putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

buat

judi

Seberapa Berpengaruh sih Ucapan Semangat Buat Kamu Yang Lagi Merasa Rendah Diri

“Hai cantik, gila, kamu cantik banget hari ini!”

Bentar, kok jadi seperti gombal gini ya. Oke, ganti deh. Pernah gak kamu push rank tapi kalah terus? Lalu kamu merasa kesal, merasa bahwa kamu cupu mainnya. Akhirnya kamu berhenti nge-rank lalu bermain casual untuk menang. Lalu setelah kamu menang, kamu merasa lebih baik dari sebelumnya.

Atau mungkin, kamu baru saja dibantai oleh guru/dosen saat presentasi. Kamu merasa bete dan malas melakukan apa-apa. Kamu merasa bodoh. Tiba-tiba temanmu datang kepadamu, menanyakan tentang mata pelajaran yang kamu kuasai, karena dia kebingungan. Kamu lantas mengajarinya beberapa hal. Dia lalu berterima kasih padamu, dan kamu merasa lebih baik.

Pernah mengalami hal-hal seperti itu? Kurasa pasti pernah, at some point in your life. Tindakan-tindakan yang mungkin  saja kecil itu merupakan sebuah bentuk dari ‘ucapan semangat’ dari dirimu, untuk dirimu. Sebenarnya seberapa efektif, sih, ucapan semangat ini? Bentuknya bisa apa saja?

Kalau kamu sering merasa rendah diri, tulisanku berikut ini bakal bisa membantumu menjadi lebih baik. Yuk kita mulai!

Rendah Diri? Mulai dari Diri Sendiri!

Beberapa dari kita terkadang merasa rendah diri, entah itu karena rencana yang tidak berjalan lancar maupun kegagalan yang berulang-ulang. Hal-hal buruk seperti itu seringnya membuat kita merasa harga diri kita jatuh sedalam-dalamnya. Self-esteem atau harga diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Sedikit berbeda dengan self-worth yang adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri (Shukla, 2020). Sederhananya, self-worth berada dalam posisi yang lebih fundamental daripada self-esteem.

Ketika harga diri kita terluka, kita kehilangan pegangan kita akan nilai-nilai diri kita. Kita merasa gagal, merasa rendah. Kita diselimuti oleh perasaan-perasaan negatif yang membuat pendirian dan value kita akan diri sendiri goyah. Di sinilah ‘ucapan semangat’ berperan. Ucapan semangat, atau bisa kita sebut dengan self-affirmation adalah hal yang dapat kamu lakukan untuk meyakinkan dirimu akan sesuatu (yang tentu saja, adalah kualitas dirimu) (Shukla, 2020). Bentuk sederhananya dapat berupa kalimat seperti, “Aku cantik/tampan” atau “Apa yang aku lakukan itu sudah cukup, aku tidak perlu memuaskan hati semua orang”.

Self-affirmation ini berperan sebagai mekanisme pertahanan kita ketika kita merasa rendah diri. Ketika kita melakukan self-affirmation, diri kita merasa lebih baik, terlepas dari apakah self-affirmation itu berhubungan langsung dengan kejadian yang membuat kita merasa rendah diri.

Apa yang Membuat Kita Merasa Rendah Diri?

Banyak, jujur saja. Apa saja bisa menjadi alasannya, entah itu sebuah kegagalan, putus cinta, penolakan, dan lain-lain. Ketika kita dihadapkan dengan hal seperti ini, diri kita akan menjadi sangat mudah untuk jatuh ke dalam “penilaian umum” terhadap diri sendiri. Ketika kita mulai menilai diri kita secara umum, situasi akan menjadi sedikit lebih sulit karena ini bukan soal hal yang spesifik (seperti kegagalan dalam presentasi), namun lebih mengarah ke konsep diri secara utuh. Penilaian diri yang umum ini bisa berbentuk seperti “Aku tidak berguna sama sekali” atau “Aku tidak pantas dicintai”, sebuah penilaian yang negatif secara konsep diri.

Apakah Self-affirmation Efektif dalam Mengatasi Perasaan Rendah Diri?

Untuk melawan hal penilaian diri yang umum, kita membutuhkan self-affirmation yang juga umum. Self-affirmation dapat membantu kita untuk pelan-pelan melawan pikiran rendah diri yang kita miliki. Semakin kuat perasaan rendah diri yang kita miliki, semakin kuat pula self-affirmation yang harus kita lakukan (tentu saja dengan self-affirmation yang tepat, umum untuk umum, spesifik untuk spesifik.

Self-affirmation sudah terbukti dapat mempertahankan kemampuan kita untuk merespon dengan baik ketika dihadapkan dengan hal-hal yang mengancam harga diri kita (Moore, 2020), berdasarkan pada Self-affirmation Theory oleh Steele.

Untuk memahami efektivitas self-affirmation ini, kamu harus tahu komponen penting dalam konsep harga diri yang menjelaskan bagaimana self-affirmation ini dapat membantu kamu yang merasa rendah diri. Ketika kamu melakukan self-affirmation, kamu mempertahankan value dirimu. Value di sini sangat fleksibel, bisa mencakup banyak hal, bukan hanya bahwa kamu adalah “Murid yang Teladan” atau “Anak yang Baik”, value diri yang dipertahankan melalui self-affirmation ini beragam.

Dalam mempertahankan value ini, kita tidak berbicara soal cara yang sempurna, outstanding, atau hal yang wah banget. Kita hanya butuh melakukannya dengan cukup baik pada hal-hal yang kita nilai penting bagi diri kita. Contohnya kamu tidak perlu memakai baju jutaan rupiah ketika kumpul bareng teman, cukup dengan baju yang decent dan menghabiskan waktu bersama teman, kamu sudah merasa lebih baik, merasa dihargai oleh temanmu. Lalu kita melakukan self-affirmation bukan semata-mata untuk mendengar pujian, namun kita ingin menjiwai self-affirmation tersebut.

Terdengar asik, bukan? Dengan mengucapkan kalimat-kalimat self-affirmation atau melakukan hal-hal yang meyakinkan dirimu atas harga dirimu, kamu bisa pelan-pelan membangun kembali harga dirimu.

Namun, tentu saja, self-affirmation bisa menjadi senjata makan tuan.

Kapan Self-affirmation Malah Memperburuk Keadaan?

Ketika seseorang memiliki perasaan rendah diri yang begitu kuat, ucapan-ucapan semangat justru akan memperburuk keadaan. Manusia memiliki batas penerimaan akan sebuah keputusan atau penilaian, yang dalam hal ini adalah penilaian akan diri sendiri. Ketika penilaian diri melewati batas seseorang, hal tersebut akan ditolak.

Seseorang  akan cenderung untuk mempertahankan konsep dirinya, dan jika seseorang sudah terlalu dalam jatuh dalam perasaan rendah diri, dia akan merasa bahwa itulah kebenarannya, bahwa dia “Tidak pantas dicintai” atau “Adalah orang paling gagal sedunia”. Orang yang sudah menganggap ini sebagai kebenaran akan menolak bentuk self-affirmation yang kecil dan malah membuat mereka semakin melindungi ‘kebenaran’ yang mereka tahu (Shukla, 2020). Jika terjadi terus menerus, hal ini bisa menjadi toxic positivity.

Siapa, sih, yang suka dengan toxic positivity? Agar kamu tidak menjadi orang yang aktif menjadi a toxic positive person, mari kita cari tahu bagaimana caranya.

