putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Curhat

judi

Bingung Mau Curhat ke Siapa

Hai, Perseners! Kenalin, aku Nida.

Temen terdekat mungkin mengenalku sebagai orang yang suka banget curhat. Aku bisa curhat tentang apapun, mulai dari hal yang penting banget sampai yang gak penting sama sekali. Aku bersyukur soalnya aku punya “tempat tumpah” yang selalu siap menampung dan siap dengerin curhatanku sehari-hari.

Bingung mau curhat ke siapa?

Dari kecil aku juga udah dibiasain buat cerita tentang apapun, khususnya untuk hal-hal yang terjadi selama di sekolah. Setiap pulang sekolah, aku bakal duduk sama ibuku untuk curhat tentang kegiatanku seharian ngapain aja. Sampai saat aku kuliah dan merantau, setiap malem ibuku juga masih rutin nelpon untuk dengerin ceritaku.

Selain ibu, aku juga punya pasangan yang selalu aku sebut sebagai “tempat tumpah”-ku. Yap! Karena dia selalu siap dengerin curhatanku, entah lewat chat, telepon, maupun ketemu langsung. Aku sadar, curhat jadi salah satu caraku untuk menjaga kesehatan mental.

Tapi, aku juga sering nih ketemu sama temen-temen yang lebih memilih untuk gak curhat sama siapapun tentang keadaan atau masalahnya. Kadang aku juga bingung ngeliat mereka kok bisa hidup tanpa curhat. Gimana ya kalau mereka dihadapkan sama masalah? Terus dipendem aja gitu?

Jangan-jangan kalian juga kayak gitu, ya?

Buat kalian yang kalau ada masalah suka dipendem, pasti ngerasa aneh pas tau aku mudah curhat sama pasangan, bahkan sama ibuku. Tapi sebenernya seberapa penting sih curhat itu?

Oke, tadi aku sempat bilang kalau curhat jadi salah satu caraku menjaga kesehatan mental. Bener gitu gak sih? Terus gimana kalau misalnya kita gak punya tempat curhat?

Nah, melalui tulisanku kali ini, aku pengen ngajak kalian buat mengenal lebih dalam tentang curhat, manfaat curhat, dan tips untuk memilih tempat curhat yang tepat.

Kalian tau gak, ternyata gak semua orang bisa kita jadikan tempat curhat, loh.

Bisa dibilang, tempat curhat tuh sama kayak dokter, cocok-cocokan. Kalau kita salah memilih tempat curhat, manfaat dari curhat untuk menjaga kesehatan mental ya bakal sia-sia.

Sebenarnya curhat itu apa sih?

Curhat adalah singkatan dari Curahan Hati. Kalau dari dua kata tersebut, kita udah punya sedikit gambaran nih tentang apa itu curhat. Iya, curhat berarti mengeluarkan atau mencurahkan isi hati, perasaan, atau mungkin pikiran.

Curhat dalam istilah psikologi dikenal sebagai ventilasi. Sama kayak rumah, kita juga wajib punya ventilasi. Maksudku ventilasi yaitu untuk ngebantu ngeluarin perasaan dari dalam diri, dan ngebantu untuk memprosesnya.

Kalau dalam konseling atau psikoterapi, ventilasi ini adalah salah satu sesi untuk mengekspresikan perasaan atau emosi klien dengan bebas.

Dr. Stubits, seorang Psikolog Klinis dari Houston, menganalogikan ventilasi pada manusia kayak pressure cooker. Kalau kamu gak membuka tutupnya secara berkala, uap yang dihasilkan pasti akan terus menumpuk. Sama kayak pas kamu gak membuka diri untuk bercerita, masalah yang kamu miliki akan terus menumpuk, sampe bikin kamu ngerasa stres atau tertekan.

Itulah kenapa meskipun curhat dipandang sebagai kegiatan yang sederhana, tapi ternyata ini merupakan hal yang penting dalam hidup kita.

Mungkin kamu juga udah sadar pentingnya curhat dalam hidupmu, cuma memang belum ketemu aja sama tempat curhat yang bikin kamu bener-bener nyaman untuk mengekspresikan dan mengeluarkan segala unek-unekmu.

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash

Alasan kenapa kamu harus curhat

Sebelum aku ngasih tips buat memilih tempat curhat, aku pengen kamu tau dulu nih alasan kenapa sih kamu membutuhkan curhat dalam hidupmu.

