putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Ingin

judi

Apakah Kamu Ingin Bunuh Diri (Penyebab Manusia Bunuh Diri)

Oke, mungkin artikel kali ini akan sedikit dan sensitif terkesan mengerikan, bahkan menyeramkan, karena tema yang diangkat dan dibahas akan berkaitan dengan bunuh diri. Yap, bunuh diri. Tapi, ini bukan ajakan untuk kalian melakukannya. Melainkan akan sedikit membahas terkait kenapa orang bisa berpikiran untuk bunuh diri, apa saja faktor yang memengaruhinya, dan bagaimana cara menanganinya.

Topik dan bahasan seperti ini tentunya jarang, bahkan tidak akan pernah kalian dapatkan di sekolah pada umumnya. Namun, faktanya tiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan ini.

Oleh karena itu, simak terus artikel ini sampai selesai jangan lupa untuk di share ke seluruh teman-teman mu supaya mereka juga mendapatkan insight yang sama juga denganmu. Dan yang terpenting agar kalian semua juga lebih aware dengan diri sendiri serta lingkungan sekitar.

Kenapa Orang Bisa Bunuh Diri

Artikel kali ini dibuka dengan judul di atas, kenapa orang bisa bunuh diri. Pernah gak sih kalian bertanya dalam diri ‘kenapa ya orang bisa sampai melakukan aksi percobaan bunuh diri’ atau ‘apakah aksi ini sudah sampai menelan banyak korban jiwa?’ atau ‘seberat apakah masalah yang dipikulnya hingga pikirannya dengan lancang menyuruh untuk melakukan tindakan bunuh diri, yang dirasa mampu mengatasi beban hidup’.

Data yang dilansir dari WHO Global Health Estimate menyatakan bahwa pada tahun 2016 jumlah kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia mencapai 793.000 kematian atau 10,6 kematian per 100.000 penduduk. Hal ini setara dengan 1 kematian tiap 40 detik. Wow! Angka ini terbilang tinggi, ditambah fakta bahwa bunuh diri juga termasuk penyebab dari 1,4% kematian di seluruh dunia. Bahkan juga masuk pada peringkat 18 penyebab kematian terbanyak!

Bunuh diri sendiri juga merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kelompok usia muda dan produktif yakni 15-29 tahun. Kelompok usia tersebut dianggap rentan menghadapi dilema akibat memasuki fase kehidupan yang sering disebut dengan istilah Quarter Life Crisis. Kematian tertinggi jatuh pada jenis kelamin laki-laki dan sebesar 79% terjadi di negara yang berpendapatannya rendah dan menengah.

Lantas, apa yang menjadi penyebab terbesar orang bisa melakukan tindakan bunuh diri? Berikut adalah enam penyebab yang coba aku kutip dari Healthline, di antaranya:

1. Depresi

Termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya mengalami suasana hati yang buruk dan cenderung tidak stabil. Sehingga dapat memengaruhi tindakan, pikiran, perilaku, kecenderungan, dan perasaan seseorang.

2. Gangguan bipolar

Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis, menjurus ekstrem. Seseorang yang menderita ini akan mudah mengalami gejala mania (merasa sangat senang sekali) dan depresi (merasa sangat hancur dan terpuruk).

Contoh gangguan bipolar yang sempat viral beberapa tahun terakhir adalah ketika video seorang artis cilik, Marshanda, menari-nari, sedih, hingga tertawa-tawa dalam satu waktu bersamaan. Menandakan bahwa saat itu ia belum memiliki keseimbangan emosi dan jika dibiarkan bisa berakibat fatal.

3. Trauma masa kecil

Hal ini bisa terjadi salah satu faktornya mungkin di dalam keluarga ada riwayat dan upaya melakukan bunuh diri, pernah melihat perilaku bunuh diri, dan pernah menjadi korban pelecehan atau bullying di sekolah. Luka pasca trauma inilah yang jika belum sembuh total nantinya akan memperbesar peluang seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

4. Memiliki penyakit kronis

Penyakit kronis identik dengan penyakit yang sulit sekali untuk bisa disembuhkan. Bahkan ada beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Hal inilah yang membuat beberapa penderitanya kerap mengalami depresi, rasa keputusasaan, dan gangguan mental lainnya. Sehingga jika tidak ditangani dengan cepat maka tak jarang bunuh dirilah yang mereka ambil untuk jalan keluarnya.

