putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

Apakah

judi

Apakah Kamu Ingin Bunuh Diri (Penyebab Manusia Bunuh Diri)

Oke, mungkin artikel kali ini akan sedikit dan sensitif terkesan mengerikan, bahkan menyeramkan, karena tema yang diangkat dan dibahas akan berkaitan dengan bunuh diri. Yap, bunuh diri. Tapi, ini bukan ajakan untuk kalian melakukannya. Melainkan akan sedikit membahas terkait kenapa orang bisa berpikiran untuk bunuh diri, apa saja faktor yang memengaruhinya, dan bagaimana cara menanganinya.

Topik dan bahasan seperti ini tentunya jarang, bahkan tidak akan pernah kalian dapatkan di sekolah pada umumnya. Namun, faktanya tiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan ini.

Oleh karena itu, simak terus artikel ini sampai selesai jangan lupa untuk di share ke seluruh teman-teman mu supaya mereka juga mendapatkan insight yang sama juga denganmu. Dan yang terpenting agar kalian semua juga lebih aware dengan diri sendiri serta lingkungan sekitar.

Kenapa Orang Bisa Bunuh Diri

Artikel kali ini dibuka dengan judul di atas, kenapa orang bisa bunuh diri. Pernah gak sih kalian bertanya dalam diri ‘kenapa ya orang bisa sampai melakukan aksi percobaan bunuh diri’ atau ‘apakah aksi ini sudah sampai menelan banyak korban jiwa?’ atau ‘seberat apakah masalah yang dipikulnya hingga pikirannya dengan lancang menyuruh untuk melakukan tindakan bunuh diri, yang dirasa mampu mengatasi beban hidup’.

Data yang dilansir dari WHO Global Health Estimate menyatakan bahwa pada tahun 2016 jumlah kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia mencapai 793.000 kematian atau 10,6 kematian per 100.000 penduduk. Hal ini setara dengan 1 kematian tiap 40 detik. Wow! Angka ini terbilang tinggi, ditambah fakta bahwa bunuh diri juga termasuk penyebab dari 1,4% kematian di seluruh dunia. Bahkan juga masuk pada peringkat 18 penyebab kematian terbanyak!

Bunuh diri sendiri juga merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kelompok usia muda dan produktif yakni 15-29 tahun. Kelompok usia tersebut dianggap rentan menghadapi dilema akibat memasuki fase kehidupan yang sering disebut dengan istilah Quarter Life Crisis. Kematian tertinggi jatuh pada jenis kelamin laki-laki dan sebesar 79% terjadi di negara yang berpendapatannya rendah dan menengah.

Lantas, apa yang menjadi penyebab terbesar orang bisa melakukan tindakan bunuh diri? Berikut adalah enam penyebab yang coba aku kutip dari Healthline, di antaranya:

1. Depresi

Termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya mengalami suasana hati yang buruk dan cenderung tidak stabil. Sehingga dapat memengaruhi tindakan, pikiran, perilaku, kecenderungan, dan perasaan seseorang.

2. Gangguan bipolar

Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis, menjurus ekstrem. Seseorang yang menderita ini akan mudah mengalami gejala mania (merasa sangat senang sekali) dan depresi (merasa sangat hancur dan terpuruk).

Contoh gangguan bipolar yang sempat viral beberapa tahun terakhir adalah ketika video seorang artis cilik, Marshanda, menari-nari, sedih, hingga tertawa-tawa dalam satu waktu bersamaan. Menandakan bahwa saat itu ia belum memiliki keseimbangan emosi dan jika dibiarkan bisa berakibat fatal.

3. Trauma masa kecil

Hal ini bisa terjadi salah satu faktornya mungkin di dalam keluarga ada riwayat dan upaya melakukan bunuh diri, pernah melihat perilaku bunuh diri, dan pernah menjadi korban pelecehan atau bullying di sekolah. Luka pasca trauma inilah yang jika belum sembuh total nantinya akan memperbesar peluang seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

4. Memiliki penyakit kronis

Penyakit kronis identik dengan penyakit yang sulit sekali untuk bisa disembuhkan. Bahkan ada beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Hal inilah yang membuat beberapa penderitanya kerap mengalami depresi, rasa keputusasaan, dan gangguan mental lainnya. Sehingga jika tidak ditangani dengan cepat maka tak jarang bunuh dirilah yang mereka ambil untuk jalan keluarnya.

5. Gangguan kesehatan mental

Gangguan mental yang dialami berlarut-larut dapat berupa gangguan kecemasan, gangguan emosi, gangguan kepribadian, sulit tidur, rasa kehilangan orang tersayang, dan lain sebagainya.

Jika hal ini dibiarkan terus berlarut-larut, akan membuatmu memiliki peluang yang besar untuk melakukan bunuh diri. Maka sadarilah mulai sedari dini. Akui, jangan pungkiri. Terima itu, lalu coba kamu selesaikan sendiri atau meminta bantuan kapada yang ahli.