1. Punya rencana

Curhat merupakan suatu kegiatan yang aktif, bukan pasif.

Maksudnya apa? Gini nih, dengan kamu curhat ke orang lain, kamu akan mencurahkan perasaan dan pikiran. Nah, hal ini yang akan membantu kamu untuk menemukan inti masalah yang kamu hadapi.

Bahkan kamu juga bisa dapet solusi dari masalah yang kamu alami. Jadi, kamu bisa tau apa yang harus kamu lakuin selanjutnya.

2. Positive thinking

Curhat bikin kamu lebih memahami apa yang kamu rasain. Awalnya kamu berpikir “kayaknya aku gak bisa deh”, tapi setelah curhat, kamu akan menemukan insight dan kamu bisa bilang, “coba deh pake cara lain, siapa tau bisa”.

3. Masalahmu gak seserem itu

Curhat bikin kamu sadar kalau ternyata masalah kita tuh gak seserem itu. Yang biasanya bikin masalah kita serem itu karena pikiran kita dipendem sendirian, sampe akhirnya kita mikir yang enggak-enggak.

Dengan curhat, kamu bisa nemuin sudut pandang yang baru dari masalahmu, dan ngerasa kalau kamu tuh gak sendirian.

Tips memilih tempat curhat!

1. Kenali siapa yang dapat kamu percaya

Pilihlah pendengar yang bisa kamu percaya dan menghormati privasimu. Kamu mungkin punya temen deket, tapi ternyata gak semua temen deket bisa jadi tempat curhat yang memiliki kemampuan mendengarkan.

Untuk itu, kenali dulu siapa di antara mereka yang bisa kamu percaya untuk menumpahkan isi hati dan pikiran agar kamu ngerasa nyaman dan aman pas curhat.

2. Pilihlah pendengar yang mau gak suka memotong

Salah satu alasan kenapa kamu gak pengen curhat, pasti karena males kalau ceritamu harus dipotong sama cerita dari temanmu. Iya kan?

Emang sih, rasanya gak nyaman pas permasalahan kita dianggap gak lebih berat dibandingkan permasalahannya. Ujung-ujungnya malah jadi adu nasib, alias berlomba-lomba siapa yang punya masalah terberat.

Untuk itu, penting untuk menemukan teman curhat yang bersedia untuk gak memotong curhatmu. Memang gak mudah buat nemuin orang yang bisa ngedengerin curhatan kita tanpa memotong.

Makanya kalau kamu udah nemuin orang ini, jangan lupa untuk berterima kasih karena udah memberikan telinga mereka untuk kamu.

3. Pilihlah seseorang yang pernah mengalami hal yang sama

Pas curhat sama temen yang pernah ngalamin hal yang sama denganmu, kamu akan ngerasa nyaman dan gak merasa sendirian. Pengalaman-pengalaman mereka pas menghadapi hal itu juga bisa ngasih kamu sudut pandang yang baru sehingga kamu bisa lebih semangat dalam mengatasi masalahmu.

Kamu pernah gak denger tentang support group? Nah, support group biasanya berisikan orang-orang dengan permasalahan yang sama dan saling mendukung satu sama lain. Boleh banget kamu coba buat join di situ.

Tapi, kalau kamu berniat untuk mengikuti support group, kamu perlu memastikan apakah di dalam grup tersebut ada fasilitator yang ahli. Dengan adanya fasilitator yang ahli, kegiatan di dalam support group bisa berjalan lebih terarah, dan tentunya terkoordinir dengan baik. Jangan sampai support group yang ada malah membuat kamu merasa semakin gak nyaman.

Tempat curhat yang bisa kamu coba

Kalau kamu ngerasa sulit untuk mencari tempat curhat yang aman dan nyaman di sekitarmu, mungkin kamu bisa coba untuk curhat ke orang-orang yang udah profesional kayak psikolog atau mentor.

Psikolog dan mentor merupakan seseorang yang memiliki keahlian untuk ngebantu kamu memahami dan memproses masalah yang sedang kamu hadapi. Mereka juga akan ngebantu kamu untuk lebih berdaya atas dirimu sendiri dan gak bergantung sama orang lain.

Layanan konseling dan mentoring dari Satu Persen bisa jadi solusi yang bagus buat kamu yang mungkin membutuhkan seorang pendengar yang baik. Psikolog dan mentor dari Satu Persen merupakan orang-orang yang udah terlatih untuk ngebantu kamu menghadapi permasalahan yang kamu alami dalam hidup.