Bisa jadi juga self-affirmation ini tidak mencapai alam bawah sadar, di mana pikiran negatif ini bersarang. Jadinya, self-affirmation ini menjadi hal yang dianggap bohongan, karena dia tidak masuk ke dalam alam bawah sadar, membuat seseorang terus menganggap bahwa self-affirmation ini hanya “omong kosong” (Henshaw, 2018), dan membuat mereka semakin memeluk erat ‘kebenaran’ mereka.

Lalu Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Membuat Self-affirmation Bekerja?

Ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan dalam melakukan self-affirmation.

Pertama, catatlah hal-hal yang kamu rasa adalah aspek negatif dirimu, hal yang membuatmu merasa rendah diri. Catat semuanya, lalu buatlah daftar “ucapan semangat” berdasarkan dari hal-hal negatif tersebut. Mulailah dari hal-hal yang kecil jika kamu merasa overwhelmed. Ulangi self-affirmation itu secara rutin, dan kalau kamu merasa perlu, ajaklah teman atau orang yang kamu percayai untuk melakukannya bersamamu. Mintalah mereka untuk mengatakan ucapan-ucapan semangat yang sudah kamu buat sebelumnya.

Jika kamu merasa self-affirmation tidak bekerja karena kamu merasa sangat rendah diri, kamu bisa mencoba untuk melakukan Interrogative Self-Talk. Cara ini ditempuh dengan cara mengganti ucapan semangat tadi dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Contohnya, alih-alih mengatakan bahwa “Hari ini aku akan menjalani hari dengan baik”, kamu bisa mencoba bertanya pada dirimu sendiri, “Apakah hari ini aku akan menjalani hari dengan baik?”

Pertanyaan ini akan membuatmu berpikir kemungkinan yang akan terjadi. Apakah kamu akan menjalani hari dengan baik? Bagaimana dengan kemarin? Apakah berjalan dengan baik? Jika tidak, apa yang membuatnya demikian? Kamu akan mencari jawaban atas rentetan pertanyaan yang muncul dan membantu dirimu untuk menghadapi perasaan rendah diri yang kamu rasakan.

Selain self-affirmation, aku juga punya tips lain untuk mengatasi rasa rendah diri yang bisa kamu tonton di sini! Selain itu, kamu bisa mencoba Tes Self-love supaya kamu semakin paham cara terbaik menyayangi diri sendiri.

Namun, semisal rasa rendah diri kamu mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kamu merasa terganggu, kamu bisa mencoba konsultasi dengan psikolog melalui layanan konseling online di Satu Persen. Kamu bisa konsultasi secara one-on-one dengan psikolog tanpa harus malu menceritakan apa yang kamu rasakan.

AKhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

References

Alexander, R. (2011, August 15). 5 Steps to Make Affirmations Work for You. Retrieved from Psychilogy Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-wise-open-mind/201108/5-steps-make-affirmations-work-you

Henshaw, S. (2018, July 8). Why Positive Affirmations Don’t Work. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/why-positive-affirmations-dont-work/

Moore, C. (2020, September 1). Positive Daily Affirmations: Is There Science Behind It? Retrieved from PositivePsychology: https://positivepsychology.com/daily-affirmations/

Shukla, A. (2020, April 11). Do Self-affirmations Work? Coping With Low Self-esteem & Self-worth. Retrieved from Cognition Today: https://cognitiontoday.com/2020/01/do-self-affirmations-work-coping-with-low-self-esteem-self-worth/

Read More
judi

Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Seksual yang Buat Candu

Kenali Compulsive Sexual Behavior, Gangguan Seksual yang Bikin Candu
Satu Persen – Compulsive Sexual Behavior

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Gue mau nanya nih guys ke kalian, khususnya buat orang-orang yang secara seksual aktif, kalian pernah gak sih ngerasa kalau sehabis melakukan masturbasi, menonton konten pornografi, dan yang lainnya selalu merasa kalau itu semua tuh kurang? Atau lebih parahnya lagi kalian jadi menyimpan banyak sekali konten pornografi di smartphone kalian?

Nah, kalau dari beberapa hal yang gue sebutkan di atas ternyata lagi kalian alami, mungkin ini yang harus diwaspadai nih, Perseners. Waspada karena mungkin ini bisa saja perilaku compulsive sexual behavior atau hiperseksual.

Karena lagi ngomongin tentang compulsive sexual behavior nih, di artikel kali ini gue akan membahas seputaran tentang compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Jadi simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo, selamat membaca.

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Sexual Consent: Hal yang Wajib Dibicarakan Sebelum Berhubungan

Compulsive Sexual Behavior - Hiperseksual
Sumber: ct.counseling.org

So, Compulsive Sexual Behavior Itu Apa?

Ada banyak jenis gangguan seksual yang bisa menyerang seseorang. Salah satu yang paling berbahaya adalah compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Kenapa sih gangguan ini dapat dibilang paling berbahaya? Karena orang dengan compulsive sexual behavior atau hiperseksual sering mengalami kesulitan mengendalikan gairah seksual mereka. Selain itu, untuk mencapai kepuasan seksual juga gak mudah, dan mereka kehilangan keinginan untuk memiliki hubungan pribadi dengan siapa pun selain yang berhubungan seks.

Meskipun gak pernah ada bukti bahwa compulsive sexual behavior atau hiperseksual menyerang sejak lahir atau disebabkan oleh faktor genetik, itu gak berarti bahwa kemungkinan serangan compulsive sexual behavior atau hiperseksual  ini minimal, Perseners.

Menurut data dari Medical News, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengategorikan compulsive sexual behavior atau hiperseksual dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM 5). Gangguan ini didefinisikan sebagai gangguan impuls, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengontrol dorongan seksual yang intens dan berulang.

Baca juga: Hubungan Seksual Sebelum Menikah: Perspektif Satu Persen

Lalu, Gejalanya Apa Aja, Sih?

Orang dengan gangguan ini memiliki perilaku seksual yang kompulsif dan beragam. Beberapa orang mungkin mengalami dorongan yang sangat kuat untuk masturbasi dan merasakan dorongan untuk berhubungan seks dengan beberapa pasangan yang berbeda pada hari yang sama.

Menurut MayoClinic, berikut merupakan beberapa tanda seseorang adalah compulsive sexsual behavior atau hiperseksual:

  1. Memiliki fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang intens dan berulang
  2. Mendesak untuk terlibat dalam perilaku seksual tertentu, tetapi merasa bersalah atau menyesal setelah melepaskannya
  3. Kesulitan mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, dan perilaku seksual
  4. Perilaku seksual kompulsif sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah seperti kesepian, depresi, kecemasan, atau stres
  5. Kemungkinan menularkan penyakit menular seksual kepada orang lain, mengganggu hubungan sosial, masalah aktivitas sehari-hari, kesulitan keuangan, masalah hukum
  6. Kesulitan mengembangkan dan memelihara hubungan yang sehat dan stabil dengan orang lain.

Penyebab Seseorang Mengalami Compulsive Sexual Behavior

Meskipun penyebab compulsive sexual behavior atau hiperseksual gak ditemukan di DSM-5 dan belum dipahami dengan baik, para ahli kesehatan mental di Amerika menyarankan bahwa compulsive sexsual behavior atau hiperseksual dapat disebabkan oleh stres yang berlebihan, gangguan mental, dan perubahan suasana hati.

Kemudian, pengalaman traumatis yang dialami semasa kecil atau remaja terwujud, yang dapat diakibatkan oleh kekerasan fisik, emosional atau seksual juga bisa menjadi penyebabnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk menjadi hiperseksual adalah ketidakseimbangan hormon Androgen. Androgen adalah hormon seks yang memengaruhi libido.

Ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon androgen, hal tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi compulsive sexsual behavior atau hiperseksual. Senyawa kimia di otak juga ditengarai menjadi penyebab compulsive sexsual behavior atau hiperseksual.

Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan compulsive sexual behavior atau hiperseksual mungkin memiliki perbedaan neurokimia di pusat otak. Bahan kimia ini dilepaskan selama hubungan seksual dan menciptakan kecanduan yang mirip dengan penggunaan obat-obatan atau alkohol.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Menurut data dari MayoClinic, gangguan compulsive sexual behavior atau hiperseksual dapat diobati dengan psikoterapi dan penggunaan obat-obatan. Tujuan pengobatan adalah untuk membantu pasien mengendalikan impuls mereka, mengurangi perilaku berlebihan, dan berpartisipasi dalam aktivitas seksual yang sehat.

Berikut ini adalah metode yang berbeda untuk mengobati gangguan compulsive sexual behavior atau hiperseksual:

1. Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan
Gambar oleh Stevepb dari Pixabay.com

Selain psikoterapi, pasien juga dapat menerima obat untuk mengontrol bahan kimia di otak yang berhubungan dengan perilaku kompulsif. Obat yang diberikan dapat berupa antidepresan, penstabil mood, atau antiandrogen untuk mengurangi efek biologis hormon seks.

2. Psikoterapi

Psikoterapi
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay.com

Psikoterapi mengajak mereka yang terkena untuk berani mengatakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Tujuan terapi adalah untuk membantu mereka mengontrol perilaku compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Nah, psikoterapi ini sendiri di bagi menjadi tiga, yaitu:

1. Terapi perilaku kognitif

Terapi ini membantu pasien untuk mengidentifikasi keyakinan dan perilaku negatif dan menggantinya dengan cara yang lebih positif dan adaptif.

2. Terapi penerimaan dan komitmen

Terapi ini menekankan penerimaan pikiran dan keberanian untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat mengalihkan pikiran dari aktivitas seksual kompulsif.

3. Terapi psikodinamik

Terapi psikodinamik berfokus pada peningkatan kesadaran  pikiran dan perilaku bawah sadar. Pikiran korban menjadi persepsi baru untuk meredakan ketegangan psikologis pikiran seksual. Ketiga terapi ini dapat dilakukan secara individu, kelompok, keluarga atau pasangan.

Ingat, hanya psikolog yang dapat mendiagnosis seseorang dengan compulsive sexsual behavior atau hiperseksual. Oleh karena itu, hindari self-diagnosis, alias juga dikenal sebagai mendiagnosa diri sendiri.

Jika lo merasakan gejalanya, cobalah meminta bantuan kepada psikolog. Dengan begitu, lo bisa menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gangguan yang lo miliki, sob! Misalnya dengan mengikuti layanan konseling di Satu Persen. Buat informasi lebih lengkap dan pendaftarannya, lo bisa langsung aja klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-1

Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konsultasi, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Akhir kata, sebaiknya jangan menjadikan compulsive sexual behavior atau hiperseksual sebagai penghambat hidup lo. Dia harus diatasi supaya lo bisa lebih menikmati hidup dan #HidupSeutuhnya!

Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel YouTube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri.

Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!

Referensi:

Compulsive sexual behavior – Symptoms and causes – Mayo Clinic. (n.d.). Retrieved October 17, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/compulsive-sexual-behavior/symptoms-causes/syc-20360434

Compulsive Sexual Behavior dan Resikonya – Lifestyle Fimela.com. (n.d.). Retrieved October 17, 2021, from https://www.fimela.com/lifestyle/read/3840228/compulsive-sexual-behavior-dan-resikonya

Read More
judi

Seni Bagus buat Kesehatan Mental?

art therapy - terapi kesehatan mental dengan seni
Satu Persen – Art Therapy

Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.

Perseners pasti udah gak asing lagi dengan pepatah di atas, kan? Sama halnya dengan kesehatan fisik, kesehatan mental juga harus selalu kita jaga karena kunci dari tubuh yang sehat adalah kondisi kesehatan mental yang sehat pula.

Kesehatan mental sangat mempengaruhi cara kita berpikir, cara kita merasakan, dan bahkan cara kita bertindak. Apabila kesehatan mental kita memburuk, aspek kehidupan lainnya juga bisa ikut memburuk, loh!

Nah Perseners, hayo ngaku! Siapa nih, yang masih cuek aja sama kesehatan mental sendiri? Yuk, mulai peduli untuk jaga kesehatan mental diri kita dari sekarang!

Baca juga : Kesehatan Mental Penting: Kenapa?

Dalam menjaga kesehatan mental, ada banyak cara yang bisa kita lakukan, loh. Dari mulai hal yang sederhana seperti self-talk mengenai hal-hal positif tentang diri kamu, rehat sejenak dari hiruk-pikuk kerjaan, hingga mengikuti terapi psikologi bagi yang memiliki masalah kesehatan mental di tahap yang cukup serius.

Terapi psikologi sendiri memiliki banyak metode yang dapat kita pilih dan sesuaikan dengan kebutuhan diri kita masing-masing. Seperti misalnya cognitive behavior therapy, interpersonal therapy, dan masih banyak lagi.

Seiring dengan kebutuhan akan kesehatan mental yang terus meningkat, mulai bermuncul variasi-variasi metode baru dalam terapi psikologi. Salah satu metode terapi yang mulai populer pada saat ini adalah metode terapi dengan menuangkannya menjadi karya seni atau disebut dengan istilah art therapy.

Pasti Perseners mulai bertanya-tanya, memangnya bisa seni dijadikan sebagai alat untuk menjaga kesehatan mental? Apa sih sebenarnya art therapy ini?

Di sini aku, Audra, Part-Time Blog Writer Satu Persen bakal memandu Perseners untuk tau lebih dalam mengenai art therapy yang mungkin aja bisa jadi pilihan metode terapi yang cocok buat kamu, nih!

So, let’s check it out!

Apa itu Art Therapy?

art therapy - terapi kesehatan mental dengan seni
cr: ashok jain gallery

Art therapy atau terapi seni adalah salah satu metode psikoterapi yang menggunakan seni sebagai media utama untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan apa yang sedang dirasakan oleh seseorang. Dalam Art therapy, banyak melibatkan penggunaan teknik kreatif seperti menggambar, mewarnai, menulis bahkan menari untuk membantu seseorang bisa mengungkapkan perasaan.

Pasti dari kalian bakal muncul pertanyaan, “Berarti metode ini cuma buat mereka yang punya bakat seni, dong?”

Jawabannya adalah: Tidak, Perseners!

Walau dalam menjalani metode ini bakal menggunakan teknik kreatif, kamu gak harus punya keterampilan artistik apapun untuk bisa mendapatkan manfaat dari art therapy ini.

Kenapa begitu? Karena yang terpenting dari terapi ini bukanlah nilai artistik dari karya seni yang kamu hasilkan, tapi hubungan antara seni dan perasaan yang tersalurkan dalam karya seni yang kamu buat.

Selain itu, metode ini dapat digunakan oleh siapapun tanpa batasan umur, loh! Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa hingga kakek-nenek pun boleh banget untuk menggunakan art therapy ini dalam menjaga kesehatan mental mereka. Karena pada dasarnya, seni itu gak memandang usia, begitu pun kesehatan mental.

Manfaat Apa Saja yang Bisa Kamu Dapatkan dari Art Therapy?

art therapy - terapi kesehatan mental lewat seni
cr: pixabay

Sekarang Perseners udah tau apa itu sebenarnya art therapy, kan? Biar kamu tau lebih dalam tentang art therapy dan yakin untuk memilih metode ini sebagai terapi yang cocok buat kamu, rasanya gak afdal kalau misalnya kamu gak tau manfaat apa aja yang bisa didapatkan lewat art therapy ini.

