putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

dengan

judi

Ketahui Kondisi Mentalmu dengan General Health Questionnaire

Gambar oleh Satu Persen - Cek Kondisi Mental dengan GHQ
Satu Persen – Cek Kondisi Mental dengan GHQ

Halo, Perseners! Kembali lagi sama aku, Keysha!

Setelah sekian lama aku nggak muncul di Blog, akhirnya hari ini aku bisa sharing lagi, nih sama teman-teman semua! Nah, sebelumnya aku mau tanya, kalau kamu lihat judul artikel ini, apa yang ada di pikiran kamu?

Mungkin, pas lihat ada di antara kamu yang mikir “hmm, iya juga ya, sebenarnya kondisi mental aku saat ini lagi sehat nggak, sih?”

Atau mungkin malah ada juga yang kebingungan dan mikir “wah, General Health Questionnaire tuh apa, sih, sebenarnya?”

Nah, kalau di kepala kamu ada yang mikir kayak gitu, pas banget, nih. Jadi, di artikel kali ini aku akan bahas mengenai General Health Questionnaire (GHQ) beserta fungsinya. Jadi, yuk, simak penjelasan di bawah ini, ya!

Bagaimana Kondisi Mental Kamu Saat Ini?

Nah, Perseners, ada nggak, sih, di antara kamu yang merasa semenjak PSBB, penggunaan sosial media tuh makin meningkat? Hal ini seringkali bikin kita itu merasa FOMO–Fear of Missing Out.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Misal nih kamu buka Instagram dan lihat teman kamu lagi liburan, kayaknya fun banget gitu hidupnya. Sementara, kamu harus tetap kerja 9 to 5, bahkan meluangkan waktu buat kumpul bareng keluarga aja tuh kadang susah.

Banyak konsultan kesehatan mental yang berpendapat bahwa penggunaan sosial media sebagian besar memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan mental. Seringkali, yang kita lakukan ketika menggunakan sosial media adalah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.

Hal ini mengakibatkan kita merasa dikejar-kejar untuk selalu meraih suatu pencapaian tertentu. Padahal, yaa, sebenarnya “rasa dikejar” itu cuma ada di kepala kita. Tapi, karena kita nggak mau terlihat FOMO makanya kita merasa seperti itu.

Nah, kalau di dalam penelitian yang dilakukan oleh Satya Doyle Byock, fenomena ini dinamakan The Myth of Vertical Growth. Istilah apa, sih, itu kok kedengarannya asing?

Singkatnya, The Myth of Vertical Growth itu merupakan situasi ketika seseorang akan dianggap “tumbuh dan berkembang” apabila mereka berhasil mencapai tingkatan yang lebih tinggi.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Nah, pemikiran ini kalau dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan kamu mengalami rasa cemas yang berlebihan yang pada akhirnya bikin kondisi mental kamu terganggu.

Sebenarnya, Satu Persen sendiri udah pernah membahas soal ini, jadi, kalau kamu mau tahu penjelasan yang lebih detail soal The Myth of Vertical Growth, kamu bisa cek video yang satu ini atau mampir ke channel Youtube Satu Persen, ya!

YouTube Satu Persen – Stres Umumnya Terjadi di Umur 20an

Cemas Sama dengan Kondisi Mental Nggak Sehat, Apakah Iya?

Seperti yang aku jelasin di atas, kalau salah satu penyebab orang merasa cemas berlebihan itu dikarenakan penggunaan sosial media dan ini udah disetujui sama konsultan kesehatan mental.

Nah, sebenarnya, bener nggak, sih, kalau cemas itu berarti kondisi mental kita lagi nggak sehat? Eitss, tunggu dulu, jangan self-diagnosis!

Cemas emang bisa jadi salah satu tanda kalau kondisi mental kamu lagi nggak sehat. Tapi, rasa cemas di sini adalah yang udah berlebihan dan sangat mengganggu buat diri kamu.

Rasa cemas ini yang dinamakan Anxiety Disorder. Bahkan, kalau udah parah banget orang yang mengalami Anxiety Disorder juga akan merasakan tanda-tanda secara fisik.

Photo by: Freepik
Photo by: Freepik

Maka dari itu, kalau kamu mengalami rasa cemas dan kamu khawatir kalau rasa cemas itu merupakan Anxiety Disorder, ada baiknya untuk mengecek terlebih dulu. Karena, bisa aja ternyata rasa cemas yang kamu alami itu cuma sekedar perasaan takut.

Baca juga: Perbedaan Rasa Cemas (Anxiety) dan Takut Berlebih: Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Mungkin, diantara kamu ada yang bertanya “Terus gimana, dong, cara memastikan apakah aku ini lagi mengalami Anxiety atau cuma sekedar takut?”

Well, yang pasti kalau kamu lagi mengalami tanda-tanda itu, ada baiknya kamu langsung minta bantuan dari tenaga ahli profesional.

Misal, kamu bisa minta bantuan ke mentor Satu Persen. Sebagai Life School terbesar di Indonesia, Satu Persen punya concern yang sangat besar terhadap isu kesehatan mental kerana emang hal ini nggak kamu dapatkan di sekolah konvensional.

Nah, di sini Satu Persen pakai suatu tes yang sangat populer namanya General Health Questionnaire (GHQ). Tes ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap orang-orang yang melakukan online mentoring. Salah satu indikator yang dinilai dalam tes ini adalah tingkat kecemasan kamu.

Selain itu, kamu juga bisa mengunjungi Podcast, Instagram, dan Blog Satu Persen untuk memperoleh informasi lainnya yang kamu butuhkan. Karena, membagikan informasi yang bermanfaat adalah suatu bentuk kepedulian Satu Persen untuk membantu kamu menuju #HidupSeutuhnya.

Mengenal General Health Questionnaire

Oke, sekarang kita kembali lagi ke pertanyaan di atas “GHQ tuh sebenarnya apa, sih?”. Nah, tadi udah sempet aku singgung sedikit, ya, kalau Satu Persen juga pakai kuesioner ini, nih. Kalau di Satu Persen, GHQ ini namanya Kuesioner Kesehatan Umum.

Jadi, awalnya GHQ itu dikembangkan oleh Goldberg, seorang Sarjana dari Inggris, pada tahun 1972. Tujuan si Goldberg bikin GHQ itu untuk mengidentifikasi gangguan psikologis pada masyarakat atau pasien rawat jalan medis.

