putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Dari

judi

Mengenal Bagian dari Masa Lalu

inner child

Semua orang memandangku sebagai sosok yang percaya diri. Namun, sebenarnya, aku tidak pernah berani berdiri di hadapan banyak orang tanpa persiapan. Aku ingat, ketika namaku dipanggil tiba-tiba, jantungku berdebar kencang dan pikiranku menjadi kosong—aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mendadak lupa akan hal-hal lainnya, benar-benar merasa tidak berdaya. Rasanya, aku benar-benar harus memperbaiki hal ini.

Saat itu, aku duduk dihadapan seorang psikolog untuk menceritakan persoalanku ini. Ia bertanya, “Sejak kapan kamu merasa demikian?” “Hmm, sejak kapan ya?” pikirku dalam hati. Aku sudah terlalu lama merasakan ini, sampai aku lupa bertanya sebenarnya kapan awal mula situasi ini terjadi. Akhirnya aku sadar, bahwa perasaan ini telah kurasakan sejak masa kecilku— saat aku dipaksa bernyanyi dan dikritik di depan umum. Ternyata, memori puluhan tahun lalu itu sangat kuat hingga berbekas bertahun-tahun lamanya. Pengalaman masa kanak-kanak yang mempengaruhimu hingga saat ini— apakah kamu juga memilikinya? Mungkin, saran yang kuterima kala itu juga bisa membantumu: berdamailah dengan inner child-mu. Tunggu, apa itu inner child? Apakah dia bagian dari diriku?

Apa Itu Inner Child?

Menurut Dr. Diana Raab, seorang peneliti psikologis dan penulis, setiap dari kita memiliki inner child. Apakah itu sebenarnya inner child? Seperti apakah wujud keberadaannya?

Ahli menjelaskan inner child sebagai ekspresi sisi masa lalu kita, mulai dari masa kanak-kanak hingga setelahnya. Segala pengalaman hidup kita, baik pengalaman yang membawa kebahagiaan dan kesedihan, akan mempengaruhi kita dalam mengekspresikan diri ketika sudah dewasa. Pengalaman itu bahkan juga mempengaruhi proses tumbuh kembang kita selanjutnya. Seperti apa sih contoh pengaruh-pengaruh yang dapat diberikan inner child kepada perkembangan kita?

Contohnya, kita dapat melihat pergaulan kita ketika masih kanak-kanak. Menurut Cutting dan Dunn (2006), anak-anak yang sering bermain dengan teman-teman seusianya atau pun saudara yang mencintai dan mendukung dirinya akan tumbuh menjadi sosok yang mencintai petualangan ketika dewasa. Mereka juga cenderung memiliki kemampuan bersosial yang lebih baik karena mereka menyadari pentingnya bekerja sama dan berbagi kasih sayang. Tak hanya hubungan pergaulan, hubungan kita dengan orang tua juga banyak mempengaruhi hal itu, lho. Orang tua yang banyak menanyakan kabar dan perasaan anaknya sehari-hari mendorong anak untuk lebih peduli kepada kondisi temannya dan lebih memahami kondisi emosionalnya sendiri.

Namun, sama seperti pengalaman baik yang berhasil mempengaruhi kita secara positif dalam berbagai hal, pengalaman-pengalaman buruk yang kita rasakan juga dapat mempengaruhi kita. Trauma dan kesedihan masa lalu dapat tinggal dalam diri kita untuk waktu yang lama dan ketika ada trigger tertentu, dapat kembali timbul ke permukaan. Pengalaman menyedihkan seperti kehilangan teman semasa kecil, kekerasan psikis dan fisik, serta perpisahan keluarga dapat mempengaruhi kita sepanjang hidup. Tanpa benar-benar berdamai dengan inner child, kesedihan dan trauma dapat terus timbul sewaktu-waktu, bahkan ketika kita merasa telah melupakannya. Lho, jadi melupakan saja tidak cukup ya?

Alasan Mengapa Melupakan itu Belum Cukup

Terkadang, situasi masa lalu yang melukai inner child kita bahkan sudah tidak lagi kita ingat. Sudah pasti tidak ada orang yang ingin mengingat pengalaman yang melukainya. Mereka tentu ingin melupakan pengalaman ini. Namun, justru, upaya itu membuat kita merasakan sakit yang mendalam.  Riset menunjukkan bahwa tubuh menyimpan luka emosional dan fisik. Meskipun kita berusaha keras untuk melupakan hal itu dan melanjutkan kehidupan kita, luka itu bisa saja tetap tinggal. Ketika trigger-nya datang, kita kembali merasakan luka dan trauma sebelumnya.

Pengalaman menyakitkan di masa lalu ternyata dapat mempengaruhi kita melalui berbagai cara. Contohnya, cerita yang sudah disampaikan di atas. Pengalaman dipermalukan di depan umum membuatku merasa sangat gentar ketika harus berada di dalam situasi yang sama. Pengalaman diabaikan oleh orang yang kita kasihi sangat mungkin juga mempengaruhi kelekatan kita dengan orang lain. Pada beberapa kasus, hal-hal yang membuat trauma dan menyakitkan kita justru mendorong kita untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, ketika kita sering dimarahi semasa kecil, kita memiliki tendensi untuk mudah marah. Hal ini merupakan bentuk pertahanan diri kita dari bahaya yang diciptakan oleh lingkungan agar situasi buruk yang dialami semasa kecil tidak lagi terjadi.

Dengan kata lain, hal ini lah yang nantinya akan membentuk alam bawah sadar kita ketika dewasa. Untuk bisa lepas dari kecenderungan kita yang disebabkan oleh pengalaman menyakitkan semasa kecil, kita tidak hanya harus melupakannya, tetapi benar-benar menyembuhkannya. Jika kita berusaha menghindarinya untuk merasa lebih baik, kecenderungan kita tidak akan pernah selesai.

Menyembuhkan Inner Child

Menyembuhkan inner child yang terluka bukanlah hal mudah, tapi harus dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk menyembuhkannya, kita harus berusaha menghubungkan diri kita dengan sosok masa lalu kita yang terluka untuk berusaha bersama-sama menyembuhkan diri. Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menyembuhkannya:

Menuliskan rasa sakit yang dirasakan adalah salah satu cara untuk menyembuhkan inner child kita. Dengan menulis, kita dapat mencurahkan emosi negatif yang selama ini kita simpan. Pengalaman-pengalaman buruk itu mungkin sudah lama tidak kita ingat, tetapi kemungkinan besar masih menetap dalam diri kita. Menulis membantu kita kembali mengingatnya, merasakannya, dan mendamaikan diri dengannya.

Kamu dapat menulis beberapa dialog dari sudut pandang inner child-mu. Hal ini mungkin membuatmu kembali teringat dengan luka yang kau miliki. Namun, setelahnya, kamu dapat merasa lebih lega dan menerima situasinya dengan lebih baik.

2. Melakukan Sesi Ho’oponopono Pribadi

Apa itu Ho’oponopono? Ini adalah proses memaafkan yang berasal dari Hawai, membantu kita untuk membangun kembali hubungan dengan orang lain—bahkan inner child kita. Kita dapat mengambil waktu untuk menyendiri dan mengatakan hal-hal ini:

I am sorry”, katakan itu kepada dirimu bukan karena kamu telah berbuat salah, melainkan karena kamu telah menyimpan emosi negatif untuk waktu yang lama dan tidak berusaha menyembuhkannya. Luka dan kenangan buruk itu kamu simpan dan tidak kamu ungkapkan sehingga memuncak dalam dirimu.

Please forgive me, ungkapkanlah rasa maaf yang lebih mendalam kepada inner child-mu. Ungkapkanlah maaf karena kamu tidak banyak mempedulikan cara pandangnya atau bahkan mencoba melupakannya. Permintaan maaf ini akan membawamu dapat mencintai dirimu dengan lebih baik, termasuk inner child-mu.

I love you, katakana bahwa apapun yang telah terjadi kepadamu, kamu mencintai dirimu sendiri tanpa syarat. Tunjukkanlah rasa cinta kepada dirimu yang terus bertahan hingga saat ini. Cintailah dirimu, tubuhmu, udara yang kamu hirup, dan perjalanan hidupmu.

Thank you, tunjukanlah rasa syukur atas kehidupan, cinta, dunia, dan pengalaman yang telah membentukmu menjadi sosokmu yang sekarang. Tunjukkanlah rasa syukur atas inner child yang telah bertahan meskipun memiliki perihnya luka yang dirasakan. Rasa syukur ini bisa membantumu lepas dari emosi negatif yang kamu rasakan.

Dalam melakukan proses ini, kamu juga dapat kembali membayangkan dan menvisualisasikan pengalaman-pengalaman masa lalumu dan perasaanmu saat itu. Upaya ini membuatmu lebih lega dan jujur kepada dirimu sendiri.

3. Membuka diri

Proses penyembuhan inner child adalah sebuah proses seumur hidup dan tidak memiliki akhir yang pasti. Oleh karena itu, penting untuk melakukan dua tahap sebelumnya untuk kembali membuka hubungan dengan inner child kita. Selanjutnya, mungkin akan ada banyak hal-hal baru yang kamu sadari dari masa lalumu. Oleh karena itu, tetap buka diri selama prosesnya.

Baca Juga “Self Healing Bisa Membuatmu Merasa Lebih Baik”

Berdamai dengan masa lalu memang tidak mudah dan bukanlah proses yang sebentar. Karena itu, kamu harus bersabar menghadapi setiap prosesnya. Jika kamu merasa kesulitan melakukannya sendiri, kamu dapat meminta bantuan psikolog untuk membantumu menghadapinya.

Satu Persen menyediakan layanan konseling online. Kamu bisa berkonsultasi one-on-one dengan psikolog jika merasa inner child-mu mengganggu kehidupan sehari-hari. Selain itu, Satu Persen juga menyediakan Tes Sehat Mental gratis yang bisa kamu coba untuk mengecek kondisi kesehatan mentalmu belakangan ini.

kelas-berdamai-dengan-diri-sendiri

Jangan lupa tonton video Satu Persen tentang “Trauma Masa Lalu” Follow juga Instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Semoga tulisan ini bisa membantumu hidup lebih baik, setidaknya Satu Persen setiap harinya.

Referensi

Jess, D. (2018, October 04). What Is Hooponopono? Benefits & Techniques In The Art Of Forgiveness. Retrieved August 07, 2020, from https://www.thenaturaldoctors.com/what-is-hooponopono/

Noorvitri, I. (2020, April 03). Memahami Inner Child dalam Diri. Retrieved August 07, 2020, from https://pijarpsikologi.org/memahami-inner-child-dalam-diri/

Raypole, C. (2020, July 08). 8 Tips for Healing Your Inner Child. Retrieved August 07, 2020, from https://www.healthline.com/health/mental-health/inner-child-healing

Raypole, C. (2020, June 26). Inner Child: 6 Ways to Find Yours. Retrieved August 07, 2020, from https://www.healthline.com/health/inner-child

Read More
judi

Emosi Itu Bukan Marah! (Mari Mengenal Emosi dari Aspek Ilmiah))

Pernah gak sih, kamu habis tengkar dengan seseorang atau baru saja melihat sebuah postingan di Instagram yang membuatmu…. emosi?

Duh, emosi banget aku ini!!!!” gumammu pada dirimu sendiri. Pasti pernah dong, entah baru-baru ini atau mungkin beberapa bulan yang lalu.

Orang-orang suka mengasosiasikan kata “emosi” dengan “marah”. Ketika melihat seseorang yang “emosi”, kita sering berpikir orang itu sedang marah, atau paling tidak sedang terlihat marah bagi kita. Namun tahukah kamu sebenarnya bahwa ketika seseorang “emosi”, itu bukan berarti dia marah, melainkan sejatinya bahwa dia merasakan luapan perasaan yang begitu bercampur aduk, tumpang tindih dalam waktu yang bisa dibilang singkat?

Bahkan KBBI mengatakan hal yang sama. Bahwa emosi adalah n 1 luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; 2 keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif); 3 cak marah;

Pengertian “marah” pun adalah sebuah ragam cakapan, tidak baku. Ya… bukan berarti salah juga, ya.

Nah, dengan mengetahui hal tersebut, aku akan bercerita sedikit tentang emosi. Mungkin kamu, atau bahkan aku, bisa mendapatkan sedikit insight dari apa yang akan aku tuliskan. Apa itu emosi?  Apa saja yang mempengaruhi emosi? Dan yang kurasa paling menarik, bagaimana memanfaatkan emosi kita untuk mencapai kebaikan dalam hidup?

Yuk, kita mulai!

Apa Itu Emosi?

