putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

bagi

judi

Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Perbedaan Rasa Cemas (Anxiety) dan Takut Berlebih: Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Pernah gak, sih, kamu merasa khawatir akan kehidupanmu di masa depan akan menjadi seperti apa? Tak jarang ketika memikirkan hal ini, kamu seketika merasa cemas ditemani pikiran overthinking yang kadang melanda saat kamu hendak ingin beristirahat di malam hari, sehingga akhirnya kamu kurang istirahat lalu menjadi tidak produktif di keesokan hari, pernah?

Atau, ketika hendak melalui hari yang sangat penting seperti ujian akhir semester, sidang skripsi, interview kerja, dan lainnya kamu menjadi sangat takut akan kegagalan, mengecewakan, dan pikiran buruk lainnya akibat rasa takut melanda, pernah? Apakah rasa cemas dan takut ini merupakan satu kesatuan kalimat yang memiliki kandungan arti yang sama? Atau, justru berbeda?

Tak jarang masih banyak orang yang aku temui belum paham betul makna dari rasa cemas atau rasa takut di dalam dirinya sendiri sehingga mereka kesulitan untuk menghadapinya, apakah kamu demikian? Nah, di artikel kali ini aku akan membahas tentang cara membedakan rasa cemas dan takut di kehidupan sehari-hari serta bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya agar hidupmu gak menjadi semakin ambyar kedepannya. Sebelum lanjut membaca, jangan lupa untuk share artikel ini ke semua teman-temanmu supaya mereka juga mendapatkan insight yang sama sepertimu, ya!

Photo by Christopher Ott on Unsplash

Apa Itu Rasa Cemas dan Takut?

Rasa cemas dan rasa takut ternyata memiliki keterkaitan yang sangat dekat tetapi mereka mempunyai arti yang berbeda, lho! Sama seperti hubunganmu dengannya yang sudah dekat namun hanya dianggap sahabat, yhaa~ ayo ngaku~ Berikut ini aku ingin menjelaskan apa itu rasa cemas dan juga takut

1. Rasa cemas

Rasa cemas atau dalam bahasa inggris berarti anxiety berasal dari bahasa latin anxius yang memiliki arti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan sendiri menurut Schwartz (2000) merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan seperti sulit bernapas, hati berdetak kencang, dan berkeringat. Hal ini didukung dengan pernyataan Yusuf (2009) yang menyatakan anxiety (kecemasan) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas atau tekanan hidup sehari-hari.

Kalau menurutku pribadi, kecemasan merupakan kekhawatiran terhadap ancaman pada masa yang akan datang, ancaman disini berarti sesuatu yang belum terjadi seperti cemas akan masa depan, dimana hal-hal yang membuatmu takut juga dapat memicu rasa cemas muncul. Contoh lainnya adalah fobia dimana menurut penelitian yang pernah aku baca, memiliki definisi yaitu gangguan kecemasan.

Kamu akan merasa takut pada sesuatu hal yang bisa terjadi akibat otakmu mengasosiasikan hal tersebut dengan pengalaman buruk yang pernah kamu alami sebelumnya. Hal ini membuat otakmu berada dalam kondisi panik padahal tidak ada ancaman nyata yang sedang terjadi.

2. Rasa takut

Rasa takut sendiri menurutku adalah bentuk emosi yang timbul untuk merespon ancaman nyata yang terjadi. Contoh yang menggambarkan rasa takut adalah ketika kamu takut dengan ular berbisa dan saat hendak ingin ke dapur untuk memasak kamu bertemu dengan ular tersebut maka secara otomatis kamu akan merasa takut karena bisa jadi hidupmu dalam bahaya. Otakmu akan merespon gerak tubuhmu untuk mengusir ular tersebut atau malah lari menyelamatkan diri, respon ini sering diistilahkan dengan nama fight or flight.

“Jadi, secara sederhananya rasa cemas timbul akibat kekhawatiran yang mungkin saja bisa terjadi sedangkan rasa takut sendiri bagian dari respon alamiah yang dimiliki manusia ketika sesuatu hal yang kita takutkan terjadi sebagai bentuk mekanisme perlindungan diri.”

Dampak Rasa Cemas dan Takut Berlebihan

Rasa cemas dan takut sendiri tidak selamanya berarti negatif, lho. Fakta membuktikan bahwa rasa takut dapat berguna di dalam hidup karena rasa takut ini bisa membuatmu bertahan hidup. Rasa takut adalah sinyal atau tanda ketika kamu berada dalam sebuah bahaya, mereka akan hadir di dalam pikiranmu untuk membuatmu bisa menyelamatkan diri dari bahaya tersebut. Tetapi ketika rasa cemas dan takut ini terlalu berlebihan berada di dalam pikiranmu, ini justru akan membahayakan hidupmu. Maka, kenalilah dampak buruk akibat memiliki rasa cemas dan takut berlebihan yang dikutip dari healthline.

1. Mengganggu sistem pencernaan

Kecemasan dapat membuat adrenalin dalam tubuh meningkat sehingga dapat melemaskan otot terlebih otot yang bekerja untuk mencerna makanan karena berkurangnya aliran darah dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan mengganggu sistem pencernaan.

