putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Health

judi

Manfaat In-House Training Mental Health untuk Manajer HR

Di era yang serba cepat dan penuh tekanan ini, kecemasan berlebih di tempat kerja menjadi isu yang tidak bisa diabaikan. Menurut American Psychological Association, stres yang persistent, irasional, dan mengganggu fungsi sehari-hari bisa menjadi indikasi gangguan kecemasan. Kecemasan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti kecemasan kinerja, sindrom impostor, urgensi, dan kecemasan umum, yang semuanya dapat mempengaruhi kinerja kerja.

Dalam survei nasional mengenai kecemasan di tempat kerja, situasi sulit yang sering dihadapi termasuk mengatasi masalah, menetapkan dan memenuhi tenggat waktu, menjaga hubungan pribadi, mengelola staf, berpartisipasi dalam pertemuan, dan membuat presentasi. Situasi-situasi ini dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan mempengaruhi kinerja kerja.

Kecemasan dapat menyebabkan kesulitan dalam fokus, mengatur waktu, dan memenuhi tenggat waktu. Selain itu, kecemasan juga dapat membuat seseorang kesulitan meminta bantuan atau dukungan di tempat kerja. Perubahan mendadak dalam kinerja atau partisipasi karyawan bisa menjadi indikator adanya kecemasan yang mendasarinya.

Untuk mengelola kecemasan yang berhubungan dengan pekerjaan, beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan antara lain mendidik diri sendiri tentang kondisi yang dihadapi, praktik manajemen waktu, berkomunikasi tentang kekhawatiran beban kerja kepada atasan, dan tetap terorganisir. Penting juga untuk mengakui dampak kecemasan terhadap kinerja kerja dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, karena kecemasan yang tidak diobati dapat merusak kinerja kerja.

Memahami dan mengatasi kecemasan berlebih dalam konteks kerja sangat penting untuk menjaga kesejahteraan dan kepuasan kerja. Penting bagi individu untuk mempertimbangkan mencari dukungan dari rekan kerja yang dipercaya, mendidik diri sendiri tentang kondisi mereka, dan berkomunikasi dengan majikan jika perlu.

Identifikasi Penyebab Kecemasan terhadap Tugas

Kecemasan terhadap tugas merupakan masalah yang sering dihadapi di tempat kerja. Penyebabnya bervariasi, mulai dari rendahnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, kondisi kesehatan mental, hingga sifat pekerjaan atau lingkungan kerja itu sendiri.

  1. Rendahnya Rasa Percaya Diri dan Ketakutan Akan Kegagalan

Kecemasan dalam menyelesaikan tugas sering kali berasal dari rendahnya rasa percaya diri dan ketakutan akan kegagalan. Kondisi ini dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

  1. Kondisi Kesehatan Mental

Kondisi kesehatan mental seperti gangguan kecemasan juga dapat menjadi penyebab kecemasan terhadap tugas. Gangguan ini dapat mempengaruhi cara seseorang menghadapi tugas-tugasnya, terutama yang berskala besar atau kompleks.

  1. Faktor Lingkungan Kerja

Faktor lain yang memicu kecemasan di tempat kerja termasuk kecemasan kinerja, sindrom impostor, urgensi, dan kecemasan umum. Lingkungan kerja yang menuntut atau memiliki ekspektasi tinggi dapat meningkatkan tekanan pada karyawan.

  1. Tugas Besar dan Menakutkan

Tugas-tugas besar sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi orang dengan kecemasan. Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dapat terasa menakutkan, dan mereka mungkin kesulitan menemukan titik mulai yang tepat.

  1. Mengatasi Kecemasan dalam Situasi Kerja

Dalam survei nasional tentang kecemasan di tempat kerja, situasi yang sering dianggap sulit oleh orang dengan gangguan kecemasan termasuk mengatasi masalah, menetapkan dan memenuhi tenggat waktu, menjaga hubungan pribadi, mengelola staf, berpartisipasi dalam pertemuan, dan membuat presentasi.

  1. Langkah-Langkah Mengelola Kecemasan

Mengenali sumber kecemasan terhadap tugas sangat penting untuk mengelolanya dengan efektif. Beberapa strategi yang dapat membantu termasuk memecah tugas menjadi bagian yang lebih kecil, membuat jadwal, dan mencari dukungan dari rekan kerja yang dipercaya. Penting juga untuk mendidik diri sendiri tentang gejala gangguan kecemasan dan praktik manajemen waktu untuk menangani tugas dengan efektif.