Sebenarnya ada begitu banyak pengertian tentang emosi dikarenakan konsep emosi selalu berubah seiring berjalannya waktu dan untuk membicarakannya butuh waktu yang sangat banyak. Ada banyak teori yang membahas tentang emosi, dan hasilnya menarik-menarik. Namun aku akan mengutip satu pengertian emosi menurut Don Hockenbury dan Sandra E. Hockenbury dalam bukunya “Discovering Psychology”, emosi adalah kondisi psikologi yang kompleks yang mencakup tiga komponen berbeda, yaitu pengalaman subjektif, respon fisiologis, dan respon perilaku/ekspresif (Cherry, 2019).

Wow, terdengar ilmiah sekali. Robert C. Solomon dalam artikelnya juga menulis bahwa emosi adalah pengalaman kompleks akan kesadaran, sensasi jasmani, dan perilaku yang mencerminkan pemaknaan perseorangan terhadap sebuah kejadian, keadaan, atau peristiwa.

Sederhananya, emosi adalah (kumpulan) perasaan terhadap sesuatu yang dipengaruhi subjektivitas kita, respon tubuh kita, dan respon perilaku kita. Tiga hal ini mempengaruhi emosi kita dengan caranya masing-masing.

Subjektivitas mengacu pada bagaimana suatu hal yang membuatmu sedih, belum tentu membuat orang lain sedih. Respon tubuh kita mengacu pada bagaimana kondisi fisiologis bisa menjadi petunjuk akan emosi seseorang, contohnya ketika kamu gemetaran saat malam-malam melewati koridor toilet perempuan yang dirumorkan berhantu di malam hari, kamu akan mengaosiasikan bahwa kamu takut karena kamu gemetaran atau mungkin kamu gemetaran karena kamu takut.

Respon perilaku mengacu pada perilaku atau ekspresi seseorang ketika merasakan suatu emosi. Contohnya mungkin kamu sudah tahu. Bayangkan ketika seseorang tersenyum saat kamu menyenggol dan menjatuhkan makanannya. Apakah dia beneran tidak mempermasalahkannya? Atau dia hanya ingin cepat-cepat mengakhiri interaksi kalian? Apakah dia marah, sedih, atau mungkin kecewa?

Hal-hal yang menjadi petunjuk untuk menginterpretasikan emosi seseorang (baik dirimu sendiri maupun orang lain) ini penting bagimu untuk diketahui. Ketika kamu sering atau bahkan mungkin mahir dalam menginterpretasikan emosi seseorang, ini berarti emotional intelligence-mu tinggi.

Apa Itu Emotional Intelligence?

Emotional Intelligence atau EQ adalah kemampuan untuk mengerti dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain dan menggunakannya untuk berinteraksi dengan efektif (Segal, Smith, Robinson, & Shubin, 2019).

Memiliki EQ yang baik berarti memiliki pengelolaan emosi yang baik dengan lingkunganmu. Kamu bsia menghindari situasi-situasi yang tidak diinginkan seperti dikatain tidak peka karena kamu gagal take a hint dari temanmu yang sudah mengedipkan mata agar kamu bekerja sama untuk berbohong sedikit dalam usaha nge-prank temanmu yang lain. Berbeda dengan IQ, EQ tidak punya parameter atau standar yang bisa dipakai untuk mengaktan bahwa EQ-mu rendah atau tinggi. Menurutku, Emotional Intelligence is a skill you hone as you live.

Ada beberapa aspek penting dalam EQ yang perlu kamu perhatikan. Yang pertama adalah kesadaran emosional. Ini maksudnya adalah kamu harus bisa menyadari dan mengetahui emosimu sendiri dan orang lain, bagaimana mereka mempengaruhimu dan emosi apa yang muncul ketika kamu berada di dalam suatu keadaan tertentu. Dengan menyadari kondisi emosionalmu, kamu dapat menilai dirimu lebih baik dan mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi tertentu terlepas dari banyaknya emosi yang menghujanimu.

Dengan menyadari dan mengetahui emosi orang lain, atau berempati, kamu dapat mengira-ngira tindakan apa yang dapat kamu ambil dalam situasi tertentu. Terdengar sulit, tetapi kalau kamu terus berusaha menajamkan hal ini, kamu pasti bisa memiliki kesadaran emosi yang baik. Tonton video ini untuk mendapat insight lebih banyak soal tips mengontrol emosi!

Yang kedua adalah manajemen diri. Ini maksudnya adalah kamu mampu untuk mengatur emosi yang sedang kamu rasakan, menghindari pemikiran impulsif, dan memanfaatkan emosi yang kamu rasakan untuk mengambil keputusan yang positif.

Bayangkan sebuah situasi yang cukup berat secara emosional, katakanlah pacarmu tiba-tiba meng-upload foto bersama orang lain dengan intimasi yang bisa dibilang sama atau bahkan ngalah-ngalahin kamu dan pacarmu. Kamu mungkin akan termakan oleh luapan emosi, entah itu marah, kecewa, jijik, bingung, penasaran, apapun itu.

Ketika kamu berada dalam kondisi seperti ini, kemampuan untuk mengatur emosimu sangatlah penting. Jangan biarkan emosimu menguasai dirimu, namun cobalah untuk tenang, ketahui bahwa emosi yang kamu dapatkan itu respon yang manusiawi dari peristiwa tersebut, dan mulailah memproses peristiwa itu dengan kepala dingin.

Gunakan emosi-emosi yang kamu rasakan menjadi “bensin”mu. Gunakan amarahmu untuk semangat mencari tahu siapa orang di foto tersebut, gunakan rasa kecewamu untuk mengingat hal-hal baik yang sudah terjadi, dan seterusnya. Tidak bisa dipungkiri memang terkadang kita kalah dari emosi, tapi aku harap kamu, aku, dan kita semua terus berusaha untuk memiliki EQ yang baik! Aku punya tips dalam manajemen emosi, yuk tonton video ini!

Yang terakhir adalah manajemen hubungan. Ketika kamu sudah lebih mahir dalam mengatur emosimu sendiri, bukan hal yang mustahil bagimu untuk bisa mengatur hubunganmu dengan orang-orang di sekitarmu dengan lebih baik. Kamu paham dirimu dan kamu berempati pada orang lain. Hal ini akan memberikanmu informasi-informasi untuk membantumu mengambil keputusan dalam menjalani hubungan dengan orang lain. Nah, kalau kamu ingin mengetahui kualitas hubunganmu dengan pasangan, kamu bisa mencoba Tes Relationship Quality.

Video ini bisa membantumu dalam mengetahui cara memahami emosi diri sendiri dan orang lain.

Jadi, Emosi Itu Penting Apa Tidak?

Hm… kalau kamu jawab tidak… aku bisa-bisa merasa “emosi”, loh. Hehe, bercanda!

Oke jadi begitulah, tentang emosi. Kita memiliki sangat banyak emosi yang kita rasakan tiap harinya. Cukup sulit untuk mendefinisikan emosi yang kita rasakan karena sejatinya kita merasakan emosi itu selalu dalam sebuah spektrum yang tidak terlihat ujungnya. Kalau kamu perlu bantuan dalam manajemen emosi, coba deh ikut layanan mentoring online Satu Persen. Kamu bisa bercerita mengenai masalahmu one-on-one kepada mentor.

Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Kalau kamu mau cek tulisanku yang lain, aku sedang menulis cerita di wattpad, judulnya LIGHT dan aku memiliki LINE Official Account tempatku menulis (ID: @ans3035i) Terima kasih banyak!

Konsultasi Satu Persen Psikolog

References

Cherry, K. (2019, July 17). Emotions and Types of Emotional Responses. Retrieved from verywellmind: https://www.verywellmind.com/what-are-emotions-2795178

Psychology Today. (n.d). Emotional Intelligence. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/intl/basics/emotional-intelligence

Segal, J., Smith, M., Robinson, L., & Shubin, J. (2019, October). Improving Emotional Intelligence (EQ). Retrieved from HelpGuide: https://www.helpguide.org/articles/mental-health/emotional-intelligence-eq.htm

Solomon, R. C. (n.d). Emotion. Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/science/emotion

Read More
judi

Cara Lepas dari Adiksi (Belajar Berhenti dari Kecanduan)

Halo Perseners! Gimana kabarmu setelah melakukan berbagai hal secara online hampir setahun ini? Baik-baik aja? Atau kamu saat ini mulai merasa sangat lelah karena belajar, kuliah, ketemu teman, dan kerja semua dilakukan secara online?

tips-berhenti-dari-kecanduan

Melakukan berbagai hal dengan media online, secara gak langsung membuat kita semakin sering menggunakan gadget. Tapi sebenarnya, jauh sebelum pandemi terjadi, hidup kita juga udah bergantung banget sama gadget dan internet. Iya, gak? Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, pasti kita pegang hp. Kebayang dong gimana meningkatnya penggunaan gadget selama masa pandemi ini?

Nah, faktanya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Indonesia, pada masa pandemi ini ada 14.4% orang dewasa di Indonesia mengalami adiksi internet. Bahkan  durasi penggunaan internet meningkat 52%! Wah, bukan angka yang kecil untuk sebuah angka peningkatan!

Hmm, apakah kamu juga mengalaminya?

Padahal kalau kita sadari, penggunaan gadget yang berlebihan beberapa tahun ini memang udah jadi perhatian banyak pihak. Kampanye mengenai bahaya penggunaan gadget pun banyak dilakukan. Namun, kondisi saat ini memaksa kita untuk semakin dekat dengan gadget, semakin terasa gak bisa lepas, sampai ngerasa tergantung sama gadget.

WHO juga bilang kalau adiksi gadget dan internet selama masa pandemi perlu menjadi perhatian. Pernah gak kamu memikirkan kenapa sih seseorang bisa mengalami adiksi?

Biasanya adiksi erat kaitan dengan obat-obatan terlarang. Tapi saat ini adiksi gak cuma berkaitan dengan obat-obatan aja, adiksi juga dapat menggambarkan perilaku yang berulang kali dilakukan, seperti bermain game, scrolling hp, sampai yang banyak terjadi juga adalah adiksi pornografi.

Tapi kita gak bisa dengan mudah melabeli perilaku berulang yang kita lakukan sebagai adiksi. Sebelum kita membahas bagaimana caranya untuk berhenti dari adiksi atau kecanduan ini, kita kenalan dulu yuk sama apa sih sebenarnya adiksi itu!

Apa itu adiksi?

Apakah kata adiksi terdengar asing buatmu? Mungkin dalam keseharian kita lebih sering mendengarnya sebagai kecanduan. Nah untuk artinya sendiri, adiksi atau kecanduan diartikan sebagai kondisi ketergantungan fisik dan mental terhadap suatu hal yang memunculkan perubahan perilaku bagi orang yang mengalaminya, hingga mereka kehilangan kendali terhadap perilakunya sendiri.

Jadi meskipun kamu melakukan sesuatu berulang kali, tapi secara sadar kamu merasa bahwa perilaku tersebut masih di bawah kendalimu, maka hal tersebut belum bisa dikatakan sebagai adiksi.

Nah, akan beda ceritanya ketika kamu bermain game, menggunakan gadget, hingga menonton video porno dan kamu sudah merasa kesulitan untuk mengontrol perilaku tersebut, kamu perlu waspada karena bisa jadi kamu mengalami adiksi.

Tapi penasaran gak, kenapa sih seseorang bisa mengalami adiksi?

kecanduan bermain game
Photo by Sigmund on Unsplash

Kenapa seseorang mengalami adiksi?

Untuk menjawab pertanyaan ini, para ahli banyak yang membahasnya melalui respon otak yang terjadi ketika seseorang melakukan hal yang membuatnya kecanduan. Jadi, ketika seseorang melakukan hal yang membuatnya kecanduan, bagian otak yang akan aktif adalah bagian reward circuitry. Bagian ini berfungsi untuk mengatur emosi, serta berperan untuk mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu demi mempertahankan hidupnya. Nah, dorongan ini dipengaruhi oleh hormon kesenangan atau yang sering kita kenal sebagai hormon dopamin.

Pasti sering denger dong tentang hormon dopamin? Dopamin ini salah satu hormon yang membuat kita merasa senang bahkan memiliki keinginan terhadap sesuatu yang kita sukai. Semakin besar hormon dopamin yang dihasilkan ketika melakukan sesuatu, semakin besar pula keinginan seseorang terhadap hal tersebut.

Jadi ketika mengalami adiksi, respon di otak akan selalu memberikan rasa senang, sampai akhirnya kita selalu merasa membutuhkan hal tersebut. Terus gimana sih tanda-tanda seseorang mengalami adiksi?

