putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

ala

judi

Cara Berempati Ala Psikolog

Ananda Fathia (15/11) – Apa kesulitan yang lo hadapi ketika mendengarkan curhatan temen lo?

Susah relate? Sulit buat paham perasaan yang lagi dia rasain? Atau mungkin bingung sama jalan pikiran dia? Kalau lo pernah atau bahkan sering merasakan hal ini, baca artikelnya sampai habis ya!

Permasalahan yang lo hadapi di atas menunjukkan bahwa lo perlu belajar mengenai empati. Empati itu apa sih? Empati itu adalah suatu kemampuan untuk memahami posisi orang lain serta menghayati pengalaman orang lain dari sisi emosional maupun kognitif.

Empati vs Simpati

Empati beda sama simpati, yang istilahnya mungkin sering lo denger juga ya di kehidupan sehari-hari. Empati adalah ketika lo menempatkan diri lo di posisi orang lain, seolah-olah lo juga bisa ikut merasakan apa yang dia rasakan dan memikirkan apa yang dia pikirkan. Simpati hanya sebatas perasaan atau pikiran yang muncul di diri lo ketika terjadi sesuatu dengan orang lain, tapi ya lo tetep memandang perasaan atau pikiran itu dari perspektif lo sendiri.

Source: https://www.freepik.com/author/pressfoto

Kenapa empati bisa muncul?

Mungkin, setelah membaca definisi terkait empati, pertanyaan ini timbul di benak lo. Kenapa sih empati bisa muncul? Rasa empati lebih mudah untuk muncul ketika lo berhadapan dengan orang lain yang ‘mirip’ sama lo. Mirip gimana maksudnya?

  • Memiliki pengalaman serupa dengan lo
  • Merupakan sosok yang lo sukai
  • Memiliki karakteristik yang lo miliki

Tapi, kadang ada aja loh kondisi-kondisi yang menyebabkan lo kesulitan untuk berempati dengan orang lain. Sebenernya apa aja sih faktor-faktor yang bisa menyebabkan lo sulit untuk merasakan empati ini?

  • Isu personal
  • Tidak sesuai dengan nilai yang lo punya
  • Memiliki karakteristik yang gak lo suka
  • Tidak ada keinginan untuk membantu
  • Lack of knowledge and experiences
  • Pemikiran terlalu tertutup

Bagaimana cara berempati terhadap orang lain?

Kalau lo masih merasa kesulitan untuk berempati, jangan khawatir! Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, empati itu adalah sebuah kemampuan, jadi empati ini bisa banget untuk lo pelajari dan lo kembangkan. Gimana caranya? Coba simak beberapa cara di bawah ini yuk!

a. Emotional Empathy

Emotional empathy adalah ketika lo berusaha untuk mencoba merasakan emosi yang orang lain rasakan. Mungkin lo bisa coba buat mengesampingkan kebutuhan atau perasaan pribadi lo ketika temen lo cerita tentang permasalahannya atau mungkin berhenti melakukan kritik dan komentar terhadap permasalahan temen lo.

b.  Perspective Taking

Perspective taking adalah kecenderungan lo untuk mengambil perspektif atau sudut pandang orang lain secara psikologis. Lo bisa melakukan perspective taking melalui hal-hal berikut:

c. Attending Behaviour

Attending behaviour adalah perilaku HADIR untuk mendengarkan temen lo dengan penuh perhatian. Gimana caranya? Terapkan prinsip SOLVER!

S : Squarely face a person

O : Open Posture

L : Leaning Forward

V : Verbal qualities (uh-hm…)

E : Eye contact

R : Relax

d. Active Listening

“Gue udah sering kok dengerin curhatan temen gue”

Eits, bentar dulu. Coba deh refleksi lagi, kira-kira yang lo lakuin selama ini itu termasuk hearing atau active listening? Emang apa bedanya?

Hearing adalah ketika lo mendengarkan secara pasif, ya berarti lo cuma dengerin aja apa yang temen lo ceritain tanpa diproses lebih. Kalo active listening, seperti namanya, lo mendengarkan cerita temen lo secara aktif, dimana lo memperhatikan perkataan temen lo dan berusaha memberikan respon yang sesuai dengan ceritanya.

Gimana? Apakah setelah membaca artikel ini lo jadi lebih terbantu untuk mengembangkan kemampuan empati yang lo punya? Kalau belum, jangan khawatir! Satu Persen punya Basic Mental Health Training (BMHT) yang bisa lo ikutin untuk mengasah kemampuan empati lo loh! Selain itu, lo juga bisa pelajari skill lainnya yang berhubungan dengan keterampilan dasar psikologis yang bisa lo terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mau ikutan? Langsung daftar aja yuk di link berikut: https://satupersen.net/layanan/kelas/basic-mental-health-training!

