemikiran atau keyakinan yang negatif. Sebagian besar penelitian menyebutkan teknik kognitif pada penderita OCD akan lebih besar pengaruhnya kalau disertai teknik-teknik modifikasi tingkah laku, misalnya seperti pemberian tugas-tugas rumah.

Sehingga terapi kognitif yang cocok dengan penderita OCD adalah terapi kognitif perilaku. Biasanya pasien akan melakukan sesuatu yang sering dihindarinya. Sebagai contoh, psikolog akan meminta penderita yang takut kotoran untuk menyentuh tanah, kemudian mengajarkan cara mengatasi rasa takutnya tersebut.

Nah, terapi perilaku kognitif ini bisa dilakukan secara individu atau berkelompok. Dan walaupun terapi ini mungkin terdengar menakutkan bagi penderita, tetapi kecemasan penderita akan berkurang secara bertahap seiring dengan jumlah terapi yang dijalaninya.

2. Pengobatan

Konsumsi obat hanya bisa diresepkan oleh psikiater dan bukan psikolog. Psikiater akan memberikan obat antidepresan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosis penderita. Penggunaan obat bertujuan agar penderita bisa melakukan aktivitas secara baik dengan mengurangi gejala.

3. Kombinasi Terapi dan Obat

Meskipun pengobatan tunggal dapat dilakukan, kedua metode psikoterapi dan pengobatan dapat dikombinasikan. Sama dengan metode pengobatan, metode jenis ini harus mendapat persetujuan profesional seperti psikiater.

Sekarang ini, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena OCD loh, Perseners! Banyak juga penderita OCD yang akhirnya menyembunyikan gejala yang dimiliki karena malu dan gak mendapat dukungan sosial. OCD juga punya level keparahan yang berbeda-beda dan kalau tidak segera ditangani bisa ngerugiin fisik, mental dan kehidupan sosial penderitanya.

Terus, gimana kalau ternyata kalian mengidap OCD? Tenang aja, Satu Persen bisa ngebantu kalian dengan layanan konseling juga, kok! Layanan konseling ini dilakuin secara one-on-one dengan psikolog yang berpengalaman dan ahli di bidangnya. Dan kalau dibutuhin, dengan layanan ini kalian juga bisa melakukan psikoterapi juga, loh!

CTA-Blog-Post-06-1-4

Nah, kalau kalian masih ragu apakah harus ke psikolog atau gak, kalian bisa coba ikut tes konsultasi dulu.

Tapi, kalau semisal layanan konseling gak ngebantu kalian dalam hal ini, kalian juga bisa langsung mencari pertolongan ke psikiater, ya. Karena gak bisa dipungkiri kalau OCD juga merupakan salah satu gangguan yang sulit ditangani.

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini ngebantu kalian buat jalani #HidupSeutuhnya, ya. Salam Sehat!

Referensi:

1.     Puspitosari WA. Terapi Kognitif dan Perilaku pada Gangguan Obsesif Kompulsif Cognitive and Behavior Therapy for Compulsive Obsessive Disorder. Mutiara Med. 2009;9(2):73–9.

2.     Syafaatul L, Hamidah. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Obsessive Compulsive Disorder Pada Remaja Putri dengan Kecenderungan Body Dhysmorphic Disoorder. J Psikol Klin dan Kesehat Ment [Internet]. 2018;Vol. 7:84–96. Available from: http://url.unair.ac.id/3cb97dc0

3.     Yoga Wibowo B, Hardika Legiani W, Bimbingan dan Konseling P, Keguruan dan Ilmu Pendidikan F, Sultan Ageng Tirtayasa U, Pendidikan Kewarganegaraan P. Studi Deskriptif Orang Dengan Obsesive Compulsive Disorder. 2019;2(1):694–706.

