putinvzrivaetdoma.org

media online informasi mengenai game online tergacor di tahun 2023

judi

Tips Menghadapi Keluarga dan Ortu Toxic

Tips Menghadapi Keluarga dan Ortu Toxic
Tips Menghadapi Keluarga dan Ortu Toxic

Halo, Perseners! Pernah denger istilah ‘keluarga toxic’? Di era yang serba terbuka ini, kita sering banget denger istilah ini. Tapi, apa sih sebenarnya keluarga toxic itu?

Keluarga toxic bisa didefinisikan sebagai keluarga yang hubungannya penuh dengan kritik yang menyakitkan, dan kurangnya empati.

Keluarga toxic itu juga ibarat racun yang perlahan merusak. Mereka mungkin terlihat baik-baik saja dari luar, tapi di dalamnya penuh dengan manipulasI. Ini bukan cuma tentang orang tua yang toxic, tapi juga bisa melibatkan saudara atau anggota keluarga lainnya.

Dalam keluarga seperti ini, sering kali kita temukan kritik yang tajam dan menyakitkan, penggunaan diam sebagai bentuk hukuman, kebohongan, dan penyangkalan. Bahkan, dalam beberapa kasus, bisa terjadi manipulasi emosional dan fisik. Ini semua bukan cuma merusak hubungan keluarga, tapi juga berdampak besar pada kesehatan mental kita.

Mungkin di antara lo semua, pasti ada yang pernah merasakan atau bahkan hidup dalam lingkungan keluarga yang toxic. Ini bukan hal yang mudah. Kadang, kita merasa terjebak dan tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, penting banget untuk kita sadari bahwa kita tidak sendirian dan ada cara untuk menghadapi situasi ini.

Kita sering melihat potret keluarga yang sempurna, tapi jarang yang membahas sisi gelapnya. Padahal, di balik senyum di foto-foto itu, bisa jadi ada cerita yang nggak pernah terungkap.

Mengapa kita harus peduli? Karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Keluarga yang sehat akan menciptakan masyarakat yang sehat. Sebaliknya, keluarga yang toxic bisa berdampak luas, tidak hanya bagi anggotanya tapi juga lingkungan sekitar.

Bagaimana Keluarga Toxic Berpengaruh pada Kesehatan Mental?

Perseners, apa sih dampak keluarga yang toxic pada kesehatan mental kita?

Ini penting banget, karena sering kali kita nggak sadar bahwa lingkungan keluarga yang toxic bisa berdampak besar pada kehidupan kita, terutama kesehatan mental.

Ada beberapa cara keluarga toxic bisa mempengaruhi kesehatan mental kita:

  1. Keluarga toxic sering kali membuat kita merasa tidak aman dan tidak dihargai. Ini bisa menimbulkan rasa cemas dan depresi. Kritik yang tajam dan konstan, misalnya, bisa membuat kita merasa tidak cukup baik dan selalu berada di bawah tekanan.
  2. Keluarga yang sering menggunakan diam sebagai hukuman atau manipulasi bisa membuat kita merasa terisolasi dan kesepian. Ini bukan cuma tentang tidak bicara, tapi juga tentang kurangnya dukungan emosional. Kita jadi merasa sendirian dalam menghadapi masalah.
  3. Kebohongan dan penyangkalan dalam keluarga toxic bisa membuat kita bingung dan meragukan diri sendiri. Ini sering disebut sebagai gaslighting, di mana kita dibuat meragukan realitas kita sendiri. Hal ini sangat berbahaya karena bisa merusak kepercayaan diri kita dan cara kita melihat dunia.
  4. Keluarga toxic sering kali membuat kita merasa bersalah dan malu atas perasaan kita sendiri. Ini bisa terjadi ketika kita mencoba berbicara tentang perasaan kita, tapi malah dianggap sebagai orang yang berlebihan atau sensitif. Ini membuat kita sulit untuk mengungkapkan perasaan dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
  5. Keluarga toxic sering kali memainkan permainan psikologis yang membuat kita merasa terjebak dan tidak berdaya. Ini bisa berupa manipulasi, ancaman, atau bahkan kekerasan fisik dan emosional. Semua ini bisa meninggalkan luka yang dalam dan sulit untuk disembuhkan.

Dampak keluarga toxic pada kesehatan mental kita ini serius banget. Tapi, penting untuk diingat bahwa kita tidak sendirian dan ada cara untuk menghadapi dan menyembuhkan diri dari pengaruh ini.

Apa Tantangan dalam Menghadapi Keluarga yang Toxic?

Menghadapi keluarga yang toxic bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan yang mungkin kita temui, dan mengenalinya adalah langkah pertama untuk bisa mengatasinya.

  1. Salah satu tantangan terbesar adalah mengakui bahwa kita berada dalam lingkungan keluarga yang toxic. Sering kali, kita tumbuh dengan memandang keluarga kita sebagai norma, sehingga sulit untuk menyadari bahwa apa yang kita alami tidak sehat. Mengakui bahwa ada masalah dalam keluarga adalah langkah pertama yang penting, tapi sering kali sulit dilakukan.
  2. Setelah kita menyadari adanya toxicitas, tantangan selanjutnya adalah bagaimana menghadapinya. Ini bisa sangat sulit, terutama jika kita masih bergantung secara finansial atau emosional pada keluarga kita. Rasa takut akan konsekuensi dari menghadapi mereka atau rasa bersalah karena ‘melawan’ keluarga bisa menjadi penghalang besar.
  3. Sering kali ada tekanan sosial dan budaya yang membuat kita merasa harus tetap menjaga hubungan dengan keluarga, meskipun itu beracun. Dalam banyak masyarakat, ada stigma besar terkait dengan ‘memutuskan hubungan’ dengan keluarga, yang membuat situasi ini semakin sulit.
  4. Tantangan lain adalah menghadapi gaslighting dan manipulasi. Keluarga yang toxic sering menggunakan taktik ini untuk membuat kita meragukan diri sendiri dan realitas yang kita alami. Ini bisa membuat kita merasa bingung dan tidak yakin tentang langkah apa yang harus diambil.
  5. Menghadapi dampak emosional jangka panjang dari keluarga toxic juga merupakan tantangan besar. Banyak dari kita yang tumbuh dalam keluarga seperti ini sering mengalami masalah kepercayaan, masalah dalam membangun hubungan yang sehat, dan masalah kesehatan mental lainnya.

Bagaimana sih Cara Menghadapi Keluarga yang Toxic?

Perseners, mengetahui cara untuk menghadapi keluarga yang toxic penting banget, karena dengan strategi yang tepat, kita bisa melindungi diri dan kesehatan mental kita. Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil untuk menghadapi keluarga yang toxic.

  1. Membangun kesadaran diri. Ini berarti mengenali dan menerima perasaan kita sendiri. Sadarilah bahwa perasaan kita valid dan penting, dan kita berhak untuk merasa aman dan dihargai.
  2. Menetapkan batasan. Ini bisa berarti secara fisik menjauh dari anggota keluarga yang toxic atau membatasi interaksi dengan mereka. Menetapkan batasan ini penting untuk melindungi diri kita dari dampak negatif hubungan tersebut.
  3. Mencari dukungan. Ini bisa berupa terapi, bergabung dengan grup dukungan, atau berbicara dengan teman yang dipercaya. Berbicara tentang pengalaman kita dengan orang lain yang mengerti bisa sangat membantu dalam proses penyembuhan.
  4. Belajar untuk merespons daripada bereaksi. Ini berarti mengambil waktu untuk berpikir dan merespons dengan cara yang sehat, daripada bereaksi secara emosional yang mungkin memperburuk situasi.
  5. Fokus pada diri sendiri. Ini berarti menghabiskan waktu untuk merawat diri sendiri, baik secara fisik maupun emosional. Lakukan aktivitas yang membuat kita merasa baik dan yang mendukung kesehatan mental kita.

Menghadapi keluarga yang toxic memang tidak mudah, tapi ingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk melindungi diri kita dan memulai proses penyembuhan.

Kesimpulan

Perseners, kita sudah melalui pembahasan yang panjang dan mendalam tentang keluarga yang toxic. Mulai dari memahami apa itu keluarga toxic, dampaknya pada kesehatan mental, tantangan yang dihadapi, hingga strategi menghadapinya.

