putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Fisik

judi

Kenali Gejala Fisik Kamu Depresi

kenali-gejala-fisik-kamu-depresi
Satu Persen – Sakit Fisik atau Depresi

Hi, Perseners! Selamat datang di artikel aku, ya. Buat yang belum kenal, aku, Keysha, dan di sini sebagai Associate Writer.

Nah, Perseners, ada nggak, sih, yang sering kepikiran soal kondisi well-being kalian sebagai manusia? Misalnya ketika kalian sering pusing, sakit perut, mual, atau mungkin sakit punggung terus kalian jadi mikir “sebenarnya gue sakit fisik biasa atau jangan-jangan depresi ya?”

Hmm, emang, sih, isu mengenai depresi ini belum sepenuhnya diperhatikan sama orang-orang terutama yang menyangkut gejala secara fisik.

Seringkali, orang-orang di sekitar kita atau bahkan diri kita sendiri pun masih jarang yang aware sama hal tersebut dan menganggap gejala itu sebagai sakit fisik biasa.

Tapi, apa iya beneran kayak gitu? Gimana kalau seandainya sakit fisik yang kalian alami itu merupakan gejala-gejala kalau sebenarnya kondisi mental kalian lagi nggak sehat?

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Oleh karenanya, di artikel kali ini aku akan bahas, sebenarnya ada nggak sih gejala-gejala fisik yang menandakan depresi dan gimana cara untuk membedakan apakah kita sakit fisik biasa atau bukan.

So, baca artikel ini baik-baik, ya!

Aku Sakit Fisik atau Depresi?

Depresi.

Kalian pasti udah familiar banget sama satu kata itu. Meskipun familiar, tapi mungkin diantara kalian masih ada yang belum paham sama gejala-gejala dari depresi ini.

Seringkali, orang yang memiliki depresi mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek emosional. Misalnya, sedih terus menerus, merasa putus asa, mood yang gampang berubah, susah berkonsentrasi, dan lain sebagainya.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik‌‌

Tapi, ternyata gejala depresi nggak hanya sebatas aspek emotional melainkan juga aspek fisik dan ini udah dibuktikan sama penelitian. Sebuah penelitian dari Madhukar H. Trivedi, bilang kalau depresi ini bisa menimbulkan gejala fisik yang menyakitkan.

Munculnya gejala fisik tersebut dikarenakan depresi dan rasa sakit memiliki jalur neuro-kimiawi yang sama, keduanya dipengaruhi oleh serotonin dan norepinefrin.

Sayangnya, orang-orang masih banyak yang belum aware akan hal ini. Nggak jarang juga di dalam masyarakat depresi ini masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau mitos.

Pernah nggak, sih, kalian denger cerita dari temen-temen kalian atau mungkin kalian ada yang mengalami sendiri–pas kalian concern tentang kondisi fisik kalian dan takut kalau itu merupakan gejala depresi, terus respon orang-orang cuma “ah, perasaan lo aja kali.” atau yang lebih parahnya “lo kurang ibadah kali, makanya sampe ngerasa kayak gitu.”

Padahal, gejala fisik yang dialami bisa menjadi tanda-tanda awal apakah kalian punya kecenderungan untuk mengalami depresi atau nggak.

Hal ini seharusnya dapat digunakan untuk melakukan usaha preventif bukannya malah menganggap depresi sebagai suatu hal yang nggak real dan mitos.

Secara umum, semakin parah gejala fisik yang dialami, kemungkinan besar semakin parah juga tingkat dari depresinya. Nah, simak yuk, kira-kira apa aja, sih, gejala fisik dari depresi.

Baca juga: Cara Mengatasi Depresi Secara Mandiri

Apa Aja Gejala Fisik dari Depresi?

1. Kelelahan secara terus-menerus

Kelelahan ini adalah hal yang wajar dialami semua orang. Tapi, ada sedikit perbedaan antara kelelahan karena abis menjalani aktivitas sehari-hari dengan kelelahan yang merupakan indikasi dari depresi. Kelelahan yang merupakan indikasi depresi terjadi secara konsisten.