2. Mengganggu pola buang air kecil

Rasa cemas dan stress yang berlebih dapat membuat produksi urin semakin bertambah yang secara tidak langsung dapat mengganggu pola buang air kecil dalam tubuh. Hal ini biasanya terjadi pada orang yang mengalami kecemasan karena fobia.

3. Mengganggu respon sistem kardiovaskular

Rasa takut dan cemas dapat membuat percepatan detak jantung yang menyebabkan perubahan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit akibat peningkatan aliran darah. Orang yang sering mengalami kecemasan dan takut berlebih beresiko besar terkena penyakit serangan jantung.

4. Mengganggu pola pernapasan

Orang yang cemas memungkinkannya mengalami pernapasan yang semakin cepat. Hal ini dapat membuat paru-paru bekerja lebih keras daripada biasanya

Orang yang cemas dapat membuat hormon kortisol dalam dirinya melakukan pencegahan pelepasan zat yang menyebabkan peradangan dan mematikan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dari luar tubuh.

Cara Mengatasi Rasa Cemas dan Takut Berlebihan

1. Sadari dan terima

Ketika kamu merasa takut ataupun cemas, hal yang paling penting untuk kamu lakukan adalah dengan menyadari dan menerima rasa tersebut dalam dirimu. Menyadari dan menerima ini adalah hal yang terpenting karena kamu bisa melakukan refleksi diri, refleksi diri sendiri dapat dilakukan dengan bertanya pada diri sendiri, kenapa bisa merasa cemas atau apa yang membuatmu cemas. Hal ini biasanya sering dilupakan saat kita merasa cemas, takut ataupun overthinking, padahal reaksi ini perlu kita kuasai untuk bisa memilah-milih emosi yang perlu dan tidak perlu kita terima berlebihan dalam diri.

2. Cerita ke orang lain

Menceritakan masalah kita kepada orang lain dapat setidaknya meringankan beban yang kita miliki. Menceritakan masalah kepada orang lain menurutku pribadi adalah salah satu cara untuk mendapatkan sudut pandang baru dari orang tersebut, hal ini sangat berguna untuk mencapai sebuah solusi pemecahan masalah kita sendiri. Maka dari itu, kenapa Satu Persen memiliki layanan online konseling dan mentoring yang banyak mendapatkan rekomendasi dari orang yang sudah menggunakannya.

Mentoring-dan-Konseling

3. Evaluasi diri

Melakukan sebuah evaluasi diri dengan menanyakan kepada diri sendiri apa yang menjadi tujuanmu kedepannya, karena masih banyak orang termasuk aku juga pernah mengalaminya dimana rasa cemas dan takut muncul karena tidak adanya arah dan tujuan di masa depan. Fakta dari data yang dimiliki Satu Persen sendiri, masih banyak orang yang tujuan jangka panjangnya tidak sesuai dengan apa yang ia jalani saat ini. Maka memiliki tujuan hidup di awal, penting untuk menentukan hidupmu kedepannya.

4. Mengenali diri sendiri

Lebih memahami kemudian mengenali diri sendiri membuat kamu bisa mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri kamu sehingga cepat atau lambat kamu akan paham akan karakteristik dirimu. Hal ini bertujuan agar memudahkan langkahmu kedepannya untuk bisa mengetahui dan mengembangkan apa yang sebenarnya menjadi passion kamu, karena tak sedikit orang yang belum mengenali dirinya seperti apa sehingga membuatnya sulit untuk bisa berkembang kedepannya. Proses yang terpenting dalam mengenal diri sendiri adalah kamu harus jujur dan menerima akan semua fakta tentang dirimu, baik atau buruknya.

5. Bertanya pada diri sendiri

Tanyakan pada diri sendiri, memang apa saja hal terburuk yang akan menimpamu di masa depan. Hal ini bertujuan agar dirimu siap menghadapi apapun rintangan dan kegagalan karena pada dasarnya kecemasan adalah ketakutan akan sesuatu hal yang belum pasti terjadi. Sehingga kamu semua bisa mengantisipasinya dengan menuliskan apa saja hal terburuk yang akan menimpa ketika kamu hendak melakukan sesuatu, maka dengan begitu rasa cemas dan takut akan bisa kamu atasi.

Segitu dulu dari aku, akhir kata aku mau menutup artikel ini dengan pernyataan dari salah satu artis idola ku Dimas Danang yang bunyinya kurang lebih seperti ini “ketakutan adalah mendo’akan sesuatu hal yang tidak kamu inginkan tapi apakah takut boleh? Boleh karena itu sistem mekanisme pertahanan diri yang manusia miliki, amigdala lah yang bekerja saat itu. Ada karena ada fungsinya, tapi jika rasa takut berlebihan menguasai maka balik lagi ke pernyataan awal, segala sesuatu hal yang berlebihan itu dapat merugikan.

Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar cara mengatasi rasa cemas berlebihan tonton video Satu Persen berikut video mengatasi rasa cemas dengan cara meditasi. Kalau kamu sedang merasa mengalami rasa cemas atau takut berlebihan, aku sarankan kamu mencoba layanan konseling Satu Persen. Kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog secara one-on-one supaya psikolog bisa membantumu menemukan solusi paling tepat untuk mengatasi rasa cemas atau takutmu. Satu Persen juga menyediakan layanan tes sehat mental gratis yang bisa kamu coba jika kamu ingin mengecek kondisi kesehatan mentalmu belakangan ini.

