putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

dalam

judi

Antisocial Personality Disorder dalam K-Drama It’s Okay to Not Be Okay

it's okay to not be okay — antisocial personality disorder
Satu Persen – Antisocial Personality Disorder dalam K-Drama It’s Okay to Not Be Okay

Editor’s Note: Sebelum masuk ke artikelnya, gue mau kasih disclaimer kalau artikel ini gak bisa dijadikan bahan buat self-diagnosis, ya! Jadi, kalau lo merasakan beberapa gejala yang disebutkan di artikel ini, lo perlu berkonsultasi dengan Psikolog buat dapetin diagnosis dan penanganan yang tepat. Happy reading!:D


Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Buat lo semua para pecinta drakor (drama korea), pasti udah gak asing lagi kan dengan drakor besutan TVN dan Netflix di tahun 2020 dengan pemeran utama Kim Soo-Hyun dan Seo Yea-Ji? Yaps, bener banget! Drakor tersebut berjudul It’s Okay to Not Be Okay, Perseners.

It's okay to not be okay — antisocial personality disorder
Sumber dari netflix.com

Drama ini, menceritakan mengenai hubungan asmara nggak biasa antara dua orang yaitu Moon Gang-Tae (Kim Soo-Hyun) dan Ko Moon-Young (Seo Yea-Ji) yang akhirnya saling menyembuhkan luka emosional dan psikologis satu sama lain.

Di mana Moon Gang-Tae (Kim Soo-Hyun), seorang perawat yatim piatu yang bekerja di rumah sakit jiwa OK. Dia berjuang untuk mencintai dirinya sendiri untuk kehidupan masa lalunya dan sibuk berempati dengan semua orang di sekitarnya.

Meski begitu, dia menghindari hubungan dekat dengan orang lain selain saudaranya. Karena pengalaman traumatis saudaranya, ia memiliki kehidupan nomaden dan nggak pernah menjalani kehidupan  normal.

Sedangkan Ko Moon-Young (Seo Yea-Ji) adalah seorang penulis dongeng terkenal yang memiliki antisocial personality disorder (ASPD). Hal tersebut dikarenakan siksaan emosional dari ibunya sejak ia kecil.

Karena lagi ngomongin tentang drakor It’s Okay to Not Be Okay nih, di artikel kali ini gue akan mencoba membahas gangguan psikologis yang dialami oleh Ko Moon-Young (Seo Yea-Ji) yaitu  Antisocial Personality Disorder (ASPD). Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca Juga: Introvert vs Anti Sosial: Apakah Sama?

Mengenal Antisocial Personality Disorder (ASPD)

Sumber dari pinterest.com

Antisocial personality disorder (ASPD) menggambarkan pola perilaku yang mendarah daging di mana individu secara konsisten mengabaikan dan melanggar hak orang lain di sekitar mereka. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dapat berperilaku kasar, sembrono, atau impulsif. Selain itu, mereka seringkali kurang memperhatikan keinginan dan kebutuhan orang lain.

Gangguan ini paling baik dipahami dalam konteks kategori gangguan kepribadian yang lebih luas. Gangguan kepribadian adalah pola pengalaman pribadi dan perilaku yang bertahan lama yang menyimpang dari harapan budaya individu, meresap dan nggak fleksibel, memiliki onset pada masa remaja atau dewasa awal, stabil dari waktu ke waktu, dan mengarah pada tekanan atau gangguan pribadi.

Kita bisa melihat contoh antisocial personality disorder (ASPD) dalam drakor It’s Okay to Not Be Okay di mana Ko Moon-Young (Seo Yea-Ji) seringkali bertindak kejam dan memiliki niat untuk menyakiti orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Selain itu, ia juga suka melontarkan kata-kata kasar kepada lawan bicaranya, sehingga ia nggak disukai banyak orang.

Gejala Antisocial Personality Disorder (ASPD)

Sumber dari pixabay.com 

Dikutip dari MayoClinic, orang dengan gangguan kepribadian antisosial sering menunjukkan gejala berikut:

  • Mengabaikan perihal benar dan salah.
  • Berbohong atau menipu untuk mengeksploitasi orang lain.
  • Nggak berperasaan, sinis, dan nggak sopan terhadap orang lain.
  • Menggunakan pesona atau kecerdasannya untuk memanipulasi orang lain demi keuntungan atau kesenangannya sendiri.
  • Bertindak arogan dan sangat keras kepala.
  • Memiliki masalah yang berulang dengan hukum, termasuk perilaku kriminal.
  • Berulang kali melanggar hak orang lain melalui intimidasi dan ketidakjujuran.
  • Impulsif dan nggak dapat merencanakan masa depan.
  • Kurangnya empati terhadap orang lain dan nggak menyesal bila merugikan orang lain.