Menurut Dr. Maurizio Fava, seorang Direktur di Clinical Research Program, Rumah Sakit Umum Massachusetts, bilang kalau seseorang yang mengalami depresi akan tetap merasa lelah ketika bangun pagi meskipun orang itu udah tidur dengan waktu yang cukup.

Rasa lelah ini seringkali menyebabkan kita sulit untuk berkonsentrasi, mudah tersinggung, apatis, dan rasanya berat banget untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

2. Nyeri punggung atau nyeri otot di sekujur tubuh

David Robertson dan kawan-kawannya melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara nyeri punggung bawah dengan depresi dan somatisasi, dan hasil penelitian menyatakan ada–depresi dan somatisasi bisa menyebabkan seseorang mengalami nyeri punggung bagian bawah.

Hal ini bisa dijelaskan karena depresi dapat melemahkan respon sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Jika sistem kekebalan tubuh kita lemah, otomatis kita akan lebih rentan untuk mengalami rasa sakit, seperti nyeri punggung, nyeri otot, atau bahkan penyakit yang lain.

3. Sakit Kepala

Gejala yang satu ini mungkin terkesan sepele karena emang mayoritas orang pernah mengalaminya. Saking umumnya, banyak dari kalian yang justru nggak aware kalau sakit kepala yang dialami bisa jadi bukan sakit kepala biasa.

Perlu kalian perhatikan apabila sakit kepala yang kalian alami terjadi hampir setiap hari secara konsisten karena bisa jadi ini suatu indikasi awal kalian mengalami depresi.

Sakit kepala yang mengarah ke indikasi depresi dikenal dengan nama “tension headache. Meskipun, belum tentu semua “tension headache” itu berarti tanda depresi, loh, ya!

Namun, nggak ada salahnya kalau mulai dari sekarang kalian belajar menanamkan awareness ke diri sendiri soal hal-hal kayak gini.

4. Penurunan penglihatan

Ada sebuah penelitian dari Jerman tentang gimana depresi bisa mengubah persepsi penglihatan seseorang.

Hasil penelitian itu bilang kalau orang yang mengalami depresi berat secara signifikan kurang bisa mendeteksi perbedaan kontras warna hitam dan putih di papan catur. Fenomena ini namanyacontrast perception”.

5. Sakit perut atau masalah pencernaan

Sebuah penelitian dari Harvard Medical School bilang kalau seseorang yang mengalami perut kram, kembung, dan mual bisa jadi lagi mengalami tanda-tanda depresi.

Kok bisa? Emang gimana hubungannya?

Gini, ada sebuah fenomena yang dinamakan gut-brain connection. Simpelnya, fenomena ini tuh menjelaskan bahwa perut kita itu penuh dengan bakteri baik dan kalau ada ketidakseimbangan bakteri baik, gejala kecemasan dan depresi bisa aja muncul.

Nah, kalau kalian mau penjelasan yang lebih detail, bisa nonton video di bawah ini, ya, karena temen-temen Satu Persen juga udah pernah bahas topik ini di channel Youtube.

Youtube Satu Persen – Cara Agar Kesehatan Mental Terjaga dengan Pola Makan

GHQ Test oleh Mentor Satu Persen: Say No to Self-diagnosis!

Perseners, kalian tau nggak, sih, kalau menurut penelitian pada tahun 2000 depresi itu adalah penyebab masalah kesehatan tertinggi keempat di dunia. Artinya, dari situ kita bisa melihat bahwa sejak dulu depresi ini adalah permasalahan serius yang seharusnya ditangani dengan tepat.

Untuk bisa menangani masalah depresi dengan efektif, tentunya para tenaga ahli profesional juga memerlukan seperangkat alat ukur yang bisa mendeteksi gejala-gejala depresi, baik gejala minor maupun mayor.

Nah, di artikel kali ini aku cuma akan bahas tentang alat ukur yang digunakan untuk mendeteksi kecenderungan awal depresi, ya. Jadi, ada sejumlah alat ukur singkat namun akurat yang secara efektif digunakan untuk mengukur gejala-gejala depresi.

Sebenarnya, ada lebih dari satu jenis alat ukur, tapi, di artikel kali ini aku akan bahas soal General Health Questionnaire (GHQ).

