putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Harus

judi

Gen Z Lemah, Harus Diapain?

Generasi Z sering kali mendapatkan label sebagai generasi yang ‘lemah’ atau kurang tangguh. Namun, apakah persepsi ini benar-benar mencerminkan realitas yang dihadapi oleh generasi muda saat ini? Ataukah ini hanyalah sebuah stereotip yang tidak berdasar?

Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube, pembicara mengungkapkan beberapa alasan mengapa Generasi Z sering kali dianggap lemah. Salah satunya adalah dampak dari teknologi dan media sosial. Generasi Z tumbuh di era digital, di mana hampir semua informasi dapat diakses dengan mudah melalui gawai.

Sementara ini memberikan keuntungan dalam hal akses informasi, namun juga memiliki sisi negatif. Media sosial, misalnya, sering kali menjadi tempat di mana tekanan sosial dan perbandingan diri terjadi. Generasi muda ini sering kali merasa harus ‘sempurna’ di mata publik, dan hal ini dapat menimbulkan stres serta tekanan mental.

Selain itu, Generasi Z juga tumbuh di tengah berbagai krisis global, mulai dari krisis ekonomi, perubahan iklim, hingga pandemi COVID-19. Mereka menyaksikan bagaimana dunia berubah dengan cepat dan harus beradaptasi dengan perubahan tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan tantangan tersendiri bagi generasi ini.

Namun, mengatakan bahwa Generasi Z adalah generasi yang lemah mungkin terlalu simplistik. Setiap generasi memiliki tantangan dan tekanan tersendiri yang harus dihadapi. Generasi sebelumnya mungkin menghadapi tantangan dalam bentuk perang atau krisis ekonomi besar, sementara Generasi Z menghadapi tantangan dalam bentuk tekanan sosial dari media sosial dan krisis global yang berkelanjutan.

Penting untuk diingat bahwa label ‘lemah’ yang diberikan kepada Generasi Z sering kali berasal dari generasi sebelumnya yang mungkin tidak sepenuhnya memahami tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.

Sebagai contoh, banyak orang tua dari generasi sebelumnya yang mungkin merasa bahwa anak-anak mereka ‘terlalu lembut’ atau ‘kurang tangguh’ karena mereka tidak menghadapi tantangan yang sama seperti yang mereka alami di masa muda mereka. Namun, ini adalah pandangan yang sempit dan tidak memperhitungkan realitas yang dihadapi oleh Generasi Z.

Sebagai penutup, penting untuk tidak terjebak dalam stereotip dan label. Setiap generasi memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Alih-alih mengkritik, lebih baik kita mencoba memahami dan mendukung generasi muda dalam menghadapi tantangan yang mereka hadapi. Dan ini membawa kita ke topik berikutnya: Apa itu resiliensi? Bagaimana kita dapat membangun ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup? Mari kita jelajahi lebih lanjut di bagian selanjutnya.

Dengan demikian, kita telah membahas mengapa Generasi Z sering kali dianggap lemah dan bagaimana persepsi ini mungkin tidak sepenuhnya akurat. Di bagian berikutnya, kita akan membahas tentang resiliensi dan bagaimana kita dapat membangunnya untuk menghadapi tantangan hidup.

Apa Itu Resiliensi?

Resiliensi, sebuah konsep yang seringkali dianggap sebagai kemampuan untuk “bangkit kembali” setelah menghadapi kesulitan, telah menjadi topik pembicaraan yang populer dalam beberapa tahun terakhir. Namun, apa sebenarnya arti dari resiliensi? Mengapa konsep ini penting untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Dalam video yang disajikan, resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk pulih atau kembali ke kondisi normal setelah menghadapi tekanan, trauma, atau kesulitan. Ini bukan hanya tentang bagaimana kita menghadapi kesulitan, tetapi juga tentang bagaimana kita belajar, tumbuh, dan berkembang dari pengalaman tersebut. Resiliensi bukanlah sesuatu yang kita lahirkan dengan itu, tetapi sesuatu yang dapat kita kembangkan sepanjang hidup kita.

Sebagai analogi, bayangkan sebuah bola karet yang dilemparkan ke tanah. Bola tersebut akan memantul kembali, terlepas dari seberapa keras ia dilemparkan. Resiliensi mirip dengan sifat bola karet tersebut. Meskipun kita mungkin merasa tertekan atau patah hati karena suatu peristiwa, dengan resiliensi, kita memiliki kemampuan untuk “memantul kembali” dan melanjutkan hidup dengan cara yang positif dan bermakna.

Namun, penting untuk diingat bahwa resiliensi bukan berarti seseorang harus selalu kuat dan tidak pernah menunjukkan emosi atau kerentanan. Sebaliknya, resiliensi melibatkan pengakuan atas perasaan dan emosi kita, memahami mereka, dan menggunakan pengalaman tersebut sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Dengan kata lain, resiliensi bukan tentang menghindari kesulitan, tetapi tentang bagaimana kita merespons dan beradaptasi terhadap mereka.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiliensi seseorang. Beberapa di antaranya termasuk memiliki jaringan dukungan yang kuat, memiliki keyakinan diri, memiliki tujuan dan arah yang jelas dalam hidup, serta memiliki kemampuan untuk mengelola stres dengan efektif. Semua faktor ini dapat ditingkatkan dan dikembangkan sepanjang waktu, menunjukkan bahwa resiliensi bukanlah sifat tetap, tetapi sesuatu yang dinamis dan dapat berubah.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, resiliensi dapat membantu kita menghadapi berbagai tantangan, mulai dari stres kerja, konflik interpersonal, hingga trauma yang lebih serius seperti kehilangan orang yang dicintai atau menghadapi bencana alam. Dengan memiliki resiliensi, kita dapat melihat kesulitan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai hambatan yang tidak dapat diatasi.

Sebagai penutup untuk bagian ini, mari kita ingat kembali bahwa resiliensi bukan hanya tentang bagaimana kita menghadapi kesulitan, tetapi juga tentang bagaimana kita belajar dan tumbuh dari pengalaman tersebut. Dengan memahami dan mengembangkan resiliensi, kita dapat menjalani hidup dengan cara yang lebih penuh makna, beradaptasi dengan perubahan, dan menghadapi tantangan dengan keberanian dan optimisme.

Menuju Bagian Selanjutnya…

Sekarang setelah kita memahami apa itu resiliensi dan mengapa itu penting, pertanyaan selanjutnya adalah, kenapa resiliensi begitu penting dalam kehidupan kita? Bagaimana kita dapat mengembangkan dan memperkuat resiliensi kita? Mari kita jelajahi lebih lanjut dalam bagian berikutnya tentang “Kenapa Resiliensi Penting”.

Kenapa Resiliensi Penting?

Dalam perjalanan hidup, setiap individu pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Baik itu masalah pribadi, pekerjaan, kesehatan, atau hubungan interpersonal, tantangan tersebut seringkali datang tanpa diduga dan memerlukan respons yang cepat dan tepat. Di sinilah peran resiliensi menjadi sangat penting.

Berdasarkan video yang disajikan, ada beberapa alasan mengapa resiliensi dianggap sebagai salah satu kualitas terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu:

Mengatasi Tantangan dengan Lebih Baik: Resiliensi membantu seseorang untuk tetap tenang dalam menghadapi kesulitan dan mencari solusi dengan kepala dingin. Dengan memiliki resiliensi, seseorang dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan jalan keluar yang terbaik.

