putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Gimana

judi

Susah Bersosialisasi sebagai Pemicu Stres, Gimana Solusinya?

Susah Bersosialisasi sebagai Pemicu Stres, Gimana Solusinya?
Susah Bersosialisasi sebagai Pemicu Stres, Gimana Solusinya?

Halo, Perseners! Di era digital ini, kita sering kali terjebak dalam dunia maya, lupa bahwa interaksi manusia ke manusia itu gak bisa digantikan oleh layar HP atau komputer. Mungkin lo gak sadari pentingnya, tapi sebenarnya penting banget buat kesehatan mental kita. Kurangnya interaksi sosial, bisa memicu stres dan menurunkan produktivitas.

Stres adalah reaksi tubuh yang terjadi ketika kita menghadapi ancaman, perubahan, atau tekanan. Ini bisa muncul karena situasi atau pikiran yang bikin kita marah, gugup, atau putus asa. Gak cuma fisik yang terpengaruh, tapi juga mental kita.

Nah, yang menarik adalah, kurangnya interaksi sosial ternyata bisa jadi salah satu pemicu stres. Di zaman sekarang, banyak orang yang lebih nyaman berinteraksi dengan gadget daripada bertatap muka langsung. Padahal, ketika kita gak berinteraksi sosial dan bertemu orang lain, kita kehilangan kesempatan untuk berbagi dan menceritakan keluh kesah kita. Akibatnya, beban masalah yang kita hadapi bisa jadi lebih berat dan memicu stres.

Tapi, bukan cuma kurangnya interaksi sosial aja yang bisa bikin stres. Ada beberapa hal lain yang juga bisa jadi pemicu, seperti tekanan pekerjaan, masalah finansial, hubungan pribadi yang bermasalah, mengidap penyakit berbahaya, menghadapi kegagalan, kondisi mental tertentu, bahkan kematian orang tersayang. Semua ini bisa bikin kita stres.

Mungkin lo pernah merasakan salah satu, atau bahkan beberapa dari pemicu stres ini. Dan mungkin, tanpa lo sadari, kurangnya interaksi sosial bisa jadi salah satu faktor yang memperparah keadaan. Sekarang, pertanyaannya adalah, kenapa interaksi sosial itu penting? Jawabannya sederhana: kita adalah makhluk sosial.

Kita butuh orang lain untuk berbagi, untuk merasa terhubung, dan untuk merasa validasi. Ketika kita terisolasi, kita kehilangan elemen penting dalam kehidupan kita, yang bisa berakibat pada kesehatan mental kita.

Tapi, di sisi lain, interaksi sosial juga bisa jadi racun, lho. Gimana caranya? Ya, ketika kita terlalu tergantung pada validasi dari orang lain, atau ketika kita terlalu sering berinteraksi dengan orang-orang yang toxic. Ini bisa jadi bumerang yang malah bikin kita stres.

Jadi, gimana dong caranya? Kita harus menemukan keseimbangan. Kita harus bisa memilah, mana interaksi yang sehat dan mana yang toxic. Kita juga harus belajar untuk gak terlalu tergantung pada validasi dari orang lain. Ini semua gak mudah, tapi penting banget buat kesehatan mental kita.

Apa sih Penyebab Susah Berinteraksi Sosial?

Kurangnya interaksi bisa memicu stres, tapi kenapa sih kadang-kadang kita merasa susah untuk berinteraksi dengan orang lain? Era digital ini, kita sering kali lebih memilih berinteraksi dengan gadget daripada orang lain. Ini salah satu faktor yang bikin kita jadi kurang berinteraksi sosial. Kita lebih nyaman chatting atau scrolling media sosial daripada ngobrol langsung. Tapi, kenapa sih ini bisa terjadi?