Read More
judi

Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan (Mungkin Kamu Mengalami Gejalanya)

Jenis Gangguan Kecemasan - Anxiety
Satu Persen – 5 Jenis Gangguan Kecemasan

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Selama hidup, gue ataupun lo semua pasti pernah kan yang namanya mengalami kecemasan dari waktu ke waktu? Apalagi di saat pandemi seperti ini, perasaan cemas yang ada semakin menjadi-jadi. Bahkan, hal yang sebelumnya lo anggap biasa aja bisa jadi sumber rasa cemas yang mengerikan. Contohnya gak punya pasangan, gimana rasanya hidup sendirian, atau pun takut gak lulus kuliah.

Bagi beberapa orang, rasa cemas merupakan suatu reaksi yang wajar dan dapat hilang dalam waktu yang singkat. Namun, bagi sebagian orang lainnya, rasa cemas bukanlah hal yang wajar dan rasa cemas ini gak dapat menghilang dalam hitungan minggu, bulan, bahkan tahun.

Kalau rasa cemas ini dibiarkan begitu saja, seiring berjalannya waktu bisa-bisa dapat mengganggu kehidupan lo sehari-hari.

Jika hal ini terjadi, dapat dikatakan bahwa lo mengalami yang namanya gangguan kecemasan atau yang lebih dikenal dengan anxiety disorder.

Tapi, lo semua tau gak sih Perseners, kalau gangguan kecemasan atau anxiety disorder itu memiliki berbagai macam jenis, loh. Apa aja sih, itu?

Nah, di artikel kali ini gue akan membahas seputaran tentang 5 jenis gangguan kecemasan yang mungkin pernah atau sedang lo alami sekarang. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Panic Disorder: Atasi Gangguan Panik yang Ganggu Aktivitasmu

5 Jenis Gangguan Kecemasan

gangguan kecemasan - anxiety disorder
Sumber dari pixabay.com

Gangguan kecemasan adalah istilah umum untuk kecemasan berlebihan yang berada di luar kendali manusia. Nah, ternyata rasa cemas itu ada banyak jenisnya, loh. Tergantung dari gejala dan pemicu yang lo alami.

Mengalami rasa cemas adalah hal yang sangat wajar sekali. Salah satu contohnya mungkin lo sedang menunggu wawancara, hasil dari proyek di kantor, atau giliran menunggu ujian akhir di sekolah. Namun, rasa takut yang selalu muncul tanpa alasan itu bukanlah rasa takut yang wajar dan harus segera ditangani karena dapat menimbulkan korosi pada tubuh.

Alasan untuk ini adalah kecemasan yang berlebihan dapat berubah menjadi gangguan kecemasan, sejenis gangguan mental.

Generalized Anxiety Disorder (GAD)

generalized anxiety disorder
Sumber dari pexels.com

Dilansir Psychology Today, generalized anxiety disorder (GAD) adalah suatu keadaan yang kronis dimana penderita mengalami kecemasan dan ketegangan yang parah, seringkali tanpa sebab. Mereka yang menderita GAD secara teratur mengantisipasi bencana, sering mengkhawatirkan kesehatan, uang, keluarga, atau pekerjaan secara berlebihan. Hanya melewati hari membawa kecemasan.

Orang dengan GAD gak dapat menghilangkan kekhawatiran mereka, meskipun mereka biasanya menyadari bahwa sebagian besar kecemasan mereka gak beralasan. Orang dengan GAD mungkin gak dapat bersantai dan sering mengalami kesulitan tidur. Kekhawatiran mereka disertai dengan gejala fisik seperti gemetar, kedutan, ketegangan otot, sakit kepala, kulit iritasi, berkeringat, kepanasan, dan merasa pusing atau kehabisan napas.

Banyak orang dengan GAD mudah terkejut. Mereka cenderung merasa lelah, sulit berkonsentrasi, dan mungkin menderita depresi. GAD mungkin melibatkan mual, sering pergi ke kamar mandi, atau merasa seperti ada benjolan di tenggorokan.