Kamu gak hanya dapet seorang pendengar yang bisa memahamimu dengan baik, tapi kamu juga bakal dapet lembar kerja atau worksheet. Selain itu, untuk bisa memahami diri kamu lebih dalam, kamu juga bakal dikasih psikotest gratis dari Satu Persen. Informasi mengenai layanan itu bisa kamu cek di sini.

Baca juga: Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?

Kamu juga bisa nonton video di bawah ini untuk tau lebih lanjut tentang layanan Konseling dan Mentoring Satu Persen

Terakhir, aku harap setelah membaca tulisan ini, kamu bisa menyadari manfaat curhat yang mungkin selama ini kamu abaikan. Curhat gak bikin kamu keliatan lemah, kok. Justru curhat jadi hal penting yang harus kamu perhatikan untuk menjaga kesehatan mental.

Kalau masalahmu udah mengganggu kehidupan sehari-hari dan kamu gak tau mau curhat ke siapa, coba deh kamu konsultasi dengan psikolog. Kamu bisa mencoba layanan konseling di Satu Persen. Semisal kamu ingin mengecek kondisi kesehatan mentalmu belakangan ini, kamu juga bisa mencoba tes sehat mental nih.

Buat kamu yang sayang sama diri sendiri dan pengen berkembang Satu Persen setiap harinya, bisa banget untuk pantengin informasi menarik tentang konseling, kelas online, dan webinar-webinar keren dari Satu Persen di Instagram dengan follow @satupersenofficial.

Selain itu, kamu juga bisa menjelajahi artikel menarik lainnya dengan langsung kunjungi blog Satu Persen. Jangan lupa juga buat subscribe channel YouTube Satu Persen untuk nonton video menarik tentang kesehatan mental dan self development. Oke?

CTA-Konsultasi-6

Sekian tulisanku kali ini. Aku harap melalui tulisan ini, kita bisa sama-sama tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik menuju #HidupSeutuhnya, setidaknya Satu Persen setiap harinya!

Aku Nida, sampai ketemu di tulisan berikutnya. Thank you!

Reference

Porter, R. (Nov 18, 2020). I Need to Vent: Where To Turn. Retrieved on December 2, 2020 from https://www.betterhelp.com/advice/general/i-need-to-vent-where-to-turn/

Taibi, R. (Jan 13, 2019). Who Do You Talk To? Having someone you can be open with can make all the difference. Retrieved on December 2, 2020 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/fixing-families/201901/who-do-you-talk

Witkin, G. (Aug 09, 2018). The Power of Talking. Retrieved on December 1, 2020 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-chronicles-infertility/201808/the-power-talking

Read More
judi

Bahaya Curhat Online di Media Sosial Sembarangan

bahaya-curhat-online
bahaya curhat online

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Di era serba teknologi kayak gini, gue yakin kalian pasti punya yang namanya media sosial, entah itu Whatsapp, Instagram, Twitter, atau yang lainnya. Beberapa dari kalian mungkin kenal sama Satu Persen juga dari media sosial.

Well, wajar banget, sih. Media sosial kan emang tempat orang-orang buat berbagi apa aja. Dari momen hangout, hiburan, konten edukatif, sampe jualan pun kita lakukan di media sosial.

Dan gak cuma itu. Kita bahkan juga bisa temuin banyak orang yang berbagi cerita sehari-hari—alias curhat online di media sosial! Bener gak?

Saking gedenya pengaruh media sosial di keseharian kita, curhat pun akhirnya juga dilakukan dengan memposting status, alih-alih cerita langsung sama teman atau keluarga. Gak cuma jadi pencurhat, kita juga ngebacain curhatan orang lain yang berseliweran bebas di timeline media sosial kita.

Habis berantem sama pacar? Tinggal ambil hape terus luapin semua kekesalan lewat ketikan.

Pastinya, kalo curhat di media sosial, akan ada lebih banyak orang yang tahu masalah kita. Dengan begitu, mudah juga bagi kita buat dapat banyak respon dengan cepat. Jadi, kita gak perlu capek-capek cerita ke setiap teman kita. Praktis banget, ya?