Selain untuk menjaga stabilitas kesehatan mental kita, art therapy punya segudang manfaat yang bisa kamu rasakan saat menjalani terapi ini nantinya. Di antaranya:

1. Meningkatkan kepercayaan diri

Manfaat pertama yang bakal kamu rasakan saat menjalani art therapy adalah meningkatnya rasa kepercayaan diri. Selama proses menciptakan karya seni akan menimbulkan perasaan di mana kamu telah mencapai sesuatu yang sangat berharga, sehingga meningkatkan rasa kepercayaan diri dan membuatmu jauh lebih menghargai diri sendiri.

So Perseners, buat kamu yang merasa kurang percaya diri, art therapy ini membantu dalam boosting your confidence terhadap kemampuan yang kamu miliki.

Baca juga: Apakah Percaya Diri Segitu Pentingnya?

2. Membantu dalam proses self-discovery

Gak hanya bantu kamu meningkatkan kepercayaan diri, art therapy bahkan bisa membantu kamu dalam proses self-discovery atau penemuan jati diri. Menciptakan seni melalui proses kreatif ternyata bisa membantu kamu mengenali diri lebih dalam, bahkan mengenali perasaan-perasaan yang mungkin selama ini terpendam dalam diri dan gak pernah kamu sadari sebelumnya.

Fun fact: gak sedikit orang yang menjalani art therapy dan pada akhirnya bisa menemukan sisi lain diri mereka yang gak pernah terbayangkan bahkan oleh diri mereka sendiri, loh!

Buat kamu yang juga pengen mengenali diri kamu sendiri, kamu juga bisa nonton video dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

Emosi merupakan reaksi dari terjadi dari apa yang kita lihat dan rasakan terhadap sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Emosi sendiri dapat berupa perasaan marah, sedih, takut, bahagia, kaget atau jijik terhadap sesuatu.

Dilansir dalam buku “Discovering Psychology” karya Don Hockenbury dan Sandra E. Hockenbury, emosi adalah keadaan psikologis seseorang yang cukup kompleks di mana mencakup 3 komponen penting, yaitu pengalaman subjektif, respon psikologis, dan respon ekspresif.  

Semua orang bisa merasakan emosi, namun gak semua orang bisa mengekspresikan emosinya lewat lisan maupun tindakan. Makanya, art therapy memberikan peluang untuk kamu mengekspresikan dan melepaskan seluruh emosi yang ada dalam diri lewat seni.

Coba juga: Tes Sehat Mental

Saat melakukan art therapy, kamu harus didampingi oleh tenaga profesional art therapist atau minimal Psikolog yang berpengalaman. Selain agar terapi berjalan dengan lancar dan tertata, kamu jadi gak merasa kalau kamu sendirian.

Pas banget nih, karena Satu Persen menyediakan layanan konseling dengan Psikolog. Kamu bakal mendapatkan tes psikologi dan asesmen hingga worksheet dan terapi untuk membantu segala permasalahan yang kamu punya dengan tepat. Langsung aja klik banner di bawah ini buat informasi lengkapnya, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-10

Akhir kata, sekian dari aku. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan jangan lupa untuk jaga kesehatan mental biar kamu dapat menjalani #HidupSeutuhnya!

Sampai jumpa di tulisanku yang lainnya, ya!

Referensi:

Cherry, K. (2021, August 31). What is Art Therapy?. Retrieved on December 7, 2021 from https://www.verywellmind.com/what-is-art-therapy-2795755#citation-4

Cherry, K. (2021, August 23). Emotions and Types of Emotional Responses. Retrieved on December 7, 2021 from https://www.verywellmind.com/what-are-emotions-2795178

MacCann, Caroline. (2021, January 15). What Are Emotions?. Retrieved on December 7, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/therapy-types/art-therapy

Megarina, Y. (2021, October 1). Pemanfaatan ART Therapy Dalam Konseling. https://doi.org/10.31234/osf.io/ehcnz

Aiyuda, N. (2019). Art therapy. Nathiqiyyah, 2(1).

Psychology Today. Art Therapy. Retrieved on December 7, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/therapy-types/art-therapy

Read More
judi

Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes (Cara Mengatasi Impostor Syndrome)

impostor syndrome - merasa gak pantes
Satu Persen – Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

“Kenapa gue ada di sini ya?”

“Gue nggak pantas dapet semua ini”

“Kok gue merasa yang gue kerjain nggak pernah maksimal ya?”

Pasti lo semua pernah kan ngomong kayak hal di atas sometimes ketika melakukan sesuatu. Lo merasa semua hal yang lo lakuin itu nggak maksimal. Dan ketika usaha atau kerja keras lo diapresiasi oleh seseorang, lo merasa bahwa lo nggak pantes dapet semua hal itu. Lo merasa merasa semua pencapaian diri dan kepercayaan diri lo adalah sebuah kebohongan dan kepalsuan.

Tapi, lo tau nggak sih, apa yang lo lakuin ke diri lo itu termasuk ke dalam masalah psikologis? Kondisi psikologis ini biasa disebut sebagai impostor syndrome alias sindrom penipu atau sindrom penyemu, Perseners.  

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari wonder.ph

Karena lagi ngomongin tentang masalah kurangnya percaya diri nih, di artikel kali ini gue akan mencoba membahas masalah psikologis, yaitu impostor syndrome. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Kamu Sering Ragu sama Diri Sendiri? (Tips Mengatasi Impostor Syndrome)

Apa itu Impostor Syndrome?

impostor syndrome
Sumber dari pixabay.com

Impostor syndrome adalah gagasan bahwa lo hanya berhasil karena keberuntungan, dan bukan karena bakat atau kualifikasi lo. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1978 oleh psikolog Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes. Dalam makalahnya, mereka berteori bahwa wanita secara unik dipengaruhi oleh impostor syndrome.

Sejak itu, penelitian telah menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita mengalami perasaan penipu. Clance juga menerbitkan makalah selanjutnya yang mengakui bahwa Impostor Syndrome memang nggak terbatas pada wanita saja. Saat ini, sindrom penipu dapat diterapkan pada siapa saja yang nggak mampu menginternalisasi dan memiliki kesuksesan mereka.

Orang-orang yang berjuang dengan impostor syndrome percaya bahwa mereka nggak layak mendapatkan prestasi dan penghargaan tinggi yang udah mereka dapatkan. Mereka merasa bahwa mereka nggak kompeten atau secerdas yang orang lain pikirkan—dan dalam waktu dekat, orang akan menemukan kebenaran tentang mereka. Mereka yang mengidap impostor syndrome sering kali berprestasi, mereka mungkin memegang jabatan tinggi atau memiliki banyak gelar akademis.

Untuk mengatasi perasaan ini, lo mungkin akan bekerja lebih keras dan mempertahankan standar yang lebih tinggi. Tekanan ini pada akhirnya dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan kinerja lo.

Cobain, Yuk Tes Faktor Kepercayaan Diri: Kenali Kelebihanmu!

Bagaimana Rasanya Mengidap Impostor Syndrome?

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari pixabay.com

Perasaan palsu mewakili konflik antara persepsi diri lo sendiri dan bagaimana cara orang lain memandang lo.

Bahkan ketika orang lain memuji bakat atau kemampuan lo, lo merasa nggak percaya bahwa lo mendapatkannya atas keras keras diri lo sendiri. Bahkan, lo malah takut orang lain pada akhirnya akan menyadari hal yang sama, yaitu bahwa lo penipu.