Mengenali dampak kecemasan terhadap kinerja kerja dan berkomunikasi tentang kekhawatiran beban kerja kepada atasan adalah langkah penting dalam mengatasi kecemasan terhadap tugas.

Strategi Mengelola Kecemasan dalam Menyelesaikan Tugas

Mengelola kecemasan dalam menyelesaikan tugas memerlukan strategi yang efektif. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat membantu:

1. Mengidentifikasi Sumber Kecemasan

Memahami penyebab utama kecemasan Anda dapat membantu menemukan cara mengelolanya dengan lebih efektif. Sumber kecemasan yang umum termasuk rendahnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, kurangnya dukungan, atau kondisi kesehatan mental.

2. Memecah Tugas Menjadi Bagian yang Lebih Kecil

Membagi tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah dikelola dapat membuatnya terasa kurang menakutkan dan lebih dapat dicapai, sehingga mengurangi kecemasan.

3. Menjadwalkan Tugas

Menetapkan tanggal penyelesaian untuk tugas-tugas membantu memastikan penyelesaiannya tepat waktu, yang pada gilirannya mengurangi kecemasan. Strategi manajemen waktu seperti pemblokiran waktu atau theming hari dapat sangat membantu.

4. Praktik Manajemen Waktu

Mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang efektif dapat membantu mengurangi perasaan kewalahan dan kecemasan. Belajar memprioritaskan tugas dan mengalokasikan waktu untuk setiap langkah tugas adalah kunci.

5. Mencari Dukungan

Jangan ragu untuk mencari bantuan dan nasihat dari rekan kerja atau teman yang dipercaya. Dukungan mereka dapat memberikan rasa tenang dan membantu Anda mengatasi kecemasan.

6. Teknik Relaksasi

Melibatkan diri dalam aktivitas relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau relaksasi otot progresif dapat membantu mengelola kecemasan.

7. Mengakui Kecemasan

Mengakui bahwa kecemasan adalah emosi yang umum dan banyak orang mengalaminya. Menerima kecemasan Anda dapat membantu mengelolanya dengan lebih baik dan melanjutkan penyelesaian tugas.

8. Mencari Bantuan Profesional

Jika Anda masih kesulitan mengelola kecemasan dalam menyelesaikan tugas, pertimbangkan untuk terhubung dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan bimbingan dan dukungan.

Langkah dalam Mengatasi Kecemasan Tugas

Mengatasi kecemasan tugas memerlukan langkah-langkah strategis dan terfokus. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Mengidentifikasi Sumber Kecemasan

Memahami penyebab utama kecemasan sangat penting. Ini bisa termasuk rendahnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, kurangnya dukungan, atau kondisi kesehatan mental.

2. Memecah Tugas Menjadi Bagian yang Lebih Kecil

Membagi tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah dikelola dapat membuatnya terasa kurang menakutkan dan mengurangi kecemasan.

3. Menjadwalkan Tugas

Menetapkan tanggal penyelesaian untuk tugas dapat membantu mengurangi kecemasan. Strategi manajemen waktu seperti pemblokiran waktu atau theming hari dapat sangat membantu.

4. Mencari Dukungan

Mencari bantuan dan nasihat dari rekan kerja atau teman yang dipercaya dapat memberikan rasa tenang dan membantu mengatasi kecemasan.

5. Praktik Teknik Relaksasi

Melibatkan diri dalam aktivitas relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau relaksasi otot progresif dapat membantu mengelola kecemasan.

6. Mengakui Kecemasan

Mengakui bahwa kecemasan adalah emosi yang umum dan menerimanya dapat membantu individu mengelolanya dengan lebih baik dan melanjutkan penyelesaian tugas.

7. Mencari Bantuan Profesional

Jika Anda kesulitan mengelola kecemasan dalam menyelesaikan tugas, pertimbangkan untuk terhubung dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan bimbingan dan dukungan.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, individu dapat mengelola dan mengatasi kecemasan tugas dengan efektif, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.

Kesimpulan

Dalam mengatasi kecemasan tugas, kita telah mempelajari berbagai strategi mulai dari mengidentifikasi sumber kecemasan, memecah tugas, hingga mencari dukungan. Langkah-langkah ini membantu kita dalam mengelola kecemasan yang mungkin timbul dalam konteks kerja.

Setelah memahami berbagai strategi, penting untuk mengintegrasikan pembelajaran ini ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti menerapkan teknik-teknik yang telah dibahas dalam situasi nyata dan mengamati perubahan yang terjadi.