Ketika tingkat kecemasan mereka ringan, orang dengan GAD dapat berfungsi secara sosial dan menahan pekerjaan, tetapi mungkin mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang paling sederhana jika kecemasan mereka parah.

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)

Obsessive compulsive disorder - OCD - konsultasi psikolog
Sumber dari pexels.com

Dilansir Psychology Today, obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental di mana orang mengalami pikiran, perasaan, gambar, atau sensasi yang gak diinginkan dan berulang-ulang (obsesi) dan terlibat dalam perilaku atau tindakan mental (kompulsi) sebagai tanggapan.

Seringkali seseorang dengan OCD melakukan kompulsi untuk menghilangkan atau mengurangi dampak obsesi sementara, dan gak melakukannya menyebabkan kesusahan. OCD bervariasi dalam tingkat keparahannya, tetapi jika gak diobati, OCD dapat membatasi kemampuan seseorang untuk berfungsi di tempat kerja, sekolah, atau rumah.

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

post-traumatic stress disorder
Sumber dari pexels.com

Dilansir Psychology Today, post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah trauma dan gangguan terkait stres yang dapat berkembang setelah terpapar suatu peristiwa atau cobaan di mana kematian atau kerusakan fisik yang parah terjadi atau terancam.

Orang-orang yang menderita gangguan tersebut termasuk pasukan militer, pekerja penyelamat, dan orang-orang yang selamat dari penembakan, pemboman, kekerasan, dan pemerkosaan. Anggota keluarga korban dapat mengembangkan gangguan juga melalui trauma gak langsung yang terjadi ketika seseorang dihadapkan pada cerita pengalaman trauma orang lain secara langsung (vicarious trauma).

Panic Disorder

panic disorder
Sumber dari pexels.com

Dilansir Psychology Today, panic disorder mengacu pada serangan panik yang tiba-tiba dan berulang disertai ketakutan dan ketidaknyamanan yang terus-menerus. Dan hal ini mencapai puncaknya dalam beberapa menit.

Selama waktu tersebut, individu mengalami gejala fisik seperti nyeri dada, jantung berdebar-debar, sesak napas, vertigo, atau gangguan perut, kadang-kadang disertai dengan rasa takut kehilangan kendali atau sekarat, menurut DSM-5.

Gejalanya mungkin tampak mirip dengan serangan jantung atau kondisi medis yang mengancam jiwa lainnya.

Agoraphobia

agoraphobia
Sumber dari pexels.com

Bagi sebagian orang, meninggalkan rumah bisa menjadi alasan untuk panik. Diterjemahkan dari bahasa Yunani sebagai “takut akan pasar,” agoraphobia mengacu pada ketakutan akan tempat di mana sulit untuk melarikan diri, termasuk ruang terbuka yang besar atau area yang ramai, serta berbagai sarana perjalanan.

Orang dengan agoraphobia mungkin menghindari situasi seperti sendirian di luar rumah, bepergian dengan mobil, bus, atau pesawat terbang, berada di area ramai, berada di ruang tertutup seperti toko dan bioskop, atau berada di jembatan.

Orang dengan agoraphobia takut akan situasi seperti itu karena mereka fokus pada pemikiran bahwa melarikan diri mungkin sulit dalam keadaan darurat atau bantuan yang mungkin gak tersedia jika mereka mengembangkan gejala seperti panik atau gejala memalukan lainnya. Mereka merasakan ketidaknyamanan dan stres yang tinggi dan mungkin memerlukan kehadiran orang lain dalam situasi seperti itu.

Pikiran yang biasanya menyebabkan ketakutan dan kecemasan cenderung berubah seiring bertambahnya usia. Anak-anak seringkali takut tersesat, orang dewasa mungkin takut mengalami gejala seperti panik, dan orang dewasa yang lebih tua mungkin takut jatuh. Agoraphobia sering menyertai gangguan kecemasan lainnya (seperti gangguan panik atau fobia spesifik) dan gangguan depresi.

