putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Emosi

judi

Penyebab Capek Secara Emosi

emotional burnout

Stress bisa dibilang merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bagi kamu dalam menjalani kehidupan. Sejatinya, stress merupakan hal yang penting buat kamu miliki, guna memotivasi dirimu untuk jadi lebih baik. Namun, jika berlebihan, itu bisa membawa dampak negatif terhadap kesejahteraan dirimu, baik fisik maupun mental.

Kalo kamu pernah begitu, tandanya kamu mungkin mengalami emotional burnout. Tentunya itu gak bisa dibiarkan begitu saja, sebab dapat mengganggu kehidupan kamu sehari-hari. Nah, lewat tulisan ini, aku bakal coba ngebantu kamu buat memahami emotional burnout, dan cara menghadapinya. Penasaran? Yuk simak sampai habis!

Apa Itu Emotional Burnout

Emotional burnout, atau kelesuan emosional adalah suatu keadaan psikologis negatif yang kamu alami dalam berkehidupan sehari-hari. Ini biasanya ditandai oleh gejala fisik, tingkah laku, serta proses kognitif yang kamu miliki. Selain itu, emotional burnout juga membuat kamu jadi lebih sensi, alias mudah terpancing emosinya.

Pas ngalamin emotional burnout, biasanya kamu bakal merasa kehabisan energi buat mengerjakan suatu hal. Entah itu mengerjakan tugas kuliah, deadline pekerjaan, sampai menjalin hubungan dengan orang lain. Hal itu dikarenakan akumulasi stress yang kian menumpuk sehari-harinya, sehingga membuatmu lelah secara mental. Alhasil, akumulasi itulah yang menyebabkan emotional burnout dalam diri kamu sob!

Penting buat kamu ketahui bahwa emotional burnout berbeda dengan stress yang biasa kamu alami. Seperti yang telah disinggung, stress bisa dibilang diperlukan oleh dirimu, dan jangka waktunya pun sebentar. Sedangkan emotional burnout, biasanya bertahan dalam jangka yang lebih lama saat kamu mengalaminya. Alhasil, ini dapat mengganggu fungsi otak, dan menurunkan interaksi sosial kamu deh!

Maka dari itu, emotional burnout merupakan suatu hal yang gak bisa kamu biarkan begitu saja. Salah satunya itu dapat mengganggu well-being, alias kesejahteraan diri yang kamu miliki. Hal ini juga dapat dialami oleh semua orang, apapun rentang usianya. Karena itu, emotional burnout bukanlah sesuatu yang dapat dihindari, melainkan perlu diatasi dengan baik sob!

Tanda-Tanda Emotional Burnout

Nah, seringkali mungkin kamu gak menyadari jika dirimu mengalami burnout dalam sehari-hari. Hal itu dikarenakan gangguan satu ini merupakan sesuatu yang tak terlihat secara mata. Oleh karena itu, ibaratkan orang sakit, emotional burnout juga memiliki tanda-tanda yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Merasa Lelah yang Terus Menerus

Perasaan lelah merupakan sesuatu yang normal untuk dialami, sebab ada kalanya mungkin tenaga kamu terbatas. Namun, jika terus menerus, ini merupakan sesuatu yang patut kamu waspadai. Dari situ, kamu mungkin jadi gak nafsu makan, susah berkonsentrasi, sampai pola tidur yang berantakan.

2. Emosi yang Tidak Stabil

Emosi sejatinya merupakan sesuatu yang normal untuk dirasakan, apapun bentuknya. Mulai dari emosi bahagia, sedih, sampai marah yang kamu rasakan. Namun, Itu menjadi sesuatu yang gak normal ketika emosi kamu mudah berubah-ubah. Misalnya, yang awalnya lagi merasa bahagia, tiba-tiba sedih tanpa alasan yang jelas.

Dalam pekerjaan, performa kerja merupakan sesuatu yang fluktuatif, alias naik turun. Ada kalanya kamu bersemangat, namun ada kalanya juga semangat kamu lagi turun. Namun, kamu perlu waspada jika tiba-tiba performa mu menurun drastis dalam melakukan pekerjaan. Misalnya, yang biasanya rajin dalam bekerja, belakangan jadi sering malas-malasan buat ke kantor.

Interaksi sosial merupakan sesuatu yang dibutuhkan bagi setiap kamu dalam menjalani kehidupan. Mulai dari interaksi dengan keluarga, teman-teman, sampai pasangan yang kamu miliki. Oleh sebab itu, kamu perlu waspada jika kamu merasa interaksi sosial mu menurun. Misalnya, yang biasanya seneng nongkrong, belakangan jadi males buat keluar rumah.