Read More
judi

Tips Atur Keuanganmu Ala Profesional Satu Persen

Well, sekarang masalah keboncosan ini adalah masalah yang sering dialami oleh banyak orang, terutama remaja dan dewasa muda. Kita sering terjebak dalam keinginan untuk menonton konser idola, bahkan jika itu berarti mengorbankan isi dompet kita. Fenomena ini populer dikenal dengan istilah “boncos karena nonton konser”, di mana seseorang menghabiskan lebih dari yang seharusnya hanya untuk memenuhi keinginan melihat penampilan artis favorit.

Ya tidak bisa dipungkiri kalau konser dan acara hiburan seringkali menjadi moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Tapi, setelah menikmati keseruan dan keasyikan di konser, seringkali kita melihat orang yang kemudian boncos. Hal tersebut tentunya bisa menjadi masalah besar, terutama jika kamu belum memiliki pengaturan keuangan yang baik.

Keboncosan setelah konser bukanlah masalah yang kecil. Bagi beberapa orang, bahkan hal ini bisa menjadi masalah serius yang mempengaruhi kondisi keuangan mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi kamu untuk mengatur keuanganmu dengan baik agar kamu tidak boros setelah konser atau acara hiburan lainnya.

Untuk membantu kamu dalam mengatasi masalah ini, berikut ini adalah beberapa tips dan saran untuk mengatur keuangan setelah menghadiri konser atau acara hiburan lainnya. Dengan menerapkan tips-tips ini, kamu dapat mengelola keuangan-mu dengan lebih baik dan terhindar dari masalah keboncosan.

Boncos setelah konser dapat menjadi masalah karena Kamu mungkin perlu mengeluarkan uang untuk transportasi, makanan, minuman, suvenir atau merchandise, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan konser. Jika Kamu tidak memperhitungkan anggaran dengan baik atau membeli terlalu banyak barang, Kamu mungkin merasa kesulitan dalam mengelola keuangan Kamu setelah konser. Ini dapat menyebabkan stres keuangan dan bahkan mempengaruhi keadaan keuangan Kamu dalam jangka panjang jika Kamu terus-menerus menghabiskan uang untuk kegiatan hiburan yang mahal tanpa mempertimbangkan anggaran dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk memperhitungkan anggaran dengan baik sebelum memutuskan untuk membeli tiket konser dan melakukan perhitungan dengan matang agar Kamu tidak kehabisan uang setelah konser.

Setelah menghadiri konser, terkadang kita merasa kehabisan uang untuk beberapa hari atau bahkan minggu. Karena itu, penting untuk merencanakan dan mengatur keuangan dengan baik sebelum dan setelah konser agar terhindar dari masalah kehabisan uang. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatur keuangan setelah konser agar terhindar dari masalah kehabisan uang:

Membuat anggaran sebelum konser

Sebelum memutuskan untuk membeli tiket konser, ada baiknya membuat anggaran terlebih dahulu. Hal ini akan membantu Kamu menghitung berapa banyak uang yang diperlukan untuk membeli tiket, transportasi, makanan, minuman, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan konser. Dengan begitu, Kamu dapat mengatur keuangan dengan baik dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

Menghitung pengeluaran yang diperlukan

Setelah membuat anggaran, hitunglah berapa banyak uang yang diperlukan untuk pengeluaran yang terkait dengan konser, seperti transportasi, makanan, minuman, dan merchandise. Pastikan Kamu menghitung dengan cermat dan tidak melebihi anggaran yang sudah dibuat sebelumnya.

Membatasi pengeluaran pada hal-hal yang penting

Setelah mengetahui berapa banyak uang yang diperlukan untuk pengeluaran terkait konser, pastikan untuk membatasi pengeluaran pada hal-hal yang benar-benar penting. Hindari pengeluaran yang tidak perlu, seperti membeli merchandise yang mahal atau membeli makanan dan minuman di tempat-tempat yang terlalu mahal. Jangan lupa untuk selalu mempertimbangkan anggaran yang sudah dibuat sebelumnya.

Menghindari godaan untuk membeli merchandise yang mahal

Merchandise konser seringkali terlihat menarik dan menggoda, namun harga yang ditawarkan bisa sangat mahal. Jika Kamu ingin membeli merchandise, pastikan untuk memilih barang yang memang Kamu butuhkan dan sesuai dengan anggaran yang sudah dibuat sebelumnya. Jangan tergoda untuk membeli barang yang mahal dan tidak perlu.