Pemulihan yang Lebih Cepat: Setelah mengalami kegagalan atau trauma, individu yang memiliki resiliensi cenderung pulih dengan lebih cepat. Mereka tidak terjebak dalam perasaan negatif untuk waktu yang lama dan dapat segera bangkit kembali.

Pertumbuhan Pribadi: Menghadapi kesulitan dan tantangan adalah bagian dari proses belajar. Dengan resiliensi, seseorang dapat mengambil hikmah dari setiap pengalaman buruk dan menggunakannya sebagai bahan bakar untuk pertumbuhan pribadi.

Meningkatkan Kualitas Hidup: Resiliensi tidak hanya membantu seseorang dalam menghadapi masalah, tetapi juga dalam menjalani hidup sehari-hari. Dengan sikap yang positif dan kemampuan untuk mengatasi stres, kualitas hidup seseorang akan meningkat secara signifikan.

Membangun Hubungan yang Lebih Kuat: Resiliensi juga berperan dalam membangun hubungan interpersonal yang lebih kuat. Individu yang resilien cenderung lebih empatik dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sehingga mereka dapat membangun hubungan yang lebih mendalam dengan orang lain.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa resiliensi bukan hanya sekedar kemampuan untuk “bertahan” dalam menghadapi kesulitan, tetapi juga kualitas yang dapat meningkatkan berbagai aspek dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan dan memelihara resiliensi dalam dirinya.

Sebagai lanjutan dari penjelasan ini, kita akan membahas bagaimana seseorang dapat melatih dan meningkatkan resiliensi dalam dirinya. Karena, seperti halnya keterampilan lain, resiliensi juga dapat dilatih dan ditingkatkan dengan latihan dan dedikasi yang konsisten.

Cara Melatih Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk pulih dari kesulitan atau tantangan hidup dan kembali ke keadaan normal atau bahkan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, memiliki resiliensi adalah kunci untuk menjalani hidup dengan penuh semangat dan ketahanan. Namun, bagaimana cara melatih resiliensi?

Berdasarkan video yang disajikan, ada beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk meningkatkan resiliensi:

Mengakui Realitas: Mengakui dan menerima kenyataan adalah langkah pertama dalam melatih resiliensi. Hal ini memungkinkan kita untuk melihat situasi apa adanya dan memulai proses pemulihan. Menghindari atau menolak kenyataan hanya akan memperburuk keadaan.

Membangun Hubungan yang Positif: Hubungan yang sehat dan mendukung dapat menjadi sumber kekuatan saat menghadapi kesulitan. Teman, keluarga, dan komunitas dapat memberikan dukungan emosional, saran, dan bantuan praktis saat dibutuhkan.

Mengembangkan Kemampuan Adaptasi: Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan adalah kunci untuk meningkatkan resiliensi. Ini melibatkan fleksibilitas dalam berpikir dan tindakan, serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

Menetapkan Tujuan yang Realistis: Menetapkan tujuan yang dapat dicapai dan realistis membantu memberikan arah dan tujuan dalam hidup. Ini memberikan motivasi untuk terus maju meskipun menghadapi rintangan.

Mencari Pelajaran dari Kesulitan: Setiap tantangan atau kesulitan yang dihadapi adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Dengan mencari pelajaran dari setiap situasi, kita dapat menjadi lebih kuat dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Menjaga Keseimbangan Emosi: Mengelola emosi dengan baik adalah kunci untuk menjaga keseimbangan dalam hidup. Ini melibatkan kemampuan untuk merasakan emosi tanpa dikuasai olehnya dan mencari cara untuk mengatasi stres dan kecemasan.

Mencari Bantuan Saat Dibutuhkan: Tidak ada salahnya untuk mencari bantuan saat menghadapi kesulitan. Baik itu bantuan profesional, seperti konselor atau terapis, atau hanya berbicara dengan seseorang yang dipercaya.

Dengan mempraktikkan langkah-langkah di atas, seseorang dapat meningkatkan resiliensi mereka dan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan hidup. Resiliensi bukanlah sesuatu yang kita miliki atau tidak miliki, tetapi sesuatu yang dapat dilatih dan dikembangkan sepanjang waktu.

Sebagai penutup dari bagian ini, penting untuk diingat bahwa resiliensi adalah perjalanan, bukan tujuan. Seperti halnya keterampilan lainnya, memerlukan waktu, usaha, dan dedikasi untuk melatih dan memperkuat resiliensi. Namun, dengan komitmen dan tekad, setiap orang dapat mengembangkan kemampuan ini dan menjalani hidup dengan penuh semangat dan ketahanan.

Kesimpulan
Setelah menjelajahi konsep resiliensi, pentingnya, dan cara melatihnya, kita dapat menyimpulkan bahwa resiliensi adalah salah satu kualitas terpenting yang dapat membantu seseorang menghadapi tantangan hidup dengan keberanian dan optimisme. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan, memiliki kemampuan untuk “memantul kembali” setelah menghadapi kesulitan adalah kunci untuk menjalani hidup yang penuh makna dan memuaskan.

Kita telah memahami bahwa resiliensi bukan hanya tentang bagaimana kita menghadapi kesulitan, tetapi juga tentang bagaimana kita belajar dan tumbuh dari pengalaman tersebut. Dengan memiliki resiliensi, kita dapat melihat kesulitan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai hambatan yang tidak dapat diatasi.

Namun, seperti yang telah dibahas sebelumnya, resiliensi bukanlah sesuatu yang kita lahirkan dengan itu. Ini adalah kualitas yang dapat dan harus dilatih sepanjang waktu. Dengan komitmen, dedikasi, dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita, kita dapat mengembangkan resiliensi dan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.

Sebagai penutup, mari kita ingat kembali pesan penting dari Satu Persen: Untuk tumbuh setidaknya 1% setiap hari menuju #HidupSeutuhnya. Dengan memahami dan mengembangkan resiliensi, kita telah melangkah satu langkah lebih dekat untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, mari kita terus belajar, tumbuh, dan berkembang, dan menjalani hidup dengan penuh semangat dan ketahanan.

Read More
judi

Alasan Kita Harus Beryukur

Hai, Perseners! Balik lagi bareng aku Nouvend.

Bersyukur

Kira-kira, kapan terakhir kamu bersyukur? Atau mungkin sesederhana, berterimakasih?

Kamu mungkin pernah ngebukain pintu buat orang di tempat umum, atau mengambil barang yang jatuh dari kantong orang di depanmu saat mengantri di minimarket. Mungkin juga kamu pernah membeli dagangan nenek di pinggir jalan, atau memberikan uang lima ribu rupiah kepada pengamen yang berkeliling dari warung ke warung.

“Terima kasih, ya!” dan beribu hal-hal lain dari alasan tersebut pasti hampir selalu berhasil membuat bibirmu tersenyum. Kamu merasakan sesuatu, apapun itu yang pasti kamu merasa lebih baik.

Lalu mungkin kamu pernah terlambat menghadiri rapat, atau sibuk mencari dompet yang hilang di kamar padahal abang gojek sudah menunggumu di depan rumah.