Dari tanda-tanda keluarga yang toksik, kita dapat memahami bahwa dinamika keluarga yang tidak sehat dapat berdampak besar pada kehidupan kita. Tanda keluarga toksik, seperti kritik yang menyakitkan, perlakuan diam sebagai bentuk manipulasi, kebohongan, penyangkalan, dapat mempengaruhi kesehatan mental kita. Menghadapi situasi seperti ini bisa sangat menantang dan sering kali memerlukan dukungan eksternal untuk mengatasinya.

Ketika kita menghadapi situasi keluarga yang toksik, penting untuk mengakui bahwa lo mungkin memerlukan bantuan profesional untuk mengelola emosi dan situasi yang sulit ini. Konseling dapat memberikan ruang aman bagi lo untuk mengekspresikan perasaan dan mendapatkan perspektif yang lebih sehat tentang hubungan keluarga.

Dengan konseling, bisa bantu kita memahami dan mengatasi masalah yang kita hadapi, termasuk masalah yang berkaitan dengan keluarga toxic dan kita bisa mendapatkan perspektif baru, strategi yang efektif, dan dukungan emosional yang kita butuhkan.

Yuk, klik di sini untuk mendaftar. Ingat bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, tapi tanda keberanian dan langkah pertama menuju perubahan yang lebih baik. Jangan biarkan stigma atau rasa takut menghalangi kamu untuk mendapatkan bantuan yang kamu butuhkan. Ingat juga bahwa lo gak  sendirian, dan selalu ada harapan dan bantuan yang tersedia. #HidupSeutuhnya.

Berikut rekomendasi judul dari blog yang sudah kita bahas:

  1. Mengatasi Keluarga Toksik: Langkah Menuju Kesehatan Mental
  2. Konseling Online: Solusi Hadapi Dinamika Keluarga Beracun
  3. Memutus Rantai Toxicity Keluarga dengan Bantuan Profesional

Referensi:

  1. Psycom.net. (2022). Are You in A Toxic Family? Signs & How to Cope. Retrieved from https://www.psycom.net/relationships/toxic-family
  2. Healthline. (2019). Toxic Family: 25 Signs and Tips. Retrieved from https://www.healthline.com/health/toxic-family
  3. Oprah Daily. (2021). 15 Signs of a Toxic Family Member, and What to Do About Them. Retrieved from https://www.oprahdaily.com/life/relationships-love/a29609819/signs-of-toxic-family/
  4. Imam, Q. (2022). What is Toxic Family Dynamics? Retrieved from https://www.linkedin.com/pulse/what-toxic-family-dynamics-quazi-imam-m-d
  5. MindBodyGreen. (2023). Toxic Family: 9 Signs Of A Toxic Relative + How To Deal. Retrieved from https://www.mindbodygreen.com/articles/toxic-families
  6. Regain. (2023). Toxic Family Dynamics: The Signs And How To Cope With Them. Retrieved from https://www.regain.us/advice/family/toxic-family-dynamics-the-signs-and-how-to-cope-with-them/
Read More
judi

Susah Bersosialisasi sebagai Pemicu Stres, Gimana Solusinya?

Susah Bersosialisasi sebagai Pemicu Stres, Gimana Solusinya?
Susah Bersosialisasi sebagai Pemicu Stres, Gimana Solusinya?

Halo, Perseners! Di era digital ini, kita sering kali terjebak dalam dunia maya, lupa bahwa interaksi manusia ke manusia itu gak bisa digantikan oleh layar HP atau komputer. Mungkin lo gak sadari pentingnya, tapi sebenarnya penting banget buat kesehatan mental kita. Kurangnya interaksi sosial, bisa memicu stres dan menurunkan produktivitas.

Stres adalah reaksi tubuh yang terjadi ketika kita menghadapi ancaman, perubahan, atau tekanan. Ini bisa muncul karena situasi atau pikiran yang bikin kita marah, gugup, atau putus asa. Gak cuma fisik yang terpengaruh, tapi juga mental kita.

Nah, yang menarik adalah, kurangnya interaksi sosial ternyata bisa jadi salah satu pemicu stres. Di zaman sekarang, banyak orang yang lebih nyaman berinteraksi dengan gadget daripada bertatap muka langsung. Padahal, ketika kita gak berinteraksi sosial dan bertemu orang lain, kita kehilangan kesempatan untuk berbagi dan menceritakan keluh kesah kita. Akibatnya, beban masalah yang kita hadapi bisa jadi lebih berat dan memicu stres.

Tapi, bukan cuma kurangnya interaksi sosial aja yang bisa bikin stres. Ada beberapa hal lain yang juga bisa jadi pemicu, seperti tekanan pekerjaan, masalah finansial, hubungan pribadi yang bermasalah, mengidap penyakit berbahaya, menghadapi kegagalan, kondisi mental tertentu, bahkan kematian orang tersayang. Semua ini bisa bikin kita stres.

Mungkin lo pernah merasakan salah satu, atau bahkan beberapa dari pemicu stres ini. Dan mungkin, tanpa lo sadari, kurangnya interaksi sosial bisa jadi salah satu faktor yang memperparah keadaan. Sekarang, pertanyaannya adalah, kenapa interaksi sosial itu penting? Jawabannya sederhana: kita adalah makhluk sosial.

Kita butuh orang lain untuk berbagi, untuk merasa terhubung, dan untuk merasa validasi. Ketika kita terisolasi, kita kehilangan elemen penting dalam kehidupan kita, yang bisa berakibat pada kesehatan mental kita.

Tapi, di sisi lain, interaksi sosial juga bisa jadi racun, lho. Gimana caranya? Ya, ketika kita terlalu tergantung pada validasi dari orang lain, atau ketika kita terlalu sering berinteraksi dengan orang-orang yang toxic. Ini bisa jadi bumerang yang malah bikin kita stres.

Jadi, gimana dong caranya? Kita harus menemukan keseimbangan. Kita harus bisa memilah, mana interaksi yang sehat dan mana yang toxic. Kita juga harus belajar untuk gak terlalu tergantung pada validasi dari orang lain. Ini semua gak mudah, tapi penting banget buat kesehatan mental kita.

Apa sih Penyebab Susah Berinteraksi Sosial?

Kurangnya interaksi bisa memicu stres, tapi kenapa sih kadang-kadang kita merasa susah untuk berinteraksi dengan orang lain? Era digital ini, kita sering kali lebih memilih berinteraksi dengan gadget daripada orang lain. Ini salah satu faktor yang bikin kita jadi kurang berinteraksi sosial. Kita lebih nyaman chatting atau scrolling media sosial daripada ngobrol langsung. Tapi, kenapa sih ini bisa terjadi?

  1. Kenyamanan Dalam Zona Nyaman: Gadget memberikan kita kenyamanan. Lo bisa berinteraksi tanpa harus keluar rumah, tanpa harus berhadapan langsung dengan orang lain. Ini membuat kita jadi terbiasa dan nyaman di zona nyaman kita sendiri.
  2. Ketakutan Akan Penolakan dan Kritik: Banyak dari kita yang takut untuk berinteraksi karena takut ditolak atau dikritik. Ini bisa jadi karena pengalaman buruk di masa lalu atau karena kita terlalu khawatir tentang pendapat orang lain.
  3. Kurangnya Kepercayaan Diri: Ini juga salah satu alasan utama. Banyak orang yang merasa gak cukup baik, gak menarik, atau gak pintar, sehingga mereka menghindari interaksi sosial.
  4. Tekanan Sosial dan Standar yang Tinggi: Kadang, tekanan untuk selalu tampil sempurna di depan orang lain bisa jadi beban. Standar sosial yang tinggi membuat kita takut untuk berinteraksi karena takut gak memenuhi ekspektasi.
  5. Ketergantungan pada Teknologi: Ini era digital, di mana kita tergantung banget sama teknologi. Ini membuat kita lupa cara berinteraksi secara alami dan langsung.
  6. Masalah Mental atau Emosional: Beberapa orang mungkin mengalami masalah mental atau emosional yang membuat mereka susah untuk berinteraksi, seperti kecemasan sosial, depresi, atau trauma.

Nah, dengan mengetahui alasan-alasan ini, kita bisa mulai memahami kenapa kadang kita atau orang di sekitar kita merasa susah untuk berinteraksi sosial. Tapi, ingat, setiap masalah pasti ada solusinya.

Bagaimana Cara Berinteraksi Sosial?