Jangan lupa buat terus pantengin informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Aku harap lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Thanks!

Referensi

Kristeen Cherney. 2020. Effects of Anxiety on the Body: Medically reviewed by Timothy. J. Legg, Ph.D.,CRNP. https://www.healthline.com/health/anxiety/effects-on-body#1

Steven Schwartz, S. 2000. Abnormal Psychology: a discovery approach. California: Mayfield Publishing Company.

Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene: Terapi Psikospiritual untuk Hidup Sehat Berkualitas. Bandung (ID): Maestro.

Sumber Gambar

https://unsplash.com/photos/KzvMsXgJ1VU

Read More
judi

Penyebab Panic Attack bagi Remaja (Gejala, Faktor, Cara Mengatasi)

Penyebab-Panic-Attack-bagi-Remaja
Gambar oleh Satu Persen – Penyebab Panic Attack bagi Remaja

Well, halo, Perseners! How’s life? Semoga baik-baik aja ya.

Kenalin gue Vidha dari associate writer Satu Persen yang sedang tertekan dengan ambisinya sendiri Lo gimana? Apakah ambisi kalian membuat kalian juga merasakan tekanan?

Jangan biarkan ambisi lo malah bikin lo stres ya karena stres itu bisa mendatangkan banyak hal yang gak jarang dampaknya negatif. Salah satu contohnya adalah terkena panic attack.

Lo pernah gak rasain panic attack? Gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba rasanya nyawa udah di ujung leher. Buat lo yang mungkin pernah merasakan hal kayak gini, tapi gak tau ini apa, mangga bisa dicek artikel ini!

sumber: @csilva0188 on Pinterest
sumber: @csilva0188 on Pinterest

Apa Sih Panic Attack Itu?

Menurut Psychology Today, panic attack atau serangan panik adalah serangan cemas dan takut yang meliputi gejala fisik dan psikologis. Ketakutan yang lo rasain itu gak masuk akal dan gak sesuai sama kejadian yang sedang terjadi sekarang.

Setiap orang normalnya mengalami panic attack ini sekali, tapi kalo lo merasa panic attack ini berulang-ulang dalam waktu yang relatif singkat, itu bisa menjadi tanda sebagai panic disorder.

Terus, apa sih gejala yang biasanya terjadi sama orang yang lagi panic attack?

  • Merasa bahaya akan datang menghampiri
  • Takut lost control atau takut akan kematian
  • Jantung yang berdebar cepat
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Sesak napas atau merasa adanya penyempitan tenggorokan
  • Panas dingin
  • Mual
  • Kram perut
  • Sakit di bagian dada dan kepala
  • Kesemutan
  • Derealisasi

Lo bisa dibilang kena panic attack kalo setidaknya merasakan 4 dari gejala di atas.

Baca juga: Panic Attack: Definisi dan Cara Mengatasi

Panic attack ini biasanya berlangsung selama 5-20 menit, tapi ya gais rasa ‘gak enak’nya itu bisa sampe seharian. Durasinya tergantung pada individu masing-masing.

Panic attack ini hampir mirip sama anxiety attack, bedanya panic attack itu lebih intense dengan waktu yang relatif lebih singkat.

Panic attack itu sebenernya gak berbahaya, tapi ya gak nyaman aja.

Gue sendiri pernah /read/ lumayan sering kena panic attack dengan gak ada alasan. Pernah lagi kelas on cam tiba-tiba kayak lost sendiri gitu, deg-degan, panikkkkkk bangett, tapi gak tau panik kenapa. Terus keringetan, terus aaaaaa rasanya pengen teriak loncat-loncat, tapi harus tetap tenang karena on cam. Mau off cam nanti takut di-kick sama host hhh.

sumber: Allison Brandt on Pinterest
sumber: Allison Brandt on Pinterest

Tapi yang serem sih sebenernya adalah pengalaman pertama panic attack karena lo gak tau apa namanya dan mikir lo emang beneran mau mati. Pengalaman pertama panic attack gue adalah ketika masih tinggal di kosan. Sendirian. Jam setengah 12 malem lagi enak-enak tidur terus kebangun gara-gara sesek napas, keringetan, gemeteran, dan rasanya bener-bener kayak mau mati.

Mau nelpon mama papa takut mereka ikutan panik. Kan gak lucu gitu ya, mana beda kota. Udah mikirin kalo nanti gue mati di sini, siapa yang tau? Terus gue buka pintu kosan lebar-lebar biar kalo gue kenapa-napa orang bisa tau gitu HAHA. Gue ambil wudhu, terus sholat, terus nangis bener-bener setakut itu. Abis itu gue tiga hari nginep di kosan temen biar gak keulang lagi ((tapi masih keulang sampe semingguan gitu)) abis itu ilang sendiri.

Sekarang sih karena udah tau kalo ini namanya panic attack, jadi lebih santai kalo emang tiba-tiba kena panic attack. Meskipun ya tetep takut lah ya kalo misalkan emang gimana-gimana.

sumber: @myeasytheraphy on Instagram
sumber: @myeasytheraphy on Instagram

Jadi kalo lo merasa gejala-gejala di atas, jangan dibawa panik. Berusaha tenang dan mikir bahwa ini bakalan berlalu, dan lo bakal baik-baik aja.

Nah, karena lo udah tau nih gejala dari di panic attack itu gimana. Sekarang gue bakal bahas apa sih penyebab dari panic attack itu sendiri.

