putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Boleh

judi

Cowok Gak Boleh ke Psikolog?

kesehatan mental bagi pria - cowok gak boleh ke psikolog?
Satu Persen – Kesehatan Mental bagi Pria

Halo, Perseners! Gimana kabarnya?

Kalian tau gak sih, Perseners, survei yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018, dari seluruh dunia menunjukkan bahwa pria di mana pun merasa sulit untuk terbuka tentang kesehatan mental mereka. Dan karenanya, mereka secara signifikan lebih berisiko untuk mencoba melakukan bunuh diri daripada wanita.

Salah satu hal yang memperkuat alasan kenapa pria merasa sulit untuk terbuka tentang kesehatan mental mereka dibandingkan wanita karena adanya aib yang beredar di masyarakat, yaitu mengenai toxic masculinity. Salah satu aib yang mungkin lo ataupun gue sering dengar adalah “Cowok kok lemah?” “Cowok kok nangis?” dan sebagainya yang mana membentuk konstruksi pikiran bahwa sejatinya pria itu boys will be boys.  

Nah, karena lagi ngomongin pria dan kesehatan mental, nih. So, di artikel kali ini gue akan membahas tentang kesehatan mental di kalangan pria, khususnya soal aib. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!

Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!

Baca juga: Apa Itu Kesehatan Mental?

Aib yang Dihadapi oleh Pria

stigma kesehatan mental pada pria
Sumber dari pixabay.com

Dalam laporan di tahun 2018, WHO menekankan bahwa aib seputar kesehatan mental adalah salah satu hambatan utama bagi orang-orang yang mengakui bahwa mereka sedang berjuang dan mencari bantuan. Tentu saja, stigmatisasi ini sangat terasa terutama pada pria.

“Digambarkan di berbagai media sebagai silent epidemic dan masalah kesehatan yang telah merayap ke dalam benak jutaan orang, dengan statistik yang mengerikan, kesehatan mental pada pria adalah masalah kesehatan di masyarakat yang sangat perlu diperhatikan.”

Maka, dimulailah sebuah penelitian dari The University of British Columbia (UBC), di Vancouver, Kanada, yang diterbitkan pada tahun 2016 di Canadian Family Physician Trusted Source. Penelitian tersebut menemukan kalau pemahaman yang udah tua banget soal gender, terutama di pria, menghambat pria mencari bantuan mengenai kesehatan mental.

Salah satu hal penting lainnya juga menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pria untuk terbuka dengan rekan-rekan mereka tentang perjuangan masalah kesehatan mental. Membicarakan kesehatan mental bukanlah sesuatu yang cenderung muncul dengan mudah di lingkungan sosial tertentu, seperti saat membicarakan permainan sepak bola.

Beban dari Adanya Toxic Masculinity di Masyarakat

Tapi, bukan hanya meminta bantuan aja yang tampaknya diperjuangkan oleh pria. Penelitian telah menemukan bahwa beberapa pria juga mengalami kesulitan membangun hubungan sosial. American Psychological Association memiliki podcast tentang bagaimana maskulinitas sebenarnya dapat menjadi beban kesehatan mental.

Ketika lo berbicara tentang toxic masculinity, itu benar-benar bermuara pada bagaimana cara pria dibesarkan. Begitulah cara pria diajarkan untuk menjadi manusia yang kuat dan pendiam.”

Jika pria kurang bersedia untuk meminta bantuan, mereka akan terus mengalami gejala yang berkontribusi terhadap depresi, dan penggunaan narkoba sering kali merupakan strategi koping yang maladaptif. Ketika orang yang berjuang dengan depresi, kecemasan, dan kondisi kesehatan mental lainnya tidak merangkul sumber daya koping yang baik, mereka mungkin beralih ke alkohol dan obat-obatan lain sebagai cara untuk menghilangkan rasa sakit.

Masalahnya, bagaimana kita sebagai masyarakat mengubah persepsi pria tentang mencari bantuan sebelum mereka sampai ke titik itu?