Sejak dulu, isu terkait kesehatan mental itu kan emang udah jadi topik yang hangat di seluruh dunia dan ini cakupannya luas banget. Bahkan, WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera manusia.

Ketika manusia itu sejahtera, maka mereka akan lebih bisa menyadari potensi diri sendiri, mengatasi stres, bisa bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada lingkungan sekitarnya.

Maka dari itu, banyak tenaga ahli profesional yang berlomba-lomba untuk mengembangkan berbagai macam kuesioner untuk menilai kondisi mental seseorang, atau dalam Psikologi disebut sebagai instrumen skrining. Salah satu instrumen skrining yang sampai sekarang masih populer adalah GHQ itu tadi.

Tapi, perlu diingat bahwa penggunaan GHQ ini cuma untuk mendeteksi kecenderungan awal gangguan kejiwaan seseorang. Jadi, baru kecenderungan aja, ya, belum tentu beneran mentalnya terganggu.

Instrumen ini digunakan untuk ngasih informasi apakah sekiranya kecenderungan tersebut harus dilakukan tindakan lebih lanjut atau nggak.

Penggunaan GHQ cuma boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang emang paham cara penggunaannya dan memiliki izin untuk menggunakan. Seperti peneliti, dokter, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya.

Itulah sebabnya, alat tes psikologi ini emang nggak disebarluaskan secara umum di internet atau media sosial, nggak seperti MBTI, BigFive Personality Test, atau alat tes lainnya.

Karena, akan sangat berbahaya apabila orang-orang yang nggak memiliki pemahaman yang cukup, menggunakan GHQ dan melakukan self-diagnosis.

Nah, yang kerennya GHQ bisa mengukur empat aspek sekaligus, yaitu depresi, kecemasan, gangguan sosial, dan rasa kepercayaan diri. Supaya kamu lebih ngerti, aku jelasin sedikit, ya, perbedaannya.

Baca juga: Test General Health Questionnaire (GHT)

1. Depresi

Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang tertekan secara terus-menerus atau kehilangan minat dalam aktivitas, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau mau pemahaman yang lebih detail tentang depresi, kamu bisa denger podcast yang satu ini, ya!

Podcast Satu Persen – Aku Sedih atau Depresi

2. Kecemasan

Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut secara berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

3. Gangguan Sosial

Merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang kesulitan dan/atau menghindari untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang terjadi secara signifikan, serta mengalami penurunan fungsi sosial dalam jangka panjang.

Dari penjelasan ini, aku harap kamu udah sedikit lebih paham, ya. Kalau kamu sendiri gimana, ada nggak yang pernah mengalami gejala-gejala yang sekiranya menjurus ke empat jenis gangguan mental di atas?

Kalau ada, aku saranin kamu langsung pergi ke tenaga ahli profesional seperti psikolog apabila mengalami gejala-gejala seperti penjelasan di atas. Nah, di Satu Persen ada loh layanan konsultasi dengan psikolog. Info selengkapnya bisa langsung aja klik gambar dibawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Kalau dirasa masih ragu untuk pergi ke psikolog karena takut dikira gila dan sebagainya, meskipun, sebenarnya nggak gitu, ya, pergi ke psikolog itu bukan berarti kita gila.

Kamu bisa, nih, memastikan kondisi tersebut dengan melakukan pencegahan tahap awal, misalnya dengan melakukan konsultasi bersama mentor Satu Persen.

Tenang aja, kamu nggak perlu takut untuk dijudge, kok. Mentor-mentor Satu Persen udah sangat berpengalaman dalam mengatasi lebih dari 10.000 permasalahan seperti ini.

Jadi, kamu bisa dengan bebas menceritakan permasalahan yang sedang kamu alami secara detail, ya.

Nah, selain itu, di layanan mentoring ini kamu juga akan mendapatkan banyak banget manfaat seperti worksheet, catatan konsultasi, lembar hasil psikotes, tes kepribadian, dan termasuk juga GHQ.

Baca juga: Jenis-jenis Tenaga Kesehatan Mental: Bukan cuma Psikolog dan Psikiater doang

Tapi…kalau kamu masih bingung sebaiknya ikut konseling atau mentoring, coba ikut tes konsultasi dulu ya.

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat, ya.

Kalau kamu punya pengalaman yang ingin dibagikan seputar kesehatan mental, kamu boleh banget membagikan ceritamu dengan teman-teman di Satu Persen. Siapa tau, pengalaman kamu itu bisa bermanfaat buat orang lain yang saat ini lagi mengalami hal serupa.

See you in my next article Stay healthy, stay safe & stay sane!

Referensi:

El-Metwally, Ashraf et al. 2018. “The factor structure of the general health questionnaire (GHQ12) in Saudi Arabia”. BMC Health Services Research 18 (1). Springer Science and Business Media LLC. doi:10.1186/s12913-018-3381-6.

Sarkova, Maria et al. 2010. “Psychometric evaluation of the General Health Questionnaire-12 and Rosenberg Self-esteem Scale in Hungarian and Slovak early adolescents”. University Medical Center Groningen. https://www.rug.nl/research/portal/files/14662468/03c3.pdf.

GL Assessment. n.d. “General Health Questionnaire (GHQ): Identify minor psychiatric disorders”. Accessed January 18, 2021. https://www.gl-assessment.co.uk/products/general-health-questionnaire-ghq/.

Read More
judi

Berdamai dengan Diri Sendiri: Berdamai sama Masa Lalu

Gambar oleh Satu Persen - Selamat Tinggal Masa Lalu
Satu Persen – Selamat Tinggal Masa Lalu

Halo, Perseners! Apa kabar nih? Hope you’re happy today! Kenalin gue Chastin, sebagai  associate writer di Satu Persen. Dan gue…pernah susah banget buat berdamai sama masa lalu.

Dari lo sendiri ada juga nggak sih, yang punya pengalaman pahit di masa lalu? Saking pahitnya, kejadian itu susah banget buat lo lupain, meskipun rasanya sakit banget kalo diinget-inget terus.

Dulu gue punya juga tuh, pengalaman yang bener-bener buat gue terpukul sampe rasanya mau menghilang aja dari muka bumi. Permasalahan yang gue alamin tuh kayak putus dari pacar, ditinggal pergi sama orang yang disayang, bahkan sampe kena bully.