Tanda seseorang mengalami adiksi

Diclemente dalam bukunya menjelaskan tanda-tanda seseorang yang mengalami adiksi. Tanda ini bukan digunakan untuk mendiagnosa diri sendiri, melainkan untuk meningkatkan kesadaran kita terhadap diri sendiri.

Pola perilaku tidak terkontrol

Kamu sulit mengontrol dirimu untuk tidak melakukan perilaku tersebut, meskipun kamu sudah mencoba untuk mengendalikan

Adanya dampak yang buruk dari perilaku tersebut

Perilaku ini membuat kamu mengalami dampak buruk seperti kurang tidur, sulit berkonsentrasi, dan emosi tidak terkendali

Merasa tidak mampu untuk mengubah perilaku

Kamu merasa kalau perilaku yang kamu alami ini udah lebih besar dari dirimu. Sehingga kamu gak mampu untuk mengendalikan, bahkan mengubah perilaku yang kamu alami

Perilaku tersebut dijadikan cara untuk mengatasi stres

Ketika kamu sedang merasa sedih atau tertekan terhadap sesuatu, hal pertama yang kamu cari adalah perilaku adiksi ini. Kamu merasa bahwa perilaku ini menjadi satu-satunya pilihan coping stres yang paling efektif untuk dirimu. Coba deh kamu mengecek tingkat stres yang kamu alami melalui tes tingkat stres.

Banyaknya waktu yang digunakan untuk melakukan perilaku tersebut

Dalam sehari kamu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan perilaku adiksi ini. Terkadang kamu sampai gak inget kalau waktumu habis hanya untuk melakukan perilaku ini.

Aktivitas produktif seperti bekerja

Menjalin relasi sosial menjadi terabaikan karena perilaku tersebut, kamu lebih mengutamakan perilaku ini dibandingkan dengan kegiatan produktif lainnya. Kamu bahkan bisa mengabaikan tanggung jawabmu demi memenuhi kebutuhan adiksi ini! Serem banget ya?

Membebaskan diri dari adiksi

Mungkin saat ini kamu udah menyadari kalau dirimu mengalami adiksi, terus kamu juga udah mencoba untuk berhenti dari adiksi ini. Tapi memang, untuk berhenti dari adiksi itu gak mudah. Proses yang akan kamu lewati mungkin akan sedikit sulit karena melibatkan fisik dan mental, tapi bukan berarti kamu gak bisa. Berhenti dari adiksi ini adalah hal mungkin bisa dilakukan oleh semua orang, termasuk kamu.

Ada hal-hal yang perlu kamu pertimbangkan saat menjalani proses yang relatif sulit ini, yaitu:

Membuat keputusan untuk berubah

Cepat atau lambat kebanyakan orang yang mengalami kecanduan memutuskan untuk mengubah perilaku adiksinya ini. Ketika keputusan dibuat, kebanyakan orang udah punya tujuan tertentu. Mungkin berhenti sepenuhnya atau hanya mengurangi jumlah waktu atau uang yang dihabiskan untuk memenuhi kecanduan ini. Hal ini perlu kamu lakukan untuk menguatkanmu ketika dirimu goyah di tengah proses berhenti.

Bersiap untuk berubah

Setelah tujuan yang kamu miliki sudah jelas, selanjutnya yang perlu kamu lakukan adalah bersiap untuk berubah. Persiapan ini berkaitan dengan bagaimana dirimu siap untuk melawan keinginan-keinginan yang muncul. Jika memungkinkan untuk dilakukan, kamu bisa menghilangkan pemicu adiksi tersebut.

Memulai perawatan untuk mengatasi adiksi

Selanjutnya untuk mengatasi adiksi, kamu membutuhkan treatment. Ada beberapa jenis treatment yang dapat kamu lakukan, dan bagi setiap orang efek dari treatment ini pun berbeda-beda.

Kamu mungkin dapat mengenali terlebih dahulu, treatment apa yang cocok dan nyaman untuk membantumu berhenti dari kecanduan ini. Salah satu pendekatan yang mudah dilakukan adalah mindfulness.

Mindfulness ini adalah suatu kondisi yang mengarahkan pikiran, dan tubuh kita untuk fokus pada saat ini atau here and now. Nah, mindfulness ini dapat dilatih dan membantu kamu untuk lebih tenang dalam menghadapi berbagai situasi. Ketika keinginan untuk melakukan perilaku tersebut muncul, ajak dirimu untuk tenang sejenak, menarik nafas, lalu fokuskan dirimu kepada tujuan yang kamu sudah putuskan tadi.

Mencegah perilaku adiksi muncul kembali

Ketika kamu sudah berhasil mengendalikan perilaku adiksimu, gak jarang keinginan untuk melakukan perilaku tersebut sesekali muncul. Nah, biasanya hal ini disebut sebagai “relapse” atau kambuh. Ketika perilaku itu kambuh, bukan berarti kamu gagal. Kambuh yang kamu alami ini sebagai respon dari tubuhmu, dan juga sebagai penguat bagi mentalmu untuk mengendalikan perilaku adiksi ini.

Mencari bantuan atau dukungan dari ahli

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, berhenti dari perilaku adiksi merupakan proses yang sulit untuk dilakukan. Bagi beberapa orang, adiksi bisa diatasi dengan dirinya sendiri. Tapi bagi sebagian lainnya, mereka membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang sekitar atau seseorang yang ahli seperti psikolog.

Psikolog juga akan membantu kamu menemukan treatment yang cocok dan efektif untuk kamu lakukan. Kamu dapat melakukan konseling bersama Psikolog Satu Persen untuk bersama-sama menghadapi permasalahan adiksi ini.

Berhenti dari adiksi yang kamu alami bukan merupakan hal yang tidak mungkin, meskipun sulit setiap orang pasti berdaya untuk berhenti dari adiksi yang dialaminya. Jangan ragu untuk mencari bantuan ketika kamu merasa membutuhkannya.

Baca Juga: Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

Terakhir, jangan lupa untuk mengikuti informasi menarik dan bermanfaat lainnya dari Satu Persen melalui Instagram, YouTube, podcast, dan blog Satu Persen serta berbagai Kelas Online, Webinar, dan Tes Online Gratis yang bisa kamu ikuti di sini.

Semoga artikel kali ini bermanfaat, dan dapat membantu kamu tumbuh setidaknya 1% setiap harinya. Terima kasih!

CTA-Konsultasi--1-

Reference:

Diclemente C. C. 2003. Addiction and change: How addictions develop and addicted people recover. New York: Guilford Publication.

Hartney, E. & Umhau. (July 24, 2020). Long-Term Strategies for Overcoming Addiction. Retrieved on November 25, 2020 from https://www.verywellmind.com/overcoming-addiction-4157285

Siste, K., Hanafi, E., Lee Thung Sen, H. C., Adrian, L. P. S., Limawan, A. P., Murtani, B. J., & Suwartono, C. (2020). The Impact of Physical Distancing and Associated Factors Towards Internet Addiction Among Adults in Indonesia During COVID-19 Pandemic: A Nationwide Web-Based Study. Frontiers in psychiatry, 11.

Read More
judi

Tanda-tanda Kamu sedang Kesepian (Cara Bebas dari Rasa Kesepian)

Tanda-tanda Kamu sedang Kesepian (Cara Bebas dari Rasa Kesepian)
Satu Persen – Tanda-tanda Kamu sedang Kesepian

“Cause I’ve had everything
But no one’s listening
And that’s just so so lonely.”

Buat perseners yang suka Justin Bieber pasti udah ngga asing lagi dong sama lirik lagu di atas? Yap, itu adalah lagu Justin Bieber yang judulnya Lonely.

“Lho, tapi kok Justin Bieber yang segitu terkenalnya bikin lagu tentang kesepian? Masa sih JB ngerasa sendirian? Bukannya dia punya banyak teman dan fans yang selalu support dia?”

Perseners sendiri pernah ngga sih ngerasa kesepian? Merasa kalau sebenarnya dikelilingi oleh banyak orang tapi malah merasa kosong. Sebenarnya punya orang yang bisa dipercaya tapi merasa kurang interaksi? Atau berada di lingkungan baru dan merasa ngga ada yang sepemikiran dengan kamu sampai kamu merasa sendirian?

Nah, itu dia yang mau aku bahas di artikel kali ini, yaitu tentang kesepian. Jadi, baca artikel ini sampai habis ya biar bisa dapat insight yang berguna buat kamu, terutama kalau kamu pernah atau lagi ngerasa kesepian.

Tapi sebelum masuk ke penjelasan soal kesepian, kurang afdol kalau belum kenalan dulu, nih. Hai Perseners! Aku Gaby, Part-time Blog Writer Satu Persen.

lonely meme
cr: sayingimages.com

Apa Itu Kesepian?

Kesepian menurut Dr. Stephanie Cacioppo, Asisten Profesor Universitas Chicago, adalah ketika adanya perbedaan antara apa yang kamu harapkan dengan apa yang kamu alami. Jadi, ada PERBEDAAN HARAPAN, ya. Di satu sisi kamu berharap ada teman, tapi di realita, kamu ngga punya teman. Nah, itu adalah kesepian.

Jadi, kesepian itu adalah keadaan pikiran, karena ngomongin soal perbedaan harapan yang kamu punya. So, kalau kamu sendirian secara fisik belum tentu kamu merasa kesepian. Bisa aja harapan kamu memang begitu. Kamu memang berharap pengen sendiri, jadinya nyaman.

Sebaliknya, kamu bisa merasa kesepian meskipun berada di tempat yang ramai. Karena kesepian ngga ngomongin fisik, tapi ngomongin soal harapan kamu. Kalau di keramaian ternyata ngga sesuai dengan harapan kamu, maka kamu akan merasa kesepian.

Siapapun bisa mengalami perasaan kesepian. Itu wajar kok. Perasaan ini ngga pandang bulu kalau datang. Bahkan di saat kamu memiliki pasangan, rumah yang mewah, teman yang banyak, penghasilan berlimpah, dan pendidikan yang tinggi. Hal itu ngga menjamin kamu bisa terhindar dari rasa kesepian. Makanya seorang Justin Bieber pun bisa merasakan perasaan tersebut.

Kesepian itu dapat berbahaya, baik bagi kesehatan mental maupun fisik kita. Terbukti dari survei Into The Light dan Change.org tentang kesehatan mental yang dilakukan pada lebih dari 5000 partisipan di enam provinsi di pulau Jawa yang menunjukkan bahwa hampir semua (98%) dari partisipan mengalami kesepian. Dua dari lima partisipan bahkan memilih buat mengakhiri hidupnya atau melukai dirinya sendiri dalam dua minggu terakhir saat survei. Duh, bahaya banget kan, Perseners?

Baca juga: Hari Gini Namun Masih Kesepian? Say No!

Tanda Kamu Lagi Kesepian

Perseners, untuk bisa mengatasi rasa kesepian kamu perlu peka dulu sama perasaanmu sendiri. Gimana caranya? Kamu perlu kenalin tanda-tanda kalau kamu udah mulai merasa kesepian. Apa aja tanda-tandanya?

1. Kamu jadi Susah Tidur

Bolak-balik, ganti posisi tidur, tetap aja ngga bisa tidur? Perasaan kesepian ternyata bisa mengganggu kualitas tidur kamu. Kamu jadi susah tidur dan sering bangun tengah malam. Alhasil itu bakal mengganggu produktivitas kamu di siang hari karena jadi ngga bisa fokus dengan pekerjaan dan aktivitasmu.

Baca juga: Susah Tidur? 5 Minuman Herbal Ini Bisa Bantu Mengatasi Insomnia

2. Kamu jadi sering merasa cemas

Mungkin kamu pernah berpikir kalau ngga ada yang bisa memahami kamu dan ngga ada tempat buat menuangkan ceritamu. Itu membuat kamu jadi memilih untuk diam aja, lebih banyak merenung, dan ngga mengungkapkan apa yang ada di pikiranmu dengan suara atau kata-kata untuk waktu yang lama. Hal ini bisa berdampak pada perasaan ngga berdaya dan meningkatnya hormon stres kamu sehingga otakmu berpikir bahwa kamu sedang ada dalam bahaya. Padahal, sebenarnya kamu baik-baik aja.

3. Sendirian udah ngga menyenangkan lagi

Buat kamu yang introvert pasti menganggap “sendirian” itu surga dunia, apalagi kalau habis terjebak di situasi yang memaksa kamu untuk terus bersosialisasi. Sendiri biasa dipakai untuk para introvert men-charge diri setelah lelah berinteraksi. Tapi kalau kamu merasa sendiri udah ngga bikin kamu nyaman lagi dan malah bikin kamu cepat emosi, kamu udah mulai harus bertanya apa yang terjadi.

lonely pikachu
cr: giphy.com

Cara Mengatasi Rasa Kesepian

Seringkali kita mengabaikan rasa sepi karena terbiasa sendirian sampai ngga sadar kalau udah merasa kesepian. Rasa kesepian yang berkelanjutan bisa membahayakan diri kamu karena bisa berpotensi berubah menjadi depresi.