Mengurangi Aib Tersebut

Banyak pria menjadi mangsa aib tersebut bahwa mereka harus cukup tangguh untuk menyelesaikan semua masalah mereka sendiri. Mereka khawatir bahwa dengan menunjukkan kerentanan, bahkan dalam kondisi fisik yang sakit pun, mereka mungkin akan kehilangan kekuatan mereka di hadapan orang lain.

“Akibatnya, mereka mungkin percaya bahwa mereka dapat memperbaiki masalah ini dengan cepat dan beralih ke yang berikutnya—dan mereka mungkin menyangkal bahwa ada masalah di dalam diri mereka,” kata Levin dari Yayasan Hazelden Betty Ford. Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi dan membantu hal itu adalah pertama-tama harus mengakhiri aib tersebut.

“Kita semua dapat mendorong lebih banyak transparansi seputar masalah kesehatan mental dan penyalahgunaan zat,” kata Levin.

Tidak ada yang kebal terhadap stres. Berbicara dengan orang lain tentang bagaimana hal itu memengaruhi lo dapat menumbuhkan empati, persahabatan, dan dukungan yang semuanya melawan perasaan terisolasi di mana kecanduan dan masalah kesehatan mental dapat berkembang.

Masalah kesehatan mental yang tidak diobati dapat dengan cepat bermanifestasi menjadi penyakit fisik, terutama ketika orang mengobati diri sendiri dengan alkohol dan zat lain.

Kapan Waktunya untuk Meminta Bantuan?

Jika lo khawatir seseorang yang lo sayangi mungkin sedang berjuang, atau lo berpikir bahwa lo sendiri membutuhkan bantuan, Levin mengatakan untuk mencari tanda-tanda ini yang menunjukkan perlunya bantuan dari luar:

  • Perubahan suasana hati
  • Perubahan performa kerja
  • Perubahan berat badan
  • Kesedihan, keputusasaan, atau anhedonia (kehilangan kesenangan dan menarik diri dari hal-hal yang digunakan untuk memberikan kesenangan)
  • Gejala fisik, seperti sakit kepala dan masalah perut

Jika lo mengenali salah satu gejala ini pada orang yang lo cintai, Levin merekomendasikan untuk mengingatkan mereka bahwa meminta bantuan dapat menjadi tanda kekuatan daripada kelemahan.

Salah satu caranya adalah dengan mencari bantuan ke profesional, salah satunya adalah Satu Persen.

Nah, Satu Persen menyediakan layanan konseling dengan Psikolog. Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.

Kalau lo berniat mencoba layanan konseling dari Satu Persen, lo bisa langsung aja klik banner di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-4

Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya. Lo juga bisa ikut tes sehat mental gratis di sini!

Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

How Mental Health Stigma Affects Men. (n.d.). Retrieved November 30, 2021, from https://www.healthline.com/health-news/how-can-we-reduce-mens-mental-health-stigma#When-is-it-time-to-ask-for-help?

Men’s mental health: What affects it, and how to improve support. (n.d.). Retrieved November 30, 2021, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/mens-mental-health-man-up-is-not-the-answer

Read More
judi

5 Dampak Buruk Menahan Amarah, Kenapa Nggak Boleh Menahan Amarah?

dampak buruk menahan amarah
Satu Persen – Dampak Menahan Amarah

Apakah kalian pernah mengalami hari yang buruk, tapi tetap memperlihatkan raut bahagia ke orang sekitar? Bagi sebagian orang, hal ini dilakukan agar mereka terlihat kuat di mata orang lain. Padahal, segala emosi negatif akan berdampak buruk kalau ditahan dalam diri seseorang.

Emosi negatif bisa mencakup banyak hal, mulai dari rasa frustasi, marah, hingga kekecewaan. Namun, ketika emosi negatif itu lepas dari dalam diri kita, seringkali kita disalahkan atas perilaku tersebut.