Orang dewasa dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya menunjukkan gejala gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun. Tanda dan gejala gangguan perilaku termasuk masalah perilaku yang serius dan terus-menerus, seperti:

  • Agresif terhadap sesama manusia dan hewan.
  • Senang menghancurkan barang.
  • Melakukan kecurangan.
  • Melakukan pencurian.
  • Dan tentunya sering melakukan pelanggaran yang cukup serius.

Meskipun gangguan kepribadian antisosial dianggap seumur hidup, pada beberapa orang, gejala tertentu—terutama perilaku destruktif dan kriminal—dapat berkurang seiring waktu. Tetapi, hal ini belum bisa dijelaskan dengan jelas apakah penurunan ini akibat penuaan atau peningkatan kesadaran akan konsekuensi dari perilaku antisosial.

Baca Juga: Kapan Kita Harus Konsultasi ke Psikolog? (Konseling Online)

Penyebab Antisocial Personality Disorder (ASPD)

Kepribadian adalah kombinasi dari pikiran, perasaan, dan perilaku yang membuat setiap orang  unik. Orang cenderung untuk memahami, berhubungan dengan dunia luar, dan melihat diri mereka sendiri dalam hal kepribadian mereka. Kepribadian terbentuk selama masa kanak-kanak dan selanjutnya dibentuk oleh interaksi kecenderungan bawaan dan faktor lingkungan.

Penyebab pasti gangguan kepribadian antisosial nggak diketahui, tetapi faktor-faktor berikut diperkirakan mempengaruhi timbulnya gangguan tersebut:

  • Faktor Genetik: Gen dapat membuat seseorang rentan terhadap pengembangan gangguan kepribadian antisosial, dan situasi kehidupan dapat memicu perkembangannya.
  • Perubahan Fungsi Otak: Hal ini mungkin dapat terjadi selama perkembangan otak

Selain penyebab di atas, ada juga sejumlah faktor yang  meningkatkan risiko gangguan kepribadian antisosial:

  1. Diagnosis gangguan perilaku masa kecil.
  2. Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian antisosial atau gangguan kepribadian lainnya atau gangguan kesehatan mental.
  3. Pernah menjadi korban pelecehan atau pengabaian selama masa kanak-kanak.
  4. Memiliki kondisi keluarga yang nggak stabil, keras, atau kacau selama masa kanak-kanak.
  5. Pria beresiko lebih besar mengalami gangguan kepribadian antisosial daripada wanita.

Pencegahan Antisocial Personality Disorder (ASPD)

Nggak ada cara pasti untuk mencegah gangguan kepribadian antisosial berkembang pada mereka yang berisiko. Karena perilaku antisosial dianggap berakar pada masa kanak-kanak, maka salah satu upaya mencegahnya bisa dilakukan oleh orang tua, guru, dan dokter anak. Caranya dengan mengenali tanda-tanda peringatan dini.

Yang bisa dilakukan adalah dengan mengidentifikasi mereka yang paling berisiko, seperti misalnya anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda gangguan perilaku. Kemudian, menawarkan intervensi dini.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial nggak mungkin mencari bantuan sendiri. Jika lo merasa ada teman atau keluarga lo yang menunjukkan beberapa gejala dari gangguan tersebut, lo dapat dengan lembut menyarankan mereka untuk menemui profesional kesehatan mental. Dengan mencari bantuan dari profesional, hal ini dapat menghindari adanya self-diagnosis.

Kebetulan nih, Satu Persen menyediakan layanan Konseling dengan Psikolog. Jadi, lo bisa juga menyarankan mereka untuk melakukan konseling di Satu Persen.

Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Kalau lo berminat buat coba atau kepoin dulu layanan konseling ini, lo bisa langsung klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-17

Dan kalau lo masih bingung mau pakai layanan konsultasi yang mana, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Atau, lo juga bisa banget nih, coba tonton video dari YouTube Satu Persen tentang tanda-tanda kalau lo perlu ke psikolog. Cek videonya di bawah ini, ya!

YouTube Satu Persen – Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Oh iya, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

Antisocial Personality Disorder | Psychology Today. (n.d.). Retrieved December 14, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/conditions/antisocial-personality-disorder

Antisocial personality disorder – Symptoms and causes – Mayo Clinic. (n.d.). Retrieved December 14, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/antisocial-personality-disorder/symptoms-causes/syc-20353928

van den Bosch, L. M. C., Rijckmans, M. J. N., Decoene, S., & Chapman, A. L. (2018). Treatment of antisocial personality disorder: Development of a practice focused framework. International Journal of Law and Psychiatry, 58, 72–78. https://doi.org/10.1016/J.IJLP.2018.03.002

Read More
judi

7 Tanda Kesehatan Mentalmu dalam Keadaan Baik

Ilustrasi kesehatan mental baik

There’s no health without mental health.

