putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Kamu

judi

Apa Sih Yang Terjadi Di Otak (Ketika) Kamu Lagi Tidur?

Tahukah kamu berapa jam waktu yang kamu butuhkan untuk tidur agar tetap sehat? Yap, mungkin banyak di antara kamu yang menjawab benar: 7-9 jam.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Seberapa sering sih kamu tidur dengan durasi tersebut?” Aku yakin, tidak banyak. Mungkin hanya beberapa hari dalam seminggu dimana kamu benar-benar meluangkan durasi waktu tersebut untuk tidur— bahkan mungkin tidak sama sekali. Hmm… kira-kira kenapa yah sulit meluangkan waktu sedikit saja untuk tidur?

“Duh, ada deadline yang menumpuk”

“Aku harus mengejar banyak materi untuk ujian besok”

“Terpaksa lembur untuk kerjaan”

dan mungkin ada ribuan alasan lainnya yang membuat kalian mengorbankan waktu tidur demi impian.  

Biar bagaimanapun, proses mengerjakan tugas dan pekerjaan adalah sesuatu yang kasat mata, tidak seperti tidur yang kadang tanpa sadar kita anggap tidak berguna dan layak dikorbankan. Padahal, seperti halnya saat kita mengerjakan tugas atau pekerjaan, tubuh kita melakukan banyak hal saat kita tidur, lho.

Penasaran apa yang terjadi di otak kita ketika kita tidur? Yuk, kita menjelajahi fakta-fakta penting di baliknya.

Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash

Tunggu dulu, sebenarnya tidur itu apa sih?

Buatmu, mungkin tidur adalah sekadar kegiatan memejamkan mata di malam hari. Namun, tidur sebenarnya adalah keadaan otak normal yang terjadi sehari-hari, ketika kesadaran dan respon kita terhadap pengelihatan dan suara dari lingkungan sekitar kita perlahan-lahan memudar. Makanya, ketika kita mengantuk dan nyaris tertidur, sulit untuk menangkap apapun yang kita rasakan dan saksikan dari lingkungan sekitar kita— apalagi bereaksi yang sesuai dengan itu. Mungkin yang ada hanya geram dan kesal karena merasa terganggu ya, hehehe.

Sebenarnya, tidur itu dibagi ke dalam dua periode, lho. Periode pertama adalah Rapid Eye Movement (REM) Sleep sementara periode lainnya adalah Non-REM (NREM) Sleep. Pembagian ini didasarkan oleh frekuensi gelombang otak yang dideteksi dalam proses kita tidur. Ternyata, ketika aktivitas otak kita direkam, otak kita melewati berbagai macam tahap nih sebelum akhirnya otak kita mencapai REM sleep. Penasaran, tahapannya apa saja?

Tahapan untuk tidur apa saja sih?

Singkatnya, awalnya kamu sadar. Kemudian, kamu perlahan-lahan melewati siklus tidur yang terbagi menjadi 4 tahapan: 3 tahapan pertama NREM sleep dan tahap akhir yang dikenal juga dengan REM sleep. Dalam menjalani tiap-tiap tahapan tersebut, kamu mulai kehilangan kesadaran perlahan-lahan. Otakmu sendiri akan melewati tiap-tiap periode tersebut secara fluktuatif, artinya secara berkala melalui tiap-tiap tahapannya.

Stage 1 NREM:

Di dalam tahap ini, tubuhmu mulai rileks dan denyut jantung, napas, dan pergerakan matamu juga melambat. Kamu yang awalnya masih terbangun perlahan-lahan memasuki fase tertidur, atau disebut juga light sleep. Fase ini bertahan selama beberapa menit.

Stage  2 NREM:

Perlahan-lahan, kamu mulai semakin larut ke alam tidurmu. Denyut jantung, napas, dan pergerakan matamu makin lama makin melambat. Gelombang otak dan temperatur tubuhmu mulai turun. Kamu akan menghabiskan cukup banyak waktu berada dalam fase ini.

Stage 3 NREM:

Setelah itu, perlahan-lahan denyut jantung, pernapasan, dan gelombang otakmu mencapai level terendah dan tubuhmu akan merasa benar-benar rileks. Kamu akan memasuki tahap ketiga— tahapan yang paling penting untuk menjaga dirimu merasa segar dan fokus esok harinya. Dalam tidurmu, pastikan melewati tahapan ini dengan baik ya.

REM:

Setelah sekitar 90 menit kamu tertidur, kamu akan mengalami fase REM. Berbeda dengan fase-fase sebelumnya, pada fase ini, bola matamu bergerak dengan cepat di dalam kelompak matamu, disertai pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah yang semakin meningkat.

Fase ini sangat lekat dengan adanya mimpi. Otak berhalusinasi sementara tubuhmu sendiri sudah tak lagi bergerak sehingga aktivitas gelombang otak terekam masih normal seperti ketika kita masih tersadar. Tubuh yang sulit bergerak ini ternyata disebut sebagai Atonia, menghindarkan kita dari kemungkinan untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan sesuatu berkaitan dengan mimpi kita selama kita tidur. Jadi, jangan heran jika kamu bermimpi berlari mengejar bintang jatuh, tetapi mendapati diri hanya terdiam di atas kasur ketika bangun pagi harinya. Tubuhmu memang di-desain untuk tidak bertindak terhadap mimpimu itu.

Banyak peneliti yang mengaitkan fase REM dengan proses pembentukan memori. Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam fase REM, otak mengubah kejadian atau pelajaran yang baru saja didapatkan menuju ingatan jangka panjang. Sayangnya, semakin tua usiamu, semakin berkurang pula durasi REM-mu.

Lantas, mengapa kita harus tidur cukup?

Jawaban singkatnya, karena tetap bangun sepanjang hari adalah hal yang sulit untuk tubuhmu. Tubuhmu tidak dirancang untuk tetap bangun sepanjang hari. Sepanjang hari, jika rasa kantuk sudah tak dapat dibendung, kamu akan tertidur secara tidak sadar, baik berbentuk ketiduran berdurasi panjang ataupun microsleep selama dua dan tiga detik ketika matamu masih terbuka. Apa saja sih hal lain yang membuat tidur itu penting?

1. Membuatmu bisa memproses informasi

Hal yang akan sangat dipengaruhi oleh waktu tidurmu adalah brain plasticity atau kemampuan otak untuk menerima informasi baru melalui berbagai macam indera yang kamu miliki. Ketika kita kurang tidur, tentu saja kita jadi sangat sulit untuk fokus dan menerima dan memproses segala hal yang ada di sekitar kita. Tak hanya itu, kita juga menjadi sangat sulit untuk mengingat hal-hal yang kita terima. Penyebabnya adalah karena otak tidak mendapat kesempatan untuk menghilangkan ingatan atau hal-hal yang tidak penting dari otak kita sehingga otak tidak lagi dapat bekerja dengan efisien.

2. Menjaga kesehatan mentalmu tetap baik

Tak hanya membantu menjaga kemampuan otakmu tetap prima untuk beraktivitas esok harinya, tidur juga menghindarkanmu dari perubahan mood yang terjadi berulang kali. Menurut penelitian, seseorang dapat merasakan terbiasa menghabiskan kurangnya waktu untuk tidur sehingga tidak lagi merasa bahwa waktu tidur tersebut kurang. Padahal, tubuh dan otak mereka merasa sangat kesulitan karena hal itu. Hal tersebutlah yang menyebabkan perubahan mood dalam dirimu, ketika tubuhmu secara fisik merasa kesulitan untuk beraktivitas, sementara dirimu memaksakan fisikmu untuk tetap melakukan itu.

3. Menghindarkanmu dari gangguan kesehatan

Tubuh yang kurang tidur dapat memicu berbagai penyakit, lho, selain dari gangguan kesehatan mental. Penyakit-penyakit yang mungkin saja kamu alami mulai dari obsesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, gangguan jantung, stroke, hingga kematian. Bahaya banget kan?

Terus, gimana nih caranya untuk menata kembali waktu tidur kita?

Ahli menyatakan bahwa ada 2 proses yang mempengaruhi tidur kita: ritme sirkadian dan keinginan untuk tidur. Ritme sirkadian sendiri adalah jam biologis kita yang berada di otak yang peka terhadap cahaya. Sementara itu, keinginan untuk tidur dipengaruhi oleh kebutuhan tubuhmu untuk istirahat. Mengingat tidur itu penting sekali untukmu, berikut ada beberapa tips yang bisa kamu aplikasikan untuk memperbaiki waktu tidurmu:

1. Tentukan jadwal tetap untuk tidur dan ikutilah jadwal itu

Dengan adanya jadwal yang tetap untuk tidur (yang tentunya berdurasi cukup), jam biologismu akan terbiasa dengan waktu tersebut sehingga secara natural kamu akan merasa mengantuk mendekati waktu tersebut.

2. Jangan sentuh gadget-mu ketika beranjak tidur

Ritme sirkardian kita sangat peka terhadap cahaya. Jam biologis kita akan mengakumulasi hormon sepanjang hari yang akan membuat kita mengantuk pada malam hari, tetapi deteksi terhadap cahaya akan menghentikan proses itu. Alhasil, otakmu berpikir bahwa hari masih “siang” dan kamu harus terus beraktivitas, meskipun kenyataannya sebaliknya.

3. Berolahragalah di siang hari dan hindarilah meminum kopi pada malam hari

Olahraga akan meningkatkan temperatur tubuhmu dan menurunkannya usai aktivitas tersebut. Turunnya temperatur akan membantumu lebih mudah untuk tertidur. Sementara itu, kafein dalam kopi justru meningkatkan aktivitas tubuhmu sehingga mengganggu aktivitas jam biologismu. Kamu akan menjadi sulit untuk merasa mengantuk sehabis mengonsumsi kafein.

Tidur adalah hal yang sangat penting buat tubuhmu. Meskipun dampaknya mungkin tidak terasa dalam jangka pendek, dampaknya akan sangat besar secara jangka panjang. Jadi, sayangi tubuhmu dengan menjaga pola tidurmu. Kamu bisa mencoba Tes Kualitas Tidur gratis yang disediakan Satu Persen supaya kamu tahu gambaran kualitas tidurmu.

Kamu merasa sulit tidur karena merasa stres, burn out dengan tugas-tugas yang menumpuk? Kalau kamu butuh konsultasi, kamu bisa mengikuti layanan konseling online dari Satu Persen. Dengan konsultasi one-on-one dengan psikolog, kamu tidak perlu sungkan menceritakan masalahmu. Jangan lupa baca artikel yang membahas emotional burn out itu disini.

Kalau kamu merasa kesulitan tidur, tonton yuk video Satu Persen yang mengupas tuntas soal itu disini. Semoga tidur ini membantumu tidur sedikit lebih nyenyak dan mampu bangun penuh semangat untuk merealisasikan #HidupSeutuhnya. Ciao.

Referensi:

Brain Basics: Understanding Sleep. (2019). Retrieved September 19, 2020, from https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Understanding-sleep

Frohlich, J. (2019, April 22). What Happens to Your Brain When You Sleep? Retrieved September 19, 2020, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/consciousness-self-organization-and-neuroscience/201904/what-happens-your-brain-when-you-sleep

Suni, E. (2020, September 11). Why Do We Need Sleep? Retrieved September 19, 2020, from https://www.sleepfoundation.org/articles/why-do-we-need-sleep

Wu, M., Ph.D. (2020). The Science of Sleep: Understanding What Happens When You Sleep. Retrieved September 19, 2020, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/the-science-of-sleep-understanding-what-happens-when-you-sleep

Sumber foto:

https://unsplash.com/photos/5NzOfwXoH88

Read More
judi

Seberapa Berpengaruh sih Ucapan Semangat Buat Kamu Yang Lagi Merasa Rendah Diri

“Hai cantik, gila, kamu cantik banget hari ini!”

Bentar, kok jadi seperti gombal gini ya. Oke, ganti deh. Pernah gak kamu push rank tapi kalah terus? Lalu kamu merasa kesal, merasa bahwa kamu cupu mainnya. Akhirnya kamu berhenti nge-rank lalu bermain casual untuk menang. Lalu setelah kamu menang, kamu merasa lebih baik dari sebelumnya.

Atau mungkin, kamu baru saja dibantai oleh guru/dosen saat presentasi. Kamu merasa bete dan malas melakukan apa-apa. Kamu merasa bodoh. Tiba-tiba temanmu datang kepadamu, menanyakan tentang mata pelajaran yang kamu kuasai, karena dia kebingungan. Kamu lantas mengajarinya beberapa hal. Dia lalu berterima kasih padamu, dan kamu merasa lebih baik.

Pernah mengalami hal-hal seperti itu? Kurasa pasti pernah, at some point in your life. Tindakan-tindakan yang mungkin  saja kecil itu merupakan sebuah bentuk dari ‘ucapan semangat’ dari dirimu, untuk dirimu. Sebenarnya seberapa efektif, sih, ucapan semangat ini? Bentuknya bisa apa saja?

Kalau kamu sering merasa rendah diri, tulisanku berikut ini bakal bisa membantumu menjadi lebih baik. Yuk kita mulai!

Rendah Diri? Mulai dari Diri Sendiri!