  1. Kenyamanan Dalam Zona Nyaman: Gadget memberikan kita kenyamanan. Lo bisa berinteraksi tanpa harus keluar rumah, tanpa harus berhadapan langsung dengan orang lain. Ini membuat kita jadi terbiasa dan nyaman di zona nyaman kita sendiri.
  2. Ketakutan Akan Penolakan dan Kritik: Banyak dari kita yang takut untuk berinteraksi karena takut ditolak atau dikritik. Ini bisa jadi karena pengalaman buruk di masa lalu atau karena kita terlalu khawatir tentang pendapat orang lain.
  3. Kurangnya Kepercayaan Diri: Ini juga salah satu alasan utama. Banyak orang yang merasa gak cukup baik, gak menarik, atau gak pintar, sehingga mereka menghindari interaksi sosial.
  4. Tekanan Sosial dan Standar yang Tinggi: Kadang, tekanan untuk selalu tampil sempurna di depan orang lain bisa jadi beban. Standar sosial yang tinggi membuat kita takut untuk berinteraksi karena takut gak memenuhi ekspektasi.
  5. Ketergantungan pada Teknologi: Ini era digital, di mana kita tergantung banget sama teknologi. Ini membuat kita lupa cara berinteraksi secara alami dan langsung.
  6. Masalah Mental atau Emosional: Beberapa orang mungkin mengalami masalah mental atau emosional yang membuat mereka susah untuk berinteraksi, seperti kecemasan sosial, depresi, atau trauma.

Nah, dengan mengetahui alasan-alasan ini, kita bisa mulai memahami kenapa kadang kita atau orang di sekitar kita merasa susah untuk berinteraksi sosial. Tapi, ingat, setiap masalah pasti ada solusinya.

Bagaimana Cara Berinteraksi Sosial?

Setelah kita mengerti alasan dan tantangan dalam berinteraksi sosial, sekarang saatnya kita bahas solusinya. Bagaimana sih cara kita bisa berinteraksi sosial dengan lebih baik? Ini penting banget, karena seperti yang udah kita bahas sebelumnya, interaksi sosial itu vital untuk kesehatan mental kita.

  1. Mulai dari Lingkungan Terdekat: Gak perlu langsung berinteraksi dengan banyak orang. Mulai dari yang terdekat, seperti keluarga atau teman dekat. Ini bisa jadi langkah awal yang baik untuk membangun kepercayaan diri dalam berinteraksi.
  2. Latihan Komunikasi: Komunikasi itu kunci utama dalam interaksi sosial. Latih cara berbicara, mendengarkan, dan memberi respons. Ini bisa dilakukan melalui percakapan sehari-hari, atau bahkan melalui latihan seperti role-playing.
  3. Bergabung dengan Komunitas atau Kelompok: Cari komunitas atau kelompok yang sesuai dengan minat atau hobi lo. Ini bisa membantu lo untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki kesamaan, sehingga lebih mudah untuk berinteraksi.
  4. Menggunakan Teknologi dengan Bijak: Kita gak bisa menghindari teknologi, tapi kita bisa menggunakannya dengan bijak. Gunakan media sosial atau aplikasi chatting untuk membangun jembatan komunikasi, bukan sebagai pengganti interaksi langsung.
  5. Menghadapi Ketakutan: Hadapi ketakutan lo dalam berinteraksi. Ini bisa dilakukan dengan perlahan, misalnya dengan menghadiri acara sosial kecil, atau berbicara di depan umum. Ingat, setiap langkah kecil itu penting.
  6. Mencari Bantuan Profesional jika Diperlukan: Jika lo merasa ada masalah yang lebih serius, seperti kecemasan sosial, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog atau terapis bisa membantu lo untuk mengatasi masalah ini.
  7. Praktik Mindfulness dan Kehadiran: Saat berinteraksi, cobalah untuk benar-benar hadir. Ini berarti mendengarkan dengan baik, tidak terganggu oleh pikiran lain, dan benar-benar fokus pada orang yang lo ajak bicara.
  8. Bersikap Terbuka dan Jujur: Jangan takut untuk menunjukkan siapa diri lo sebenarnya. Orang-orang akan lebih menghargai kejujuran dan keaslian daripada mencoba menjadi seseorang yang bukan diri lo.
  9. Belajar dari Pengalaman: Setiap interaksi adalah kesempatan untuk belajar. Jika ada yang gak berjalan sesuai harapan, jangan langsung down. Ambil pelajaran dari situasi tersebut dan gunakan untuk memperbaiki interaksi berikutnya.
  10. Bersabar dan Terus Berusaha: Perubahan gak akan terjadi dalam semalam. Butuh waktu dan usaha untuk memperbaiki keterampilan interaksi sosial. Jadi, bersabarlah dan terus berusaha.