6. Kesulitan mencari bantuan dan dukungan

Terkadang tak semua orang memang dapat mengerti masalah yang kita alami. Ingin cerita ke teman, tapi tak sedikit juga yang selalu membanding-bandingkan masalah yang kita ceritakan dengan masalah yang mereka alami. Katanya “Halah, baru segitu doang uda sedih, aku dulu pernah lebih parah lagi” atau “yaelah sedih mulu, bangkit kali! Masih muda semangatlah”, dan berbagai macam tanggapan lainnya.

Ingin datang ke psikolog takut dicap gila karena berbagai macam stigma yang saat ini masih ada di masyarakat. Akhirnya, merasa kesulitan untuk mencari bantuan dan dukungan.

Maka, Satu Persen di sini hadir untuk memberikan pengetahuan terkait kesehatan mental serta mengatasi berbagai macam gangguan kesehatan mental, salah satunya  layanan konseling online. Di sini kamu bisa menceritakan masalahmu dan mendapatkan solusi terbaik karena layanannya langsung ditangani oleh psikolog berpengalaman. Selain itu, Satu Persen memiliki koleksi tes online, salah satunya adalah tes sehat mental gratis yang bisa kamu coba nih.

Part--1---Introduction-to-Digital-Marketing-1

Upaya Pencegahan Bunuh Diri

Bunuh diri sampai saat ini belum didapatkan penyebab pastinya karena bunuh diri berkaitan juga dengan faktor seperti genetik, psikologik, organbiologik, dan sosiokultural, di mana faktor ini dapat saling melemahkan satu sama lain bahkan menguatkan terjadinya tindakan bunuh diri.

Pencegahan tindakan bunuh diri dapat dilakukan dengan langkah awal sebagai berikut. Pertama, gali ide bunuh diri yang mungkin dilontarkan dan dibahas oleh teman atau sanak keluarga secara perlahan-lahan.

Kedua, beri perhatian dan rasa peduli ketika melihat orang yang kalian kenal menunjukan tanda-tanda yang rentan untuk melakukan bunuh diri. Ingat, perhatian dan peduli kepada orang yang rentan ingin bunuh diri bukan sebagai modus untuk kalian dekati yang nantinya malah berujung sakit hati, yaa!

Ketiga adalah mengenali tanda-tandanya yang dapat kalian ketahui sebagai berikut:

1. ­Membicarakan tentang bunuh diri dan kematian

2. Mencari akses senjata api

3. Menarik diri dari pergaulan

4. Perubahan suasana hati ekstrem

5. Merasa putus asa, cemas, gelisah berlebihan

6. Konsumsi alkohol meningkat

7. Mulai memberikan barang-barang pribadi

8. Menyakiti diri sendiri

Maka sadarilah sedari dini tanda-tanda yang mungkin kamu atau temanmu miliki, sehingga nantinya bisa saling peduli. Hindari yang namanya toxic positivity, menasihati dan menyemangati tanpa mengetahui masalah yang mungkin temanmu alami.

Berbicara positiflah kepada temanmu yang sedang putus asa, kecewa, dan memiliki tanda-tanda seperti di atas memang tidak sepenuhnya salah tetapi hal yang perlu kalian ingat adalah ketahui dahulu akar masalah temanmu.

Dengarkan dia dan jangan langsung menasihati! Sebagian dari orang yang memiliki tanda-tanda di atas hanya perlu didengarkan keluh kesahnya. Sediakan telinga untuk mendengar bukan mulut yang terus menerus bicara, karena:

”Hal yang perlu kalian ketahui adalah tidak bisa membanding-bandingkan luka dengan luka karena setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda”

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Jika kamu atau kerabat kamu membutuhkan bantuan tenaga profesional, kamu  bisa mengikuti layanan konseling yang dimiliki oleh Satu Persen untuk membantumu memecahkan masalah yang tidak dapat kamu tangani sendiri karena kamu akan dibantu oleh ahlinya.

Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar cara mengatasi rasa depresi tonton video Satu Persen di bawah ini. Jangan lupa buat terus pantengin informasi dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial

Buat kamu yang masih penasaran tentang dunia kesehatan mental dan self-developement, bisa banget buat berkunjung ke channel Youtube Satu Persen! Kamu juga bisa baca-baca artikel lainnya dari Satu Persen dengan langsung kunjungi blog Satu Persen atau dengerin kisah-kisah insightful melalui Podcast Satu Persen.

Segitu dulu dari aku, aku harap lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu kuat dan bisa bangkit lagi dan lagi serta bisa berkembang menjadi lebih baik dan menuju #HidupSeutuhnya, seenggaknya Satu Persen setiap hari.

Aku Chandra, thanks!