Beberapa dari kita terkadang merasa rendah diri, entah itu karena rencana yang tidak berjalan lancar maupun kegagalan yang berulang-ulang. Hal-hal buruk seperti itu seringnya membuat kita merasa harga diri kita jatuh sedalam-dalamnya. Self-esteem atau harga diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Sedikit berbeda dengan self-worth yang adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri (Shukla, 2020). Sederhananya, self-worth berada dalam posisi yang lebih fundamental daripada self-esteem.

Ketika harga diri kita terluka, kita kehilangan pegangan kita akan nilai-nilai diri kita. Kita merasa gagal, merasa rendah. Kita diselimuti oleh perasaan-perasaan negatif yang membuat pendirian dan value kita akan diri sendiri goyah. Di sinilah ‘ucapan semangat’ berperan. Ucapan semangat, atau bisa kita sebut dengan self-affirmation adalah hal yang dapat kamu lakukan untuk meyakinkan dirimu akan sesuatu (yang tentu saja, adalah kualitas dirimu) (Shukla, 2020). Bentuk sederhananya dapat berupa kalimat seperti, “Aku cantik/tampan” atau “Apa yang aku lakukan itu sudah cukup, aku tidak perlu memuaskan hati semua orang”.

Self-affirmation ini berperan sebagai mekanisme pertahanan kita ketika kita merasa rendah diri. Ketika kita melakukan self-affirmation, diri kita merasa lebih baik, terlepas dari apakah self-affirmation itu berhubungan langsung dengan kejadian yang membuat kita merasa rendah diri.

Apa yang Membuat Kita Merasa Rendah Diri?

Banyak, jujur saja. Apa saja bisa menjadi alasannya, entah itu sebuah kegagalan, putus cinta, penolakan, dan lain-lain. Ketika kita dihadapkan dengan hal seperti ini, diri kita akan menjadi sangat mudah untuk jatuh ke dalam “penilaian umum” terhadap diri sendiri. Ketika kita mulai menilai diri kita secara umum, situasi akan menjadi sedikit lebih sulit karena ini bukan soal hal yang spesifik (seperti kegagalan dalam presentasi), namun lebih mengarah ke konsep diri secara utuh. Penilaian diri yang umum ini bisa berbentuk seperti “Aku tidak berguna sama sekali” atau “Aku tidak pantas dicintai”, sebuah penilaian yang negatif secara konsep diri.

Apakah Self-affirmation Efektif dalam Mengatasi Perasaan Rendah Diri?

Untuk melawan hal penilaian diri yang umum, kita membutuhkan self-affirmation yang juga umum. Self-affirmation dapat membantu kita untuk pelan-pelan melawan pikiran rendah diri yang kita miliki. Semakin kuat perasaan rendah diri yang kita miliki, semakin kuat pula self-affirmation yang harus kita lakukan (tentu saja dengan self-affirmation yang tepat, umum untuk umum, spesifik untuk spesifik.

Self-affirmation sudah terbukti dapat mempertahankan kemampuan kita untuk merespon dengan baik ketika dihadapkan dengan hal-hal yang mengancam harga diri kita (Moore, 2020), berdasarkan pada Self-affirmation Theory oleh Steele.

Untuk memahami efektivitas self-affirmation ini, kamu harus tahu komponen penting dalam konsep harga diri yang menjelaskan bagaimana self-affirmation ini dapat membantu kamu yang merasa rendah diri. Ketika kamu melakukan self-affirmation, kamu mempertahankan value dirimu. Value di sini sangat fleksibel, bisa mencakup banyak hal, bukan hanya bahwa kamu adalah “Murid yang Teladan” atau “Anak yang Baik”, value diri yang dipertahankan melalui self-affirmation ini beragam.

Dalam mempertahankan value ini, kita tidak berbicara soal cara yang sempurna, outstanding, atau hal yang wah banget. Kita hanya butuh melakukannya dengan cukup baik pada hal-hal yang kita nilai penting bagi diri kita. Contohnya kamu tidak perlu memakai baju jutaan rupiah ketika kumpul bareng teman, cukup dengan baju yang decent dan menghabiskan waktu bersama teman, kamu sudah merasa lebih baik, merasa dihargai oleh temanmu. Lalu kita melakukan self-affirmation bukan semata-mata untuk mendengar pujian, namun kita ingin menjiwai self-affirmation tersebut.

Terdengar asik, bukan? Dengan mengucapkan kalimat-kalimat self-affirmation atau melakukan hal-hal yang meyakinkan dirimu atas harga dirimu, kamu bisa pelan-pelan membangun kembali harga dirimu.

Namun, tentu saja, self-affirmation bisa menjadi senjata makan tuan.

Kapan Self-affirmation Malah Memperburuk Keadaan?

Ketika seseorang memiliki perasaan rendah diri yang begitu kuat, ucapan-ucapan semangat justru akan memperburuk keadaan. Manusia memiliki batas penerimaan akan sebuah keputusan atau penilaian, yang dalam hal ini adalah penilaian akan diri sendiri. Ketika penilaian diri melewati batas seseorang, hal tersebut akan ditolak.

Seseorang  akan cenderung untuk mempertahankan konsep dirinya, dan jika seseorang sudah terlalu dalam jatuh dalam perasaan rendah diri, dia akan merasa bahwa itulah kebenarannya, bahwa dia “Tidak pantas dicintai” atau “Adalah orang paling gagal sedunia”. Orang yang sudah menganggap ini sebagai kebenaran akan menolak bentuk self-affirmation yang kecil dan malah membuat mereka semakin melindungi ‘kebenaran’ yang mereka tahu (Shukla, 2020). Jika terjadi terus menerus, hal ini bisa menjadi toxic positivity.

Siapa, sih, yang suka dengan toxic positivity? Agar kamu tidak menjadi orang yang aktif menjadi a toxic positive person, mari kita cari tahu bagaimana caranya.

Bisa jadi juga self-affirmation ini tidak mencapai alam bawah sadar, di mana pikiran negatif ini bersarang. Jadinya, self-affirmation ini menjadi hal yang dianggap bohongan, karena dia tidak masuk ke dalam alam bawah sadar, membuat seseorang terus menganggap bahwa self-affirmation ini hanya “omong kosong” (Henshaw, 2018), dan membuat mereka semakin memeluk erat ‘kebenaran’ mereka.

Lalu Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Membuat Self-affirmation Bekerja?

Ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan dalam melakukan self-affirmation.

Pertama, catatlah hal-hal yang kamu rasa adalah aspek negatif dirimu, hal yang membuatmu merasa rendah diri. Catat semuanya, lalu buatlah daftar “ucapan semangat” berdasarkan dari hal-hal negatif tersebut. Mulailah dari hal-hal yang kecil jika kamu merasa overwhelmed. Ulangi self-affirmation itu secara rutin, dan kalau kamu merasa perlu, ajaklah teman atau orang yang kamu percayai untuk melakukannya bersamamu. Mintalah mereka untuk mengatakan ucapan-ucapan semangat yang sudah kamu buat sebelumnya.

Jika kamu merasa self-affirmation tidak bekerja karena kamu merasa sangat rendah diri, kamu bisa mencoba untuk melakukan Interrogative Self-Talk. Cara ini ditempuh dengan cara mengganti ucapan semangat tadi dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Contohnya, alih-alih mengatakan bahwa “Hari ini aku akan menjalani hari dengan baik”, kamu bisa mencoba bertanya pada dirimu sendiri, “Apakah hari ini aku akan menjalani hari dengan baik?”

Pertanyaan ini akan membuatmu berpikir kemungkinan yang akan terjadi. Apakah kamu akan menjalani hari dengan baik? Bagaimana dengan kemarin? Apakah berjalan dengan baik? Jika tidak, apa yang membuatnya demikian? Kamu akan mencari jawaban atas rentetan pertanyaan yang muncul dan membantu dirimu untuk menghadapi perasaan rendah diri yang kamu rasakan.

Selain self-affirmation, aku juga punya tips lain untuk mengatasi rasa rendah diri yang bisa kamu tonton di sini! Selain itu, kamu bisa mencoba Tes Self-love supaya kamu semakin paham cara terbaik menyayangi diri sendiri.

Namun, semisal rasa rendah diri kamu mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kamu merasa terganggu, kamu bisa mencoba konsultasi dengan psikolog melalui layanan konseling online di Satu Persen. Kamu bisa konsultasi secara one-on-one dengan psikolog tanpa harus malu menceritakan apa yang kamu rasakan.

AKhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

References

Alexander, R. (2011, August 15). 5 Steps to Make Affirmations Work for You. Retrieved from Psychilogy Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-wise-open-mind/201108/5-steps-make-affirmations-work-you

Henshaw, S. (2018, July 8). Why Positive Affirmations Don’t Work. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/why-positive-affirmations-dont-work/

Moore, C. (2020, September 1). Positive Daily Affirmations: Is There Science Behind It? Retrieved from PositivePsychology: https://positivepsychology.com/daily-affirmations/

Shukla, A. (2020, April 11). Do Self-affirmations Work? Coping With Low Self-esteem & Self-worth. Retrieved from Cognition Today: https://cognitiontoday.com/2020/01/do-self-affirmations-work-coping-with-low-self-esteem-self-worth/

Read More
judi

Kamu Tahu? Penyesalan Tidak Selamanya Buruk (Wajib Baca)

Dampak Positif Akibat Penyesalan
Apa Kamu Pernah Merasa Menyesal?

Pernah gak sih kamu semua, Perseners, yang membaca saat ini merasa menyesal saat mengambil sebuah keputusan?

Mulai dari keputusan yang mungkin terkesan sederhana, hingga yang begitu penting di kehidupanmu saat ini.

Seperti memilih jurusan yang salah, kesempatan yang salah, hingga bertahan dengan orang yang salah dan ternyata tidak ada gunanya, pernah?

Tidak berhenti sampai di situ saja, kamu juga pasti pernah akhirnya mengalami sebuah kekecewaan akibat kegagalan yang terjadi karena kesalahan saat mengambil sebuah keputusan di awal tadi.

Hal itu merupakan sebagian kecil dari perjalanan di hidupmu yang sudah membuatmu kecewa, malu, dan marah pada diri sendiri yang terakumulasi menjadi sebuah penyesalan berkepanjangan.

Selanjutnya pikiranmu akan diisi dengan berjuta-juta alasan seandainya, “Seandainya aku gak milih itu”, “Seandainya saja aku ambil tawaran itu”, dan beragam alasan seandainya yang malah membuatmu bingung pada dirimu sendiri.

Ingin marah terus menerus dengan diri sendiri rasanya malah semakin sedih, ingin memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri rasanya susah sekali akibat perasaan menyesal itu berdiam diri tak mau pergi.

Maka tak heran jika yang namanya pendaftaran itu berada di depan dan penyesalan itu datangnya belakangan, tapi apakah penyesalan itu wajar terjadi?

Sangat wajar, dan apakah setiap penyesalan berarti buruk? Nah di artikel kali ini aku akan membahasnya, maka simak terus hingga akhir ya.

Apa itu Penyesalan?

Sebelum membahas lebih jauh terkait penyesalan, berikut aku mau menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud penyesalan.

Menurut Psycnet, dari seorang psikolog sosial, menyatakan bahwa penyesalan adalah keadaan kognitif dan emosional yang menyakitkan karena menyesalkan sesuatu atas kelemahan, kehilangan, atau kesalahan.

Hal ini didukung dengan pernyataan dari Zeelenberg & Pieters (2007) di mana penyesalan merupakan emosi yang memberi arah pada suatu perilaku, di mana dapat digambarkan ketika sebuah ekspektasi yang kita miliki tidak sesuai pada kenyataan yang terjadi.

Rasa penyesalan juga dapat memancing rasa sedih muncul karena stimulus dari ingatan atau pengalaman tidak menyenangkan yang sedang kamu alami, misalnya saat kamu stres akibat salah dalam memilih sebuah jurusan ketika kuliah.

Padahal stresnya tentang salah jurusan tetapi tanpa sadar otak kamu dengan lancangnya malah mengingat sebuah kejadian di masa lalu, di mana sebenarnya bisa saja saat itu kamu memilih jurusan yang lain dan tanpa sadar keluar pernyataan dari dalam diri

“Kenapa ya waktu itu aku gak milih jurusan yang itu aja”.

Penyesalan menurut penelitian yang pernah aku baca juga memiliki dua karakteristik, yaitu penyesalan jangka panjang dan jangka pendek.

Penyesalan jangka pendek dapat muncul dari kesalahan yang kamu lakukan seperti saat kamu berbuat salah yang membuatmu dihukum oleh guru atau dosen, akhirnya kamu menjadi menyesal melakukannya lagi, penyesalan ini sering kita alami.

Kenapa disebut jangka pendek karena umumnya ini tidak bertahan lama sedangkan penyesalan jangka panjang kerap muncul dari tindakan yang tidak kamu lakukan seperti rasa sesal akibat kamu tidak pernah mencobanya, lalu timbul segudang pernyataan “Seandainya…” dalam pikiranmu.

Hal ini jauh lebih membekas ketika kamu tidak mencoba sama sekali, dibanding kamu mencobanya lalu gagal di kemudian hari.

Dampak Positif Akibat Penyesalan

Penyesalan sering dikaitkan dengan kegagalan, kekecewaan, dan perasaan negatif lainnya.