Nah, GHQ ini aslinya ada beberapa versi pertanyaan, namun yang paling banyak dipakai adalah GHQ-12. Angka 12 disini artinya pada alat ukur tersebut ada 12 pertanyaan yang digunakan untuk menilai kondisi mental kalian.

Scoring yang digunakan dalam GHQ yaitu range angka 0 sampai dengan 36. Secara umum, semakin besar hasil score yang diperoleh, maka kecenderungan awal gangguan mental orang tersebut juga semakin besar.

Emang apa spesialnya GHQ? Kok nggak pake alat ukur yang lain aja?

Sesuai dengan namanya, General Health Questionnaire yang kalau dibahasa Indonesiakan menjadi Kuesioner Kesehatan Umum, tentunya ini mengukur kondisi kesehatan mental kalian secara umum.

Sebelum bisa memberikan diagnosis lebih lanjut, para tenaga ahli profesional, seperti psikolog misalnya, pasti memerlukan penilaian tahap awal dulu mengenai kecenderungan kondisi mental seseorang.

Gini, gini….bayangin kalian sakit terus pergi ke dokter. Kalian pergi ke dokter karena ada gejala-gejala yang kalian rasakan, tapi bisa jadi kalian belum bener-bener tau kalian itu sebenarnya sakit apa.

Makanya, pas sampe di rumah sakit pihak administrasi mengarahkan kalian ke dokter umum, tujuannya buat melakukan pemeriksaan tahap awal.

Nah, baru dari pemeriksaan tahap awal itu, kalau sekiranya ada indikasi kalian mengalami penyakit yang lebih serius, dokter umum tersebut pasti akan mengarahkan kalian untuk periksa ke dokter spesialis di bidang tertentu.

Sama halnya dengan penggunaan GHQ. Alat ini bisa membantu untuk mendeteksi kecenderungan awal kondisi mental seseorang yang sifatnya ringan, sebelum diberikan diagnosis lebih lanjut.

Selain itu, GHQ nggak cuma mengukur kecenderungan awal depresi aja, melainkan alat ini juga mengukur kecenderungan awal kecemasan, gangguan sosial, dan hilangnya kepercayaan diri secara bersamaan. Nah, kalian bisa liat gambar di bawah ini, ya, biar lebih paham.

Gambar General Health Questionnaire
Gambar General Health Questionnaire

Di sini aku juga mau mengingatkan, kalau GHQ ini nggak boleh digunakan oleh sembarang orang loh, ya. Untuk bisa memperoleh tes ini harus dilakukan oleh tenaga ahli profesional yang emang punya kualifikasi tertentu, contohnya kayak mentor-mentor Satu Persen.

Layanan konsultasi bersama Psikolog Satu Persen menggunakan GHQ setelah sesi konsultasi selesai. Nantinya, hasil dari GHQ ini bisa digunakan untuk melihat kondisi kesehatan mental kalian, apakah sekiranya perlu penanganan lebih lanjut oleh psikolog Satu Persen atau nggak.

Buat informasi selengkapnya terkait layanan Konseling Online bareng Psikolog dari Satu Persen bisa langsung aja klik gambar dibawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Jadi, apabila kalian mengalami gejala-gejala fisik kayak yang aku jelasin di atas dan kalian concern terhadap hal itu, nggak ada salahnya kalau kalian minta bantuan langsung ke orang-orang yang emang berpengalaman menangani hal-hal semacam itu.

Atau, kalau masih ragu soal layanan konsultasi apa yang paling cocok buat keadaan kalian saat ini, kalian bisa coba Tes Gratis dari Satu Persen untuk memastikan.

Akhir kata, aku mau ngingetin kalian kalau membangun awareness terhadap kondisi mental diri sendiri itu penting banget. Kalau kalian merasa kesulitan dan butuh bantuan, jangan self-diagnosis, please seek for help, oke?

Sekian dari aku–stay healthy, stay safe & stay sane!~

Referensi:

Fraga, Juli. 2019. “The 7 Physical Symptoms Of Depression We Rarely Talk About”. Healthline. Accessed February 7, 2021. https://www.healthline.com/health/mental-health/physical-symptoms-of-depression#1.-Fatigue-or-consistent-lower-energy-levels.