Selain strategi yang telah dibahas, penting juga untuk memahami diri sendiri secara lebih mendalam. In-House Training Mental Health dapat menjadi alat yang berharga dalam proses ini. Melalui assessment, Anda dapat memahami lebih lanjut tentang kecenderungan pribadi, kekuatan, dan area yang memerlukan pengembangan lebih lanjut.

Untuk membantu perusahaan dalam perjalanan ini, Life Skills mengundang Anda untuk mengikuti  In-House Training Mental Health. Anda akan menemukan berbagai alat dan sumber daya yang dirancang untuk membantu Anda dalam mengenali dan mengelola kecemasan, serta meningkatkan kinerja kerja Anda.

Program In-House Training Mental Health dari Life Skills Indonesia mencakup berbagai topik penting, termasuk:

1. Pemahaman Mendalam tentang Kecemasan dan Resiliensi: Peserta akan mempelajari cara mengenali tanda-tanda kecemasan dan membangun resiliensi di tempat kerja.

2. Strategi Proaktif untuk HR: Pelatihan ini akan membekali HR dengan strategi dan alat untuk mendukung karyawan yang mengalami kecemasan, serta cara membangun lingkungan kerja yang mendukung.

3. Pengembangan Keterampilan Komunikasi dan Pendukung: Peserta akan belajar cara berkomunikasi secara efektif dengan karyawan yang mengalami kecemasan dan menyediakan dukungan yang mereka butuhkan.

4. Penerapan Praktis: Program ini tidak hanya teoritis, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menerapkan apa yang dipelajari dalam situasi nyata.

Mengapa Harus Mendaftar?

– Peningkatan Kesejahteraan Karyawan: Dengan pelatihan ini, HR dan manajer akan lebih siap untuk mendukung kesehatan mental karyawan, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas keseluruhan di tempat kerja.

– Pengurangan Stigma: Pelatihan ini membantu mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental di tempat kerja, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

– Investasi Jangka Panjang: Keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ini merupakan investasi jangka panjang untuk organisasi, membantu membangun fondasi yang kuat untuk kesehatan mental karyawan.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi satu.bio/daftariht-igls. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membuat perubahan positif di tempat kerja Anda dan mendukung kesejahteraan mental karyawan.

Life Skills mengajak Anda untuk mengambil langkah berikutnya dalam perjalanan pengembangan diri Anda. Jadikan ini sebagai langkah untuk tidak hanya mengelola kecemasan tetapi juga untuk berkembang dalam karier dan kehidupan pribadi Anda.

Dengan menggabungkan strategi yang telah kita bahas dan alat-alat yang disediakan oleh  In-House Training Mental Health, Anda akan berada pada posisi yang lebih baik untuk mengatasi kecemasan tugas dan mencapai potensi penuh Anda.

Referensi

Supardi, Jumawan, & Sugeng Suroso. (2023). Analysis Assessment, Psychotest, and Leadership Development for Organization Sustainability in The University. International Journal of Applied Management, 2(2), 426-437.

Society for Human Resource Management. (n.d.). Developing and Sustaining High-Performance Work Teams

PGGT. (2023). Unleashing the Power of Team Performance and Efficiency with PGGT.

TestGorilla. (2023). Your hiring team’s guide to pre-employment psychological testing.

viaPeople. (2021). 5 Common Reasons for Performance Issues (Plus 3 Tips to Create an Effective Performance Improvement Plan!).

FAQ

Bagaimana cara mengidentifikasi kecemasan berlebih di tempat kerja?

Apa penyebab umum kecemasan berlebih di tempat kerja?

Bagaimana cara mengatasi kecemasan berlebih saat menyelesaikan tugas?

Apa peran manajer dalam membantu karyawan mengatasi kecemasan berlebih?

Bagaimana kecemasan berlebih mempengaruhi kinerja kerja?

Apa saja teknik relaksasi yang efektif untuk mengurangi kecemasan di tempat kerja?

Kapan sebaiknya mencari bantuan profesional untuk kecemasan berlebih?

Apa manfaat melakukan  In-House Training Mental Health bagi karyawan dan manajer?

Bagaimana cara menciptakan lingkungan kerja yang mendukung karyawan dengan kecemasan?