Penyebab Panic Attack

Sampai hari ini belum ada penelitian yang jelas tentang apa yang menyebabkan orang bisa kena panic attack, tapi beberapa penelitian yang mengatakan penyebab panic attack di antaranya yaitu:

Genetik

Faktor genetik adalah suatu kondisi di mana pendahulu (dalam garis hubungan darah yang sama) sangat berpengaruh dengan keadaan generasi-generasi penerusnya. Kalo lo punya keluarga yang juga pernah mengalami panic attack atau punya panic disorder, ini bisa jadi penyebab lo kena panic attack.

Stres berat

Stres berat adalah kondisi ketika lo mengalami tekanan mental atau emosional yang berlebihan. Stres berat itu bakal berpengaruh sama fisik dan mental lo. Ini juga yang bisa jadi salah satu penyebab panic attack datang tiba-tiba kayak tahu bulat dadakan.

Ikuti juga tes online gratis Tingkat Keparahan Stres

sumber: Sparky Thomson on Pinterest
sumber: Sparky Thomson on Pinterest

Ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak

Otak manusia adalah tempat di mana semua yang terjadi dalam tubuh lo diatur. Jutaan senyawa kimia yang berfungsi untuk mengatur tubuh kita. Jadi kalo misalkan senyawa-senyawa di dalam otak itu gak seimbang, akan terjadi gangguan fungsi dalam tubuh lo, termasuk salah satunya adalah panic attack.

Mental health issues

Dikutip dari Psychology Today, remaja dan dewasa muda yang mengalami panic attack seringnya memiliki gangguan mental lain seperti OCD (obsessive compulsive disorder), anxiety, mood disorder, eating disorder, atau gangguan penggunaan zat.

sumber: Nyawn on Pinterest
sumber: Nyawn on Pinterest

Faktor Risiko Panic Attack

Selain penyebab-penyebab terjadinya panic attack, berikut ini juga ada faktor risiko yang dapat membuat panic attack lo sering muncul atau lebih parah sampai menyebabkan panic disorder.

Sejarah keluarga yang pernah kena panic attack

Sama dengan penyebab panic attack, sejarah keluarga yang pernah mengalami panic attack akan membuat risiko terkena panic attack lebih besar.

Stress berat dalam hidup

Stres berat dalam hidup ini adalah stres karena hal yang besar banget dalam hidup lo, meliputi didiagnosis penyakit parah, kehilangan orang yang disayang, dan lain-lain.

Gue sendiri pernah ada pengalaman panic attack pas baru mengunjungi almarhumah nenek gue di kamar jenazah. Itu sakitt bangettt! Nangis sampe sesak napas, gemeteran, mau pingsan, pokoknya parah lah. Tapi menurut gue kala itu adalah hal yang wajar terjadi. Siapa sih yang enggak sedih dan syok ditinggal orang yang dia sayang?

Kejadian traumatis

Kejadian traumatis di sini meliputi kecelakaan parah, pelecehan seksual, bencana alam, dan hal yang bikin lo trauma.

Baca juga: Post-Traumatic Disorder Penjelasan Lengkap

Perubahan besar dalam hidup

Perubahan besar dalam hidup juga bisa menjadi faktor risiko lo mengalami panic attack. Perubahan besar ini bisa jadi setelah bercerai, setelah mempunyai bayi, pindah rumah yang jauh dari asal, dan lain-lain yang menurut lo itu bakal signifikan banget buat perubahan dalam hidup lo.

Rokok dan kafein yang berlebihan

Dua hal ini bisa mempengaruhi senyawa kimia dalam otak lo jadi gak seimbang kalo dikonsumsi secara berlebihan. Kalo udah gak seimbang, bisa memunculkan banyak masalah, salah satunya panic attack ini.

Pengalaman kekerasan di masa kecil

Faktor risiko ini berkaitan dengan kejadian traumatis, tetapi lebih berlangsung lama seperti kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual yang lo dapatkan ketika kecil.

Kalo lo merasa panic attack ini mengganggu lo, lo bisa nonton video di bawah ini biar lebih ada pencerahan.

YouTube Satu Persen – Cara Mengatasi Kecemasan Berlebihan

Kalo masih kurang, coba deh lo ikutin program konseling Satu Persen untuk membuat lo sekiranya bisa bercerita dan berkeluh kesah sama psikolog Satu Persen. Lo juga bisa dapet psikotes sebelum konseling dan worksheet sesudah konseling.

Satu-Persen-Artikel--23-

Semoga dari konseling itu lo bisa dapet masukan dan saran dalam mengendalikan atau mengurangi panic attack yang terus datang dan mengganggu kehidupan lo.

At the end, semangat terus ya. Panic attack gak berbahaya kalo lo bisa menanganinya dengan baik, tapi sebaiknya juga enggak diremehkan keberadaannya karena semua gangguan itu menandakan ada yang salah dan harus diperbaiki dalam diri kita.

Cheers!

Referensi:

Panic Attack. (2017). Retrieved April 1, 2021, from https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/panic-attack#:~:text=The physical symptoms of a,heat%2C and increased heart rate

Mayo Clinic Staff. (2018). Panic attacks and panic disorder. Retrieved April 1, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/panic-attacks/symptoms-causes/syc-20376021

Read More
judi

Efek Negatif Cancel Culture bagi Kesehatan Mental dan Cara Mengatasi

Efek Negatif Cancel Culture bagi Kesehatan Mental
Satu Persen – Efek Negatif Cancel Culture bagi Kesehatan Mental

Halo, Perseners!