5. Kehilangan Harapan Akan Suatu Hal

Harapan bisa dibilang sebagai sesuatu yang penting bagi kamu dalam mencapai suatu hal. Melalui itu, kamu jadi termotivasi untuk melakukan yang terbaik guna mencapainya. Maka dari itu, kamu patut waspada jika belakangan merasa kehilangan harapan akan suatu hal. Misalnya, seperti kehilangan harapan mengenai status percintaan di masa depan.

Cara Mengatasi Emotional Burnout

Terdapat beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi emotional burnout. Di antaranya:

1. Menerima Keadaan

Alasan kenapa suatu masalah sulit diselesaikan karena mungkin kamu bersikap denial, alias menolak realitas yang ada. Salah satunya mungkin disebabkan oleh perasaan malu untuk mengakui hal itu. Maka dari itu, kamu bisa mencoba menerima keadaan yang dirimu, termasuk emotional burnout yang lagi kamu rasakan. Ini bertujuan untuk memahami apa yang sebenarnya lagi kamu rasakan. Harapannya, menerima keadaan dapat membantumu menghadapi emotional burnout dengan baik! Misalnya, kamu lagi merasa emotional burnout karena masalah keluarga yang tak kunjung selesai. Nah, kamu bisa mencoba untuk menerima keadaan keluargamu itu, lewat menghindari sikap denial.

2. Identifikasi Penyebabnya

Setelah itu, kamu bisa mencoba mengidentifikasi apa penyebab dari emotional burnout yang kamu rasakan. Entah itu karena deadline yang menumpuk, omelan dari atasan, sampai masalah dengan rekan kerja yang kamu alami. Ini bertujuan agar kamu bisa mencari langkah yang tepat untuk menghadapi hal itu. Misalnya, belakangan kamu lagi merasa burnout di lingkungan tempat kamu bekerja. Kamu bisa coba identifikasi apa alasan dibalik hal itu, seperti misalnya karena deadline pekerjaan yang kian menumpuk tiap harinya.

3. Kurangi Aktivitas

Seringkali emotional burnout yang kamu alami mungkin dikarenakan aktivitas mu yang terlalu padat. Entah itu perihal akademis, kegiatan di kampus, sampai bucin dengan pasangan tercinta. Oleh sebab itu, kamu bisa coba kurangi aktivitas yang ada, salah satunya melalui menyusun skala prioritas. Misalnya, kamu lagi merasa burnout akibat terlalu banyak aktivitas di kampus. Nah, kamu bisa mencoba mengurangi aktivitas itu, melalui menyusun skala prioritas. Mulai dari penting, gak terlalu penting, serta penting tapi gak mendesak.

4. Menciptakan Gaya Hidup Sehat

Ada kalanya gaya hidup yang kurang sehat mempengaruhi pola pikir dirimu sehari-harinya. Mulai dari kebiasaan merokok, jarang berolahraga, sampai jam tidur berantakan yang kamu miliki. Maka dari itu, kamu bisa mencoba menciptakan gaya hidup yang sehat guna menjaga kesejahteraan diri, baik fisik maupun mental. Misalnya, kamu belakangan lagi sering ngantuk pas lagi jam mata kuliah di kampus. Dari situ, nilai ujianmu pun jadi anjlok, dan membuat dirimu jadi emotional burnout. Nah, kamu bisa mencoba menciptakan gaya hidup sehat untuk menghadapi hal itu. Salah satunya melalui merubah pola tidur yang kamu miliki.

5. Meminta Dukungan Kepada Orang Lain

Sebagai makhluk sosial, menjadi sesuatu yang wajar bagi kamu untuk membutuhkan orang lain sehari-harinya. Oleh sebab itu, kamu bisa mencoba meminta dukungan kepada orang lain pas lagi merasa kesulitan. Misalnya, kamu lagi merasa emotional burnout akibat beban kuliah yang makin hari kian berat. Nah, kamu bisa mencoba meminta dukungan orang lain, seperti kepada pasangan tercinta.

Ingat, emotional burnout bukanlah suatu aib yang harus kamu tutup-tutupi sehari-harinya. Hal ini  merupakan sesuatu yang normal bagi kamu saat merasakannya. Oleh sebab itu, cobalah jujur dengan diri sendiri mengenai apa yang sedang kamu rasakan. Jika kesulitan bahkan menggangu kehidupan kamu, jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain, seperti misalnya konseling di Satu Persen.

Satu Persen nyediain layanan Konseling 1-on-1 sama Psikolog. Di konseling ini kamu bakal dapet tes psikologi, asesmen pra-konseling, berikutnya kamu juga bakal dapet worksheet dan terapi yang nantinya akan disesuaiin sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu kondisi kamu secara tepat.

Kamu bisa daftar layanan ini di https://1persen.link/konselingpsikolog-1

Aku sarankan kamu juga mencoba Tes Tingkat Stres supaya kamu tahu memiliki gambaran apakah kamu sedang stres atau gak. Semoga tulisan ini bisa membantumu dalam menghadapi emotional burnout ya sob!