Lalu, gimana caranya dong biar ngga terus-terusan merasa seperti ini? Nah, di bagian ini aku bakal bahas tentang cara bebas dari rasa kesepian.

1. Rasakan perasaan kamu

Kamu harus terlebih dahulu mengakui apa yang kamu rasakan secara apa adanya. Bahwa rasa kesepian ini adalah pengalaman yang juga dirasakan oleh orang lain disaat yang bersamaan denganmu. Jangan dipendam. Jangan dihindari karena itu ngga bakal bikin perasaan kesepianmu hilang tapi malah makin kuat.

Ungkapin perasaanmu. Kalau teriak bisa bikin kamu lega lakuin aja, atau kalau kamu mau mengeluarkan emosi dengan nangis juga sah-sah aja, kamu bisa menulis jurnal tentang perasaanmu, cerita dengan orang terdekat, dan bicarain masalahmu dengan orang yang ahli di bidangnya.

2. Jaga hubungan baik dengan teman atau keluarga

Menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat bisa menjadi solusi dari rasa kesepian. Meskipun pandemi membatasi ruang gerak kita untuk saling bertemu, teknologi bisa membantu mendekatkan diri dengan orang-orang yang kita sayangi.

Chat, telepon, atau video call bisa menambal rasa kangen dan mempererat hubungan. Sekadar menanyakan kabar, memulai percakapan ringan, bisa membuat ujung bibir kita tiba-tiba melengkung ke atas tanpa kita sadari, lho. Nyatanya membina hubungan antarmanusia bisa bikin rasa kesepianmu berkurang.

3. Lakukan hal yang bisa buat kamu bahagia

Hal sesimpel olahraga, dengerin lagu favorit, nonton film series, baca buku, masak, dan melakukan hal-hal yang kamu suka lainnya bisa mengusir rasa kesepian kamu, lho. Seringkali kita terlalu fokus dengan kerjaan, tugas, deadline yang bikin kita jadi lupa sama keadaan sekitar dan lupa sama waktu. Jadi, kita lupa buat kasih waktu ke diri kita sendiri untuk ngelakuin hal-hal yang bisa bikin kita bahagia.

Ya, “kita lupa bahagia” mungkin itu bahasa singkatnya. Istirahat sejenak ngga papa kok, kita juga butuh bersenang-senang sebelum kembali fokus dengan pekerjaan dan tanggung jawab kita.

4. Ikut komunitas

Zaman sekarang kita dimudahkan dengan berbagai aplikasi chat dan media sosial yang bikin kita bisa terhubung sama orang lain dari belahan dunia manapun. Jadi, kamu bisa coba ikut komunitas-komunitas berdasarkan minat dan hobi yang sama secara online. Misalnya kamu lagi belajar investasi, kamu bisa bergabung dengan group chat orang-orang yang paham dan sedang belajar investasi seperti kamu.

Lewat komunitas itu, kamu bisa berbagi pengalaman dan cerita dengan mereka. Kamu juga bisa ikut kegiatan sukarela atau volunteer. Dengan ikut berbagai komunitas, kamu bisa memiliki tujuan dan merasa puas karena menjadi bagian dari sesuatu.

5. Berlatih untuk selalu bersyukur

Setiap hari kamu pasti bisa menemukan hal yang bisa disyukuri walaupun hanya untuk udara yang kamu hirup saat ini. Coba ingat-ingat tentang hubungan positif yang kamu miliki dengan orang yang ada di hidupmu walaupun dalam jarak jauh. Hargai momen-momen kecil yang bisa bikin kamu bahagia kalau mengingatnya maka kamu akan mampu melawan rasa kesepian kamu!

Perseners, walaupun rasa kesepian itu wajar dialami, kamu harus tetap waspada ya! Karena tingkat rasa kesepian yang tinggi bisa berdampak pada kesehatan mental kamu. Kamu perlu peka sama perasaan kamu sendiri karena perasaanmu itu penting. Kalau kamu ragu-ragu dengan perasaanmu, Satu Persen punya tes tingkat rasa kesepian nih YANG BISA KAMU AKSES DI SINI biar kamu bisa tau sejauh mana rasa itu kamu rasakan dan kamu jadi bisa menanganinya lebih cepat!

Kalau kamu ngga tau mau cerita ke siapa tentang rasa kesepianmu, kamu bisa ikut mentoring sama mentor dari Satu Persen. Intinya perasaanmu itu penting jadi jangan dihindari apalagi diabaikan.

Mentoring-5

Akhir kata aku cuma mau bilang, jangan merasa sendirian lagi ya, Perseners. Fighting!

Referensi:

Catherine. (2019, 9 June). 7 Sign You May Be Lonely. Psych2Go (video). https://www.youtube.com/watch?v=_VcHuQt3fYY

Aguirre. L. (2021, 8 July).  6 Ways to Cope with Feelings of Loneliness: How to approach this feeling with curiosity and self-compassion. Retrieved on September 22, 2021 from https://www.psychologytoday.com/us/blog/modern-dating/202107/6-ways-cope-feelings-loneliness.

Read More
judi

Bahaya Self-Diagnosis, Asal Menebak Penyakit dari Internet

Bahaya Self-diagnosis
Satu Persen – Bahaya Self-diagnosis

Hai semua! Balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Hari ini aku seneng banget karena sepupuku lagi main ke rumahku, kebetulan dia memang sedang libur kerja. Niatnya sih, menyempatkan waktu buat aku sekalian melepas penat dari hectic-nya pekerjaan. Aku dan sepupuku duduk santai di beranda rumahku sambil nikmatin udara yang gak sejuk-sejuk amat. Belum lama kita duduk, aku dibuat kaget olehnya karena tiba-tiba dia cerita kayak gini, nih:

S: “Kayaknya aku bipolar, deh.”

A: “Kok bisa tahu, Kak?”

S: “Akhir-akhir ini mood-ku sering berubah-ubah, ngerasa putus asa, dan cemas. Aku habis nyari di internet, katanya itu tanda-tanda gangguan bipolar.”

A: “Udah coba periksa ke psikolog atau psikiater, Kak? Siapa tahu bukan.”

S: “Belum, aku takut.”

Nah, siapa yang suka kayak gini? Kalau ngerasain suatu keluhan penyakit, sukanya langsung browsing di internet. Terus setelah baca informasi di internet, kalian langsung menduga-duga penyakit tertentu tanpa ada diagnosis langsung dari profesional?

Hmm, kalau iya nih, berarti kalian lagi ngelakuin self diagnosis, Perseners!

Apa Itu Self-Diagnosis?

Self-diagnosis adalah mendiagnosis diri sendiri terkena suatu penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi di internet yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Padahal informasi yang tersedia di internet seringkali tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence-based medicine.

Sering ketika mendapatkan suatu informasi penyakit, kita langsung menyimpulkan apa yang kita ketahui tanpa mengonsultasikan lebih spesifik kepada profesional. Padahal informasi yang tersebar di luar sana, ada yang bersifat mentah dan butuh proses pemahaman lebih lanjut untuk dapat dikonsumsi oleh pembaca.

Contohnya seperti yang dilansir Psychological Today bahwa orang yang sering mengalami mood swing biasanya mendiagnosis dirinya terkena gangguan bipolar. Padahal, perubahan suasana hati atau mood swing tidak hanya merujuk pada penyakit bipolar saja, namun dapat mengindikasikan gangguan kepribadian ambang atau depresi berat.

Self-diagnosis meme
Cr: memegenerator.net

Alasan Melakukan Self-Diagnosis

1. Takut Sama Psikolog atau Ahli Lainnya

Alasan banyak orang memilih lebih percaya informasi yang ada di internet adalah karena mereka takut pada apa yang dikatakan oleh psikolog atau ahli lainnya mengenai keluhan penyakitnya. Jangan-jangan gejala yang dirasakan merupakan penyakit yang fatal dan ternyata gak bisa disembuhkan oleh ahli sekalipun.

2. Kurangnya Kepercayaan Terhadap Para Ahli

Alasan lainnya adalah kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter, psikolog, psikiater, atau ahli lainnya. Banyak yang percaya bahwa tenaga ahli melakukan malpraktek sehingga seenaknya mendiagnosis suatu penyakit.

Cobain Yuk, Tes Sehat Mental

Apa Aja Bahaya Self-Diagnosis?

1. Risiko Salah Diagnosis

Seperti yang aku sebutin di atas, menduga-duga penyakit secara mandiri berisiko buat salah diagnosis. Aku contohin semisal penyakit tumor otak. Kita tidak bisa mengidentifikasi penyakit tumor otak hanya berpegang pada informasi dari internet semata. Sebab, harus ada prosedur pemeriksaan lebih mendalam yang dilakukan oleh dokter sampai bisa mendiagnosis bahwa itu benar tumor otak.

Apabila kita gegabah mendiagnosis penyakit, akibatnya bisa fatal, loh! Seperti timbulnya gangguan depresi hingga nekat bunuh diri.

2. Risiko Salah Obat

Tanpa pengawasan dan persetujuan profesional, kita berisiko salah meresepkan obat  untuk diri kita sendiri, Perseners! Ada risiko kemungkinan keracunan obat di dalam tubuh.

Semisal kita lagi mencari solusi buat nurunin berat badan. Ada beberapa artikel di internet yang memberi tips untuk minum obat diet. Padahal mengkonsumsi obat diet sembarangan tanpa teruji Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) berisiko mengganggu sistem pencernaan, jantung, tekanan darah, dan lain-lain.

3. Sulit Mempercayai Kenyataan

Banyak dari kita yang akhirnya memilih pergi memeriksakan diri kepada profesional. Namun setelah mendapatkan diagnosis penyakit dari ahli, kita kemudian lebih memilih untuk mempercayai informasi yang dibaca dari internet. Hal ini membuat para ahli kesulitan menyadarkan pasiennya. Sehingga dalam situasi ini, para ahli harus menenangkan pasien untuk menerima kenyataan yang ada.

4. Risiko Penanganan Mandiri yang Salah

Informasi pengobatan atau penanganan penyakit yang didapat dari internet tidak bisa jadi patokan untuk semua orang. Karena setiap orang punya riwayat penyakit yang berbeda. Sehingga penting untuk mengetahui riwayat medis kita guna menangani diri sendiri secara benar.

Contohnya, orang yang memiliki riwayat penyakit bipolar penanganannya berbeda dengan orang yang baru saja memiliki indikasi terkena bipolar.

5. Pemborosan Uang

Setelah mendiagnosis diri orang cenderung memesan produk atau obat-obatan sesuka hati. Dampaknya, tidak hanya merugikan kesehatan tetapi juga menyebabkan pemborosan uang, mengingat obat itu kemungkinan tidak efektif untuk mengobati suatu penyakit.

Self-diagnose meme
Cr: Pinterest.com

Baca juga: Ketahui Kondisi Mentalmu dengan General Health Questionnaire

Terus, Bagaimana Kalau Kita Gak Puas Sama Diagnosis Para Ahli?

Pada dasarnya jika pasien tidak puas dengan diagnosis para ahli, pasien bisa mencari second opinion. Mencari pendapat kedua yang berbeda adalah hak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatan. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat kedua (second opinion) dari ahli lainnya.

Self-diagnose meme
Cr: imgflip.com

Nah, semisal Perseners lagi memeriksakan diri ke suatu biro konsultasi psikolog atau psikiater non Satu Persen. Namun, kalian ngerasa belum puas atau ragu sama jawaban psikolog atau psikiater itu. Kalian bisa banget konseling sama Satu Persen buat dapet second opinion dengan klik banner di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-7

Atau mungkin kalau kalian udah bener-bener percaya sama layanan Satu Persen, kalian juga bisa langsung konseling kok, apabila merasakan suatu gejala tertentu. Satu Persen di sini bakal hadir dengan tulus buat memberikan opini pertama dan kedua buat kalian. Intinya jangan sampai self-diagnosis, ya!

So, sekian dulu dari aku, semoga artikel ini ngebantu kalian buat dapet pencerahan. Sampai jumpa lagi!

Referensi:

Akbar MF. Analisis Pasien Self-diagnosis Berdasarkan Internet pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2019

The Issues and Risks of Self-Diagnosis

https://www.psychologytoday.com/us/blog/debunking-myths-the-mind/201005/the-dangers-self-diagnosis

Read More
judi

Tips Ampuh Tidur Cepat dan Terhindar dari Insomnia

Tips Tidur Cepat - Insomnia
Satu Persen – Tips Ampuh Tidur Cepat dan Terhindar dari Insomnia

Hai, Perseners! Kenalin, aku Gaby Part-time Blog Writer Satu Persen!