Kenalin aku Fathur, Part-time Blog Writer di Satu Persen.

Akhir-akhir ini banyak public figure terkenal yang tertimpa kasus skandal hingga membuat mereka ramai dihujat oleh netizen. Tapi, gimana kalau yang terkena skandal itu adalah artis favorit kalian? Apakah kalian masih ingin menjadi pendukungnya atau malah jadi menghujat karena kesalahannya?

Salah satu contoh kasusnya adalah kasus Kim Seon Ho, artis dari Negeri Ginseng yang terkenal dengan aktingnya di serial drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha. Kim Seon Ho menjadi sasaran amarah netizen ketika dituduh memaksa aborsi dan melakukan gaslighting kepada mantan pacarnya. Akibatnya, citra yang sudah dibangunnya selama ini menjadi runtuh karena satu berita buruk tentangnya.

Kemudian ada informasi lanjutan dari Dispatch yang mengatakan bahwa pernyataan dari mantan pacar Kim Seon Ho sebelumnya banyak yang gak sesuai fakta. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Kim Seon Ho tetap harus menghadapi masalah tersebut meskipun sudah mendapatkan simpati dari fansnya kembali.

Kim Seon Ho meme
Sumber: pinterest.com

Perseners tau gak, kalau yang dilakukan netizen ketika memboikot perilaku Kim Seon Ho atas skandalnya itu dinamakan cancel culture?

Istilah cancel culture ini sebenarnya sudah gak asing lagi bagi kalian yang sering bermain di media sosial. Tapi, kali ini aku bakal kasih tau Perseners soal cancel culture lebih lanjut biar kita paham bareng-bareng.

So, tetap baca sampai akhir, yah!

Baca juga: Gaslighting: Bentuk Abusive Relationship yang Mengarah Pada Kekerasan Seksual

Apa itu Cancel Culture?

Jika kita pisahkan terlebih dahulu, “cancel” mempunyai arti membatalkan, sedangkan “culture” sendiri memiliki pengertian sebagai budaya. Maka apa sih sebenarnya makna dari istilah “budaya membatalkan” ini?

Cancel culture adalah tindakan seseorang atau kelompok untuk menolak seseorang karena perilaku atau komentar yang dianggap salah oleh sebagian orang itu hal yang salah dan gak menyenangkan. Akibatnya, seseorang yang terkena cancel culture bisa aja didepak dari ruang lingkup sosialnya sendiri, bahkan dikucilkan oleh banyak orang.

Selain itu, hal gak menyenangkan pada cancel culture biasanya berupa tindakan dan komentar sensitif yang menyinggung tentang seksualitas, rasisme, agama, dan antargolongan (SARA). Misalnya dengan diketahuinya melakukan skandal yang memalukan, pandangan politik yang terlalu ekstrim yang berbeda, ataupun kasus seperti bullying kepada seseorang.

Sementara itu, karena aktivitas media sosial yang telah masif digunakan, membuat orang biasa pun dapat mengalami cancel culture dan sangat berdampak pada kesehatan mental. Nah, berikut hubungan cancel culture dengan kesehatan mental kita.

Dampak yang Dirasakan Korban Cancel Culture

Terlepas dari kebermanfaatan cancel culture untuk memerangi skandal penting dan isu mengenai SARA. Cancel culture juga memiliki dampak gangguan kesehatan mental bagi seorang individu yang menjadi korbannya.

1. Munculnya rasa malu

shy - malu
Sumber: kidsgrid.id

Dilansir dari Vogue, cancel culture sangat berdampak pada rasa malu karena telah diungkapkannya berbagai kesalahannya dan melanggar berbagai aturan sosial yang ada di masyarakat. Rasa malu ini juga akan berdampak pada diri kita secara langsung, bahkan menghantui setiap waktu dan di manapun berada. Misalnya ketika seseorang memviralkan video aib kamu dan menyebarkannya, ataupun hanya karena seutas tweet yang opininya sangat berbeda dengan aturan sosial pada umumnya.

Merasa malu memang wajar dan manusiawi. Tapi dengan adanya rasa malu, membuat seorang yang di­-cancel akan cenderung gak mengulangi perilaku tersebut. Oleh karenanya, orang yang bangkit dari rasa malu akan lebih teliti untuk kedepannya.

2. Rentan terkena cyberbullying

Cyber bullying meme
Sumber: imgflip.com

Media sosial memang sudah menjadi tempat penegakan hukum kedua setelah ruang pengadilan. Dalam beberapa menit seorang yang di-cancel bisa diserang secara verbal oleh ribuan orang secara terus-menerus karena satu kesalahan yang dibuat dalam media sosial. Cyberbullying ini bentuknya bermacam-macam, bisa jadi kamu dihujat oleh kata-kata kasar, diserang oleh komentar sinis, ataupun merendahkan kamu yang membuat kerugian secara pribadi.