Gao, Fei et al. 2004. “Does the 12-item General Health Questionnaire contain multiple factors and do we need them?”. Health and Quality of Life Outcomes 2 (1): 63. Springer Science and Business Media LLC. doi:10.1186/1477-7525-2-63.

Schimelpfening, Nancy. 2020. “Physical Effects Of Depression”. Verywell Mind. Accessed February 7, 2021. https://www.verywellmind.com/physical-effects-of-depression-1066890.

Trivedi, Madhukar H. 2004. “The Link Between Depression and Physical Symptoms”. Prim Care Companion J Clin Psychiatry 6 (1): 12-16. NCBI. doi:PMC486942.

Read More
judi

Stres Ganggu Kesehatan Fisikmu? Hubungan Stres dan Kesehatan Fisik

stres ganggu kesehatan fisik
Satu Persen – Stres Ganggu Kesehatan Fisikmu?

Kamu lagi ngerasa stres?

Perseners, coba deh, ambil waktu lima menit aja buat mikir apa yang sedang kamu alami dan rasain selama sebulan terakhir ini. Apa akhir-akhir ini kamu sering ngerasa kesal atau marah? Apa kamu ngerasa kesulitan dalam menghadapi masalah dan ngga bisa mengatasinya? Apa kamu lagi ngerasa tertekan belakangan ini?

Mungkin kamu lagi banyak kerjaan, dikejar-kejar deadline, mesti ngerjain PR yang soalnya ngalah-ngalahin olimpiade susahnya, lagi patah hati, ada masalah keluarga, atau masalah keuangan. Masalah itu bikin kamu jadi ngalamin yang namanya stres.

Nah, Perseners, pernah ngga sih kamu jadi sakit perut atau pusing saat lagi ngerasa stres? Misalnya kamu ngerasa panik dan stres sampai mules pas kamu lagi mau presentasi di depan kelas? Ternyata stres yang berlebihan bisa bikin kesehatan fisikmu juga ikut terganggu.

Lho, kok bisa? Apa hubungannya?

Di artikel kali ini, aku bakal bahas hubungan stres dan kesehatan fisikmu! So, baca sampai habis ya artikel ini biar bisa tau juga cara mengatasi stres.

Tapi sebelum masuk ke isi artikel, kenalin, aku Gaby, Part-time Blog Writer Satu Persen.

Apa Itu Stres?

Stres adalah bentuk respons tubuh kita terhadap tekanan baik mental maupun emosional. Tekanan disebabkan oleh situasi atau kejadian yang berubah, berbeda, atau baru, dan gak terduga sehingga membuat kita merasa terancam dan kehilangan kendali atas situasi yang dialami.

Sebenarnya stres bisa berdampak positif dan berguna buat kita. Stres bisa bikin kita lebih aware atau peka sama hal yang terjadi di sekitar kita. Jadi, kita bisa lebih waspada dan fokus.

Misalnya rasa stres pas mau sidang skripsi bisa bikin kita jadi lebih fokus dan serius buat mempersiapkan bahan. Biar apa? Biar pas sidang nanti kita jadi lebih siap dan lebih menguasai bahan.

Terlalu banyak stres malah bisa menyebabkan efek negatif. Normalnya, hormon stres kita bakal balik dengan cepat kalau peristiwa yang bikin kita stres udah selesai. Tapi, rasa stres yang berlebihan bisa bikin kita jadi kewalahan dan gak mampu mengatasinya. Stres berkepanjangan juga bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental kita.

stress meme
cr: make a meme

Hubungan Stres dan Kesehatan Fisik

Stres berat yang berkepanjangan udah masuk pada stres kronis. Stres ini bisa menimbulkan beberapa efek ke tubuh. Bahkan penelitian menunjukkan kalau stres juga bisa menyebabkan atau memperburuk gejala atau penyakit tertentu dan mengganggu sistem tubuh kita.

Nah, di bagian ini aku bakal coba bahas tentang sistem tubuh apa aja yang terkena dampak dari stres.