Dengan menerapkan tips-tips ini, lo bisa mulai memperbaiki cara lo berinteraksi dengan orang lain. Dan ingat, setiap langkah kecil itu penting.

Apa sih Manfaat Berinteraksi Sosial

Setelah kita membahas bagaimana cara berinteraksi sosial, penting untuk mengerti manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan dari berinteraksi sosial. Percaya deh, manfaatnya itu bukan cuma satu atau dua, tapi banyak banget dan bisa berdampak besar pada kehidupan kita.

  1. Meningkatkan Kesehatan Mental: Menurut Halodoc, berinteraksi sosial bisa membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Ketika kita berinteraksi, kita berbagi pikiran dan perasaan, yang bisa membantu kita merasa lebih baik dan lebih ringan.
  2. Membangun Rasa Percaya Diri: Dengan berinteraksi, kita belajar untuk mengungkapkan diri dan pendapat kita. Ini bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri kita.
  3. Meningkatkan Keterampilan Komunikasi: Semakin sering kita berinteraksi, semakin baik pula keterampilan komunikasi kita. Ini penting, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
  4. Memperluas Jaringan dan Peluang: Berinteraksi sosial membuka banyak peluang, baik itu untuk pertemanan, pekerjaan, atau hal-hal lainnya. Jaringan yang luas bisa membawa banyak manfaat dalam kehidupan kita.
  5. Meningkatkan Empati dan Pengertian terhadap Orang Lain: Ketika kita berinteraksi dengan berbagai jenis orang, kita belajar untuk lebih memahami dan berempati dengan mereka. Ini membantu kita menjadi lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan.
  6. Mendapatkan Dukungan Sosial: Dukungan sosial itu penting, terutama saat kita menghadapi masalah atau tantangan. Dengan memiliki jaringan sosial yang baik, kita bisa mendapatkan dukungan yang kita butuhkan.
  7. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Percaya atau tidak, berinteraksi sosial juga bisa berdampak positif pada kesehatan fisik kita. Menurut beberapa penelitian, orang yang memiliki hubungan sosial yang baik cenderung memiliki risiko lebih rendah untuk berbagai penyakit.
  8. Membantu Pertumbuhan Pribadi: Melalui interaksi sosial, kita belajar banyak hal, dari pengalaman orang lain, dari cara mereka menghadapi masalah, dan dari perspektif yang berbeda. Ini semua membantu pertumbuhan pribadi kita.
  9. Meningkatkan Kebahagiaan dan Kepuasan Hidup: Berinteraksi dengan orang lain bisa membuat kita merasa lebih bahagia dan lebih puas dengan hidup kita. Ini karena kita merasa terhubung, dihargai, dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
  10. Mengurangi Risiko Penyakit Mental: Berinteraksi sosial secara teratur bisa mengurangi risiko kita untuk mengembangkan penyakit mental seperti depresi dan kecemasan.

Nah, itu dia beberapa manfaat dari berinteraksi sosial. Dengn manfaat ini, lo akan lebih termotivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.

Kesimpulan

Perseners, kita sudah ngomongin tentang pentingnya interaksi sosial, tantangan-tantangannya, cara mengatasinya, dan tentu saja, manfaat-manfaat yang bisa kita dapatkan dari berinteraksi sosial.

Ingatlah bahwa interaksi sosial itu bukan cuma penting, tapi penting untuk kesehatan mental kita. Kurangnya interaksi sosial bisa memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Tapi, di sisi lain, berinteraksi sosial bisa membawa banyak manfaat, mulai dari meningkatkan kesehatan mental dan fisik, memperluas jaringan, hingga meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup.