Biasanya, orang dengan agoraphobia membatasi diri pada zona aman yang mungkin hanya mencakup rumah atau lingkungan terdekat. Setiap gerakan di luar zona seperti itu menciptakan kecemasan yang meningkat.

Kapan Harus Ke Psikolog

Lo harus segera berkonsultasi pada psikolog, jika:

– Lo merasa sangat khawatir sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari lo (termasuk kebersihan, sekolah atau pekerjaan, dan kehidupan sosial lo).

– Kecemasan, ketakutan, atau kekhawatiran lo membuat lo tertekan dan sulit untuk lo kendalikan.

– Lo merasa tertekan, menggunakan alkohol atau obat-obatan untuk mengatasinya, atau memiliki masalah kesehatan mental lain selain gangguan kecemasan.

– Lo merasa kecemasan lo disebabkan oleh masalah kesehatan mental yang mendasarinya.

– Lo mengalami pikiran untuk bunuh diri atau melakukan perilaku bunuh diri.

Jika lo merasa bahwa lo memerlukan bantuan untuk mengatasi kecemasan lo, langkah pertama adalah menemui psikolog. Mereka dapat menentukan, apakah gangguan kecemasan lo terkait dengan kondisi kesehatan fisik yang mendasarinya.

Jika psikolog menemukan kondisi yang mendasarinya, psikolog akan memberi lo rencana perawatan yang tepat untuk membantu mengurangi kecemasan lo. Termasuk merujuk lo pada spesialis kesehatan mental untuk membantu mendiagnosis gangguan kecemasan yang lo alami.

Kalau lo atau teman terdekat lo mengalami gejala-gejalanya, segera konsultasikan ke psikolog supaya mereka akan cepat ditangani. Karena gangguan ini tentu sangat mengganggu kehidupan sosial, bukan?

Oh iya, lo bisa banget konsultasikan salah satunya ke psikolog Satu Persen dengan klik di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-17

Di Satu Persen, lo akan mendapatkan fasilitas konseling bersama psikolog selama 1 jam, tes psikologi, asesmen pra konseling, worksheet, dan terapi tentunya. Psikolog Satu Persen juga sudah mendapatkan izin yang sah, jadi jangan khawatir tentang kredibilitasnya.

Dan buat lo yang masih ragu, Satu Persen sudah punya banyak testimoni yang lo bisa baca di website-nya. Lo juga bisa mencoba ikut tes konsultasi terlebih dahulu supaya lo makin yakin apakah lo harus ikut konseling atau gak. Klik di sini ya! Jangan sampai gangguan kecemasan mengganggu kehidupan lo selamanya.

Mau ngingetin juga buat follow terus Instagram @satupersenofficial untuk dapat promo menarik untuk mentoring dan konseling atau kelas online tentang pengembangan diri. Selain itu, jangan lupa cek YouTube Channel Satu Persen, karena ada ada informasi menarik tentang kesehatan mental, pengembangan diri, dan karier yang akan di-update setiap harinya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat- menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

Agoraphobia | Psychology Today. (n.d.). Retrieved November 2, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/conditions/agoraphobia

Generalized Anxiety Disorder | Psychology Today. (n.d.). Retrieved November 2, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/conditions/generalized-anxiety-disorder

Panic Disorder | Psychology Today. (n.d.). Retrieved November 2, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/panic-disorder

Post-Traumatic Stress Disorder | Psychology Today. (n.d.). Retrieved November 2, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/post-traumatic-stress-disorder

Obsessive-Compulsive Disorder | Psychology Today. (n.d.). Retrieved November 2, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/obsessive-compulsive-disorder

Read More
judi

Cara Mudah Menghilangkan Stres dan Kecemasan dengan Meditasi Pernapasan

meditasi menghilangkan stres
Satu Persen – Menghilangkan Stres dengan Meditasi

Apakah kamu akhir-akhir ini sedang merasa stres dan mengalami kecemasan berlebih? Kalau iya, mungkin kamu bisa mencoba teknik meditasi sederhana yang  berfokus melatih pernapasan. Selain mudah dan murah, aktivitas ini hanya butuh waktu singkat untuk mengembalikan ketenangan dan kedamaian dalam diri.