Dari lo sendiri pernah nggak ngalamin yang lebih ekstrem dari ini?

Gue percaya sih, setiap orang pasti pernah ngerasain pahitnya hidup. Ya gimana ya…yang namanya manusia, aneh nggak sih kalo selama hidup nggak pernah ngelewatin yang namanya cobaan?

Tapi, apa lo udah sembuh dari segala pengalaman pahit itu? Kalo lo masih ngerasa marah, sedih, dan kecewa waktu keinget pengalaman tersebut, mungkin lo masih belum bisa berdamai sama masa lalu.

Dengan kata lain, lo masih nggak bisa move on. Nggak enaknya kalo terus begini, lo jadi susah buat ngelangkah ke depan, karena beban emosi yang lo bawa terlalu berat.

Ada quote yang selalu gue pajang di dinding kamar gue,

‘’Biarlah yang lalu berlalu, karena yang lebih indah sudah menunggumu.’’

– Merry Riana

Menurut gue ini quote emang simpel, tapi kalo lo jadiin pegangan buat move on dan ngelangkah ke depan, asli ini beneran ngebantu banget. Seenggaknya buat gue.

Buat berdamai sama diri sendiri dan masa lalu, lo harus sadar dulu kalo lo nggak bisa ngembaliin waktu, dan lo nggak dapet keuntungan apa-apa dengan terus stuck di titik itu.  Yang bisa lo lakuin cuman ngerubah diri lo yang rapuh jadi versi terbaik dari diri lo sendiri.

Because life must go on.

Podcast Satu Persen – Untuk Berdamai dengan Luka dari Masa Lalu

Buat lo yang masih berusaha belajar buat berdamai sama masa lalu, artikel ini pas banget buat lo simak! Stay tuned, ya!

Apa sih yang lo dapet kalo masih susah berdamai sama masa lalu?

Sebelum ngebahas ke dampak yang bakal lo terima kalo terus-terusan stuck sama masa lalu, gue mau sharing beberapa hal tentang “Kenapa orang bisa stuck sama masa lalu, terlebih sama pengalaman yang buruk”.

Menurut penelitian yang dilakuin sama Roy Baumeister, seorang profesor di bidang psikologi sosial dari Florida State University. Manusia emang cenderung lebih inget sama pengalaman negatif daripada pengalaman positif.

Baca juga: Pikiran Negatif Merusak Hidup Positif

Menurut Baumeister, emosi negatif dan feedback buruk punya dampak lebih besar ketimbang perhatian dan feedback positif yang pernah lo dapet. Stereotype buruk bakal lebih susah dilupain, yang akhirnya ngebuat diri lo terus terusan denial dan susah banget buat move on. Hal ini dikarenakan pikiran lo sendiri aja masih nolak buat lupa dan maafin semua pengalaman buruk di masa lalu.

YouTube Satu Persen – Cara Tinggalkan Masa Lalu yang Kelam

Nah kalo diri lo terus terusan denial, rasanya nggak enak banget nggak sih? Kayak di dalem hati lo pengen berdamai sama masa lalu, tapi otak lo merintahin buat jangan lupain pengalaman yang udah bikin lo terpuruk.

Menurut gue, kalo udah kayak gini nggak baik buat diri lo ke depannya. Orang yang nggak bisa berdamai sama luka di masa lalu cenderung takut buat ngelangkah ke depan, karena takut bakal terluka kayak dulu lagi.

Dampak negatif lainnya yang lo dapet kayak:

  • Overthinking sama apa yang bakal terjadi di masa depan
  • Takut ngambil keputusan
  • Ngerasain beban batin yang nggak perlu
  • Kualitas hidup berkurang secara drastis
  • Nggak bahagia

Pernah nih gue ngerasain yang kayak gini. Literally dampaknya bener-bener ngena banget ke kehidupan gue. Tapi baiknya, abis gue ngalamin berbagai rentetan hal buruk, nggak lama sejak itu gue sadar, bahwa gue harus cari cara buat bangkit lagi. Karena saat itu gue merasa diri gue sendiri punya value dan berhak buat bangkit.

Lo juga kepikiran nggak sih? Untungnya buat diri sendiri tuh apa kalo berlarut-larut dalam kesedihan sama suatu hal yang udah terlewat dan gak bisa diubah?

4 Cara berdamai sama masa lalu

1. Menerima masa lalu

Pengalaman yang berkesan, mau itu baik ataupun buruk, cenderung susah buat dilupain. Percaya deh, semakin lo berusaha buat lupa sama suatu kejadian, malah ingatan tentang kejadian itu semakin muncul di pikiran lo.

Di poin ini, gue saranin kalo lo nggak mau terbayang oleh hal buruk yang pernah lo alamin, lebih baik lo nerima kejadian itu daripada effort mati-matian buat ngelupain.

Asli deh, kalo kita bisa nerima pengalaman masa lalu sebagai bagian dari hidup, rasa sakitnya bakal lebih berkurang. Terus, secara perlahan kita bisa berdamai dan nggak terus keinget sama hal buruk itu.

Toh, udah ikhlas.

Baca juga: Apa Itu Inner Child: Cara Mengenal Bagian Diri Lebih Dalam dengan Melihat Masa Lalu

2. Memperbaiki sudut pandang

Kebanyakan dari kita tuh susah buat lupa dan berdamai sama masa lalu, karena kita mandang kejadian tersebut sebagai sesuatu yang negatif dan nggak ada value dari kejadiannya.

Padahal, kalo dipikir-pikir, semua kejadian bisa punya sudut pandang yang beda, tergantung dari gimana cara lo memaknainya. Coba deh, better ganti sudut pandang dari:

“Dulu gue di-bully karena gue jelek, pasti ke depannya nggak ada yang mau nerima gue”

Menjadi

“Oh, dulu gue di-bully karena mereka kurang perhatian dari orang tuanya, toh sekarang gue jadi lebih kebal dan glow up’’

Biasain mandang suatu hal dari sisi postifnya, biar kitanya juga nggak terlalu tertekan.

Baca juga: Mengubah Perspektif Lewat Rasa Syukur

3. Ambil dan cari tau hikmahnya

“Everything happens for a reason. There’s always a rainbow after a big storm.”