Menabung sebelum konser untuk mengantisipasi pengeluaran tambahan

Jika Kamu ingin memastikan bahwa keuangan Kamu terjaga setelah konser, cobalah menabung sebelum konser. Dengan menabung, Kamu dapat mengantisipasi pengeluaran tambahan yang mungkin timbul setelah konser. Selain itu, menabung sebelum konser juga dapat membantu Kamu lebih tenang dan terhindar dari kekhawatiran keuangan setelah konser.

Menghadiri konser dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan, namun jangan sampai kehabisan uang setelah konser. Dengan mengatur keuangan dengan baik sebelum dan setelah konser, Kamu dapat menikmati pengalaman konser tanpa harus khawatir tentang masalah keuangan di kemudian hari.

Selain tips-tips yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa tips lain yang dapat membantu Kamu mengatur keuangan dengan baik setelah konser:

Gunakan aplikasi pengelola keuangan

Aplikasi pengelola keuangan yang dapat membantu Kamu memantau pengeluaran dan pemasukan dengan lebih mudah. Kamu dapat memasukkan pengeluaran dan pemasukan ke dalam aplikasi tersebut dan aplikasi akan secara otomatis menghitung sisa uang yang Kamu miliki. Dengan begitu, Kamu dapat lebih mudah mengatur pengeluaran dan menghindari kehabisan uang.

Gunakan kartu kredit/paylater  dengan bijak

Jika Kamu menggunakan kartu kredit/paylater untuk pembayaran tiket konser atau pengeluaran lainnya, pastikan untuk menggunakan dengan bijak. Jangan menggunakannya untuk pengeluaran yang tidak perlu dan pastikan untuk membayar tagihan kartu kredit secara tepat waktu. Jangan lupa juga untuk mempertimbangkan bunga kartu kredit yang harus dibayarkan jika terlambat membayar tagihan.

Buat rencana tabungan jangka panjang

Cobalah membuat rencana tabungan jangka panjang untuk tujuan keuangan lainnya. Misalnya, menabung untuk liburan atau membeli barang yang lebih mahal di masa depan, atau persiapan konser-konser selanjutnya. Dengan membuat rencana tabungan jangka panjang, Kamu dapat mengatur keuangan dengan lebih baik dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

Hindari utang yang tidak perlu

Jangan terlalu mudah tergoda untuk meminjam uang atau menggunakan kartu kredit untuk pengeluaran yang tidak perlu. Utang dapat memberikan beban keuangan yang besar dan sulit untuk dilunasi di kemudian hari. Jika memang harus meminjam uang, pastikan untuk meminjam dari pihak yang terpercaya dan mempertimbangkan dengan baik kemampuan untuk melunasi utang.

Begitu ya kurang lebih tips dan trik biar kamu terhindar dari keboncosan karena nonton konser. Kalau kamu butuh saran yang lebih detil dan tepat sasaran, kamu juga bisa loh undang Satu Persen buat jadi pembicara di acara kamu! Dengan Pembicara kami yang sudah terlatih dan bersertifkat tentunya akan ngasih insight-insight yang keren dan mindblowing buat kamu 😀

Kalau kamu minat, silakan hubungi kontak di bawah ya!

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596‬ (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Read More
judi

Cara Mengurangi Insecure dan Overthinking ala Karen Horney

Pernah nggak lo ngerasa kalau di luar sana banyak orang yang jauh lebih sedih dan stres, dibandingkan sama diri lo? Dan ini ngebuat lo ngerasa kalau seharusnya lo tuh bahagia. Terus lo berusaha deh mikir hal-hal positif biar jadi bahagia.

Tapi pas lo ngelakuin itu, lo malah ngerasa diri lo lebih buruk.

Kalau lo pernah ngalamin, nggak apa-apa. Lo nggak sendirian. Makanya di artikel ini, gue bakal jelasin cara biar mindset kayak gitu bisa lo kurangin.

Kata “Seharusnya”

Terapis dari Amerika Serikat, Emma McAdams, sempat jelasin bahaya “shoulds” atau penggunaan kata “seharusnya” buat kondisi kita. Kata “seharusnya” itu punya beban ekspektasi yang kayak semua orang tuh wajib buat lakuin.

Nih contoh lainnya:

“Lo nggak seharusnya stres. Lo seharusnya bahagia.”

“Kalau lo cowok, lo nggak seharusnya nangis. Mental lo harus kuat kayak baja.”

“Cewek tuh nggak seharusnya marah-marah. Lo harus anggun dan sabar.”

Kata “harus” dan “seharusnya” ini seakan-akan ngediktein gimana kita seharusnya bertindak. Dan kalau lo gak jalanin sesuai dikte itu, diri lo tuh gagal.

