putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Berpengaruh

judi

Seberapa Berpengaruh sih Ucapan Semangat Buat Kamu Yang Lagi Merasa Rendah Diri

“Hai cantik, gila, kamu cantik banget hari ini!”

Bentar, kok jadi seperti gombal gini ya. Oke, ganti deh. Pernah gak kamu push rank tapi kalah terus? Lalu kamu merasa kesal, merasa bahwa kamu cupu mainnya. Akhirnya kamu berhenti nge-rank lalu bermain casual untuk menang. Lalu setelah kamu menang, kamu merasa lebih baik dari sebelumnya.

Atau mungkin, kamu baru saja dibantai oleh guru/dosen saat presentasi. Kamu merasa bete dan malas melakukan apa-apa. Kamu merasa bodoh. Tiba-tiba temanmu datang kepadamu, menanyakan tentang mata pelajaran yang kamu kuasai, karena dia kebingungan. Kamu lantas mengajarinya beberapa hal. Dia lalu berterima kasih padamu, dan kamu merasa lebih baik.

Pernah mengalami hal-hal seperti itu? Kurasa pasti pernah, at some point in your life. Tindakan-tindakan yang mungkin  saja kecil itu merupakan sebuah bentuk dari ‘ucapan semangat’ dari dirimu, untuk dirimu. Sebenarnya seberapa efektif, sih, ucapan semangat ini? Bentuknya bisa apa saja?

Kalau kamu sering merasa rendah diri, tulisanku berikut ini bakal bisa membantumu menjadi lebih baik. Yuk kita mulai!

Rendah Diri? Mulai dari Diri Sendiri!

Beberapa dari kita terkadang merasa rendah diri, entah itu karena rencana yang tidak berjalan lancar maupun kegagalan yang berulang-ulang. Hal-hal buruk seperti itu seringnya membuat kita merasa harga diri kita jatuh sedalam-dalamnya. Self-esteem atau harga diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Sedikit berbeda dengan self-worth yang adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri (Shukla, 2020). Sederhananya, self-worth berada dalam posisi yang lebih fundamental daripada self-esteem.

Ketika harga diri kita terluka, kita kehilangan pegangan kita akan nilai-nilai diri kita. Kita merasa gagal, merasa rendah. Kita diselimuti oleh perasaan-perasaan negatif yang membuat pendirian dan value kita akan diri sendiri goyah. Di sinilah ‘ucapan semangat’ berperan. Ucapan semangat, atau bisa kita sebut dengan self-affirmation adalah hal yang dapat kamu lakukan untuk meyakinkan dirimu akan sesuatu (yang tentu saja, adalah kualitas dirimu) (Shukla, 2020). Bentuk sederhananya dapat berupa kalimat seperti, “Aku cantik/tampan” atau “Apa yang aku lakukan itu sudah cukup, aku tidak perlu memuaskan hati semua orang”.

Self-affirmation ini berperan sebagai mekanisme pertahanan kita ketika kita merasa rendah diri. Ketika kita melakukan self-affirmation, diri kita merasa lebih baik, terlepas dari apakah self-affirmation itu berhubungan langsung dengan kejadian yang membuat kita merasa rendah diri.

Apa yang Membuat Kita Merasa Rendah Diri?

Banyak, jujur saja. Apa saja bisa menjadi alasannya, entah itu sebuah kegagalan, putus cinta, penolakan, dan lain-lain. Ketika kita dihadapkan dengan hal seperti ini, diri kita akan menjadi sangat mudah untuk jatuh ke dalam “penilaian umum” terhadap diri sendiri. Ketika kita mulai menilai diri kita secara umum, situasi akan menjadi sedikit lebih sulit karena ini bukan soal hal yang spesifik (seperti kegagalan dalam presentasi), namun lebih mengarah ke konsep diri secara utuh. Penilaian diri yang umum ini bisa berbentuk seperti “Aku tidak berguna sama sekali” atau “Aku tidak pantas dicintai”, sebuah penilaian yang negatif secara konsep diri.

Apakah Self-affirmation Efektif dalam Mengatasi Perasaan Rendah Diri?

Untuk melawan hal penilaian diri yang umum, kita membutuhkan self-affirmation yang juga umum. Self-affirmation dapat membantu kita untuk pelan-pelan melawan pikiran rendah diri yang kita miliki. Semakin kuat perasaan rendah diri yang kita miliki, semakin kuat pula self-affirmation yang harus kita lakukan (tentu saja dengan self-affirmation yang tepat, umum untuk umum, spesifik untuk spesifik.