Bisa jadi, kemudahan itu menjadi faktor penyebab banyaknya orang yang curhat di media sosial. Saking banyaknya, penelitian yang dilakukan oleh Martin dan asistennya di tahun 2013 menunjukkan bahwa 46 persen dari pengguna Twitter sering nge-tweet curhatan yang isinya emosi negatif. Alias hampir setengah dari seluruh pengguna!

Sedangkan, faktor lain yang mendukung perilaku ngetren tersebut mungkin karena gak punya teman curhat di dunia nyata, gak terbiasa mengomunikasikan perasaan secara langsung, menginginkan perhatian dari orang lain atas masalahnya, merasa lebih bebas karena gak ada yang lihat langsung, dan lain-lain. Tentunya, setiap orang punya alasannya masing-masing.

Kalo gitu, sebenarnya baik gak sih curhat online di media sosial kita?

Nah, di artikel kali ini, gue bakal membahas tentang curhat online berdasarkan penelitian para ahli dan tips-tips melampiaskan emosi dengan cara yang lebih sehat.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Martin tadi, mereka juga mendapat laporan bahwa 100 persen orang yang curhat online merasa lebih rileks.

Tapi, mereka menemukan bahwa ketenangan itu cuma sementara aja, guys. Ternyata, curhat dengan cara kayak gini justru bikin emosi seseorang lebih sulit mereda, sehingga berakibat buruk dalam jangka panjang.

Bennet, seorang psikolog, pernah punya klien yang mengaku bahwa dia malah merasa semakin marah setelah melampiaskan emosi dan membaca kekesalan orang lain di media sosial.

Artinya, cara seperti ini sebenarnya merusak secara emosional. Bennet lebih nyaranin buat curhat secara langsung sama teman dekat aja, karena baik untuk kesehatan kita.

Baca Juga: Cara Mengontrol Emosi (Regulasi Emosi Diri Sendiri)

Gimana kalo saat itu gak ada teman yang siap dengerin?

Well, penelitian lain yang dilakukan oleh Bushman menunjukkan bahwa kalo kita gak ngelakuin apa pun saat marah selama dua menit, kekesalan kita malah berkurang, lho!

Jadi, lebih baik kita take some time buat diri sendiri dulu, alih-alih langsung membagikan perasaan kita di media sosial.

Selain itu, McNaughton-Cassill juga berpendapat bahwa orang-orang harus lebih pintar dalam memposting dan membagikan sesuatu di media sosial. Jadi, kalo kita curhat dengan cara yang kurang tepat (misalnya marah-marah di status), efeknya berbahaya bagi kesehatan.

curhat-media-sosial-bahaya-kesehatan-mental
Gambar oleh ijmaki dari Pixabay

Mungkin lo jadi mikir, “Jadi, melampiaskan amarah di media sosial itu gak disarankan, ya? Terus gimana, dong? Apa mendingan gue diem aja?”

Nah, seorang psikiater di San Diego yang bernama Dr. David M. Reiss berpendapat bahwa melampiaskan emosi itu sebenarnya ada efek baiknya, asalkan caranya tepat. Satu cara yang disarankan oleh Dr. Reiss adalah berdialog sama teman yang bisa ngertiin dan ngebantu kita supaya lebih merasa tenang.

Jadi, kita bisa sama-sama simpulin bahwa sebenarnya lebih efektif kalo kita membangun komunikasi sama teman dan ngobrol secara langsung—ketimbang curhat online di status media sosial kita. Gak cuma lebih efektif, tapi juga lebih sehat, guys!

Baca juga: Bingung Mau Curhat ke Siapa

Mengatasi emosi negatif tanpa curhat online

Emosi negatif emang gak baik kalo dibiarkan aja terus-menerus. Wajar aja kok, kalo kita butuh pelampiasan untuk mengurangi perasaan gak enak tersebut.

Nah, gimana sih cara mencurahkan perasaan kita dengan cara yang lebih sehat?

1. Tutup media sosial, coba meditasi instead of curhat online

Jangan fokus sama isi hape lo terus, deh. Cobain lebih fokus sama diri sendiri aja, yuk?

Meditasi adalah salah satu cara supaya kita bisa lebih aware sama emosi yang kita rasakan. Nah, melakukan meditasi ini emang perlu pembiasaan, guys.

Tapi, sekalinya lo udah bisa, meditasi ini bisa ngebantu lo dalam situasi apa pun dan di mana pun. Jadi, lo gak perlu lagi yang namanya curhat di media sosial.