Kita juga harus ingat bahwa setiap orang punya tantangannya masing-masing dalam berinteraksi sosial. Tapi, dengan langkah-langkah yang tepat, kita bisa mengatasi tantangan-tantangan itu. Mulai dari membangun kepercayaan diri, menggunakan teknologi dengan bijak, hingga mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Jika lo merasa kesulitan dalam berinteraksi sosial atau menghadapi masalah kesehatan mental lainnya. Jangan pernah merasa malu atau ragu untuk mencari bantuan. Ingat, mencari bantuan itu tanda kekuatan, bukan kelemahan.

Lo bisa menggunakan layanan konseling untuk mendapatkan bantuan dari profesional yang berpengalaman dan tentunya bisa dipercaya. Mereka siap membantu lo untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin lo hadapi, termasuk dalam hal interaksi sosial.

Yuk, klik di sini untuk mendaftar. Jangan ragu untuk mengambil langkah ini. Ingat, lo gak sendirian. Ingat, bahwa setiap langkah kecil yang lo ambil itu penting. Jangan pernah meremehkan kemajuan, sekecil apa pun itu. Setiap usaha yang lo lakukan untuk memperbaiki interaksi sosial dan kesehatan mental lo itu berharga. Jadi, teruslah berusaha, teruslah belajar, dan ingatlah bahwa lo selalu bisa mendapatkan bantuan jika lo membutuhkannya. #HidupSeutuhnya.

Berikut adalah tiga rekomendasi judul dari blog yang sudah kita bahas:

  1. Mengatasi Stres dengan Interaksi Sosial: Tips & Trik
  2. Manfaat Berinteraksi: Lebih dari Sekedar Obrolan
  3. Kesehatan Mental dan Sosial: Kunci Bahagia Generasi Muda

Referensi:

  1. Goffman, E. (1967). Interaction Ritual: Essays on Face-to-Face Behavior. Anchor Books.
  2. Hall, E. T. (1966). The Hidden Dimension. Doubleday.
  3. Hinde, R. A. (1997). Relationships: A Dialectical Perspective. Psychology Press.
  4. Knapp, M. L., & Daly, J. A. (2011). The Handbook of Interpersonal Communication, 4th ed. Sage Publications.
  5. Tannen, D. (1990). You Just Don’t Understand: Women and Men in Conversation. William Morrow and Company.
Read More
judi

Gimana Cara Menghadapi Orang dengan Penyakit Kejiwaan?

Gambar oleh Satu Persen - Menghadapi Orang Sakit Jiwa
Satu Persen – Menghadapi Orang Sakit Jiwa

Halo! How was your day, Perseners? Salam kenal, aku Ruth, salah satu associate blog writer di Satu Persen.

Kali ini, aku mau bahas penyakit kejiwaan yang orang masih sering gak tau cara menanganinya walaupun masing-masing dari kita punya obatnya. Bukan flu, bukan gondok, tapi penyakit kejiwaan.

“Sakit jiwa lu, ya?” “Maklum, lagi abis obatnya.”

Kamu mungkin gak asing sama kata-kata kayak gitu. Bercandanya sih memang gampang. Nyatanya, nyembuhin penyakit kejiwaan gak semudah memutar otak buat bales ledekan teman.

Tapi, gak perlu khawatir. Karena, sama aja kayak penyakit fisik, penyakit kejiwaan itu bisa disembuhkan. Mungkin sehari-hari kamu sadar ada orang-orang di sekitarmu yang kelihatannya lagi punya masalah. Walaupun gitu, gak ada cara pasti untuk tau apa yang lagi mereka pikirkan dan rasakan.

Dan kamu gak harus selalu tau.

Cukup tau aja kalo apapun yang kamu lakukan untuk membantu mereka melewatinya itu sangat berarti buat mereka. Soalnya, aku yakin kamu sendiri pasti pernah melewati masa-masa sulit. Dan ada saatnya juga kamu khawatir tentang kesehatan jiwa orang lain.

Sebelum tau cara menghadapi orang yang sedang mengalami penyakit kejiwaan, coba kita kenalan dulu sebentar sama definisi aslinya.

Apa itu Penyakit Kejiwaan?