Faktanya, meditasi telah dipraktikkan selama ribuan tahun yang lalu. Awalnya, praktik meditasi ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang kekuatan suci dan mistis dalam kehidupan. Namun kini latihan sederhana ini sangat populer untuk relaksasi dan pengurangan stres lho, Perseners.

Apa manfaat melakukan meditasi? Bagaimana cara melakukannya dengan cepat dan mudah? Kali ini, aku, Sista, Blog Writer Satu Persen, akan mengulas lebih lanjut. Yuk, simak sampai akhir~

Ketahui tingkat stres dalam dirimu: Tes Tingkat Keparahan Stres

Apa itu Meditasi?

apa itu meditasi
Cr: medium.com

Sederhananya, meditasi merupakan cara untuk melatih pikiran. Melalui meditasi, kamu bakal bisa belajar cara melepaskan beban pikiran, meningkatkan ketenangan, mendorong keadaan kesadaran yang tinggi, serta mempertajam tingkat fokus.

Baca juga: Melatih Fokus Agar Hidup Lebih Produktif

Manfaat Meditasi

Meditasi memiliki sejumlah manfaat pada kesejahteraan psikologis seperti mengurangi stres dan membangun perspektif yang lebih sehat.

Menurut penelitian, rutin melaksanakan meditasi dapat memberikan efek yang baik pada kondisi fisiologis dan psikologis. Beberapa efek fisiologis yang dimaksud seperti penurunan laju pernapasan, penurunan denyut jantung, perubahan pola gelombang otak, dan penurunan stres.

Sementara, beberapa manfaat psikologis dari meditasi meliputi keterampilan manajemen stres yang baik, peningkatan kesadaran diri, serta peningkatan kinerja memori otak.

Cara Melakukan Meditasi Pernapasan

Salah satu meditasi yang bisa dilakukan di mana pun, kapan pun, dengan cepat dan mudah adalah melatih kesadaran bernapas. Ini adalah bentuk meditasi “entry level” yang bisa dilakukan oleh siapa pun.

Kesadaran pernapasan yang dilakukan secara rutin akan memberikan kita pembelajaran tentang menerima, berhenti melawan, dan menghargai hal-hal  yang datang dalam hidup.

cara melakukan meditasi pernapasan
Cr: meme-arsenal.com

Meditasi pernapasan hanya membutuhkan posisi yang sesuai di tempat dengan gangguan yang minim. Kamu bisa duduk, berdiri, berjalan, atau di mana pun yang kamu inginkan. Umumnya, orang-orang menganggap posisi duduk adalah yang terbaik.

Kebanyakan orang merasa terbantu untuk mulai fokus dengan latihan pernapasan. Untuk para pemula, kamu bisa lakukan meditasi ini selama 10-15 menit setiap hari. Ditambah  kamu juga bisa melakukan versi yang singkat setiap kali merasa stres di tengah kesibukan.

Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Stres Menurut Filosofi Teras (Stoicism)

Berikut langkah-langkah yang bisa kamu lakukan:

1. Temukan posisi yang santai dan nyaman

temukan posisi yang santai dan nyaman
Cr: memegenerator.net

Cara melakukan meditasi pernapasan yang pertama adalah menemukan posisi yang santai dan nyaman. Pastikan pula menjaga punggung agar tetap tegak, namun tidak terlalu kaku. Lalu, cukup posisikan tangan sesuai keinginan kamu.

Kamu boleh melakukannya dengan mata terbuka atau tertutup. Tapi mungkin dengan mata terpejam akan terasa lebih mudah untuk mempertahankan fokus.