Tanpa kita semua sadari bahwa rasa sesal yang kita rasakan di masa lalu bisa menjadi kekuatan kita di masa depan, karena tidak selamanya penyesalan berarti negatif.

Berikut dampak positif akibat dari rasa sesal yang bisa kamu terapkan di kehidupan:

1. Mengetahui Kemampuan Diri Sendiri

Rasa sesal yang kamu alami baik itu kamu lakukan  atas dasar kesalahanmu sendiri ataupun tidak berani mencoba sesuatu, membuat kamu menjadi sadar akan kemampuan dirimu sendiri.

Penyesalan bisa saja timbul akibat kegagalan yang sudah kamu lakukan. Hal ini akan membuatmu semakin kenal dengan dirimu sendiri, kian meningkatkan self knowledge, self love, dan self care  pada dirimu. Kamu bisa mencoba tes super power check untuk mengenal kelebihan dan kekuatan diri kamu lebih dalam.

Dengan mengenal kemampuan yang kamu miliki, harapannya kamu jadi semakin memaksimalkan potensi yang ada pada dirimu kedepannya.

2. Meminimalisir Kegagalan

Penyesalan yang kamu alami akibat kekecewaan ataupun kegagalan di masa lalu, bisa kamu jadikan evaluasi sebagai bentuk pembelajaran untuk masa depan.

Hal ini bisa membantu kamu ketika mencoba suatu hal yang sama, di mana kamu dapat meminimalisir risiko kegagalan yang ada.

Contohnya, seperti ketika kamu sedang dihadapkan pada ujian tengah semester pada salah satu mata kuliah, nilai kamu sangat rendah akibat kurangnya persiapan yang kamu miliki, maka di ujian akhir semester nanti kamu bisa melakukan evaluasi untuk menyiapkannya dengan matang, agar nilai yang kamu dapatkan bisa semakin berkembang.

3. Mempunyai Sudut Pandang Baru

Penyesalan juga dapat membantu kamu untuk bisa melihat suatu permasalahan baik itu kegagalan ataupun kesalahan di masa lalu, dengan berbagai macam sudut pandang.

Hal ini dapat mempermudah langkahmu ke depannya untuk dapat mengambil sebuah keputusan karena di awal tadi kamu memiliki beragam sudut pandang sehingga kamu bisa jadi jauh lebih matang dalam mengambil sebuah keputusan.

Cara Mengatasi Rasa Menyesal Berlebih

1. Menerima dan Akui Kesalahan

Cara yang paling ampuh dalam mengatasi rasa menyesal berlebihan adalah dengan menerima rasa sesal itu dan akui kesalahan yang membuat penyesalan itu muncul.

Hal ini akan membuatmusadar yang akhirnya kamu dapat lebih mengenal diri sendiri, mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirimu, sehingga harapannya kamu dapat mengevaluasi diri agar tidak mengulanginya lagi.

2. Mengubah Self-Talk Negatif

Ketika penyesalan muncul dalam diri, seringkali pikiran secara tidak sadar mengasosiasikan kata-kata negatif untuk kita konsumsi atau sering disebut self-talk negatif.

Seperti “Masa gini aja gak bisa sih”, “Apa sih yang kamu bisa?”, “Gagal mulu tiap lakuin sesuatu”, dan self-talk negatif lainnya.

Hal ini jika terus menerus dilakukan akan membuat self-love-mu menjadi rendah. Kamu semakin tidak percaya diri, menggerus harga diri, dan akhirnya kamu akan sulit berkembang setiap harinya.

Ubah self-talk negatif menjadi positif seperti “Yauda gapapa lain kali di coba lagi”, “Semangat kamu sudah cukup keras mencoba”, dan lainnya, tapi bukan toxic positivity.

Memang tidak mudah tapi harus kamu coba, agar membuatmu bangkit dari keterpurukan.

3. Melihat Perspektif atau Sudut Pandang Baru

Ketika mengalami penyesalan, perspektif dan sudut pandangmu dalam melihat masalah tersebut tak jarang negatif.

Maka coba ubahlah perspektif penyesalan ini sebagai suatu pelajaran. Pahami dan pelajari keputusan apa yang akhirnya membuatmu menyesal, sehingga ke depannya nanti kamu bisa mengambil keputusan yang tepat.

4. Evaluasi Diri

Setelah melakukan tiga cara di atas, selanjutnya adalah melakukan evaluasi pada diri sendiri dengan melakukan berbagai macam perbaikan tanpa menunda-nundanya.

Semisal kamu memiliki salah pada seseorang sehingga hubunganmu menjadi terpecah yang akhirnya kamu merasa menyesal melakukannya, maka segeralah meminta maaf dan perbaiki hubunganmu dengannya.

Karena biasanya, jika rasa penyesalan yang dirasa cukup dalam, maka bukan hanya orang lain yang kamu sakiti tetapi dirimu sendiri, maka jangan menunda-nunda untuk bisa memaafkan diri sendiri.

5. Mencoba Lagi

Kata orang bijak, “Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”, maka ketika kamu gagal, menyesal lah karena itu wajar, tetapi secukupnya saja.

Kemudian bangkit untuk terus mencobanya lagi dan lagi, karena Cristiano Ronaldo, pemain bola terbaik kelas dunia saja pernah mengalami yang namanya gagal dalam karirnya tapi karena kerja kerasnya, dia bangkit dari kegagalan, ia mampu menjadi seperti saat ini.

Memang kamu bukan Cristiano Ronaldo tapi kamu tak perlu menjadi dia, kamu cukup menjadi versi terbaik dari dirimu sebelumnya.

Penyesalan memang wajar kamu alami, tapi jangan sampai penyesalan yang kamu rasakan berlarut-larut berdiam di dalam diri.

Sulit memang jika masalah yang kamu alami begitu beratnya, tetapi sulit bukan berarti tidak bisa untuk dilakukan, kamu harus mampu bangkit dan melanjutkan hidup. Jika kamu merasakan penyesalan yang berlarut-larut hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, aku menyarankan kamu bertemu psikolog dengan mengikuti konseling di Satu Persen. Kamu akan dibantu menemukan solusi yang tepat supaya tidak berlarut-larut dalam penyesalan.

Segitu dulu dari aku, akhir kata aku mau menutup artikel ini dengan pernyataan yang coba aku rangkai untuk kamu yang mungkin saat ini sedang merasa gagal atau menyesal akibat ditinggal oleh orang tersayang.

“Hidup akan terus berjalan maka bangkitlah dari keterpurukan akibat rasa penyesalan, ingat segala sesuatu hal yang berlebihan itu dapat merugikan. Jadikan itu semua pembelajaran untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan”.

Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar cara mengatasi rasa penyesalan berlebihan, tonton video Satu Persen berikut ini video menghadapi penyesalan.

Jangan lupa untuk terus mengikuti informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Aku harap lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Thanks!

kelas-online-memaafkan-berdamai-diri-sendiri

Referensi

Gilovich, T., & Medvec, V. H. 1994. The temporal pattern to the experience of regret. Journal of  Personality and Social Psychology. 67(3): 357-365. https://doi.org/10.1037/0022-3514.67.3.357

Zeelenberg, M, & Pieters, R. 2007. A theory of regret regulation 1.0. Journal of Consumer Psychology. 17(1): 3-18. Diunduh dari https://www/tilburguniversity.edu/upload/ea

Read More
judi

Apakah Kamu Ingin Bunuh Diri (Penyebab Manusia Bunuh Diri)

Oke, mungkin artikel kali ini akan sedikit dan sensitif terkesan mengerikan, bahkan menyeramkan, karena tema yang diangkat dan dibahas akan berkaitan dengan bunuh diri. Yap, bunuh diri. Tapi, ini bukan ajakan untuk kalian melakukannya. Melainkan akan sedikit membahas terkait kenapa orang bisa berpikiran untuk bunuh diri, apa saja faktor yang memengaruhinya, dan bagaimana cara menanganinya.

Topik dan bahasan seperti ini tentunya jarang, bahkan tidak akan pernah kalian dapatkan di sekolah pada umumnya. Namun, faktanya tiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan ini.

Oleh karena itu, simak terus artikel ini sampai selesai jangan lupa untuk di share ke seluruh teman-teman mu supaya mereka juga mendapatkan insight yang sama juga denganmu. Dan yang terpenting agar kalian semua juga lebih aware dengan diri sendiri serta lingkungan sekitar.

Kenapa Orang Bisa Bunuh Diri

Artikel kali ini dibuka dengan judul di atas, kenapa orang bisa bunuh diri. Pernah gak sih kalian bertanya dalam diri ‘kenapa ya orang bisa sampai melakukan aksi percobaan bunuh diri’ atau ‘apakah aksi ini sudah sampai menelan banyak korban jiwa?’ atau ‘seberat apakah masalah yang dipikulnya hingga pikirannya dengan lancang menyuruh untuk melakukan tindakan bunuh diri, yang dirasa mampu mengatasi beban hidup’.

Data yang dilansir dari WHO Global Health Estimate menyatakan bahwa pada tahun 2016 jumlah kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia mencapai 793.000 kematian atau 10,6 kematian per 100.000 penduduk. Hal ini setara dengan 1 kematian tiap 40 detik. Wow! Angka ini terbilang tinggi, ditambah fakta bahwa bunuh diri juga termasuk penyebab dari 1,4% kematian di seluruh dunia. Bahkan juga masuk pada peringkat 18 penyebab kematian terbanyak!

Bunuh diri sendiri juga merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kelompok usia muda dan produktif yakni 15-29 tahun. Kelompok usia tersebut dianggap rentan menghadapi dilema akibat memasuki fase kehidupan yang sering disebut dengan istilah Quarter Life Crisis. Kematian tertinggi jatuh pada jenis kelamin laki-laki dan sebesar 79% terjadi di negara yang berpendapatannya rendah dan menengah.

Lantas, apa yang menjadi penyebab terbesar orang bisa melakukan tindakan bunuh diri? Berikut adalah enam penyebab yang coba aku kutip dari Healthline, di antaranya:

1. Depresi

Termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya mengalami suasana hati yang buruk dan cenderung tidak stabil. Sehingga dapat memengaruhi tindakan, pikiran, perilaku, kecenderungan, dan perasaan seseorang.

2. Gangguan bipolar

Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis, menjurus ekstrem. Seseorang yang menderita ini akan mudah mengalami gejala mania (merasa sangat senang sekali) dan depresi (merasa sangat hancur dan terpuruk).

Contoh gangguan bipolar yang sempat viral beberapa tahun terakhir adalah ketika video seorang artis cilik, Marshanda, menari-nari, sedih, hingga tertawa-tawa dalam satu waktu bersamaan. Menandakan bahwa saat itu ia belum memiliki keseimbangan emosi dan jika dibiarkan bisa berakibat fatal.

3. Trauma masa kecil

Hal ini bisa terjadi salah satu faktornya mungkin di dalam keluarga ada riwayat dan upaya melakukan bunuh diri, pernah melihat perilaku bunuh diri, dan pernah menjadi korban pelecehan atau bullying di sekolah. Luka pasca trauma inilah yang jika belum sembuh total nantinya akan memperbesar peluang seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

4. Memiliki penyakit kronis

Penyakit kronis identik dengan penyakit yang sulit sekali untuk bisa disembuhkan. Bahkan ada beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Hal inilah yang membuat beberapa penderitanya kerap mengalami depresi, rasa keputusasaan, dan gangguan mental lainnya. Sehingga jika tidak ditangani dengan cepat maka tak jarang bunuh dirilah yang mereka ambil untuk jalan keluarnya.

5. Gangguan kesehatan mental

Gangguan mental yang dialami berlarut-larut dapat berupa gangguan kecemasan, gangguan emosi, gangguan kepribadian, sulit tidur, rasa kehilangan orang tersayang, dan lain sebagainya.

Jika hal ini dibiarkan terus berlarut-larut, akan membuatmu memiliki peluang yang besar untuk melakukan bunuh diri. Maka sadarilah mulai sedari dini. Akui, jangan pungkiri. Terima itu, lalu coba kamu selesaikan sendiri atau meminta bantuan kapada yang ahli.

6. Kesulitan mencari bantuan dan dukungan

Terkadang tak semua orang memang dapat mengerti masalah yang kita alami. Ingin cerita ke teman, tapi tak sedikit juga yang selalu membanding-bandingkan masalah yang kita ceritakan dengan masalah yang mereka alami. Katanya “Halah, baru segitu doang uda sedih, aku dulu pernah lebih parah lagi” atau “yaelah sedih mulu, bangkit kali! Masih muda semangatlah”, dan berbagai macam tanggapan lainnya.

Ingin datang ke psikolog takut dicap gila karena berbagai macam stigma yang saat ini masih ada di masyarakat. Akhirnya, merasa kesulitan untuk mencari bantuan dan dukungan.

Maka, Satu Persen di sini hadir untuk memberikan pengetahuan terkait kesehatan mental serta mengatasi berbagai macam gangguan kesehatan mental, salah satunya  layanan konseling online. Di sini kamu bisa menceritakan masalahmu dan mendapatkan solusi terbaik karena layanannya langsung ditangani oleh psikolog berpengalaman. Selain itu, Satu Persen memiliki koleksi tes online, salah satunya adalah tes sehat mental gratis yang bisa kamu coba nih.