Referensi

https://www.pustadin.kemenkes.go.id/Infodatin-Situasi-dan-Pencegahan-Bunuh-Diri

Raypole C. 2019. 6 Suicide Question You Weren’t Sure How to Ask. Medically reviewed by Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. https://www.healthline.com/health/why-do-people-commit-suicide

WHO Global Health Estimates  (http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/estimates)

Read More
judi

Perempuan Lebih Mudah Depresi: Apakah Benar?

depresi pada perempuan
penyebab depresi pada perempuan

Halo, Perseners. How’s life?

Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.

Akhir-akhir ini, lo pasti ngerasa kalo isu kesehatan mental lagi ramai dibicarakan, gak terkecuali mengenai depresi. Kelihatannya, orang-orang udah pada aware sama pentingnya kesehatan mental.

Tapi, lo tahu gak, Perseners?

Menurut yang dirilis oleh National Alliance on Mental Illness (NAMI), 1 dari 8 perempuan dinyatakan mengalami depresi dalam hidupnya; dua kali lipat dibandingkan laki-laki.

Lumayan jauh ya, perbedaan angkanya?

Nah, melalui artikel kali ini, gue bakal jelasin apa itu gangguan depresi, penyebab depresi, dan kenapa depresi lebih sering ditemukan pada perempuan.

Pengertian dan penyebab depresi

Sebelum membahas lebih jauh tentang depresi pada perempuan, gue pengen lo tahu dulu apa itu depresi secara umum.

Depresi merupakan gangguan mental yang serius, di mana penderitanya merasa sangat sedih secara terus-menerus. Umumnya, penderita depresi juga mengalami penurunan minat terhadap rutinitas harian maupun aktivitas yang sebelumnya mereka senangi. Nah, karena itulah mereka jadi kesulitan untuk bersemangat melanjutkan hidupnya.

Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition), ada beberapa kriteria seseorang dapat dikatakan menderita depresi, yaitu mengalami tekanan sepanjang hari, gak minat lagi sama aktivitas yang dulunya menyenangkan, serta sulit konsentrasi dan membuat keputusan.

Selain itu, penderita depresi juga sering merasa gak berharga, bersalah, marah, lelah ekstrem, dan gelisah. Gak cuma itu, mereka biasanya juga mengalami masalah tidur dan gangguan pola makan. Sehingga, kondisi fisiknya juga bisa ikut terganggu.

Kalo dibiarkan aja, kondisi penderita bisa semakin parah. Mereka mungkin banget berpikir tentang kematian, bahkan melakukan percobaan bunuh diri.

Baca Juga: Penyebab Manusia Bunuh Diri

Jadi, gue mau tekankan bahwa depresi itu gak sama dengan sedih. Sedih adalah emosi atau perasaan yang wajar, sedangkan depresi merupakan gangguan mental yang perlu diagnosa serta penanganan khusus dari psikolog supaya bisa pulih.

Ada beberapa faktor penyebab depresi, antara lain: riwayat dari keluarga yang juga menderita depresi, trauma di masa lalu, penyalahgunaan obat, kepercayaan diri rendah, mengalami sakit keras, adanya pengalaman buruk, kurangnya support system, dan lain-lain.

Tapi, gak semua orang yang mengalami hal-hal tadi dipastikan terkena depresi, ya. Inget, untuk mengetahui kondisi mental, lo perlu diagnosa dari tenaga profesional.

Penyebab depresi lebih rentan terhadap perempuan

Perbedaan angka yang dirilis oleh NAMI tadi pastinya bukannya tanpa alasan, guys.

Beberapa ahli percaya bahwa kedua jenis kelamin sama-sama berpotensi menderita depresi, namun laki-laki cenderung gak membicarakan suasana hati, apalagi sampe cari bantuan. Mungkin juga depresi pada laki-laki ditunjukkan dengan cara yang berbeda, seperti perilaku kekerasan, alih-alih pergi ke tenaga profesional.

Teori lain mengatakan bahwa meskipun kedua jenis kelamin bisa mengalami depresi, perempuan menjadi lebih rentan karena tekanan hidup dan faktor lingkungan tertentu yang lebih sering dialami oleh mereka.

Kalau yang dua tadi masih berupa teori, ada gak sih fakta yang udah teruji benar?

Sejauh ini, para peneliti berhasil hanya sebatas mengidentifikasi faktor biologis. Perubahan hormonal yang terjadi pada menstruasi bulanan menyebabkan perubahan mood. Beberapa perempuan juga rentan mengalami depresi setelah melahirkan atau selama transisi menuju menopause.

Tentunya kita tahu ya, bahwa menstruasi, hamil dan melahirkan, serta menopause hanya terjadi pada perempuan. Karena perbedaan hormon inilah yang membedakan depresi pada perempuan dan laki-laki menurut faktor biologisnya.

penyebab depresi: faktor biologis
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay

Gimana dengan faktor lainnya?

Perempuan juga lebih mungkin mengalami pengalaman berat tertentu seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, maupun ketidakpercayaan diri karena gak memenuhi standar kecantikan. Pengalaman semacam ini tentu berefek buruk dan bertahan lama di dalam otak.