“Terima kasih sudah menunggu,” katamu. Little did you know, kalimat yang kamu lontarkan itu sudah mencairkan suasana.

Kapan Terakhir Kamu Bersyukur?

Bersyukur, kapan terakhir kali kamu melakukannya? Mungkin terkadang, kamu sudah “terbiasa” dengan kebaikan dan hal-hal positif dalam keseharianmu (tenang, kamu tidak sendiri) sehingga kamu sering kelupaan untuk bersyukur.

Tapi aku kan selalu bersyukur, cuma seringnya tidak aku tunjukkan saja, pikirmu. Well, aku juga akan mengatakan hal yang sama, sepertinya. Namun ternyata tindakan yang sering kita lewatkan ini, atau dalam bahasa inggris taken for granted, ternyata memiliki dampak yang positif baik bagi diri kita maupun orang-orang di sekitar kita.

Penasaran? Nah, dikesempatan kali ini aku bakal ngajak kalian semua untuk melihat berapa bersyukur ternyata bisa memberikanmu dampak yang (mungkin sebelumnya belum kamu ketahui). Tapi, sebelum kamu baca artikel ini aku mau ngucapin Terima Kasih karena udah setia buat mengikuti Satu Persen, so langsung aja…

Sebenernya, Apa sih Manfaat dari Bersyukur?

1. Bersyukur Berbanding Lurus dengan Kesejahteraan Kamu

Baik secara fisik maupun mental. Ya, kamu ngga salah baca. Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh dua Psikolog; yakni Dr. Robert A. Emmons dari University of California, Davis, dan Dr. Michael E. McCullough dari University of Miami; di mana mereka mengelompokkan partisipan penelitian mereka menjadi tiga kelompok.

Setiap minggu, kelompok pertama harus menuliskan hal-hal yang terjadi yang mereka syukuri selama seminggu, kelompok kedua harus menuliskan hal-hal yang membuat mereka jengkel dan kesal, dan kelompok ketiga menuliskan hal-hal yang terjadi dalam seminggu (tanpa penjelasan lebih lanjut tentang spesifik kejadian). Setelah 10 minggu, kelompok pertama menunjukkan optimisme dan merasakan hidup mereka menjadi lebih baik (Healthbeat, n.d).

Bersyukur membantu kita melepas perasaan negatif dengan cara memfokuskan diri terhadap hal baik yang ada, yang terjadi pada kita. Ketika perasaan negatif berkurang, kesejahteraan diri pun dapat terlihat mengalami perkembangan. Ketika kamu bersyukur dan berterima kasih kepada orang lain akan hal yang mereka lakukan/berikan padamu, akan menjadi sulit bagimu untuk terus merenungkan hal-hal buruk yang kamu alami (Wong & Brown, 2017).

Bersyukur, seperti yang aku sampaikan di atas, sangat membantu kamu untuk fokus kepada apa yang kamu miliki, yang terjadi padamu, atau diberikan padamu alih-alih berfokus pada apa yang tidak ada padamu. Nah, mungkin buat kamu yang merasa kesulitan untuk fokus bisa mencoba untuk menerapkan mindfullness.

Sebuah penelitian mengatakan dalam Jurnal yang ditulis oleh Jo-Ann Tsang mengatakan bahwa orang-orang yang sulit atau bahkan tidak mau bersyukur akan mengalami kepuasan hidup yang lebih rendah ketimbang orang yang sering bersyukur. Sama halnya dengan orang yang narsistik, mereka sulit untuk bersyukur karena mereka berpikir bahwa sudah sepantasnya mereka mendapatkan perlakuan/hal yang terjadi pada mereka. (Allen, 2018)

Sederhananya, orang yang narsistik merasa “Ya emang aku tuh pantes dapat itu ngapain aku bersyukur?” … Terdengar buruk ya? Jangan sampai kamu sering merasa seperti itu ya!

2. Bersyukur Bisa Membuka Peluang dan Menangkap Hati Orang Lain

Hahh, menangkap hati orang lain? maksudnya gimana tuh vend!. Jadi gini, selain memberikan dampak baik bagi dirimu, bersyukur ternyata memiliki dampak baik loh bagi lingkungan dan orang-orang di sekitarmu. Menurut sebuah penelitian di tahun 2014, bersyukur atau berterima kasih kepada orang-orang di sekitarmu dapat memperbesar kemungkinan hubunganmu dengan mereka berkembang ke arah yang lebih baik (Morin, 2015).

Bersyukur juga memiliki fungsi yang menarik: “find, remind, bind”. Dengan bersyukur atas kehadiran orang lain, kamu bisa menemukan (find) orang atau kualitas dari orang-orang di sekitarmu yang baik untuk dirimu ke depannya; kamu juga senantiasa mengingatkan (remind) mereka akan kebaikan diri mereka yang tertangkap olehmu; dan kamu akan mampu terikat (bind) pada orang-orang tersebut karena kalian saling menghargai dan mendukung satu sama lain untuk terus menjaga hubungan kalian. (Allen, 2018) Hal yang mungkin “sesederhana” ini memegang peran penting dalam menjaga hubunganmu dengan orang lain. Asik juga.

Dengan terus bersyukur, kamu juga akan lebih mudah untuk berempati dengan orang lain. Sebuah penelitian di University of Kentucky pada tahun 2012 mengatakan bahwa orang yang sering bersyukur (atau dalam hal ini memiliki tingkat bersyukur yang tinggi) lebih berempati dan lebih sulit untuk membalas dendam (Morin, 2015). Hal yang sama juga diutarakan oleh Summer Allen (2018) bahwa orang yang sering bersyukur lebih memungkinkan untuk bertindak baik dalam masyarakat, contohnya ketika kamu dibantu oleh orang lain, kamu berterima kasih pada orang tersebut. Hal itu akan memberikan dorongan bagimu untuk berbuat baik kepada orang lain juga (tidak selalu membalas budi kepada orang yang sama). Seperti chain reaction lah.

Jadi dapat dipastikan dengan bersyukur, kita tidak hanya membawa perubahan dan dampak baik bagi diri kita, namun juga pada lingkungan di sekitar kita!

Lalu apakah semua dampak ini bisa langsung kamu rasakan?

Bersyukur Sebaiknya Dijadikan Kebiasaan

Hal yang instan di dunia ini hanya mi instan dan kamu baper abis dibaikin dikit. Dampak-dampak yang aku sebutkan di atas tentu saja bisa kamu rasakan, namun tidak selalu terjadi begitu saja.

Oleh karena itu, sebaiknya kamu (dan aku, dan kita semua) mulai lebih bersyukur dalam hidup! Sesekali kita menyerah dalam iri dengki dan perasaan negatif lainnya tidak apa, namanya juga manusia. Tetapi ingatlah untuk selalu bersyukur atas hal yang kamu punya, atas hal yang terjadi padamu, atas orang-orang yang ada di sekitarmu.

Setelah membaca artikel ini, yuk, kita coba mengutarakan rasa terima kasih terhadap apapun.siapapun itu. Tulis saja dulu, buat saja dulu. Masalah mau beneran diutarakan atau tidak, itu nanti. Karena perasaan bersyukur yang tidak tersampaikan pun tetap memiliki dampaknya bagi dirimu.

Seringlah Bersyukur, Ya!