Setelah kita mengerti alasan dan tantangan dalam berinteraksi sosial, sekarang saatnya kita bahas solusinya. Bagaimana sih cara kita bisa berinteraksi sosial dengan lebih baik? Ini penting banget, karena seperti yang udah kita bahas sebelumnya, interaksi sosial itu vital untuk kesehatan mental kita.

  1. Mulai dari Lingkungan Terdekat: Gak perlu langsung berinteraksi dengan banyak orang. Mulai dari yang terdekat, seperti keluarga atau teman dekat. Ini bisa jadi langkah awal yang baik untuk membangun kepercayaan diri dalam berinteraksi.
  2. Latihan Komunikasi: Komunikasi itu kunci utama dalam interaksi sosial. Latih cara berbicara, mendengarkan, dan memberi respons. Ini bisa dilakukan melalui percakapan sehari-hari, atau bahkan melalui latihan seperti role-playing.
  3. Bergabung dengan Komunitas atau Kelompok: Cari komunitas atau kelompok yang sesuai dengan minat atau hobi lo. Ini bisa membantu lo untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki kesamaan, sehingga lebih mudah untuk berinteraksi.
  4. Menggunakan Teknologi dengan Bijak: Kita gak bisa menghindari teknologi, tapi kita bisa menggunakannya dengan bijak. Gunakan media sosial atau aplikasi chatting untuk membangun jembatan komunikasi, bukan sebagai pengganti interaksi langsung.
  5. Menghadapi Ketakutan: Hadapi ketakutan lo dalam berinteraksi. Ini bisa dilakukan dengan perlahan, misalnya dengan menghadiri acara sosial kecil, atau berbicara di depan umum. Ingat, setiap langkah kecil itu penting.
  6. Mencari Bantuan Profesional jika Diperlukan: Jika lo merasa ada masalah yang lebih serius, seperti kecemasan sosial, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog atau terapis bisa membantu lo untuk mengatasi masalah ini.
  7. Praktik Mindfulness dan Kehadiran: Saat berinteraksi, cobalah untuk benar-benar hadir. Ini berarti mendengarkan dengan baik, tidak terganggu oleh pikiran lain, dan benar-benar fokus pada orang yang lo ajak bicara.
  8. Bersikap Terbuka dan Jujur: Jangan takut untuk menunjukkan siapa diri lo sebenarnya. Orang-orang akan lebih menghargai kejujuran dan keaslian daripada mencoba menjadi seseorang yang bukan diri lo.
  9. Belajar dari Pengalaman: Setiap interaksi adalah kesempatan untuk belajar. Jika ada yang gak berjalan sesuai harapan, jangan langsung down. Ambil pelajaran dari situasi tersebut dan gunakan untuk memperbaiki interaksi berikutnya.
  10. Bersabar dan Terus Berusaha: Perubahan gak akan terjadi dalam semalam. Butuh waktu dan usaha untuk memperbaiki keterampilan interaksi sosial. Jadi, bersabarlah dan terus berusaha.

Dengan menerapkan tips-tips ini, lo bisa mulai memperbaiki cara lo berinteraksi dengan orang lain. Dan ingat, setiap langkah kecil itu penting.

Apa sih Manfaat Berinteraksi Sosial

Setelah kita membahas bagaimana cara berinteraksi sosial, penting untuk mengerti manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan dari berinteraksi sosial. Percaya deh, manfaatnya itu bukan cuma satu atau dua, tapi banyak banget dan bisa berdampak besar pada kehidupan kita.

  1. Meningkatkan Kesehatan Mental: Menurut Halodoc, berinteraksi sosial bisa membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Ketika kita berinteraksi, kita berbagi pikiran dan perasaan, yang bisa membantu kita merasa lebih baik dan lebih ringan.
  2. Membangun Rasa Percaya Diri: Dengan berinteraksi, kita belajar untuk mengungkapkan diri dan pendapat kita. Ini bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri kita.
  3. Meningkatkan Keterampilan Komunikasi: Semakin sering kita berinteraksi, semakin baik pula keterampilan komunikasi kita. Ini penting, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
  4. Memperluas Jaringan dan Peluang: Berinteraksi sosial membuka banyak peluang, baik itu untuk pertemanan, pekerjaan, atau hal-hal lainnya. Jaringan yang luas bisa membawa banyak manfaat dalam kehidupan kita.
  5. Meningkatkan Empati dan Pengertian terhadap Orang Lain: Ketika kita berinteraksi dengan berbagai jenis orang, kita belajar untuk lebih memahami dan berempati dengan mereka. Ini membantu kita menjadi lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan.
  6. Mendapatkan Dukungan Sosial: Dukungan sosial itu penting, terutama saat kita menghadapi masalah atau tantangan. Dengan memiliki jaringan sosial yang baik, kita bisa mendapatkan dukungan yang kita butuhkan.
  7. Meningkatkan Kesehatan Fisik: Percaya atau tidak, berinteraksi sosial juga bisa berdampak positif pada kesehatan fisik kita. Menurut beberapa penelitian, orang yang memiliki hubungan sosial yang baik cenderung memiliki risiko lebih rendah untuk berbagai penyakit.
  8. Membantu Pertumbuhan Pribadi: Melalui interaksi sosial, kita belajar banyak hal, dari pengalaman orang lain, dari cara mereka menghadapi masalah, dan dari perspektif yang berbeda. Ini semua membantu pertumbuhan pribadi kita.
  9. Meningkatkan Kebahagiaan dan Kepuasan Hidup: Berinteraksi dengan orang lain bisa membuat kita merasa lebih bahagia dan lebih puas dengan hidup kita. Ini karena kita merasa terhubung, dihargai, dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
  10. Mengurangi Risiko Penyakit Mental: Berinteraksi sosial secara teratur bisa mengurangi risiko kita untuk mengembangkan penyakit mental seperti depresi dan kecemasan.

Nah, itu dia beberapa manfaat dari berinteraksi sosial. Dengn manfaat ini, lo akan lebih termotivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.

Kesimpulan

Perseners, kita sudah ngomongin tentang pentingnya interaksi sosial, tantangan-tantangannya, cara mengatasinya, dan tentu saja, manfaat-manfaat yang bisa kita dapatkan dari berinteraksi sosial.

Ingatlah bahwa interaksi sosial itu bukan cuma penting, tapi penting untuk kesehatan mental kita. Kurangnya interaksi sosial bisa memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Tapi, di sisi lain, berinteraksi sosial bisa membawa banyak manfaat, mulai dari meningkatkan kesehatan mental dan fisik, memperluas jaringan, hingga meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup.

Kita juga harus ingat bahwa setiap orang punya tantangannya masing-masing dalam berinteraksi sosial. Tapi, dengan langkah-langkah yang tepat, kita bisa mengatasi tantangan-tantangan itu. Mulai dari membangun kepercayaan diri, menggunakan teknologi dengan bijak, hingga mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Jika lo merasa kesulitan dalam berinteraksi sosial atau menghadapi masalah kesehatan mental lainnya. Jangan pernah merasa malu atau ragu untuk mencari bantuan. Ingat, mencari bantuan itu tanda kekuatan, bukan kelemahan.

Lo bisa menggunakan layanan konseling untuk mendapatkan bantuan dari profesional yang berpengalaman dan tentunya bisa dipercaya. Mereka siap membantu lo untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin lo hadapi, termasuk dalam hal interaksi sosial.

Yuk, klik di sini untuk mendaftar. Jangan ragu untuk mengambil langkah ini. Ingat, lo gak sendirian. Ingat, bahwa setiap langkah kecil yang lo ambil itu penting. Jangan pernah meremehkan kemajuan, sekecil apa pun itu. Setiap usaha yang lo lakukan untuk memperbaiki interaksi sosial dan kesehatan mental lo itu berharga. Jadi, teruslah berusaha, teruslah belajar, dan ingatlah bahwa lo selalu bisa mendapatkan bantuan jika lo membutuhkannya. #HidupSeutuhnya.