Pertama-tama aku mau nanya deh, pernah gak sih kamu ngalamin rasanya susah tidur? Udah ada di atas kasur berjam-jam, gonta-ganti posisi tidur, tapi mata bawaannya masih melek aja gitu? Padahal, mungkin besok kamu harus bangun pagi buat sekolah, kuliah, atau kerja ke kantor.

Kebayang kan kalau malamnya kamu susah tidur sampai bikin waktu tidurmu kurang, kamu bakal jadi ngantuk, lemes, dan gak bisa fokus sepanjang hari. Ini bakal mengganggu produktivitasmu sendiri dan mungkin temen-temenmu bakal memburu kamu dengan pertanyaan, “Kok lemes amat, sih?”

Nah, Perseners kalau kamu ngalamin hal-hal di atas, bisa jadi kamu lagi mengalami gejala insomnia. Tapi jangan takut Perseners, karena Satu Persen bakal bantu kamu buat bisa tidur cepat dan terhindar dari insomnia!

So, baca artikel ini sampai habis ya, biar bisa dapat insight yang berguna buat kamu!

Apa itu Insomnia? (Insomnia Kronis vs Insomnia Akut)

Insomnia meme - sulit tidur meme
cr: pinterest.com

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kamu tau dulu apa sih insomnia itu? Jadi, insomnia adalah gangguan tidur di mana kamu mengalami kesulitan jatuh atau tetap tertidur. Orang yang mengalami insomnia sebenarnya pengen tidur nyenyak, tapi merasa gak bisa. Mereka biasanya butuh waktu lama buat bisa tidur dan saat udah tidur malah merasa kalau mereka belum tidur sama sekali.

Insomnia yang akut bisa berlangsung dari satu malam sampai beberapa minggu, biasanya durasinya terbatas. Misalnya, kamu baru mengalami hal yang berat dalam hidupmu dan itu berdampak pada masalah tidurmu.

Kalau insomnia kronis itu berlangsung selama beberapa waktu, biasanya berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dengan intensitas yang konsisten. Kalau kamu secara konsisten mengalami kesulitan tidur di malam hari, tidur lagi saat kamu bangun, dan terjadi minimal tiga malam dalam seminggu selama tiga bulan atau lebih, bisa jadi kamu mengalami gejala yang disebut dengan insomnia kronis.

Baca juga: Susah Tidur? 5 Minuman Herbal Ini Bisa Bantu Mengatasi Insomnia

Dampak Jangka Panjang Kalau Kamu Insomnia

dampak insomnia
cr: freepik

Meskipun kedengarannya sama, insomnia dan kurang tidur itu beda. Insomnia gak selalu berarti kurang tidur, tapi kesulitan tidur. Nah, kalau kurang tidur bisa terjadi karena insomnia. Dua hal ini bisa berdampak sama kehidupan sehari-hari kamu.

Emang apa aja dampaknya?

1. Performa buruk di tempat kerja atau di sekolah

Siapa nih di sini yang hobinya ngerjain deadline dengan sistem kebut semalam? Atau kalau mau ulangan belajarnya semalam sebelumnya?

Mungkin kamu punya cara belajar dan kerjamu sendiri, tapi perlu diingat kalau kamu paksain diri kamu begadang dengan banyak informasi masuk di otakmu dalam satu waktu, kamu bisa jadi susah dan kurang waktu tidur. Alhasil, pas ulangan malah lupa apa yang semalem dipelajarin.

Kalau kamu secara konsisten tidur kurang dari 6-8 jam setiap malamnya, itu bisa menghambat kinerja dan produktivitasmu di siang hari. Bisa jadi perhatian, fokus, ingatan, dan kreativitasmu terganggu.

2. Kesehatan fisik yang terganggu

Kurang tidur akibat insomnia bisa punya efek negatif terhadap kondisi kesehatan fisikmu, yaitu penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan ini bisa terjadi kalau kamu sangat kurang tidur seperti hanya tidur 4 jam setiap malam.

Kebanyakan orang yang mengalami insomnia secara konsisten suka meremehkan berapa lama waktu tidur yang sebenarnya mereka dapatkan. Nah, Perseners, coba lebih aware ya, sama waktu tidurmu!

3. Kesehatan mental yang terganggu

Tadi kesehatan fisik, sekarang kesehatan mental? Ingat Perseners, kalau kesehatan fisik dan mental itu saling berhubungan, ya! Kurang tidur yang kronis bisa berdampak negatif pada kondisi kesehatan mentalmu seperti menimbulkan kecemasan, depresi, gangguan makan, gangguan bipolar, dan lain-lain.

Tips Agar Bisa Tidur Cepat dan Terhindar dari Insomnia

cr: freepik

“If you want to fall asleep quickly, you must be sleepy.”

Pernyataan di atas kayaknya obvious banget, ya? Kalau mau tidur cepat, ya harus ngantuk dulu. Bener, sih. Tapi gimana caranya biar cepat ngerasa ngantuk?

Langsung aja dibaca tips biar bisa tidur cepat dan terhindar dari insomnia di bawah ini!

1. Bangun lebih awal

Logikanya ya, semakin lama kita terjaga sepanjang hari, semakin besar dorongan atau kebutuhan kita buat tidur atau ngerasa ngantuk. Semakin besar kebutuhan kita buat tidur, semakin besar kemungkinan kita bakal tidur lebih cepat.

Jadi, bangun lebih awal bakal memperpanjang jumlah waktu kamu buat terjaga di sepanjang hari. Ini bakal meningkatkan doronganmu buat merasa lelah lalu ngantuk. So, tidur jadi lebih cepat.

Sama seperti membentuk otot, olahraga sekali aja gak bakal cukup buat bikin badanmu kayak Jonatan Christie, kan? Nah, ini juga sama. Kamu harus mencoba buat bangun pagi satu atau dua jam lebih awal setidaknya tiga malam berturut-turut dulu.

Mungkin Perseners bakal mikir, “Emangnya gampang bangun pagi?”

Iya, emang gak semudah dan sesimpel itu sih. Aku tau kok, aku juga masih sering mencet tombol snooze alarm berkali-kali pas mau bangun. Sama seperti membangun kebiasaan baru, pasti awalnya susah. Terus gimana caranya biar bisa bangun lebih pagi?

Bangun pagi bisa jadi jauh lebih gampang kalau kamu udah buat rencana bakal melakukan sesuatu yang menyenangkan atau menarik di pagi hari. Kebanyakan orang tuh gak punya sesuatu yang bikin excited buat bangun pagi.

Contoh simpelnya nih, siapa di sini yang rela subuh-subuh masih bangun demi nonton bola? Kamu pasti bakal bela-belain bangun kan walaupun mata udah tinggal 5 watt. Nah, coba pakai cara itu buat bangun pagi.

Coba sediain satu jam penuh setiap harinya di pagi hari buat ngelakuin hal yang kamu suka. Misalnya baca buku sambil ditemenin secangkir kopi, meditasi, olahraga ringan, main game, atau nonton Netflix. Dengan bangun lebih pagi, kamu juga punya waktu lebih buat siap-siap sebelum berangkat sekolah atau kerja.

Jadi, kamu gak terburu-buru dan bisa menikmati waktu, misalnya bisa mampir dulu di cafe deket kantor sambil nonton YouTube.

2. Tidur sedikit lebih malam

Bukan berarti kamu mesti begadang terus bangun pagi-pagi ya, Perseners. Tidur sedikit lebih malam di sini maksudnya adalah jangan naik ke tempat tidur dulu sebelum kamu benar-benar ngantuk sampai matamu rasanya udah berat banget. Abis kamu berhasil bangun lebih pagi dari biasanya selama tiga malam berturut-turut, coba tidur satu jam lebih lambat dari waktu tidurmu biasanya.

Kadang ada yang ketiduran pas rebahan sambil nonton YouTube. Nah, karena tidur terlalu awal, mereka jadi terbangun di malam hari dan gak bisa tidur lagi.

Terus gimana caranya biar bisa tidur lebih malam? Kamu bisa bikin posisi gak nyaman buat nonton. Pasti kalau kalian lagi nonton video lewat HP pada rebahan kan, di kasur?

Nah, Perseners contoh ekstremnya sih, kamu bisa nonton sambil berdiri atau nonton sambil tiduran di lantai. Kamu juga bisa main sesuatu yang memaksa kamu berpikir seperti memecahkan teka-teki atau menyusun puzzle. Hal ini bikin kamu jadi gak ngantuk dulu tapi bikin kamu lebih capek. Pas kamu udah ngerasa ngantuk banget karena rasa lelah, baru naik ke kasurmu dan tidur.

Nah, Perseners itu adalah dua tips buat kamu agar bisa tidur dengan cepat dan terhindar dari insomnia. Tapi, kalau kamu merasa insomnia kamu udah berdampak buruk ke kesehatan fisik dan mental kamu, bahkan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari kamu, lebih baik kamu konsultasi ke psikolog, ya!

By the way, Satu Persen punya layanan konseling dengan psikolog yang bisa bantu kamu mengatasi masalah KLINIS dan memberikan diagnosa setelah konsultasi. Kamu bisa akses layanan konseling dengan klik banner di bawah ini!

CTA-Blog-Post-06-1-21

Mau tau kualitas tidurmu akhir-akhir ini? Coba deh kamu ikut tes kualitas tidur di sini. Gratis! Akhir kata, aku cuma mau bilang semangat! Kamu pasti bisa perbaiki kualitas tidurmu! Fighting!

Referensi:

Wignall, N. (2018, January 11). 2 Proven Tactics to Fall Asleep Fast. Retrieved on October 31, 2021 from https://nickwignall.com/2-proven-tactics-to-fall-asleep-fast/

Wignall, N. (2017, December 19). The Complete Guide to Insomnia: Symptoms, Causes & Cures. Retrieved on October 31, 2021 from https://nickwignall.com/insomnia-guide/

Robinson, J. (2021, July 21). Insomnia. Retrieved on October 31, 2021 from https://www.webmd.com/sleep-disorders/insomnia-symptoms-and-causes

Read More
judi

Memulihkan Emosi dari Ketakutan di Masa Lalu

Trauma healing
Satu Persen – Trauma Healing

Hi, Perseners! How are you? Kenalin, gue Angel sebagai Blog Writer di Satu Persen.

Belakangan ini, banyak media berita yang sering menyoroti berbagai kasus kecelakaan dan kekerasan. Tak hanya menyebabkan luka fisik, dampaknya pun bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental para korban. Akibatnya, ini dapat mengganggu kehidupan serta hubungan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan American Psychological Association, istilah trauma menandakan respons emosional korban terhadap peristiwa yang mengerikan. Ada kemungkinan korban bakal cenderung bersikap terkejut dan penuh penolakan di awal. Di sisi lain, korban juga dapat mengalami dampak jangka panjang, seperti emosi tak terduga, perasaan tegang, atau gejala fisik lainnya. Nggak jarang juga hal-hal tadi akhirnya mengganggu keseharian para korban.

Trauma Healing - Mengatasi Trauma
Foto: The Lovett Center

Apabila kondisi korban semakin parah, ada kemungkinan mereka membutuhkan bantuan perawatan psikologis. Salah satu caranya dengan trauma healing, yakni proses pemulihan emosi korban terhadap ketakutan masa lalu. Dengan begitu, mereka dapat melanjutkan hidup kembali tanpa bayang-bayang masa lalu.

Nah, buat yang masih penasaran sama trauma healing, yuk simak penjelasan selengkapnya berikut ini. Gue bakal bahas mulai dari fase-fase, kumpulan metode, sampai manfaatnya, nih. Semoga lo nyimak sampai akhir, ya.

3 Fase Trauma Healing

Fase Trauma Healing
Foto: Pexels.com

Untuk kebanyakan orang, biasanya mereka harus melakukan perawatan sampai sebulan agar bisa seperti sedia kala. Nggak perlu khawatir sendirian karena korban bakal menerima bantuan serta bimbingan dari para psikolog profesional. Nantinya tenaga ahli ini yang akan menemukan solusi yang tepat buat korban.

Fase I: Keamanan dan stabilitas

Pada umumnya, para psikolog akan membahas kebutuhan korban setelah keluar dari rumah sakit. Ada kemungkinan mereka juga bakal melakukan konsultasi dengan psikiater terkait penggunaan obat-obatan tertentu. Makanya, jangan lupa untuk mengikuti instruksi yang ditetapkan oleh dokter, ya.