Selain itu, pengalaman sehari-hari juga bisa jadi pemicu, lho. Di banyak tempat, perempuan lebih mungkin mengasuh baik anak kecil maupun orang lanjut usia. Hal itu dapat menyebabkan stres kronis yang berlanjut hingga tahap depresi.

Rata-rata perempuan lebih mengalami kemiskinan daripada laki-laki. Misalnya, pada ibu single-parent yang memiliki anak kecil, mereka dihadapkan oleh tuntutan menjadi ibu rumah tangga sekaligus bekerja, dan keduanya dilakukan sendiri. Makanya, gak heran kalo mereka cenderung mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi.

Apa yang bisa dilakukan untuk yang mengalami penyebab depresi?

Mungkin lo punya keluarga, teman, atau pacar perempuan yang menderita atau menunjukkan gejala depresi. Rasanya kepengen bantu, tapi gak tahu harus apa. Takutnya salah ucapan atau sikap, soalnya lo ngerasa awam sama masalah ginian.

Tenang aja, Perseners. Meskipun bukan tenaga profesional, lo bisa kok bantuin orang tersayang lo dalam menghadapi depresi. Tenang, tips ini udah disesuaikan dengan kapabilitas lo, ya.

Gimana sih caranya?

1. Pelajari tentang pengertian, gejala, dan penyebab depresi

Tentunya, lo harus tahu dulu apa itu depresi dan apa bedanya sama sedih biasa. Pelajari juga gimana perbedaan hormon pada perempuan. Supaya penanganannya gak salah, guys. Semuanya ada di internet, kok.

Tapi, jangan sampe malah self-diagnose, ya! Cukup dijadikan pengetahuan aja supaya lo gak terlalu nge-blank.

2. Dengarkan penyebab depresi yang dialaminya

Orang yang mengalami depresi pasti ada sebabnya, dan pastinya itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Jadilah pendengar yang baik, dengan cara active listening, jangan menghakimi, dan bertanya alih-alih membuat asumsi sendiri.

Tapi, jangan paksa mereka buat menjawab, ya. Lo harus sabar, memahami, dan beri mereka waktu serta kenyamanan.

3. Hadir di saat penyebab depresi menghantuinya

Dengan hadirnya lo di sisi orang yang menderita depresi, lo sudah cukup membantu, kok. Jangan biarin dia sendiri, ya! Kalo perlu, coba lo ajakin untuk melakukan sesuatu. Supaya pikiran dia bisa teralihkan ke hal-hal yang lebih baik.

4. Dukung dia untuk pulih dari penyebab depresi

Pada akhirnya, lo gak akan bisa ngobatin dia. Dan lo juga gak perlu susah sendiri bantuin dia yang depresi. Mungkin udah saatnya buat ajak dia ke tenaga profesional. Kasih dukungan emosional untuk menguatkannya dalam menjalani proses pemulihan.

5. Penyebab depresi juga bisa menyerang lo kalo kurang memperhatikan diri

Selain mereka yang mengalami depresi, lo juga perlu menjaga diri dan kondisi mental lo. Mendampingi penderita depresi itu sama sekali gak gampang, jadi wajar banget kalo mungkin lo ikut ngerasa capek.

Beri waktu buat diri lo juga. Jangan lupa istirahat, self-care, dan recharge energi. Supaya lo ada tenaga buat mendukung mereka yang berjuang menghadapi depresi.

Baca Juga: Self-Care: Penting untuk Dirimu

self care mengurangi penyebab depresi
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay

Sedangkan, kalo lo adalah penderita depresi, atau merasakan beberapa gejala depresi, hal-hal yang mungkin bisa lo lakukan adalah cari support system atau teman cerita, melakukan self-care, dan yang paling penting carilah bantuan ke tenaga profesional.

Kabar baiknya, depresi itu merupakan gangguan mental yang bisa disembuhkan. Dan kalo lo bingung mau cari bantuan kemana, well—kabar baik lagi buat lo, Satu Persen bisa bantu lo.

Satu Persen punya layanan konseling untuk menangani masalah klinis seperti depresi. Di situ, lo bakal ditangani sama psikolog yang udah ahli di bidangnya, dibantu dengan asesmen mendalam serta terapi. Selain itu, lo juga bisa mendapatkan diagnosa, biar lo gak bingung lagi.

Sebelum ikut konseling Satu Persen, mungkin lo bisa mulai dengan mengukur tingkat stres dan kondisi mental lo, supaya ada sedikit gambaran. Yuk, cobain tesnya di sini.

Selain itu, lo juga bisa nonton video YouTube dari Satu Persen tentang penyebab depresi. Tentunya, video ini cocok banget buat lo yang lagi pengen belajar banyak soal ini.

penyebab depresi

Segitu dulu tulisan gue. Semoga bermanfaat dan bisa memberi insight yang lebih luas. Perempuan maupun laki-laki, keduanya punya risiko terkena depresi, jadi gue harap kalian semua sehat selalu, ya! Jangan lupa untuk memperlakukan semua orang dengan baik 🙂

Yuk, berkembang bareng-bareng! Gak usah langsung banyak, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Akhir kata, thanks a million!