1. Sistem saraf pusat dan endokrin

Sistem saraf pusat punya tanggung jawab buat ngerespons stres kamu. Di otak kamu ada yang namanya hipotalamus. Nah, hipotalamus ini bakal ngasih tau kelenjar adrenal (kelenjar yang berfungsi buat ngelepas hormon) buat melepaskan hormon stres adrenalin dan kortisol.

Hormon-hormon ini yang bikin detak jantung kamu jadi meningkat dan mengirim darah biar mengalir deras ke area yang membutuhkan. Misalnya otot, jantung, dan organ penting lainnya. Jadi, itu sebabnya kalau kamu lagi stres biasanya kamu jadi deg-degan.

2. Sistem pernapasan dan kardiovaskular

Perseners, tau ngga sih kalau hormon stres memengaruhi sistem pernapasan kamu? Jadi, selama kamu ngerasa stres, kamu bakal bernapas lebih cepat. Ini dilakukan biar darah yang kaya akan oksigen bisa menyebar ke seluruh tubuhmu dengan cepat. Hal ini bikin kamu yang punya masalah pernapasan seperti asma jadi makin susah buat bernapas.

Terus, kalau kamu lagi stres, jantung juga bakal memompa lebih cepat. Akibatnya, stres kronis bisa buat jantung kamu bekerja terlalu keras dan lama. Nah, selain itu hormon stres juga bisa bikin pembuluh darah menyempit dan oksigen jadi lebih banyak teralihkan ke otot.

Ini bikin tekanan darah kamu meningkat. Saat tekanan darah kamu meningkat, risiko untuk mengalami stroke dan serangan jantung juga ikut meningkat.

3. Sistem pencernaan

Ketika lagi stres, Perseners pernah ngga sih ngerasa sakit perut, mual, pengen muntah, dan diare atau sembelit? Efek dari terlalu banyak hormon yang dilepaskan, pernapasan cepat, peningkatan detak jantung juga bisa mengganggu sistem pencernaan kamu. Kamu mungkin merasa mules pas stres. Kenapa? Karena terjadi peningkatan asam lambung.

Selain itu, di bawah tekanan, hati kamu bakal menghasilkan gula darah ekstra (glukosa) buat memberi kamu dorongan energi. Tapi kalau kamu udah mengalami stres kronis, tubuh kamu gak bisa mengikuti lonjakan glukosa ekstra ini. Akibatnya risiko terkena diabetes tipe 2 jadi meningkat.

4. Sistem otot

Stres membuat otot kamu jadi tegang. Sebenarnya ini adalah cara tubuh buat melindungi diri dari cedera saat kamu mengalami stres. Biasanya saat kamu udah gak stres, ototmu bakal kembali rileks.

Tapi kalau kamu terus-menerus di bawah tekanan, ototmu jadi gak punya kesempatan buat beristirahat. Nah, ini bakal berdampak ke banyak aspek seperti sakit kepala, nyeri tubuh, khususnya di bagian punggung dan bahu.

5. Seksualitas dan sistem reproduksi

Ternyata stres juga berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Stres kronis pada pria bisa menurunkan kadar testosteron. Ini berakibat pada terganggunya produksi sperma dan meningkatnya risiko infeksi pada organ reproduksi seperti prostat dan testis.

Bagi perempuan, stres berkelanjutan bisa bikin siklus menstruasi jadi gak teratur dan lebih sakit. Stres kronis juga bisa memperbesar gejala fisik menopause.

6. Sistem kekebalan

Kalau sistem kekebalan tubuh kita kuat pastinya kita bakal terhindar dari penyakit. Tapi, hormon stres yang berlebihan bisa melemahkan sistem kekebalan tubuhmu. Makanya, orang yang lagi stres kronis lebih rentan terhadap penyakit virus seperti flu dan pilek. Selain itu, stres bisa bikin kamu lebih lama buat sembuh dari penyakit yang kamu alami.