Part--1---Introduction-to-Digital-Marketing-1

Upaya Pencegahan Bunuh Diri

Bunuh diri sampai saat ini belum didapatkan penyebab pastinya karena bunuh diri berkaitan juga dengan faktor seperti genetik, psikologik, organbiologik, dan sosiokultural, di mana faktor ini dapat saling melemahkan satu sama lain bahkan menguatkan terjadinya tindakan bunuh diri.

Pencegahan tindakan bunuh diri dapat dilakukan dengan langkah awal sebagai berikut. Pertama, gali ide bunuh diri yang mungkin dilontarkan dan dibahas oleh teman atau sanak keluarga secara perlahan-lahan.

Kedua, beri perhatian dan rasa peduli ketika melihat orang yang kalian kenal menunjukan tanda-tanda yang rentan untuk melakukan bunuh diri. Ingat, perhatian dan peduli kepada orang yang rentan ingin bunuh diri bukan sebagai modus untuk kalian dekati yang nantinya malah berujung sakit hati, yaa!

Ketiga adalah mengenali tanda-tandanya yang dapat kalian ketahui sebagai berikut:

1. ­Membicarakan tentang bunuh diri dan kematian

2. Mencari akses senjata api

3. Menarik diri dari pergaulan

4. Perubahan suasana hati ekstrem

5. Merasa putus asa, cemas, gelisah berlebihan

6. Konsumsi alkohol meningkat

7. Mulai memberikan barang-barang pribadi

8. Menyakiti diri sendiri

Maka sadarilah sedari dini tanda-tanda yang mungkin kamu atau temanmu miliki, sehingga nantinya bisa saling peduli. Hindari yang namanya toxic positivity, menasihati dan menyemangati tanpa mengetahui masalah yang mungkin temanmu alami.

Berbicara positiflah kepada temanmu yang sedang putus asa, kecewa, dan memiliki tanda-tanda seperti di atas memang tidak sepenuhnya salah tetapi hal yang perlu kalian ingat adalah ketahui dahulu akar masalah temanmu.

Dengarkan dia dan jangan langsung menasihati! Sebagian dari orang yang memiliki tanda-tanda di atas hanya perlu didengarkan keluh kesahnya. Sediakan telinga untuk mendengar bukan mulut yang terus menerus bicara, karena:

”Hal yang perlu kalian ketahui adalah tidak bisa membanding-bandingkan luka dengan luka karena setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda”

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Jika kamu atau kerabat kamu membutuhkan bantuan tenaga profesional, kamu  bisa mengikuti layanan konseling yang dimiliki oleh Satu Persen untuk membantumu memecahkan masalah yang tidak dapat kamu tangani sendiri karena kamu akan dibantu oleh ahlinya.

Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar cara mengatasi rasa depresi tonton video Satu Persen di bawah ini. Jangan lupa buat terus pantengin informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial

Buat kamu yang masih penasaran tentang dunia kesehatan mental dan self-developement, bisa banget buat berkunjung ke channel Youtube Satu Persen! Kamu juga bisa baca-baca artikel lainnya dari Satu Persen dengan langsung kunjungi blog Satu Persen atau dengerin kisah-kisah insightful melalui Podcast Satu Persen.

Segitu dulu dari aku, aku harap lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu kuat dan bisa bangkit lagi dan lagi serta bisa berkembang menjadi lebih baik dan menuju #HidupSeutuhnya, seenggaknya Satu Persen setiap hari.

Aku Chandra, thanks!

Referensi

https://www.pustadin.kemenkes.go.id/Infodatin-Situasi-dan-Pencegahan-Bunuh-Diri

Raypole C. 2019. 6 Suicide Question You Weren’t Sure How to Ask. Medically reviewed by Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. https://www.healthline.com/health/why-do-people-commit-suicide

WHO Global Health Estimates  (http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/estimates)

Read More
judi

Kenali Gejala Fisik Kamu Depresi

kenali-gejala-fisik-kamu-depresi
Satu Persen – Sakit Fisik atau Depresi

Hi, Perseners! Selamat datang di artikel aku, ya. Buat yang belum kenal, aku, Keysha, dan di sini sebagai Associate Writer.

Nah, Perseners, ada nggak, sih, yang sering kepikiran soal kondisi well-being kalian sebagai manusia? Misalnya ketika kalian sering pusing, sakit perut, mual, atau mungkin sakit punggung terus kalian jadi mikir “sebenarnya gue sakit fisik biasa atau jangan-jangan depresi ya?”

Hmm, emang, sih, isu mengenai depresi ini belum sepenuhnya diperhatikan sama orang-orang terutama yang menyangkut gejala secara fisik.

Seringkali, orang-orang di sekitar kita atau bahkan diri kita sendiri pun masih jarang yang aware sama hal tersebut dan menganggap gejala itu sebagai sakit fisik biasa.

Tapi, apa iya beneran kayak gitu? Gimana kalau seandainya sakit fisik yang kalian alami itu merupakan gejala-gejala kalau sebenarnya kondisi mental kalian lagi nggak sehat?

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Oleh karenanya, di artikel kali ini aku akan bahas, sebenarnya ada nggak sih gejala-gejala fisik yang menandakan depresi dan gimana cara untuk membedakan apakah kita sakit fisik biasa atau bukan.

So, baca artikel ini baik-baik, ya!

Aku Sakit Fisik atau Depresi?

Depresi.

Kalian pasti udah familiar banget sama satu kata itu. Meskipun familiar, tapi mungkin diantara kalian masih ada yang belum paham sama gejala-gejala dari depresi ini.

Seringkali, orang yang memiliki depresi mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek emosional. Misalnya, sedih terus menerus, merasa putus asa, mood yang gampang berubah, susah berkonsentrasi, dan lain sebagainya.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik‌‌

Tapi, ternyata gejala depresi nggak hanya sebatas aspek emotional melainkan juga aspek fisik dan ini udah dibuktikan sama penelitian. Sebuah penelitian dari Madhukar H. Trivedi, bilang kalau depresi ini bisa menimbulkan gejala fisik yang menyakitkan.

Munculnya gejala fisik tersebut dikarenakan depresi dan rasa sakit memiliki jalur neuro-kimiawi yang sama, keduanya dipengaruhi oleh serotonin dan norepinefrin.

Sayangnya, orang-orang masih banyak yang belum aware akan hal ini. Nggak jarang juga di dalam masyarakat depresi ini masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau mitos.

Pernah nggak, sih, kalian denger cerita dari temen-temen kalian atau mungkin kalian ada yang mengalami sendiri–pas kalian concern tentang kondisi fisik kalian dan takut kalau itu merupakan gejala depresi, terus respon orang-orang cuma “ah, perasaan lo aja kali.” atau yang lebih parahnya “lo kurang ibadah kali, makanya sampe ngerasa kayak gitu.”

Padahal, gejala fisik yang dialami bisa menjadi tanda-tanda awal apakah kalian punya kecenderungan untuk mengalami depresi atau nggak.

Hal ini seharusnya dapat digunakan untuk melakukan usaha preventif bukannya malah menganggap depresi sebagai suatu hal yang nggak real dan mitos.

Secara umum, semakin parah gejala fisik yang dialami, kemungkinan besar semakin parah juga tingkat dari depresinya. Nah, simak yuk, kira-kira apa aja, sih, gejala fisik dari depresi.

Baca juga: Cara Mengatasi Depresi Secara Mandiri

Apa Aja Gejala Fisik dari Depresi?

1. Kelelahan secara terus-menerus

Kelelahan ini adalah hal yang wajar dialami semua orang. Tapi, ada sedikit perbedaan antara kelelahan karena abis menjalani aktivitas sehari-hari dengan kelelahan yang merupakan indikasi dari depresi. Kelelahan yang merupakan indikasi depresi terjadi secara konsisten.

Menurut Dr. Maurizio Fava, seorang Direktur di Clinical Research Program, Rumah Sakit Umum Massachusetts, bilang kalau seseorang yang mengalami depresi akan tetap merasa lelah ketika bangun pagi meskipun orang itu udah tidur dengan waktu yang cukup.

Rasa lelah ini seringkali menyebabkan kita sulit untuk berkonsentrasi, mudah tersinggung, apatis, dan rasanya berat banget untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

2. Nyeri punggung atau nyeri otot di sekujur tubuh

David Robertson dan kawan-kawannya melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara nyeri punggung bawah dengan depresi dan somatisasi, dan hasil penelitian menyatakan ada–depresi dan somatisasi bisa menyebabkan seseorang mengalami nyeri punggung bagian bawah.

Hal ini bisa dijelaskan karena depresi dapat melemahkan respon sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Jika sistem kekebalan tubuh kita lemah, otomatis kita akan lebih rentan untuk mengalami rasa sakit, seperti nyeri punggung, nyeri otot, atau bahkan penyakit yang lain.

3. Sakit Kepala

Gejala yang satu ini mungkin terkesan sepele karena emang mayoritas orang pernah mengalaminya. Saking umumnya, banyak dari kalian yang justru nggak aware kalau sakit kepala yang dialami bisa jadi bukan sakit kepala biasa.

Perlu kalian perhatikan apabila sakit kepala yang kalian alami terjadi hampir setiap hari secara konsisten karena bisa jadi ini suatu indikasi awal kalian mengalami depresi.

Sakit kepala yang mengarah ke indikasi depresi dikenal dengan nama “tension headache. Meskipun, belum tentu semua “tension headache” itu berarti tanda depresi, loh, ya!

Namun, nggak ada salahnya kalau mulai dari sekarang kalian belajar menanamkan awareness ke diri sendiri soal hal-hal kayak gini.

4. Penurunan penglihatan

Ada sebuah penelitian dari Jerman tentang gimana depresi bisa mengubah persepsi penglihatan seseorang.

Hasil penelitian itu bilang kalau orang yang mengalami depresi berat secara signifikan kurang bisa mendeteksi perbedaan kontras warna hitam dan putih di papan catur. Fenomena ini namanyacontrast perception”.

5. Sakit perut atau masalah pencernaan

Sebuah penelitian dari Harvard Medical School bilang kalau seseorang yang mengalami perut kram, kembung, dan mual bisa jadi lagi mengalami tanda-tanda depresi.

Kok bisa? Emang gimana hubungannya?

Gini, ada sebuah fenomena yang dinamakan gut-brain connection. Simpelnya, fenomena ini tuh menjelaskan bahwa perut kita itu penuh dengan bakteri baik dan kalau ada ketidakseimbangan bakteri baik, gejala kecemasan dan depresi bisa aja muncul.

Nah, kalau kalian mau penjelasan yang lebih detail, bisa nonton video di bawah ini, ya, karena temen-temen Satu Persen juga udah pernah bahas topik ini di channel Youtube.

Youtube Satu Persen – Cara Agar Kesehatan Mental Terjaga dengan Pola Makan

GHQ Test oleh Mentor Satu Persen: Say No to Self-diagnosis!

Perseners, kalian tau nggak, sih, kalau menurut penelitian pada tahun 2000 depresi itu adalah penyebab masalah kesehatan tertinggi keempat di dunia. Artinya, dari situ kita bisa melihat bahwa sejak dulu depresi ini adalah permasalahan serius yang seharusnya ditangani dengan tepat.

Untuk bisa menangani masalah depresi dengan efektif, tentunya para tenaga ahli profesional juga memerlukan seperangkat alat ukur yang bisa mendeteksi gejala-gejala depresi, baik gejala minor maupun mayor.

Nah, di artikel kali ini aku cuma akan bahas tentang alat ukur yang digunakan untuk mendeteksi kecenderungan awal depresi, ya. Jadi, ada sejumlah alat ukur singkat namun akurat yang secara efektif digunakan untuk mengukur gejala-gejala depresi.

Sebenarnya, ada lebih dari satu jenis alat ukur, tapi, di artikel kali ini aku akan bahas soal General Health Questionnaire (GHQ).

Nah, GHQ ini aslinya ada beberapa versi pertanyaan, namun yang paling banyak dipakai adalah GHQ-12. Angka 12 disini artinya pada alat ukur tersebut ada 12 pertanyaan yang digunakan untuk menilai kondisi mental kalian.

Scoring yang digunakan dalam GHQ yaitu range angka 0 sampai dengan 36. Secara umum, semakin besar hasil score yang diperoleh, maka kecenderungan awal gangguan mental orang tersebut juga semakin besar.

Emang apa spesialnya GHQ? Kok nggak pake alat ukur yang lain aja?

Sesuai dengan namanya, General Health Questionnaire yang kalau dibahasa Indonesiakan menjadi Kuesioner Kesehatan Umum, tentunya ini mengukur kondisi kesehatan mental kalian secara umum.

Sebelum bisa memberikan diagnosis lebih lanjut, para tenaga ahli profesional, seperti psikolog misalnya, pasti memerlukan penilaian tahap awal dulu mengenai kecenderungan kondisi mental seseorang.

Gini, gini….bayangin kalian sakit terus pergi ke dokter. Kalian pergi ke dokter karena ada gejala-gejala yang kalian rasakan, tapi bisa jadi kalian belum bener-bener tau kalian itu sebenarnya sakit apa.

Makanya, pas sampe di rumah sakit pihak administrasi mengarahkan kalian ke dokter umum, tujuannya buat melakukan pemeriksaan tahap awal.