Dikutip dari UU Kesehatan Jiwa No.18 Tahun 2014, Orang Dengan Masalah Kejiwaan alias ODMK adalah orang-orang yang punya masalah mental, fisik, sosial, pertumbuhan dan perkembangan.

Baca juga: Masalah Kesehatan Mental di Indonesia

Nah, kualitas hidup yang terganggu ini punya resiko bagi mereka yang punya penyakit kejiwaan untuk mengalami gangguan jiwa. Dan menurut American Psychiatric Association, konsep penyakit kejiwaan sendiri menunjukkan ciri disfungsi pada individu dan bukan disfungsi masyarakat.

Bisa itu berupa depresi, rasa putus asa, cemas, atau khawatir yang berlebihan. Mungkin juga memiliki halusinasi, rasa sedih tanpa alasan yang jelas, atau bahkan mudah marah karena penyalahgunaan zat narkoba.

Nah, kita kan udah kenalan dikit sama penyakit kejiwaan. Sekarang, gimana sih cara menghadapi orang dengan masalah kejiwaan?

Gimana Cara Menghadapi Orang dengan Masalah Kejiwaan?

Semisal kamu merasa kenal dengan seseorang yang memiliki penyakit kejiwaan, mungkin sulit bagimu buat tahu apa yang harus dilakukan. Kalo kamu sadar ada seseorang yang sedang mengalaminya, penting bagimu untuk gak menunggu. Jangan tunggu mereka datang dulu untuk minta bantuan.

Mencoba membuka pembicaraan dengan seseorang sering kali merupakan langkah pertama yang harus diambil ketika kamu tahu doi sedang mengalami masa yang sulit. Dengan cara ini kamu bisa tahu apa yang lagi membebani pikiran mereka. Cari tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk meringankannya.

Dilansir dari Mental Health Foundation, berikut beberapa cara yang bisa kamu praktikan dalam menghadapi seseorang yang mengalami sakit jiwa:

1. Waktu dan Tempat Dipersilakan

Memberikan kebebasan buat doi mencurahkan apa yang lagi dirasa dan dipikirkan. Mulai dari waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan. Entah itu teralihkan dengan kamu yang curi-curi pandang sama notifikasi hp-mu atau kamu yang gak bisa dengar ceritanya karena rumahmu lagi ramai sama kuli proyek.

Jangan lupa untuk biarkan mereka menikmati kesedihannya. Cukup dengan memberi ruang untuk meluapkan apa yang dirasa dengan jujur tanpa menutup-nutupinya. Tapi, tetap sadarkan mereka saat kamu rasa kesedihan itu sudah menenggelamkan mereka sampai hilang kendali.

Begitupun kamu juga harus bisa mengendalikan diri. Jangan sampai melewati personal boundaries mereka. Kamu ada di sampingnya untuk jadi pendengar, jadi kamu gak harus mencecar-nya dengan banyak pertanyaan.

Podcast Satu Persen – Menjadi Pendengan yang Baik

2. Jangan Tekan Mereka

Biarkan mereka memimpin pembicaraan dengan kecepatan mereka sendiri. Jangan menekan mereka untuk memberitahu kamu apa pun yang belum siap mereka bicarakan. Berbicara membutuhkan banyak kepercayaan dan keberanian.

Kamu mungkin orang pertama yang bisa mereka ajak bicara tentang hal ini.

3. Jangan Self-Diagnose

Kecuali kamu ahli medis, meskipun kamu senang memberi dukungan, kamu bukanlah seorang konselor terlatih yang bisa menjustifikasi perasaan dan menentukan penyakit kejiwaan doi. Usahakan untuk gak membuat asumsi tentang apa yang salah. Dan jangan terlalu cepat membuat diagnosis atau mengikuti solusi kamu sendiri.

Gambar oleh pch.vector dari Freepik
Gambar oleh pch.vector dari Freepik

4. Buat Pertanyaan Tetap Terbuka

Coba tanyakan “Gimana kalo kamu ceritakan perasaanmu? Tapi, kalo kamu siap aja,” daripada “Aku bisa lihat kamu sedih banget, sih”.