Jangan lupa buat terus pantengin informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Selain itu, kamu juga bisa nonton video YouTube Satu Persen tentang “Kenali Tanda-Tanda Kamu Sedang Stres (3 Cara Mengatasi Stres Part 3)” di bawah ini. Aku harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat kamu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Aku Fathan dari Satu Persen, thanks!

Referensi

Ciampi, Robert C. (2019). Stress and Burnout. Retrieved by https://www.psychologytoday.com/intl/blog/when-call-therapist/201912/stress-and-burnout

Read More
judi

Emosi Itu Bukan Marah! (Mari Mengenal Emosi dari Aspek Ilmiah))

Pernah gak sih, kamu habis tengkar dengan seseorang atau baru saja melihat sebuah postingan di Instagram yang membuatmu…. emosi?

Duh, emosi banget aku ini!!!!” gumammu pada dirimu sendiri. Pasti pernah dong, entah baru-baru ini atau mungkin beberapa bulan yang lalu.

Orang-orang suka mengasosiasikan kata “emosi” dengan “marah”. Ketika melihat seseorang yang “emosi”, kita sering berpikir orang itu sedang marah, atau paling tidak sedang terlihat marah bagi kita. Namun tahukah kamu sebenarnya bahwa ketika seseorang “emosi”, itu bukan berarti dia marah, melainkan sejatinya bahwa dia merasakan luapan perasaan yang begitu bercampur aduk, tumpang tindih dalam waktu yang bisa dibilang singkat?

Bahkan KBBI mengatakan hal yang sama. Bahwa emosi adalah n 1 luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; 2 keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif); 3 cak marah;

Pengertian “marah” pun adalah sebuah ragam cakapan, tidak baku. Ya… bukan berarti salah juga, ya.

Nah, dengan mengetahui hal tersebut, aku akan bercerita sedikit tentang emosi. Mungkin kamu, atau bahkan aku, bisa mendapatkan sedikit insight dari apa yang akan aku tuliskan. Apa itu emosi?  Apa saja yang mempengaruhi emosi? Dan yang kurasa paling menarik, bagaimana memanfaatkan emosi kita untuk mencapai kebaikan dalam hidup?

Yuk, kita mulai!

Apa Itu Emosi?

Sebenarnya ada begitu banyak pengertian tentang emosi dikarenakan konsep emosi selalu berubah seiring berjalannya waktu dan untuk membicarakannya butuh waktu yang sangat banyak. Ada banyak teori yang membahas tentang emosi, dan hasilnya menarik-menarik. Namun aku akan mengutip satu pengertian emosi menurut Don Hockenbury dan Sandra E. Hockenbury dalam bukunya “Discovering Psychology”, emosi adalah kondisi psikologi yang kompleks yang mencakup tiga komponen berbeda, yaitu pengalaman subjektif, respon fisiologis, dan respon perilaku/ekspresif (Cherry, 2019).

Wow, terdengar ilmiah sekali. Robert C. Solomon dalam artikelnya juga menulis bahwa emosi adalah pengalaman kompleks akan kesadaran, sensasi jasmani, dan perilaku yang mencerminkan pemaknaan perseorangan terhadap sebuah kejadian, keadaan, atau peristiwa.

Sederhananya, emosi adalah (kumpulan) perasaan terhadap sesuatu yang dipengaruhi subjektivitas kita, respon tubuh kita, dan respon perilaku kita. Tiga hal ini mempengaruhi emosi kita dengan caranya masing-masing.

Subjektivitas mengacu pada bagaimana suatu hal yang membuatmu sedih, belum tentu membuat orang lain sedih. Respon tubuh kita mengacu pada bagaimana kondisi fisiologis bisa menjadi petunjuk akan emosi seseorang, contohnya ketika kamu gemetaran saat malam-malam melewati koridor toilet perempuan yang dirumorkan berhantu di malam hari, kamu akan mengaosiasikan bahwa kamu takut karena kamu gemetaran atau mungkin kamu gemetaran karena kamu takut.

Respon perilaku mengacu pada perilaku atau ekspresi seseorang ketika merasakan suatu emosi. Contohnya mungkin kamu sudah tahu. Bayangkan ketika seseorang tersenyum saat kamu menyenggol dan menjatuhkan makanannya. Apakah dia beneran tidak mempermasalahkannya? Atau dia hanya ingin cepat-cepat mengakhiri interaksi kalian? Apakah dia marah, sedih, atau mungkin kecewa?

Hal-hal yang menjadi petunjuk untuk menginterpretasikan emosi seseorang (baik dirimu sendiri maupun orang lain) ini penting bagimu untuk diketahui. Ketika kamu sering atau bahkan mungkin mahir dalam menginterpretasikan emosi seseorang, ini berarti emotional intelligence-mu tinggi.