Read More
judi

Mengatasi Kecemasan Karyawan: In-House Training Mental Health

Kecemasan di tempat kerja adalah masalah yang sering tidak terlihat namun memiliki dampak yang signifikan. Sebagai HR atau manajer, mengenali tanda-tanda kecemasan pada karyawan adalah langkah pertama yang penting untuk memberikan dukungan yang tepat. Berikut adalah beberapa tanda umum kecemasan yang mungkin muncul di lingkungan kerja:

1. Menghindari Interaksi Sosial: Karyawan yang mengalami kecemasan seringkali menghindari interaksi dengan rekan kerja atau keluarga.

2. Kekhawatiran Konstan: Mereka mungkin tampak selalu khawatir atau gelisah tanpa alasan yang jelas.

3. Mudah Menangis: Reaksi emosional yang berlebihan, seperti mudah menangis, bisa menjadi tanda kecemasan.

4. Iritabilitas dan Kelelahan: Perubahan mood seperti mudah tersinggung atau merasa lelah secara terus-menerus juga bisa menjadi indikator.

5. Perasaan Harus Sempurna: Karyawan yang merasa mereka harus sempurna dalam segala hal mungkin mengalami tekanan mental yang tinggi.

6. Kesulitan Tidur: Gangguan tidur sering kali dikaitkan dengan kecemasan.

7. Kesulitan Konsentrasi atau Mengingat: Kecemasan bisa mengganggu kemampuan kognitif, termasuk konsentrasi dan memori.

8. Kehilangan Minat dalam Pekerjaan: Jika seorang karyawan kehilangan minat atau motivasi dalam pekerjaannya, ini bisa jadi karena kecemasan.

9. Perubahan Pola Makan: Overeating atau undereating juga bisa menjadi tanda.

10. Keluhan Fisik: Gejala fisik seperti berkeringat, sakit perut, dan kesulitan tidur bisa menjadi manifestasi dari kecemasan.

Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bisa bervariasi antar individu dan tidak selalu menunjukkan kecemasan. Namun, jika Anda mengenali beberapa dari tanda-tanda ini pada karyawan Anda, mungkin sudah saatnya untuk mengambil langkah proaktif.

Pendekatan Proaktif HR dalam Mengatasi Kecemasan Karyawan

Dalam menghadapi kecemasan di tempat kerja, peran HR sangat krusial. Berikut adalah beberapa langkah proaktif yang dapat diambil oleh HR untuk membantu mengatasi kecemasan karyawan:

1. Meningkatkan Kesadaran: Tingkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan kesejahteraan di antara karyawan dan manajer. Penting untuk menekankan pentingnya mengatasi kecemasan di tempat kerja.

2. Menyediakan Pelatihan: Tawarkan program pelatihan dan workshop tentang pengelolaan kecemasan dan stres. Ini membantu karyawan mengembangkan strategi dan teknik untuk mengatasi masalah ini.

3. Mengintegrasikan Kesejahteraan dalam Organisasi: Jadikan kesehatan mental dan kesejahteraan sebagai bagian permanen dari budaya organisasi, memastikan bahwa hal ini secara konsisten ditangani dan didukung.

4. Mendukung Kebutuhan: Implementasikan sistem pendukung seperti Program Bantuan Karyawan (EAP) untuk membantu karyawan dengan kecemasan dan masalah kesehatan mental lainnya. Program ini menyediakan konseling profesional dan bantuan bagi karyawan yang membutuhkan.

5. Mencegah Krisis: Adopsi pendekatan proaktif untuk mencegah masalah kesehatan mental meningkat menjadi situasi krisis. Ini dapat dicapai dengan menangani masalah kecil sebelum menjadi lebih serius, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.

6. Menyesuaikan Dukungan: Sadari bahwa setiap karyawan unik dan mungkin merespons stres dan kecemasan secara berbeda. Sesuaikan program pendukung dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan spesifik setiap karyawan.

Dengan menerapkan strategi proaktif ini, profesional HR dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang mempromosikan kesehatan mental dan kesejahteraan, yang pada akhirnya mengarah pada lingkungan kerja yang lebih produktif dan sehat.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung adalah kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1. Pengakuan dan Penghargaan: Mendorong pengakuan antar rekan kerja dan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan diapresiasi dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang positif.

2. Fleksibilitas dan Otonomi: Menawarkan jadwal kerja yang fleksibel dan otonomi dalam pekerjaan dapat memberdayakan karyawan dan meningkatkan kepuasan kerja mereka.

3. Inklusivitas dan Rasa Pemilikan: Membudidayakan budaya inklusivitas dan rasa memiliki dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

4. Kesempatan untuk Relaksasi: Memfasilitasi kesempatan bagi karyawan untuk bersantai dan bersenang-senang bersama dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.