Misalnya ketika sedang bersedih, biasanya orang di sekitar menyuruh untuk diam dan menghapuskan air mata kita. Begitu juga rasa marah yang sering dilihat buruknya saja. Seakan-akan, kita harus selalu berbuat baik di depan seseorang setiap saat.

Hal inilah yang membuat seseorang takut untuk bercerita tentang perasaannya. Sehingga, akhirnya lebih memilih untuk menahan rasa marahnya agar ngga menyinggung orang lain.

dampak buruk menahan amarah
Sumber: liputan6.com

Meski bukan berarti rasa marah harus selalu dilakukan, ada cara untuk mengekspresikannya dengan baik dan benar. Oleh karenanya, aku Fathur sebagai Part-time Blog Writer Satu Persen akan menjelaskan dampak buruk menahan amarah dan cara mengatasinya. Simak sampai akhir, ya!

Baca juga: Mengenal Duck Syndrome: Terlihat Tenang Meski Sebenarnya Tertekan

5 Dampak Buruk Menahan Amarah

1.Menjadi mudah sensitif

menjadi mudah sensitif
Sumber: memegenerator.com

Pernah ngga ngerasa kalau sedang memendam amarah bawaannya bad mood terus? Hal ini sudah pasti akan berdampak buruk bagi sekitar, terlebih buat diri sendiri. Terkadang, seseorang yang ngga bersalah pun akan terkena dampak dari bad mood akibat sering menahan rasa marah.

Seseorang yang menahan rasa marah akan merasakan kesedihan, kekesalan, dan frustasi. Kebayang kan kalau emosi ini ngga disalurkan? Nah, berbagai perasaan tersebut juga dapat membuat kondisi psikis menjadi lebih sensitif, khususnya ketika menghadapi komentar dari seseorang hingga hal remeh-temeh lainnya.

Saat melakukan komunikasi, kamu bisa mudah terprovokasi karena menemukan satu atau dua hal yang menyinggung. Selain itu, perasaan tersebut dapat membuat emosi negatif menumpuk. Dampaknya pun akan memicu konflik semisal kamu ngga kuat untuk menahannya.

2. Pasif-agresif

Dampak menahan amarah berikutnya adalah menumbuhkan sifat pasif-agresif. Perilaku ini merupakan cara seseorang untuk mengekspresikan emosi negatif kepada seseorang. Misalnya ketika memendam rasa marah, orang yang pasif agresif bisa berubah menjadi lebih diam hingga membuat lawan bicara menyadari kesalahannya.

Sementara itu, seseorang yang mengalami perilaku pasif-agresif juga bisa terungkap lewat tindakan atau kata-katanya yang sering menyinggung seseorang. Mereka cenderung ingin dipahami oleh orang lain, namun jarang untuk memikirkan perasaan orang lain.

Baca juga: Cara Mencegah Penyesalan dalam Hidup

3. Sulit berkonsentrasi

sulit berkonsentrasi
Sumber: twitter.com

Jika rasa marah ngga dikelola dengan baik, maka dampaknya bisa melebar terhadap kondisi fisik dan mental kalian. Terlebih bagi seseorang yang sering memendam emosi, biasanya sulit fokus dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, sulit fokus dalam berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan. Akibat kurangnya konsentrasi membuat pekerjaan selesai dua kali lebih lama. Menahan emosi membuat seseorang sulit merasakan hal positif dalam kehidupannya. Oleh karenanya, pikiran pun sulit untuk dipakai untuk menghasilkan ide positif ketika ingin berkonsentrasi.

4. Berpotensi terkena depresi

Rasa marah sering kita jumpai ketika sedang kesal dengan suatu hal. Emosi ini akan menjadi berbahaya jika ditahan dan menumpuk dalam diri. Terutama ketika rasa marah ini membuat seseorang menjadi sering memikirkan hal-hal negatif dalam dirinya.

Ketika seseorang menahan rasa marah, maka hormon adrenalin dan kortisol akan bertambah secara konstan. Hormon ini Hal ini berperan untuk meningkatkan perubahan detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Lalu, perubahan metabolisme yang berpotensi merusak sistem tubuh, seperti gangguan depresi dan kecemasan.