Cari tau value positif yang bisa lo ambil dari kejadian yang udah lalu. Gue yakin banget, kalo setiap perih yang kita dapet adalah tiket buat kita berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi.

Misal ni, lo udah putus dari cowok lo yang toxic, tapi rasanya susah banget buat move on karena lo nggak terbiasa kalo nggak sama dia. Dalam hal ini, ada baiknya lo cari sisi positif dari kejadian ini.

Lo cari kebahagiaan apa yang lo dapet pas udah gak berhubungan sama dia. Kayak lo yang lebih bebas, gak terkekang, dan mulai bisa fokus sama karier lo sendiri.

Kalo kita tau hikmah dan keuntungan yang didapet atas kejadian tersebut, lebih mudah juga buat ngelangkah ke depannya.

4. Biasain sama hal yang ngingetin lo sama masa lalu

Menurut gue, kalo lo mau berdamai sama masa lalu jangan terlalu menghindari hal yang bisa buat lo inget sama kejadian tersebut. Justru itu makin nambah ketakutan lo, dan lo cenderung nggak siap ke depannya buat #HidupSeutuhnya.

Semakin lo terbiasa sama hal yang paling lo benci, semakin mudah buat lo nerima hal tersebut. Toh, itu udah jadi bagian dari kehidupan lo.

Kalo kayak gini, lo nggak ada alasan buat menghindar dan nggak bakal dihantui sama bayangan masa lalu.

Baca juga: Penyesalan Tidak Selamanya Buruk: Cara Memaafkan Diri Sendiri

Gambar dari mohamed hassan dari pixabay
Gambar dari mohamed hassan dari pixabay

Berdamai sama diri dan move on dari masa lalu emang gak gampang, guys. Setiap orang punya caranya sendiri buat healing.

Kalo lo emang masih susah banget buat maafin dan nerima semua kejadian buruk di masa lalu, gue saranin coba konsultasiin apa yang lo rasain sama psikolog di Satu Persen. Layanan konseling Satu Persen bakal ngasih banyak benefit kayak psikotes, worksheet, dan masih banyak lagi.

Banyak benefit yang bisa lo dapetin dari konseling online ini, info selengkapnya langsung aja klik gambar di bawah ini!

Satu-Persen-Artikel--30--2

Jadi, jangan takut buat berproses selama itu bisa ngasih value positif buat diri lo ya hehehehe. Lo bisa juga nih coba tes sehat mental, gratis dari Satu Persen.

Dari gue segitu dulu, semoga artikel sama pengalaman gue bisa ngebantu lo buat bisa #HidupSeutuhnya.

Keep up the good work guys!

Referensi:

Jess, D. (2018, October 04). What Is Hooponopono? Benefits & Techniques In The Art Of Forgiveness. Retrieved August 07, 2020, from https://www.thenaturaldoctors.com/what-is-hooponopono/

Read More
judi

Gimana Cara Menghadapi Orang dengan Penyakit Kejiwaan?

Gambar oleh Satu Persen - Menghadapi Orang Sakit Jiwa
Satu Persen – Menghadapi Orang Sakit Jiwa

Halo! How was your day, Perseners? Salam kenal, aku Ruth, salah satu associate blog writer di Satu Persen.

Kali ini, aku mau bahas penyakit kejiwaan yang orang masih sering gak tau cara menanganinya walaupun masing-masing dari kita punya obatnya. Bukan flu, bukan gondok, tapi penyakit kejiwaan.

“Sakit jiwa lu, ya?” “Maklum, lagi abis obatnya.”

Kamu mungkin gak asing sama kata-kata kayak gitu. Bercandanya sih memang gampang. Nyatanya, nyembuhin penyakit kejiwaan gak semudah memutar otak buat bales ledekan teman.

Tapi, gak perlu khawatir. Karena, sama aja kayak penyakit fisik, penyakit kejiwaan itu bisa disembuhkan. Mungkin sehari-hari kamu sadar ada orang-orang di sekitarmu yang kelihatannya lagi punya masalah. Walaupun gitu, gak ada cara pasti untuk tau apa yang lagi mereka pikirkan dan rasakan.

Dan kamu gak harus selalu tau.

Cukup tau aja kalo apapun yang kamu lakukan untuk membantu mereka melewatinya itu sangat berarti buat mereka. Soalnya, aku yakin kamu sendiri pasti pernah melewati masa-masa sulit. Dan ada saatnya juga kamu khawatir tentang kesehatan jiwa orang lain.

Sebelum tau cara menghadapi orang yang sedang mengalami penyakit kejiwaan, coba kita kenalan dulu sebentar sama definisi aslinya.

Apa itu Penyakit Kejiwaan?

Dikutip dari UU Kesehatan Jiwa No.18 Tahun 2014, Orang Dengan Masalah Kejiwaan alias ODMK adalah orang-orang yang punya masalah mental, fisik, sosial, pertumbuhan dan perkembangan.

Baca juga: Masalah Kesehatan Mental di Indonesia

Nah, kualitas hidup yang terganggu ini punya resiko bagi mereka yang punya penyakit kejiwaan untuk mengalami gangguan jiwa. Dan menurut American Psychiatric Association, konsep penyakit kejiwaan sendiri menunjukkan ciri disfungsi pada individu dan bukan disfungsi masyarakat.

Bisa itu berupa depresi, rasa putus asa, cemas, atau khawatir yang berlebihan. Mungkin juga memiliki halusinasi, rasa sedih tanpa alasan yang jelas, atau bahkan mudah marah karena penyalahgunaan zat narkoba.

Nah, kita kan udah kenalan dikit sama penyakit kejiwaan. Sekarang, gimana sih cara menghadapi orang dengan masalah kejiwaan?

Gimana Cara Menghadapi Orang dengan Masalah Kejiwaan?

Semisal kamu merasa kenal dengan seseorang yang memiliki penyakit kejiwaan, mungkin sulit bagimu buat tahu apa yang harus dilakukan. Kalo kamu sadar ada seseorang yang sedang mengalaminya, penting bagimu untuk gak menunggu. Jangan tunggu mereka datang dulu untuk minta bantuan.

Mencoba membuka pembicaraan dengan seseorang sering kali merupakan langkah pertama yang harus diambil ketika kamu tahu doi sedang mengalami masa yang sulit. Dengan cara ini kamu bisa tahu apa yang lagi membebani pikiran mereka. Cari tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk meringankannya.