Baca juga: Gangguan Psikosomatik: Penyebab dan Cara Ampuh Mengatasinya

Cara Mengatasi Stres yang Ganggu Kesehatan Fisikmu

ilustrasi stres
cr: freepik

Nah, Perseners pasti gak mau kan, mengalami penyakit-penyakit yang disebutin di atas? Tenang, Satu Persen udah siapin juga cara mengatasi stres biar kesehatan fisikmu tetap terjaga. Apa aja tuh? Langsung aja baca penjelasan berikut!

1. Kenali apa yang bikin kamu stres

Coba luangkan waktu sejenak buat berpikir apa sih yang bikin kamu ngerasa stres? Di mana kamu ngerasa stres? Setelah tau alasan dan tempat kamu ngerasa stres, kamu bisa coba menghindari situasi yang memicu stres kamu semakin berat.

Misalnya kamu stres sama lingkungan kerja yang hectic banget, mungkin kamu bisa ambil cuti dulu buat refreshing dan menjernihkan pikiran sebelum kembali fokus sama pekerjaanmu.

2. Jangan memaksakan diri

Seringkali yang bikin kita stres berat adalah memaksakan diri mengerjakan banyak hal sendiri. Coba sesuaikan pekerjaan dengan kebutuhan dan waktumu. Bikin daftar prioritas apa yang harus kamu kerjakan lebih dulu.

Dan sadari kalau gak semua hal yang kamu pengen bisa terwujud. Terima kenyataan kalau suatu saat nanti ada hal yang gak bisa kamu dapatkan.

3. Cari teman dekat untuk jadi tempat curhat

Support system emang berguna banget buat kamu yang lagi mengalami stres. Coba bangun relasi dengan teman di sekolah dan rekan kerja. Kamu juga bisa ikut komunitas atau kegiatan sukarelawan buat dapat relasi baru.

Gak apa-apa lho, buat mulai dengan small talk dulu. Teman dekat juga awalnya asing. Pas udah deket, mereka bisa jadi tempat kamu buat ceritain masalah yang bikin kamu stres.

Baca juga: Bingung Mau Curhat ke Siapa

4. Luangkan waktu buat me time

Jangan lupa luangin waktu buat me time. Kamu bisa mulai dengan olahraga 15-20 menit sehari, jalan keliling komplek, meditasi atau ngelakuin teknik relaksasi biar pikiranmu jadi lebih tenang. Terkadang, kamu butuh waktu buat menikmati waktu sendiri.

5. Tidur berkualitas

Kalau yang ini juga gak kalah penting sama tips-tips sebelumnya. Kamu harus tidur cukup setidaknya 7-9 jam. Kurangi konsumsi kafein dan melihat layar handphone sebelum tidur. Kamu juga bisa menyiapkan daftar to-do-list yang harus kamu kerjakan esok hari. Ini bisa bikin tidurmu lebih nyenyak karena gak perlu mikirin lagi tugas apa yang harus dikerjain besok.

Selain cara-cara di atas, Perseners bisa juga nih, coba nonton video dari Satu Persen tentang pengelolaan stres. Yuk, langsung tonton videonya di bawah ini!

Perseners, mungkin di antara kalian ada yang bingung, “Sebenarnya aku udah masuk stres tahap kronis belum, ya?” atau “Seberapa tinggi tingkat stres ku?” Nah, kalau kalian masih pada bingung, aku saranin sih buat ikut Tes Tingkat Keparahan Stres: Mengenal Diri Lebih Dalam dari Satu Persen. Jadi, kamu gak bingung-bingung lagi, nih.

Kalau ternyata hasil tes kamu menunjukkan tingkat stresmu tinggi, jangan langsung panik juga ya, Perseners. Satu Persen punya layanan konseling dengan psikolog yang bisa langsung kamu akses dengan klik banner di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-8

Akhir kata aku cuma mau bilang, jaga kesehatan mental dan fisikmu! Fighting!

Referensi:

Marks, H. (2021, August 19). Stress Symptoms. Retrieved on October 24, 2021 from https://www.webmd.com/balance/stress-management/stress-symptoms-effects_of-stress-on-the-body

Pietrangelo, A. (2020, March 29). The Effects of Stress on Your Body. Retrieved on October 24, 2021 from https://www.healthline.com/health/stress/effects-on-body

Read More
judi

Kesehatan Mental Bisa Memengaruhi Kesehatan Fisik? Benar Gak Sih?

kesehatan mental memengaruhi kesehatan fisik
Satu Persen – Kesehatan Mental Memengaruhi Kesehatan Fisik

Hai Perseners, balik lagi sama aku Senja!