Seseorang yang mengalami depresi sangat rentan terhadap tertekan, dan akhirnya seakan kehilangan daya dan upaya untuk melakukan aktivitas. Jika kamu sendiri masih menahan rasa marah tersebut, maka hal itu hanya bisa memperpanjang rasa depresi.

Baca juga: Kenalan sama Eustress, Stres Positif yang Bisa Mengatasi Stres Buruk

5. Memengaruhi kepercayaan seseorang

memengaruhi kepercayaan seseorang
Sumber: pinterest.com

Apakah kalian pernah nemuin temen yang hanya menjawab “aku gak apa-apa kok” ketika ditanyakan terkait kondisinya?  Padahal, terlihat jelas adanya perbedaan dari raut wajah dan perlakuan yang tak seperti biasanya. Tentu hal seperti ini akan membuat kita bingung sebagai teman. Apakah mereka butuh pertolongan atau kita diamkan saja?

Ditambah, jika teman sendiri ngga mengatakan yang sejujurnya kepada kamu, maka tentu ini akan memengaruhi tingkat kepercayaan kamu terhadapnya. Pada tahap ini, lebih baik kamu anjurkan sang teman untuk mengatakan yang sejujurnya. Dengan begitu, kamu bisa lebih menerima dan memberikan waktu untuk dia memikirkan perilakunya.

Cari Tahu Cara Mengatur Amarah dengan Konseling Online

cara mengatur amarah
Sumber: memegenerator.com

Perlu diketahui bahwa emosi negatif seperti munculnya rasa marah ngga akan selalu menimbulkan masalah. Kamu hanya perlu memahami cara mengatasinya. Apabila emosi itu menjadi destruktif bagi diri sendiri, ada kemungkinan hal ini bakal menyerang kesehatan mental dan fisik.

Banyak cara yang bisa kamu pakai untuk mengatur amarah negatif tersebut. Salah satunya dengan cara mengekspresikan kemarahan kamu. Namun, ada cara lain yang aku sangat rekomendasikan, yaitu konseling di Satu Persen.

Konseling adalah layanan konsultasi one-on-one dengan psikolog Satu persen, di mana kamu juga bisa belajar  mengelola atau mengatasi emosi negatif yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Nah, tunggu apa lagi, Perseners? Yuk, mulai lebih paham dengan diri sendiri melalui konseling dari Satu Persen. Kalian bisa KLIK banner di bawah untuk informasi lebih lanjut.

CTA-Blog-Post-06-1-16

Selain itu, kamu juga bisa coba tonton video YouTube Satu Persen yang ini untuk semakin paham tentang cara menghilangkan kebiasaan buruk dalam keseharian kita

Sebelum pamit, aku sarankan kamu untuk mencoba tes tingkat keparahan stres  dari Satu Persen. Dengan begitu, kamu bisa paham kondisi kamu saat ini, Perseners!.

Okay deh, aku Fathur dari Satu Persen mengucapkan selamat menjalani #Hidupseutuhnya.

Referensi:

Al Baqi, S. (2015). Ekspresi Emosi Marah. Buletin Psikologi, 23(1), 22. https://doi.org/10.22146/bpsi.10574

Cuncic, A. (2021). No Title. Verywellmind.Com. https://www.verywellmind.com/connection-between-depression-and-anger-5085725

Quraini Nurvidha. (2021). Kenalan sama Gejala Gangguan Depresi. Satupersen.Net. https://satupersen.net/blog/gejala-gangguan-depresi

Hammond, C. (2014). Is it bad to bottle up your anger? Bbc.Com. https://www.bbc.com/future/article/20140729-is-it-bad-to-bottle-up-anger

Litner, J. (2020). It’s Tempting to Mask Your Emotions, but It Won’t Do You (or Anyone Else) Any Favors. Healthline.Com. https://www.healthline.com/health/mental-health/hiding-feelings

Read More