Nah, masalah kenapa kita bisa punya kata “seharusnya” ini dijelasin lebih lanjut oleh Karen Horney, psikoanalisis terkenal dari Jerman. Horney nyusun pemahaman namanya “Tyranny of Shoulds”. atau kalau gue terjemahin, “Kezaliman dari kata Seharusnya”.

Karen Horney

Di teori itu, Horney cerita kalau manusia kita selalu punya dua buah diri. Diri satu adalah diri kita yang ideal, sosok yang pengen kita capai. Diri kedua adalah diri kita yang sebenarnya, lengkap dengan kelebihan dan kelemahan kita.

Diri yang ideal terdiri dari harapan, mimpi, tujuan, dan hal-hal lain biar kita bisa mencapai sosok kita seutuhnya. Sementara diri kita yang sebenarnya itu punya potensial dan kemampuan buat berkembang buat bisa mencapai diri yang ideal itu. Tapi, kalau orang nggak bisa bedain mana diri mereka yang ideal dan diri yang sebenarnya, mereka jadi rentan banget buat jatuh ke lubang kezaliman dari kata “seharusnya” tadi.

Dan inilah yang sering Horney temui di orang-orang yang punya kecenderungan buat overthinking dan insecure. Biasanya, mereka punya kecenderungan buat nge-set target tinggi dan nggak realistis, dan pas itu nggak tercapai: mereka ngerasa buruk sama diri mereka sendiri. Salah satunya adalah pake kata “seharusnya” tadi.

Perasaan buruk ini biasanya diperparah waktu mereka benar-benar ngerasa mereka nggak akan pernah mencapai diri ideal mereka. Akhirnya, mereka bakal ngaku kalau diri mereka yang sebenarnya ini emang sosok yang gagal, nggak berguna, dan ya, udah nggak ketolong aja.

Buat contoh, gue bakal pake cerita dari klien Karen Horney ya.

Biar gampang gue sebut si klien ini Adi. Adi punya temen namanya Beti, dan si Beti ini punya masalah pernikahan yang ribet banget sama suaminya. Si Adi ngerasa udah kenal banget sama Beti, suami Beti, dan bener-bener paham hubungan pernikahan mereka. Tapi, pas Adi ngerasa kalau dia nggak bisa bantu Beti, dia ngerasa gagal, bersalah, dan nggak berguna. Adi ngerasa dengan pengetahuan yang dia punya, seharusnya Adi bisa bantu Beti buat nentuin apakah pernikahan Beti itu patut dipertahankan atau enggak.

Dari contoh tadi, kita bisa lihat sosok diri ideal dan sosok diri sebenarnya si Adi. Sosok diri ideal Adi adalah bisa bantu nyelesein masalah pernikahan Beti. Padahal nyatanya, Adi nggak mampu buat bantu sampai tahap itu. Pas ideal Adi dirasa nggak tercapai, Adi ngerasa gagal.

Sampai sini gue harap lo paham soal kenapa si kata “Seharusnya” bisa membuat lo jadi overthinking dan rentan insecure ya. Mungkin pertanyaan besar sekarang adalah: apa yang bisa lo lakukan kalau lo punya kebiasaan ini?

Lo bisa coba pahami kata “seharusnya” itu.

“Lo nggak boleh sedih. Lo seharusnya lo bahagia.”

Kalau pikiran itu muncul, coba pause dan atur diri. Terus tanyain ini ke diri lo: Kenapa lo ngerasa lo harus bahagia?

Kita sering banget bergantung sama kata “Seharusnya” sampai kita lupa apa yang sebenarnya kita inginkan. Jadi lo bisa coba gali apa yang sebenarnya lo mau. Latihan ini emang nggak gampang dan wajar aja lo jadinya butuh bantuan buat ngelolanya. Konsultasi bareng Mentor Satu Persen adalah solusi yang bisa cocok buat lo.

Di sesi bareng Mentor, lo bakal didengarkan dan dibimbing buat nyari tau kenapa kata seharusnya ini keluar melulu dari diri lo. Dari situ, Mentor juga bakal ngasih lo beberapa saran direktif dan mungkin, worksheet biar lo bisa latihan secara mandiri walaupun sesi Mentoring udah selesai.

Nah, tapi nih kalau ternyata kata seharusnya ini muncul karena ada masalah sama masa lalu dan trauma yang membuat lo ngerasa stuck, ada layanan lain di satupersen.net yang mungkin cocok sama lo, kayak Konseling bareng Psikolog Satu Persen.

Kedua, mulai ubah kata “seharusnya” jadi kata “gue mau..” atau “gue bisa aja..” buat ingetin diri lo kalau lo ada pilihan buat gimana caranya bereaksi.