Berikut adalah tiga rekomendasi judul dari blog yang sudah kita bahas:

  1. Mengatasi Stres dengan Interaksi Sosial: Tips & Trik
  2. Manfaat Berinteraksi: Lebih dari Sekedar Obrolan
  3. Kesehatan Mental dan Sosial: Kunci Bahagia Generasi Muda

Referensi:

  1. Goffman, E. (1967). Interaction Ritual: Essays on Face-to-Face Behavior. Anchor Books.
  2. Hall, E. T. (1966). The Hidden Dimension. Doubleday.
  3. Hinde, R. A. (1997). Relationships: A Dialectical Perspective. Psychology Press.
  4. Knapp, M. L., & Daly, J. A. (2011). The Handbook of Interpersonal Communication, 4th ed. Sage Publications.
  5. Tannen, D. (1990). You Just Don’t Understand: Women and Men in Conversation. William Morrow and Company.
Read More
judi

Mengelola Waktu Lembur untuk Work Life Balance yang Lebih Baik

Di era yang serba cepat ini, manajemen waktu menjadi kunci utama dalam berbagai aspek kehidupan, terutama di tempat kerja. Saat lembur, pentingnya manajemen waktu menjadi semakin terasa. Mengapa demikian? Mari kita ulas lebih dalam.

Pertama, manajemen waktu yang baik dapat meningkatkan produktivitas. Saat lembur, waktu yang Anda miliki terbatas. Dengan mengatur waktu secara efisien, Anda dapat memprioritaskan tugas-tugas penting dan menyelesaikannya dengan lebih efektif. Ini berarti, tugas yang biasanya memakan waktu lama dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, meningkatkan output kerja Anda secara signifikan.

Kedua, kualitas kerja juga terpengaruh oleh bagaimana Anda mengelola waktu. Dengan waktu yang terorganisir, Kita memiliki kesempatan untuk fokus pada detail dan kualitas pekerjaan. Ini berarti pekerjaan yang dihasilkan tidak hanya cepat selesai tetapi juga memiliki standar kualitas yang tinggi.

Ketiga, manajemen waktu yang baik dapat mengurangi stres. Stres sering kali muncul karena tekanan waktu dan tumpukan pekerjaan yang tampaknya tidak ada habisnya. Dengan mengatur waktu secara efektif, Anda dapat mengurangi rasa terburu-buru dan tekanan yang tidak perlu, sehingga mengurangi tingkat stres saat lembur.

Keempat, manajemen waktu memungkinkan kita untuk mencapai keseimbangan hidup yang lebih baik. Dengan mengatur waktu kerja dan waktu istirahat secara seimbang, Anda dapat memastikan bahwa kehidupan pribadi dan profesional Anda tidak saling mengganggu. Ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda.

Kelima, manajemen waktu yang baik juga berkontribusi pada peningkatan kepuasan kerja. Saat kita dapat menyelesaikan tugas dengan efisien dan efektif, ini menciptakan rasa pencapaian dan kepuasan. Anda merasa waktu yang dihabiskan untuk lembur menjadi lebih bermakna dan produktif.

Namun, apa yang terjadi jika manajemen waktu tidak diterapkan dengan baik saat lembur? Ini dapat berdampak negatif pada produktivitas. Tanpa manajemen waktu yang efektif, kita mungkin menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Ini tidak hanya mengurangi efisiensi kerja Anda tetapi juga dapat menimbulkan kelelahan dan penurunan kualitas kerja.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas lebih lanjut tentang Dampak Negatif Kurangnya Manajemen Waktu pada Produktivitas. Kita akan melihat bagaimana kurangnya manajemen waktu dapat menghambat kemampuan Anda untuk bekerja secara efektif dan efisien, serta dampaknya terhadap kinerja kerja secara keseluruhan.

Dampak Negatif Kurangnya Manajemen Waktu pada Produktivitas

Setelah memahami pentingnya manajemen waktu saat lembur, kita perlu menyadari dampak negatif yang muncul ketika manajemen waktu tidak diterapkan dengan baik. Kurangnya manajemen waktu tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada produktivitas keseluruhan perusahaan.

Penurunan Produktivitas: Kurangnya manajemen waktu sering kali menyebabkan penurunan produktivitas. Karyawan yang gagal mengatur waktu mereka dengan efisien cenderung kehilangan fokus dan motivasi. Hal ini mengakibatkan penurunan kinerja dan produktivitas, yang pada akhirnya berdampak negatif pada output keseluruhan perusahaan.

Kualitas Kerja yang Buruk: Manajemen waktu yang buruk juga berdampak pada kualitas kerja. Karyawan yang terburu-buru dalam menyelesaikan tugas mereka sering membuat kesalahan yang tidak perlu. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas pekerjaan individu, tetapi juga citra dan standar perusahaan secara keseluruhan.

Alur Kerja yang Tidak Efisien: Kurangnya manajemen waktu dapat mengakibatkan alur kerja yang kacau dan tidak terorganisir. Ini mengarah pada inefisiensi dalam proses kerja, di mana tugas-tugas tidak diselesaikan dalam urutan yang paling logis atau efektif.

Reputasi Perusahaan yang Buruk: Kualitas kerja yang buruk dan produktivitas yang rendah dapat merusak reputasi perusahaan. Pelanggan yang kecewa dengan produk atau layanan yang tidak memenuhi standar dapat memberikan dampak jangka panjang pada citra perusahaan.

Stres pada Karyawan: Kurangnya manajemen waktu sering kali menyebabkan stres pada karyawan. Karyawan yang merasa terburu-buru dan tidak mampu mengatur waktu mereka dengan baik cenderung mengalami tekanan yang lebih besar, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perlu memberikan pelatihan dan pengembangan karyawan dalam manajemen waktu. Dengan dukungan dan sumber daya yang tepat, karyawan dapat belajar mengatur waktu mereka dengan lebih efektif, sehingga meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas tentang Risiko Kesehatan Akibat Lembur Tanpa Manajemen Waktu yang Baik. Kita akan melihat bagaimana kurangnya manajemen waktu saat lembur tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental karyawan.

Risiko Kesehatan Akibat Lembur Tanpa Manajemen Waktu yang Baik

Kerja lembur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan profesional banyak orang. Namun, tanpa manajemen waktu yang baik, lembur bisa membawa risiko kesehatan yang serius. Mari kita bahas dampaknya pada kesehatan fisik dan mental.

Dampak pada Kesehatan Fisik

Kelelahan Kronis: Bekerja lembur secara terus-menerus meningkatkan risiko kelelahan kronis. Kurangnya istirahat mempengaruhi siklus tidur dan pemulihan tubuh, menyebabkan penurunan energi dan konsentrasi.

Gangguan Tidur: Jam kerja yang panjang mengganggu pola tidur sehat. Ini bisa menyebabkan insomnia dan penurunan kualitas tidur, melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit serius.

Penurunan Kebugaran Fisik: Kurangnya waktu untuk berolahraga dan menjaga kebugaran fisik adalah dampak langsung dari bekerja lembur. Gaya hidup sedentari ini meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.

Dampak pada Kesehatan Mental

Stres Berkepanjangan: Tekanan untuk memenuhi tenggat waktu dan tuntutan kerja yang tinggi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya.

Kehilangan Keseimbangan Kehidupan: Menghabiskan sebagian besar waktu untuk bekerja meninggalkan sedikit waktu untuk kegiatan sosial dan hobi. Ini berdampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan antarpribadi.

Kepuasan Kerja Menurun: Meskipun awalnya mungkin terlihat sebagai dedikasi, lembur yang berlebihan dapat mengurangi kepuasan kerja, menurunkan motivasi, dan menyebabkan kelelahan emosional.

Mengakui dan mengelola dampak buruk lembur pada kesehatan fisik dan mental adalah kunci. Langkah-langkah seperti mengatur batasan waktu kerja yang sehat, menetapkan prioritas, dan mencari waktu untuk beristirahat sangat penting. Komunikasi dengan atasan dan dukungan dari teman serta keluarga juga membantu.

Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi adalah penting. Prioritaskan kesehatan dan kesejahteraan Anda, karena hanya dengan tubuh dan pikiran yang sehat, Anda dapat memberikan kontribusi maksimal dalam pekerjaan dan menikmati kehidupan yang memuaskan.

Pengaruh terhadap Keseimbangan Hidup-Kerja

Dalam dunia kerja yang serba cepat dan menuntut, keseimbangan hidup-kerja menjadi aspek penting yang seringkali terabaikan. Keseimbangan ini tidak hanya mempengaruhi kepuasan kerja, tetapi juga kesuksesan karier seseorang. Berdasarkan penelitian, keseimbangan waktu, keterlibatan, dan kepuasan dalam kehidupan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini menunjukkan pentingnya mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan untuk mencapai kesuksesan karier dan kepuasan kerja yang lebih baik.

Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan hidup-kerja adalah dengan mengatur jadwal kerja yang efektif. Ini berarti menetapkan batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi. Misalnya, menetapkan jam kerja yang tetap dan menghindari pekerjaan di luar jam tersebut kecuali dalam keadaan darurat. Ini membantu dalam memastikan bahwa waktu luang dapat digunakan untuk kegiatan pribadi atau bersama keluarga, yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup-kerja.

Mengurangi pengeluaran yang tidak perlu juga dapat membantu dalam mencapai keseimbangan hidup-kerja. Dengan mengelola keuangan dengan bijak, seseorang dapat mengurangi tekanan untuk bekerja lebih keras atau lebih lama untuk memenuhi kebutuhan finansial. Ini memungkinkan lebih banyak waktu untuk dihabiskan dengan keluarga atau untuk kegiatan pribadi, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup.

Memprioritaskan waktu untuk kegiatan di luar pekerjaan juga penting dalam mencapai keseimbangan hidup-kerja. Ini bisa berupa hobi, olahraga, atau menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memberikan relaksasi tetapi juga membantu dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Mengembangkan keterampilan yang tepat juga penting dalam mencapai keseimbangan hidup-kerja. Keterampilan seperti manajemen waktu, komunikasi, dan kepemimpinan tidak hanya berguna dalam pekerjaan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan ini membantu seseorang dalam mengelola tugas-tugas dengan lebih efektif, memungkinkan lebih banyak waktu untuk kehidupan pribadi.

Keseimbangan hidup-kerja adalah aspek penting yang mempengaruhi kesuksesan karier dan kepuasan kerja. Dengan mengatur jadwal kerja yang efektif, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, memprioritaskan waktu untuk kegiatan di luar pekerjaan, dan mengembangkan keterampilan yang tepat, seseorang dapat mencapai keseimbangan yang diinginkan. Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan.

Kesimpulan

Setelah memahami pentingnya manajemen waktu saat lembur, dampak negatif dari kurangnya manajemen waktu pada produktivitas, risiko kesehatan, dan pengaruhnya terhadap keseimbangan hidup-kerja, kita dapat melihat bahwa keseimbangan ini bukan hanya penting untuk kepuasan kerja, tetapi juga untuk kesehatan dan kebahagiaan kita secara keseluruhan.

Untuk membantu Karyawan Anda dalam mengelola tantangan ini, sangat disarankan untuk mengambil langkah proaktif. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan Psychotest & Assessment yang tersedia di Life Skills. Tes ini dirancang untuk memberikan wawasan lebih dalam tentang diri Karyawan, termasuk cara mengelola stres, memahami nilai pribadi, dan mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan,membantu mengenal diri sendiri lebih dalam. Ini penting untuk mengembangkan strategi manajemen waktu dan keseimbangan hidup-kerja yang efektif.

Psychotest & Assessment berguna mengidentifikasi area di mana Karyawan Anda unggul dan aspek yang perlu ditingkatkan. Pengetahuan ini sangat berguna dalam pengembangan karier dan kehidupan pribadi.

Gunakan kesempatan ini untuk belajar lebih banyak tentang kepribadian dan bagaimana dapat meningkatkan kualitas hidup dan kerja karyawan Anda. Berikan investasi terbaik kepada karyawan Anda.

Read More
judi

Teknik Relaksasi Efektif untuk Atasi Stres Akibat Lembur

Di era yang serba cepat ini, kita sering terjebak dalam rutinitas kerja yang menuntut, termasuk kebiasaan lembur yang terkadang dianggap sebagai norma. Namun, penting untuk memahami bahwa meminimalisir waktu lembur bukan hanya tentang mengurangi jam kerja, melainkan tentang menciptakan keseimbangan yang lebih sehat dalam hidup kita. Mari kita bahas beberapa alasan mengapa hal ini sangat penting.

Meningkatkan Keseimbangan Hidup

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih bahagia dan memuaskan. Dengan meminimalisir waktu lembur, Anda memberi diri Anda kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga, teman, atau mengejar hobi yang Anda sukai. Ini tidak hanya mengurangi tekanan kerja, tetapi juga memberikan Anda ruang untuk menikmati aspek lain dari kehidupan Anda .

Meningkatkan Kesehatan

Kesehatan adalah harta yang paling berharga, dan lembur berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental Anda. Stres dan kelelahan akibat jam kerja yang panjang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan tidur, masalah pencernaan, dan bahkan depresi. Dengan mengurangi waktu lembur, Anda memberikan tubuh kesempatan untuk istirahat dan pulih .

Meningkatkan Produktivitas

Ironisnya, bekerja lebih lama tidak selalu berarti lebih produktif. Kualitas kerja sering menurun saat kita lelah atau stres. Dengan membatasi waktu lembur, Anda dapat menjaga fokus dan efisiensi kerja, sehingga pekerjaan yang Anda lakukan lebih berkualitas dan efektif .

Meningkatkan Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja tidak hanya datang dari apa yang Anda kerjakan, tetapi juga dari bagaimana Anda bekerja. Dengan mengurangi waktu lembur, Anda akan merasa lebih puas dan menghargai waktu yang Anda habiskan di tempat kerja. Ini menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif .

Meningkatkan Kualitas Hidup

Kualitas hidup secara keseluruhan dapat meningkat dengan meminimalisir waktu lembur. Anda memiliki lebih banyak waktu untuk kegiatan yang memperkaya hidup Anda, seperti olahraga, berlibur, atau sekadar bersantai. Ini membantu Anda menjalani hidup yang lebih seimbang dan memuaskan .

Meminimalisir waktu lembur bukan hanya tentang mengurangi jam kerja, tetapi tentang menciptakan keseimbangan yang lebih baik dalam hidup, meningkatkan kesehatan, produktivitas, kepuasan kerja, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan waktu lembur sebagai bagian dari strategi kerja Anda .

Namun, apa yang terjadi ketika kita gagal mengontrol waktu lembur? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental kita? Pada bagian berikutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang Dampak Lembur Berlebihan terhadap Kesehatan Mental.

Dampak Lembur Berlebihan terhadap Kesehatan Mental

Setelah memahami pentingnya meminimalisir waktu lembur, kita perlu menyadari dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh lembur berlebihan terhadap kesehatan mental. Dampak ini tidak hanya mempengaruhi individu secara pribadi, tetapi juga dapat berpengaruh pada lingkungan kerja dan produktivitas secara keseluruhan.

Salah satu dampak paling serius dari lembur berlebihan adalah peningkatan risiko depresi. Karyawan yang terus-menerus bekerja lembur dapat merasa tertekan, kehilangan motivasi, dan merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan keluarga. Hal ini dapat memicu perasaan kesepian dan ketidakberdayaan yang mendalam .

Kecanduan alkohol sering kali menjadi pelarian bagi beberapa karyawan yang mencoba mengatasi stres dan tekanan kerja. Lembur berlebihan dapat meningkatkan risiko kecanduan ini, karena alkohol sering digunakan sebagai cara untuk ‘melupakan’ masalah atau untuk bersantai setelah jam kerja yang panjang .

  • Kualitas Tidur yang Buruk

Kualitas tidur yang buruk adalah dampak lain dari lembur berlebihan. Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres, mudah marah, dan kesulitan berkonsentrasi. Ini juga dapat mempengaruhi kinerja kerja dan kesehatan fisik secara umum .

Gangguan kecemasan dapat diperburuk oleh jam kerja yang panjang dan tekanan untuk memenuhi tenggat waktu. Karyawan yang terus-menerus bekerja lembur mungkin merasa cemas dan khawatir tentang pekerjaan mereka, yang dapat mengarah pada kondisi kecemasan yang lebih serius .

Burnout adalah keadaan kelelahan fisik dan mental yang ekstrem, sering disertai dengan hilangnya motivasi dan perasaan tidak efektif di tempat kerja. Ini adalah hasil dari tekanan kerja yang berlebihan dan berkelanjutan, termasuk lembur berlebihan .

Untuk mengatasi dampak negatif ini, perusahaan perlu menyediakan dukungan dan sumber daya yang memadai untuk membantu karyawan mengelola waktu mereka dengan lebih baik. Program kesehatan mental dan manajemen stres dapat menjadi langkah penting dalam membantu karyawan mengatasi dampak negatif dari lembur berlebihan. Dengan memperhatikan kesehatan mental karyawan, perusahaan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga produktivitas dan pencapaian tujuan bisnis secara keseluruhan .