Nah, baru dari pemeriksaan tahap awal itu, kalau sekiranya ada indikasi kalian mengalami penyakit yang lebih serius, dokter umum tersebut pasti akan mengarahkan kalian untuk periksa ke dokter spesialis di bidang tertentu.

Sama halnya dengan penggunaan GHQ. Alat ini bisa membantu untuk mendeteksi kecenderungan awal kondisi mental seseorang yang sifatnya ringan, sebelum diberikan diagnosis lebih lanjut.

Selain itu, GHQ nggak cuma mengukur kecenderungan awal depresi aja, melainkan alat ini juga mengukur kecenderungan awal kecemasan, gangguan sosial, dan hilangnya kepercayaan diri secara bersamaan. Nah, kalian bisa liat gambar di bawah ini, ya, biar lebih paham.

Gambar General Health Questionnaire
Gambar General Health Questionnaire

Di sini aku juga mau mengingatkan, kalau GHQ ini nggak boleh digunakan oleh sembarang orang loh, ya. Untuk bisa memperoleh tes ini harus dilakukan oleh tenaga ahli profesional yang emang punya kualifikasi tertentu, contohnya kayak mentor-mentor Satu Persen.

Layanan konsultasi bersama Psikolog Satu Persen menggunakan GHQ setelah sesi konsultasi selesai. Nantinya, hasil dari GHQ ini bisa digunakan untuk melihat kondisi kesehatan mental kalian, apakah sekiranya perlu penanganan lebih lanjut oleh psikolog Satu Persen atau nggak.

Buat informasi selengkapnya terkait layanan Konseling Online bareng Psikolog dari Satu Persen bisa langsung aja klik gambar dibawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Jadi, apabila kalian mengalami gejala-gejala fisik kayak yang aku jelasin di atas dan kalian concern terhadap hal itu, nggak ada salahnya kalau kalian minta bantuan langsung ke orang-orang yang emang berpengalaman menangani hal-hal semacam itu.

Atau, kalau masih ragu soal layanan konsultasi apa yang paling cocok buat keadaan kalian saat ini, kalian bisa coba Tes Gratis dari Satu Persen untuk memastikan.

Akhir kata, aku mau ngingetin kalian kalau membangun awareness terhadap kondisi mental diri sendiri itu penting banget. Kalau kalian merasa kesulitan dan butuh bantuan, jangan self-diagnosis, please seek for help, oke?

Sekian dari aku–stay healthy, stay safe & stay sane!~

Referensi:

Fraga, Juli. 2019. “The 7 Physical Symptoms Of Depression We Rarely Talk About”. Healthline. Accessed February 7, 2021. https://www.healthline.com/health/mental-health/physical-symptoms-of-depression#1.-Fatigue-or-consistent-lower-energy-levels.

Gao, Fei et al. 2004. “Does the 12-item General Health Questionnaire contain multiple factors and do we need them?”. Health and Quality of Life Outcomes 2 (1): 63. Springer Science and Business Media LLC. doi:10.1186/1477-7525-2-63.

Schimelpfening, Nancy. 2020. “Physical Effects Of Depression”. Verywell Mind. Accessed February 7, 2021. https://www.verywellmind.com/physical-effects-of-depression-1066890.

Trivedi, Madhukar H. 2004. “The Link Between Depression and Physical Symptoms”. Prim Care Companion J Clin Psychiatry 6 (1): 12-16. NCBI. doi:PMC486942.

Read More
judi

5 Makanan Ini Bisa Bantu Kamu Menghilangkan Stres

5 Makanan Ini Bisa Bantu Kamu Menghilangkan Stres
Satu Persen – Makanan Ini Bisa Bantu Kamu Menghilangkan Stres

Halo! How was your day, Perseners? Kenalin aku Ruth, salah satu Associate Blog Writer di Satu Persen.

Ngabisin waktu di kosan aja seringkali bikin aku cepat stres. Hal ini berujung bikin aku jadi banyak banget makan. Karena masih stay at home, jadi gak bisa tuh nongkrong makan di burjo alias warung bubur kacang ijo. Alhasil, aku lebih sering pesan lewat aplikasi online.

Baca juga: 11 Bulan Pandemi: Gangguan Kecemasan Mulai Timbul

Kalo lagi stres, udah deh… Rasanya jari lebih gampang buat klik makanan ini itu karena judulnya ‘self reward’. Ditambah lagi, praktis banget kalo pake aplikasi. Gak perlu ke warung. Tiba-tiba dari martabak sampe seblak udah nyampe ke rumah.

Enak, sihWalaupun aku tahu makanan kayak gitu gak sehat, tapi seringkali mood aku jadi lebih netral abis makan. Dan, kamu tahu gak? Sebenarnya ada, loh, makanan-makanan yang emang ampuh buat ngilangin stres dan bikin mood jadi bagus.

Nah, daripada besok-besok kamu beli makanan yang random, yang akhirnya ngaruh buruk ke tubuh ataupun mood kita. Mendingan, lo coba simak nih artikel di bawah ini sampe selesai buat tau makanan yang lebih ampuh buat ngilangin stres kamu!

Kenapa Banyak Makan Pas Stres?

Sebelum aku bahas ke makanan. Kita bahas dulu tentang fenomena stres dan makanan.

Bisa dibilang, banyak banget orang yang kalo mereka stres, mereka itu makan. Emang gak semua sih. Dan ini juga bergantung sama beberapa faktor.

Nah, terus kenapa beberapa orang banyak makan pas stres? Umumnya bisa karena,

1. Situasi

Misalnya kamu stres karena habis kerja, sekolah, atau kegiatan lainnya. Mungkin aja kamu mengaitkan rasa stres itu dengan sensasi lapar atau gak ada tenaga. Jadi, pikiran kalo kamu lapar dipengaruhi oleh rasa lapar yang normal (kekurangan energi) dan kelaparan hedonis (yaitu dorongan, perasaan, dan pikiran tentang makanan).

Sumber: Pinterest

2. Faktor Kepribadian

Kepribadian kamu bisa menentukan cara kamu memotivasi dan mengatur dirimu dalam mengonsumsi makanan. Ada orang yang impulsif jadi gak mempertimbangkan konsekuensi dari mengonsumsi makanan yang gak sehat. Ada juga beberapa orang yang lebih responsif buat ningkatin mood-nya dengan junk food.

Coba juga: Tes Kepribadian MBTI

Hal ini bisa kamu tangani dengan lebih mengenali dulu sikapmu gimana kalo lagi stres. Misal kamu orang yang impulsif, sebelumnya bisa catat di notes hp cara apa aja sih yang baik buat kamu dalam nanganin pikiran negatif itu. Supaya kedepannya kamu gak perlu wara wiri lagi atau buat keputusan dengan makan makanan yang gak sehat.

Kalo kamu mau tahu lebih jauh cara menyikapi stres, coba tonton aja video di bawah ini!

3. Faktor Biologis

Salah satu faktor biologis yang berkaitan erat sama perilaku makan pas stres adalah status berat badan. Dibandingin sama orang dengan berat badan yang lebih rendah, orang dengan berat badan yang lebih cenderung makan berlebihan setelah mengalami perasaan gak menyenangkan.

Hal ini bisa dipicu karena kebiasaan sehari-hari juga yang ngikut pas emosi negatif menyerang. Jadi, karena memang terbiasa makan makanan gak sehat, ngelakuin itu pas stres udah jadi hal yang lumrah.

Memang alasan makan pas stres bisa bermacam-macam. Tapi, kamu bisa coba antisipasi hal-hal di atas. Misalnya, kalo kamu mau beli makanan yang gak sehat. Coba pikirin nanti kedepannya kamu bakal lebih susah buat milih makanan sehat dan makanan yang cuman penuhin nafsu kamu aja.

Jadi, makanan yang sehat untuk dikonsumsi pas stres itu kayak gimana?

5 Makanan Ampuh Bantu Hilangkan Stres

1. Makanan Berserat

Maksud makanan berserat disini kayak kacang-kacangan. Mungkin kamu sudah tau, kalo kacang-kacangan itu kaya nutrisi. Tapi, kacang juga punya vitamin B sama asam lemak sehat dalam diri mereka, loh.

Dalam penelitiannya, E.Meyerowitz bilang kalo vitamin B itu bisa bantu mengurangi stres. Khususnya, vitamin B1, B2, B3, B6 dan B12 bantu ngejaga kesehatan sistem saraf. Di sinilah vitamin itu masuk ke sistem saraf yang memicu stres dan bisa melawan gejala stres secara efektif.

Selain kaya vitamin B, kacang dan biji-bijian juga tinggi magnesium yang bisa menangani kecemasan lebih baik. Kamu bisa banget coba ngemil almond, kacang mede, kenari, atau lainnya. Tapi, ingat juga buat batasi porsi sekitar segenggam sehari ajaa buat menghindari kalori berlebih.

Misal kamu alergi kacang, bisa juga coba oatmeal. Campur oatmeal sama buah-buahan biar gak terlalu hambar. Atau coba tonton video-video masak gimana variasiin oatmeal supaya kamu gak bosan.

2. Makanan Hijau

Kalo kamu alergi kacang atau terlalu mager bikin oatmeal, tenang aja. Sayuran hijau juga ada yang kaya nutrisi dan vitamin B, kok. Bahkan sayuran ini gampang banget kamu temui di warteg.

Gambar oleh Karolina Grabowska dari Pixabay

Sayuran hijau kayak bayam atau seledri mengandung folat yang bisa bantu tubuh menghasilkan dopamin alias zat kimia otak yang merangsang rasa bahagia. Menurut Harvard Health Publishing (2007), orang yang konsumsi banyak folat punya gejala depresi yang lebih rendah daripada mereka yang makan paling sedikit.

3. Makanan dengan Vitamin C

Beberapa penelitian bilang kalo vitamin C bisa bantu meredakan stres. Salah satunya dalam The Journal of Nutritional Biochemistry (2020), disebutkan kalo vitamin C bisa lebih cepat dalam membersihkan kortisol. Kortisol sendiri itu hormon utama stres yang meningkatkan gula dalam aliran darah.

Kamu bisa coba nih, makan buah-buahan yang kaya vitamin C. Kayak stroberi, jeruk, atau kiwi. Kalo bosan sama mentahannya, bisa juga dibikin jadi jus. Tapi, usahakan tetap yang murni ya bukan sebatas perasa aja!

4. Cokelat Hitam

Kabar baik buat kamu penyuka cokelat! Cokelat hitam bisa mengurangi stres dengan dua cara – dari dampak kimianya sama dampak emosionalnya. Cokelat berasa kayak kesenangan yang bisa dimakan kalo buat orang-orang yang suka. Dan perasaan itu sendiri udah bisa bantu mengurangi stres, kalo kata E.Meyerowitz.

Sumber: Pinterest

Cokelat hitam yang kaya antioksidan bisa bantu mengurangi stres dengan menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh. Tapi, Meyerowitz juga titip pesan untuk menikmati cokelat hitam secukupnya aja, ya. Secukupnya menurut beliau itu makan hanya seperempat dari batang coklat hitam kecil (sekitar 1 ons) dalam sehari.

5. Probiotik Bukan Prebiotik

Last but not least. Menurut Harvard Health Publishing lagi, makanan dengan kandungan probiotik bisa nanganin stres karena meningkatkan pencernaan dan penyerapan nutrisi. Kayak tempe, yogurt, acar, atau kimchi juga bisa jadi pilihan kalo kamu senang makanan Korea.

Perlu diingat kalo kesehatan usus juga penting dalam menangani stres. Karena usus terhubung sama sistem saraf di saluran pencernaan yang disebut sistem saraf enterik, dan sistem saraf pusat, yang mencakup otak. Jadi, bisa dibilang kesehatan usus kamu punya korelasi langsung sama meningkatnya kecemasan dan depresi.

Nah, kayak yogurt juga, minuman fermentasi lainnya kayak susu yang mengandung Lactobacillus casei juga bisa meningkatkan kadar serotonin untuk mengatasi stres kamu.

Makanan-makanan yang kusebutin di atas memang bisa menenangkan pikiran sama perasaan kamu. Tapi, gak bisa dipungkiri juga kalo mereka semua sifatnya sesaat aja. Ibaratnya cuman pain killer gitu, tapi gak menyelesaikan masalah atau menuntaskan perasaanmu.

Apa kamu mau menangani stres hanya dengan makan terus?

Jadi, kalo dirasa perasaan stres itu udah ganggu kamu dalam menjalani aktivitas sehari-hari, kamu bisa mengikuti layanan mentoring yang disediakan oleh Satu Persen. Nantinya, kamu bakal dikasih tahu penanganan yang baik untuk mengatasi stres yang kamu alami.

Selain bisa cerita dan mencari jalan keluar dari masalahmu bareng Mentor Satu Persen, kamu juga bisa dapat banyak benefit lainnya, loh! Untuk benefitnya cukup klik aja gambar di bawah ini, ya.

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih lagi menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya. Terima kasih dan sampai jumpa!