Misalnya, daripada “gue seharusnya nggak sedih, gue seharusnya bahagia”; lo bisa ubah jadi “gue mau nangis aja” atau “gue bisa aja sebenernya nyari video anabul di youtube biar gue seneng lagi”.

Kata-kata tadi secara gak langsung juga ngasih lo action yang bisa lo lakukan, gak cuma jadi bahan overthinking aja di kepala lo. Jadi, lo akhirnya ngerasa punya kontrol terhadap diri lo secara penuh. Beda sama kata “seharusnya” yang ngebuat lo ngerasa gapunya kontrol sama apa yang bisa lo lakukan.

Dua contoh cara tadi hanya segelintir kecil cara yang bisa gue kasih karena nyatanya, ada berbagai macam cara lain yang bisa lo lakukan dan pastinya sesuai sama diri lo. Makanya tadi gue ngomongin soal Mentor Satu Persen yang bisa ngarahin lo buat nerapin cara terbaik biar lo bisa juga menerapkan mindset yang ngebuat lo sehat mental.

Oke, akhir kata semoga Artikel ini bisa ngebantu lo buat ngelola diri lebih sehat, gue Jhon dari Satu Persen, thanks.

Read More
judi

Tips Melawan Rasa Malas ala Kaisar Roma

Buat lo yang baca artikel ini sambil rebahan. Yang mungkin ngerasa kasur lo punya magnet tersendiri yang bikin lo males gerak. Mungkin saat ini lo lagi bertanya-tanya “Kenapa ya gue rebahan terus?” atau “Gimana ya caranya biar gak rebahan lagi?”. Pertanyaan-pertanyaan yang sebenernya lo tujuin buat diri lo sendiri. Tapi lo juga gatau apa jawaban tepatnya.

Well sebenernya pertanda bagus kalo lo udah mulai mempertanyakan hal-hal tadi. Yang artinya lo udah sadar dan aware sama apa yang terjadi sama diri lo. Tapi lo belum tau aja gimana cara mengatasinya.

Nah makanya di artikel ini gue bakal ngasih lo alasan dan solusi biar lo gak terus-terusan rebahan dan bisa produktif dalam menjalani hidup.

Kenapa Lo Ngerasa Males?

Sebenernya penyebab kenapa lo ngerasa males dan rebahan terus itu ada macem-macem. Tapi simple-nya karena hal ini adalah paling mudah buat kita lakuin karena ngasih kenikmatan instan. Atau yang disebut dengan konsep instant gratification. Karena kita maunya ngerasain kenikmatan  yang cepet dan paling mudah, makanya kita pilih rebahan aja kalo dibandingin nyelesain kerjaan.

Emang sih dampaknya itu menyenangkan untuk jangka pendek. Lo jadi bisa santai, bisa scroll sosmed sana-sini, bisa ngelupain kerjaan lo. Tapi konsekuensinya kita jadi melupakan dampak jangka panjang dari rebahan tadi. Entah itu kerjaan jadi keteteran, kerjaan gak maksimal, atau bisa juga kecewa sama diri sendiri.

Well tapi gapapa kalo sampe saat ini hasrat lo buat rebahan itu jauh lebih tinggi dibanding nyelesain kerjaan. Karena ya itu salah satu satu kebiasaan kita sebagai manusia yang pengennya dapet kesenangan secepat mungkin. Cuma ini bisa banget diatasi dan pelan-pelan dikurangi. Salah satunya pake cara dari Kaisar Roma, Marcus Aurelius yang juga seorang filsuf stoic.

Cara Mengatasi Kemalasan ala Marcus Aurelius

Marcus Aurelius (Kaisar Roma)

Basically ajaran dia banyak, tapi gue bakal kasih tau lo ajaran utama dia soal ngilangin kebiasaan rebahan. Yaitu wake up with purpose atau bangun dengan sebuah tujuan.

Kalo kata Marcus Aurelius,

“Pagi hari ketika lo males beranjak dari tempat tidur, coba lo bilang sama diri lo sendiri bahwa gue harus pergi bekerja sebagai manusia. Apa yang harus dikeluhkan kalo gue emang melakukan hal yang seharusnya gue lakuin. Atau ini adalah tujuan gue dilahirkan? Buat meringkuk dan menghangatkan diri di bawah selimut?”

Dari kalimat itu dia ngejelasin bahwa manusia itu emang sejatinya punya kewajiban untuk ngerjain sesuatu. Entah itu ngerjain tugas kalo lo masih sekolah, ngelarin deadline kerjaan, atau mungkin bisa juga ngerjain tugas rumah. Menurut Marcus Aurelius, gak seharusnya manusia itu terus-terusan rebahan. Karena emang ada kewajiban yang harus manusia kerjakan.