5. Lingkungan Kerja yang Nyaman: Menyediakan lingkungan kerja yang nyaman dan ergonomis, baik di kantor maupun untuk kerja jarak jauh, dapat berkontribusi pada kesejahteraan emosional karyawan dan meningkatkan fokus mereka.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mengutamakan kesejahteraan karyawan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepuasan kerja, produktivitas, dan kebahagiaan secara keseluruhan di kalangan tenaga kerja.

Membangun Resiliensi dan Pemulihan

Membangun resiliensi dan pemulihan adalah aspek penting bagi individu dalam berbagai konteks, termasuk pemulihan kecanduan dan tantangan di tempat kerja. Berikut adalah beberapa wawasan kunci dari sumber yang disediakan:

1. Resiliensi dalam Pemulihan: Resiliensi dalam pemulihan melibatkan adaptasi terhadap perubahan, pemecahan masalah, dan pengolahan emosi secara sehat. Sangat penting bagi individu dalam keadaan sadar untuk secara aktif menghadapi hambatan dan tantangan, seperti masalah kesehatan mental, kesulitan keuangan, dan turbulensi hubungan.

2. Mengembangkan Resiliensi: Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan menjadi lebih kuat. Ini melibatkan antisipasi tantangan, praktik perawatan diri, dan belajar dari pengalaman. Resiliensi dapat dikembangkan melalui latihan dan ketekunan, dan merupakan aset kunci untuk sukses dalam pemulihan.

3. Peran Resiliensi dalam Pemulihan: Resiliensi sangat penting untuk mengatasi tantangan, bereksperimen dengan pendekatan baru, dan mendapatkan kembali produktivitas. Ini memungkinkan individu untuk bangkit kembali dari kemunduran dan muncul lebih kuat. Dalam pemulihan kecanduan, resiliensi sangat penting untuk mengatasi tantangan sehari-hari dan mencegah kambuh.

4. Inisiatif Resiliensi dan Pemulihan: Organisasi, seperti Harvard Human Resources, sedang menerapkan inisiatif untuk mendukung karyawan melalui perubahan yang mengganggu, tantangan, dan proses mendapatkan kembali produktivitas. Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk membantu individu merespons, terlibat kembali, dan muncul lebih kuat sebagai individu dan sebagai organisasi.

Wawasan ini menekankan pentingnya resiliensi dalam pemulihan dan berbagai strategi dan inisiatif yang bertujuan untuk membangun resiliensi dan mendukung pemulihan dalam berbagai konteks.

Kesimpulan

Pentingnya peran HR dalam mengatasi kecemasan karyawan tidak bisa diabaikan. Dengan pendekatan yang tepat, HR dapat membuat perbedaan signifikan dalam kesejahteraan mental karyawan. Ini tidak hanya meningkatkan kesehatan mental karyawan, tetapi juga berkontribusi pada produktivitas dan kepuasan kerja secara keseluruhan.

Untuk membantu organisasi dalam menerapkan strategi-strategi ini, Life Skills Indonesia menawarkan program In-House Training Mental Health yang komprehensif. Program ini dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi HR dan manajer untuk mendukung kesehatan mental karyawan secara efektif.

Program In-House Training Mental Health dari Life Skills Indonesia mencakup berbagai topik penting, termasuk:

1. Pemahaman Mendalam tentang Kecemasan dan Resiliensi: Peserta akan mempelajari cara mengenali tanda-tanda kecemasan dan membangun resiliensi di tempat kerja.

2. Strategi Proaktif untuk HR: Pelatihan ini akan membekali HR dengan strategi dan alat untuk mendukung karyawan yang mengalami kecemasan, serta cara membangun lingkungan kerja yang mendukung.

3. Pengembangan Keterampilan Komunikasi dan Pendukung: Peserta akan belajar cara berkomunikasi secara efektif dengan karyawan yang mengalami kecemasan dan menyediakan dukungan yang mereka butuhkan.

4. Penerapan Praktis: Program ini tidak hanya teoritis, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menerapkan apa yang dipelajari dalam situasi nyata.

Mengapa Harus Mendaftar?

– Peningkatan Kesejahteraan Karyawan: Dengan pelatihan ini, HR dan manajer akan lebih siap untuk mendukung kesehatan mental karyawan, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas keseluruhan di tempat kerja.