Akibatnya, lo menekan diri sendiri untuk bekerja lebih keras demi:

  • Mencegah orang lain mengenali kekurangan atau kegagalan lo
  • Menjadi layak untuk peran yang lo yakini sebelumnya nggak pantas lo dapatkan
  • Menebus apa yang lo anggap kurang dari kecerdasan diri lo
  • Meredakan perasaan bersalah karena “menipu” orang

Pekerjaan yang lo lakukan dapat membuat siklus terus berjalan. Pencapaian lo selanjutnya nggak meyakinkan lo—lo menganggapnya nggak lebih dari produk dari upaya lo untuk mempertahankan “ilusi” kesuksesan lo.

Setiap pengakuan yang lo peroleh, lo menyebutnya simpati atau belas kasihan. Dan meskipun mengaitkan pencapaian lo dengan kebetulan, lo menanggung semua kesalahan atas kesalahan yang lo buat. Bahkan, kesalahan kecil pun memperkuat keyakinan lo kurangnya kecerdasan dan kemampuan lo.

Seiring waktu, ini dapat memicu siklus kecemasan, depresi, dan rasa bersalah.

Hidup dalam ketakutan akan penemuan, lo berjuang untuk kesempurnaan dalam segala hal yang lo lakukan. Lo mungkin merasa bersalah atau nggak berharga ketika lo nggak dapat mencapainya, belum lagi kelelahan dan kewalahan dengan upaya lo yang terus-menerus.

Baca juga: Social Anxiety Disorder: Gangguan Cemas, Gejala, dan Penangannya

Dari Mana Impostor Syndrome ini Datang?

Nggak ada satupun penyebab yang jelas dari impostor syndrome ini. Sebaliknya, sejumlah faktor kemungkinan bergabung untuk memicunya.

Penyebab potensial yang mendasari adalah:

  • Orang tua dan lingkungan saat masih anak-anak.
  • Kepribadian.
  • Gejala kesehatan mental yang ada.
  • Tanggung jawab baru.

Bagaimana Kamu Tahu Kalau ini Benar Impostor Syndrome?

Perasaan penipu sejati melibatkan keraguan diri, ketidakpastian tentang bakat dan kemampuan lo, dan perasaan nggak berharga yang nggak sejalan dengan apa yang orang lain pikirkan tentang lo.

Singkatnya, lo pikir lo telah membodohi orang lain untuk percaya bahwa  lo adalah seseorang yang sempurna. Sangat dapat dimengerti bahwa lo mungkin mulai merasa nggak pada tempatnya dan nggak layak.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

impostor syndrome - merasa gak pantes
Sumber dari pixabay.com

Jika lo merasa seperti penipu, bekerja lebih keras untuk melakukan yang lebih baik mungkin nggak banyak mengubah citra diri lo.

Mungkin, strategi ini dapat membantu lo mengatasi perasaan impostor syndrome secara produktif:

1. Validasi perasaanmu

Mengidentifikasi perasaan palsu tersebut dan membawanya ke arah yang lebih baik demi mencapai tujuanmu.

2. Membangun koneksi

Hindari menyerah pada dorongan untuk melakukan semuanya sendiri. Alih-alih, beralihlah ke teman sekelas, rekan akademis, dan rekan kerja untuk menciptakan jaringan yang saling mendukung.

3. Tantang keraguan lo

Ketika perasaan palsu muncul, tanyakan pada diri lo apakah ada fakta aktual yang mendukung keyakinan ini. Kemudian, cari bukti untuk melawannya.

4. Berhenti membandingkan diri lo dengan orang lain

Setiap orang memiliki kemampuan yang unik. Lo berada di tempat lo berada sekarang karena seseorang mengenali bakat dan potensi lo.

Selain cara di atas, lo bisa juga coba cek video tentang impostor syndrome dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!

YouTube Satu Persen – Stop Ragu sama Kemampuanmu!

Kesimpulan

Sukses nggak membutuhkan kesempurnaan. Kesempurnaan sejati secara praktis nggak mungkin terjadi, jadi gagal mencapainya nggak membuat lo menjadi penipu.

Menawarkan kebaikan dan kasih sayang pada diri sendiri alih-alih penilaian dan keraguan diri dapat membantu lo mempertahankan perspektif yang realistis dan memotivasi lo untuk mengejar pertumbuhan diri yang sehat.

Jika lo terus berjuang melawan perasaan palsu, lo bisa coba mencari bantuan ke ahlinya dan mendapatkan dukungan berupa:

  • Mengatasi perasaan nggak layak atau penipuan yang dirasakan.
  • Mengatasi kecemasan, depresi, atau tekanan emosional lainnya.
  • Menantang dan membingkai ulang keyakinan yang nggak diinginkan.

Selain itu, dengan mencari bantuan dari profesional, hal ini dapat menghindarkan diri lo dari yang namanya self-diagnosis. Nah, jika lo bingung mau cari bantuan dari profesional lewat cara apa, lo bisa coba  layanan Konseling dengan Psikolog dari Satu Persen.

Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-19

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

How to Overcome Impostor Syndrome – Guides – The New York Times. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.nytimes.com/guides/working-womans-handbook/overcome-impostor-syndrome

Imposter Syndrome: What It Is & How to Overcome It. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#takeaway

Imposter Syndrome | Psychology Today. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/imposter-syndrome

Yes, Impostor Syndrome is Real: Here’s How to Deal With It | Time. (n.d.). Retrieved December 16, 2021, from https://time.com/5312483/how-to-deal-with-impostor-syndrome/

Read More
judi

Apa itu Wendy Syndrome? (Buat Lo yang Sering Ghosting Diri Sendiri)

fenomena wendy syndrome
Satu Persen – Wendy Syndrome 

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Ketika berbicara tentang Wendy syndrome, banyak orang berpikir bahwa deskripsi yang diberikan oleh psikologi adalah seseorang yang senang merawat orang lain daripada dirinya sendiri.

Tapi tidak ada yang bisa jauh dari kenyataan. Kebutuhan untuk merawat pasangan kita, memberi mereka segalanya, dan mendahulukan kebutuhan mereka di atas kebutuhan kita sendiri, adalah sesuatu yang dipandang normal saat ini terutama bagi kaula muda, Perseners.

wendy syndrome
Sumber dari pngitem.com

Banyak wanita membuat kesalahan dengan “mencintai terlalu banyak” atau istilah jaman sekarang “bucin” menyebabkan mereka kehilangan harga diri mereka sendiri. Penting untuk membatasi hal ini dan berusaha untuk menemukan keseimbangan. Lo dapat memuja pasangan lo, memberikan banyak cinta kepada orang tua atau teman lo, tetapi lo tidak boleh sampai melupakan kebutuhan lo sendiri.

Kalau bahasa gaulnya anak jaman sekarang sih, love yourself first before you love others. Karena, tidak ada yang lebih penting daripada pertumbuhan pribadi lo sendiri.

Karena sebelumnya gue udah bahas tentang Sindrom Peter Pan di artikel sebelumnya. Pada artikel kali ini, gue akan membahas topik ini dan mencari tahu lebih banyak tentang Wendy syndrome. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: The Good Girl Syndrome: Sindrom Menjadi Perempuan Baik yang Bikin Gak Bahagia

Apa itu Wendy Syndrome?

apa itu wendy syndrome
Sumber dari seekpng.com

Pasti lo semua pernah mendengar tentang sindrom Peter Pan, dan mungkin banyak yang bertanya-tanya apakah Wendy syndrome sebagai kebalikannya? Dan jawabannya adalah benar sekali, Perseners.