Self-affirmation sudah terbukti dapat mempertahankan kemampuan kita untuk merespon dengan baik ketika dihadapkan dengan hal-hal yang mengancam harga diri kita (Moore, 2020), berdasarkan pada Self-affirmation Theory oleh Steele.

Untuk memahami efektivitas self-affirmation ini, kamu harus tahu komponen penting dalam konsep harga diri yang menjelaskan bagaimana self-affirmation ini dapat membantu kamu yang merasa rendah diri. Ketika kamu melakukan self-affirmation, kamu mempertahankan value dirimu. Value di sini sangat fleksibel, bisa mencakup banyak hal, bukan hanya bahwa kamu adalah “Murid yang Teladan” atau “Anak yang Baik”, value diri yang dipertahankan melalui self-affirmation ini beragam.

Dalam mempertahankan value ini, kita tidak berbicara soal cara yang sempurna, outstanding, atau hal yang wah banget. Kita hanya butuh melakukannya dengan cukup baik pada hal-hal yang kita nilai penting bagi diri kita. Contohnya kamu tidak perlu memakai baju jutaan rupiah ketika kumpul bareng teman, cukup dengan baju yang decent dan menghabiskan waktu bersama teman, kamu sudah merasa lebih baik, merasa dihargai oleh temanmu. Lalu kita melakukan self-affirmation bukan semata-mata untuk mendengar pujian, namun kita ingin menjiwai self-affirmation tersebut.

Terdengar asik, bukan? Dengan mengucapkan kalimat-kalimat self-affirmation atau melakukan hal-hal yang meyakinkan dirimu atas harga dirimu, kamu bisa pelan-pelan membangun kembali harga dirimu.

Namun, tentu saja, self-affirmation bisa menjadi senjata makan tuan.

Kapan Self-affirmation Malah Memperburuk Keadaan?

Ketika seseorang memiliki perasaan rendah diri yang begitu kuat, ucapan-ucapan semangat justru akan memperburuk keadaan. Manusia memiliki batas penerimaan akan sebuah keputusan atau penilaian, yang dalam hal ini adalah penilaian akan diri sendiri. Ketika penilaian diri melewati batas seseorang, hal tersebut akan ditolak.

Seseorang  akan cenderung untuk mempertahankan konsep dirinya, dan jika seseorang sudah terlalu dalam jatuh dalam perasaan rendah diri, dia akan merasa bahwa itulah kebenarannya, bahwa dia “Tidak pantas dicintai” atau “Adalah orang paling gagal sedunia”. Orang yang sudah menganggap ini sebagai kebenaran akan menolak bentuk self-affirmation yang kecil dan malah membuat mereka semakin melindungi ‘kebenaran’ yang mereka tahu (Shukla, 2020). Jika terjadi terus menerus, hal ini bisa menjadi toxic positivity.

Siapa, sih, yang suka dengan toxic positivity? Agar kamu tidak menjadi orang yang aktif menjadi a toxic positive person, mari kita cari tahu bagaimana caranya.

Bisa jadi juga self-affirmation ini tidak mencapai alam bawah sadar, di mana pikiran negatif ini bersarang. Jadinya, self-affirmation ini menjadi hal yang dianggap bohongan, karena dia tidak masuk ke dalam alam bawah sadar, membuat seseorang terus menganggap bahwa self-affirmation ini hanya “omong kosong” (Henshaw, 2018), dan membuat mereka semakin memeluk erat ‘kebenaran’ mereka.

Lalu Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Membuat Self-affirmation Bekerja?

Ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan dalam melakukan self-affirmation.

Pertama, catatlah hal-hal yang kamu rasa adalah aspek negatif dirimu, hal yang membuatmu merasa rendah diri. Catat semuanya, lalu buatlah daftar “ucapan semangat” berdasarkan dari hal-hal negatif tersebut. Mulailah dari hal-hal yang kecil jika kamu merasa overwhelmed. Ulangi self-affirmation itu secara rutin, dan kalau kamu merasa perlu, ajaklah teman atau orang yang kamu percayai untuk melakukannya bersamamu. Mintalah mereka untuk mengatakan ucapan-ucapan semangat yang sudah kamu buat sebelumnya.

Jika kamu merasa self-affirmation tidak bekerja karena kamu merasa sangat rendah diri, kamu bisa mencoba untuk melakukan Interrogative Self-Talk. Cara ini ditempuh dengan cara mengganti ucapan semangat tadi dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Contohnya, alih-alih mengatakan bahwa “Hari ini aku akan menjalani hari dengan baik”, kamu bisa mencoba bertanya pada dirimu sendiri, “Apakah hari ini aku akan menjalani hari dengan baik?”