Namun, apa yang dapat dilakukan oleh karyawan itu sendiri untuk mengurangi stres akibat lembur? Pada bagian berikutnya, kita akan membahas tentang berbagai Teknik Relaksasi untuk Mengurangi Stres Akibat Lembur.

Teknik Relaksasi untuk Mengurangi Stres Akibat Lembur

Setelah memahami dampak negatif lembur berlebihan terhadap kesehatan mental, penting bagi kita untuk mengetahui cara mengelola dan mengurangi stres yang diakibatkannya. Berikut adalah beberapa teknik relaksasi yang dapat membantu mengurangi stres akibat bekerja lembur.

Pernapasan dalam adalah teknik relaksasi yang sederhana namun efektif. Caranya, tarik napas dalam-dalam melalui hidung, tahan selama beberapa detik, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Ulangi beberapa kali. Teknik ini dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi ketegangan .

Relaksasi otot progresif melibatkan menegangkan dan mengendurkan berbagai kelompok otot di tubuh. Ini dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan mempromosikan rasa relaksasi. Mulailah dari ujung kaki dan bergerak ke atas ke kepala, secara bertahap menegangkan dan mengendurkan setiap kelompok otot .

Meditasi mindfulness melibatkan fokus pada saat ini dan menyadari pikiran serta perasaan tanpa menghakimi. Ini dapat membantu mengurangi stres dan mempromosikan relaksasi. Cukup duduk dengan nyaman, tutup mata, dan perhatikan aliran napas Anda, serta pikiran dan perasaan yang muncul tanpa terlibat dengan mereka .

Yoga menggabungkan postur fisik, teknik pernapasan, dan meditasi untuk mempromosikan relaksasi dan mengurangi stres. Yoga tidak hanya membantu secara fisik tetapi juga memberikan manfaat mental, membantu menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan .

Imajinasi terbimbing melibatkan visualisasi sebuah adegan yang damai dan santai dalam pikiran. Ini dapat membantu mengurangi stres dan mempromosikan relaksasi. Bayangkan diri Anda di tempat yang tenang dan damai, rasakan sensasi yang menyenangkan dari tempat tersebut, dan biarkan itu membawa Anda ke keadaan relaksasi yang lebih dalam .

Dengan mempraktikkan teknik-teknik relaksasi ini secara teratur, individu dapat mengurangi stres yang disebabkan oleh lembur dan meningkatkan kesejahteraan keseluruhan. Sangat penting untuk memprioritaskan perawatan diri dan mengambil istirahat saat dibutuhkan untuk menghindari burnout dan menjaga kesehatan yang baik .

Namun, selain teknik relaksasi, ada aspek lain yang penting untuk diperhatikan, yaitu membangun kebiasaan kerja yang lebih sehat. Pada bagian berikutnya, kita akan membahas bagaimana Membangun Kebiasaan Kerja yang Lebih Sehat.

Cara Membangun Kebiasaan Kerja yang Lebih Sehat

Setelah memahami berbagai teknik relaksasi untuk mengurangi stres akibat lembur, penting juga untuk membangun kebiasaan kerja yang lebih sehat. Kebiasaan ini tidak hanya membantu mengurangi stres, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa tips untuk membangun kebiasaan kerja yang lebih sehat.

  • Prioritaskan Keseimbangan Hidup dan Kerja

Keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Penting untuk menetapkan batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi, serta memastikan bahwa kedua aspek ini mendapat perhatian yang seimbang .

  • Komunikasi Terbuka dan Jujur

Komunikasi yang terbuka dan jujur antara karyawan dan atasan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat. Hal ini memungkinkan karyawan untuk menyampaikan kebutuhan dan batasan mereka, serta mendapatkan dukungan yang diperlukan .

  • Budaya Apresiasi dan Penghargaan

Mengembangkan budaya yang menghargai dan mengapresiasi karyawan dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja. Pengakuan atas kerja keras dan pencapaian dapat memberikan dampak positif yang besar terhadap moral dan kesejahteraan karyawan .

  • Aktivitas Fisik dan Olahraga

Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur adalah penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Ini tidak hanya membantu mengurangi risiko penyakit fisik, tetapi juga meningkatkan mood dan energi .

  • Jadwal Kerja yang Efektif

Mengatur jadwal kerja yang efektif dan produktif dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk lembur. Hal ini termasuk mengatur waktu istirahat yang cukup dan menghindari pengambilan tugas yang berlebihan .

  • Kurangi Penggunaan Teknologi Berlebihan

Penggunaan teknologi dan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan mental. Penting untuk mengatur waktu penggunaan teknologi dan mengambil istirahat dari layar secara teratur .

  • Fokus pada Tugas yang Sedang Dikerjakan

Menghindari multitasking yang berlebihan dan tetap fokus pada satu tugas pada satu waktu dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi stres. Ini membantu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan dengan kualitas yang lebih baik .

  • Aktivitas Menyenangkan di Luar Pekerjaan

Melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar pekerjaan adalah penting untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental. Ini bisa berupa hobi, olahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman .

Dengan menerapkan kebiasaan kerja yang lebih sehat ini, seseorang dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam kehidupan, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.

Namun, apa kesimpulan yang dapat kita tarik dari semua ini? Pada bagian berikutnya, kita akan merangkum poin-poin penting dari pembahasan kita dan memberikan kesimpulan akhir.

Kesimpulan

Keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi harus menjadi prioritas utama. Ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan fisik kita, tetapi juga pada kualitas hidup secara keseluruhan. Kita harus ingat bahwa bekerja adalah bagian dari hidup, bukan sebaliknya.

Untuk mencapai keseimbangan ini, diperlukan langkah aktif baik dari individu maupun organisasi. Individu perlu mengadopsi kebiasaan kerja yang lebih sehat dan mempraktikkan teknik relaksasi, sementara organisasi perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan ini.

Salah satu cara untuk membantu mencapai keseimbangan ini adalah melalui pelatihan. Pelatihan dapat membantu individu dan organisasi memahami pentingnya keseimbangan kerja dan kehidupan, serta memberikan alat dan teknik untuk mencapainya.

Life Skills Indonesia, menawarkan program In-House Training yang membantu memberikan solusi pelatihan yang disesuaikan untuk membantu karyawan dan organisasi dalam membangun kebiasaan kerja yang lebih sehat dan produktif. Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik setiap organisasi, dengan fokus pada peningkatan keseimbangan hidup dan kerja, serta kesehatan mental karyawan.

Untuk Anda yang tertarik untuk membawa perubahan positif dalam organisasi Anda, In-House Training dari Life Skills dapat membantu, kunjungi link berikut satu.bio/daftariht-igls . Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas di tempat kerja Anda.

Dengan mengambil langkah proaktif dalam membangun kebiasaan kerja yang lebih sehat dan memanfaatkan sumber daya seperti pelatihan yang ditawarkan oleh Life Skills, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, produktif, dan harmonis. Ingat, investasi dalam kesehatan mental dan keseimbangan hidup adalah investasi dalam masa depan kita yang lebih cerah dan lebih seimbang.

Referensi

National Safety Council, (2004). Manajemen stres dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: keterampilan coping yang efektif, teknik relaksasi, dan gaya. Ejournal UMM, 1(1), 1-10.

Wardhana, A. K., (2018). STRES KERJA: Penyebab, dampak, dan solusinya (Studi kasus pada karyawan NET. Yogyakarta) [Master’s thesis, Universitas Islam Indonesia].

Roby Rizky, (2020). Cara cepat mengatasi sakit kepala saat kerja lembur.

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Read More
judi

Kiat Sukses Mengenali dan Menerima Diri untuk Kesehatan Mental

Di dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini, sering kali kita lupa untuk berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, “Siapakah saya sebenarnya?” Mengenal diri sendiri bukan hanya sebuah proses introspeksi, tapi sebuah perjalanan yang membawa kita pada pemahaman mendalam tentang siapa kita, apa yang kita inginkan, dan bagaimana kita bisa mencapai itu semua. Mari kita bahas beberapa alasan mengapa mengenal diri sendiri itu penting.