Kebalikan dari karakter Peter Pan yang selalu ingin dirawat, karakter Wendy adalah seorang karakter gadis yang merawat karakter lain dalam cerita di dunia fantasi (Peter Pan). Dia mampu melakukan apa yang tidak berani dilakukan Peter Pan maupun yang lainnya, yakni menanggung risiko, tanggung jawab, dan lain-lain., tetapi selalu tetap berada belakang. Dia memberikan segalanya untuk orang lain karena itulah yang membuatnya bahagia.

Sebagai contoh, Wendy syndrome diibaratkan sebagai ayah atau ibu yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah anaknya, yang membangunkannya setiap pagi agar tidak terlambat datang ke sekolah meskipun sudah cukup umur untuk mengerjakannya sendiri.

Ciri-ciri Wendy Syndrome

ciri-ciri wendy syndrome
Sumber dari Guidetoposts

1.Mereka mendahulukan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri

Orang yang memiliki Wendy syndrome mereka merasa perlu untuk memberikan perhatian, untuk merawat orang lain. Dengan cara ini, mereka merasa bahwa mereka membuat orang lain bahagia. Orang-orang ini akan menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri, dan kemudian perlahan-lahan, mereka mulai mengorbankan keinginan mereka sendiri dan bahkan hal-hal yang penting bagi mereka.

2. Melakukan sesuatu untuk orang lain membuat mereka merasa lebih baik

Bagi orang-orang ini, memberi perhatian adalah cara menawarkan cinta. Mereka melakukannya dengan bebas dan karena mereka mau. Tidak ada yang membuat mereka peduli pada orang lain.

Namun, mereka sering “terikat” dengan pasangan yang memiliki Sindrom Peter Pan. Orang dengan Wendy syndrome takut akan dua hal: bahwa orang lain akan berhenti membutuhkan mereka, dan mereka akan ditinggalkan sendirian. Gagasan tidak memiliki siapa pun untuk merawat mereka menakutkan, karena ini adalah cara di mana mereka merasa berguna dan menunjukkan cinta mereka. Pada saat yang sama, ini membantu mereka melihat diri mereka berharga dan perlu.

Cara Menangani Wendy Syndrome

cara menangani wendy syndrome
Sumber dari PACFA

1.Terapi

Mengakhiri gagasan “Jika gue berusaha keras untuk lo, lo akan melihat bahwa gue bener-bener mencintai lo dan gue tidak akan pergi” adalah dasar terapi pada Wendy syndrome. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk menghilangkan rasa takut ditinggalkan atau ditolak jika mereka tidak melakukan semua yang diinginkan orang lain, karena, jika ide ini tidak berhasil, sulit untuk mengubah perilaku mereka.

2. Teknik kognitif

Selanjutnya, menggunakan teknik kognitif tujuannya mengajarkan lo untuk melihat hubungan dengan perilaku mereka, membantu lo untuk menyadari pada saat yang sama tentang bagaimana ketakutan ini tidak membantu lo untuk mencapai tujuan lo, tetapi malah membuat lo masuk ke dalam lingkaran setan di mana rasa takut meningkat karena “tidak ada persyaratan” perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Pada saat yang sama, pasien harus dilatih dalam keterampilan interpersonal seperti belajar bagaimana “mengatakan tidak” dan menyelesaikan tugas, untuk melihat prinsip kesetaraan dalam pasangan yang hubungannya sering terganggu.

3. Komunikasi

Jika lo merasa hubungan lo memiliki Wendy syndrome di dalamnya, mungkin inilah saatnya untuk berbicara. Berikan ruang untuk rasa ingin tahu dan cari tahu tentang kehidupan yang mereka jalani sebelum lo. Lebih baik berada di jalan yang sama tentang hubungan lo daripada melewatinya tanpa tahu ke mana lo melihatnya atau jika pasangan lo mampu memberikan apa yang lo inginkan dalam suatu hubungan. Nah, salah satu cara yang mungkin dapat lo lakukan adalah dengan mengunjungi psikolog untuk melakukan konseling.

Baca Juga: Night Eating Syndrome: Gangguan Suka Makan Tengah Malam

Nah, jika lo bingung mau cari bantuan dari profesional lewat cara apa, lo bisa coba layanan Konseling dengan Psikolog dari Satu Persen.

Di konseling ini, lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Seperti video berikut ini. Di sini, kalian bakal belajar cara mencintai diri sendiri dengan benar.

Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

🥇▷ Wendy’s Syndrome: People who need the approval of others 【NUOVO】. (n.d.). Retrieved January 11, 2022, from http://virtualpsychcentre.com/wendys-syndrome-people-who-need-the-approval-of-others/

The Wendy Syndrome: Caring for Others and Neglecting Yourself – Step To Health. (n.d.). Retrieved January 11, 2022, from https://steptohealth.com/wendy-syndrome-caring-others-neglecting/

Read More
judi

Buat Lo yang Suka Nyalahin Diri Sendiri (Cara Menghargai Diri Sendiri)

cara menghargai diri sendiri
Satu Persen – Menghargai Diri Sendiri

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Kita semua memiliki pasang surut dalam hidup. Hal-hal buruk mungkin terjadi pada lo atau orang-orang yang lo kenal setiap harinya. Tetapi, ada beberapa orang yang mengklaim itu bukan kesalahan mereka. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak memiliki kendali atas situasi dan masalah sulit yang mereka hadapi.

buat yang suka nyalahin diri sendiri
Sumber dari pexels.com

Namun, apakah lo terus-menerus merasa seolah-olah lo gak memiliki kendali atas situasi atau bahwa orang lain ingin menyalahkan lo? Atau apakah lo merasa seolah-olah hal-hal buruk terus terjadi pada lo, apapun yang lo lakukan? Jika lo seringkali menyalahkan orang lain atas peristiwa atau situasi dalam hidup lo, lo mungkin sekarang sedang berhadapan dengan apa yang dikenal sebagai victim mentality, Perseners.

Karena lagi ngomongin tentang victim mentality nih, di artikel ini gue akan membahas buat lo yang suka nyalahin diri sendiri (cara menghargai diri sendiri).

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: 5 Alasan Psikologis Kamu Sering Banyak Pikiran (Cara Menghilangkan Overthinking)

apa itu victim mentality
Sumber dari memecreator.org

Apa sebenarnya victim mentality? Victim mentality bukanlah kondisi yang dapat didiagnosis. Victim mentality adalah istilah yang diterima secara umum dan memiliki beberapa nama lain seperti victim syndrome dan victim complex.

Bagi orang-orang yang memiliki victim mentality, sepertinya tenggelam dalam negativitas lebih mudah daripada mencoba menyelamatkan diri sendiri. Mereka bahkan dapat memaksakan pola pikir ini ke orang lain.

Intinya, pola pikir ini berakar pada trauma, kesusahan, dan rasa sakit hampir sepanjang waktu. Biasanya hal ini terjadi ketika lo mengalami situasi traumatis yang biasanya berasal dari orang lain. Akhirnya, mungkin lo jadi berpikir bahwa lo gak berdaya dan gak ada yang lo dapat lakukan buat mengubah masa depan lo.

Pola pikir ini membuat lo merasa rentan dan takut. Dan pada akhirnya, lo memilih untuk tidak bertanggung jawab atas tindakan yang telah lo perbuat.

apakah pola pikir ini permanen
Sumber dari imgflip.com

Gue tau kalo mungkin pola pikir ini jadi lo miliki karena sebelumnya lo pernah mengalami kejadian traumatis. Tapi, perlu diinget juga kalo sebenernya satu kejadian buruk itu gak cuma diakibatkan sama satu faktor aja.