Apa Itu Emotional Intelligence?

Emotional Intelligence atau EQ adalah kemampuan untuk mengerti dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain dan menggunakannya untuk berinteraksi dengan efektif (Segal, Smith, Robinson, & Shubin, 2019).

Memiliki EQ yang baik berarti memiliki pengelolaan emosi yang baik dengan lingkunganmu. Kamu bsia menghindari situasi-situasi yang tidak diinginkan seperti dikatain tidak peka karena kamu gagal take a hint dari temanmu yang sudah mengedipkan mata agar kamu bekerja sama untuk berbohong sedikit dalam usaha nge-prank temanmu yang lain. Berbeda dengan IQ, EQ tidak punya parameter atau standar yang bisa dipakai untuk mengaktan bahwa EQ-mu rendah atau tinggi. Menurutku, Emotional Intelligence is a skill you hone as you live.

Ada beberapa aspek penting dalam EQ yang perlu kamu perhatikan. Yang pertama adalah kesadaran emosional. Ini maksudnya adalah kamu harus bisa menyadari dan mengetahui emosimu sendiri dan orang lain, bagaimana mereka mempengaruhimu dan emosi apa yang muncul ketika kamu berada di dalam suatu keadaan tertentu. Dengan menyadari kondisi emosionalmu, kamu dapat menilai dirimu lebih baik dan mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi tertentu terlepas dari banyaknya emosi yang menghujanimu.

Dengan menyadari dan mengetahui emosi orang lain, atau berempati, kamu dapat mengira-ngira tindakan apa yang dapat kamu ambil dalam situasi tertentu. Terdengar sulit, tetapi kalau kamu terus berusaha menajamkan hal ini, kamu pasti bisa memiliki kesadaran emosi yang baik. Tonton video ini untuk mendapat insight lebih banyak soal tips mengontrol emosi!

Yang kedua adalah manajemen diri. Ini maksudnya adalah kamu mampu untuk mengatur emosi yang sedang kamu rasakan, menghindari pemikiran impulsif, dan memanfaatkan emosi yang kamu rasakan untuk mengambil keputusan yang positif.

Bayangkan sebuah situasi yang cukup berat secara emosional, katakanlah pacarmu tiba-tiba meng-upload foto bersama orang lain dengan intimasi yang bisa dibilang sama atau bahkan ngalah-ngalahin kamu dan pacarmu. Kamu mungkin akan termakan oleh luapan emosi, entah itu marah, kecewa, jijik, bingung, penasaran, apapun itu.

Ketika kamu berada dalam kondisi seperti ini, kemampuan untuk mengatur emosimu sangatlah penting. Jangan biarkan emosimu menguasai dirimu, namun cobalah untuk tenang, ketahui bahwa emosi yang kamu dapatkan itu respon yang manusiawi dari peristiwa tersebut, dan mulailah memproses peristiwa itu dengan kepala dingin.

Gunakan emosi-emosi yang kamu rasakan menjadi “bensin”mu. Gunakan amarahmu untuk semangat mencari tahu siapa orang di foto tersebut, gunakan rasa kecewamu untuk mengingat hal-hal baik yang sudah terjadi, dan seterusnya. Tidak bisa dipungkiri memang terkadang kita kalah dari emosi, tapi aku harap kamu, aku, dan kita semua terus berusaha untuk memiliki EQ yang baik! Aku punya tips dalam manajemen emosi, yuk tonton video ini!

Yang terakhir adalah manajemen hubungan. Ketika kamu sudah lebih mahir dalam mengatur emosimu sendiri, bukan hal yang mustahil bagimu untuk bisa mengatur hubunganmu dengan orang-orang di sekitarmu dengan lebih baik. Kamu paham dirimu dan kamu berempati pada orang lain. Hal ini akan memberikanmu informasi-informasi untuk membantumu mengambil keputusan dalam menjalani hubungan dengan orang lain. Nah, kalau kamu ingin mengetahui kualitas hubunganmu dengan pasangan, kamu bisa mencoba Tes Relationship Quality.

Video ini bisa membantumu dalam mengetahui cara memahami emosi diri sendiri dan orang lain.

Jadi, Emosi Itu Penting Apa Tidak?

Hm… kalau kamu jawab tidak… aku bisa-bisa merasa “emosi”, loh. Hehe, bercanda!

Oke jadi begitulah, tentang emosi. Kita memiliki sangat banyak emosi yang kita rasakan tiap harinya. Cukup sulit untuk mendefinisikan emosi yang kita rasakan karena sejatinya kita merasakan emosi itu selalu dalam sebuah spektrum yang tidak terlihat ujungnya. Kalau kamu perlu bantuan dalam manajemen emosi, coba deh ikut layanan mentoring online Satu Persen. Kamu bisa bercerita mengenai masalahmu one-on-one kepada mentor.

Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Kalau kamu mau cek tulisanku yang lain, aku sedang menulis cerita di wattpad, judulnya LIGHT dan aku memiliki LINE Official Account tempatku menulis (ID: @ans3035i) Terima kasih banyak!

Konsultasi Satu Persen Psikolog

References

Cherry, K. (2019, July 17). Emotions and Types of Emotional Responses. Retrieved from verywellmind: https://www.verywellmind.com/what-are-emotions-2795178

Psychology Today. (n.d). Emotional Intelligence. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/intl/basics/emotional-intelligence

Segal, J., Smith, M., Robinson, L., & Shubin, J. (2019, October). Improving Emotional Intelligence (EQ). Retrieved from HelpGuide: https://www.helpguide.org/articles/mental-health/emotional-intelligence-eq.htm

Solomon, R. C. (n.d). Emotion. Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/science/emotion

Read More
judi

Memulihkan Emosi dari Ketakutan di Masa Lalu

Trauma healing
Satu Persen – Trauma Healing

Hi, Perseners! How are you? Kenalin, gue Angel sebagai Blog Writer di Satu Persen.

Belakangan ini, banyak media berita yang sering menyoroti berbagai kasus kecelakaan dan kekerasan. Tak hanya menyebabkan luka fisik, dampaknya pun bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental para korban. Akibatnya, ini dapat mengganggu kehidupan serta hubungan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan American Psychological Association, istilah trauma menandakan respons emosional korban terhadap peristiwa yang mengerikan. Ada kemungkinan korban bakal cenderung bersikap terkejut dan penuh penolakan di awal. Di sisi lain, korban juga dapat mengalami dampak jangka panjang, seperti emosi tak terduga, perasaan tegang, atau gejala fisik lainnya. Nggak jarang juga hal-hal tadi akhirnya mengganggu keseharian para korban.

Trauma Healing - Mengatasi Trauma
Foto: The Lovett Center

Apabila kondisi korban semakin parah, ada kemungkinan mereka membutuhkan bantuan perawatan psikologis. Salah satu caranya dengan trauma healing, yakni proses pemulihan emosi korban terhadap ketakutan masa lalu. Dengan begitu, mereka dapat melanjutkan hidup kembali tanpa bayang-bayang masa lalu.

Nah, buat yang masih penasaran sama trauma healing, yuk simak penjelasan selengkapnya berikut ini. Gue bakal bahas mulai dari fase-fase, kumpulan metode, sampai manfaatnya, nih. Semoga lo nyimak sampai akhir, ya.

3 Fase Trauma Healing

Fase Trauma Healing
Foto: Pexels.com

Untuk kebanyakan orang, biasanya mereka harus melakukan perawatan sampai sebulan agar bisa seperti sedia kala. Nggak perlu khawatir sendirian karena korban bakal menerima bantuan serta bimbingan dari para psikolog profesional. Nantinya tenaga ahli ini yang akan menemukan solusi yang tepat buat korban.

Fase I: Keamanan dan stabilitas

Pada umumnya, para psikolog akan membahas kebutuhan korban setelah keluar dari rumah sakit. Ada kemungkinan mereka juga bakal melakukan konsultasi dengan psikiater terkait penggunaan obat-obatan tertentu. Makanya, jangan lupa untuk mengikuti instruksi yang ditetapkan oleh dokter, ya.

Ketika otak berhasil mengenali ancaman bahaya yang nihil, trauma healing untuk aspek psikologi akan dimulai. Awalnya, mereka akan belajar untuk mengatur seluruh emosi dan menjaga rasa takut atau kecemasan. Setelah itu, korban juga akan belajar untuk mengatur emosi kembali saat berhadapan dengan pemicu trauma.

Fase II: Mengingat ulang dan menerima

Selanjutnya, para ahli profesional akan meminta korban untuk mengingat ulang dan mencerna hasil kejadian trauma tersebut. Lebih tepatnya, berjelajah dan memadukannya dengan lingkungan sekitar yang aman. Fase ini cenderung berhubungan dengan pemulihan dalam tubuh.

Luka fisik akibat trauma juga dapat memicu dan memperlambat pemulihan kesehatan mental. Oleh sebab itu, para psikolog akan membantu korban menangani masalah trauma di proses ini. Semangat berjuang terus, ya!

Fase III: Membangun kembali hubungan

Fase trauma healing terakhir adalah membangun kembali hubungan melalui pemberdayaan. Mungkin korban awalnya masih merasa ragu dengan perubahan dalam diri sendiri setelah mengalami kejadian traumatis. Alhasil, mereka pun merasa takut dan malu saat menghadapi orang lain.