5. Gangguan kesehatan mental

Gangguan mental yang dialami berlarut-larut dapat berupa gangguan kecemasan, gangguan emosi, gangguan kepribadian, sulit tidur, rasa kehilangan orang tersayang, dan lain sebagainya.

Jika hal ini dibiarkan terus berlarut-larut, akan membuatmu memiliki peluang yang besar untuk melakukan bunuh diri. Maka sadarilah mulai sedari dini. Akui, jangan pungkiri. Terima itu, lalu coba kamu selesaikan sendiri atau meminta bantuan kapada yang ahli.

6. Kesulitan mencari bantuan dan dukungan

Terkadang tak semua orang memang dapat mengerti masalah yang kita alami. Ingin cerita ke teman, tapi tak sedikit juga yang selalu membanding-bandingkan masalah yang kita ceritakan dengan masalah yang mereka alami. Katanya “Halah, baru segitu doang uda sedih, aku dulu pernah lebih parah lagi” atau “yaelah sedih mulu, bangkit kali! Masih muda semangatlah”, dan berbagai macam tanggapan lainnya.

Ingin datang ke psikolog takut dicap gila karena berbagai macam stigma yang saat ini masih ada di masyarakat. Akhirnya, merasa kesulitan untuk mencari bantuan dan dukungan.

Maka, Satu Persen di sini hadir untuk memberikan pengetahuan terkait kesehatan mental serta mengatasi berbagai macam gangguan kesehatan mental, salah satunya  layanan konseling online. Di sini kamu bisa menceritakan masalahmu dan mendapatkan solusi terbaik karena layanannya langsung ditangani oleh psikolog berpengalaman. Selain itu, Satu Persen memiliki koleksi tes online, salah satunya adalah tes sehat mental gratis yang bisa kamu coba nih.

Part--1---Introduction-to-Digital-Marketing-1

Upaya Pencegahan Bunuh Diri

Bunuh diri sampai saat ini belum didapatkan penyebab pastinya karena bunuh diri berkaitan juga dengan faktor seperti genetik, psikologik, organbiologik, dan sosiokultural, di mana faktor ini dapat saling melemahkan satu sama lain bahkan menguatkan terjadinya tindakan bunuh diri.

Pencegahan tindakan bunuh diri dapat dilakukan dengan langkah awal sebagai berikut. Pertama, gali ide bunuh diri yang mungkin dilontarkan dan dibahas oleh teman atau sanak keluarga secara perlahan-lahan.

Kedua, beri perhatian dan rasa peduli ketika melihat orang yang kalian kenal menunjukan tanda-tanda yang rentan untuk melakukan bunuh diri. Ingat, perhatian dan peduli kepada orang yang rentan ingin bunuh diri bukan sebagai modus untuk kalian dekati yang nantinya malah berujung sakit hati, yaa!

Ketiga adalah mengenali tanda-tandanya yang dapat kalian ketahui sebagai berikut:

1. ­Membicarakan tentang bunuh diri dan kematian

2. Mencari akses senjata api

3. Menarik diri dari pergaulan

4. Perubahan suasana hati ekstrem

5. Merasa putus asa, cemas, gelisah berlebihan

6. Konsumsi alkohol meningkat

7. Mulai memberikan barang-barang pribadi

8. Menyakiti diri sendiri

Maka sadarilah sedari dini tanda-tanda yang mungkin kamu atau temanmu miliki, sehingga nantinya bisa saling peduli. Hindari yang namanya toxic positivity, menasihati dan menyemangati tanpa mengetahui masalah yang mungkin temanmu alami.

Berbicara positiflah kepada temanmu yang sedang putus asa, kecewa, dan memiliki tanda-tanda seperti di atas memang tidak sepenuhnya salah tetapi hal yang perlu kalian ingat adalah ketahui dahulu akar masalah temanmu.

Dengarkan dia dan jangan langsung menasihati! Sebagian dari orang yang memiliki tanda-tanda di atas hanya perlu didengarkan keluh kesahnya. Sediakan telinga untuk mendengar bukan mulut yang terus menerus bicara, karena:

”Hal yang perlu kalian ketahui adalah tidak bisa membanding-bandingkan luka dengan luka karena setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda”

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Jika kamu atau kerabat kamu membutuhkan bantuan tenaga profesional, kamu  bisa mengikuti layanan konseling yang dimiliki oleh Satu Persen untuk membantumu memecahkan masalah yang tidak dapat kamu tangani sendiri karena kamu akan dibantu oleh ahlinya.

Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar cara mengatasi rasa depresi tonton video Satu Persen di bawah ini. Jangan lupa buat terus pantengin informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial

Buat kamu yang masih penasaran tentang dunia kesehatan mental dan self-developement, bisa banget buat berkunjung ke channel Youtube Satu Persen! Kamu juga bisa baca-baca artikel lainnya dari Satu Persen dengan langsung kunjungi blog Satu Persen atau dengerin kisah-kisah insightful melalui Podcast Satu Persen.

Segitu dulu dari aku, aku harap lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu kuat dan bisa bangkit lagi dan lagi serta bisa berkembang menjadi lebih baik dan menuju #HidupSeutuhnya, seenggaknya Satu Persen setiap hari.

Aku Chandra, thanks!

Referensi

https://www.pustadin.kemenkes.go.id/Infodatin-Situasi-dan-Pencegahan-Bunuh-Diri

Raypole C. 2019. 6 Suicide Question You Weren’t Sure How to Ask. Medically reviewed by Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. https://www.healthline.com/health/why-do-people-commit-suicide

WHO Global Health Estimates  (http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/estimates)

Read More
judi

Cara Memotivasi Diri Sendiri Ketika Ingin Menyerah

Lakukan Hal Ini Ketika Kamu Ingin Menyerah

(tentang Memotivasi Diri)

Ingatkah kamu saat dirimu mencapai titik terendah dalam hidupmu? Atau, mungkin saat ini, kamu sedang berjuang melewatinya. Dalam periode titik terendah ini, tentu kamu menjadi sangat karib dengan hadirnya emosi negatif. Rasa sedih, kecewa, dan tidak berdaya kerap menghantui langkahmu. Rasanya sangat sulit untuk benar-benar bisa berpikiran positif dan bangkit kembali dari fase ini.

Berada dalam titik terendah kerap membuat kita mempertanyakan keberhargaan diri kita karena harus merasakan kehilangan, kekecewaan, dan kegagalan. Ditambah lagi, dalam situasi pandemi yang penuh ketidakpastian ini, rasa gundah akibat terombang-ambing dalam ketidakpastian tentu semakin memperkeruh suasana. Ketidakhadiran teman atau orang-orang terdekat di samping kita untuk memberikan dukungan dan kata penyemangat mungkin semakin menambah pesimisme kita untuk bangkit.

Lantas, apakah ada secercah solusi dari semua ini?

Tentu ada. Kamu mungkin sudah berkeinginan kuat untuk menyerah dan berpikir kamu telah kehilangan semuanya. Namun, kamu lupa akan salah satu harta paling berharga yang kamu miliki, dirimu sendiri! Dirimu sendiri adalah elemen kunci yang membuatmu dapat bangkit dari keputusasaan. Kamu dapat memotivasi dirimu— menjadi penggerak bagi dirimu untuk terus maju dan pantang menyerah. Kamu masih ragu akan kemampuanmu itu? Artikel ini akan membantumu mengenal hal-hal dalam dirimu yang mampu membuatmu bangkit dari rasa putus asa.

Namun, sebelumnya, apa sih motivasi diri itu?

Motivasi diri adalah dorongan mendasar yang kamu miliki dalam dirimu untuk melakukan sesuatu. Ibarat bahan bakar, motivasi diri membuatmu dapat teguh untuk dapat berjalan semakin dekat menuju tujuanmu.

Motivasi dirimu bersumber dari 2 hal: dalam diri maupun luar diri. Dari dalam diri, kamu menemukan motivasi intrinsik, sebuah dorongan yang bersumber dari dirimu pribadi untuk menyelesaikan suatu hal. Keberhasilanmu mencapai hal itu sudah menjadi reward untuk dirimu sendiri. Misalnya saja ketika kamu memiliki hobi menggambar, kamu mempunyai motibasi intrinsik untuk terus mengasah kemampuan gambarmu agar semakin baik dari hari ke hari untuk kepuasan dirimu sendiri. Dari luar diri kamu akan menemukan motivasi ekstrinsik, motivasi yang disebabkan oleh adanya reward eksternal, entah itu pengakuan dari orang lain, uang, status, maupun kekuatan dan kekuasaan. Tentu, motivasi yang bersumber dari dalam diri itu akan lebih efektif dan lebih bermakna buatmu.