Akhir kata, semoga tulisanku ini bisa memberikan insight tentang pentingnya bersyukur padamu ya! Terima kasih sudah membaca sampai di sini! Kalau kamu penasaran bagaimana caranya supaya bisa terus bersyukur, coba tonton video ini!

Oh dan satu lagi. Kamu juga harus bersyukur dan berterimakasih pada DIRIMU SENDIRI. Jangan lupakan dirimu, ya. Kamu adalah orang yang hebat dalam caramu sendiri. Terima kasih sudah menjaga dirimu sampai saat ini!

Jangan lupa juga untuk selalu mencintai diri sendiri ya. Jangan terus-terusan membandingkan dirimu dengan orang lain sehingga kamu kurang bersyukur. Coba ikut Tes Self-love yuk supaya kamu makin paham cara mencintai dirimu sendiri.

Nah, kalau kamu masih merasa sulit untuk bersyukur, kamu boleh banget berkonsultasi dengan mentor di Satu Persen. Satu Persen menyediakan layanan mentoring online. Kamu bisa curhat secara one-on-one kepada mentor sehingga kamu bisa mendapatkan insight cara bersyukur yang baik.

Kalau kamu mendapati kesulitan untuk menghargai dirimu sendiri, mungkin video ini bisa membantu. Thanks for being here!
Semoga tulisanku ini bisa berguna buatmu ya! Kalau kamu mau cek tulisanku yang lain, aku sedang menulis cerita di wattpad, judulnya LIGHT dan aku memiliki LINE Official Account tempatku menulis (ID: @ans3035i) Terima kasih banyak!

References

Allen, S. (2018). The Science of Gratitude. UC Berkeley: Greater Good Science Center.

Healthbeat. (n.d). Giving thanks can make you happier. Retrieved from Harvard Health Publishing: https://www.health.harvard.edu/healthbeat/giving-thanks-can-make-you-happier#:~:text=In%20positive%20psychology%20research%2C%20gratitude,adversity%2C%20and%20build%20strong%20relationships.

Morin, A. (2015, April 3). 7 Scientifically Proven Benefits of Gratitude. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/what-mentally-strong-people-dont-do/201504/7-scientifically-proven-benefits-gratitude

Wong, J., & Brown, J. (2017, June 6). How Gratitude Changes You and Your Brain. Retrieved from Greater Good Magazine: https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_gratitude_changes_you_and_your_brain

Read More
judi

Kapan Kita Harus Konsultasi ke Psikolog? (Konseling Online)

Gambar oleh Satu Persen - Konsultasi Psikologi Konseling Online
Satu Persen – Konsultasi Psikologi Konseling Online

Hello Perseners!

Kamu lagi stress gak? Bentar, bentar, kok jadi gitu pertanyaannya. Oke, gini aja, kamu pernah gak sih, merasa hidupmu itu lagi benar-benar kacau? Kayak, apapun yang kamu lakukan itu seperti tidak teratur, dan semakin hari semakin menjenuhkan.

Kamu merasa butuh bantuan, tapi kamu gak mau self-diagnose. Di sisi lain, kamu juga gak mau lebih lama lagi hidup dengan kondisi buruk seperti itu. Duh, enaknya gimana?  Kalau mau konsultasi ke psikolog, nanti bisa dicap aneh-aneh sama masyarakat. Duh, duh duh!

Oke, pertama-tama, aku mau bilang padamu bahwa there’s no shame in seeking help! Kamu tidak perlu takut ketika merasa butuh pergi konsultasi ke psikolog. Pertanyaannya sekarang adalah, kapan kamu harus pergi ke psikolog?

Apa yang Harus Kamu Ketahui?

Sederhananya begini, jika kamu merasa butuh berbicara empat mata dengan orang lain. Terutama tentang masalah hidup. Nah, pergi untuk konsultasi ke psikolog. Atau jalin hubungan dengan keluarga, teman, lingkungan sosial, atau bahkan mencari jati diri.

Konsultasi ke psikolog bukan sekedar curhat doang, loh. Kamu bisa mendapatkan feedback mengenai masalah yang sedang kamu hadapi. Kamu bisa merasa dimengerti oleh mereka dan actually getting your problems addressed ketika ngomong ke psikolog.

Sedangkan ketika kamu mengalami penyakit mental yang sudah mengganggu rutinitas dan kehidupan sehari-harimu. Atau kamu ingin berbicara mengenai medikasi yang tepat, kamu dapat pergi ke psikiater.

Jika kamu masih ragu, ada baiknya bertanya pada orang-orang terdekat atau sedekar berdiskusi dengan psikolog/psikiater yang kamu tahu untuk memastikan langkah apa yang sebaiknya kamu lakukan ke depannya.

Kalau aku pribadi, biar gampang mengingatnya, psikolog itu tanpa medikasi, psikiater itu dengan medikasi. Oke lanjut, kapan kamu harus berhenti menghadapinya sendiri dan konsultasi ke psikolog?

Kamu Merasa Semuanya Penuh Tekanan

Tentu saja kita sering merasa sedih dan gelisah, tapi tidak jarang perasaan tersebut hanya kekhawatiran sementara. Namun jika kamu merasakan emosi-emosi tersebut dalam intensitas yang mengganggu rutinitasmu, kurasa sudah waktunya kamu pergi membicarakannya dengan seseorang.

Ketika kamu merasa hal-hal dalam hidupmu membuatmu menghindari banyak hal, dan dengan kamu menghidari hal tersebut hidup semakin rumit dan malah membuatmu overthinking serta merasa hidupmu sangat teratur, seorang psikolog akan sangat membantumu.

Yang utama adalah, ketahui limitmu sendiri. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa kamu tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup, hanya saja, mohon untuk memperhatikan kesehatanmu sendiri.

Don’t be too harsh on yourself!

Kamu Mencari Pelampiasan

Game, makan, belanja, atau bahkan bekerja. Apapun bisa jadi pelampiasan. Kamu mencari hal-hal yang dapat membantumu untuk menekan perasaan yang kamu rasakan.

Contohnya dulu aku sempat pergi ke warnet untuk meredam isi kepalaku, karena dengan bermain game, aku dapat sejenak log out dari dunia nyata dan hidup dalam kebahagiann fana yang sementara. Tentu saja aku merasa senang, tapi tidak ketika aku kembali tersadarkan bahwa hidupku masih berlanjut dan masalah tersebut masih ada.

Yang ada, aku malah semakin gak karuan. Huh. Pelampiasan itu ada kadarnya tersendiri, kalau kamu merasa sudah dalam frekuensi yang tidak sehat, ding ding it’s time to go see a psychologist or just talk about your problems!

Kamu Mengalami Penurunan Performa

Wow, udah kayak apa aja, ‘penurunan performa’. Anyways, kadang hidup sudah terlalu rese sehingga kamu serta isi kepala dan hatimu senantiasa memperlambat performamu baik di dunia kerja, sekolah, maupun lingkungan sosialmu.

Kamu jadi susah fokus ketika belajar, kamu tidak merasakan kebahagiaan lagi ketika melakukan hal-hal yang biasanya kamu suka, hubunganmu dengan orang lain terasa memudar, dan your overall life experience feels numb.