Pertanyaan ini akan membuatmu berpikir kemungkinan yang akan terjadi. Apakah kamu akan menjalani hari dengan baik? Bagaimana dengan kemarin? Apakah berjalan dengan baik? Jika tidak, apa yang membuatnya demikian? Kamu akan mencari jawaban atas rentetan pertanyaan yang muncul dan membantu dirimu untuk menghadapi perasaan rendah diri yang kamu rasakan.

Selain self-affirmation, aku juga punya tips lain untuk mengatasi rasa rendah diri yang bisa kamu tonton di sini! Selain itu, kamu bisa mencoba Tes Self-love supaya kamu semakin paham cara terbaik menyayangi diri sendiri.

Namun, semisal rasa rendah diri kamu mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kamu merasa terganggu, kamu bisa mencoba konsultasi dengan psikolog melalui layanan konseling online di Satu Persen. Kamu bisa konsultasi secara one-on-one dengan psikolog tanpa harus malu menceritakan apa yang kamu rasakan.

AKhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya!

References

Alexander, R. (2011, August 15). 5 Steps to Make Affirmations Work for You. Retrieved from Psychilogy Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-wise-open-mind/201108/5-steps-make-affirmations-work-you

Henshaw, S. (2018, July 8). Why Positive Affirmations Don’t Work. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/why-positive-affirmations-dont-work/

Moore, C. (2020, September 1). Positive Daily Affirmations: Is There Science Behind It? Retrieved from PositivePsychology: https://positivepsychology.com/daily-affirmations/

Shukla, A. (2020, April 11). Do Self-affirmations Work? Coping With Low Self-esteem & Self-worth. Retrieved from Cognition Today: https://cognitiontoday.com/2020/01/do-self-affirmations-work-coping-with-low-self-esteem-self-worth/

Read More
judi

Apakah Puasa Berpengaruh ke Kesehatan Mental?

Puasa jadi Sehat Mental?
Satu Persen – Puasa jadi Sehat Mental?

Hai Perseners! Pas baca ini kalian lagi ngapain nih? Lagi santai sambil rebahan kah?

Gue ketika nulis ini sambil makan hehehe. Tapi tenang, udah buka puasa kok!

Makan dan minum adalah kebutuhan primer setiap manusia. Manusia membutuhkannya untuk bisa bertahan hidup. Tapi, gimana kalau kita gak boleh makan dan minum?

Saat ini, beberapa orang tengah menjalankan puasa. Ketika puasa mereka gak diperbolehkan makan maupun minum dalam kurun waktu tertentu. Nah, kira-kira gimana pengaruh puasa ke kesehatan fisik atau mental ya? Apakah puasa bisa berdampak positif?

Kalian berada di artikel yang tepat untuk mengetahui manfaat puasa bagi kesehatan fisik maupun mental, simak sampai habis ya!

Fenomena Puasa yang Biasa Dijumpai

Sebelum bahas manfaat, kita bahas fenomena puasa yang sering kita jumpai terlebih dahulu.

Puasa sangat erat kaitannya dengan budaya keagamaan. Tak hanya Islam, puasa juga dilakukan oleh masyarakat beragama Katolik, Buddha, Hindu, maupun Konghucu. Tradisi setiap agama bisa jadi berbeda dalam melaksanakan puasa tersebut.

Puasa juga dilakukan pada ranah medis. Seseorang yang akan melakukan operasi besar biasanya dianjurkan untuk berpuasa. Salah satu tujuannya adalah mengosongkan saluran cerna. Sisa makanan pada saluran cerna bisa mempersulit tindakan operasi nantinya.

Puasa juga banyak dilakukan untuk diet. Istilah yang biasa kita dengar adalah “intermittent fasting”. Diet ini umumnya dilakukan selama 16 jam dengan waktu yang bisa lo tentukan sendiri. Jika diet umumnya mengatur mengenai pembatasan jenis makan, metode ini digunakan untuk mengatur atau membatasi jam makan.

Fenomena Puasa
Gambar oleh: Super Fast Diet

Aktivitas yang Berubah Ketika Puasa

Ketika menjalankan puasa, hal yang biasa kita tahu adalah menahan lapar dan haus dalam waktu tertentu. Namun, dalam menjalankan puasa gak hanya sebatas itu. Dalam beberapa agama, salah satunya Islam, ketika berpuasa gak diperkenankan berkata yang kurang baik seperti mengumpat atau memaki.

Ketika keadaan normal kita bisa makan 3 kali sehari bahkan lebih. Sedangkan, ketika berpuasa kita memiliki beberapa batasan yang telah diatur. Maka dari itu, perubahan aktivitas seperti itu bisa berpengaruh pada tubuh kita.