Emang sih, lo gak bisa mengendalikan apa yang udah terjadi di masa lalu. Dan mungkin hal ini bikin lo jadi merasa buruk dan kehilangan rasa percaya diri lo.

Tapi, perlu diinget kalau sebenernya lo masih punya kendali penuh atas masa depan lo. Dan lo bisa mengubah masa depan lo tersebut jadi lebih baik kalau lo memang mau.

Setiap orang dengan pola pikir ini perlu menemukan akhir dari mengasihani diri sendiri dan bekerja menuju perubahan. Jika tidak, perasaan lo sebagai korban akan mengikuti lo selama sisa hidup lo.

Yang perlu lo inget, sebenernya hidup gak akan pernah berhenti memberi lo tantangan. Kalau lo gak berusaha buat menaklukkan tantangan hidup, maka lo justru bakal berhadapan sama hal yang lebih berat lagi sepanjang hidup lo.

ciri-ciri victim mentality
Sumber dari facebook.com

Apa saja ciri-ciri victim mentality? Jika lo gak yakin apakah lo sedang berjuang dengan victim mentality, berikut adalah 4 ciri yang harus diperhatikan:

1.Membuat semua masalah untuk diri lo sendiri

Menciptakan masalah adalah ketika lo membiarkan diri lo percaya bahwa ketidaknyamanan terkecil sekalipun adalah akhir dari segalanya.

Jika lo selalu berasumsi bahwa yang terburuk akan terjadi, maka semesta akan mendengarkan dan memberikan apa yang lo minta. Lain kali, ketika lo mendapati diri lo sedang memikirkan betapa buruknya sesuatu, berusahalah untuk tidak memikirkannya dan berpikirlah bahwa hal tersebut tidak akan terjadi.

Mikirin hal buruk yang bisa terjadi itu sebenernya boleh aja. Dengan harapan kalau hal itu bikin lo jadi lebih siap ketika lo berhadapan sama hal buruk. Tapi, mungkin yang perlu lo inget adalah hidup itu gak selamanya buruk. Dan hal yang lo takutkan gak pasti 100% bakal terjadi.

2. Lo merasa gak berdaya

Salah satu hal tersulit yang harus dihadapi ketika lo hidup dengan victim mentality adalah lo merasa gak berdaya. Ketika hal-hal buruk terjadi, mudah untuk merasa seperti lo gak memiliki kendali atas situasi tersebut.

Ketika lo menemukan diri lo dalam salah satu situasi ini, fokuslah pada hal-hal yang dapat lo ubah. Menemukan sesuatu yang dapat lo kendalikan dapat membantu lo merasa memiliki sebagian kekuatan lo kembali, dan itu adalah suatu langkah besar.

Cara lain untuk membebaskan diri dari perasaan gak berdaya adalah dengan berlatih mengatakan “tidak“. Lo gak harus melakukan semua yang diharapkan dari diri lo. Gak apa-apa untuk mendahulukan kebutuhan lo sendiri dibandingan kebutuhan orang lain.

3. Lo terlibat dalam negative self-talk

Keraguan terhadap diri sendiri terkait erat dengan menjadi victim mentality. Begitu seseorang jatuh pada victim mentality, secara gak sadar mereka akan memengaruhi diri sendiri dengan upaya terbaik mereka agar sesuai dengan kemauan mereka.

Jika lo percaya bahwa lo gk layak, lo akan selalu merasa seolah-olah dunia sedang berusaha untuk menjatuhkan lo. Keyakinan ini akan membuat perilaku korban sampai pada titik di mana merendahkan diri menjadi hal yang wajar. Akan sulit untuk tetap termotivasi dalam hidup saat lo selalu merendahkan diri sendiri.

4. Berpikir bahwa dunia sedang berusaha menjatuhkan lo

Saat lo merasa dunia terus berusaha menyakiti lo atau membuat lo sengsara, wajar banget kalau lo mungkin merasa lo adalah seorang korban.

Dalam hidup, banyak hal akan terjadi di luar kendali lo. Dan tugas lo sebenarnya adalah untuk memutuskan bagaimana lo akan menanggapi peristiwa-peristiwa itu. Ketika lo mulai melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang di situlah titik awal yang bisa membantu lo keluar dari victim mentality.

Baca juga: Apa Itu Kesehatan Mental?

Bagaimana Cara Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri?

Jika lo merasa punya beberapa tanda atau gejala victim mentality, lo mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengubah pola pikir lo jadi lebih sehat. Jika demikian, di bawah ini adalah beberapa tips untuk membantu lo.

  • Pilih untuk meninggalkan atau menerimanya.
  • Bicaralah untuk mengubah situasi dan merebut kembali kekuatan lo
  • Baca buku self-help seperti Eckhart Tolle “The Power of Now”.
  • Belajarlah memaafkan masa lalu.
  • Temukan bantuan dari terapis yang dapat membantu lo memproses trauma masa lalu.
  • Kembangkan kecerdasan emosional lo.
  • Bertanggung jawab atas apa yang dapat lo kendalikan dan bagaimana lo bereaksi.
  • Belajar mulai mengendalikan hal kecil di sekitar lo.

Kesimpulan

kesimpulan
Sumber dari id.quora.com

Jika lo berjuang dengan victim mentality, sebenernya semua hal itu terjadi karena banyak faktor, jadi when things go wrong sebenernya itu bukan salah lo sepenuhnya juga. Kalau sebelumnya lo pernah mengalami kejadian yang gak mengenakkan, wajar banget kalau hal itu bikin lo jadi merasa ragu sama kemampuan diri lo sendiri.

Pada saat yang sama, lo perlu menunjukkan belas kasihan pada diri sendiri sehingga lo dapat melewati situasi ini dan mencari bantuan jika diperlukan. Terus berdiam dalam pola pikir victim mentality membuat lo merasa gak berdaya dan gak dapat memulai perubahan dalam hidup lo.

Meskipun mungkin sulit bagi lo untuk keluar dari pikiran buruk lo jika lo mengambil langkah-langkah kecil yang konsisten, pada akhirnya lo akan mencapai tujuan yang lo tuju. Dan, akan lebih mudah bagi orang lain untuk mendukung lo sepanjang jalan ketika lo terbuka untuk menerima saran dari orang lain.

Mulai Kurangi Mindset Victim Mentality dengan Konseling Online

Kalo lo kesusahan buat memulai langkah awal lo, lo bisa coba meminta bantuan dan arahan dari orang lain. Contohnya seperti psikolog Satu Persen.

Di konseling ini, lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapat worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.

Sebagai referensi tambahan, lo juga bisa nonton video Youtube Satu Persen berikut ini. Nanti kalian bakal bisa belajar cara berhenti overthinking tentang hal-hal di luar kendali agar hidup lebih bahagia.

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

4 Signs You Have a Victim Mentality (And How to Break out of It). (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.lifehack.org/articles/communication/move-away-from-the-victim-mentality.html

Victim Mentality: 16 Signs and Tips to Deal with It. (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.healthline.com/health/victim-mentality

Victim Mentality: Causes, Symptoms, and More. (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.webmd.com/mental-health/what-is-a-victim-mentality

What Is a Victim Mentality? (n.d.). Retrieved January 21, 2022, from https://www.verywellmind.com/what-is-a-victim-mentality-5120615#toc-reasons-a-victim-mindset-continues

Read More
judi

Langkah Pertama buat Jadi Sehat Mental

Kita mungkin sering dengar kalo sehat itu gak cuma sehat secara fisik saja tapi juga sehat secara mental. Sebagian besar dari kita mungkin juga udah tahu cara biar kita sehat secara fisik itu gimana. Bisa dengan makan makanan bernutrisi, minum air putih agar tetap terhidrasi, olahraga biar tubuh tetap bugar atau rutin mengkonsumsi vitamin.