Apakah kamu pernah mencapai titik tersebut? Titik jenuh yang benar-benar jenuh? Kalau sudah pernah, apa yang kamu lakukan? Kuharap kamu paling tidak curhat dengan teman atau membicarakannya dengan seseorang. Kalau kamu masih saja memendam semuanya sendiri, hentikan.

Hentikan tindakan yang merusak diri itu. Mungkin kamu berpikir bahwa dengan kamu menceritakannya pada orang lain, kamu akan merepotkan. Sesungguhnya tidak! Kalau kamu masih bersikeras demikian, maka konsultasilah ke psikolog terdekat.

Sungguh, lebih baik untuk membicarakan masalah yang kamu miliki ketimbang menyimpannya sendiri, karena suatu saat nanti endapan masalah-masalah tersebut akan meledak ketika kamu benar-benar mencapai batas. Kamu mungkin akan mendapati dirimu menangisi mie goreng yang jatuh ke wastafel atau susu yang tumpak ke lantai karena benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Jangan sampai seperti itu, ya!

Teman-Temanmu Mengkhawatirkanmu

Aku pribadi merasa  ini yang paling jelas. Ketika teman-temanmu -tidak perlu yang terdekat- merasa ada yang aneh denganmu, that’s a big sign.

Mungkin kamu merasa baik-baik saja, namun kadang pendapat orang lain sangat bisa membantumu untuk menilai keadaan. Kamu terkadang butuh, loh, orang-orang dari luar untuk melihat hal-hal yang tidak bisa kamu sadari dari dalam diri sendiri.

Yup, kurasa sampai di sini saja. Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Oh iya, kalau kamu ingin konsultasi, Satu Persen menyediakan layanan konseling loh! Kamu bisa mengunjunginya dengan klik gambar dibawah ini yah! Kalau masih ragu, coba deh ikut tes konsultasi dulu supaya kamu menemukan layanan yang cocok untuk kondisi kamu.

CTA-Blog-Post-06-1

Semoga harimu menyenangkan!

References

Bhatia, P. (2020, November 23). Should You See a Psychiatrist or a Psychologist First? Retrieved from Pacific Health System: https://pacifichealthsystems.com/blog/should-you-see-a-psychiatrist-or-a-psychologist-first/

Muller, G. (n.d). How do you know if you should see a Psychologist? Retrieved from The Psych Professionals: https://psychprofessionals.com.au/signsyouneedapsychologist/

Read More
judi

Toxic Masculinity di Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

toxic masculinity - seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas
Satu Persen – Toxic Masculinity di Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Editor’s Note: Artikel ini mengandung spoiler dari film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Jadi, buat kamu yang anti spoiler dan belum nonton filmnya, kamu bisa coba nonton dulu aja filmnya, ya! Atau, bisa juga coba baca artikel-artikel lain dari Blog Satu Persen. Selamat membaca!:D


Halo, Perseners! Balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen

Belakangan ini ramai sekali diperbincangkan film berjudul “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”. Bagaimana tidak? Film besutan sutradara Edwin ini berhasil memenangkan Golden Leopard, penghargaan tertinggi Festival Film Locarno di Swiss. Istimewanya, film yang diadaptasi dari Novel Eka Kurniawan ini juga berani mengangkat isu-isu sensitif, salah satunya adalah toxic masculinity atau maskulinitas beracun.

Jadi, hari ini aku akan bahas mengenai toxic masculinity. Buat Perseners bisa baca artikel ini sampai sampai selesai supaya dapat pemahaman yang baik tentang toxic masculinity, ya!

Apa itu Toxic Masculinity?

toxic masculinity
9gag.com

Sebuah penelitian dari Journal of School of Psychology mendefinisikan toxic masculinity sebagai konstelasi sifat-sifat maskulin yang regresif secara sosial, mendorong dominasi, devaluasi perempuan, homofobia, dan kekerasan seksual. Singkatnya, toxic masculinity adalah nilai-nilai yang harus dipegang teguh oleh laki-laki untuk berperilaku atau bersikap sesuai dengan gendernya.

Contohnya sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti laki-laki harus bersikap lebih dominan dari perempuan. Laki-laki harus menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya serta pantang mengekspresikan emosi supaya terlihat kuat.

Istilah toxic masculinity dipopulerkan oleh seorang psikolog Amerika Serikat bernama Shepherd Bliss pada tahun 1980-an. Shepherd memisahkan sifat positif dan negatif laki-laki kemudian membedakannya dengan istilah toxic masculinity. Sifat-sifat toxic yang Shepherd maksud adalah laki laki yang tidak bisa mengekspresikan emosi; merasa dominan secara fisik, intelektual, dan seksual; serta menurunkan harkat wanita (devaluasi wanita).

Toxic masculinity dalam film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dapat direpresentasikan, salah satunya dari tokoh Ajo Kawir. Ia dikenal sebagai jagoan dari Bojongsoang yang tidak takut mati. Berkelahi? Katakan saja kapan dan di mana, Ajo Kawir akan siap untuk bertarung.

Dibalik ketangguhannya sebagai petarung andal, ternyata ia menyimpan suatu rahasia besar. Ia sebenarnya adalah seorang impoten. Keadaan itu membuat ia merasa frustasi dan gagal sebagai seorang laki-laki. Sehingga membuat Ajo Kawir kemudian menunjukkan identitas maskulinitasnya sebagai laki-laki yang kuat dan tak terkalahkan.

Ajo Kawir dalam film seakan menunjukkan bahwa laki-laki harus bersikap demikian agar mendapat rasa hormat. Tanpa disadari, pandangan ini malah melestarikan atau melanggengkan budaya patriarki, Perseners! Toxic masculinity dalam diri Ajo Kawir juga tidak sehat dan membatasi geraknya buat berekspresi.

Baca juga: Kesehatan Mental bagi Pria: Cowok Gak Boleh Nangis?

Bahaya Toxic Masculinity

toxic masculinity
memegenerator.com

Menurut Ronald F. Levant, psikolog dan mantan presiden American Psychological Association (APA), budaya untuk berperilaku maskulin dapat memberikan efek yang berbahaya. Perilaku tersebut berpotensi terhadap pergaulan bebas dan rendahnya tanggung jawab secara sosial. Toxic masculinity tidak hanya berbahaya bagi anak laki-laki, namun juga pada perempuan. Sifat laki-laki yang lebih dominan dan superior dapat merendahkan hak asasi perempuan dan menimbulkan pelecehan seksual.

Seperti yang udah aku jelasin di atas, toxic masculinity juga dapat membatasi definisi sifat laki-laki untuk mengekspresikan dirinya di dalam masyarakat. Pembatasan definisi tersebut dapat menimbulkan konflik di dalam dirinya dan lingkungan laki-laki tersebut.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Melalui film “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”, keadaan Ajo Kawir yang impoten jelas menjadi konflik berat baginya. Ajo Kawir terlihat sangat obsesi dengan kejantanannya hingga membuatnya putus asa. Bagaimana tidak? Taruhannya adalah soal keperkasaan.

Ada anggapan dari masyarakat bahwa kejantanan seorang laki-laki dinilai dari alat kelaminnya. Hal ini menjadi semacam kompetisi yang sensitif bagi lelaki, seperti saling membandingkan ukuran alat kelamin. Para laki-laki percaya bahwa alat kelamin yang besar dan panjang menunjukan kemahirannya di atas ranjang. Anggapan ini juga yang membuat Ajo Kawir tak punya nyali untuk mengatakan cinta kepada orang yang ditaksirnya.