Tonton juga: Meditasi Sederhana untuk Pemula

2. Ganti waktu curhat online dengan kegiatan positif

Kegiatan positif yang gue maksud di sini bisa apa aja ya, Perseners. Yang penting, kegiatan ini bisa membantu lo mengurangi perasaan negatif.

Lo bisa melampiaskan emosi lo dengan berolahraga, nge-dance, nyanyi keras-keras, membuat karya seni, nulis diary, dan lain-lain.

3. Lebih baik proaktif daripada curhat online

Ada kalanya, sebuah masalah bisa selesai kalo kita ada action buat mengatasi sumber masalahnya langsung. Misal, lo stres banget gara-gara temen lo gak aktif ngerjain tugas kelompok. Nah, lo kan bisa bilang baik-baik supaya dia mau bantu ngerjain tugas.

Kalo masalahnya udah mengarah ke hubungan toxic, ada baiknya lo berinisiatif buat udahan aja. Hubungan yang gak sehat udah pasti bikin lo frustrasi terus-menerus. Setelah move on dari sumber negatif yang mengganggu hidup lo, selalu ada kesempatan buat nemu yang lebih baik, kok!

Nah, kalo emang memungkinkan, cara ini bisa banget dicoba, lho!

4. Curhat sama orang terpercaya, jangan curhat online

Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, curhat sama temen yang lo percaya itu emang disarankan.

Tapi, gimana kalo gak punya orang yang bisa dipercaya?

Well, masih ada cara lain, yaitu berkonsultasi ke tenaga profesional seperti psikolog.

Gak cuma curhat, psikolog juga menyediakan benefit tambahan seperti ngajarin lo cara komunikasi yang baik, ngasih tips-tips untuk mengatasi masalah lo, memperluas pikiran lo dengan insight baru, dan lain-lain.

curhat-sama-psikolog-lebih-baik
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Jadi, kalo lo mau curhat di status media sosial lo, ada baiknya dipikir-pikir dulu, guys. Karena, cara seperti itu kurang disarankan dari sudut pandang keilmuan.

Ada cara lain yang sebenernya lebih solutif buat mengatasi masalah lo. Salah satunya dengan cara tadi, yaitu ngobrol.

Mungkin lo bingung nyari psikolog yang cocok dan enak diajak ngobrol. Well, lo bisa coba layanan konseling bersama psikolog di Satu Persen, lho! Lo bisa pilih sendiri psikolog dan jadwal konsultasinya. Enak banget, kan?

Selain berkonsultasi, lo juga bakal dikasih asesmen mendalam, diagnosa, dan terapi apabila dibutuhkan. Tenang aja, lo bakal ditangani langsung sama psikolog lulusan S2 profesi yang sesuai di bidangnya.

Tentunya, konseling sama psikolog di Satu Persen bisa lebih ngebantu, jadi lo gak perlu curhat di media sosial lagi, deh 😀

Nah, sebelum beli paket layanan konseling dari Satu Persen, yuk cari tau dulu paket mana yang paling sesuai sama kebutuhan lo! Caranya, cobain tes yang ada di sini.

Lo juga bisa nonton video di channel YouTube Satu Persen buat dapetin insight tambahan mengenai curhat online di media sosial. Yuk, simak langsung di video berikut.

bahaya curhat online di medsos

Oke, gue sudahi dulu tulisan gue di sini. Semoga bermanfaat dan bisa ngebantu lo. Gue harap, lo bisa ketemu sama orang yang tepat buat dicurhatin dan bisa menggunakan media sosial lo dengan lebih bijak.

Gak masalah berkembang pelan-pelan, yang penting ada proses minimal Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya 🙂

Akhir kata, thanks a million!

Referensi

Healthline Editorial Team. (November 21, 2017). Are Online Rants Good for Your Health?. Retrieved on January 22, 2021 from https://www.healthline.com/health-news/are-online-rants-good-for-your-health.

Lindberg, S. (October 23, 2020). Benefits and Options for Therapy. Retrieved on January 22, 2021 from https://www.healthline.com/health/benefits-of-therapy.

Sachan, D. (October 25, 2017). The Dangers of Venting. Retrieved on January 22, 2021 from https://www.success.com/the-dangers-of-venting/.

Roberts, C. (November 16, 2019). 5 healthier ways to deal with anger instead of venting. Retrieved on January 25, 2021 from https://www.cnet.com/health/5-healthier-ways-to-deal-with-anger-instead-of-venting/.