Dilansir dari Mental Health Foundation, berikut beberapa cara yang bisa kamu praktikan dalam menghadapi seseorang yang mengalami sakit jiwa:

1. Waktu dan Tempat Dipersilakan

Memberikan kebebasan buat doi mencurahkan apa yang lagi dirasa dan dipikirkan. Mulai dari waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan. Entah itu teralihkan dengan kamu yang curi-curi pandang sama notifikasi hp-mu atau kamu yang gak bisa dengar ceritanya karena rumahmu lagi ramai sama kuli proyek.

Jangan lupa untuk biarkan mereka menikmati kesedihannya. Cukup dengan memberi ruang untuk meluapkan apa yang dirasa dengan jujur tanpa menutup-nutupinya. Tapi, tetap sadarkan mereka saat kamu rasa kesedihan itu sudah menenggelamkan mereka sampai hilang kendali.

Begitupun kamu juga harus bisa mengendalikan diri. Jangan sampai melewati personal boundaries mereka. Kamu ada di sampingnya untuk jadi pendengar, jadi kamu gak harus mencecar-nya dengan banyak pertanyaan.

Podcast Satu Persen – Menjadi Pendengan yang Baik

2. Jangan Tekan Mereka

Biarkan mereka memimpin pembicaraan dengan kecepatan mereka sendiri. Jangan menekan mereka untuk memberitahu kamu apa pun yang belum siap mereka bicarakan. Berbicara membutuhkan banyak kepercayaan dan keberanian.

Kamu mungkin orang pertama yang bisa mereka ajak bicara tentang hal ini.

3. Jangan Self-Diagnose

Kecuali kamu ahli medis, meskipun kamu senang memberi dukungan, kamu bukanlah seorang konselor terlatih yang bisa menjustifikasi perasaan dan menentukan penyakit kejiwaan doi. Usahakan untuk gak membuat asumsi tentang apa yang salah. Dan jangan terlalu cepat membuat diagnosis atau mengikuti solusi kamu sendiri.

Gambar oleh pch.vector dari Freepik
Gambar oleh pch.vector dari Freepik

4. Buat Pertanyaan Tetap Terbuka

Coba tanyakan “Gimana kalo kamu ceritakan perasaanmu? Tapi, kalo kamu siap aja,” daripada “Aku bisa lihat kamu sedih banget, sih”.

Ingat untuk menjaga bahasamu tetap netral. Beri doi waktu untuk memproses perasaannya dan ngasih jawaban. Usahakan untuk gak memborbardirnya dengan terlalu banyak pertanyaan.

5. Berikan Solusi Menangani Stres

Perhatikan situasi kondisi dan toleransi dulu, guis. Saat dirasa ada kesempatan pas doi lebih tenang, sisipkan pembicaraan tentang cara menghilangkan stres atau mempraktikkan perawatan diri.

Coba juga: Cara Terbaik Merawat Diri

Bisa juga tanyakan apakah mereka menemukan suatu kegiatan yang berguna buat diri mereka kayak olahraga, jalanin pola makan yang sehat, atau bahkan tidur malam yang nyenyak juga bisa bantu melindungi kesehatan mental mereka.

Kamu bisa tonton video di bawah ini untuk mengetahui lebih jauh cara-cara mengatasi stres.

YouTube Satu Persen – Cara Menghadapi Stress

6. Dengarkan Baik-Baik

Kamu bisa ulang ke mereka apa yang mereka bilang buat memastikan kalo kamu udah mendengar dan memahaminya.

Kamu gak harus setuju dengan apa yang doi katakan, dan mungkin aja doi udah mengucapkannya berulang-ulang. Tapi, dengan menunjukkan kalo kamu memahami perasaannya aja kamu udah buat doi tahu kalo kamu menghargai perasaannya.

7. Ketahui Batasan Kamu

Kamu bisa inisiatif mencari bantuan atau informasi terkait kalo kamu yakin mereka dalam bahaya langsung atau ngalamin cedera yang memerlukan perhatian medis.

Kamu yang tau kalo dirasa harus ambil tindakan untuk memastikan mereka aman.

Gambar oleh pch.vector dari Freepik
Gambar oleh pch.vector dari Freepik

Tetap ingat kalo mereka juga punya personal boundaries tadi yang kusebut di atas. Hindari hal-hal yang kamu rasa sensitif. Berhenti kalo kelihatannya mereka gak nyaman membicarakannya alias hal-hal privasi yang kamu sendiri juga punya.

Mungkin kamu bisa coba posisikan dirimu sebagai mereka. Kamu juga pasti punya batas-batas yang gak mau orang lain lewati tanpa seizin mu, kan?

8. Tawarkan Bantuan Profesional dan Beri Informasi Terkait

Mungkin kamu bisa menawarkan doi buat pergi ke dokter umum bareng, atau bantu doi berbicara sama teman atau anggota keluarga.

Cobalah untuk gak mengambil kendali dan biarkan mereka membuat keputusan.

Tapi, kalo dirasa mereka udah hilang arah dan malah membuat keputusan yang buruk, ada baiknya kamu mengingatkan dan menyadarkan doi untuk tetap di jalan yang baik buat dirinya.

Sekiranya kamu kenal sama seseorang yang sedang memiliki penyakit kejiwaan dan membutuhkan bantuan profesional, atau kamu sekedar mencari informasi terkait menangani penyakit kejiwaan, kamu selalu bisa tanya-tanya atau cari informasinya melalui Satu Persen.

Dengan mengikuti layanan konseling yang disediakan oleh Satu Persen, kamu bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani orang-orang yang sedang mengalami masalah kejiwaan.

Selain bisa cerita dengan aman sama Psikolog Satu Persen, kamu juga bisa dapat banyak benefit lainnya, loh! Untuk benefitnya cukup klik aja gambar di bawah ini, ya.

Satu-Persen-Artikel--30--3

Sekian dulu dari aku, semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih lagi menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya. Terima kasih dan sampai jumpa!

References

https://www.psychologytoday.com/us/blog/she-comes-long-way-baby/201908/what-is-mental-illness-and-who-has-it#:~:text=Mental%20illness%20is%20designed%20to,been%20more%20political%20than%20scientific.