– Pengurangan Stigma: Pelatihan ini membantu mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental di tempat kerja, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

– Investasi Jangka Panjang: Keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ini merupakan investasi jangka panjang untuk organisasi, membantu membangun fondasi yang kuat untuk kesehatan mental karyawan.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi satu.bio/daftariht-igls. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membuat perubahan positif di tempat kerja Anda dan mendukung kesejahteraan mental karyawan. Mari kita ambil langkah proaktif menuju lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif!

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Referensi

HRAnswers.org. (2022, July 28). How to Create an Encouraging and Supportive Work Environment.

Shepell, W. (2019, June 24). A Proactive Approach Towards Employee Mental Health in the Workplace. LinkedIn.

Harvard Business Review. (2020, August 7). 8 Ways Managers Can Support Employees’ Mental Health.

Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2023, November 6). Expanding Implementation of Mental Health Awareness Training (MHAT) in the Workplace. Link

FAQ

Apa itu kecemasan di tempat kerja dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja karyawan?

Bagaimana HR dapat mengidentifikasi tanda-tanda kecemasan pada karyawan?

Apa saja langkah proaktif yang dapat diambil HR untuk mengatasi kecemasan karyawan?

Bagaimana cara membangun lingkungan kerja yang mendukung untuk karyawan yang mengalami kecemasan?

Apa peran resiliensi dalam membantu karyawan mengatasi kecemasan?

Bagaimana program In-House Training Mental Health dapat membantu HR dan manajer dalam mengatasi kecemasan karyawan?

Apa saja manfaat jangka panjang dari mengatasi kecemasan karyawan di tempat kerja?

Bagaimana cara mengukur efektivitas intervensi kecemasan di tempat kerja?

Apa saja tantangan yang dihadapi HR dalam mengatasi kecemasan karyawan?

Bagaimana HR dapat bekerja sama dengan manajemen untuk mendukung karyawan yang mengalami kecemasan?

Read More
judi

Ketahui Kondisi Mentalmu dengan General Health Questionnaire

Gambar oleh Satu Persen - Cek Kondisi Mental dengan GHQ
Satu Persen – Cek Kondisi Mental dengan GHQ

Halo, Perseners! Kembali lagi sama aku, Keysha!

Setelah sekian lama aku nggak muncul di Blog, akhirnya hari ini aku bisa sharing lagi, nih sama teman-teman semua! Nah, sebelumnya aku mau tanya, kalau kamu lihat judul artikel ini, apa yang ada di pikiran kamu?

Mungkin, pas lihat ada di antara kamu yang mikir “hmm, iya juga ya, sebenarnya kondisi mental aku saat ini lagi sehat nggak, sih?”

Atau mungkin malah ada juga yang kebingungan dan mikir “wah, General Health Questionnaire tuh apa, sih, sebenarnya?”

Nah, kalau di kepala kamu ada yang mikir kayak gitu, pas banget, nih. Jadi, di artikel kali ini aku akan bahas mengenai General Health Questionnaire (GHQ) beserta fungsinya. Jadi, yuk, simak penjelasan di bawah ini, ya!

Bagaimana Kondisi Mental Kamu Saat Ini?

Nah, Perseners, ada nggak, sih, di antara kamu yang merasa semenjak PSBB, penggunaan sosial media tuh makin meningkat? Hal ini seringkali bikin kita itu merasa FOMO–Fear of Missing Out.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Misal nih kamu buka Instagram dan lihat teman kamu lagi liburan, kayaknya fun banget gitu hidupnya. Sementara, kamu harus tetap kerja 9 to 5, bahkan meluangkan waktu buat kumpul bareng keluarga aja tuh kadang susah.

Banyak konsultan kesehatan mental yang berpendapat bahwa penggunaan sosial media sebagian besar memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan mental. Seringkali, yang kita lakukan ketika menggunakan sosial media adalah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.

Hal ini mengakibatkan kita merasa dikejar-kejar untuk selalu meraih suatu pencapaian tertentu. Padahal, yaa, sebenarnya “rasa dikejar” itu cuma ada di kepala kita. Tapi, karena kita nggak mau terlihat FOMO makanya kita merasa seperti itu.

Nah, kalau di dalam penelitian yang dilakukan oleh Satya Doyle Byock, fenomena ini dinamakan The Myth of Vertical Growth. Istilah apa, sih, itu kok kedengarannya asing?

Singkatnya, The Myth of Vertical Growth itu merupakan situasi ketika seseorang akan dianggap “tumbuh dan berkembang” apabila mereka berhasil mencapai tingkatan yang lebih tinggi.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Nah, pemikiran ini kalau dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan kamu mengalami rasa cemas yang berlebihan yang pada akhirnya bikin kondisi mental kamu terganggu.