Aktivitas yang Berubah Ketika Puasa
Gambar oleh: Makeameme

Manfaat Puasa untuk Kesehatan Fisik

Puasa biasanya dilakukan sekitar 10-20 jam. Selama waktu tersebut, seseorang gak boleh makan, minum, dan beberapa pantangan lainnya. Meskipun dalam aktivitasnya terkesan ekstrim, ternyata puasa dapat memberikan dampak baik ke tubuh kita.

Puasa bisa melancarkan metabolisme tubuh, sebagai detoksifikasi tubuh secara alami, sampai menurunkan berat badan. Puasa juga membantu mencegah dari penyakit kronis seperti kanker maupun jantung, membantu mengontrol gula darah, dan menurunkan kadar kolesterol darah. Selain itu, puasa mampu meningkatkan fungsi dan struktur otak yang mampu mencegah masalah seperti Alzheimer dan Parkinson.

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental

Jika berbicara mengenai kesehatan fisik gak bisa jauh dari kesehatan mental. Keduanya saling berhubungan dan gak dapat dipisahkan. Kesehatan fisik berpengaruh pada mental dan sebaliknya.

Dalam hal ini, puasa juga punya manfaat untuk kesehatan mental. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan. Kita bahas satu-satu, yuk!

1. Puasa Dapat Mengurangi Stres

Ketika puasa, seseorang tanpa sadar memperbaiki pola makan. Misalnya, agar kuat berpuasa maka ketika pagi harus sahur terlebih dahulu. Pola makan baik akan menjaga hormon kortisol. Hormon kortisol tersebut bisa mengurangi stres.

Selain itu tubuh juga lebih banyak memproduksi hormon endorphin. Hormon endorphin juga berpengaruh dalam mengurangi stress. Tak hanya itu, terdapat hormon lainnya seperti serotonin, NGF, dan BDNF yang membantu membuat mood baik.

Coba Juga: Tes Tingkat Keparahan Stres

2. Memperbaiki Kualitas Tidur

Orang yang berpuasa biasanya menghindari melihat TV -atau media sosial- sampai larut malam. Mereka cenderung tidur lebih awal agar dapat bangun pagi untuk melakukan sahur. Juga, mereka merasa lelah seharian sehingga dengan mudah untuk tidur.

Tidur juga dapat menjaga kesehatan mental lo. Ketika lo memiliki cukup tidur, otak akan membantu lo fokus dalam menjalankan aktivitas. Maka sebaliknya, tidur yang kurang memiliki berbagai dampak negatif. Salah satunya, kurang tidur juga bisa menyebabkan kesulitan mengingat pada hal-hal di sekitar kita.

3. Meningkatkan Kemampuan Sosial (Social Skill)

Banyak tradisi yang dilakukan selama puasa. Biasanya ketika buka, keluarga atau teman berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Hal ini bisa meningkatkan kedekatan dan kelekatan antar anggota.

Namun, Tapi tetap hati-hati ya perseners! Jika ingin mengadakan buka bersama di kala pandemi Covid-19 ini, ingat untuk selalu menerapkan 3M, ya! Sebagai alternatif kalian bisa coba memasak hidangan untuk buka bersama keluarga di rumah. Bisa juga melakukan buka puasa secara virtual bersama teman.

Memasak Hidangan untuk Berbuka Dapat Meningkatkan Social Skill
Gambar oleh: Unsplash

4. Self-Control atau Kontrol Diri yang Baik

Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja. Ada beberapa pantangan yang gak boleh dilakukan. Misalnya berkata kasar, marah, berbohong, merokok, bahkan sampai berhubungan seksual.

Semua aktivitas kita sebenarnya berada penuh dalam kontrol kita. Kita sebenarnya bisa memilih untuk melakukannya atau enggak. Konsep reward dan punishment bisa mengambil peran dalam memutuskan sesuatu.

Kalau melakukan hal yang gak diperbolehkan saat puasa tersebut, bisa jadi terdapat punishment atau hal yang harus “dibayar”. Misalnya mengganti ulang puasa atau membayar denda tertentu. Punishment tersebut bisa membuat seseorang berpikir dua kali untuk melakukan pantangan puasa tersebut.

Orang yang berhasil gak melakukan pantangan puasa tersebut mendapatkan reward. Salah satunya adalah rasa puas terhadap kemampuan diri. Orang yang bisa mengendalikan diri untuk mematuhi “aturan” puasa berarti dia mampu memiliki self-control yang baik pula. Hal ini melatih diri untuk fokus terhadap apa yang bisa dikontrol dibandingkan apa yang gak bisa dikontrol.  