Dulu sebelum menjadi mahasiswa kesehatan masyarakat, aku selalu mengira kalau kesehatan fisik dan mental adalah suatu hal yang terpisah atau gak ada hubungannya. Tapi, ternyata dugaanku itu salah besar.

Kesehatan mental ternyata memengaruhi kesehatan fisik dan vice versa, kesehatan fisik juga meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, hari ini aku mau bahas topik mengenai kesehatan mental dan fisik serta hubungan antara keduanya.

So, buat informasi lengkapnya aku jelasin di bawah ini, ya!

Apa itu Kesehatan Mental?

healthy mind healthy body
Cr. brainstudy.info

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana individu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup secara normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

Kesehatan mental juga sering dimaknai sebagai suatu pengaruh positif yang ditandai dengan perasaan bahagia juga kemampuan menguasai lingkungan.

Seseorang yang mempunyai mental sehat akan mempunyai kapabilitas atau potensi buat menghadapi tantangan hidup secara maksimal, Perseners! Selain itu, mereka juga bisa membangun hubungan positif dengan orang lain. Namun, seringkali istilah kesehatan mental digunakan sebagai ungkapan gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, bipolar dan lain-lain.

Padahal sebetulnya kesehatan mental tidak sama dengan gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental terjadi ketika seseorang tidak dapat memelihara kesehatan mental itu sendiri, Perseners!

Terdapat tiga komponen kesehatan mental, apa aja komponen-komponen itu?

1. Kesejahteraan emosional

Contoh kesejahteraan emosional adalah kebahagiaan, minat dalam hidup, dan kepuasan.

2. Kesejahteraan psikologis

Contoh kesejahteraan psikologis adalah mencintai diri sendiri, pandai mengelola tanggung jawab, memiliki hubungan personal yang baik dengan orang lain, dan bersyukur dengan kehidupan yang ada.

3. Kesejahteraan sosial

Kesejahteraan sosial mengacu pada peran untuk turut andil di dalam masyarakat  (kontribusi sosial), menjadi bagian dari suatu komunitas (integrasi sosial), percaya bahwa masyarakat menjadi tempat yang baik bagi semua orang (aktualisasi sosial), dan cara masyarakat bekerja sesuai dengan mereka (koherensi sosial).

Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Apa itu Kesehatan Fisik?

Kesehatan fisik adalah kemampuan tubuh untuk menjalankan fungsi tubuh secara efisien kemudian mempertahankan keoptimalannya dalam setiap kondisi. Mudahnya, kesehatan fisik dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari dan hidup secara nyaman.

Kesehatan fisik biasanya dipahami sebagai keadaan bebas dari penyakit atau kecacatan atau kesehatan dari sisi internal. Padahal kesehatan fisik juga berhubungan sama faktor eksternal, seperti partisipasi dalam berkegiatan sosial dan kemampuan tubuh menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan eksternal yang terus berubah.

Lalu Bagaimana Hubungan antara Kesehatan Mental dan Fisik?

mental health and physical health balance
Cr. brainstudy.info

Menurut Charles Goodstein seorang profesor klinis psikiatri di Langone School of Medicine New York University, perasaan dan pikiran kita akan memicu pelepasan sistem endokrin yang mengatur pelepasan hormon dan mempengaruhi sistem kerja organ tubuh seseorang.

Sebagai contoh orang yang mengidap stres akan menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen dan memiliki efek buruk terhadap reaksi imun, menyebabkan rentan terhadap infeksi pada gigi, akibatnya kesehatan gigi dan mulut bisa terganggu.

Kalau kalian pengen tau gimana kondisi kesehatan mentalmu, yuk cobain Tes Kesehatan Mental dari Satu Persen!

mental health physical health - kesehatan mental kesehatan fisik
Cr. www.nextlevelrecovery.com

Faktor kesehatan mental yang memengaruhi terjadinya kesehatan fisik adalah:

1. Genetika

Genetika membuat seseorang memiliki riwayat masalah kesehatan mental yang menimbulkan masalah kesehatan fisik.