Agar bisa move on dari trauma itu, para ahli profesional akan bantu korban mencapai resolusi yang telah direncanakan.  Selain itu, mungkin mereka juga akan mengikuti berbagai pelatihan untuk siap masuk kembali dalam masyarakat. Nantinya korban akan terbiasa lagi menjalani hidup seperti sedia kala.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drama Korea dengan Tema Trauma Healing

Metode-metode Trauma Healing

Metode Trauma Healing
Foto: Pexels.com

Dilansir Good Therapy, berikut beberapa metode trauma healing:

Terapi Perilaku

Salah satu bentuk terapi perilaku yang sering dipraktekkan adalah terapi paparan (eksposur). Pada dasarnya, korban akan menghadapi ketakutan secara bertahap. Tujuan metode ini adalah mengurangi kecemasan, mengatur memori trauma, sekaligus meningkatkan adaptasi sosial.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Untuk meningkatkan kembali pengetahuan dan keterampilan, metode cognitive behavioral therapy ini siap membantu para korban. Pasalnya, terapi ini mengajak mereka untuk memperbaiki pola pikiran yang kurang tepat. Ditambah mereka juga bakal belajar mengatur rasa cemas dan stres berlebihan.

Terapi Psikodinamik

Berikutnya, terapi psikodinamik untuk mengidentifikasi fase trauma yang memengaruhi reaksi emosional. Setelah itu, para ahli akan mengelola aspek peristiwa yang mengganggu mereka. Terdapat beberapa elemen umum dari terapi psikodinamik, seperti sejarah perkembangan individu, pemahaman makna trauma, dampak trauma, dan rasa kehilangan dari peristiwa traumatis.

Manfaat Trauma Healing

Manfaat Trauma Healing
Foto: imgflip.com

Mengurangi rasa stres berlebihan

Ketika memiliki trauma tertentu, banyak orang cenderung menutupinya karena takut merasa terhakimi serta malu atas kejadian di masa lalu mereka. Padahal, keterbukaan dapat menjadi solusi yang tepat. Terutama saat bercerita secara terbuka merupakan bagian dari trauma healing. Idealnya sih, dengan orang yang mereka percayai.

Dengan bercerita apa adanya, mungkin mereka bakal terbiasa dengan trauma yang pernah menghantui diri sendiri. Lama-kelamaan, korban bakal nggak merasa terbebani secara fisik mau pun emosional. Wah, justru hidup terasa lega kembali, ya!

Meningkatkan kontrol atas seluruh emosi

Selain itu, trauma healing ini juga mampu meningkatkan kontrol atas seluruh emosi. Di awal, korban mungkin ngerasa berubah rapuh dan penuh gangguan. Sebenarnya, reaksi emosi yang tinggi terhadap suatu trauma itu wajar karena adanya keinginan untuk menghindari bahaya yang serupa di masa depan.

Setelah membagikan beban trauma, mereka akan bisa mengurangi rasa takut sekaligus menemukan kebebasan hidup yang lebih banyak. Walau membutuhkan waktu dan keberanian, ini bakal menunjukkan sisi manusiawi yang seutuhnya. Jadi, jangan ragu untuk melakukan trauma healing, ya.

Meredakan memori trauma

Memori trauma dapat terjadi sewaktu-waktu. Bahkan, ada kemungkinan memori ini bakal menghantui diri sendiri selama bertahun-tahun. Alhasil, tubuh jadi sering memicu reaksi secara fisik atau emosional tanpa sadar.

Di sinilah trauma healing akan berperan besar dalam menghilangkan gangguan tersebut. Melalui pemulihan yang berkala, korban bisa mulai melepaskan belenggu kuat dari memori trauma itu. Walaupun pengalaman tersebut selamanya gak bakal menyenangkan, setidaknya mereka nggak perlu merasakan luapan emosi seperti sebelumnya.

Memahami makna di balik trauma

Terakhir, para korban bisa memahami makna di balik trauma. Mengingat sifat alami manusia, kita cenderung pengin cari tahu kejelasan di balik suatu pengalaman. Oleh sebab itu, trauma healing akan menjadi salah satu metode dalam menemukan makna trauma.

Bergantung pada jenis traumanya, beberapa orang perlu menemukan dahulu makna di balik pengalaman yang mengerikan. Setelah itu, baru mereka bisa melepaskan beban dan gangguan dari memori traumatis. Bakal ada proses bertahap yang perlu mereka lalui untuk mendapatkan pemulihan yang tepat.

Satu Persen – 5 Tanda Masih Adanya Trauma dalam Dirimu

Bagaimana Cara Mendapatkan Trauma Healing?

Setelah mendalami trauma healing lebih lanjut, ternyata salah satu metode pemulihannya adalah terbuka pada orang terpercaya. Misalnya, teman, orangtua, atau kerabat. Pasalnya, ini bisa bantu korban untuk menghadapi sekaligus menerima kejadian traumatis di masa lalu.