Baca Juga: Cara Mengontrol Emosi

Kondisi saat berpuasa membuat seseorang lebih bisa berempati dengan orang lain. Saat merasa lapar dan haus, seseorang menyadari adanya kondisi orang lain yang serba berkecukupan. Tak jarang, seseorang juga merasa “cukup” atas kondisinya.

Rasa empati tersebut terkadang membangkitkan inisiatif kemanusiaan. Banyak orang yang melakukan tradisi bagi takjil gratis sampai bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Hal tersebut bisa mengarah pada sikap altruisme.

Rekomendasi Youtube: “Ini Langkah Pertama Menjadi Sehat Mental (Cara Menjaga Mental)”

Dari Satu Persen

Puasa atau menahan gak makan maupun minum terdengar ekstrim untuk dilakukan. Namun, ternyata banyak penelitian yang justru membuktikan puasa memiliki banyak dampak baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Jadi, kegiatan puasa ini aman untuk dilakukan asalkan sesuai kebutuhan dan aturan ya!

Tapi gak menutup kemungkinan ketika berpuasa lo gak lagi baik-baik saja. Terutama mengenai kondisi kesehatan mental. Apalagi kalo lo lagi ngerasain berbagai macam masalah. Saran gue, lo bisa coba konsultasikan ke Psikolog Satu Persen. Lo bisa bebas bercerita tanpa takut di-judge!

Kalo lo tertarik untuk membaca konten edukasi seperti ini, sabi banget cek artikel lainnya di Blog Satu Persen. Ada banyak artikel dengan tema-tema menarik dan bervariasi yang bisa lo baca. Jangan lupa juga follow Instagram @satupersenofficial dan Youtube Satu Persen, ya!

Sekian untuk artikel hari ini! Semoga bisa menambah insight lo dan berkembang se-enggaknya Satu Persen tiap harinya menuju #HidupSeutuhnya!  See you!

References

Adelayanti, N. (2020, April 29). Discovering the Advantages of Fasting for Mental Health. https://ugm.ac.id/en/news/19358-discovering-the-advantages-of-fasting-for-mental-health

Garcia,V. (2020, July 21). Kenapa Harus Puasa Sebelum Operasi? https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2998639/kenapa-harus-puasa-sebelum-operasi

Gilavand, A., & Fatahiasl, J. (2018). Studying effect of fasting during Ramadan on mental health of university students in Iran: A review. J Res Med Dent Sci, 6(2), 205-9.

Imran Khan Cancer Appeal. (n.d.). The Physical Health Benefits of Fasting in Ramadan. https://www.ikca.org.uk/news/physical-health-benefits-fasting/

Ini, B. H. (2020, April 30). Selain Islam, 5 Agama Ini Juga Punya Tradisi Puasa. https://kumparan.com/berita-hari-ini/selain-islam-5-agama-ini-juga-punya-tradisi-puasa-1tK3nEFddFu/full

Khan, M. M. A., Nor, N. M., Mamat, N. M., Mohd-Shukri, N. A., & Bakar, W. A. M. A. (2018). Fasting in Islam: a combination of spiritual elevation and prevention of diseases. IIUM Medical Journal Malaysia, 17(2).

Kinanti, A. A. (2021, April 1). 7 Manfaat Puasa untuk Kesehatan Fisik dan Mental.  https://www.popmama.com/life/health/annas/manfaat-puasa-untuk-kesehatan-fisik-dan-mental/7

Meo, S. A., & Hassan, A. (2015). Physiological changes during fasting in Ramadan. J Pak Med Assoc, 65(5 Suppl 1), S6-14.

Mousavi SA, Rezaei M, Amiri Baghni S, Seifi M. Effect of Fasting on Mental Health in the General Population of Kermanshah, Iran. J Fasting Health. 2014; 2(2): 65‐70.

Muza, V. (2021, March 13). Does Fasting Reduce Stress and Anxiety? (The Truth).  https://www.catesnutrition.com/does-fasting-reduce-stress-and-anxiety/

Nikfarjam, M., Noormohammadi, M. R., & Mardanpour-Shahrekordi, E. (2015). The effect of fasting on emotional intelligence. National Journal of Laboratory Medicine, 4(4), 67-71.

Ramadhan, M. I., (2021, April 12). Manfaat Puasa untuk Kesehatan Fisik dan Mental. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3627292/manfaat-puasa-untuk-kesehatan-fisik-dan-mental

Toda, M., & Morimoto, K. (2004). Ramadan fasting – Effect on healthy Muslims. Social Behavior and Personality: An international journal, 32(1), 13-18.

Read More