2. Buat tubuh menjadi rileks

Cobalah untuk mulai merasakan sensasi di tubuh saat ini. Biarkan rileks dan rasakan sentuhan dan koneksi dengan lantai atau kursi.

3. Fokus pada aliran napas

Bawa perhatianmu pada sensasi alami napas dalam tubuh. Jangan mencoba menyesuaikan cara bernapas. Tidak masalah jika napas pendek ataupun panjang. Lakukan secara alami. Kamu bisa merasakan napas di tubuh mungkin di dada, tenggorokan, atau di hidung.

Kamu cukup mengamati setiap napas tanpa mencoba menyesuaikannya. Ini dapat membantu kita fokus pada sensasi naik turunnya tempo pernapasan.

Saat melakukannya mungkin kamu akan merasa sedikit terganggu oleh pikiran dan sensasi tubuh. Tidak apa-apa. Cukup perhatikan saja bahwa ini sedang terjadi dan kamu bisa kembali fokus pada pernapasan.

4. Biarkan pikiran berkelana

biarkan pikiran berkelana
Cr: memes.com

Pada saat ini, mungkin kamu akan merasakan pikiran mulai berkelana. Kamu mulai memikirkan hal-hal lain. Jika ini terjadi, tidak masalah karena  hal ini memang dapat berlangsung secara alami.

Anggap saja bahwa pikiran sedang berpetualang. Kemudian secara perlahan arahkan perhatian kembali pada pernapasan. Lakukan hal ini selama 5 – 7 menit.

5. Penutup

Setelah beberapa menit melakukan tahapan di atas, perhatikan seluruh tubuh kembali. Biarkan diri rileks lebih dalam lagi dan kamu bisa mengapresiasi diri sendiri yang telah melakukan hal ini dengan baik.

Itulah beberapa langkah mudah untuk melakukan meditasi sederhana. Kamu bisa terapkan hal tersebut ketika merasa stres maupun dalam kondisi tertekan.

Ceritakan Masalah yang Membuatmu Stres dengan Profesional

Jika beberapa langkah di atas belum dapat membantu secara maksimal, kamu mungkin butuh penanganan lebih lanjut dari tenaga profesional. Jangan ragu untuk konsultasi dengan ahli di bidangnya. Program mentoring dari Satu Persen mungkin bisa membantu mengurangi stres dan kecemasanmu selama ini.

Selain bisa cerita langsung dengan mentor terlatih, kamu juga mendapatkan hasil tes psikotes, tes kesehatan mental, worksheet, dan masih banyak lagi. Cek informasi selengkapnya dengan klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Sebagai kesimpulan, melakukan meditasi sederhana seperti melatih fokus pada pernapasan juga dapat membantu meringankan beban pikiran. Kamu bisa lakukan setiap pagi, setiap malam, atau bahkan sewaktu-waktu ketika kamu merasa stres.

Selain melatih kesadaran pernapasan, untuk mengatasi stres dan overthinking kamu juga bisa memulai untuk membangun mindset atau pola pikir yang sehat. Kamu bisa tonton video berikut ini supaya lebih sehat mental:

Semoga artikel ini bermanfaat, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Referensi:

David Gelles. How to Meditate. Retrieved on February 13, 2022 from How to Meditate – Well Guides – The New York Times (nytimes.com)

Diana Winston (2016). A 6-Minute Breathing Meditation to Cultivate Mindfulness. Retrieved on February 13, 2022 from A 6-Minute Breathing Meditation To Cultivate Mindfulness – Mindful

Harvard Medical School (2014). Breath Meditation: A Great Way to Relieve Stress. Retrieved on February 13, 2022 from Breath meditation: A great way to relieve stress – Harvard Health

Kendra Cherry (2020). What is Meditation?. Retrieved on February 13, 2022 from What Is Meditation? (verywellmind.com)

Read More