Akan tetapi, mungkin kalian sendiri masih kurang paham dengan jawaban orang terpercaya. Nah, kalian juga bisa menemukan solusinya dengan para tenaga psikolog. Untungnya, Satu Persen siap mendengarkan semua cerita traumatis yang lo alami lebih dalam dan membimbing lo untuk mendapatkan healing terbaik.

Langsung klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-6

Kalau lo ragu apakah perlu ke psikolog atau nggak, lo bisa ikut tes konsultasi dulu supaya tau mana layanan yang cocok sama kondisi lo. Itu dia akhir pembahasan tentang trauma healing kali ini. Sampai jumpa di blog selanjutnya, ya!

Referensi:

Gillihan, S. J. (2019). The Healing Power of Telling your Trauma Story. Psychologytoday.com. https://www.psychologytoday.com/us/blog/think-act-be/201903/the-healing-power-telling-your-trauma-story

University of Pittsburgh Medical Center. (2019). Phases of Trauma Recovery. Upmc.com. https://share.upmc.com/2019/08/phases-of-trauma-recovery-50ph/

Dillman, S. M. (2011). Common Therapy Approaches to Help You Heal from Trauma. GoodTherapy.com. https://www.goodtherapy.org/blog/common-therapy-approaches-to-help-you-heal-from-trauma

Read More
judi

Mengenal Metode Butterfly Hug yang Ampuh Menjaga Kestabilan Emosi

mengenal metode butterfly hug
Satu Persen – Metode Butterfly Hug

Halo Perseners, balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer Satu Persen.

Kalian pasti udah tidak asing lagi sama drama Korea populer It’s Okay to Not Be Okay. Serial yang dibintangi sama Kim Soo-hyun dan Seo Yea-ji ini dikenal karena mengangkat isu seputar kesehatan mental. Secara singkat, serial ini mengajarkan tentang arti menyembuhkan luka di masa lalu atau trauma healing.

Di  salah satu episode, ketika Seo Yea-ji diceritakan merasa marah, kesal, dan bahkan ingin melukai orang lain, Kim Soo-hyun mencoba menenangkannya dengan metode butterfly hug. Metode tersebut dilakukan dengan cara memeluk diri sendiri sambil menyilangkan dua tangan pada pundak, dan menepuk-nepuknya. Alhasil, hal itu terbukti bisa meredam amarahnya Seo Yea-ji.

Apa sih sebenarnya metode butterfly hug itu? Apakah metode ini benar-benar ampuh untuk menjaga kestabilan emosi? So, kalian bisa baca artikel ini sampai tuntas buat dapat pemahaman yang baik soal metode ini, ya!

butterfly hug
Cr. liputan6.com

Apa itu Butterfly Hug?

Butterfly hug (pelukan kupu-kupu) adalah metode terapi yang digunakan untuk menjaga kestabilan emosi. Butterfly hug pertama kali  dikenalkan oleh Lucina Artigas dan Ignacio Jarero saat menolong para korban yang selamat dari bencana alam di Meksiko tahun 1998. Metode ini terbukti efektif memulihkan perasaan negatif dan traumatis yang dialami para korban yang selamat. Metode ini kemudian menjadi cukup populer dan banyak digunakan sebagai cara untuk mengurangi perasaan negatif pada diri seseorang.

Selain itu, metode butterfly hug ini didasari pada gerakan kepakan sayap kupu-kupu yang ternyata bermanfaat untuk tubuh. ​​Fuye Ongko, Associate Psychologist, di Yayasan Pulih menjelaskan gerakan mendekapkan tangan dengan mengaitkan ibu jari berbentuk sayap kupu-kupu bisa meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Metode ini juga membantu merelaksasi otot tubuh yang perlahan dapat membuat diri kita merasa tenang. Singkatnya, metode ini berfokus pada pengaturan pikiran dan tubuh supaya lebih rileks.

apa itu butterfly hug?
Cr. knowyourmeme.com

Baca juga: Cara Mengontrol Emosi (Regulasi Emosi Diri Sendiri)

Manfaat Butterfly Hug

Secara umum, metode butterfly hug memiliki efek untuk mengendalikan dan meminimalisir emosi. Nah, secara khusus, metode ini memiliki manfaat di antaranya:

1.Mengatasi kecemasan

Kecemasan adalah rasa takut dan khawatir secara berlebihan terhadap situasi tertentu. Tanda-tanda fisiologis yang biasa muncul adalah jantung berdebar kencang, napas cepat, dan keluar keringat. Metode butterfly hug dapat meminimalisir kecemasan karena metode ini dapat mengatur pikiran dan tubuh untuk menciptakan perasaan tenang.

manfaat butterfly hug
Cr. dmfmemes

2. Membuat perasaan jauh lebih baik

Manfaat metode butterfly hug yang jelas dirasakan adalah berubahnya mood ke arah yang lebih baik. Hal ini disebabkan metode butterfly hug yang mampu menyeimbangkan senyawa kimia dalam otak yang mengatur suasana hati serta hormon endorfin (penghilang rasa stres) yang dihasilkan oleh tubuh.