Hal-hal tadi itu udah sering kita dengar atau praktekin juga sehari-hari. Tapi pernah gak sih lo bertanya-tanya cara biar sehat secara mental itu gimana Atau mungkin lo udah tahu, tapi bingung cara mulai biar sehat mental itu gimana? Kali ini kita akan bahas gimana sih caranya biar kita bisa sehat mental dan cara mulainya itu gimana.

Pastiin lo baca artikelnya sampai habis biar lo bisa nemu langkah pertama buat jadi sehat mental.

Sebenarnya yang dimaksud dengan sehat mental itu apa sih?

Nah, menurut WHO sendiri sehat mental adalah suatu kondisi dimana individu sadar akan kesejahteraan psikologis dirinya dan punya kemampuan untuk mengelola stres yang wajar, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan aktif di lingkungannya.

Sebenernya sehat mental ini tuh gak gitu aja, tapi cakupannya itu luas banget dan banyak hal yang perlu dipahami tentang ini. Tapi buat kita yang baru mau mulai, kita coba dari satu hal ini aja dulu.

Jadi, ada teori yang dikembangkan oleh Carol Ryff yaitu Psikolog dari Amerika Serikat yang nyinggung tentang cara ngebentuk kesejahteraan psikologis individu biar sehat secara mental. Nama teorinya itu Six model of Psychological Well-being atau 6 model untuk bisa sehat mental secara psikologis.

Seperti namanya, dalam teori ini ada 6 aspek yang bisa ngebantu kita buat mencapai kesehatan mental tadi.

Keenamnya bisa lo lihat gambar ini dan kali ini kita bakal bahas Self-Acceptance dulu, terus yang lainnya bakal kita bahas di artikel lainnya.

Self-acceptance atau penerimaan diri bisa diartikan dimana kita dapat menerima semua hal baik itu positif atau negatif yang ada pada diri kita entah itu penerimaan tentang keadaan fisik sampai kemampuan yang ada dalam diri kita.

Self-Acceptance ini bukan cuma sekedar kita menerima aja semua hal tentang diri kita. Tapi juga tentang gimana lo bisa berdamai dengan kegagalan yang lo alami juga akan segala pencapaian lo.

Artinya disini, lo gak cuma mandang hidup ini tuh cuma sebuah hasil yang kalo lo gak berhasil berarti ya gagal. Tapi hidup dan diri lo saat ini adalah sebuah proses yang mana tiap orang perkembangannya itu beda-beda, ada banyak faktor yang mempengaruhinya gitu.

Ini bisa jadi jawaban buat lo yang bertanya-tanya kenapa dimulainya dari Self-Acceptance, karena selain bisa ngebantu kita sehat secara psikologis, self acceptance ini ngebantu kita buat self-love.

Self-love itu sendiri perlu ada untuk kita bisa lebih mengenal dan menerima keadaan diri kita sehingga kita tuh bisa ngembangin diri kita kearah yang tepat dan positif. Nah biasanya sih, self-love ini lebih mudah buat tercapai ketika kita sudah menerima diri kita secara utuh dan apa adanya.

Ketika lo udah ngembangin Self-Acceptance ini, lo biasanya bakal lebih siap kalo ada tantangan yang datang ke diri lo. Karena ya balik lagi, hal yang lo kerjain ini hanyalah sebagian kecil dari hidup lo gitu.

Diri lo nggak hanya didefinisikan dari apa yang lo lakuin saat ini tapi dengan banyak hal lainnya. Jadi ketika hal yang lagi lo lakukan ini gagal, lo bukan berarti kehilangan seluruh dunia lo, begitu pun kalo ini berhasil bukan berarti lo bakal stop berkembang sampe sini aja.

Selain itu, orang-orang yang udah punya Self-Acceptance dalam dirinya itu cenderung bergerak lebih cepat ketika dia ngadepin suatu masalah.

Alasannya ya karena individu yang punya Self-Acceptance tinggi udah bisa nerima semua aspek dalam dirinya dan tahu harus gimana cara mengatasinya, jadi ketika ada masalah dia udah tahu cara buat nyelesain masalahnya sesuai dengan kondisi dia.

Misal nih, lo adalah tipikal orang yang gak kuat buat begadang karena kalo dipaksain bisanya saat bangun lo bakal pusing. Nah ketika ada tugas yang deadlinenya dikumpul besok dan lo baru dapat informasinya malam hari gitu.

Nah kalo di situasi ini ada dua tipe orang yang punya self-acceptance rendah dan tinggi, bakal berasa banget perbedaannya.

Buat orang yang self-acceptance nya tinggi, dia tahu kalo dia gak bisa begadang dan kalo dipaksa pun hasil dari tugasnya juga gak bakal prima.

Jadi alih-alih dia begadang dengan resiko bangun pagi hari dengan keadaan gak fresh dan gak puas sama hasil tugasnya. Dia bakal lebih milih buat tidur dan bangun lebih awal biar bisa ngerjain tugas dengan keadaan yang lebih fresh.

Sedangkan orang yang mungkin self-acceptance nya rendah, alih-alih berpikir gimana biar dia bisa ngerjain tugas dengan baik, biasanya bakal disibukkan dengan mengkritik diri sendiri, kayak “duh, kenapa sih gue gak bisa begadang kayak yang lainnya” “kenapa sih gue harus ada tugas buat besok” dan banyak kenapa lainnya, sampai malah lupa gimana cara ngatasin masalah yang ada.

gimana caranya biar bisa mulai buat ningkatin self-acceptance itu?

Yang paling pertama dan utama adalah mengenali diri kita sendiri dulu secara luar dan dalam.

Penting banget buat kita mengenal diri dulu baru mulai menerimanya. Emang sih, pas kita mencoba untuk mengenal diri mungkin awalnya bakal susah tapi gapapa pelan-pelan aja.

Kalo mungkin lo bingung “sebenernya gue ini gimana” “cara buat kenal diri gue gimana”. Mulai aja dulu dengan cara paling sederhana dengan ambil kertas dan alat tulis terus ya lo tulis aja.

Nah lo bisa disini tulis lo orangnya kayak apa, kondisi tubuh lo kayak apa, kalo lagi stres lo ngapain atau sesimple rutinitas apa sih yang wajib banget lo lakuin di pagi atau malam hari.

Dari tulisan lo tadi, lo bisa mulai ngeraba-ngeraba diri lo yang sebenernya itu kayak apa. Dan lo udah bisa mulai kenalan sama diri lo sendiri sebenarnya orang yang kayak gimana sih.

Setelah lo mengenal diri lo sendiri, baru disini lo bisa mulai buat nerima diri lo. Bukan cuma diri positif lo tetapi hal negatifnya juga. Menerima disini bukan bilang “kenapa ya gue punya kelemahannya ini?” tapi lebih ke, “Oh oke gue punya kelemahan ini ya, kira-kira apa yang bisa gue lakuin buat ngurangin ini ya?”

Oke, itu tadi langkah pertama yang bisa kita lakuin biar jadi sehat mental. Semoga dengan artikel ini lo bisa mulai menerima diri sendiri paling enggak satu persen tiap harinya. Sekian dan semoga ini bermanfaat.

Gue Jhon dari Satu Persen, Thanks!

Read More