Ketika otak berhasil mengenali ancaman bahaya yang nihil, trauma healing untuk aspek psikologi akan dimulai. Awalnya, mereka akan belajar untuk mengatur seluruh emosi dan menjaga rasa takut atau kecemasan. Setelah itu, korban juga akan belajar untuk mengatur emosi kembali saat berhadapan dengan pemicu trauma.

Fase II: Mengingat ulang dan menerima

Selanjutnya, para ahli profesional akan meminta korban untuk mengingat ulang dan mencerna hasil kejadian trauma tersebut. Lebih tepatnya, berjelajah dan memadukannya dengan lingkungan sekitar yang aman. Fase ini cenderung berhubungan dengan pemulihan dalam tubuh.

Luka fisik akibat trauma juga dapat memicu dan memperlambat pemulihan kesehatan mental. Oleh sebab itu, para psikolog akan membantu korban menangani masalah trauma di proses ini. Semangat berjuang terus, ya!

Fase III: Membangun kembali hubungan

Fase trauma healing terakhir adalah membangun kembali hubungan melalui pemberdayaan. Mungkin korban awalnya masih merasa ragu dengan perubahan dalam diri sendiri setelah mengalami kejadian traumatis. Alhasil, mereka pun merasa takut dan malu saat menghadapi orang lain.

Agar bisa move on dari trauma itu, para ahli profesional akan bantu korban mencapai resolusi yang telah direncanakan.  Selain itu, mungkin mereka juga akan mengikuti berbagai pelatihan untuk siap masuk kembali dalam masyarakat. Nantinya korban akan terbiasa lagi menjalani hidup seperti sedia kala.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drama Korea dengan Tema Trauma Healing

Metode-metode Trauma Healing

Metode Trauma Healing
Foto: Pexels.com

Dilansir Good Therapy, berikut beberapa metode trauma healing:

Terapi Perilaku

Salah satu bentuk terapi perilaku yang sering dipraktekkan adalah terapi paparan (eksposur). Pada dasarnya, korban akan menghadapi ketakutan secara bertahap. Tujuan metode ini adalah mengurangi kecemasan, mengatur memori trauma, sekaligus meningkatkan adaptasi sosial.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Untuk meningkatkan kembali pengetahuan dan keterampilan, metode cognitive behavioral therapy ini siap membantu para korban. Pasalnya, terapi ini mengajak mereka untuk memperbaiki pola pikiran yang kurang tepat. Ditambah mereka juga bakal belajar mengatur rasa cemas dan stres berlebihan.

Terapi Psikodinamik

Berikutnya, terapi psikodinamik untuk mengidentifikasi fase trauma yang memengaruhi reaksi emosional. Setelah itu, para ahli akan mengelola aspek peristiwa yang mengganggu mereka. Terdapat beberapa elemen umum dari terapi psikodinamik, seperti sejarah perkembangan individu, pemahaman makna trauma, dampak trauma, dan rasa kehilangan dari peristiwa traumatis.

Manfaat Trauma Healing

Manfaat Trauma Healing
Foto: imgflip.com

Mengurangi rasa stres berlebihan

Ketika memiliki trauma tertentu, banyak orang cenderung menutupinya karena takut merasa terhakimi serta malu atas kejadian di masa lalu mereka. Padahal, keterbukaan dapat menjadi solusi yang tepat. Terutama saat bercerita secara terbuka merupakan bagian dari trauma healing. Idealnya sih, dengan orang yang mereka percayai.

Dengan bercerita apa adanya, mungkin mereka bakal terbiasa dengan trauma yang pernah menghantui diri sendiri. Lama-kelamaan, korban bakal nggak merasa terbebani secara fisik mau pun emosional. Wah, justru hidup terasa lega kembali, ya!

Meningkatkan kontrol atas seluruh emosi

Selain itu, trauma healing ini juga mampu meningkatkan kontrol atas seluruh emosi. Di awal, korban mungkin ngerasa berubah rapuh dan penuh gangguan. Sebenarnya, reaksi emosi yang tinggi terhadap suatu trauma itu wajar karena adanya keinginan untuk menghindari bahaya yang serupa di masa depan.

Setelah membagikan beban trauma, mereka akan bisa mengurangi rasa takut sekaligus menemukan kebebasan hidup yang lebih banyak. Walau membutuhkan waktu dan keberanian, ini bakal menunjukkan sisi manusiawi yang seutuhnya. Jadi, jangan ragu untuk melakukan trauma healing, ya.

Meredakan memori trauma

Memori trauma dapat terjadi sewaktu-waktu. Bahkan, ada kemungkinan memori ini bakal menghantui diri sendiri selama bertahun-tahun. Alhasil, tubuh jadi sering memicu reaksi secara fisik atau emosional tanpa sadar.

Di sinilah trauma healing akan berperan besar dalam menghilangkan gangguan tersebut. Melalui pemulihan yang berkala, korban bisa mulai melepaskan belenggu kuat dari memori trauma itu. Walaupun pengalaman tersebut selamanya gak bakal menyenangkan, setidaknya mereka nggak perlu merasakan luapan emosi seperti sebelumnya.

Memahami makna di balik trauma

Terakhir, para korban bisa memahami makna di balik trauma. Mengingat sifat alami manusia, kita cenderung pengin cari tahu kejelasan di balik suatu pengalaman. Oleh sebab itu, trauma healing akan menjadi salah satu metode dalam menemukan makna trauma.

Bergantung pada jenis traumanya, beberapa orang perlu menemukan dahulu makna di balik pengalaman yang mengerikan. Setelah itu, baru mereka bisa melepaskan beban dan gangguan dari memori traumatis. Bakal ada proses bertahap yang perlu mereka lalui untuk mendapatkan pemulihan yang tepat.

Satu Persen – 5 Tanda Masih Adanya Trauma dalam Dirimu

Bagaimana Cara Mendapatkan Trauma Healing?

Setelah mendalami trauma healing lebih lanjut, ternyata salah satu metode pemulihannya adalah terbuka pada orang terpercaya. Misalnya, teman, orangtua, atau kerabat. Pasalnya, ini bisa bantu korban untuk menghadapi sekaligus menerima kejadian traumatis di masa lalu.

Akan tetapi, mungkin kalian sendiri masih kurang paham dengan jawaban orang terpercaya. Nah, kalian juga bisa menemukan solusinya dengan para tenaga psikolog. Untungnya, Satu Persen siap mendengarkan semua cerita traumatis yang lo alami lebih dalam dan membimbing lo untuk mendapatkan healing terbaik.

Langsung klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-6

Kalau lo ragu apakah perlu ke psikolog atau nggak, lo bisa ikut tes konsultasi dulu supaya tau mana layanan yang cocok sama kondisi lo. Itu dia akhir pembahasan tentang trauma healing kali ini. Sampai jumpa di blog selanjutnya, ya!

Referensi:

Gillihan, S. J. (2019). The Healing Power of Telling your Trauma Story. Psychologytoday.com. https://www.psychologytoday.com/us/blog/think-act-be/201903/the-healing-power-telling-your-trauma-story

University of Pittsburgh Medical Center. (2019). Phases of Trauma Recovery. Upmc.com. https://share.upmc.com/2019/08/phases-of-trauma-recovery-50ph/

Dillman, S. M. (2011). Common Therapy Approaches to Help You Heal from Trauma. GoodTherapy.com. https://www.goodtherapy.org/blog/common-therapy-approaches-to-help-you-heal-from-trauma

Read More
judi

Cara Berhenti dari Kebiasaan Halu

kebiasaan mengkhayal

Mengkhayal itu memang enak, dan tanpa sadar kita melakukan kebiasaan mengkhayal. Saat mengkhayal kita bisa keluar sejenak dari realita hidup yang kadang terasa nggak mengenakkan. Kita bisa membentuk dunia ideal versi kita di kepala kita sendiri. Misalnya kamu sedang makan siang bersama dengan idolamu, menyenangkan sekali bukan. Tapi karena terlalu nyaman dengan dunia buatan yang ada di dalam kepala, kamu jadi lupa daratan, dan beberapa tanggung jawab pun terbengkalai. Kamu bisa sibuk di dalam kepalamu sendiri berjam-jam tanpa kontak dengan dunia luar dan kamu tidak menyadari hal itu. Apa kamu kecanduan mengkhayal? Nah, perseners di artikel kali ini aku mau bahas soal kebiasaan mengkhayal berlebihan dan bagaimana cara menyetop kebiasaan mengkhayal ini biar gak sampai mengganggu real life kamu pastinya. Baca terus artikel ini sampai habis ya, jangan sampai kamu kelewatan tips menariknya ya.

Apa itu mengkhayal? Wajar nggak sih suka mengkhayal?

Mengkhayal atau daydream ternyata adalah kondisi default otak kita saat sedang tidak terlibat dalam aktivitas yang melibatkan memori atau perhatian. Ketika default mode ini aktif otak kita bisa menstimulasi dirinya sendiri. Hasil dari stimulus mandiri ini, otak jadi memikirkan hal-hal yang kadang nggak ada hubungannya dengan stimulus dunia luar atau peristiwa yang sedang terjadi saat kita mulai mengkhayal. Jadi, kalau ditanya wajar atau nggak kita kebiasaan mengkhayal, ya wajar, soalnya itu adalah default mode otak kita.

Tapi ada kebiasaan mengkhayal yang nggak wajar, namanya maladaptive daydreaming (MD). Individu yang mengalami MD punya khayalan yang jelas dan fantastis. Mereka berkhayal selama berjam-jam sampai mengabaikan kehidupan sosial dan tanggung jawab yang berakibat pada stres serta kerusakan fungsi individu. Di sebuah penelitian bahkan ditemukan subjek yang bisa mengkhayal selama empat jam dalam sehari. Kamu terlalu menikmati dunia khayalanmu sehingga terlihat nyata.

Kalau kamu senang berkhayal, melamun, sampai menciptakan tokoh rekaan dan kamu nyaman berjam-berjam ada di dalam khayalanmu sampai menunda pekerjaan, terus kamu juga merasa punya dorongan kuat untuk kembali masuk ke khayalanmu, mungkin kamu sedang mengidap MD ini. Sayangnya sampai saat ini MD belum bisa didiagnosis secara formal.

Apa bedanya MD dengan skizofrenia? Perbedaanya adalah orang dengan MD tahu persis mana yang khayalan dan mana yang realita, sementara pada penderita skizofrenia, realita dan khayalan tercampur jadi satu.

Baca Juga: Arti Overthinking: Kenali Sebab dan Akibatnya!

Apa yang memicu maladaptive daydreaming atau MD?

Berdasarkan hasil penelitian Eli Somer, seorang psikolog klinis asal Israel yang memang banyak melakukan penelitian tentang MD. Penelitian yang dilakukan Somer pada tahun 2012 menemukan fakta bahwa MD sering digunakan oleh anak-anak penyintas kekerasan untuk menangani (coping) traumanya.  Dengan kata lain, MD sering digunakan penderitanya untuk keluar dari perasaan tidak mengenakkan di dunia nyata termasuk di dalamnya pengalaman kekerasan, trauma atau kesepian.

Penelitian yang dilakukan Somer pada tahun 2018 menarik kesimpulan bahwa mekanisme kerja MD sama dengan OCD (Obsessive Compulsive disorder). Adanya Perilaku Kompulsif yang ditandai dengan rendahnya kadar serotonin pada otak menyebabkan dorongan untuk terus masuk ke khayalan lagi dan lagi.

Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari juga dapat memicu MD. Stimulus-stimulus dari luar seperti film, lagu, percakapan, bahkan kontak fisik dapat menghubungkan penderita MD dengan dunia khayalnya. Apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan bisa menginspirasi untuk membentuk khayalan. Jadi itu tadi hal-hal yang memicu MD menurut Somer. Nah,

Menghentikan Kebiasaan Mengkhayal Berlebihan (Maladaptive Daydreaming)

Cara mengurangi kebiasaan mengkhayal

Kalau kamu ngerasa ingin mengurangi kebiasaan mengkhayal, karena kamu udah merasa kebiasaan mengkhayal udah mengganggu hidupmu. Kamu bisa ikutin tips-tips yang Satu Persen berikan, simak empat tips dibawah ini:

1. Menghindari hal yang memicu kebiasaan mengkhayal (trigger)

Kenali trigger-mu sendiri, apakah buku, film, atau percakapan-percakapan dengan topik tertentu. Kalau kamu sudah mengenali apa yang menjadi trigger-mu kamu bisa menghindari trigger tersebut. Misalnya kamu ke-trigger dengan buku-buku dengan genre fantasi karena khayalanmu biasanya seputar fantasi maka kamu sebaiknya tidak membaca buku-buku dengan genre tersebut.