Baca juga: Mengenal Apa itu Insecure dan Cara Efektif untuk Mengatasinya

Lantas, Bagaimana Cara Menanganinya?

menghentikan toxic masculinity
me.me

Berdasarkan pedoman American Psychological Association (APA), organisasi profesi yang merepresentasikan psikologi di Amerika Serikat, diketahui bahwa tekanan sosial terhadap laki-laki menjadi penyebab terjadinya maskulinitas beracun. Sebuah penelitian dari APA juga mengatakan bahwa menghilangkan pandangan dan ekspektasi budaya tentang laki-laki dapat menjadi cara untuk mengurangi toxic masculinity.

Lantas, bagaimana caranya?

1. Edukasi Diri Sendiri

Untuk menangani toxic masculinity, hal yang perlu Perseners lakukan adalah tidak mempersempit bagaimana laki-laki harus berperilaku atau bersikap. Berhenti untuk terlihat selalu kuat, tangguh, dan dominan dalam setiap hal. Coba untuk memperluas konsep baru tentang laki-laki agar tidak terkekang sama definisi kuno.

Kalian bisa belajar mengenai kesadaran emosi, seperti kebaikan, kelembutan, ketergantungan, dan menerima kelemahan diri apa adanya. Sehingga kalian sebagai laki-laki dapat menerima diri sendiri secara utuh.

2. Konseling

Buat Perseners yang merasa berada dalam tahap ini atau merasa ragu tidak mendapat arahan yang baik apabila hanya menyelesaikan masalah sendiri. Kalian bisa kok berkonsultasi dengan Psikolog dari Satu Persen dengan klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-15

Kalian nantinya akan ditangani secara one-on-one oleh psikolog lulusan S2 profesi psikolog klinis dewasa. Sehingga, konseling akan membantu kalian untuk mendalami peran laki-laki secara lebih terarah dan terpercaya. Kalian juga akan dibantu untuk belajar mengenai kesadaran emosi lebih baik.

Oh iya, setelah psikolog memberikan diagnosis pasti, Perseners akan diberikan asesmen yang lebih mendalam atau terapi tertentu jika dibutuhkan. Satu Persen di sini akan selalu ada buat Perseners berkembang paling tidak satu persen setiap harinya.

Kalau kalian pengen nonton penjelasan lain tentang toxic masculinity ini, kalian juga bisa nonton video dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

YouTube Satu Persen – Kenapa Cowok Susah Curhat?

So, sekian dulu dari aku, semoga artikel ini dapat membantu kalian menjalani hidup seutuhnya. Akhir kata, aku cuman mau bilang kalau: “You have to be man before you can be a gentleman.

By the way, film ini sebenarnya masih tayang di bioskop, Perseners. Kalian bisa menikmati film ini di bioskop kesayangan, ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Referensi:

https://www.independent.co.uk/life-style/benedict-cumberbatch-toxic-masculinity-behaviour-men-b1964096.html

https://www.childrenssociety.org.uk/what-we-do/blogs/how-toxic-masculinity-affects-young-people

https://www.verywellmind.com/what-is-toxic-masculinity-5075107

https://edgar.ae/articles/how-to-identify-and-deal-with-toxic-masculinity/

Read More
judi

Kesehatan Mental Menurun, Harus Apa?


Ilustrasi orang mengalami kelelahan.

Sebagai manusia, pasti ada saat-saat di mana kita merasa sedih atau tertekan. Terkadang hal itu sampai mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Kita kehilangan nafsu makan, minat untuk melakukan hobi, punya kekhawatiran terhadap banyak hal, sampai kesulitan untuk tidur dan beraktivitas.

Sebenarnya, itu kenapa sih? Apakah ada yang salah dengan kesehatan mental kita? Kenapa, dan apa yang harus dilakukan?
Kalau kamu sedang mengalami situasi tersebut dan bingung harus ngapain, kamu berada di artikel yang tepat.

Daftar Isi

  1. Apa itu Kesehatan Mental?
  2. Tanda-tanda Kesehatan Mental memburuk
  3. Penyebab Kesehatan Mental menurun
  4. Cara meningkatkan Kesehatan Mental
  5. Jika kesehatan mental tidak kunjung membaik

Kesehatan Mental

Pertama, kita harus tahu dulu apa itu kesehatan mental.

Kalau menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan di mana kamu memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan dan stres sehari-hari, bekerja secara produktif, serta berkontribusi terhadap lingkunganmu.

Terus, apa saja tanda-tanda kesehatan mental mulai memburuk?

Ada beberapa tanda-tanda yang bisa kamu jadikan patokan untuk mengetahui baik-buruknya kondisi kesehatan mentalmu, diantaranya:

1. Kesulitan menghadapi masalah sehari-hari

Masalah itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita. Siapa sih yang nggak punya masalah? Nah, kamu harus mulai waspada ketika ada saat di mana kamu mulai kesulitan menghadapinya.

Misalnya, biasanya kamu bisa selesai mengerjakan tugas kuliah walaupun dengan susah payah. Tapi kali ini, kamu nggak bisa sama sekali menggerakkan dirimu untuk mengerjakan tugas. Hal inilah yang harus kamu perhatikan, barangkali ada sesuatu yang salah dalam dirimu.

2. Merasa tidak bahagia dan tertekan

Emosi manusia itu banyak sekali, dan sesekali kita mungkin merasa sedih dan tertekan. Namun, ketika perasaan itu kita alami berlarut-larut, ada baiknya kita waspada dan mulai aware terhadap kondisi kita.

Apalagi ketika kamu mulai tidak menikmati aktivitas yang biasanya membuatmu bahagia. Bisa jadi hal tersebut merupakan salah satu tanda menurunnya kondisi kesehatan mentalmu.

3. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan

Sebenarnya kedua hal tersebut merupakan hal yang wajar, namun menjadi sesuatu yang perlu kita waspadai apabila terjadi secara terus menerus dan mengganggu keseharian kita.

Kedua hal ini menjadi salah satu tanda menurunnya kesehatan mental, karena stress bisa memicu otak kita untuk merasa kelelahan dan berakibat pada konsentrasi dan pengambilan keputusan.

4. Perubahan pola tidur, makan, dan melakukan aktivitas sehari-hari

Salah satu tanda menurunnya kesehatan mental adalah perubahan dalam pola tidur dan makan.
Beberapa orang mengalami hilangnya nafsu makan atau kesulitan untuk tidur, sementara beberapa orang yang lain justru mengalami peningkatan nafsu makan atau jam tidur ketika sedang menghadapi stress.

5. Merasa hidup tidak berguna dan tidak ada artinya

Makna dan tujuan hidup itu sangat penting bagi kesehatan kita. Tanpa hal tersebut, kita menjadi hilang tujuan dan menganggap hidup tidak lagi berarti.
Seringkali, keinginan untuk menyakiti diri atau mengakhiri hidup juga timbul akibat hal ini. Kalau hal tersebut sudah mulai kamu rasakan, ada baiknya kamu mulai waspada.