CTA-Konsultasi--1-

Referensi

Harvard Mental Health Letter. (May, 2011). Women and depression. Retrieved on January 10, 2020 from https://www.health.harvard.edu/womens-health/women-and-depression.

National Alliance on Mental Illness Press Release. (April 28, 2008). Women & Depression. 1 in 8; twice the rate of men. Retrieved on January 11, 2020 from https://www.nami.org/Press-Media/Press-Releases/2008/Women-Depression-1-in-8;-twice-the-rate-of-men.

Sirohi, S. (April, 2020). Depression in women. Retrieved on January 10, 2020 from https://www.priorygroup.com/mental-health/depression-treatment/depression-in-women.

Whelan, C. (March 30, 2017). Is It Depression or Sadness? Learn the Signs. Retrieved on January 10, 2020 from https://www.healthline.com/health/depression/depression-vs-sadness.

Read More
judi

Apakah Puasa Berpengaruh ke Kesehatan Mental?

Puasa jadi Sehat Mental?
Satu Persen – Puasa jadi Sehat Mental?

Hai Perseners! Pas baca ini kalian lagi ngapain nih? Lagi santai sambil rebahan kah?

Gue ketika nulis ini sambil makan hehehe. Tapi tenang, udah buka puasa kok!

Makan dan minum adalah kebutuhan primer setiap manusia. Manusia membutuhkannya untuk bisa bertahan hidup. Tapi, gimana kalau kita gak boleh makan dan minum?

Saat ini, beberapa orang tengah menjalankan puasa. Ketika puasa mereka gak diperbolehkan makan maupun minum dalam kurun waktu tertentu. Nah, kira-kira gimana pengaruh puasa ke kesehatan fisik atau mental ya? Apakah puasa bisa berdampak positif?

Kalian berada di artikel yang tepat untuk mengetahui manfaat puasa bagi kesehatan fisik maupun mental, simak sampai habis ya!

Fenomena Puasa yang Biasa Dijumpai

Sebelum bahas manfaat, kita bahas fenomena puasa yang sering kita jumpai terlebih dahulu.

Puasa sangat erat kaitannya dengan budaya keagamaan. Tak hanya Islam, puasa juga dilakukan oleh masyarakat beragama Katolik, Buddha, Hindu, maupun Konghucu. Tradisi setiap agama bisa jadi berbeda dalam melaksanakan puasa tersebut.

Puasa juga dilakukan pada ranah medis. Seseorang yang akan melakukan operasi besar biasanya dianjurkan untuk berpuasa. Salah satu tujuannya adalah mengosongkan saluran cerna. Sisa makanan pada saluran cerna bisa mempersulit tindakan operasi nantinya.

Puasa juga banyak dilakukan untuk diet. Istilah yang biasa kita dengar adalah “intermittent fasting”. Diet ini umumnya dilakukan selama 16 jam dengan waktu yang bisa lo tentukan sendiri. Jika diet umumnya mengatur mengenai pembatasan jenis makan, metode ini digunakan untuk mengatur atau membatasi jam makan.

Fenomena Puasa
Gambar oleh: Super Fast Diet

Aktivitas yang Berubah Ketika Puasa

Ketika menjalankan puasa, hal yang biasa kita tahu adalah menahan lapar dan haus dalam waktu tertentu. Namun, dalam menjalankan puasa gak hanya sebatas itu. Dalam beberapa agama, salah satunya Islam, ketika berpuasa gak diperkenankan berkata yang kurang baik seperti mengumpat atau memaki.

Ketika keadaan normal kita bisa makan 3 kali sehari bahkan lebih. Sedangkan, ketika berpuasa kita memiliki beberapa batasan yang telah diatur. Maka dari itu, perubahan aktivitas seperti itu bisa berpengaruh pada tubuh kita.

Aktivitas yang Berubah Ketika Puasa
Gambar oleh: Makeameme

Manfaat Puasa untuk Kesehatan Fisik

Puasa biasanya dilakukan sekitar 10-20 jam. Selama waktu tersebut, seseorang gak boleh makan, minum, dan beberapa pantangan lainnya. Meskipun dalam aktivitasnya terkesan ekstrim, ternyata puasa dapat memberikan dampak baik ke tubuh kita.

Puasa bisa melancarkan metabolisme tubuh, sebagai detoksifikasi tubuh secara alami, sampai menurunkan berat badan. Puasa juga membantu mencegah dari penyakit kronis seperti kanker maupun jantung, membantu mengontrol gula darah, dan menurunkan kadar kolesterol darah. Selain itu, puasa mampu meningkatkan fungsi dan struktur otak yang mampu mencegah masalah seperti Alzheimer dan Parkinson.