References

Blackmores. (2020, June 3). Vitamin B for Stress. Blackmores.com. Retrieved April 26, 2020, from https://www.blackmores.com.au/energy/vitamin-b/vitamin-b-for-stress#:~:text=Vitamins%20B1%2C%20B2%2C%20B3%2C,fight%20the%20symptoms%20of%20stress

Emamzadeh, A. (2019, January 2). Why We Engage in Emotional Eating. Psychological Today. Retrieved April 27, 2020, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/finding-new-home/201901/why-we-engage-in-emotional-eating#:~:text=Perhaps%20because%20they%20associate%20feelings,%2C%20and%20thoughts%20about%20food

Kubala, J. (2020, June 8). 18 of the Best Stress-Relieving Foods. healthline.com. Retrieved April 27, 2021, from https://www.healthline.com/nutrition/stress-relieving-foods#6.-Organ-meats

Lawson, W. (2003, February 4). Eat Right To Fight Stress. Psychology Today. Retrieved April 27, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/articles/200302/eat-right-fight-stress

Siegel, K. (2019, March 26). The 10 best Foods to Help Fight Stress. Everyday Health. Retrieved April 26, 2021, from https://www.everydayhealth.com/diet-nutrition-pictures/how-to-reduce-stress-with-diet.aspxtress.

Read More
judi

Tanda-tanda Kamu sedang Kesepian (Cara Bebas dari Rasa Kesepian)

Tanda-tanda Kamu sedang Kesepian (Cara Bebas dari Rasa Kesepian)
Satu Persen – Tanda-tanda Kamu sedang Kesepian

“Cause I’ve had everything
But no one’s listening
And that’s just so so lonely.”

Buat perseners yang suka Justin Bieber pasti udah ngga asing lagi dong sama lirik lagu di atas? Yap, itu adalah lagu Justin Bieber yang judulnya Lonely.

“Lho, tapi kok Justin Bieber yang segitu terkenalnya bikin lagu tentang kesepian? Masa sih JB ngerasa sendirian? Bukannya dia punya banyak teman dan fans yang selalu support dia?”

Perseners sendiri pernah ngga sih ngerasa kesepian? Merasa kalau sebenarnya dikelilingi oleh banyak orang tapi malah merasa kosong. Sebenarnya punya orang yang bisa dipercaya tapi merasa kurang interaksi? Atau berada di lingkungan baru dan merasa ngga ada yang sepemikiran dengan kamu sampai kamu merasa sendirian?

Nah, itu dia yang mau aku bahas di artikel kali ini, yaitu tentang kesepian. Jadi, baca artikel ini sampai habis ya biar bisa dapat insight yang berguna buat kamu, terutama kalau kamu pernah atau lagi ngerasa kesepian.

Tapi sebelum masuk ke penjelasan soal kesepian, kurang afdol kalau belum kenalan dulu, nih. Hai Perseners! Aku Gaby, Part-time Blog Writer Satu Persen.

lonely meme
cr: sayingimages.com

Apa Itu Kesepian?

Kesepian menurut Dr. Stephanie Cacioppo, Asisten Profesor Universitas Chicago, adalah ketika adanya perbedaan antara apa yang kamu harapkan dengan apa yang kamu alami. Jadi, ada PERBEDAAN HARAPAN, ya. Di satu sisi kamu berharap ada teman, tapi di realita, kamu ngga punya teman. Nah, itu adalah kesepian.

Jadi, kesepian itu adalah keadaan pikiran, karena ngomongin soal perbedaan harapan yang kamu punya. So, kalau kamu sendirian secara fisik belum tentu kamu merasa kesepian. Bisa aja harapan kamu memang begitu. Kamu memang berharap pengen sendiri, jadinya nyaman.

Sebaliknya, kamu bisa merasa kesepian meskipun berada di tempat yang ramai. Karena kesepian ngga ngomongin fisik, tapi ngomongin soal harapan kamu. Kalau di keramaian ternyata ngga sesuai dengan harapan kamu, maka kamu akan merasa kesepian.

Siapapun bisa mengalami perasaan kesepian. Itu wajar kok. Perasaan ini ngga pandang bulu kalau datang. Bahkan di saat kamu memiliki pasangan, rumah yang mewah, teman yang banyak, penghasilan berlimpah, dan pendidikan yang tinggi. Hal itu ngga menjamin kamu bisa terhindar dari rasa kesepian. Makanya seorang Justin Bieber pun bisa merasakan perasaan tersebut.

Kesepian itu dapat berbahaya, baik bagi kesehatan mental maupun fisik kita. Terbukti dari survei Into The Light dan Change.org tentang kesehatan mental yang dilakukan pada lebih dari 5000 partisipan di enam provinsi di pulau Jawa yang menunjukkan bahwa hampir semua (98%) dari partisipan mengalami kesepian. Dua dari lima partisipan bahkan memilih buat mengakhiri hidupnya atau melukai dirinya sendiri dalam dua minggu terakhir saat survei. Duh, bahaya banget kan, Perseners?

Baca juga: Hari Gini Namun Masih Kesepian? Say No!

Tanda Kamu Lagi Kesepian

Perseners, untuk bisa mengatasi rasa kesepian kamu perlu peka dulu sama perasaanmu sendiri. Gimana caranya? Kamu perlu kenalin tanda-tanda kalau kamu udah mulai merasa kesepian. Apa aja tanda-tandanya?

1. Kamu jadi Susah Tidur

Bolak-balik, ganti posisi tidur, tetap aja ngga bisa tidur? Perasaan kesepian ternyata bisa mengganggu kualitas tidur kamu. Kamu jadi susah tidur dan sering bangun tengah malam. Alhasil itu bakal mengganggu produktivitas kamu di siang hari karena jadi ngga bisa fokus dengan pekerjaan dan aktivitasmu.

Baca juga: Susah Tidur? 5 Minuman Herbal Ini Bisa Bantu Mengatasi Insomnia

2. Kamu jadi sering merasa cemas

Mungkin kamu pernah berpikir kalau ngga ada yang bisa memahami kamu dan ngga ada tempat buat menuangkan ceritamu. Itu membuat kamu jadi memilih untuk diam aja, lebih banyak merenung, dan ngga mengungkapkan apa yang ada di pikiranmu dengan suara atau kata-kata untuk waktu yang lama. Hal ini bisa berdampak pada perasaan ngga berdaya dan meningkatnya hormon stres kamu sehingga otakmu berpikir bahwa kamu sedang ada dalam bahaya. Padahal, sebenarnya kamu baik-baik aja.

3. Sendirian udah ngga menyenangkan lagi

Buat kamu yang introvert pasti menganggap “sendirian” itu surga dunia, apalagi kalau habis terjebak di situasi yang memaksa kamu untuk terus bersosialisasi. Sendiri biasa dipakai untuk para introvert men-charge diri setelah lelah berinteraksi. Tapi kalau kamu merasa sendiri udah ngga bikin kamu nyaman lagi dan malah bikin kamu cepat emosi, kamu udah mulai harus bertanya apa yang terjadi.

lonely pikachu
cr: giphy.com

Cara Mengatasi Rasa Kesepian

Seringkali kita mengabaikan rasa sepi karena terbiasa sendirian sampai ngga sadar kalau udah merasa kesepian. Rasa kesepian yang berkelanjutan bisa membahayakan diri kamu karena bisa berpotensi berubah menjadi depresi.

Lalu, gimana caranya dong biar ngga terus-terusan merasa seperti ini? Nah, di bagian ini aku bakal bahas tentang cara bebas dari rasa kesepian.

1. Rasakan perasaan kamu

Kamu harus terlebih dahulu mengakui apa yang kamu rasakan secara apa adanya. Bahwa rasa kesepian ini adalah pengalaman yang juga dirasakan oleh orang lain disaat yang bersamaan denganmu. Jangan dipendam. Jangan dihindari karena itu ngga bakal bikin perasaan kesepianmu hilang tapi malah makin kuat.

Ungkapin perasaanmu. Kalau teriak bisa bikin kamu lega lakuin aja, atau kalau kamu mau mengeluarkan emosi dengan nangis juga sah-sah aja, kamu bisa menulis jurnal tentang perasaanmu, cerita dengan orang terdekat, dan bicarain masalahmu dengan orang yang ahli di bidangnya.

2. Jaga hubungan baik dengan teman atau keluarga

Menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat bisa menjadi solusi dari rasa kesepian. Meskipun pandemi membatasi ruang gerak kita untuk saling bertemu, teknologi bisa membantu mendekatkan diri dengan orang-orang yang kita sayangi.

Chat, telepon, atau video call bisa menambal rasa kangen dan mempererat hubungan. Sekadar menanyakan kabar, memulai percakapan ringan, bisa membuat ujung bibir kita tiba-tiba melengkung ke atas tanpa kita sadari, lho. Nyatanya membina hubungan antarmanusia bisa bikin rasa kesepianmu berkurang.

3. Lakukan hal yang bisa buat kamu bahagia

Hal sesimpel olahraga, dengerin lagu favorit, nonton film series, baca buku, masak, dan melakukan hal-hal yang kamu suka lainnya bisa mengusir rasa kesepian kamu, lho. Seringkali kita terlalu fokus dengan kerjaan, tugas, deadline yang bikin kita jadi lupa sama keadaan sekitar dan lupa sama waktu. Jadi, kita lupa buat kasih waktu ke diri kita sendiri untuk ngelakuin hal-hal yang bisa bikin kita bahagia.

Ya, “kita lupa bahagia” mungkin itu bahasa singkatnya. Istirahat sejenak ngga papa kok, kita juga butuh bersenang-senang sebelum kembali fokus dengan pekerjaan dan tanggung jawab kita.

4. Ikut komunitas

Zaman sekarang kita dimudahkan dengan berbagai aplikasi chat dan media sosial yang bikin kita bisa terhubung sama orang lain dari belahan dunia manapun. Jadi, kamu bisa coba ikut komunitas-komunitas berdasarkan minat dan hobi yang sama secara online. Misalnya kamu lagi belajar investasi, kamu bisa bergabung dengan group chat orang-orang yang paham dan sedang belajar investasi seperti kamu.

Lewat komunitas itu, kamu bisa berbagi pengalaman dan cerita dengan mereka. Kamu juga bisa ikut kegiatan sukarela atau volunteer. Dengan ikut berbagai komunitas, kamu bisa memiliki tujuan dan merasa puas karena menjadi bagian dari sesuatu.

5. Berlatih untuk selalu bersyukur

Setiap hari kamu pasti bisa menemukan hal yang bisa disyukuri walaupun hanya untuk udara yang kamu hirup saat ini. Coba ingat-ingat tentang hubungan positif yang kamu miliki dengan orang yang ada di hidupmu walaupun dalam jarak jauh. Hargai momen-momen kecil yang bisa bikin kamu bahagia kalau mengingatnya maka kamu akan mampu melawan rasa kesepian kamu!

Perseners, walaupun rasa kesepian itu wajar dialami, kamu harus tetap waspada ya! Karena tingkat rasa kesepian yang tinggi bisa berdampak pada kesehatan mental kamu. Kamu perlu peka sama perasaan kamu sendiri karena perasaanmu itu penting. Kalau kamu ragu-ragu dengan perasaanmu, Satu Persen punya tes tingkat rasa kesepian nih YANG BISA KAMU AKSES DI SINI biar kamu bisa tau sejauh mana rasa itu kamu rasakan dan kamu jadi bisa menanganinya lebih cepat!

Kalau kamu ngga tau mau cerita ke siapa tentang rasa kesepianmu, kamu bisa ikut mentoring sama mentor dari Satu Persen. Intinya perasaanmu itu penting jadi jangan dihindari apalagi diabaikan.

Mentoring-5

Akhir kata aku cuma mau bilang, jangan merasa sendirian lagi ya, Perseners. Fighting!

Referensi:

Catherine. (2019, 9 June). 7 Sign You May Be Lonely. Psych2Go (video). https://www.youtube.com/watch?v=_VcHuQt3fYY

Aguirre. L. (2021, 8 July).  6 Ways to Cope with Feelings of Loneliness: How to approach this feeling with curiosity and self-compassion. Retrieved on September 22, 2021 from https://www.psychologytoday.com/us/blog/modern-dating/202107/6-ways-cope-feelings-loneliness.

Read More
judi

Ini Tanda-tanda Kalau Kamu Mengalami Kelelahan Mental

Halo, Perseners! Kenalin gue Zahra, salah satu Blog Writer Satu Persen.

Dulu waktu berada di semester akhir perkuliahan, gue pernah yang namanya ngerasain stres berkepanjangan. Gue yakin kondisi ini juga dirasakan temen-temen yang berada di semester akhir. Ngerjain skripsian yang nggak kelar-kelar, nungguin balesan e-mail dan revisi dari dosen pembimbing, juga  di sisi lain ngeliat temen-temen yang satu per satu lulus bikin kita ke-trigger, “Aduh, gue kapan ya…?”

Rasanya tuh kayak pusing, tapi juga udah hampir kehilangan motivasi buat ngerjain. Makan rasanya nggak enak, mau beraktivitas juga nggak bersemangat. Hilang arah dan nggak fokus, tapi di otak juga rasanya banyak pikiran. Haduh!

Ternyata nih Perseners, kondisi ini dalam psikologi disebut sebagai burnout atau kelelahan emosional. Yap, yang namanya capek atau lelah ternyata nggak cuma menyerang fisik aja. Mental yang ada di diri kita ternyata juga bisa lelah.

Apa Itu Burnout?