Mengapa rasanya susah sekali ya untuk memotivasi diri saat berada di titik terendah?

Jika kamu merasa demikian, jangan menyalahkan dirimu sendiri karena tidak bisa selalu berpikiran positif. Kenyataannya, merasa putus asa saat dihantam berbagai kenyataan pahit adalah hal yang lumrah.

Menurut, Professor Ron Siegel dari Harvard University dalam salah satu pemaparannya soal mindfulness, otak modern kita belum banyak berevolusi dan seperti halnya manusia purba. Kamu tentu ingat, pada zaman purba, manusia harus hidup menyatu dengan alam dan hewan buas. Sebagai upaya bertahan hidup, otak manusia sangat sensitif terhadap sinyal yang menandakan bahaya. Bahkan hingga saat ini, untuk otak kita, kebutuhan untuk bertahan hidup tetap menduduki posisi utama dibandingkan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Ketika kita merasa berada dalam bahaya, kita kemungkinan besar tidak dapat berpikir soal pengalaman membahagiakan atau penghargaan yang telah kita dapatkan semasa hidup. Sebabnya, kita lebih mudah mengingat kejadian-kejadian yang mengancam atau tidak menyenangkan dibandingkan dengan kejadian-kejadian membahagiakan.

Namun, meskipun kita memiliki tendensi demikian, nyatanya kita tetap dapat bangkit dari kesedihan dengan beradaptasi dengan kondisi biologis kita tersebut. Kunci yang mendasar adalah untuk memiliki kesadaran terlebih dahulu soal kondisi alamiah kita untuk dapat tahu hal-hal yang dapat kita lakukan ke depan. Kenyataan bahwa kita vulnerable bukanlah sesuatu yang perlu disangkal, tetapi perlu diakui dan diatasi.

Lantas, bagaimana caranya memotivasi diri?

Setelah menerima keadaan kita yang sedang terpuruk, kita baru dapat merumuskan langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk memotivasi dan menguatkan diri kita agar dapat bangkit dari masa-masa sulit. Yuk, simak langkah-langkah berikut!

  • Mengenali dirimu dan perasaanmu

Sebelum mencoba menguatkan dirimu untuk kembali bersemangat mengejar tujuanmu, kamu terlebih dahulu harus menyadari kondisimu. Berada dalam kondisi yang membuatmu ingin menyerah adalah sesuatu yang lumrah, bukan sesuatu yang memalukan atau membuatmu terlihat lemah. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, kamu tidak boleh menyangkalnya.

Sebaliknya, kamu harus menerimanya. Kamu dapat membiarkan dirimu mengekspresikan perasaanmu dengan cara yang tidak membahayakan dirimu sendiri dan orang lain, entah itu dalam bentuk tangis atau cerita kepada orang terdekat yang kamu percaya maupun tenaga profesional. Upaya ini dianggap sebagai bagian emotional-based coping, caramu berdamai dengan persoalan dalam sisi emosi atau perasaan.

Setelah itu, kamu dapat mencoba recall dengan mengingat perasaan apa yang kamu rasakan. Fun fact, berdamai dengan emosi negatif akan lebih mudah dilakukan jika kamu dapat address atau memanggil perasaan yang kamu rasakan secara spesifik, entah itu anxious, afraid, insecure, worry, dan sebagainya.

  • Mengenal penyebabmu merasa ingin menyerah

Setelah melakukan emotional based coping dan mengenali perasaanmu, kamu dapat move forward untuk melakukan solution based coping. Pada tahapan ini, kamu akan mencari tahu nih kira-kira apa hal yang memicumu merasakan hal tersebut. Tahapan-tahapan ini oleh Albert Ellis, ahli cognitive behavior, dirumuskan dalam model ABC, yaitu:

Kamu dapat mengingat kejadian yang memicumu merasa hampir menyerah. Misalnya, hasil kerjamu yang sudah direvisi berulang kali mendapatkan kritikan dari supervisor.