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental

Jika berbicara mengenai kesehatan fisik gak bisa jauh dari kesehatan mental. Keduanya saling berhubungan dan gak dapat dipisahkan. Kesehatan fisik berpengaruh pada mental dan sebaliknya.

Dalam hal ini, puasa juga punya manfaat untuk kesehatan mental. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan. Kita bahas satu-satu, yuk!

1. Puasa Dapat Mengurangi Stres

Ketika puasa, seseorang tanpa sadar memperbaiki pola makan. Misalnya, agar kuat berpuasa maka ketika pagi harus sahur terlebih dahulu. Pola makan baik akan menjaga hormon kortisol. Hormon kortisol tersebut bisa mengurangi stres.

Selain itu tubuh juga lebih banyak memproduksi hormon endorphin. Hormon endorphin juga berpengaruh dalam mengurangi stress. Tak hanya itu, terdapat hormon lainnya seperti serotonin, NGF, dan BDNF yang membantu membuat mood baik.

Coba Juga: Tes Tingkat Keparahan Stres

2. Memperbaiki Kualitas Tidur

Orang yang berpuasa biasanya menghindari melihat TV -atau media sosial- sampai larut malam. Mereka cenderung tidur lebih awal agar dapat bangun pagi untuk melakukan sahur. Juga, mereka merasa lelah seharian sehingga dengan mudah untuk tidur.

Tidur juga dapat menjaga kesehatan mental lo. Ketika lo memiliki cukup tidur, otak akan membantu lo fokus dalam menjalankan aktivitas. Maka sebaliknya, tidur yang kurang memiliki berbagai dampak negatif. Salah satunya, kurang tidur juga bisa menyebabkan kesulitan mengingat pada hal-hal di sekitar kita.

3. Meningkatkan Kemampuan Sosial (Social Skill)

Banyak tradisi yang dilakukan selama puasa. Biasanya ketika buka, keluarga atau teman berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Hal ini bisa meningkatkan kedekatan dan kelekatan antar anggota.

Namun, Tapi tetap hati-hati ya perseners! Jika ingin mengadakan buka bersama di kala pandemi Covid-19 ini, ingat untuk selalu menerapkan 3M, ya! Sebagai alternatif kalian bisa coba memasak hidangan untuk buka bersama keluarga di rumah. Bisa juga melakukan buka puasa secara virtual bersama teman.

Memasak Hidangan untuk Berbuka Dapat Meningkatkan Social Skill
Gambar oleh: Unsplash

4. Self-Control atau Kontrol Diri yang Baik

Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja. Ada beberapa pantangan yang gak boleh dilakukan. Misalnya berkata kasar, marah, berbohong, merokok, bahkan sampai berhubungan seksual.

Semua aktivitas kita sebenarnya berada penuh dalam kontrol kita. Kita sebenarnya bisa memilih untuk melakukannya atau enggak. Konsep reward dan punishment bisa mengambil peran dalam memutuskan sesuatu.

Kalau melakukan hal yang gak diperbolehkan saat puasa tersebut, bisa jadi terdapat punishment atau hal yang harus “dibayar”. Misalnya mengganti ulang puasa atau membayar denda tertentu. Punishment tersebut bisa membuat seseorang berpikir dua kali untuk melakukan pantangan puasa tersebut.

Orang yang berhasil gak melakukan pantangan puasa tersebut mendapatkan reward. Salah satunya adalah rasa puas terhadap kemampuan diri. Orang yang bisa mengendalikan diri untuk mematuhi “aturan” puasa berarti dia mampu memiliki self-control yang baik pula. Hal ini melatih diri untuk fokus terhadap apa yang bisa dikontrol dibandingkan apa yang gak bisa dikontrol.  

Baca Juga: Cara Mengontrol Emosi

Kondisi saat berpuasa membuat seseorang lebih bisa berempati dengan orang lain. Saat merasa lapar dan haus, seseorang menyadari adanya kondisi orang lain yang serba berkecukupan. Tak jarang, seseorang juga merasa “cukup” atas kondisinya.

Rasa empati tersebut terkadang membangkitkan inisiatif kemanusiaan. Banyak orang yang melakukan tradisi bagi takjil gratis sampai bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Hal tersebut bisa mengarah pada sikap altruisme.

Rekomendasi Youtube: “Ini Langkah Pertama Menjadi Sehat Mental (Cara Menjaga Mental)”

Dari Satu Persen

Puasa atau menahan gak makan maupun minum terdengar ekstrim untuk dilakukan. Namun, ternyata banyak penelitian yang justru membuktikan puasa memiliki banyak dampak baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Jadi, kegiatan puasa ini aman untuk dilakukan asalkan sesuai kebutuhan dan aturan ya!

Tapi gak menutup kemungkinan ketika berpuasa lo gak lagi baik-baik saja. Terutama mengenai kondisi kesehatan mental. Apalagi kalo lo lagi ngerasain berbagai macam masalah. Saran gue, lo bisa coba konsultasikan ke Psikolog Satu Persen. Lo bisa bebas bercerita tanpa takut di-judge!