Dalam jurnal yang diterbitkan pada tahun 2016, Chris Natalia mengatakan bahwa cyberbullying akan mengganggu kondisi psikis seseorang, bahkan bisa berdampak menyebabkan memakan korban. Hal ini diakibatkan karena adanya tekanan yang diterima secara berkepanjangan dan gak bisa dihandle oleh seorang yang di-cancel.

3. Terkena isolasi sosial dan kesepian

spongebob thinking meme
Sumber: pinterest.com

Terkena isolasi sosial atau dikucilkan dari masyarakat membuat seorang yang di-cancel akan menjadi lebih kesepian. Hal ini akan berdampak untuk memicu stres dan rasa cemas karena harus jauh dari orang terdekat dan lebih banyak merenung dalam kesendirian.

Selain itu, kesepian juga akan berdampak kepada kualitas fisik kamu. Misalnya kamu akan lebih lelah fisiknya karena kesepian membuat kamu lebih susah tidur. Alhasil, seorang yang di-cancel akan sulit untuk bisa produktif pada kesehariannya. Mau tau apakah kamu sedang merasa kesepian atau tidak? Coba deh ikut tes tingkat kesepian di sini.

Baca juga: Perbedaan Kesepian dan Kesendirian: Mana yang Berbahaya?

4. Mengharuskan tampil perfeksionis

patrick sempurna meme
Sumber: memegenerator.net

Tentu manusia sendiri adalah makhluk yang gak sempurna. Tapi dalam cancel culture semua orang akan mengabaikan sifat kita yang gak sempurna dan menghalangi potensi kita untuk berkembang.

Di saat seseorang terkena canceling, maka orang tersebut harus secepatnya untuk meminta maaf kesalahannya. Bahkan jika permintaan maaf yang terlalu cepat akan dianggap gak tulus, sedangkan permintaan maaf yang terlalu lama malah dianggap paksaan.

Maka dari itu, seorang yang di-cancel dituntut selalu cemas jika terjadi kesalahan yang sedang menimpannya dan lebih teliti agar tidak mengulangi di lain kesempatan.

5. Mengalami depresi

depression illustration
Sumber: pixabay

Seseorang yang terkena ­cancel culture akan banyak dibilang jahat dan gak berpendidikan. Semakin banyak masyarakat yang bilang kalau kamu itu jahat, maka semakin banyak juga pikiran yang berpotensi menyebabkan kamu depresi. Alhasil, kamu jadi sulit berpikir, kehilangan semangat, menurunnya perasaan

Maka dari itu, seorang yang depresi ketika terjadi cancel culture akan menyebabkan perasaan sedih selama berminggu-minggu. Bahkan setiap bangun kamu akan dilanda oleh rasa takut dan tegang di dada karena dihantui selalu oleh pikiran negatif.

Apa yang Kita Bisa Lakukan?

Sebenarnya banyak cara untuk mengatasi perasaan bersalah ketika kamu mengalami cancel culture. Kita pun gak bisa mengontrol perilaku orang lain melakukan canceling, maka yang paling ampuh adalah mengontrol perasaan dan pikiran kita sendiri. Hal ini juga dilakukan agar kamu gak terjebak dan larut dalam kesedihan akibat terkena canceling.

Selain itu, kamu juga bisa melatih untuk melakukan permintaan maaf di depan umum. Saat melakukan permintaan maaf, kamu gak boleh defensif dan harus mengakui kesalahan dengan tulus kepada korban atau masyarakat yang telah kamu rugikan

Tapi kalau kamu masih sulit untuk melakukan saran-saranku, juga kamu gak bisa menahan dampak akibat cancel culture. Maka aku saranin kamu bisa melakukan konseling ke Satu Persen.

Psikolog Satu Persen juga memiliki lisensi resmi, jadi kamu gak perlu khawatir lagi buat mencoba layanannya. Selain itu, Satu Persen juga punya banyak testimoni yang bisa kamu baca di website-nya. Kalau kamu mau kepoin lebih lanjut tentang layanan konseling Satu Persen, kamu bisa klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-23

Akhir kata, aku Fathur Rachman pamit undur diri. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya!

Referensi:

Chris, N. (2016). Remaja, Media Sosial dan Cyberbullying. Jurnal Ilmiah Komunikasi, 5(2), 119–139.

Silverton, L. (2021). All The Reasons Why Cancel Culture Is So Toxic For Our Mental Health. Vogue.Co.Uk. https://www.vogue.co.uk/beauty/article/cancel-culture-toxic-for-mental-health

Rutledge, P. (2021). Cancel Culture: Accountability or Bullying? Psychologytoday.Com. https://www.psychologytoday.com/us/blog/positively-media/202103/cancel-culture-accountability-or-bullying

Read More
judi

Toxic Positivity: Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Toxic Positivity: Dampaknya bagi Kesehatan Mental
Toxic Positivity: Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Halo, Perseners! How’s life?

Kenalin, nama gue Hana. Gue di sini menulis sebagai Associate Writer dari Satu Persen.

Pasti ada dari kalian yang akhir-akhir ini lagi gak baik-baik aja. Mungkin ada yang lagi dapet cobaan atau mengalami kegagalan. Lalu, gimana sih cara kalian menghadapi perasaan yang kurang enak itu?

Mungkin ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan berusaha untuk tetap berpikir positif. Tentunya, gak ada yang salah dari bersikap optimis kayak begitu. Akan tetapi, kalau dilakukan secara berlebihan, yang ada malah menambah masalah baru—alih-alih menyelesaikan masalah dan bikin lo merasa lebih baik.