Sebenarnya, Satu Persen sendiri udah pernah membahas soal ini, jadi, kalau kamu mau tahu penjelasan yang lebih detail soal The Myth of Vertical Growth, kamu bisa cek video yang satu ini atau mampir ke channel Youtube Satu Persen, ya!

YouTube Satu Persen – Stres Umumnya Terjadi di Umur 20an

Cemas Sama dengan Kondisi Mental Nggak Sehat, Apakah Iya?

Seperti yang aku jelasin di atas, kalau salah satu penyebab orang merasa cemas berlebihan itu dikarenakan penggunaan sosial media dan ini udah disetujui sama konsultan kesehatan mental.

Nah, sebenarnya, bener nggak, sih, kalau cemas itu berarti kondisi mental kita lagi nggak sehat? Eitss, tunggu dulu, jangan self-diagnosis!

Cemas emang bisa jadi salah satu tanda kalau kondisi mental kamu lagi nggak sehat. Tapi, rasa cemas di sini adalah yang udah berlebihan dan sangat mengganggu buat diri kamu.

Rasa cemas ini yang dinamakan Anxiety Disorder. Bahkan, kalau udah parah banget orang yang mengalami Anxiety Disorder juga akan merasakan tanda-tanda secara fisik.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Maka dari itu, kalau kamu mengalami rasa cemas dan kamu khawatir kalau rasa cemas itu merupakan Anxiety Disorder, ada baiknya untuk mengecek terlebih dulu. Karena, bisa aja ternyata rasa cemas yang kamu alami itu cuma sekedar perasaan takut.

Baca juga: Perbedaan Rasa Cemas (Anxiety) dan Takut Berlebih: Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Mungkin, diantara kamu ada yang bertanya “Terus gimana, dong, cara memastikan apakah aku ini lagi mengalami Anxiety atau cuma sekedar takut?”

Well, yang pasti kalau kamu lagi mengalami tanda-tanda itu, ada baiknya kamu langsung minta bantuan dari tenaga ahli profesional.

Misal, kamu bisa minta bantuan ke mentor Satu Persen. Sebagai Life School terbesar di Indonesia, Satu Persen punya concern yang sangat besar terhadap isu kesehatan mental kerana emang hal ini nggak kamu dapatkan di sekolah konvensional.

Nah, di sini Satu Persen pakai suatu tes yang sangat populer namanya General Health Questionnaire (GHQ). Tes ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap orang-orang yang melakukan online mentoring. Salah satu indikator yang dinilai dalam tes ini adalah tingkat kecemasan kamu.

Selain itu, kamu juga bisa mengunjungi Podcast, Instagram, dan Blog Satu Persen untuk memperoleh informasi lainnya yang kamu butuhkan. Karena, membagikan informasi yang bermanfaat adalah suatu bentuk kepedulian Satu Persen untuk membantu kamu menuju #HidupSeutuhnya.

Mengenal General Health Questionnaire

Oke, sekarang kita kembali lagi ke pertanyaan di atas “GHQ tuh sebenarnya apa, sih?”. Nah, tadi udah sempet aku singgung sedikit, ya, kalau Satu Persen juga pakai kuesioner ini, nih. Kalau di Satu Persen, GHQ ini namanya Kuesioner Kesehatan Umum.

Jadi, awalnya GHQ itu dikembangkan oleh Goldberg, seorang Sarjana dari Inggris, pada tahun 1972. Tujuan si Goldberg bikin GHQ itu untuk mengidentifikasi gangguan psikologis pada masyarakat atau pasien rawat jalan medis.

Sejak dulu, isu terkait kesehatan mental itu kan emang udah jadi topik yang hangat di seluruh dunia dan ini cakupannya luas banget. Bahkan, WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera manusia.

Ketika manusia itu sejahtera, maka mereka akan lebih bisa menyadari potensi diri sendiri, mengatasi stres, bisa bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada lingkungan sekitarnya.

Maka dari itu, banyak tenaga ahli profesional yang berlomba-lomba untuk mengembangkan berbagai macam kuesioner untuk menilai kondisi mental seseorang, atau dalam Psikologi disebut sebagai instrumen skrining. Salah satu instrumen skrining yang sampai sekarang masih populer adalah GHQ itu tadi.

Tapi, perlu diingat bahwa penggunaan GHQ ini cuma untuk mendeteksi kecenderungan awal gangguan kejiwaan seseorang. Jadi, baru kecenderungan aja, ya, belum tentu beneran mentalnya terganggu.