Pas lagi mikir kaya gitu, Marcus Aurelius juga bilang “Bukannya rebahan di kasur yang empuk itu enak dan bikin happy?

Dan lagi-lagi dia coba ngejawab,

“Jadi lo dilahirkan buat semata-mata ngerasain kenikmatan? Ketimbang ngelakuin berbagai hal yang seharusnya lo lakuin? Apakah lo gak melihat tanaman, burung, semut, laba-laba, dan lebah yang ngelakuin tugasnya masing-masing sebaik mungkin? Dan lo sebagai manusia gak pengen ngelakuin kewajiban lo sebagai manusia? Kenapa lo gamau ngelakuin hal yang udah menjadi hukum alam lo?

Gitu kurang lebih jawaban yang dikasih Marcus Aurelius. Bahwa setiap makhluk di dunia ini pada dasarnya punya tujuan masing-masing. Kalo lo masih bingung tujuan hidup lo apa, mungkin lo bisa catet pesan Marcus Aurelius satu ini. Bahwa salah satu tujuan kita ada di dunia ini adalah untuk membantu orang lain. Gimana tuh maksudnya?

Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada dasarnya punya suatu karakteristik yang mendefinisikan dirinya sebagai manusia. Yaitu bekerja dengan orang lain. Atau membantu orang lain.

Nah yang perlu diketahui bahwa buat switch dari kebiasaan rebahan buat bangun, produktif, dan bisa bantu orang lain itu emang tantangan banget. Tapi gapapa. Mulai aja dulu.

Kalau emang nih buat bantu orang lain masih terbilang susah buat lo, mulai dari diri sendiri dulu aja. Lo bisa mulai dengan tau hal apa yang ngebuat lo seneng dan full of purpose. Coba lo cari tau kebiasaan baru apa yang mau lo bangun buat ngurangin kebiasaan rebahan.

Ketika lo udah berhasil membantu diri lo sendiri, mungkin lo bakal ngerasa lebih mudah juga buat membantu orang lain. Kalo pake contoh berkebun tadi, ketika lo udah berhasil ngebangun kebiasaan ini dan sekit demi sedikit paham soal berkebun. Tentu bakal lebih mudah buat lo ngebantu orang lain yang mau berkebun juga mungkin. Jadi bisa aja nantinya diri lo juga bermanfaat buat orang lain.

Well instant gratification itu bakal tetep ngebantuin lo, tapi tenang aja. Struggle di awal-awal ngebangun hal baru itu hanya sementara. Jadi keep consistent aja sama apa yang lo lakuin. Mungkin dampaknya gak langsung bisa lo rasain saat itu juga. Tapi pasti lo bakal ngerasain dampak long term yang lebih gede dan bakal ngebantu lo buat jadi seseorang yang lebih baik lagi.Mungkin contohnya buat lo yang suka tanaman, lo bisa mulai dengan berkebun. Jadi ya lo punya alasan buat bangun pagi-pagi dan ngerawat tanaman lo. Atau bisa juga lo bangun kebiasaan buat olahraga, masak, atau banyak hal yang intinya bisa bikin lo seneng dan bangun dari kebiasaan rebahan lo.

Dan it’s ok kalo lo masih ngerasa susah buat gak terus-terusan rebahan dan ngebangun kebiasaan baru. Karena ya cukup wajar, pas sekolah dulu kita gapernah diajarin gimana caranya punya kebiasaan positif kayak gitu. So itu juga alasan kenapa 1% ada. Buat ngajarin dan bareng-bareng belajar hal yang belom kita dapetin sebelumnya.

Nah kalo lo butuh bantuan buat mengatasi kebiasaan rebahan lo. Yang mungkin lo rasa udah cukup menganggu keseharian lo, atau lo ngerasa overthinking sama diri lo yang terus-terusan rebahan. 1% siap banget kok ngebantu lo buat memecahkan masalah ini di layanan konsultasi bareng mentor Satu Persen.

Di sesi konsultasi ini, lo bisa cerita senyaman dan sepuas mungkin selama 75 menit sesi konsultasi. Dan yang pasti lo ga bakal di-judge sama mentornya. Lo juga bakal dibantu buat nemuin solusi dari masalah lo dengan diskusi bareng.

Mentor-mentornya juga udah terlatih. That’s why udah puluhan ribu orang yang kebantu sama membuat perubahan positif di hidup mereka lewat layanan ini. Kalo lo masih ragu lo bisa juga kok cek testimoninya di link yang gue taro di sini.