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-couch/201903/everybody-needs-boundaries-6-ways-make-them-work-you

https://www.mentalhealth.org.uk/publications/supporting-someone-mental-health-problem

Read More
judi

5 Rekomendasi Drama Korea dengan Tema Trauma Healing

Drama Korea Trauma Healing
Satu Persen – Rekomendasi Drama Korea Bertema Trauma Healing

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Fathur sebagai Blog Writer di Satu Persen.

Di kala pandemi ini gue merasa sangat jenuh jika hanya melakukan aktivitas di dalam rumah secara terus-menerus. Tapi akhir-akhir ini, kejenuhan itu dapat diatasi dengan berbagai cara ampuh versi gue, salah satunya dengan menonton drama korea alias drakoran di Netflix.

Dengan menonton, gue sendiri merasa capek dan jenuh itu bisa hilang secara cepat. Apalagi kalau pemain dari drama korea yang sedang ditonton adalah pemain favorit atau bias gue. Makin seru aja gak, sih?

Gue juga udah banyak nonton drama korea selama pandemi ini, mulai dari drama korea yang ber-genre mengsedih banget, cinta-cintaan, sampai yang ceritanya terbilang traumatis. Nah untuk yang genre terakhir ini, gue rasa akan berhubungan dengan tema kita pada artikel kali ini, yaitu trauma healing.

Untuk lo yang belum tau tentang trauma healing, yuk simak bareng-bareng penjelasannya!

Baca juga: Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD): Penjelasan Lengkap!

Apa Itu Trauma Healing?

Menghilangkan bayang-bayang kejadian yang menyebabkan trauma bukanlah hal yang mudah. Tapi ada lho, kiat-kiat untuk menyembuhkannya, yaitu dengan trauma healing.

Trauma healing adalah proses penyembuhan setelah trauma yang dilakukan agar seseorang bisa terus melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang kejadian di masa lalu. Hal ini kerap kali terjadi pada usia anak-anak sampai remaja yang diakibatkan oleh pengalaman traumatis tertentu.

Nah berhubung di awal gue menceritakan tentang film dan drama korea, gak afdol kalau gue gak ngasih rekomendasi drama korea tentang trauma healing yang udah gue tonton sebelumnya.

Rekomendasi Drama Korea tentang Trauma Healing

1. Hometown Cha-Cha-Cha

Hometown Cha-Cha-Cha Drama Korea Trauma Healing
Sumber: dramamilk.com

Hometown Cha-Cha-Cha adalah drama komedi asal korea yang tayang pada tahun 2021. Serial ini bercerita tentang seorang dokter gigi perfeksionis, Yoon Hye Jin yang membuka kliniknya sendiri di desa terpencil bernama Gongjin. Kemudian, ia bertemu dengan Doo Sik alias Hong Ban Jang yang memiliki jiwa semangat bekerja (Hustle Culture).

Dari situ, kisah drama antara mereka dan warga Gongjin pun berlanjut. Nah, tapi tau gak sih, kalau serial ini juga membahas tentang trauma healing yang dialami oleh Doo Sik?

Pada episode ketiga, lo akan diberi petunjuk tentang trauma masa lalu Doo Sik dengan melihatkan dirinya mengikuti sesi konsultasi di Seoul. Doo Sik juga aktif meminum resep obat sebagai penenang rasa traumanya.

Dari konsultasinya di episode sembilan, psikiater membantu Doo Sik untuk menghadapi akar ketakutannya selama ini. Psikiater juga mengatakan bahwa terdapat perkembangan positif terhadap trauma yang dialaminya sehingga sedikit demi sedikit Doo Sik bisa menurunkan dosis obatnya.

2. Kill Me, Heal Me

Kill Me, Heal Me Drama Korea Trauma Healing
Sumber: thecinemaholic.com

Kill Me, Heal Me adalah drama bergenre psikologi misteri bertemakan kesehatan mental. Serial drama ini dibintangi oleh Ji Sung (Cha Do Hyun), Hwang Jung Eum (Oh Ri Jin), dan Park Seo Joon (Oh Ri On).

Serial yang berjumlah 20 episode ini membahas tentang Cha Do Hyun yang menderita kepribadian ganda akibat peristiwa traumatis pada masa kecilnya.

Cha Do Hyun akhirnya bertemu Ri Jin yang diminta untuk menjadi dokter pribadinya. Kemudian, Ri Jin mulai melakukan trauma healing dengan cara membantu memecahkan masalah yang dialami Cha Do Hyun satu demi satu, terutama pada pemicu trauma yang berkepanjangannya.

Setelah beberapa episode, diketahui traumanya berasal dari pengaruh kekerasan psikis ketika kecil yang membuat adanya rasa kecewa kepada orang tuanya, takut penolakan, dan sakit hati yang diterimanya.

Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, ada beberapa gejala khusus trauma pada anak. Beberapa di antaranya adalah reaksi emosional yang berlebihan, kehilangan minat pada aktivitas, dan peningkatan kewaspadaan yang utamanya pada pengalaman traumatis.

3. It’s Okay, That’s Love

It's Okay, That's Love Drama Korea Trauma Healing
Sumber: jaehakim.com

Drama korea yang satu ini bercerita tentang kisah cinta antara psikiater dan penulis yang diperankan oleh Gong Hyo Jin (Ji Hae Soo) dan Jo In Sung (Jae Yeol). Tapi, kisah drama cinta mereka mengalami berbagai tantangan ketika keduanya diceritakan sama-sama mengalami gangguan mental.

Jae Yeol sendiri mengidap gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Sedangkan, Ji Hae Soo mengalami trauma berat di masa kecilnya. Hal ini disebabkan karena dulu ia pernah menyaksikan perselingkuhan ibunya yang membuat ia sulit untuk menjalin hubungan saat dewasa.

Singkat cerita, mereka yang tinggal satu atap itu kemudian saling memiliki perasaan satu sama lain. Yang menariknya, diperlihatkan juga kedua pasangan ini saling menyembuhkan penyakit gangguan mentalnya seiring waktu berjalan.

4. You Are My Spring

You Are My Spring Drama Korea Trauma Healing
Sumber: otakuart.com

Terjebak di masa lalu memang gak mengenakan untuk kita, terutama ketika terjebak pada peristiwa traumatis. Nah, hal ini pula yang menjadi topik utama pada serial You Are My Spring.