Ingat untuk menjaga bahasamu tetap netral. Beri doi waktu untuk memproses perasaannya dan ngasih jawaban. Usahakan untuk gak memborbardirnya dengan terlalu banyak pertanyaan.

5. Berikan Solusi Menangani Stres

Perhatikan situasi kondisi dan toleransi dulu, guis. Saat dirasa ada kesempatan pas doi lebih tenang, sisipkan pembicaraan tentang cara menghilangkan stres atau mempraktikkan perawatan diri.

Coba juga: Cara Terbaik Merawat Diri

Bisa juga tanyakan apakah mereka menemukan suatu kegiatan yang berguna buat diri mereka kayak olahraga, jalanin pola makan yang sehat, atau bahkan tidur malam yang nyenyak juga bisa bantu melindungi kesehatan mental mereka.

Kamu bisa tonton video di bawah ini untuk mengetahui lebih jauh cara-cara mengatasi stres.

YouTube Satu Persen – Cara Menghadapi Stress

6. Dengarkan Baik-Baik

Kamu bisa ulang ke mereka apa yang mereka bilang buat memastikan kalo kamu udah mendengar dan memahaminya.

Kamu gak harus setuju dengan apa yang doi katakan, dan mungkin aja doi udah mengucapkannya berulang-ulang. Tapi, dengan menunjukkan kalo kamu memahami perasaannya aja kamu udah buat doi tahu kalo kamu menghargai perasaannya.

7. Ketahui Batasan Kamu

Kamu bisa inisiatif mencari bantuan atau informasi terkait kalo kamu yakin mereka dalam bahaya langsung atau ngalamin cedera yang memerlukan perhatian medis.

Kamu yang tau kalo dirasa harus ambil tindakan untuk memastikan mereka aman.

Gambar oleh pch.vector dari Freepik
Gambar oleh pch.vector dari Freepik

Tetap ingat kalo mereka juga punya personal boundaries tadi yang kusebut di atas. Hindari hal-hal yang kamu rasa sensitif. Berhenti kalo kelihatannya mereka gak nyaman membicarakannya alias hal-hal privasi yang kamu sendiri juga punya.

Mungkin kamu bisa coba posisikan dirimu sebagai mereka. Kamu juga pasti punya batas-batas yang gak mau orang lain lewati tanpa seizin mu, kan?

8. Tawarkan Bantuan Profesional dan Beri Informasi Terkait

Mungkin kamu bisa menawarkan doi buat pergi ke dokter umum bareng, atau bantu doi berbicara sama teman atau anggota keluarga.

Cobalah untuk gak mengambil kendali dan biarkan mereka membuat keputusan.

Tapi, kalo dirasa mereka udah hilang arah dan malah membuat keputusan yang buruk, ada baiknya kamu mengingatkan dan menyadarkan doi untuk tetap di jalan yang baik buat dirinya.

Sekiranya kamu kenal sama seseorang yang sedang memiliki penyakit kejiwaan dan membutuhkan bantuan profesional, atau kamu sekedar mencari informasi terkait menangani penyakit kejiwaan, kamu selalu bisa tanya-tanya atau cari informasinya melalui Satu Persen.

Dengan mengikuti layanan konseling yang disediakan oleh Satu Persen, kamu bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani orang-orang yang sedang mengalami masalah kejiwaan.

Selain bisa cerita dengan aman sama Psikolog Satu Persen, kamu juga bisa dapat banyak benefit lainnya, loh! Untuk benefitnya cukup klik aja gambar di bawah ini, ya.

Satu-Persen-Artikel--30--3

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih lagi menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya. Terima kasih dan sampai jumpa!

References

https://www.psychologytoday.com/us/blog/she-comes-long-way-baby/201908/what-is-mental-illness-and-who-has-it#:~:text=Mental%20illness%20is%20designed%20to,been%20more%20political%20than%20scientific.

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-couch/201903/everybody-needs-boundaries-6-ways-make-them-work-you

https://www.mentalhealth.org.uk/publications/supporting-someone-mental-health-problem

Read More