Kalo lo tertarik untuk membaca konten edukasi seperti ini, sabi banget cek artikel lainnya di Blog Satu Persen. Ada banyak artikel dengan tema-tema menarik dan bervariasi yang bisa lo baca. Jangan lupa juga follow Instagram @satupersenofficial dan Youtube Satu Persen, ya!

Sekian untuk artikel hari ini! Semoga bisa menambah insight lo dan berkembang se-enggaknya Satu Persen tiap harinya menuju #HidupSeutuhnya!  See you!

References

Adelayanti, N. (2020, April 29). Discovering the Advantages of Fasting for Mental Health. https://ugm.ac.id/en/news/19358-discovering-the-advantages-of-fasting-for-mental-health

Garcia,V. (2020, July 21). Kenapa Harus Puasa Sebelum Operasi? https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2998639/kenapa-harus-puasa-sebelum-operasi

Gilavand, A., & Fatahiasl, J. (2018). Studying effect of fasting during Ramadan on mental health of university students in Iran: A review. J Res Med Dent Sci, 6(2), 205-9.

Imran Khan Cancer Appeal. (n.d.). The Physical Health Benefits of Fasting in Ramadan. https://www.ikca.org.uk/news/physical-health-benefits-fasting/

Ini, B. H. (2020, April 30). Selain Islam, 5 Agama Ini Juga Punya Tradisi Puasa. https://kumparan.com/berita-hari-ini/selain-islam-5-agama-ini-juga-punya-tradisi-puasa-1tK3nEFddFu/full

Khan, M. M. A., Nor, N. M., Mamat, N. M., Mohd-Shukri, N. A., & Bakar, W. A. M. A. (2018). Fasting in Islam: a combination of spiritual elevation and prevention of diseases. IIUM Medical Journal Malaysia, 17(2).

Kinanti, A. A. (2021, April 1). 7 Manfaat Puasa untuk Kesehatan Fisik dan Mental.  https://www.popmama.com/life/health/annas/manfaat-puasa-untuk-kesehatan-fisik-dan-mental/7

Meo, S. A., & Hassan, A. (2015). Physiological changes during fasting in Ramadan. J Pak Med Assoc, 65(5 Suppl 1), S6-14.

Mousavi SA, Rezaei M, Amiri Baghni S, Seifi M. Effect of Fasting on Mental Health in the General Population of Kermanshah, Iran. J Fasting Health. 2014; 2(2): 65‐70.

Muza, V. (2021, March 13). Does Fasting Reduce Stress and Anxiety? (The Truth).  https://www.catesnutrition.com/does-fasting-reduce-stress-and-anxiety/

Nikfarjam, M., Noormohammadi, M. R., & Mardanpour-Shahrekordi, E. (2015). The effect of fasting on emotional intelligence. National Journal of Laboratory Medicine, 4(4), 67-71.

Ramadhan, M. I., (2021, April 12). Manfaat Puasa untuk Kesehatan Fisik dan Mental. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3627292/manfaat-puasa-untuk-kesehatan-fisik-dan-mental

Toda, M., & Morimoto, K. (2004). Ramadan fasting – Effect on healthy Muslims. Social Behavior and Personality: An international journal, 32(1), 13-18.

Read More
judi

Apakah Stres Bisa Hilang?

Lo pasti pernah ngerasain yang namanya stres. Entah itu stres karena sekolah, kerjaan, atau stress di kegiatan sehari-hari. Atau mungkin stres gak punya duit. Dan hal ini bikin lo jadi lebih emosional, produktivitas terganggu, bahkan sampai sehari-hari lo ngerasa nggak tenang. Dan ya, ngerasain stres tuh nggak nyaman banget dan kalau lo ngerasain terus menerus, bisa jadi salah satu ciri masalah yang lebih serius.

Jadi mungkin nggak heran pertanyaan kayak “kenapa sih kita bisa ngerasain stres?” atau “bisa nggak sih sebenernya hilang?” itu sering ada di kepala. Gue bakal bahas satu teori buat gimana caranya lo bisa mengelola stres lo biar nggak bikin hidup lo ambyar.

Stress Itu Wajar

Pertama-tama, stress itu sebenernya adalah hal yang wajar. Kedua, stres ini juga adalah hal yang normal banget, lagi kondisi biasa2 aja bisa stress, apalagi kalo ada masalah. Ketiga, stress itu pasti ada trigger-nya. Bisa jadi karena kondisi sehari-hari, misal belom makan, kurang tidur, atau juga karena masalah. Contohnya lo mungkin ada masalah kesehatan mental, masalah duit, kerjaan, pertemanan, pacar, dan lain-lain.

Tapi, yang jadi pertanyaan adalah: Kenapa sih, ada orang yang misalnya ya: Dikit-dikit stress gitu, gampang banget nih kena mental. Tapi ada juga yang kuat banget mentalnya, dikasih cobaan apapun gak stress?