Menurut Psychology Today, Burnout dapat diartikan sebagai rasa lelah yang dirasakan secara emosi, fisik, dan mental akibat kondisi kehidupan sehari-hari. Kelelahan ini dapat disebabkan oleh stres yang berkepanjangan atau stres yang berlarut-larut.

Baca Juga: Cara Menghilangkan Stres Berkepanjangan

Istilah ini pertama kali digunakan oleh psikiater Amerika C. Maslach pada tahun 1975. Maslach menggambarkan burnout sebagai sindrom yang gejalanya menyoroti perubahan perilaku emosional dan fisik pekerja. Umumnya terjadi pada pekerja yang pekerjaannya berhubungan dengan pelayanan kemanusiaan, seperti polisi, guru, dan perawat rumah sakit.

Namun, semakin kesini istilah burnout tidak hanya digunakan dalam dunia kerja profesional. Tetapi juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan kondisi yang sama. Sehingga burnout dapat dialami oleh siapa pun, dimana pun, dan kapan pun.

Herbert, seorang psikolog, juga menggambarkan burnout sebagai usaha berkepanjangan yang sudah dilakukan namun tidak dapat memenuhi ekspektasi, sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan mental seseorang.

Untuk lebih memahami nih Perseners, dimensi burnout secara garis besar terbagi menjadi 3 bagian yaitu kelelahan, sinisme, dan inefisiensi. Yuk, kita bahas satu-satu!

1. Kelelahan

Dimensi ini merujuk pada banyaknya energi yang dikeluarkan untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi. Ketika seseorang sudah melampaui batas maksimal yang dimiliki baik secara fisik maupun emosional, maka seseorang tersebut akan kekurangan energi untuk menerima hal-hal baru.

2. Sinisme

Sinisme mengacu pada bagaimana reaksi seseorang untuk menghadapi orang lain. Orang yang mengalami stres atau kelelahan mental, cenderung bersikap dingin atau mengurangi keterlibatan bahkan tidak terlibat terhadap sesuatu yang bersifat sosial. Sikap acuh yang dilakukan ini merupakan upaya untuk melindungi diri dari kelelahan yang dialami dan rasa kecewa yang mungkin terjadi.

3. Inefisiensi

Rasa lelah yang dialami seseorang secara terus menerus akan menciptakan inefisiensi dalam pekerjaannya. Hal ini erat kaitannya dengan timbulnya rasa kehilangan kepercayaan pada kemampuannya dan pada dirinya sendiri. Orang-orang yang mengalami burnout seringnya kehilangan motivasi untuk mengerjakan sesuatu yang bahkan sangat digemari.

meme burnout
Cr: Pinterest.com

Berbeda dengan kondisi stres yang menimbulkan cemas atau murung, kondisi burnout dapat menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi dan depresi mental loh, Perseners.

So, nggak ada salahnya untuk tau ciri-ciri burnout untuk deteksi awal dan pencegahan burnout yang berkepanjangan.

Ciri-ciri Burnout

1. Merasa energi sangat terkuras atau sangat lelah

Orang yang mengalami kelelahan emosi seringkali susah untuk fokus melakukan sesuatu. Usaha lebih yang dikeluarkan untuk fokus inilah yang membuat energi cepat terkuras dan merasa sangat lelah.

2. Memiliki perasaan negatif atau sinis dengan pekerjaan seseorang

Seperti dimensi burnout yang kedua, orang-orang yang sedang burnout seringkali lebih sensitif perasaannya terhadap sesuatu. Sensitif dalam hal ini dapat diterjemahkan dengan perasaan mudah tersinggung atau memandang sesuatu dari segi negatif.

burnout - mudah tersinggung
Cr. idntimes.com

3. Berkurangnya produktivitas kerja

Produktivitas kerja saat burnout dapat berkurang beberapa diantaranya karena hilangnya motivasi melakukan sesuatu atau merasa sudah sangat lelah sehingga tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan maksimal seperti biasanya.

Gimana Perseners, apakah kalian merasakan salah satu dari ciri-ciri di atas? Kalian bisa loh, ikut Tes Tingkat Keparahan Stres dari Satu Persen untuk memastikan lebih jelasnya. Tesnya nggak ada batasan waktu dan nggak ada jawaban benar atau salah, jadi kalian bisa enjoy ketika mengerjakan. Langsung cobain aja tesnya dengan klik di bawah ini, ya!

Coba juga: Tes Tingkat Keparahan Stres: Mengenal Diri Lebih Dalam

Kalau hasil yang Perseners dapatkan menunjukkan tingkat stres yang tinggi dan mengarah ke burnout, it’s okay. Burnout memang sebuah penyakit, tapi setiap penyakit tentu ada obatnya dan bisa diatasi kok! Meski begitu, ada baiknya juga kalau kita bisa mencegah burnout ini. Berikut ada beberapa cara untuk mencegah agar burnout tidak terjadi.

Cara Mencegah Burnout

Narkevis, Compton, dan McCarthy (1993) menyarankan beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah burnout di pekerjaan. Tapi, menurut gue ini juga bisa teman-teman terapkan di non-pekerjaan. Langkah-Iangkah yang perlu dilaksanakan antara lain adalah:

1. Job Redesign atau Mengatur Ulang Jadwal Keseharian

Cara ini digunakan agar kegiatan sehari-hari yang dilakukan tidak membosankan dan menimbulkan kelelahan. Memodifikasi atau me-redesign jadwal kegiatan kamu dapat dengan menyelipkan hobi di tengah-tengah aktivitas atau mengikuti pengembangan kapasitas keahlianmu agar meminimalisir kewalahan dalam bekerja.

2. Restrukturisasi Reward atau Merencanakan Ulang Pemberian Reward untuk Diri Sendiri

Cara ini dilakukan dengan merencanakan ulang reward atau penghargaan yang akan kamu berikan ke diri kamu sendiri ketika sudah berhasil melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawabmu. Ketika kamu menghargai diri kamu sesuai dengan pengorbanan yang diberikan maka kamu akan merasakan kepuasan kerja yang lebih tinggi.

3. Performance Management atau Mengelola Performa Keahlian

Hal ini mengacu pada bagaimana diri kamu dapat mempertahankan apa yang sudah kamu capai. Salah satu caranya yaitu dengan mendapat umpan balik atau feedback dari orang-orang di sekitar kamu. Umpan balik ini dilakukan sebagai salah satu cara berbagi rasa dengan orang-orang di lingkungan kamu.

Tapi, ketika kamu sudah terlanjur mengalami burnout, hal utama yang perlu kamu lakukan adalah istirahat. Yap! Take a break first! Ibarat hidup adalah turnamen lari marathon nih, kamu harus ambil jeda atau istirahat sebentar untuk bisa lari lebih jauh. Kalau bahasa sekarangnya mah healing dulu. Healing dengan cara dan versi kalian masing-masing.

So, itu dia beberapa hal yang bisa gue bagikan ke kalian tentang burnout. Kalau kalian mulai merasakan gejalanya dan butuh teman cerita yang bisa kasih solusi, bisa banget ikut layanan konseling dari Satu Persen.

Di akhir, gue cuma mau pesan buat jangan lupa jaga kesehatan fisik dan mental kita di tengah tuntutan tugas yang mungkin nggak ada habisnya. Sayangi diri kalian dan be happy!

Referensi:

Nankervis, A.R., ComptoR R.L., McCarthy, TE. 1993. StrategiC Human Resource Management. Thomas-Nelson. Australia Melbourne.

Andrea Castello. Burnout. Retrieved from www-psicologiadellavoro-org. Diakses 2021

Read More
judi

Sering Lupa? Bisa Jadi Kamu Mengalami Gejala Demensia

Demensia - Penyakit Lupa
Satu Persen – Sering Lupa? Bisa Kamu Mengalami Gejala Demensia

Perseners tau film Finding Nemo, ngga? Di film itu ada satu tokoh yang namanya Dory. Kalau yang udah nonton pasti tau banget betapa cepetnya Dory lupa sama suatu hal yang baru aja terjadi. Tapi kita sebagai penonton menganggap itu hal yang lucu, kan? Beda kalau kita yang ngerasain sendiri. Ya, ngga?

Nyariin HP karena lupa terakhir taruh di mana aja bisa bikin kita emosi. Apalagi kalau lupa sama berbagai hal. Pastinya itu bakal mengganggu aktivitas hidup kita banget. Kalau kamu sering lupa atau sulit buat mengingat-ingat suatu kejadian, bisa jadi kamu mengalami gejala demensia. Apa tuh demensia?

Nah, Perseners, kali ini aku Gaby Part-time Blog Writer Satu Persen bakal bahas soal demensia. So, baca artikel ini sampai habis biar bisa dapet informasi yang lengkap.

Apa itu Demensia?

demensia - penyakit lupa
Cr: since independence

Lupa sama sesuatu adalah hal yang wajar. Ngga cuma dirasakan oleh orang yang udah berusia tua tapi yang remaja pun pernah lupa. Mungkin orang menganggapnya sebagai hal yang sepele. Padahal, bisa jadi ini hal yang serius. Bahkan ada nama penyakitnya yaitu demensia.

Demensia ini adalah payung dari penyakit lupa. Jadi, demensia punya beberapa turunan penyakit seperti Alzheimer, vaskular, Lewy body, frontotemporal, dan demensia campuran.

Tapi, emang demensia sendiri itu apa? Demensia adalah suatu kondisi seseorang yang kehilangan fungsi kognitifnya seperti berpikir, mengingat, dan bernalar sampai mengganggu kehidupan dan aktivitas sehari-hari.

Parahnya adalah demensia bisa bikin kita bergantung sepenuhnya sama orang lain. Beberapa orang dengan demensia bahkan ngga bisa mengendalikan emosi mereka dan kepribadian mereka bisa berubah-ubah.

Baca juga: Mood Swing Tanpa Sebab? Yuk Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Apa Aja Tanda-tanda Seseorang Kena Demensia?

Sebelum bahas tentang tanda-tanda atau gejala seseorang terkena demensia, Perseners harus tau dulu nih, kenapa demensia bisa terjadi? Jadi, demensia terjadi saat sel saraf di otak kita berhenti bekerja, kehilangan koneksi dengan sel otak lain, dan mati.

Demensia sering terjadi seiring bertambahnya umur, tapi bukan berarti ini adalah hal yang wajar dalam proses penuaan. Setiap orang emang kehilangan beberapa neuron atau sel saraf di otak seiring bertambahnya umur. Tapi orang dengan demensia kehilangan jauh lebih banyak.

Terus, apa aja tanda-tanda kalau orang disebut terkena demensia?

1. Mengalami kehilangan ingatan

Penderita demensia susah buat mengingat sesuatu. Mereka susah buat mempelajari hal baru karena kesulitan dalam konsentrasi. Mereka juga bisa tersesat di lingkungan yang bahkan sebenarnya familiar bagi mereka. Akibat susah mengingat, penderita demensia juga seringkali menanyakan pertanyaan atau melakukan aktivitas yang sama berulang kali dan sering terjebak dalam kebingungan.

2. Kesulitan berbicara

Ternyata penderita demensia juga punya gejala susah buat memahami dan mengungkapkan pikirannya sehingga susah juga buat mereka berbicara. Mereka juga menggunakan kata-kata yang ngga biasa buat merujuk pada benda yang sebenarnya udah dikenal.

3. Halusinasi dan delusi

Gejala lainnya yang dialami oleh penderita demensia adalah halusinasi dan delusi. Mereka seakan-akan melihat sesuatu yang sebenarnya ngga nyata dan meyakini kalau itu nyata. Ini sebenarnya juga sudah masuk pada gangguan mental karena jika parah, mereka ngga bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya imajinasi.

4. Bertindak impulsif

Apa maksud impulsif? Seseorang dengan demensia bisa bertindak secara cepat dan tiba-tiba sesuai suasana hati. Masalahnya, penderita demensia suasana hatinya ngga menentu. Makanya, tindakannya bisa dengan cepat berubah di luar apa yang direncanakan dan kadang ngga beralasan. Mereka melakukan sesuatu tanpa dasar dan cenderung irasional.

Demensia - Peyakit Lupa
Cr: The Conversation

Gimana Cara Mengatasi Demensia?

Demensia yang udah mengganggu aktivitas sehari-hari kamu harus ditangani. Kenapa? Karena ini udah masuk ke gejala klinis yang bisa membahayakan baik buat diri kamu sendiri maupun orang lain di sekitarmu. Terus gimana cara mengatasinya?

Nah, berikut aku bakal jelasin cara buat mengatasi demensia.

1. Menggunakan alat pengingat

Sama seperti orang yang penglihatannya mulai menurun dan butuh alat bantu seperti kacamata atau softlens, penderita demensia juga butuh alat bantu. Alat bantu yang digunakan berfungsi sebagai pengingat. Misalnya dengan nandain kalender kamu kalau ada deadline tugas atau pasang alarm sebagai pengingat kapan harus minum obat. Kamu juga bisa selalu membawa catatan buat mencatat hal yang ingin diingat sebagai pengganti memori.

2. Merancang tempat tinggal yang berfungsi baik terhadap orang dengan demensia

Kamu juga perlu menyiapkan lingkungan yang bisa membantu memudahkan kamu dari gejala mudah lupa yang kamu rasakan. Gimana contohnya? Kamu bisa mulai dari menandai barang-barangmu dengan label sehingga ngga tertukar sama barang milik anggota keluarga lain atau orang yang tinggal bersama kamu.