Serial ini baru saja tayang pada Agustus tahun 2021 dengan dibintangi aktor ternama seperti Kang Da Jeong (Seo Hyun Jin) dan Ju Yeong Do (Kim Dong Wook).

Kisahnya dalam serial drama ini menceritakan tentang Ju Young Do yang telah mengalami trauma karena gak bisa nyelamatin kakaknya di masa lalu. Tapi, traumanya tersebut gak membuat ia menjadi patah semangat, malah ia semakin ingin bertekad untuk menyelamatkan orang lain yang ia sedang tangani.

Dilansir Soompi, penulis naskah serial ini yaitu Lee Min Na mengatakan bahwa hadirnya drama korea ini berarti ada sesuatu hal yang hangat dan menyembuhkan di kala musim semi tiba, terutama bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang yang memiliki trauma masa lalu. Ia juga mengharapkan dengan adanya film ini, lo bisa semakin menyadari tumbuh sebagai orang dewasa.

Maka dari itu, drama korea ini banyak mengandung pesan positif karena mampu memperlihatkan proses penyembuhan trauma atau trauma healing yang dapat lo pelajari ke depannya.

5. It’s Okay to Not Be Okay

It's Okay to Not Be Okay Drama Korea Trauma Healing
Sumber: ncatregister.com

Siapa sih, yang gak kenal Kim Soo Hyun? Itu lho, aktor yang pernah digadang-gadang memiliki bayaran termahal!

Nah kali ini, ia memainkan peran sebagai Moon Kang Tae (diperankan Kim Soo Hyun) dalam serial It’s Okay to Not Be Okay. Sementara lawan mainnya adalah Ko Moon Young (Seo Ye Ji) yang juga sudah memiliki banyak jam terbang.

Pada episode awal, diceritakan trauma masa lalu yang telah dialami oleh masing-masing pemerannya. Salah satunya menceritakan kakak Kang Tae yang memiliki trauma dengan kupu-kupu. Hal ini terjadi karena ia masih mengingat peristiwa pembunuhan ibunya saat dulu yang mana pembunuhnya kebetulan memakai pin kupu-kupu.

Begitu pula Moon Kang Tae yang mengalami trauma juga hingga berdampak pada kondisinya saat ini. Tapi seiring waktu berjalan, ia semakin menyadari bahwa ia perlu bahagia dan mulai melakukan trauma healing dengan cara pelan-pelan menerima keadaan di masa silamnya.

Banyak pesan yang bisa diambil dalam serial It’s Okay to Not Be Okay. Salah satunya dengan memberikan pesan bahwa jika lo ingin sembuh dari trauma yang sedang dialami, tentu prosesnya bertahap dan cukup memakan waktu yang lama. Terakhir, drakor ini juga drama ini memberikan pembelajaran cara untuk melatih mengendalikan emosi dan psikologis kita, Perseners!

Bagaimana Cara Kita Menyembuhkan Trauma?

Nah, setelah lo mengetahui kalau banyak banget drama korea yang mengangkat tema trauma healing, tentu belum lengkap kalau lo belum tahu cara menyembuhkan trauma yang dialami.

Menurut American Psychological Association, salah satu cara menyembuhkan trauma adalah dengan bersandar kepada orang yang lo percayai. Hal ini bisa ngebantu lo untuk saling mendiskusikan peristiwa traumatis yang sedang dialami.

Kalau lo merasa kurang mendapat jawaban dari orang terdekat lo, mungkin lo bisa memulai untuk menanyakan jawabannya kepada tenaga ahli profesional seperti psikolog.

Satu Persen punya solusinya! Lo bisa ikut konseling buat ngebahas lebih dalam tentang peristiwa traumatis yang lo sedang atau telah alami dengan psikolog dari Satu Persen yang bisa lo akses di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-13

Kalau lo belum yakin apakah sebaiknya lo ikut konseling atau gak, lo bisa ikut tes konsultasi dulu ya. Akhir kata, gue Fathur Rachman dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya.

Referensi:

American Psychological Association. (2017). How to cope with traumatic stress. https://www.apa.org/topics/trauma/stress

Babbel, S. (2011). The Lingering Trauma of Child Abuse. Psychologytoday.Com. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/somatic-psychology/201104/the-lingering-trauma-child-abuse

Hong, C. (2021). Seo Hyun Jin And Kim Dong Wook Share Why They Chose Their New Drama, Thoughts On “Rom-Com Queen” Title, And More. Soompi.Com. https://www.soompi.com/article/1478025wpp/seo-hyun-jin-and-kim-dong-wook-share-why-they-chose-their-new-drama-thoughts-on-rom-com-queen-title-and-more

Read More
judi

Cara Mudah Menghilangkan Stres dan Kecemasan dengan Meditasi Pernapasan

meditasi menghilangkan stres
Satu Persen – Menghilangkan Stres dengan Meditasi

Apakah kamu akhir-akhir ini sedang merasa stres dan mengalami kecemasan berlebih? Kalau iya, mungkin kamu bisa mencoba teknik meditasi sederhana yang  berfokus melatih pernapasan. Selain mudah dan murah, aktivitas ini hanya butuh waktu singkat untuk mengembalikan ketenangan dan kedamaian dalam diri.

Faktanya, meditasi telah dipraktikkan selama ribuan tahun yang lalu. Awalnya, praktik meditasi ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang kekuatan suci dan mistis dalam kehidupan. Namun kini latihan sederhana ini sangat populer untuk relaksasi dan pengurangan stres lho, Perseners.

Apa manfaat melakukan meditasi? Bagaimana cara melakukannya dengan cepat dan mudah? Kali ini, aku, Sista, Blog Writer Satu Persen, akan mengulas lebih lanjut. Yuk, simak sampai akhir~

Ketahui tingkat stres dalam dirimu: Tes Tingkat Keparahan Stres

Apa itu Meditasi?

apa itu meditasi
Cr: medium.com

Sederhananya, meditasi merupakan cara untuk melatih pikiran. Melalui meditasi, kamu bakal bisa belajar cara melepaskan beban pikiran, meningkatkan ketenangan, mendorong keadaan kesadaran yang tinggi, serta mempertajam tingkat fokus.