Gak cuma diskusi doang, disini lo juga bakal dibantu lewat psikotes dan tes kepribadian yang bakal ngebantu lo buat tau apa yang lo suka dan apa yang valuable buat lo lakuin. Lo juga bakal dapet tes minat karir yang mungkin bakal ngebantu lo buat tau apa yang cocok buat lo lakuin dan ngebangun kebiasaan baru. Atau mungkin lo bisa tau apa penyebab lo overthinking juga. Lewat tes tingkat stress.

Well segitu aja artikel kali ini. Intinya gue mau bilang kalo rebahan itu adalah hal yang wajar buat dilakuin dan dinikmati. Tapi menghabiskan waktu lo buat terus-terusan rebahan dan ngelupain kewajiban lo sebagai manusia untuk bekerja itu adalah sesuatu yang harus dihindari.

Gue Jhon dari Satu Persen, thanks!

Read More
judi

Cara Melawan Overthinking ala Alan Watts

Pernah nggak sih lo ngerasa kalau banyak banget hal di dunia ini yang perlu lo khawatirkan? Mulai dari tentang pekerjaan atau kuliah lo yang belom beres, masa depan yang nggak pasti, atau bahkan kondisi dunia 50 tahun yang bakal dateng. Pokoknya banyak banget isi kepala lo.

Akhirnya, hal ini ngebuat lo overthinking dan ngerasa susah banget buat bikin diri lo bahagia. Kalau lo begini, tenang aja. Lo nggak sendirian.

Di artikel ini, gue bakal jelasin salah satu filosofi hidup dari Inggris buat ngatasin overthinking ini. Simak sampai habis ya.  

Pertama-tama, gue mau kenalin dulu tokoh filsuf hari ini, namanya Alan Watts. Pendekatan Alan Watts bisa dibilang sebenernya beda banget sama filsuf Barat. Salah satu buku paling terkenalnya adalah “The Wisdom of Insecurity” dan di situ, Alan Watts jelasin soal kondisi manusia di era modern ini.

Alan Watts nyebut era ini sebagai era serba cemas. Karena sekarang tuh sumber frustasi dan masalah sebagian besar berasal dari manusia hidup buat masa depan.

Dan gue setuju karena buktinya banyak banget mentee Satu Persen yang daftar karena mereka khawatir sama masa depan mereka. Khawatirnya ini bikin mereka overthinking, susah fokus, dan akhirnya ngaruh ke kehidupan sehari-hari.

Kenapa bisa gitu?

Pada dasarnya, manusia nggak suka banget sama hal-hal yang nggak pasti, kayak masa depan. Kita pengen banget di masa depan nanti bisa dapetin masa depan yang bisa bikin kita aman dan senang itu. Cuma sayangnya ya, masa depan itu nggak pasti dan hal ini yang sering bikin kita jadi overthinking.

Kalau menurut Alan Watts, hal ini yang akhirnya ngebuat orang-orang ke stimulasi sementara. Kayak minum alkohol, berpesta pora, atau bahkan nenggelemin diri di pekerjaan biar lupa nih sama pikiran-pikiran kita soal masa depan yang belum pasti ini.

Sayangnya, ini juga diperparah sama budaya konsumerisme di era modern ini. Di bukunya, Alan Watts jelasin gimana budaya konsumerisme ini ngejanjiin rasa aman dan bahagia, tapi sebenernya gapernah berhasil ngewujudinnya.

Contohnya gini. Lo disuruh pilih jurusan yang prospek kerjanya bisa dapet uang banyak. Uang banyak itu bisa lo pake buat beli mobil dan beli rumah. Biar lo bahagia di masa dewasa kelak.

Tapi biasanya, muncul lagi nih pertanyaan berikutnya: kalau udah beli hal-hal tadi, kebahagiaannya apa lagi?

Nggak jarang malah lo ngerasa nggak bahagia walaupun udah punya mobil bagus dan rumah strategis, hanya karena di seberang lo ada tetangga yang rumahnya jauh lebih bagus dari lo. Habis itu lo ngerasa nggak bahagia lagi deh.

Contoh kayak ini sebenernya yang bisa bikin orang jadi terjerumus ke ngerasa salah jurusan atau salah jalur karir. Udah terjerumus, ngerasa terjebak juga. Akhirnya jadi stres, overthinking, insecure, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Proses ini yang bikin Alan Watts bilang kalau di jaman modern ini, orang berusaha buat “mencari keamanan dan kebahagiaan”. Yang sebenernya, adalah proses yang nggak akan pernah selesai.