Pernah dengar tentang toxic positivity? Nah, istilah yang lagi lumayan rame di media sosial ini sering digunakan untuk menggambarkan sikap “terlalu positif” tadi.

Tapi, toxic positivity itu sebenernya apa sih? Yakin udah bener-bener paham sama toxic positivity?

Apa Itu Toxic Positivity?

Sederhananya, toxic positivity adalah keyakinan yang gak wajar bahwa kita harus berpikir positif dalam situasi apapun. Bahkan ketika pada faktanya kita lagi gak baik-baik aja. Sehingga, sikap positif tersebut justru malah merugikan alih-alih memberi dampak baik.

Terus gimana dampaknya? Well, sama seperti hal lainnya, sikap positif yang berlebihan dapat berakhir menjadi racun. Iya sih, niatnya baik, yaitu mau ngasih semangat supaya gak sedih terus. Tapi, sikap positif yang udah di tahap toxic gak akan bikin orang yang mendengarnya merasa lebih baik.

Toxic positivity dapat berupa pembungkaman emosi negatif yang sebenernya gak apa-apa buat diekspresikan. Bisa juga dengan bersikap menyepelekan kesedihan alih-alih memvalidasinya. Hal itu bisa bikin orang malah menekan perasaan yang sebenarnya dan berpura-pura bahagia.

Ucapan penyemangat yang mengandung toxic positivity gak hanya dilakukan kepada orang lain aja. Ternyata, kita juga bisa menjadi pelaku toxic positivity kepada diri sendiri, lho! Misalnya, dengan maksain diri buat selalu kelihatan hepi.

Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Berpikir positif sebenernya bagus buat kesehatan mental kita. Ada banyak bukti dari buku dan studi mengenai manfaat berpikir positif. Misalnya, jadi lebih menghargai diri dan mencegah bunuh diri.

Akan tetapi, ditemukan pula bahwa berpikir positif bukanlah satu-satunya cara yang selalu bisa digunakan dalam menghadapi semua masalah. Dukungan dari orang lain dan keyakinan terhadap diri sendiri juga menjadi faktor keberhasilan dalam menghadapi tantangan hidup. Kalo cuma maksain buat berpikir positif, nanti jatuhnya jadi berlebihan atau toxic positivity.

Mungkin lo jadi bertanya-tanya. Terus, gimana dong cara membedakan berpikir positif yang wajar dan toxic positivity?

Umumnya, toxic positivity ditandai dengan menutupi atau mengabaikan perasaan yang sebenarnya, menghilangkan emosi secara langsung, invalidasi emosi, mempermalukan orang yang mengungkapkan perasaan negatif, dan lain-lain. Berpikir positif yang benar tentu bukan dengan cara seperti ini ya, guys.

Gak cuma bikin seseorang merasa bersalah ketika merasakan emosi negatif, toxic positivity juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental, lho. Terutama kalo toxic positivity terus-menerus dilakukan.

Baca Juga: Toxic Positivity: Niat Berbuat Baik, Malah Bikin Buruk

Dampak Toxic Positivity: Sisi Gelap Menjadi Terlalu Positif

Sebagai manusia, wajar aja dong kalo kita merasa marah, sedih, atau lagi gak semangat. Soalnya, hidup juga gak selalu menyenangkan. Kadang kita mengalami hal-hal yang gak diinginkan. Jadi, kita gak perlu maksain diri buat selalu dalam mode “positive vibes”, kok!

Selain itu, toxic positivity juga bisa berdampak buruk buat kesehatan mental kita. Efeknya gak cuma sesaat aja, tapi bisa dalam jangka panjang juga.

Wah, emangnya bisa sampe seburuk apa, sih?

1. Toxic positivity bikin ngerasa malu sama emosi sendiri

Maksain buat berpikir positif ketika lagi ngerasa sakit cenderung bisa ngebuat seseorang menderita dalam diam. Kita menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya karena takut dinilai negatif, lemah, atau gak asyik. Kalo udah kayak begitu, biasanya kita jadi malu kalo diminta buat jujur mengenai perasaan kita.

Rasa malu sendiri merupakan sesuatu yang cukup mengganggu. Biasanya, kalo udah malu duluan, pasti susah banget buat diusahain jadi berani. Bener, gak?

Nah, supaya nanti gak perlu malu lagi sama apa yang kita rasakan, yuk kurangi toxic positivity dari sekarang! Mending banyak-banyakin memvalidasi perasaan dan berdamai sama kehadirannya 🙂

Baca Juga: Marah Bagian Dari Kita: Bagaimana Mengatasinya?

2. Toxic positivity berarti menekan emosi yang sebenarnya dirasakan

Sebuah studi menemukan bahwa mengekspresikan emosi, bahkan yang negatif sekali pun, ternyata membantu kita untuk mengatur respon stres. Menekan emosi dengan bertindak seolah-olah gak ada apa-apa malah meningkatkan kadar stres di dalam diri kita.

Artinya, kita bisa menarik kesimpulan bahwa menekan emosi gak akan mengurangi masalah. Justru terus-terusan menekan emosi malah memunculkan kebiasaan yang gak sehat. Sehingga, penting banget nih buat belajar menerima emosi, termasuk emosi yang menyakitkan.