Baca juga: Melatih Fokus Agar Hidup Lebih Produktif

Manfaat Meditasi

Meditasi memiliki sejumlah manfaat pada kesejahteraan psikologis seperti mengurangi stres dan membangun perspektif yang lebih sehat.

Menurut penelitian, rutin melaksanakan meditasi dapat memberikan efek yang baik pada kondisi fisiologis dan psikologis. Beberapa efek fisiologis yang dimaksud seperti penurunan laju pernapasan, penurunan denyut jantung, perubahan pola gelombang otak, dan penurunan stres.

Sementara, beberapa manfaat psikologis dari meditasi meliputi keterampilan manajemen stres yang baik, peningkatan kesadaran diri, serta peningkatan kinerja memori otak.

Cara Melakukan Meditasi Pernapasan

Salah satu meditasi yang bisa dilakukan di mana pun, kapan pun, dengan cepat dan mudah adalah melatih kesadaran bernapas. Ini adalah bentuk meditasi “entry level” yang bisa dilakukan oleh siapa pun.

Kesadaran pernapasan yang dilakukan secara rutin akan memberikan kita pembelajaran tentang menerima, berhenti melawan, dan menghargai hal-hal  yang datang dalam hidup.

cara melakukan meditasi pernapasan
Cr: meme-arsenal.com

Meditasi pernapasan hanya membutuhkan posisi yang sesuai di tempat dengan gangguan yang minim. Kamu bisa duduk, berdiri, berjalan, atau di mana pun yang kamu inginkan. Umumnya, orang-orang menganggap posisi duduk adalah yang terbaik.

Kebanyakan orang merasa terbantu untuk mulai fokus dengan latihan pernapasan. Untuk para pemula, kamu bisa lakukan meditasi ini selama 10-15 menit setiap hari. Ditambah  kamu juga bisa melakukan versi yang singkat setiap kali merasa stres di tengah kesibukan.

Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Stres Menurut Filosofi Teras (Stoicism)

Berikut langkah-langkah yang bisa kamu lakukan:

1. Temukan posisi yang santai dan nyaman

temukan posisi yang santai dan nyaman
Cr: memegenerator.net

Cara melakukan meditasi pernapasan yang pertama adalah menemukan posisi yang santai dan nyaman. Pastikan pula menjaga punggung agar tetap tegak, namun tidak terlalu kaku. Lalu, cukup posisikan tangan sesuai keinginan kamu.

Kamu boleh melakukannya dengan mata terbuka atau tertutup. Tapi mungkin dengan mata terpejam akan terasa lebih mudah untuk mempertahankan fokus.

2. Buat tubuh menjadi rileks

Cobalah untuk mulai merasakan sensasi di tubuh saat ini. Biarkan rileks dan rasakan sentuhan dan koneksi dengan lantai atau kursi.

3. Fokus pada aliran napas

Bawa perhatianmu pada sensasi alami napas dalam tubuh. Jangan mencoba menyesuaikan cara bernapas. Tidak masalah jika napas pendek ataupun panjang. Lakukan secara alami. Kamu bisa merasakan napas di tubuh mungkin di dada, tenggorokan, atau di hidung.

Kamu cukup mengamati setiap napas tanpa mencoba menyesuaikannya. Ini dapat membantu kita fokus pada sensasi naik turunnya tempo pernapasan.

Saat melakukannya mungkin kamu akan merasa sedikit terganggu oleh pikiran dan sensasi tubuh. Tidak apa-apa. Cukup perhatikan saja bahwa ini sedang terjadi dan kamu bisa kembali fokus pada pernapasan.

4. Biarkan pikiran berkelana

biarkan pikiran berkelana
Cr: memes.com

Pada saat ini, mungkin kamu akan merasakan pikiran mulai berkelana. Kamu mulai memikirkan hal-hal lain. Jika ini terjadi, tidak masalah karena  hal ini memang dapat berlangsung secara alami.

Anggap saja bahwa pikiran sedang berpetualang. Kemudian secara perlahan arahkan perhatian kembali pada pernapasan. Lakukan hal ini selama 5 – 7 menit.

5. Penutup

Setelah beberapa menit melakukan tahapan di atas, perhatikan seluruh tubuh kembali. Biarkan diri rileks lebih dalam lagi dan kamu bisa mengapresiasi diri sendiri yang telah melakukan hal ini dengan baik.

Itulah beberapa langkah mudah untuk melakukan meditasi sederhana. Kamu bisa terapkan hal tersebut ketika merasa stres maupun dalam kondisi tertekan.

Ceritakan Masalah yang Membuatmu Stres dengan Profesional

Jika beberapa langkah di atas belum dapat membantu secara maksimal, kamu mungkin butuh penanganan lebih lanjut dari tenaga profesional. Jangan ragu untuk konsultasi dengan ahli di bidangnya. Program mentoring dari Satu Persen mungkin bisa membantu mengurangi stres dan kecemasanmu selama ini.

Selain bisa cerita langsung dengan mentor terlatih, kamu juga mendapatkan hasil tes psikotes, tes kesehatan mental, worksheet, dan masih banyak lagi. Cek informasi selengkapnya dengan klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Sebagai kesimpulan, melakukan meditasi sederhana seperti melatih fokus pada pernapasan juga dapat membantu meringankan beban pikiran. Kamu bisa lakukan setiap pagi, setiap malam, atau bahkan sewaktu-waktu ketika kamu merasa stres.

Selain melatih kesadaran pernapasan, untuk mengatasi stres dan overthinking kamu juga bisa memulai untuk membangun mindset atau pola pikir yang sehat. Kamu bisa tonton video berikut ini supaya lebih sehat mental:

Semoga artikel ini bermanfaat, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Referensi:

David Gelles. How to Meditate. Retrieved on February 13, 2022 from How to Meditate – Well Guides – The New York Times (nytimes.com)

Diana Winston (2016). A 6-Minute Breathing Meditation to Cultivate Mindfulness. Retrieved on February 13, 2022 from A 6-Minute Breathing Meditation To Cultivate Mindfulness – Mindful

Harvard Medical School (2014). Breath Meditation: A Great Way to Relieve Stress. Retrieved on February 13, 2022 from Breath meditation: A great way to relieve stress – Harvard Health

Kendra Cherry (2020). What is Meditation?. Retrieved on February 13, 2022 from What Is Meditation? (verywellmind.com)

Read More