Nah, kelima tanda tersebut sebenarnya udah jadi suatu “alarm” di hidup kita kalau misalnya ada sesuatu yang salah dari hidup kita. Kalau misalnya tanda-tanda itu kamu alami dan  udah mengganggu hidupmu, ada baiknya kamu segera mengambil action. Salah satunya adalah mengkonsultasikan permasalahanmu bersama Mentor Satu Persen yang siap membantumu.

Banner-Konsultasi-Ad-2


Ok, I see. Apa yang menyebabkan itu semua terjadi?

Sebenarnya, ada banyak faktor yang menyebabkan turunnya kesehatan mental pada dirimu. Tidak semua orang mengalami semua penyebab ini, tapi mungkin bisa jadi kamu mengalami salah satunya. Apa sajakah itu?

1. Kamu menghadapi tekanan yang besar.

Tekanan tersebut bisa berasal dari pekerjaan, keluarga, akademik, maupun hal lainnya.

Misalnya, kehilangan pekerjaan. Hal tersebut sangat menekan dirimu, karena kamu mungkin kehilangan pendapatan yang selama ini menjadi sumber pembiayaan hidupmu, bahkan keluargamu. Peristiwa tersebut juga mungkin membuatmu merasa gagal dan menimbulkan emosi negatif lainnya.

2. Kamu sedang menghadapi perubahan.

Perubahan itu bisa terjadi dalam berbagai hal.

Misalnya perubahan dalam keluarga, di mana kedua orang tuamu bercerai. Hal tersebut membuat perubahan yang besar dalam dinamika keluarga dan mempengaruhi kesehatan mentalmu.

3. Kamu sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Mungkin ada banyak hal yang sedang kamu cemaskan, seperti masalah masa depan, asmara, akademik, pekerjaan, dan lain sebagainya.

Jumlah kecemasan yang ‘pas’ bisa membantu kita tampil lebih baik dan merangsang kreativitas. Tapi, kecemasan yang muncul terus-menerus bisa menyebabkan tekanan emosional yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental kita.

4. Kamu sedang mengalami peristiwa kehilangan.

Kehilangan seseorang dapat menyisakan duka dalam diri kita. Duka adalah hal yang wajar, meskipun untuk beberapa saat, kamu mungkin merasakan emosi negatif yang cukup kuat dalam dirimu.

5. Kamu sedang dipenuhi banyak tanggung jawab.

Hal tersebut dapat membuatmu merasa kewalahan dan memicu timbulnya berbagai emosi negatif. Selain itu, kamu mungkin kehilangan waktu untuk bersantai dan melakukan aktivitas yang dapat membuatmu merasa bahagia.

6. Kamu sedang melewati periode penuh ketidakpastian.

Contohnya adalah ketika kita melewati masa pandemi. Ketidakpastian atau perubahan dapat membuat kita cemas tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Lalu, apa yang bisa aku lakukan untuk meningkatkan kesehatan mentalku?

Meski sulit, usahakan selalu untuk memenuhi kebutuhan dirimu, ya! Makanan sehat bisa menjadi sumber energi, yang juga bisa menimbulkan mood yang bagus dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Tidur yang cukup dapat me-recharge tubuh dan pikiranmu. Kekurangan tidur dapat membuat tubuh dan pikiranmu tidak berfungsi secara optimal. Sesibuk apapun kegiatanmu, jangan lupa luangkan waktu untuk beristirahat, ya!

2. Menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang lain

Sebagai makhluk sosial, kita punya kebutuhan emosional untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Berbagai penelitian mengungkapkan kalau kesepian bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental, bahkan fisik kita.  

Kamu bisa meluangkan waktu untuk menyapa atau berbincang sejenak dengan teman atau keluargamu setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Melakukan aktivitas fisik.

Kesehatan fisik memiliki hubungan dengan kesehatan mental. Ketika kita melakukan aktivitas fisik, otak kita mengeluarkan hormon serotonin dan endorphin, yang bisa meningkatkan suasana hati.

Nggak perlu melakukan aktivitas berat, aktivitas fisik ringan seperti berjalan selama 15 menit, juga sudah dapat membantu meningkatkan kesehatan mentalmu.

4. Melakukan penanggulangan (coping) stress dengan baik.

Stress adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam hidup kita, Karenanya, penting banget buat kita untuk punya coping yang baik untuk menangani stress.

Setiap orang punya caranya masing-masing untuk menangani stress. Temukan cara andalanmu, ya! Kamu bisa bercerita kepada teman, atau melakukan aktivitas-aktivitas yang menenangkan seperti meditasi atau menulis jurnal. Hindari juga melakukan aktivitas yang merusak tubuh untuk menghadapi stress, seperti minum alkohol atau merokok.

Apa yang harus aku lakukan apabila kondisi kesehatan mentalku tidak kunjung membaik?

Setiap orang memiliki batas dan kemampuan masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Apabila cara-cara yang biasa kamu lakukan sudah tidak mempan, Mentor dan Psikolog Satu Persen siap menjadi teman ceritamu kapanpun kamu mau! Kamu bisa ceritain masalah kamu secara private dan mentor akan membantu untuk temukan solusinya.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Read More
judi

Kapan Kita Harus Keluar Dari Zona Nyaman?

Siapa sih yang gak tau Deddy Corbuzier? Gue yakin lo semua udah pada tau. Om Deddy ini beberapa kali di mention sebagai The Godfather of Youtube Indonesia, atau bisa dibilang Bapaknya Youtube Indonesia lah.

Foto tim Satu Persen Bertemu Om Deddy Corbuzier

Youtuber dengan 18 Juta Subscriber ini sukses ngebangun Podcast Close The Door, yang bisa dibilang jadi salah satu Podcast paling sukses dan paling populer di Indonesia saat ini. Saking gokilnya, setiap ada drama di kalangan artis Indonesia, terus rame nih, eh besoknya artis itu udah ada lagi di Podcast Om Ded. Ada drama, rame nih, besoknya muncul. Ada drama nih, keliatannya rame nih, besoknya udah muncul lagi. Begitu aja terus sampe kita hafal sama polanya. Bahkan, gue pernah liat meme Will Smith yang diwawancara Om Ded karena drama di panggung Oscar 2022.  Rasanya kayak gak afdol aja gitu kalo belum ada klarifikasi di Podcast Om Ded wkwkwk.

Tapi, lo tau gak sih kalo ini bukan kali pertama Om Ded sukses di hal yang dia tekuni?

Di tahun 2010, dia pernah dapet penghargaan sebagai orang Asia pertama yang dapet gelar World Best Mentalist. Mungkin beberapa dari lo juga pertama tau Om Ded dari aksi-aksi sulapnya di atas panggung. Gak cuma itu, dia juga pernah jadi host di salah satu talkshow yang bisa gue bilang populer dan berhasil lah, yaitu Hitam Putih. Dan masih banyak lagi hal yang Om Ded lakuin, dan dia sukses di sana.

Pertanyaannya, kok bisa sih, Om Ded terus sukses meskipun berkali-kali ganti haluan?

Pertama, gue mau ngejelasin dulu salah satu konsep yang dikenalin sama Dr. James Carse di pertengahan tahun 1980. Beliau mendefinisikan hidup ini sebagai “permainan” (dalam tanda kutip) yang dibagi jadi 2 jenis, yaitu Finite Game dan Infinite Game. Konsep ini juga dipopulerkan kembali oleh Simon Sinek, Psikolog Amerika di bukunya yang berjudul The Infinite Game.