Coba Juga: Tes Overthinking

2. Latihan mindfulness

Pada latihan mindfulness kamu akan berlatih untuk mengobservasi pikiranmu sendiri dan membawanya kembali fokus saat pikiranmu melayang-layang. Nah ini adalah skill yang kamu perlukan, kalau kamu punya kecenderungan berkhayal berlebih. Dengan terbiasa latihan mindfulness kamu jadi bisa sadar saat pikiranmu mulai masuk ke dunia khayal, dan bisa responsif dengan membawanya kembali ke momen di sini dan sekarang (real life).

Meditasi Sederhana untuk Pemula (Cara Mengatasi Cemas, Overthinking, dan Stress)

3. Tekan kompulsivitas

Biar kamu gak terus-terusan punya kebiasaan mengkhayal kamu harus menekan kompulsivitas untuk masuk ke dunia khayal. Salah satu caranya adalah dengan menaikkan kadar serotonin. Setidaknya ada dua cara  yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan kadar serotonin secara alami:

  • Berolahraga, aktivitas fisik yang disarankan CDC untuk orang dewasa adalah 150 menit per minggu. Kamu bisa memecah kebutuhan mingguan ini jadi misalnya per hari 30 menit selama 5 hari.
  • Terekspos sinar matahari, kalau kamu bekerja dalam ruangan, curi-curi waktu deh biar kamu terpapar sinar matahari.

4. Menemukan cara mengekspresikan diri sendiri di real life

Bisa jadi khayalan kamu adalah hal-hal yang ingin kamu lakukan di dunia nyata tapi kamu nggak tahu bagaimana cara melakukannya. Salah satu cara buat mengurangi khayalanmu adalah dengan melakukan apa yang ingin kamu lakukan di dunia nyata. Kalau khayalanmu sering bertema petualangan, mengapa nggak membuat sendiri petualanganmu dengan travelling atau naik gunung. Kalau khayalanmu berbau romantis, mungkin kamu harus berani menyatakan perasaan ke orang yang kamu suka.

Semenarik apapun dunia khayalan dan se-enggak enak apapun dunia nyata, tetap saja kehidupan yang benar-benar kita miliki ya yang nyata. Kamu juga bisa memulai tips-tips diatas secara perlahan jika merasa berat untuk melakukan semuanya demi mengurangi kebiasaan mengkhayalmu. Seperti yang udah dibahas di atas juga, salah satu cara buat ngurangin kebiasaan mengkhayal adalah dengan menerapkan mindfulness.

Nah, kalau kamu masih terus merasa kesulitan untuk mengurangi kebiasaan mengkhayalmu dan akhirnya malah menganggu kehidupan kamu, jangan ragu untuk meminta bantuan kepada Psikolog.

Kamu bisa daftar layanan yang diadain yaitu Konseling 1-on-1 sama Psikolog. Di konseling ini kamu bisa dapet tes psikologi untuk tahu gambaran kondisi saat ini. Kamu juga bakal dapet asesmen mendalam, berikutnya kamu bakal dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaiin sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu secara tepat. Jangan lupa juga untuk ikutin Satu Persen di instagram @satupersenofficial untuk dapat update informasi sekitar kesehatan mental dan pengembangan diri.

CTA-Blog-Post-06-1-7

Read More
judi

Mengenal Agoraphobia dari The Woman in The Window

Cemas meninggalkan rumah - Agoraphobia - Film The Woman in the Window
Satu Persen – Gangguan Cemas Meninggalkan Rumah di Film The Woman in the Window

Halo Perseners! Apa kabar? Kembali lagi dengan aku, Anggi, Part-time Blog Writer Satu Persen.

Peralihan ke era new normal tentu nggak mudah bagi sebagian orang. Kita yang sudah terkurung hampir setahun penuh di rumah selama pandemi mungkin akan mengalami kesulitan dan muncul rasa takut untuk kembali menjalani kehidupan sehari-hari di luar rumah. Aku pun begitu. Rasanya seperti sulit bagiku untuk berbicara dengan orang yang bahkan aku kenal dekat karena mulai terbiasa berkomunikasi lewat media sosial aja.

Baca Juga: 11 Bulan Pandemi: Negatif Corona, Positif Gangguan Kecemasan?

Source: Melinda Sue Gordon

Nah, belum lama ini aku menyaksikan salah satu film Netflix garapan produser terkenal Joe Wright yang berjudul The Woman in the Window.

Mungkin kalian udah nggak asing dengan film yang satu ini. Nggak cuma dibintangi oleh berbagai aktris dan aktor besar seperti Amy Adams, Gary Oldman, dan Julianne Moore, tapi The Woman in The Window juga merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel laris dengan judul yang sama milik A. J. Finn, sang penulis novel The Girl on the Train.

The Woman in the Window adalah sebuah film psikologi bergenre misteri thriller yang menceritakan tentang Anna Fox (Amy Adams), seorang psikolog anak yang menderita suatu kondisi di mana ia mengalami kecemasan yang luar biasa saat berada di luar rumah.

Mungkin serupa dengan apa yang kita rasakan selama pandemi ini, Anna juga merasa cemas saat berada di luar rumah. Bedanya, kadar cemas yang ia rasakan sudah berlebihan sampai-sampai mengganggu kehidupan sehari-harinya. Sejak mengalami kecelakaan mobil, Anna berhenti untuk keluar rumah dan cuma berani menyaksikan kehidupan tetangga-tetangganya dari balik jendela rumahnya. Hal ini terjadi karena ia mengidap apa yang dikenal dengan Agoraphobia.

Sebagian dari kalian mungkin jarang atau bahkan nggak pernah mendengar tipe gangguan kecemasan yang satu ini. Padahal, agoraphobia termasuk salah gangguan mental yang nggak bisa disepelekan, lho.

Maka dari itu, di tulisanku kali ini, aku akan menjelaskan lebih dalam beberapa hal mengenai agoraphobia supaya lebih paham dan lebih aware dengan gangguan mental yang satu ini. Jadi, simak baik-baik ya, ulasannya!

Apa Itu Agoraphobia?

Agoraphobia adalah tipe gangguan kecemasan di mana seseorang merasa takut dan menghindari tempat atau situasi yang dapat menyebabkan rasa panik, tak berdaya, atau malu.

Illustration of an Agoraphobic’s Thoughts by Evette Dionne

Kecemasan ini muncul karena adanya rasa takut akan terjebak dalam situasi yang membuat penderitanya nggak mampu untuk melarikan diri atau mendapatkan pertolongan saat rasa cemas meningkat. Kebanyakan orang yang menderita agorafobia pernah mengalami satu atau lebih dari serangan panik. Sehingga, mereka menganggap bahwa dunia luar nggak aman dan menghindari tempat-tempat di mana serangan panik mungkin akan terjadi lagi.

Sederhananya, individu dengan agoraphobia takut untuk meninggalkan lingkungan yang mereka anggap aman. Nah, rumah seringkali menjadi salah satu tempat teraman bagi mereka. Hal ini membuat penderitanya nggak mau meninggalkan rumah selama berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Meski begitu, bukan nggak mungkin bagi pengidap agoraphobia untuk berada di situasi yang mereka takuti. Hal ini bisa aja terjadi, tapi mereka akan merasakan kecemasan yang luar biasa. Jadi, akan lebih mudah bagi mereka apabila ada seseorang, seperti teman atau keluarga, yang menemani mereka.

Lantas apa penyebab agoraphobia?

Penyebab Agoraphobia

Hingga saat ini, penyebab agoraphobia belum diketahui secara pasti. Namun, dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) American Psychiatric Association, manual diagnostik yang digunakan oleh psikiater, psikolog dan profesional kesehatan mental lainnya, ada dua jenis agorafobia, yakni agorafobia dengan riwayat gangguan panik dan agorafobia tanpa riwayat gangguan panik.

Seperti yang disinggung sebelumnya, banyak kasus yang menunjukkan bahwa agorafobia berkembang karena seseorang mengalami serangan panik dalam situasi atau lingkungan tertentu.

Tetapi, seseorang kadang dapat mengembangkan gejala agorafobia meskipun tidak memiliki riwayat gangguan panik atau serangan panik. Jenis agorafobia ini dapat dipicu oleh sejumlah ketakutan irasional (fobia) yang berbeda, seperti ketakutan akan:

  • Menjadi korban kejahatan kekerasan atau serangan teroris jika meninggalkan rumah.
  • Terinfeksi oleh penyakit serius jika mengunjungi tempat-tempat ramai.
  • Melakukan sesuatu secara tidak sengaja yang akan mengakibatkan kamu dipermalukan atau mempermalukan diri sendiri di depan orang lain

Nggak cuma itu, peristiwa traumatik, seperti kehilangan orang yang dicintai, dan gen yang diwarisi orang tua juga dapat berkontribusi terhadap agorafobia.

agoraphobia - cemas dan takut keluar dari rumah - the woman in the window
Source: dailymail.com

Nah, kalau Anna Fox di film ini mulai mengalami gejala agorafobia tepat setelah ia mengalami kecelakaan mobil. Jadi, udah kebayang kan Anna masuk ke tipe yang mana?

Apa Gejala Agoraphobia?

Banyak yang berasumsi bahwa agoraphobia itu sesimpel rasa takut akan tempat terbuka. Padahal, tipe gangguan kecemasan ini lebih kompleks. Seseorang bisa takut akan berbagai macam situasi. Misalnya, seperti Anna di film The Woman in the Window yang selalu merasa gejala panik seperti pusing saat ia akan meninggalkan rumah.

the woman in the window - agoraphobia - cemas dan takut keluar dari rumah
Source: engenhariadocinema.com

Dilansir Mayo Clinic, gejala agoraphobia termasuk ketakutan akan:

  1. Meninggalkan rumah sendirian.
  2. Berada di kerumunan atau menunggu dalam antrian.
  3. Ruangan tertutup, seperti bioskop, lift, atau ruangan kecil.
  4. Ruangan terbuka, seperti mall, tempat parkir, atau jembatan.
  5. Menggunakan transportasi umum, seperti bus, kereta api, taksi, atau pesawat..

Situasi-situasi ini menimbulkan panik dan perasaan cemas akan ketidakmampuan untuk melarikan diri atau mencari bantuan jika mulai merasa panik atau berada di situasi yang memalukan. Selain itu, gejala agoraphobia di antaranya adalah:

  1. Merasa takut atau cemas yang hampir selalu diakibatkan oleh situasi yang dianggap tidak aman.
  2. Ketakutan atau kecemasan yang dirasakan tidak sebanding dengan situasi berbahaya yang sebenarnya.
  3. Terus-menerus menghindari situasi yang dirasa tidak aman.
  4. Membutuhkan pendamping saat berada di situasi yang ditakutkan.
  5. Merasa ketakutan yang berlebihan apabila berada di situasi yang ditakutkan.
  6. Mengalami tekanan atau kesulitan yang signifikan akan situasi sosial, pekerjaan, atau area lain dalam hidup karena perasaan takut, cemas, dan kebiasaan menghindar.
  7. Fobia dan perilaku menghindar telah berlangsung selama enam bulan atau lebih.

Beberapa orang mengalami gangguan panik bersamaan dengan agorafobia. Individu dengan agorafobia merasa cemas karena berpikir tentang mengalami serangan panik lainnya. Nah, hal ini menimbulkan gejala panik saat mereka kembali ke situasi atau lingkungan yang serupa. Tanda dan gejala serangan panik ini dapat meliputi:

  • Jantung berdetak cepat
  • Kesulitan bernapas atau perasaan tercekik
  • Nyeri atau tekanan di dada
  • Sakit kepala ringan atau pusing
  • Merasa gemetar, mati rasa atau kesemutan
  • Keringat berlebihan
  • Sakit perut atau diare
  • Merasa kehilangan kendali
  • Takut mati

Baca Juga: Panic Disorder: Atasi Gangguan Panik yang Ganggu Aktivitasmu

Bagaimana Cara Mengobati Agoraphobia?  

Agoraphobia - Cemas dan takut meninggalkan rumah
Source: @Mikel_Jollett

Perawatan agorafobia biasanya mencakup psikoterapi dan obat-obatan. Prosesnya mungkin akan memakan waktu, tetapi terapi akan membantu kamu menjadi lebih baik.

1. Psikoterapi

Psikoterapi meminta kamu untuk bekerja sama dengan terapis untuk menetapkan tujuan dan mempelajari keterampilan praktis dalam mengurangi gejala kecemasan yang kamu rasakan. Cognitive Behavioral Therapy atau CBT adalah salah satu bentuk psikoterapi yang paling efektif untuk gangguan kecemasan, termasuk agorafobia. CBT berfokus pada mengajari kamu keterampilan khusus untuk menoleransi kecemasan dengan lebih baik, menantang kekhawatiran kamu secara langsung, dan secara bertahap mengekspos diri kamu pada situasi yang dihindari karena kecemasan.