Instrumen ini digunakan untuk ngasih informasi apakah sekiranya kecenderungan tersebut harus dilakukan tindakan lebih lanjut atau nggak.

Penggunaan GHQ cuma boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang emang paham cara penggunaannya dan memiliki izin untuk menggunakan. Seperti peneliti, dokter, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya.

Itulah sebabnya, alat tes psikologi ini emang nggak disebarluaskan secara umum di internet atau media sosial, nggak seperti MBTI, BigFive Personality Test, atau alat tes lainnya.

Karena, akan sangat berbahaya apabila orang-orang yang nggak memiliki pemahaman yang cukup, menggunakan GHQ dan melakukan self-diagnosis.

Nah, yang kerennya GHQ bisa mengukur empat aspek sekaligus, yaitu depresi, kecemasan, gangguan sosial, dan rasa kepercayaan diri. Supaya kamu lebih ngerti, aku jelasin sedikit, ya, perbedaannya.

Baca juga: Test General Health Questionnaire (GHT)

1. Depresi

Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang tertekan secara terus-menerus atau kehilangan minat dalam aktivitas, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau mau pemahaman yang lebih detail tentang depresi, kamu bisa denger podcast yang satu ini, ya!

Podcast Satu Persen – Aku Sedih atau Depresi

2. Kecemasan

Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut secara berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

3. Gangguan Sosial

Merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang kesulitan dan/atau menghindari untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang terjadi secara signifikan, serta mengalami penurunan fungsi sosial dalam jangka panjang.

Dari penjelasan ini, aku harap kamu udah sedikit lebih paham, ya. Kalau kamu sendiri gimana, ada nggak yang pernah mengalami gejala-gejala yang sekiranya menjurus ke empat jenis gangguan mental di atas?

Kalau ada, aku saranin kamu langsung pergi ke tenaga ahli profesional seperti psikolog apabila mengalami gejala-gejala seperti penjelasan di atas. Nah, di Satu Persen ada loh layanan konsultasi dengan psikolog. Info selengkapnya bisa langsung aja klik gambar dibawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Kalau dirasa masih ragu untuk pergi ke psikolog karena takut dikira gila dan sebagainya, meskipun, sebenarnya nggak gitu, ya, pergi ke psikolog itu bukan berarti kita gila.

Kamu bisa, nih, memastikan kondisi tersebut dengan melakukan pencegahan tahap awal, misalnya dengan melakukan konsultasi bersama mentor Satu Persen.

Tenang aja, kamu nggak perlu takut untuk dijudge, kok. Mentor-mentor Satu Persen udah sangat berpengalaman dalam mengatasi lebih dari 10.000 permasalahan seperti ini.

Jadi, kamu bisa dengan bebas menceritakan permasalahan yang sedang kamu alami secara detail, ya.

Nah, selain itu, di layanan mentoring ini kamu juga akan mendapatkan banyak banget manfaat seperti worksheet, catatan konsultasi, lembar hasil psikotes, tes kepribadian, dan termasuk juga GHQ.

Baca juga: Jenis-jenis Tenaga Kesehatan Mental: Bukan cuma Psikolog dan Psikiater doang

Tapi…kalau kamu masih bingung sebaiknya ikut konseling atau mentoring, coba ikut tes konsultasi dulu ya.

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat, ya.

Kalau kamu punya pengalaman yang ingin dibagikan seputar kesehatan mental, kamu boleh banget membagikan ceritamu dengan teman-teman di Satu Persen. Siapa tau, pengalaman kamu itu bisa bermanfaat buat orang lain yang saat ini lagi mengalami hal serupa.

See you in my next article Stay healthy, stay safe & stay sane!

Referensi:

El-Metwally, Ashraf et al. 2018. “The factor structure of the general health questionnaire (GHQ12) in Saudi Arabia”. BMC Health Services Research 18 (1). Springer Science and Business Media LLC. doi:10.1186/s12913-018-3381-6.

Sarkova, Maria et al. 2010. “Psychometric evaluation of the General Health Questionnaire-12 and Rosenberg Self-esteem Scale in Hungarian and Slovak early adolescents”. University Medical Center Groningen. https://www.rug.nl/research/portal/files/14662468/03c3.pdf.

GL Assessment. n.d. “General Health Questionnaire (GHQ): Identify minor psychiatric disorders”. Accessed January 18, 2021. https://www.gl-assessment.co.uk/products/general-health-questionnaire-ghq/.

Read More