Read More
judi

Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial? (Dampak dan Solusinya)

dampak dan solusi curhat di media sosial
Satu Persen – Kenapa Orang Suka Curhat di Media Sosial?

Hi, Perseners! How’s life?

Kenalin gue Fathur Rachman, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Akhir-akhir ini banyak orang memilih jalan untuk mengutarakan keluh kesahnya di media sosial seperti di Twitter atau Instagram. Kasus seperti ini sering juga gue temukan di lingkungan pertemanan yang seringnya mereka curhat mengenai masalah perkuliahannya. Bahkan sampai selebriti pun ada yang memakai media sosial sebagai medium curhat tentang perkejaan hingga masalah hubungannya.

Kalau lo gimana, Perseners? Apakah lo memakai media sosial sebagai tempat curhat lo? Kalau gue sendiri pernah sesekali curhat di media sosial setelah gue putus dari mantan gue. Tujuannya tentu agar melepas emosi negatif dalam diri, sekaligus mendapatkan dukungan dan timbal balik yang diinginkan dari pengikut gue di media sosial.

Tapi, terkadang curhatan gue pun gak semudah itu diterima oleh temen-temen gue dan harus menghapus kembali tweet yang sudah diunggah atau mengklarifikasi tweet tersebut. Maka dari itu, sekarang gue lebih selektif untuk memilah curhatan yang akan diberikan.

Nah, sekarang lo jadi tau kan, kalau ternyata curhat di media sosial itu lagi nge-trend di kalangan remaja? Tapi, kenapa mereka memilih curhat di media sosial? Buat lo yang bingung, yuk kita bahas bareng-bareng!

curhat di media sosial
Sumber: memegenerator.net

Curhat atau juga dikenal sebagai ‘curahan hati’ adalah cara seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang perasaan, pikiran, sampai kondisinya terhadap orang lain. Curhat dinilai ampuh untuk menghilangkan rasa stres akibat informasi yang membebani pikiran. Misalnya, permasalahan mengenai pekerjaan, keluarga, pasangan ataupun kekhawatiran lainnya.

Biasanya curhat diceritakan kepada orang yang dianggap dekat atau bakal lo percaya untuk memegang rahasia dan cerita lo. Tapi, bagaimana jika lo gak punya teman untuk curhat dan lebih memilih membagikan cerita lo ke media sosial pribadi?

Gak ada yang salah kok, Sob! Pemanfaatan platform media sosial untuk curhat malah bisa ngebuat lo lebih merasa lega dan puas karena telah mengutarakan perasaan lo. Terlebih jika lo mendapatkan respons positif seperti dukungan dan saran atas curhatan lo tadi.

Terdapat juga beberapa alasan orang senang curhat di media sosial. Beberapa di antaranya karena sulit atau gak ada waktu untuk curhat dan bercerita di dunia nyatanya.

Selain itu, pengikut lo di media sosial juga mudah untuk memberi reward kalau ternyata curhatan lo relatable sampai banyak yang nge-retweet atau membalasnya. Nah, perhatian dari pengikut lo ini semakin ngebuat lo terdorong untuk ingin lagi dan lagi curhat di media sosial pribadi lo.

dampak negatif curhat di media sosial
Sumber: twitter.com

Nah, sekarang lo udah tau alasan kenapa orang-orang lebih memilih curhat di media sosial, kan? Jadi, selanjutnya gue mau kasih tau dampak-dampak yang bakal lo terima jika lo melakukan hal yang satu ini. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Gak semua pengikut lo memiliki keahlian untuk membantu masalah lo

Mungkin lo memiliki pengikut yang banyak, tapi belum tentu semua dari pengikut lo bisa menanggapi curhatan dengan baik dan benar. Ibaratnya, lo itu sedang curhat ke banyak orang yang gak jelas itu siapa dan mood-nya sedang bagus atau gak.

Terlepas dari keterbukaan lo dengan segala informasi seperti kritik dan saran atas curhatan lo. Tapi, besar kemungkinannya juga kalau lo gak dapat solusi pas yang sedang lo butuhkan untuk lo denger. Malah sebaliknya kalau lo cerita pada orang yang salah, maka lo akan berpeluang untuk diomongin di belakang oleh temen lo. Bahkan bisa juga lo justru jadi bahan tertawaan mereka saja.