Apa sih hal yang kamu percaya berkaitan dengan kejadian tersebut? Misalnya, kamu percaaya bahwa kritik dari supervisor adalah pertanda bahwa segala kerja kerasmu sia-sia, ataupun isyarat bahwa kamu tidak berbakat dalam bidang itu.

Akibat dari keyakinanmu itu, apa yang terjadi? Rupanya, kamu jadi enggan untuk kembali mencoba dan tenggelam dalam self doubt. Kamu bahkan merasa tidak lagi berharga.

Sekarang saatnya kamu menantang pikiranmu itu. Memangnya benar ya, orang yang mendapat kritik adalah orang yang gagal? Dalam upayamu mempertanyakan hal yang kamu percaya, kamu dapat berdiskusi dengan banyak orang, termasuk dengan supervisor-mu sendiri. Di tahap ini, kamu mungkin akan mendapatkan banyak insight baru. Misalnya, kamu tahu bahwa banyak orang hebat yang ternyata telah gagal puluhan, ribuan, bahkan ratusan kali seperti Thomas Alfa Edison. Kegagalan memenuhi ekspektasi supervisor adalah hal yang biasa.

Di tahap ini, kamu mengubah kepercayaanmu yang dahulu soal kritik dan kegagalan menjadi yang baru. Kamu perlahan-lahan dapat melihat segalanya secara lebih positif. Kamu siap untuk mencoba kembali.

Tahapan ini sangat krusial karena melaluinya, kamu tidak hanya belajar membuat dirimu sendiri lebih baik, tetapi juga membuatmu belajar dari kesalahan dan mampu menyikapi dengan lebih baik di kemudian hari.

  • Mengingat pengalaman positif

Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, otak manusia memang didesain untuk peka terhadap keadaan yang mengancam sebagai upaya bertahan hidup. Oleh karena itu, ketika mengalami titik terendah, sebagai upaya mengimbangi hal itu, penting pula untuk kembali mengingat segala pengalaman positif atau penghargaan yang telah kamu dapatkan. Dengan begini, kamu akan tersadar bahwa hidup tak selamanya selalu berisikan kesedihan dan kegagalan, tetapi banyak momen membahagiakan yang mengiringinya.

  • Kembali mengingat tujuanmu dan mencoba lagi!

Setelah kamu mendapatkan pemahaman yang lebih positif serta merasa lebih baik, kamu dapat memperkokoh niatmu dengan mengingat kembali tujuan awal kamu melakukannya. Apa tujuanmu berkarya, bekerja, dan berusaha sampai sejauh ini? Dengan pemahaman atas tujuanmu ini, kamu akan mendapatkan motivasi intrinsik untuk kembali mencoba.

Berjuang menghadapi titik terendah memang tidak mudah. Butuh keberanian besar dari dalam diri untuk bisa bangkit dan kembali menghadapinya. Semoga artikel ini bisa membantumu mendapatkan insight dalam upaya bangkit dari rasa putus asa.

Untuk membantumu pulih, kamu juga bisa membaca berbagai artikel dari Satu Persen, salah satunya yang membahas soal self-healing (https://satupersen.net/blog/self-healing-bisakah-membuatmu-merasa-lebih-baik). Kamu merasa kamu adalah individu yang mudah menyerah? Kamu bisa menonton video Satu Persen soal tips-tips bangkit dari keterpurukan khusus buat kamu di sini (https://www.youtube.com/watch?v=bLpjemyGpOI).

Kamu juga bisa mencoba Tes Self-Motivation supaya bisa mengendalikan diri untuk mencapai tujuanmu. Semoga artikel ini bisa membantumu lebih baik, setidaknya Satu Persen setiap harinya, menuju hidup seutuhnya.

Mentoring-5

Referensi:

Ackerman, C. E., M.Sc. (2020, September 01). Self-Motivation Explained + 100 Ways to Motivate Yourself. Retrieved September 26, 2020, from https://positivepsychology.com/self-motivation/

Albrecht, K., Ph.D. (2015, June 11). Redirect Notice. Retrieved September 26, 2020, from https://www.google.com/amp/s/www.psychologytoday.com/us/blog/brainsnacks/201506/could-be-the-one-real-secret-self-motivation?amp

Mcleod, S. (1970, January 01). Cognitive Behavioral Therapy. Retrieved September 26, 2020, from https://www.simplypsychology.org/cognitive-therapy.html

Read More