Mungkin kita semua udah sering mendengar kalimat ini. Tapi, kenapa?

Coba bayangkan kalau kamu sehat secara fisik–nggak punya penyakit fisik, juga bisa bergerak dengan bebas dan aktif. Tapi di sisi lain, kamu nggak bahagia, nggak punya motivasi untuk melakukan apapun, susah berkonsentrasi, atau bahkan punya pikiran kalau hidup itu nggak berguna. Walaupun secara fisik kamu sehat, tapi keadaan mentalmu yang nggak sehat membuatmu nggak bisa produktif dan menikmati hidup dengan seutuhnya.

Meski begitu, stress dan tekanan adalah hal wajar yang pernah dialami oleh semua orang. Sebagai manusia, kita pasti punya ups-and-downs yang beragam. Ada hari-hari yang berjalan dengan baik, ada juga hari-hari yang berjalan dengan buruk. Mereka semua pernah hadir dan pergi dalam hidup kita.

Tanpa disadari, mungkin kita justru mengalami perubahan positif sebagai akibat dari pasang surut kehidupan. Bisa jadi, ternyata selama ini segala usaha yang kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental kita membuahkan hasil yang positif.

Tanda-tanda perubahan positif dan kesehatan mental yang baik

Kesehatan mental dalam kondisi baik itu bukan berarti kita merasakan kebahagiaan setiap saat. Bukan juga berarti kalau kita sama sekali nggak punya masalah.

Lalu, apa saja sih tanda-tanda kesehatan mental kita sudah berada dalam kondisi yang lebih baik?

1. Kamu memahami bahwa fluktuasi dalam kesehatan mental itu natural dan wajar

Seiring berjalannya waktu, kamu mulai memahami kalau sewaktu-waktu mungkin kamu akan merasa sedih dan tertekan. Kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan ketika emosi negatif itu muncul. Kamu menjadi semakin tangguh dan tahu bahwa emosi negatif ini hanyalah gelombang yang akan berlalu.

Kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan ketika emosi negatif itu muncul. Ketika kamu membutuhkan bantuan orang lain, kamu juga tidak akan bersikap defensif dan menolaknya. Good days will come again.

2. You feel good; kamu mampu merasakan emosi-emosi positif

Ketika kondisi kesehatan mentalmu dalam keadaan baik, kamu merasakan kepuasan akan hidupmu. Kamu juga mampu untuk merasakan emosi-emosi positif, seperti perasaan bahagia, perasaan dicintai, atau perasaan syukur.

Selain itu, kamu juga terampil melihat sebuah peristiwa dari perspektif lain dan tidak membiarkan dirimu untuk terperangkap dalam emosi negatif berlarut-larut.

3. Kamu mulai melakukan self-care secara rutin

Selama masa-masa sulit,  junk food mungkin jadi teman dalam hidupmu. Kamu juga mungkin melewatkan olahraga dan lupa melakukan rutinitas perawatan pribadi, seperti mandi atau sikat gigi.

Kalau kamu sudah mulai menunjukkan perubahan positif dalam hal self-care, seperti makan makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik, serta melakukan perawatan pribadi, selamat! Kamu sudah membuat kemajuan dalam hal kesehatan mentalmu.

4. Kamu punya sense of belonging

Ketika kondisi mentalmu buruk, mungkin kamu kehilangan tujuan hidup, atau tidak dapat berfungsi dan berkontribusi untuk lingkunganmu.

Kalau kondisi kesehatan mentalmu sudah membaik, kamu mungkin merasa lebih tenang dan damai, atau bahkan merasa lebih spiritual. Kamu juga merasa bahagia dapat produktif dan berkontribusi, baik itu untuk dirimu sendiri, keluarga, atau bahkan masyarakat.

5. Kamu memiliki hubungan yang sehat

Ketika kamu dalam keadaan terpuruk, mungkin kamu menarik diri dari hubungan. Rasanya seperti tidak ada cukup tenaga untuk menjaga hubungan yang kamu miliki.

Ketika kesehatan mentalmu dalam keadaan baik, kamu merasa berenergi kembali untuk kembali menjalin hubungan dan memberi mereka perhatian yang layak mereka dapatkan. Kamu juga tidak akan membuang waktumu pada orang-orang toxic dan menoleransi perilaku mereka.