Finite Game

Finite Game adalah permainan yang lo tau siapa aja pemainnya, lo tau aturannya gimana, aturan itu bersifat kaku alias gak bisa berubah dan udah disepakati oleh setiap pemain, dan tujuannya adalah memenangkan permainan. Contohnya, permainan sepak bola.

Pemainnya udah jelas 11 orang, gak mungkin kan tiba-tiba jadi 12 gitu wkwkwk. Terus peraturannya kaku, 2 kali 45 menit, kalo seri ada perpanjangan waktu. Dan tujuannya jelas, yaitu menang meskipun ada beberapa kasus yang hasil pertandingannya seri. Tapi intinya, selalu ada yang menang dan selalu ada yang kalah.

Infinite Game

Sedangkan Infinite Game adalah permainan yang lo gak tau siapa aja pemainnya, which is setiap orang bisa keluar masuk kapanpun. Peraturannya sangat fleksibel, gak tetap, dan bisa banget berubah. Tujuannya bukanlah menang kayak Finite Game tadi, tapi bermain selama mungkin, atau simpel nya bisa survive.

Contohnya, kehidupan. Manusia udah hidup berabad-abad lamanya sampe bisa bertahan hingga ke generasi kita sekarang, si paling healing wkwk. Mungkin kita tau berapa banyak manusia di bumi sekarang, tapi kita gak tau siapa aja orangnya. Dan gak ada peraturan yang baku tentang hidup, lo bisa hidup gimanapun caranya, dan jadi apapun yang lo mau. Dan ya, tujuannya adalah tadi, bisa bertahan hidup. Gak ada istilah menang atau kalah dalam hidup.

Kalo kata Simon Sinek, yang jadi permasalahan sekarang adalah: banyak orang yang masih belum tau dia lagi main di jenis permainan yang mana. Ibaratnya kayak lo main buat menang di permainan yang gak ada akhir. Sampe kapanpun lo gak akan menang karena permainan itu gak akan pernah beres. Atau mungkin sebaliknya, lo main buat survive di permainan yang cuma berdurasi 90 menit. Bakal susah buat lo ngalahin lawan yang all out di 90 menit itu.

Biar makin kebayang, gue kasih contoh lagi nih, yaitu fenomena Es Kepal Milo yang hype banget pada masanya. Gue liat gak sedikit orang yang akhirnya ikut jualan makanan itu juga, bahkan menggantungkan hidupnya kesana. Eh tapi nyatanya, trend Es Kepal Milo gak bertahan selama itu, bahkan mungkin sekarang kita udah jarang banget liat orang yang jual Es Kepal Milo, atau ngejadiin Es Kepal Milo sebagai pilihan utama kalo mau beli eskrim.

Coba lo bayangin gimana nasibnya penjual yang all out di bisnis itu, dan ternyata produknya udah gak cocok lagi sama pasarnya?

Contoh lainnya, gue mau tanya ke lo semua, siapa sih disini yang hp-nya masih pake Blackberry? Kalo ada, mungkin lo bisa bilang di kolom komentar ya, karena lo keren banget wkwkwk. Tapi, kalo dari konteks Blackberry secara produk perusahaan, bisa dibilang mereka gagal beradaptasi sama perkembangan zaman, which is pada saat itu trend android udah mulai menggeser Blackberry. Akhirnya, Blackberry pun ditinggalkan banyak penggunanya.

Masalah akan terus datang

Masalah bakal terus dateng kalo lo bermain dengan mindset yang salah. That’s why lo harus nyoba buat mempelajari dan nyari tau, sebenernya lo lagi main di permainan yang mana sih? Apakah lo harus all out buat jangka waktu tertentu, ngasih semua yang lo punya dan lo bisa, atau lo harus bisa ngatur sumber daya lo supaya bisa bertahan selama mungkin?

Kalo di kasus Infinite Game, tadi ya, tujuannya bukan menang tapi bertahan selama mungkin. Makanya orang-orang yang punya mindset kayak gini bener-bener gak takut sama perubahan. Mereka bisa aja ninggalin apa yang mereka lakuin sebelumnya, demi bisa bertahan. Contohnya, Deddy Corbuzier yang ninggalin panggung sulap, padahal Om Ded udah jadi pesulap no 1 di dunia. Atau mungkin Reza Arap, Gamer Ganteng Idaman yang ngasih channel youtube nya gitu aja, dan mulai masuk ke industri yang baru. Karena mungkin buat mereka, ada yang lebih penting dari menang, yaitu bisa bertahan di industri ini selama mungkin.

Ada satu kutipan yang gue suka dari Om Ded. Gue lupa spesifik nya gimana, tapi intinya gini, “Orang hebat, adalah orang yang tau kapan dia harus mulai, dan kapan dia harus berhenti.” Gue sepakat sih, dan ini relate sama kasus Infinite Game. Karena di dunia yang serba cepat dan instan ini, lo bener-bener harus memperhatikan timing. Lo harus tau kapan waktu yang pas buat mulai, kapan waktu yang pas buat lo berhenti, dan mulai melakukan hal yang baru.

Ada satu kata kunci yang bisa bikin lo punya mindset sebagai pemain di Infinite Game, yaitu constant improvement, atau pertumbuhan yang konstan, gak pernah berhenti. Maksudnya gimana? Gue coba bikin kerangka pemikirannya ya.

Gimana caranya lo bisa survive? Lo harus bisa beradaptasi. Gimana caranya supaya lo bisa beradaptasi? Lo harus terus relevan sama perkembangan zaman. Gimana caranya biar lo terus relevan? Lo harus terus belajar. Dan mindset belajar yang paling cocok di Infinite Game adalah Growth Mindset.

Karena bisa aja, apa yang lo pelajari bulan ini, bisa 180 derajat berbeda sama apa yang lo pelajarin 3 bulan kedepan. Contohnya gue. Gue lulusan Psikologi, tapi sekarang gue harus punya skill set sebagai seorang CEO, which is itu bidangnya lebih condong ke manajemen dan bisnis.

Pada akhirnya, menjadi pemain di Infinite Game itu bisa dibilang susah-susah gampang. Kenapa? Karena kita gak diajarin gimana caranya di sekolah kita dulu. Se simpel cara menangani stres, apakah lo diajarin di kelas? Gue yakin, banyak yang gak diajarin. That’s why gue coba bangun Satu Persen ini sebagai Life School, sekolah tentang kehidupan yang bisa ngebantu lo menuju Hidup Seutuhnya, hidup yang sesuai dengan makna hidup lo dan apa yang lo inginkan. Produk-produk yang ada di Satu Persen juga kayak mentoring, kelas online, webinar, workshop, dan sebagainya, itu kita bangun tidak lain dan tidak bukan buat ngebantu hidup lo, salah satunya biar gimana caranya lo buat bisa jadi pemain di Infinite Game, punya mindset yang cocok di Infinite Game.

That’s all for now, thank you banget buat lo yang udah baca ini sampai habis. Gue harap, artikel ini bisa bermanfaat buat lo dan kehidupan lo di masa yang akan datang. Dan tadi, semoga bisa ngebantu lo menentukan mindset yang tepat dalam menjalani hidup.

Akhir kata, Gue Jhon dari Satu Persen, Thanks!

Read More