3. Meningkatkan rasa percaya diri

Manfaat metode butterfly hug yang positif lainnya, yakni meningkatkan rasa percaya diri. Metode ini bisa menghilangkan self low esteem dan menimbulkan perasaan yakin buat mengaktualisasi diri sendiri dengan tujuan mencapai kematangan pribadi.

4. Memulihkan trauma

Lebih kompleksnya, metode butterfly hug bisa memulihkan trauma. Seperti yang kita tahu, trauma adalah kondisi psikologis yang membuat penderitanya teringat akan peristiwa buruk di masa lalu. Parahnya, juga dapat berefek pada gangguan kecemasan, depresi, hingga Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD.

Metode ini secara konsisten dan perlahan akan mengendalikan ketakutan akan masa lalu dengan menghilangkan rasa cemas, meningkatkan kepercayaan diri, dan merubah perasaan jauh lebih tenang.

memulihkan trauma
Cr. meme-arsenal.com

Baca juga: Kecemasan, Wajar Gak Ya? Yuk Kenalan!

Cara Melakukan Butterfly Hug

cara melakukan butterfly hug
Cr. The Story Elves

Butterfly hug sebenarnya adalah metode stimulasi yang dapat dilakukan secara mandiri. Metode ini tidak butuh alat atau ruangan khusus untuk melakukannya. Jadi, kalian bisa ikutin langkah-langkah berikut ini dengan sangat mudah!

  1. Pilih posisi yang nyaman untuk melakukan butterfly hug.
  2. Silangkan kedua tangan di depan dada dengan posisi ujung jemari berada di pundak.
  3. Atur napas dan tepuk-tepuk pundak menggunakan tangan kanan dan kiri secara bergantian.
  4. Lakukan gerakan seperti sayap kupu-kupu selama beberapa menit sampai kalian merasa tenang.
  5. Sambil melakukan gerakan ini, kalian bisa mengatakan ucapan positif untuk memotivasi diri sendiri, seperti “aku akan baik-baik saja”, “terima kasih karena sudah sepenuhnya berjuang”, “kamu pasti bisa”, dan lain-lain.

Metode butterfly hug dapat dilakukan kapan saja. Kalian bisa melakukan metode ini apabila merasa mengalami ketidakstabilan emosi, kecemasan, atau ketidakpercayaan diri. Hal tersebut akan membuat Perseners jauh lebih tenang dan stabil.

Baca juga: ​​Trauma Healing: Memulihkan Emosi dari Ketakutan di Masa Lalu

Lakukan Sesi Konsultasi Buat Hasil yang Lebih Baik

Meskipun metode butterfly hug ini efektif untuk dilakukan, lebih baik apabila mengkonsultasikan lebih lanjut kepada ahlinya, Perseners. Melalui konsultasi, kalian akan dibantu oleh psikolog untuk menilai keadaan psikologis kalian secara lebih baik. Hal ini karena psikolog akan melakukan rangkaian prosedur yang jelas untuk mendiagnosis keluhan kalian.

Nah, kabar baiknya, Satu Persen menyediakan layanan konsultasi yang tepat buat kalian. Soalnya, konsultasi bareng Satu Persen akan dilayani sama psikolog terlatih yang ahli dalam bidangnya. Melalui konsultasi, Perseners akan dibimbing buat berdamai sama diri sendiri.

Oiya, kalian bisa kepoin layanan Satu Persen terkait harga dan alur konseling dengan klik banner di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-16

Selain itu, kalian juga bisa coba ikut Tes Overthinking berikut, ya. Mungkin ini yang menjadi salah satu pemicu kecemasan kalian. Kalo lebih suka belajar lewat video, yok tonton ini buat atasi rasa cemas sama overthinking!

Satu Persen di sini hadir untuk memberikan kebaikan paling tidak satu persen tiap harinya. So, sekian dulu dari aku. Semoga artikel ini bisa membantu kalian, ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Referensi:

The Butterfly Hug. ​​https://wildtreewellness.com/butterfly-hug/. Diakses 19 Januari 2022.

Nariswari, Sekar Langit . Butterfly Hug, Metode Menyenangkan Tenangkan Hati yang Gundah. https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/29/200105020/butterfly-hug-metode-menyenangkan-tenangkan-hati-yang-gundah?page=all. Diakses 19 Januari 2022.

Artigas L and, Jarero I. The Butterfly Hug Method for Bilateral Stimulation. J EMDR Pract Res [Internet]. 2014;3(4). Availablefrom:https://emdrresearchfoundation.org/toolkit/butterfly-hug.pdf.

Read More