2. Motivasi rendah

Adanya masalah kesehatan mental atau obat-obatan dapat berdampak pada rendahnya motivasi untuk merawat diri sendiri sehingga timbul masalah kesehatan fisik.

3. Kesulitan dengan konsentrasi dan perencanaan

Adanya masalah kesehatan mental berpengaruh pada konsentrasi dan perencanaan, seperti kesulitan untuk mengatur atau menghadiri pertemuan medis dengan dokter.

4. Kurangnya dukungan untuk mengubah perilaku tidak sehat

Tenaga ahli, seperti dokter atau psikolog serta orang di sekitar tidak memberi dukungan sosial karena merasa penderita mental tidak mampu membuat perubahan lebih baik untuk berperilaku sehat, seperti mengurangi minuman beralkohol atau berhenti merokok.

5. Jarang mendapatkan bantuan secara medis

Orang dengan gangguan mental cenderung tidak pernah mendapat pemeriksaan rutin khusus untuk melihat masalah kesehatan fisik, seperti tekanan darah, berat badan, dan kolesterol. Sehingga masalah kesehatan fisik tidak dapat terdeteksi.

Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik?

kesehatan mental kesehatan fisik
Cr. change.org

Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, Perseners! Menurut mentalhealth.org ada beberapa hal yang bisa kalian lakukan untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Yuk, simak di bawah ini!

1. Lakukan olahraga

Aktivitas fisik adalah cara efektif untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Penelitian menunjukkan bahwa melakukan olahraga melepaskan hormon endorfin di otak. Hormon endorfin berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat memicu perasaan positif pada seseorang.

Penelitian juga menyebutkan bahwa berjalan kaki selama 10 menit dapat meningkatkan kewaspadaan mental, energi, dan suasana hati.

Baca juga: Olahraga: Cara Ampuh Hilangkan Stres

2. Makan dengan seimbang

Makan dapat membuat mood atau suasana hati lebih positif. Makanan yang kita makan dapat memengaruhi perkembangan, pengelolaan dan pencegahan berbagai kondisi kesehatan mental termasuk depresi dan demensia.

3. Berhenti merokok

Merokok memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Banyak orang yang memiliki masalah kesehatan mental percaya bahwa merokok memberikan efek relaksasi untuk mengurangi gejala. Tetapi sebenarnya efek ini hanya berlangsung sebentar atau jangka pendek.

4. Buat janji temu dengan profesional

Lakukan pemeriksaan rutin dengan profesional. Kalian bisa ikutan konseling di Satu Persen dan berkonsultasi secara langsung dengan psikolog andal dan berpengalaman di bidangnya. Pokoknya tenang aja, karena Satu Persen akan setia buat dampingin kalian, Perseners! Satu Persen percaya bahwa kesehatan mental dan fisik itu faktor penting untuk kita bisa menjalani #HidupSeutuhnya.

Kalau kalian tertarik buat kepoin dan coba layanan konseling dari Satu Persen, kalian bisa langsung klik banner di bawah ini aja, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-15

So, sekian dulu dari aku. Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian semua, ya. Sampai jumpa lagi!

Referensi:

https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/p/physical-health-and-mental-health

https://www.everydayhealth.com/emotional-health/connecting-dots.aspx

Koipysheva EA, Lebedinsky VY, Koipysheva MA, Lebedinsky ), Yu V, Koipysheva ). RPTSS 2018 International Conference on Research Paradigms Transformation in Social Science PHYSICAL HEALTH (DEFINITION, SEMANTIC CONTENT, STUDY PROSPECTS). 2018;

Tjahja I, Nainggolan O. Relationship Between Mental Health and Physical Activities with Dental and Oral Health. Bul Penelit Kesehat. 2019;47(2):135–42.

Galderisi S, Heinz A, Kastrup M, Beezhold J, Sartorius N. Toward a new definition of mental health. World Psychiatry. 2015;14(2):231–3.

Read More