3. Menyederhanakan tugas

Semakin kompleks atau ribet tugas pasti akan lebih mudah terlupakan. Jadi, coba sederhanakan tugas yang kamu punya. Pecah tugas yang besar menjadi hal-hal kecil yang bisa dikerjakan bertahap.

Misalnya kamu punya tugas presentasi. Coba pecah menjadi beberapa bagian seperti melakukan riset, buat poin-poin inti riset, bikin ppt, latihan presentasi, baru presentasi.

4. Konsultasi dengan ahli

Kalau gejala demensia yang kamu rasakan udah sangat mengganggu kamu sampai kamu benar-benar tergantung dengan orang lain, lebih baik kamu konsultasikan dengan ahli. Siapa ahli yang dimaksud? Bisa ahli saraf atau dokter spesialis gangguan otak dan sistem saraf, psikiater, atau psikolog.

Dokter bakal mempelajari apa yang terjadi di otakmu, menilai apakah seseorang punya kondisi yang bisa diobati yang berhubungan dengan kesulitan kognitif? Lalu, juga akan ada pemeriksaan fisik seperti pengukuran tekanan darah, tes darah, dan cairan lain buat memeriksa kadar berbagai bahan kimia, hormon, dan vitamin. Baru mendiagnosis seseorang terkena demensia atau ngga.

Satu Persen punya layanan konseling dengan psikolog yang bisa bantu kamu mengatasi masalah KLINIS dan memberikan diagnosa setelah konsultasi. Kamu bisa akses layanan konseling dengan klik banner di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-5

Kamu juga bisa mencoba berbagai tes gratis dari Satu Persen nih. Salah satunya tes sehat mental. Klik di sini ya!

Referensi:

NIH National Institute on Aging (NIA). (2021, 2 July). What Is Dementia? Symptoms, Types, and Diagnosis. Retrieved on October 19, 2021 from https://www.nia.nih.gov/health/what-is-dementia.

American Psychological Association. (2015). Living well with dementia. Retrieved on October 19, 2021 from https://www.apa.org/topics/aging-end-life/living-dementia.

Read More
judi

5 Alasan Psikologis Kamu Banyak Pikiran (Cara Hilangkan Overthinking)

Alasan psikologis kamu sering overthinking - Cara menghilangkan overthinking
Satu Persen – Alasan Psikologis Kamu Sering Overthinking?

Perseners sering banyak pikiran? Mulai dari gak bisa move on sama masa lalu, mikirin masa depan, kritik orang terhadap kamu, dan banyak hal lainnya? Rasanya pikiranmu terus disuruh bekerja dan gak dikasih kesempatan buat beristirahat?

Tubuh aja perlu tidur, masa pikiranmu kamu biarkan terjaga terus?

Kemampuan kita buat berpikir secara kritis bisa jadi pedang bermata dua yang perlu kita waspadai. Terlalu banyak berpikir atau overthinking, terutama pada hal yang di luar kontrol bisa berdampak buruk bagi kondisi mental kita.

Gak bisa dipungkiri kalau overthinking adalah salah satu sumber penyebab kecemasan, frustasi, dan stres. Yang artinya kita perlu berhenti overthinking.

Tapi sebelum berhenti atau menghilangkan overthinking, kita perlu tau dulu nih apa itu overthinking dan alasan yang bikin kita sering banyak pikiran. Nah, kali ini aku Gaby, Part-time Blog Writer Satu Persen bakal bahas alasan secara psikologis kenapa kamu sering banyak pikiran.

So, baca artikel ini sampai habis, ya!

Apa itu Overthinking?

overthinking meme
cr: chameleon memes

Overthinking adalah kebiasaan seseorang buat berpikir terlalu banyak dan/atau terlalu lama tentang sesuatu. Overthinking juga sering dikenal sebagai “analysis paralysis” karena dengan berpikir terlalu banyak, kamu jadi terjebak dalam pikiranmu dan membuat kamu berhenti dari mengambil sebuah tindakan.

Berpikir itu sebenarnya baik karena lewat berpikir kita punya banyak pertimbangan yang lebih matang sebelum mengambil sebuah keputusan. Kita juga bisa jadi lebih kritis terhadap suatu argumen dan masalah. Kalau kita malas berpikir, pasti sekarang kita masih bikin api pake batu.

Eh…tapi menggosok dua batu buat jadi api aja udah melalui proses berpikir, lho. Jadi, sebenarnya kita pasti perlu menggunakan pikiran kita.

Tapi, terlalu banyak berpikir apalagi sama hal-hal yang gak bisa kita kendalikan cuma bikin kamu stuck dan tenggelam dalam pikiranmu sendiri. Kamu jadi kurang mindful terhadap keadaan sekitar. Bahkan bisa berdampak ke kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan tekanan emosional.

Baca juga: Arti Overthinking: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Alasan Psikologis Kamu Sering Banyak Pikiran

banyak pikiran - menghilangkan overthinking
cr: dribbble

Memikirkan sesuatu secara berlebihan bisa jadi mengganggu aktivitas sehari-harimu. Kamu jadi kesulitan menentukan pilihan dan mengambil tindakan. Ada banyak alasan kenapa seseorang sering berpikir secara berlebihan. Dan aku bakal membahas alasan psikologis kamu sering banyak pikiran di bagian ini.

1. Pembelajaran masa kecil

Kebanyakan orang dengan kebiasaan overthinking yang parah bermula dari kebiasaan sejak kecil atau saat masih anak-anak. Misalnya saat kecil, orang tuamu selalu memanjakan kamu. Kamu gak dibolehin mencoba hal-hal baru atau kamu harus selalu mengikuti keputusan dari orang tuamu. Kamu pun jadi menebak-nebak apa yang orang tuamu pengen biar gak dimarahin dan malah kehilangan jati diri karena gak tau apa yang benar-benar kamu pengen.

Hal seperti itu bakal membuat kamu jadi meragukan pemikiranmu sendiri dan gak mampu buat bertindak. Overthinking membuat kamu terjebak dalam pikiran tanpa tindakan.

2. Ilusi kontrol dan kepastian

Perseners, yang namanya masalah kayaknya gak bisa jauh-jauh deh ya, dari kita. Gak cuma kita, tapi orang-orang di sekitar kita, bahkan orang yang dekat sama kita juga pasti punya masalahnya sendiri.

Nah, sebagai teman yang baik pasti pengen dong membantu mereka yang lagi banyak masalah? Sayangnya, kadang kita gak punya kemampuan buat membantu.

Misalnya pas pandemi kemarin, ada teman yang ekonominya memburuk tapi kita juga gak bisa bantu karena kondisi keuangan keluarga juga lagi gak baik-baik aja. Alhasil, kita malah jadi kepikiran dan khawatir tanpa bisa ngelakuin apa-apa buat nolong teman kita itu.

Hal ini adalah bentuk penyangkalan dari rasa gak berdaya. Kenapa? Karena walaupun gak membantu, berpikir tuh seringkali udah terasa seperti membantu. Ini yang dinamakan ilusi kontrol.

Nah, masih saudaraan sama ilusi kontrol, ada lagi yang namanya ilusi kepastian. Faktanya kita seringkali pengen menghindari perasaan gak pasti. Kita jadi berpura-pura kalau segala sesuatu itu bisa diprediksi. Dengan cara apa? Dengan berpikir secara berlebihan atau overthinking. Ini adalah salah satu bentuk penyangkalan dari ketidakpastian.

Menjaga diri kita terjebak dalam mode pemecahan masalah dengan berpikir cukup keras dan cukup lama tentang masalah itu, bikin kita ngerasa seperti ada solusi buat masalah kita.

3. Perfeksionisme

Perfeksionisme bukan tentang menjadi sempurna tapi tentang merasa sempurna. Orang yang perfeksionis bakal kesulitan buat menoleransi sesuatu yang terasa kurang sempurna. Mereka bakal sulit buat move on dari berbagai hal karena merasa gak sempurna. Misalnya, kamu mendapat nilai ujian 90 yang sudah termasuk bagus, tapi karena kamu perfeksionis, kamu jadi kepikiran, “Kenapa gak 100?”

4. Keuntungan sekunder

Apa tuh keuntungan sekunder? Jadi, beberapa orang terjebak dalam kebiasaan overthinking karena merasa kalau berpikir berlebihan punya manfaat sekunder. Misalnya dengan banyak berpikir bisa jadi alasan buat menunda atau menghindari seseorang membuat keputusan.

Bayangin kalau kamu disuruh buat keputusan dalam suatu organisasi tapi pas ditanya kamu jawabnya, “Belum bisa kasih jawaban, nih. Aku masih butuh waktu buat mikir.” Kamu berpikir pasti kamu gak bakal disalahin karena keputusan yang salah atau buruk. Makanya, kamu jadi sering overthinking dan malah menjadikannya sebagai kebiasaan.

5. Generalisasi berlebihan

Gak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan satu cara. Alasan berikutnya yang bikin kamu overthinking adalah sering menggeneralisasi secara berlebihan atau menganggap semua hal sama.

Misalnya dengan berpikir berlebihan kamu bisa memecahkan soal matematika, kamu pun berpikir kalau itu juga berlaku dalam menyelesaikan konflik dengan pasangan atau untuk mengatasi kesedihanmu. Padahal gak juga.

Baca juga: 5 Tips Berhenti dari Overthinking

Cara Menghilangkan Overthinking

Setelah tau alasan psikologis yang bikin kamu sering banyak pikiran atau overthinking, kamu juga perlu tau gimana berhenti atau menghilangkan overthinking yang bisa mengganggu aktivitas hari-harimu.

Gimana caranya? Langsung aja baca penjelasan berikut ini!

1. Keluar dari kepalamu

Ayo, keluar dari kepalamu yang terlalu berisik itu! Gimana caranya? Sibukkan dirimu. Bisa dengan olahraga, jalan-jalan di taman, atau melakukan aktivitas yang gak mengharuskan kamu buat berpikir terlalu banyak seperti masak, melukis, main musik. Apapun yang bisa bikin kamu merasa santai dan rileks.

2. Sadarlah

Overthinking kadang bikin kita suka gak menyadari apa yang terjadi di sekitar kita. Jadi, kamu perlu mengisi waktumu dengan hal-hal yang merangsang indramu.

Bisa dengan mendengarkan lagu favorit, menghirup lilin aroma terapi yang bisa menenangkan, mandi air hangat, atau melakukan teknik mindfulness. Ini bisa bikin kamu lebih hadir pada apa yang terjadi sekarang.

3. Pagari waktu berpikir kamu

Kamu gak harus berhenti berpikir sepenuhnya. Tapi daripada pikiranmu menyebar dan menuhin otakmu seharian, lebih baik buat catatan waktu kapan kamu bakal aktif berpikir? Kapan waktu buat merenung? Dan kapan waktu buat berefleksi?

4. Tuliskan pemikiran kamu

Daripada menyimpan pikiran kamu di kepala, akan lebih baik kalau kamu menuliskannya ke dalam jurnal. Pikiran itu terlalu berantakan kalau tetap disimpan di kepala jadi kamu perlu mengurainya sendiri dengan cara menuangkannya ke sebuah tulisan. Kamu juga bisa mengunggah pemikiranmu ke media sosial.

5. Percaya instingmu

Mungkin kamu terbiasa menebak-nebak apa yang orang lain pikirkan. Hal ini bikin kamu jadi mengabaikan suara hati kamu sendiri. Kamu bahkan jadi gak tau apa yang sebenarnya kamu sendiri pengen. Percaya instingmu bisa jadi langkah pertama buat bertindak sesuai keinginanmu daripada terjebak dalam pemikiran berlebihan.

6. Bicaralah dengan terapis

Kalau overthinking yang kamu rasakan udah mulai mengganggu hidup kamu dan kamu mulai merasa depresi atau cemas karena pikiranmu, ada baiknya kamu bicara dengan terapis. Terapi bisa membantu kamu membangun identitas diri dan menciptakan fondasi yang lebih kuat buat kamu menjalani hidupmu.

Nah, Perseners, Apakah kamu sudah mengenal kondisi dirimu saat ini? Apa kamu sedang mengalami overthinking? Satu Persen punya Tes Overthinking (Rumination) yang bisa kamu akses DI SINI biar kamu lebih tau kondisimu sekarang.

Nah, kalau kamu merasa butuh bantuan dalam mengenal diri sendiri, apalagi masih sering overthinking tentang diri sendiri, kamu bisa mengikuti mentoring Satu Persen. Kamu bisa bercerita pada mentor mengenai kesulitan yang kamu alami dan mentor akan berusaha membantumu mengatasi masalahmu. Langsung klik banner di bawah ya.

Mentoring-5

Referensi:

Wignall, N. (2021, 17 February). 7 Psychological Reasons You Overthink Everything. Retrieved on October 24, 2021 from https://nickwignall.com/7-psychological-reasons-you-overthink-everything/?ck_subscriber_id=1175694104

Dempsey, K. (n/d). Seven Strategies To Stop Overthinking. Retrieved on October 24, 2021 from https://theawarenesscentre.com/seven-strategies-to-stop-overthinking/

Read More