Pertama, mengenal diri sendiri membantu kita dalam menentukan jalan hidup. Setiap orang memiliki minat, bakat, dan nilai yang berbeda-beda. Dengan memahami aspek-aspek ini, kita bisa menentukan arah hidup yang lebih sesuai dengan diri kita. Seperti yang diungkapkan oleh ESQ Training, ini membantu kita mencapai tujuan hidup dengan lebih efektif dan efisien. Kita menjadi lebih fokus dan terarah, bukan hanya mengikuti arus atau apa yang diinginkan orang lain.

Kedua, mengenal diri sendiri memungkinkan kita untuk menemukan solusi yang tepat dalam menghadapi masalah. Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan memahami hal ini, seperti yang dijelaskan oleh Muhammadiyah, kita bisa menemukan cara terbaik untuk mengatasi tantangan yang kita hadapi. Ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah, tapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan profesional.

Ketiga, proses ini membuka mata kita terhadap potensi diri yang mungkin belum kita sadari sebelumnya. Menurut Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan mengenal diri sendiri, kita bisa mengidentifikasi dan memanfaatkan potensi tersebut untuk mencapai tujuan hidup dan karier yang kita impikan.

Keempat, mengenal diri sendiri meningkatkan kesadaran diri. Hal ini, seperti yang dijelaskan oleh Mindtera, membantu kita memahami bagaimana keputusan dan tindakan kita memengaruhi hidup kita sendiri dan orang lain di sekitar kita. Kesadaran diri ini penting untuk menjalani hidup yang harmonis dan bermakna.

Kelima, proses ini juga berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan diri. Seperti yang dibahas di Quora, dengan mengenal diri sendiri, kita menjadi lebih percaya diri dan mampu mengatasi rasa tidak pasti atau ketidakpercayaan diri yang mungkin kita alami.

Terakhir, mengenal diri sendiri juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan pribadi dan sosial. Dengan memahami nilai-nilai, kebutuhan, dan tujuan hidup kita, seperti yang dijelaskan oleh Gramedia, kita bisa hidup dengan lebih bahagia dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang lain.

Mengenal diri sendiri bukanlah sebuah proses yang terjadi dalam semalam. Ini adalah perjalanan yang membutuhkan waktu, refleksi, dan terkadang bantuan dari luar. Namun, manfaat yang diperoleh dari proses ini tidak terukur. Dengan memahami diri kita sendiri, kita tidak hanya memaksimalkan potensi diri, tapi juga membuka jalan menuju kehidupan yang lebih terarah dan bermakna.

Proses Berkenalan dengan Diri Sendiri

Setelah memahami pentingnya mengenal diri sendiri, langkah selanjutnya adalah memulai proses berkenalan dengan diri sendiri. Proses ini bukan hanya tentang mengetahui siapa Anda, tapi juga memahami kelebihan, kekurangan, nilai-nilai, minat, dan tujuan hidup Anda. Proses ini penting untuk meningkatkan kepercayaan diri dan membantu Anda mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk berkenalan dengan diri sendiri.

Refleksi Diri: Luangkan waktu untuk merenung dan memikirkan tentang diri Anda. Tanyakan pada diri sendiri, apa kelebihan dan kekurangan Anda? Apa nilai-nilai yang Anda pegang? Apa minat dan tujuan hidup Anda? Refleksi diri ini membantu Anda memahami diri sendiri dengan lebih mendalam.

Mencatat Pengalaman Hidup: Catatlah pengalaman hidup Anda, baik yang positif maupun negatif. Pelajari apa yang dapat Anda pelajari dari pengalaman tersebut. Hal ini akan membantu Anda memahami bagaimana pengalaman-pengalaman tersebut membentuk Anda menjadi pribadi seperti sekarang.

Mencari Umpan Balik: Mintalah umpan balik dari orang-orang terdekat Anda, seperti keluarga, teman, atau rekan kerja. Tanyakan pada mereka apa kelebihan dan kekurangan Anda menurut pandangan mereka. Umpan balik ini bisa memberikan perspektif baru tentang diri Anda yang mungkin belum Anda sadari.

Mencari Sumber Daya: Baca buku, artikel, atau ikuti kursus yang dapat membantu Anda memahami diri sendiri dengan lebih baik. Sumber daya ini bisa memberikan wawasan dan alat yang berguna untuk proses pengenalan diri.

Mencoba Hal Baru: Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru. Hal ini dapat membantu Anda menemukan minat dan bakat baru yang mungkin belum Anda ketahui sebelumnya. Dengan mencoba hal baru, Anda juga belajar bagaimana menghadapi situasi yang tidak familiar dan belajar dari pengalaman tersebut.

Dalam proses berkenalan dengan diri sendiri, sangat penting untuk jujur dan terbuka dengan diri sendiri. Terimalah kelebihan dan kekurangan Anda dengan lapang dada. Ingat, tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang memiliki keunikan dan potensi masing-masing. Dengan memahami diri sendiri dengan lebih baik, Anda dapat mengambil keputusan yang lebih baik, meningkatkan kualitas hidup, dan mencapai tujuan hidup yang lebih baik.

Cara Merefleksikan Pengalaman Hidup Anda

Merefleksikan pengalaman hidup bukan hanya tentang mengingat kembali apa yang telah terjadi, tetapi juga memahami bagaimana pengalaman tersebut membentuk Anda menjadi pribadi yang sekarang. Berikut adalah beberapa pengalaman hidup yang sering kali memberikan pelajaran berharga:

Traveling ke Tempat Baru: Traveling ke tempat baru membuka mata kita terhadap keanekaragaman dunia. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa pengguna Quora, pengalaman ini memperluas wawasan, memperkenalkan kita pada budaya dan perspektif baru, dan membantu kita menghargai keragaman.

Mengatasi Tantangan: Mengatasi tantangan mengajarkan kita untuk menjadi lebih tangguh. Menurut Hipwee, ini membantu kita mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan meningkatkan kepercayaan diri. Setiap tantangan yang berhasil kita atasi adalah bukti dari kemampuan kita untuk bertahan dan berkembang.

Membantu Orang Lain: Membantu orang lain memberikan kita rasa tujuan dan meningkatkan empati serta kasih sayang kita. Seperti yang dijelaskan oleh Suara.com, melakukan kebaikan bagi orang lain tidak hanya berdampak positif bagi mereka, tetapi juga bagi diri kita sendiri.

Menekuni Passion: Menekuni apa yang kita sukai memberikan kebahagiaan, kepuasan, dan rasa pencapaian. Kapanlagi.com menekankan bahwa mengejar passion membuat hidup kita lebih berwarna dan bermakna.

Membangun Hubungan Bermakna: Membangun hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan orang terkasih memberikan kita dukungan, rasa memiliki, dan sumber kebahagiaan.

Dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan tempat kita di dunia. Pengalaman-pengalaman ini membantu kita belajar, tumbuh, dan berkembang sebagai individu. Mereka mengajarkan kita tentang kekuatan, kelemahan, nilai, dan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita.

Pentingnya Menerima Diri Sendiri

Setelah memahami bagaimana pengalaman hidup membentuk kita, langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah menerima diri sendiri. Menerima diri sendiri adalah kunci untuk kesehatan mental dan kebahagiaan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa menerima diri sendiri itu penting:

Mengurangi Perasaan Negatif: Menerima diri sendiri dapat membantu mengurangi perasaan negatif dan meningkatkan kesehatan mental. Ketika kita menerima diri kita apa adanya, kita cenderung memiliki pikiran yang lebih positif dan sehat.

Kemampuan Menerima Orang Lain: Jika kita tidak mampu menerima diri sendiri, maka akan sulit untuk menerima orang lain. Ini berarti bahwa penerimaan diri tidak hanya memengaruhi bagaimana kita melihat diri kita sendiri, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

Mencapai Kedamaian dan Mengurangi Rasa Cemas: Menerima diri sendiri dapat membantu kita mencapai kedamaian batin dan mengurangi rasa cemas. Ketika kita menerima kekurangan dan kelebihan kita, kita menjadi lebih damai dengan diri kita sendiri.

Meningkatkan Rasa Percaya Diri dan Kebahagiaan: Menerima diri sendiri juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kebahagiaan. Dengan menerima diri kita apa adanya, kita dapat merasa lebih puas dan bahagia dengan hidup kita.

Memahami Kelebihan dan Kekurangan Diri: Menerima diri sendiri membantu kita memahami kelebihan dan kekurangan kita, sehingga kita dapat bekerja untuk memperbaiki diri dan mencapai potensi terbaik kita. Self-acceptance adalah langkah awal untuk pertumbuhan dan pengembangan diri.