6. Kamu memiliki hubungan yang sehat dengan diri sendiri

Sebelumnya, kamu mungkin kerap membenci dan menghukum dirimu ketika kamu gagal mencapai tujuan atau cita-citamu. Kamu mungkin sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan menetapkan standar yang tidak realistis pada dirimu sendiri.

Adalah sebuah kemajuan besar apabila saat ini kamu mengerti kalau kegagalan adalah hal yang wajar. Kemajuan itu juga dapat berbentuk pemahaman terhadap kelebihan dan kekuranganmu. Kamu mencintai dirimu sendiri dan memiliki hubungan yang baik dengan diri sendiri.

7. Kamu lebih percaya diri

Ketika kamu sedang merasa down, kamu mungkin merasa tidak percaya diri dengan penampilan atau kemampuanmu. Setelah kesehatan mentalmu membaik, kamu dapat lebih mengenali dirimu sendiri yang luar biasa dan unik, merasa lebih percaya diri dengan siapa dirimu, dan memperbaiki diri dalam hal-hal yang perlu diperbaiki.

Lantas, apa yang bisa aku lakukan untuk menjaga kesehatan mentalku?

Selain tetap menjalankan rutinitas sehari-harimu, kamu juga dapat melakukan beberapa hal berikut untuk menjaga keadaan mentalmu tetap optimal.

1. Berbicara kepada orang lain tentang perasaanmu

Mengekspresikan perasaanmu dapat membantumu tetap sehat secara mental dan menghadapi masa-masa sulit dengan lebih baik.

Ingat, itu bukan tanda kelemahan, tetapi itu adalah bagian dari caramu menjaga kesehatan mentalmu.

Ini adalah hal yang tidak bisa di-skip kalau kamu mau menjaga kesehatan mentalmu. Makanan sehat bisa menjadi sumber energi, yang juga bisa menimbulkan mood yang bagus dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Tidur yang cukup dapat me-recharge tubuh dan pikiranmu. Kekurangan tidur dapat membuat tubuh dan pikiranmu tidak berfungsi secara optimal. Sesibuk apapun kegiatanmu, jangan lupa luangkan waktu untuk beristirahat, ya!

3. Menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang lain

Sebagai makhluk sosial, kita punya kebutuhan emosional untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Berbagai penelitian mengungkapkan kalau kesepian bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental, bahkan fisik kita.  

Kamu bisa meluangkan waktu untuk menyapa atau berbincang sejenak dengan teman atau keluargamu setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Melakukan aktivitas fisik.

Kesehatan fisik memiliki hubungan dengan kesehatan mental. Ketika kita melakukan aktivitas fisik, otak kita mengeluarkan hormon serotonin dan endorphin, yang bisa meningkatkan suasana hati.

Nggak perlu melakukan aktivitas berat, aktivitas fisik ringan seperti berjalan selama 15 menit, juga sudah dapat membantu meningkatkan kesehatan mentalmu.

5. Melakukan pengembangan diri

Tak cuma menimbulkan kesenangan, terkadang kita membutuhkan aktivitas lebih yang bisa menantang kita dan membuat kita punya perasaan seperti “wah, ternyata aku bisa melakukan itu, ya”.

Sebagai manusia, kita juga perlu meningkat dan berkembang setiap harinya. Peningkatan itu bisa kamu melakukan lewat aktivitas bermakna, seperti mempelajari hal baru.

Jangan lupa untuk tetap aware dengan kesehatan mentalmu, ya!

Seperti yang tadi sudah kita bahas, fluktuasi dalam kondisi kesehatan mental adalah hal yang wajar. Saat ini mungkin kita merasa baik, mengalami hari-hari yang indah, namun bukan tidak mungkin apabila suatu hari kita mengalami penurunan kondisi.

Kalau kamu sudah mengalami tanda-tanda berikut, ada baiknya kamu mulai waspada terhadap penurunan kesehatan mentalmu:

  1. Kesulitan menghadapi tekanan dan masalah sehari-hari
  2. Merasa tidak bahagia dan tertekan
  3. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan
  4. Kesulitan untuk tidur, makan, dan melakukan aktivitas sehari-hari
  5. Merasa hidup tidak berguna dan tidak memiliki arti

Apa yang harus aku lakukan apabila suatu hari aku tidak mampu lagi mengatasi masalahku?

Setiap orang memiliki batas dan kemampuan masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Apabila cara-cara yang biasa kamu lakukan sudah tidak mempan, Mentor Satu Persen siap menjadi teman ceritamu kapanpun kamu mau! Kamu bisa ceritain masalah kamu secara private dan mentor akan membantu untuk temukan solusinya.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Read More