Misalnya, berjalan-jalan di sekitar rumah bisa terasa sangat berat dan mengerikan bagi sebagian orang dengan agorafobia, jadi dokter mungkin menyarankan untuk berjalan-jalan sebentar dengan seorang teman dan membiasakan diri untuk beraktivitas di luar rumah dengan makan siang di luar.

2. Obat-obatan

Jenis antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) sering digunakan untuk mengobati agorafobia, dan terkadang obat anti-anxiety seperti benzodiazepin digunakan dalam dosis terbatas. Benzodiazepin adalah obat penenang yang dalam dosis terbatas mungkin diresepkan dokter untuk meredakan gejala kecemasan untuk sementara. Perlu diingat bahwa obat-obatan ini hanya bisa kamu dapatkan dengan resep dokter, ya.

Agoraphobia dapat sangat membatasi kemampuan kamu dalam bersosialisasi, bekerja, menghadiri acara-acara penting, bahkan sesimpel memenuhi kebutuhan hidup kamu sehari-hari seperti pergi ke supermarket.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Kalau kamu merasa kamu mengalami gejala-gejala agorafobia seperti yang sudah aku sebutkan di atas, penting bagimu untuk menerima perawatan sesegera mungkin dari tenaga ahli. Dengan mencari bantuan dari profesional kamu juga bisa menghindari self-diagnosis dan risiko untuk salah diagnosis yang bisa membahayakan diri kamu.

Nah, salah satu caranya adalah dengan berkonsultasi dengan psikolog Satu Persen. Dengan psikolog-psikolog profesional di Satu Persen kamu bisa bicara mengenai kondisimu dan apapun yang kamu rasakan. Mereka juga akan membantu kamu untuk menjawab semua kebingunganmu dan meningkatkan kualitas hidup kamu. Untuk informasi lengkapnya kamu bisa klik banner di bawah ini:

CTA-Blog-Post-06-1-20

Buat saat ini, Satu Persen belum punya video yang fokus membahas tentang agorafobia ini. Tapi, kamu bisa coba tonton video YouTube Satu Persen tentang kecemasan sosial kalau kamu punya tendensi merasa gak nyaman buat ketemu sama orang lain. Cek videonya di bawah, ya!

YouTube Satu Persen – Mengenal Kecemasan Sosial

Oke, akhir kata, aku  Anggi, Blog-writer Satu Persen, semoga tulisan ini bermanfaat. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya!

Referensi:

https://www.health.com/condition/anxiety/what-is-agoraphobia

Agoraphobia

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/agoraphobia/symptoms-causes/syc-20355987

https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/agoraphobia/overview/

Read More
judi

Bagaimana Cara Bangkit dari Kesedihan?

cara menghadapi emosi sedih
Satu Persen – Mengenal Rasa Sedih

Halo Perseners, perkenalkan namaku Nadya, salah satu Blog Writer di Satu Persen.

Apa kabar kalian? Adakah di antara kalian yang saat ini sedang merasa sedih? Atau adakah yang saat ini sedang bingung bagaimana caranya menghibur orang terdekat yang memiliki perasaan sedih?

Kita sering menganggap rasa sedih merupakan perasaan yang harus dihindari dan berusaha untuk selalu merasa bahagia. Padahal nih Perseners, setiap emosi yang kita rasakan itu perlu banget untuk dirasakan kehadirannya.

Coba deh Perseners nonton film Inside Out. Dari film itu, kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya setiap manusia memiliki 5 emosi dasar. Emosi dasar itu terdiri dari emosi marah, emosi jijik, emosi takut, emosi bahagia dan emosi sedih. Terlebih, kita juga dapat melihat bahwa setiap emosi memiliki perannya masing-masing dan sama-sama dibutuhkan.

inside out
Source: Medium

Di blog ini, aku akan bantu kalian untuk bersama-sama mengenal rasa sedih lebih dalam dan mencari tahu bagaimana cara bangkit dari kesedihan tanpa terjebak toxic positivity.

Baca Juga: Emosi Itu Bukan Marah! (Mari Mengenal Emosi)

Mengenal Rasa Sedih

Rasa sedih biasanya muncul ketika kita sedang menghadapi situasi kehilangan atau kegagalan. Rasa sedih sering kali diasosiasikan sebagai emosi negatif. Padahal, kesedihan bisa bikin kita lebih menghargai hal-hal kecil di sekitar kita.

Selain itu, rasa sedih  juga bisa memberikan kita waktu untuk merenungi apa yang telah terjadi sebelum menemukan perspektif baru untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Setiap orang memiliki jangka waktu yang berbeda-beda dalam merasakan emosi sedih ini, tergantung dengan penyebab dan cara mereka mengatasinya. Meskipun bagi beberapa orang membutuhkan waktu lama untuk memprosesnya, namun jangan sampai Perseners berlarut-larut dalam kesedihan ya. Ketika kesedihan dibiarkan atau dipendam terus-menerus, maka ini dapat berpotensi memicu depresi.

emotion wheel
Source: Junto Institute

Seperti yang tergambar dalam emotion wheels, ketika kita bilang sedang merasa sedih, sebenarnya ada perasaan-perasaan lain yang ada di baliknya. Emotion wheels sendiri diciptakan oleh Robert Plutchik untuk membantu orang-orang meningkatkan self-awareness dengan mengenali nama-nama emosi yang mereka rasakan, mulai dari emosi dasar hingga emosi yang lebih kompleks.

Dalam emosi sedih, perasaan lain yang mungkin kita rasakan adalah :

  1. Kesepian
  2. Tidak berdaya / putus asa
  3. Kecewa
  4. Tersakiti
  5. Berduka
  6. Malu
  7. Menyesal
  8. Menderita
  9. Merasa bersalah
  10. Merasa diabaikan

Cara Bangkit dari Kesedihan

Buat Perseners yang mungkin selama ini kesulitan untuk mengidentifikasi emosi apa yang sebenarnya sedang dirasakan, boleh banget untuk mulai lebih sering mengamati apa yang kamu rasakan dan pikirkan. Kemudian, coba cek di emotion wheel. Dengan mengetahui sumber emosi, kamu dapat menemukan cara yang lebih efektif untuk bangkit.

Dalam konteks kesedihan yang sedang kita bahas saat ini, ada baiknya kita tahu cara bangkit dari kesedihan yang efektif dan tidak merugikan. Karena ternyata ada beberapa cara yang mungkin kita lakukan untuk mengatasi rasa sedih malah dapat merugikan diri.

Misalnya, ketika kita memilih untuk mengabaikan perasaan sedih dan memaksakan diri untuk selalu bahagia. Dalam keadaan seperti itu, kita malah menjadi terjebak toxic positivity dan kemungkinan besar rasa sedih akan meledak di lain waktu.

Berikut beberapa cara bangkit dari kesedihan yang bisa kamu lakukan:

1.Menangis

menangis
Source: Keepmeme

Jangan lawan perasaan sedih yang muncul pada dirimu. Biarkan dirimu merespon perasaan itu. Mungkin dengan menyendiri atau menangis. Izinkan dirimu untuk merasakan dan memproses apa yang terjadi. Sering kali yang terjadi adalah kamu menuntut terlalu keras pada diri sehingga tidak mengizinkan diri merasakan emosi sedih apalagi menangis.

Ketika kamu hanya memendam perasaanmu, akan ada beberapa dampak yang timbul. Seperti, hubungan dengan orang terdekat yang merenggang, insomnia, memicu penyakit-penyakit fisik, hingga depresi. Memendam perasaan juga memungkinkan emosi akan ‘meledak’ dengan tidak terkontrol dan malah memperburuk keadaan.

2. Berjalan – jalan ke luar ruangan

jalan-jalan ke luar ruangan
Source: Unblast

Cobalah untuk keluar dari ruanganmu saat ini sambil mencoba melakukan teknik grounding. Teknik grounding sendiri berfungsi untuk mengembalikan fokusmu pada present moment sehingga kamu tidak tenggelam dalam pikiran sedihmu saja.

Kamu dapat melakukan teknik grounding 5-4-3-2-1 menggunakan panca indramu dengan menyebutkan :

5 suara yang dapat kamu dengar,

4 hal yang dapat kamu lihat,

3 hal yang dapat kamu sentuh dan rasakan teksturnya,

2 hal yang dapat kamu cium aromanya,

1 hal yang dapat kamu rasakan rasanya di lidahmu.

3. Lakukan self-care

self-care
Source: Becky Barnicoat

Coba lakukan hal-hal yang kamu senangi dan dapat membuatmu lebih tenang, seperti mendengarkan musik, mandi air hangat, bermain bersama hewan peliharaan atau minum kopi. Selain itu, jangan lupakan basic self-care-mu, ya. Meskipun kamu sedang merasa sedih, kamu tetap perlu memastikan untuk merawat dan menjaga tubuhmu.

Gimana nih rutinitas self-care kamu? Kalo masih belum jelas, bisa juga temuin jawabannya di Tes Self Care ini.

4. Meditasi

meditasi
Source: makeameme.org

Beri waktu pada diri sendiri untuk memproses kejadian yang membuatmu mengalami perasaan sedih. Kamu dapat melakukannya sambil mengatur napas menggunakan breathing technique 4-7-8. 4 hitungan menarik napas, 7 hitungan menahan napas dan 8 hitungan menghembuskan napas.

Dengan menggunakan teknik pernapasan ini, kamu dapat menjadi lebih relaks dan tenang untuk memproses perasaan sedih. Bahkan, bisa membantumu mengatur pernapasan kembali setelah menangis.

Saat melakukan meditasi, kamu dapat menjadikannya momen untukmu merefleksikan kembali apa yang terjadi dan mempersiapkan diri untuk bangkit kembali.

5. Memberi dukungan

Sering kali ketika merasa sedih, kita akan memaksakan diri untuk mengabaikannya dengan mengatakan “ah gini aja masa nangis” atau memaksakan diri untuk hanya melihat sisi positif dengan mengatakan “sudahlah, nggak usah dipikirin, masih banyak yang lebih parah dari kamu”.

Bahkan, ketika ada orang lain yang sedih, kita akan buru-buru mengatakan “jangan sedih” atau “jangan nangis”. Mungkin maksud kita memang baik, ingin menghibur mereka yang sedang bersedih. Namun, mengatakan hal-hal tersebut bukanlah hal yang tepat untuk dikatakan saat seseorang sedang merasa sedih. Hal itu malah akan membuat mereka terjebak dalam toxic positivity yang merugikan.

Baca Juga: Toxic Positivity: Dampaknya Bagi Kesehatan Mental

6. Bercerita

bercerita
Source: Freepik

Sebelum rasa sedih yang kamu rasakan semakin berlarut-larut, coba untuk menceritakan pada orang lain yang kamu percaya. Bercerita dapat membuatmu merasa lebih lega lho, Perseners. Kamu bisa bercerita pada anggota keluargamu, teman, pasangan atau bercerita pada mentor-mentor di satu persen melalui link berikut ini.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Secara umum, kita memang perlu memiliki manajemen emosi yang baik dalam memproses setiap emosi yang muncul sehari-hari. Hal itu agar kita dapat lebih meminimalisir kemungkinan stres. Perseners, boleh coba tonton video berikut deh!

Tips-tips yang telah disebutkan di atas dapat kamu lakukan untuk diri sendiri dan juga membantu orang lain lo. Cobalah untuk memvalidasi perasaanmu atau mereka. Setiap emosi perlu kamu rasakan keberadaannya Perseners.

Semoga setelah ini kamu dapat berdamai dan menerima setiap emosi yang hadir serta mengontrol setiap emosimu dengan lebih baik lagi. Sampai jumpa di artikel lainnya, Perseners.

Referensi:

Better Health Channel. It’s Okay to Feel Sad. Retrieved from : https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/its-okay-to-feel-sad#supporting-someone-else-who-is-feeling-sad

Cherry, Kendra. (2021, April 5). The 6 Types of Basic Emotions and Their Effect on Human Behavior. verrywellmind . Retrieved from : https://www.verywellmind.com/an-overview-of-the-types-of-emotions-4163976

Rodale, Maria. (2017, December 6). 21 Ways to Deal With Sadness. huffpost. Retrieved from : https://www.huffpost.com/entry/21-ways-to-deal-with-sadn_b_5803672

Schine, Laura B. How to Check In With Yourself (in 2 Minutes or Less) Using an Emotion Wheel. fairygodboss. Retrieved from: https://fairygodboss.com/career-topics/emotion-wheel1.

Read More