Kenapa? Karena gini. Keinginan buat nyari keamanan dan kebahagiaan ini biasanya ada harga tingginya. Kita terfiksasi banget kalau keduanya tadi bakal bikin kita bahagia banget. Dan jadinya kita nggak liat hal-hal kecil di sekeliling kita yang sebenernya bisa bikin kita bahagia juga, dan sebenernya sama aja pentingnya.

Misalnya, ada orang yang mungkin bakal ngerasa senang banget kalau di hari itu lo beli baju baru di mall; dibandingin fakta kalau hari itu juga mereka lagi ngabisin waktu sama orang-orang tersayang mereka. Lama-lama, kebahagiaan beli baju baru itu ilang.  

Lho terus gimana dong? Berarti kebahagiaan itu nggak ada atau gimana?

Nggak gitu, jadi Alan Watts bilang gini: kalau lo mau dapetin kebahagiaan, lo juga perlu siap ngalamin kesengsaraan. Sama kayak lo jatuh cinta. Lo perlu siap juga buat ngerasain patah hati.

Ini emang kesannya “ya wajar lah”.

Tapi seringkali, daripada kearah kebahagiaan, kita fokusnya ke “kalau gue ngerasa sengsara gimana ya”. Dari situ, kita ngelakuin banyak hal biar kesengsaraan itu gak muncul. Kita akhirnya jadi overthinking dan nggak nikmatin ke hidup kita di masa ini.

Balik lagi di awal tadi, malah khawatirin masa depan yang nggak pasti.

Makanya, kalau menurut Alan Watts, kebahagiaan itu bukanlah kita ngurangin kesengsaraan yang bakal terjadi atau nyari hal-hal biar bikin kita semakin bahagia.

Kebahagiaan itu adalah menjalani hidup kita di saat ini sampai seutuhnya.

Quotes Alan Watts kalau diterjemahin simpel jadi gini: “Kalau lo mau berhadapan sama khawatir sama masa depan itu bukan dengan berusaha memahaminya. Tapi ya, biarlah itu berlalu.”

Karena ya kesengsaraan itu bakal selalu ada bareng kebahagiaan, jadi daripada lo fokus ke gimana cara biar lo gak sengsara atau cara biar kebahagiaan dateng terus; relakan aja. Terima juga kalau keduanya bakal selalu ada.

Mungkin sampai sini lo rasa, “ngomong mah gampang. Terus caranya gimana?

Emang ngomong itu gampang dan gue yakin buat bisa sampai tahap ini, lo bakal butuh buat usaha. Apalagi kalau soal relain hal yang bikin kita overthinking atau sengsara di masa depan nanti. Makanya kita di Satu Persen selalu bilang kalau Konsultasi bareng Mentor Satu Persen bisa jadi sarana lo buat belajar berlatih ini.

Gue dan Satu Persen paham banget kalau ngejalanin hidup di masa kini tuh nggak semudah baca buku Alan Watts. Ada beberapa orang yang butuh bantuan ekstra dan gue yakin banget Mentor Satu Persen bisa bantu lo buat nerapin mindset ini dengan cara lo sendiri.

Tapi, kalau lo mau coba sendiri dulu nggak apa-apa juga. Langkah yang bisa lo coba adalah dengan ketahui apa yang bisa lo kontrol dan apa yang lo nggak bisa kontrol.

Lo bisa tulis hal-hal tadi di kertas biar lo punya gambaran jelas apa yang bisa lo kontrol dan enggak. Latih diri lo buat memiliki kontrol penuh buat hal yang bisa lo kontrol dan belajar buat relain yang enggak.

Hal ini juga termasuk dengan emosi di dalam diri kita. Di bukunya, Alan Watts juga bilang ketika lo berusaha nolak atau nggak ngerasain emosi yang muncul, kecemasan lo bakal makin parah.

Misalnya, lo tiba-tiba kepikiran soal suatu hal di masa depan lo terus lo ngerasa cemas. Karena menurut lo pikiran itu sepele, lo pendem tuh emosinya dan gamau ngakuin kalau lo lagi cemas. Padahal cemas itu emosi dasar manusia dan dibutuhkan.

Terima aja dulu emosi dan fakta kalau masa depan itu nggak pasti, terus belajar buat relakan. Fokus ke hidup lo saat ini. Dari situ, lo bakal mulai belajar bahagia secara utuh dan pelan-pelan bisa mengontrol kebiasaan overthinking lo.

Akhir kata, seluruh hal ini nggak perlu lo jalanin sendirian. Kalau lo butuh bantuan, inget Mentor Satu Persen selalu siap buat bantu lo. Langsung aja klik link di sini. Atau, lo juga bisa pergi ke satupersen.net ya buat cari layanan kita yang mungkin lebih cocok buat lo.

Gue Jhon dari Satu Persen, thanks.

Read More