Alasan Kenapa Lo Ngerasa Stress

Yang jelas stress itu ya tergantung hal ini: persepsi dan reaksi tubuh elo.

Persepsi tuh kalo awamnya ya mindset lah. Kalo lo punya mindset bahwa segala di dunia ini berat, ya jadi stress sih. Dan tiap orang punya reaksi tubuh dan persepsi yang beda-beda.

Tapi meski ini beda-beda, ada orang yang stress, ada yang nggak. Tapi ini nyata cuy. Jadi gak bisa tuh kita kayak, ah l0 manja nih gampang stress, dikit-dikit hilang, healing… karena ya yang dirasakan real. Deg-degannya nyata, yang dimunculin oleh tubuh itu bisa dirasain Udah kayak refleks lah.

Dan biasanya reaksinya ada 3 macem: Entah l0 fight, lawan si penyebab stress-nya, atau l0 flight, alias l0 kabur -> Nah ini nih yang biasa orang maksud sebagai healing ya, kabur sejenak, atau juga freeze. Alias ya udah, gak ngapa-ngapain. Yang bagus yang ngapain? Ya tergantung sih masalahnya apa dulu ya. Kalo masalahnya kerjaan, mungkin gak bagus sih kalo l0 flight terus tiap ada kerjaan baru. Nanti gak kelar-kelar dan malah menumpuk.

Kalo masalahnya adalah misal amit-amit ya orang terdekat lo meninggal, apakah bisa hal itu l0 fight? Ya nggak, yang bisa l0 lakukan adalah mungkin healing aja dulu untuk merenung dan berdamai sama perasaan lo.

Nah itu adalah alasan kenapa terjadi stress. Nah, yang namanya stress itu sebenernya gak selalu negatif cuy. Kalo l0 gak ngerasain stress juga ya dampaknya bisa jadi jelek ke kesehatan l0.

Dengan stress yang cukup, l0 tuh sebenernya bisa ningkatin performa l0. Ya bayangin aja gini dah. Gua yakin banyak dari l0 yang main mobile legends. Anggap aja l0 push rank yak. Terus l0 menang, tapi musuhnya gak ada perlawanan. Ya bosen juga mainnya. Ngapain maen kalo musuhnya kaga ada perlawanan?

Nah sama aja kayak hidup. Kalo hidup terlalu mudah juga jadi bosen

Makanya yang bagus itu lo tetep punya tingkat stress biar cukup menantang. Tapi gak sampe l0 jadi males berusaha, justru tantangan itu bikin l0 jadi makin semangat. Nah inilah hidup yang kita semua cari, iya kan, hidup yang seru, yang menantang, yang memang ngeexplore hal baru dan challenge baru.

Sekarang pertanyaannya adalah gini:

Hidup l0 udah cukup menantang belum?

Apa jangan-jangan l0 selama ini menghindari stress jadi gak berkembang dan ngeluh mulu? Atau justru l0 merasa hidup l0 terlalu gitu-gitu aja jadinya bosen?

Atau jangan-jangan l0 overwork, makanya burnout? Ini sih ya l0 doang yang bisa jawab ya.

Solusi

Terus solusinya gimana nih kalo kita ngerasa hidup kita kayak ngebosenin atau burnout? Well, solusinya adalah sebuah konsep yang bernama OPTIMAL STRESS

Optimal Stress adalah pandangan dan persepsi baru buat memandang stres biar gimana caranya nggak bikin hidup lo ambyar dan hidup lebih sehat. Optimal stress adlaah ketika lo bisa mengelola reaksi tubuh dan respon lo dengan lebih maksimal.

Ketika lo ada di area yang namanya best stress zone. Ketika hidup l0 menantang dan kerja l0 optimal. Apa yang harus dilakuin? Menariknya, yang harus dilakukan adalah… PDKT

PDKT sama siapa. PDKT sama hal yang bikin lo stress tentu gak semua shal bisa dipedekatin ya… kalo memang sebuah hal itu ngeganggu lo banget, mungkin traumatis, bikin lo cemas banget, dsb. Saran gue sih l0 ke psikolog/mentor Satu Persen buat dicari tahu kenapa bisa kayak gitu.

Tapi kalo sekiranya lo bisa hadapi nih stress-nya, kalo bisa sih dihadapi dan di-PDKT-in. Biar apa? Biar hidup l0 jadi lebih menantang, dan lo juga bisa belajar utk terbiasa mengontrol persepsi dan reaksi tubuh lo. Inget yak, stress kan masalah persepsi dan reaksi. Terus gimana cara ngontrol persepsi dan reaksi itu? Wah kepanjangan yak kalo gue terusin.

Akhir kata, stres itu nggak pernah mudah buat kita laluin tapi bukan berarti mustahil kok. Dan dengan tau, kenal, dan paham tentang stres yang lo alami mendalam, bisa ngebantu lo buat menghadapinya kalau-kalau muncul lagi.

Gue Jhon dari Satu Persen, thanks.

Read More