3. Merasa terisolasi gara-gara toxic positivity

Bersikap seolah-olah selalu tangguh karena toxic positivity malah membuat kita seperti bukan manusia sewajarnya. Akhirnya, kita jadi gak terkoneksi lagi dengan diri sendiri, dan orang lain pun jadi sulit juga buat terkoneksi sama kita.

Padahal, lo bisa minta bantuan kepada orang terdekat pas lagi gak baik-baik aja. Tapi, toxic positivity bikin lo gak bisa jujur bahwa sebenernya lo butuh pertolongan. Kalo udah begitu, gak heran kalo lo mulai ngerasa terisolasi.

Bersikap positif tanpa melakukan toxic positivity

Menjadi “terlalu positif” itu gak selamanya baik. Oke, mungkin lo udah paham soal itu. Tapi, lo jadi kepikiran gak sih, gimana cara ngasih semangat yang benar tanpa toxic positivity?

Pada akhirnya, lo pasti pengen diri lo atau orang lain yang lagi gak baik-baik aja itu bangkit dari keterpurukan dan mulai optimis lagi. Tentunya, gak ada orang yang mau mikir negatif terus.

Well, kita bisa jadi suportif buat diri sendiri atau orang lain tanpa toxic positivity. Caranya? Kita harus lebih memperhatikan ucapan ketika lagi nyemangatin seseorang yang sedang gak baik-baik aja.

Nah, berikut adalah ucapan yang cenderung toxic dan sebaiknya lo hindari:

“Udah, pikirin yang bagus-bagus aja, deh.”

“Setiap kejadian buruk pasti ada alasan dan hikmah baik di baliknya, kok.”

“Kalo gue bisa, lo pasti juga bisa kok melaluinya.”

“Masih mending kalo cuma segitu. Bisa lebih parah lagi, lho!”

Alangkah lebih baik kalo lo melakukan validasi terhadap apapun yang dirasakan. Kalo posisinya lo lagi ngasih support ke orang lain, jangan lupa buat nanyain apa yang bisa kita bantu buat mereka. Bisa juga dengan bilang bahwa lo ada buat mereka.

“Pasti berat buat lo, ya. Wajar aja kalo lo jadi ngerasa sedih.”

“Tenang, gue di sini ada buat nemenin lo, kok. Lo gak sendirian.”

“Kira-kira ada yang bisa gue bantu gak, supaya lo ngerasa lebih baik?”

Gimana? Keliatan kan, bedanya?

Dengan validasi, orang jadi lebih ngerasa aman buat menerima emosi mereka. Menerima fakta bahwa lo terluka itu merupakan awal dari tahap pemulihan. Lo pasti juga bisa menilai sendiri kan, perkataan seperti apa yang lebih enak buat didengar dan diterima?

Coba Juga: Tes Tingkat Resiliensi: Belajar Bangkit Lagi Yuk!

gambar-orang-overthinking
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Oke, kita udah tahu apa itu toxic positivity dan bagaimana supaya gak melakukan itu. Tapi, gimana kalo lo belum punya support system yang gak melakukan toxic positivity, padahal lo lagi butuh banget buat divalidasi dan ditemenin? Atau gimana kalo lo udah punya support system yang tepat, tapi lo ngerasa itu belum cukup membantu?

Tenang aja, Perseners. Cari bantuan itu gak cuma sebatas ke orang terdekat aja, kok. Mungkin lo juga butuh yang namanya konsultasi sama psikolog. Dan kabar baiknya, Satu Persen punya layanan konseling online yang pastinya cocok buat lo.

Layanan konseling online hadir buat lo yang butuh bantuan klinis dan ditangani oleh psikolog. Nantinya, lo difasilitasi dengan psikotes, worksheet, dan juga bisa mendapatkan diagnosa. Gak cuma itu, lo juga bakal diberikan asesmen mendalam dan terapi apabila dibutuhkan. Tentunya, lo gak perlu takut mengalami toxic positivity kalo konseling sama Satu Persen.

Buat informasi selengkapnya, langsung aja klik gambar di bawah ini yah!

Satu-Persen-Artikel--30--6

Kalo lo ngerasa pembahasan di artikel ini masih kurang, lo juga bisa cari tahu lebih dalam tentang toxic positivity lewat video YouTube Satu Persen. Tinggal klik dan tonton aja video di bawah, ya!

Oke, cukup segitu dulu tulisan gue kali ini. Gue harap, artikel ini bisa bermanfaat buat lo yang lagi butuh, ya. Gak perlu khawatir, semua perasaan kalian itu valid buat dirasakan, kok. Semoga bisa cepat pulih, ya 🙂

Buat lo yang mungkin masih sering menyangkal emosi dan toxic positivity ke diri sendiri, lo gak berusaha sendirian, kok. Gue, lo, dan kita semua sama-sama belajar buat jadi orang yang lebih baik. Yang penting lo terus berproses, minimal #SatuPersen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Akhir kata, thanks a million!

Referensi

Quintero, S., Long, J. (2019). Toxic Positivity: The Dark Side of Positive Vibes. Retrieved on April 16, 2021 from https://thepsychologygroup.com/toxic-positivity/.

Villines, Z. (March 30, 2021). What to know about toxic positivity. Retrieved on April 16, 2021 from https://www.medicalnewstoday.com/articles/toxic-positivity.

Read More