2. Jejak digital yang tidak akan pernah hilang

Terlepas lo sering curhat mengenai hal-hal yang positif dari diri lo. Tapi, gimana jadinya kalau lo curhat tentang hal negatif tentang kehidupan lo di media sosial? Tanpa lo pertimbangin dulu curhatan lo itu akan menyinggung banyak orang atau gak?

Nah, hal seperti ini bakal berpotensi untuk menjadi curhatan yang gue bilang debatable, alias menjadi perdebatan di kalangan netizen. Hal ini dikarenakan semua postingan lo itu akan tersimpan terus dalam jejak digital. Misalnya, ketika ada seseorang mencoba untuk menangkap layar (screenshot) ketika melihat postingan lo dan membagikannya ke orang lain dengan niat buruk. Who knows?

Ditambah hal ini akan berdampak kepada karier lo yang perlu dipertanggungjawabkan ketika lo memposting hal yang menjatuhkan tempat kerja lo. Atau sampai kehidupan pertemanan lo yang malah jadi dicaci maki karena lo menyindir teman lo secara jelas.

Maka dari itu, yang gue bisa saranin di kesempatan ini adalah lebih selektif dan mempetimbangkan secara rasional terlebih dahulu sebelum lo memutuskan untuk mengunggah curhatan lo ke media sosial pribadi.

3. Masalah dari curhatan lo jadi melebar

Siapa sih, yang gak mau curhatannya dibalas dengan komentar negatif? Tentu semua orang yang curhat di media sosial berharap menceritakan kondisinya dengan tujuan dapat dukungan dari orang lain.

Nah, alih-alih mendapat respons yang positif, gak jarang lo malah dapet hal yang ada di luar ekspektasi lo. Contohnya, bikin seseorang yang malah jadi sedih atau marah karena satu postingan lo. Hal ini tentu bakal ngebuat lo bingung sehingga permasalahan lo itu menjadi melebar. Bahkan curhatan lo itu bisa mengarah ke cyberbullying dan membuat curhatan yang awalnya sederhana, malah menjadi rumit.

Nah, yang lo bisa lakukan adalah dengan melakukan komunikasi asertif dalam setiap klarifikasi curhatan lo yang lo buat. Lo juga perlu menyusun perkataan lo agar gak menyinggung berbagai pihak yang sebenarnya bukan diperuntukkan untuk mereka.

Coba Juga: Tes Sehat Mental

Psikolog Online sebagai Tempat yang Aman untuk Curhat

Banyak tempat untuk mengutarakan emosi dari curhat lo yang menumpuk. Misalnya, lo bisa menghubungi pacar atau teman yang nyaman untuk lo ajak curhat. Bahkan keluarga terdekat seperti orang tua atau saudara yang lo benar-benar percaya bisa diajak berbagi informasi mengenai tantangan yang sedang lo alami.

Namun, tentu mereka semua memiliki batasannya masing-masing. Let’s say mungkin orang tua lo bisa memberikan dukungan buat lo, tapi gak bisa ngasih solusi karena lo gak bebas untuk curhat ke mereka. Atau mungkin ketika curhat ke temen lo, tapi lo takut untuk curhat berlebih yang bisa ngebuat mereka lelah untuk ngedengerin lo.

Begitu pula dengan curhat di media sosial yang udah gue ulas sebelumnya kalau banyak dampak dan tantangannya tersendiri. Tapi, tau gak Perseners, kalau udah banyak tempat-tempat secara online yang sudah menyediakan tempat untuk lo curhat, lho! Salah satunya adalah Satu Persen sendiri.

YouTube Satu Persen – Tanda Kamu Perlu ke Psikolog

Lo bisa ikut mentoring online. Dengan keberadaan mentor online, lo bisa bisa mendapatkan tenaga ahli yang memang fokus untuk memberikan layanan kesehatan untuk lo. Selain itu, informasi dan privasi lo pun akan terjaga. Maka dari itu, lo gak usah khawatir lagi jika ingin bercerita banyak kepada mentor ini.

Tentunya, curhat sama mentor di Satu Persen bisa lebih ngebantu lo menghadapi berbagai permasalahan yang lo alami. Jadi, lo gak perlu curhat di media sosial lagi, deh! 😀

Untuk lebih jelasnya, lo bisa klik banner di bawah ini untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang layanan mentoring di Satu Persen.

Mentoring-5

Akhir kata, gue Fathur dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Read More