Dalam proses menerima diri sendiri, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, seperti memaafkan diri sendiri atas kesalahan masa lalu, mengenali kelebihan dan kekurangan diri, dan berlatih menjadi teman bagi diri sendiri. Dengan menerima diri sendiri, kita tidak hanya mencapai kebahagiaan dan kesehatan mental yang lebih baik, tetapi juga membuka jalan untuk memperbaiki diri dan mencapai potensi terbaik kita.

Kesimpulan

Setelah memahami pentingnya mengenal diri sendiri, merefleksikan pengalaman hidup, dan menerima diri apa adanya, kita sampai pada kesimpulan bahwa semua aspek ini adalah bagian penting dari pertumbuhan pribadi. Namun, pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana kita dapat mengaplikasikan semua pembelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi Anda yang berada di usia 20-an?

Salah satu jawabannya terletak pada pendekatan kurikulum Life Skills yang ditawarkan oleh Life Skills Indonesia. Program ini dirancang khusus untuk membantu Anda, terutama yang berada di usia 20-an, untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang di kehidupan dewasa.

Kurikulum yang ditawarkan oleh Life Skills Indonesia dirancang untuk memberikan pembelajaran yang tidak hanya teoritis, tetapi juga aplikatif dan relevan dengan kehidupan nyata. Ini berarti Anda akan belajar keterampilan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Anda yang berusia 20-an, ini adalah kesempatan emas untuk berinvestasi dalam pengembangan diri. Melalui kelas online Life Skills Indonesia, Anda akan mendapatkan alat dan sumber daya yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih percaya diri dan siap.

Untuk informasi lebih lanjut tentang kelas online Life Skills dan bagaimana Anda dapat mendaftar, kunjungi link berikut: https://satupersen.net/kelas-online. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengambil langkah maju dalam perjalanan pengembangan diri Anda.

Mari bersama-sama kita jadikan usia 20-an tidak hanya sebagai masa pencarian jati diri, tetapi juga sebagai masa pembentukan karakter dan keterampilan yang akan membawa kita menuju kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan.

Referensi

Tampubolon, M. P. (2023, October 27). Change management: Manajemen perubahan: Individu, tim kerja, organisasi. Repositori Universitas Kristen Indonesia.

Tartakovsky, M. (2016). Therapists spill: 12 ways to accept yourself. Psych Central.

Sabrina Ramonoff. (2022, September 14). Self-acceptance: Characteristics, importance, and tips for improvement.

Seltzer, L. F. (2008). The path to unconditional self-acceptance. Psychology Today.

Elizabeth Perry. (2021, August 5). The path to self-acceptance, paved through daily practice.

Read More
judi

Mengatasi Karyawan Depresi di Kantor: Langkah Penting untuk Produktivitas

Depresi di tempat kerja seringkali tidak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. Sebagai karyawan yang telah bekerja selama 3-5 tahun, Anda mungkin telah menyaksikan atau bahkan mengalami sendiri bagaimana depresi dapat mengubah dinamika kerja. Mari kita bahas gejala-gejala depresi di tempat kerja yang perlu kita waspadai.

Perubahan Perilaku

Salah satu tanda paling mencolok dari depresi adalah perubahan perilaku. Anda mungkin melihat rekan kerja yang biasanya ceria menjadi lebih sering murung atau mudah tersinggung. Mereka mungkin juga menunjukkan perasaan tidak berharga atau kehilangan energi. Seorang pekerja yang sebelumnya produktif bisa tiba-tiba menjadi tidak konsisten atau ceroboh dalam pekerjaannya.

Kurangnya Motivasi

Depresi seringkali mengikis motivasi dan fokus seseorang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk tetap termotivasi dan berkonsentrasi pada pekerjaan. Ini bukan hanya tentang malas, tetapi lebih pada ketidakmampuan untuk menemukan energi mental untuk berkomitmen pada tugas.

Absenteeisme

Gejala depresi yang lain adalah meningkatnya ketidakhadiran, keterlambatan, atau sering melewatkan kerja. Ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental yang serius.

Prokrastinasi

Depresi juga bisa menyebabkan prokrastinasi, kesulitan memenuhi tenggat waktu, dan penurunan produktivitas. Ini seringkali dikaitkan dengan kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

Penarikan Diri atau Isolasi

Seseorang yang mengalami depresi mungkin menarik diri atau mengisolasi diri dari orang lain. Mereka mungkin juga menunjukkan perawatan diri yang buruk atau perubahan signifikan dalam penampilan. Ini adalah tanda bahwa mereka mungkin merasa terputus dari lingkungan sekitar.

Penurunan Kinerja

Depresi dapat menyebabkan penurunan dalam kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi yang buruk dengan orang lain, dan penurunan kinerja dalam tugas-tugas. Ini bisa berdampak signifikan pada output kerja mereka dan kualitas hasil kerja.

Mengenali gejala-gejala depresi di tempat kerja adalah langkah pertama untuk memberikan dukungan dan sumber daya bagi mereka yang mungkin sedang berjuang. Mendorong komunikasi terbuka, menyediakan akses ke sumber daya kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dapat membantu individu mengatasi depresi dan berkembang dalam peran mereka.

Dalam bagian berikutnya, kita akan membahas tantangan dalam menjaga produktivitas saat menghadapi depresi di tempat kerja. Bagaimana depresi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap produktif, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan ini?

Tantangan Menjaga Produktivitas

Setelah memahami gejala depresi di tempat kerja, penting juga untuk mengenali tantangan dalam menjaga produktivitas. Di era yang serba cepat ini, tantangan produktivitas menjadi semakin kompleks, termasuk bagi Anda yang telah memiliki pengalaman kerja 3-5 tahun. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi di tempat kerja dan strategi untuk mengatasinya.

Keterlibatan karyawan yang rendah seringkali menjadi akar masalah produktivitas yang buruk. Disengagement ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengakuan atau kurangnya tantangan dalam pekerjaan.

  • Manajemen Kinerja yang Tidak Efektif

Manajemen kinerja yang tidak efektif dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian tentang ekspektasi dan tujuan kerja. Hal ini seringkali menimbulkan stres dan menurunkan motivasi karyawan.

  • Proses yang Tidak Efisien

Proses kerja yang berbelit-belit dan tidak efisien dapat menghambat produktivitas. Ini termasuk penggunaan teknologi yang ketinggalan zaman atau prosedur yang tidak perlu.

  • Pelacakan dan Pemantauan yang Kurang Memadai

Tanpa sistem pelacakan dan pemantauan yang memadai, sulit untuk mengukur kemajuan dan efektivitas kerja. Ini juga bisa menyebabkan ketidakjelasan dalam penilaian kinerja.

Komunikasi yang berlebihan atau tidak efektif bisa menjadi penghambat produktivitas. Ini termasuk terlalu banyak rapat yang tidak perlu atau email yang berlebihan.

Meskipun sering dianggap sebagai keterampilan, multitasking sebenarnya bisa menurunkan kualitas kerja dan efisiensi.

  • Menetapkan Tujuan yang Tidak Efektif

Tujuan yang tidak jelas atau tidak realistis bisa menimbulkan frustrasi dan mengurangi motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

  • Prokrastinasi dan Disorganisasi

Prokrastinasi dan kurangnya organisasi dapat menyebabkan penumpukan pekerjaan dan stres yang tidak perlu.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kombinasi strategi yang mencakup peningkatan komunikasi, mengatasi disengagement, implementasi manajemen kinerja yang efektif, memperbaiki proses, menyediakan pelacakan dan pemantauan yang memadai, menetapkan tujuan yang jelas dan tercapai, mengelola waktu secara efektif, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan terorganisir. Selain itu, mempromosikan keseimbangan kerja-hidup yang sehat, menyediakan peluang pelatihan dan pengembangan, serta menumbuhkan budaya perusahaan yang positif dapat membantu mengatasi tantangan produktivitas ini.

Menangani Tekanan dan Tuntutan Pekerjaan

Setelah memahami tantangan dalam menjaga produktivitas, langkah selanjutnya adalah menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan. Tekanan kerja yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres berlebih dan memperburuk kondisi kesehatan mental, termasuk depresi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda mengelola tekanan kerja berdasarkan sumber yang disediakan:

  • Prioritas dan Perencanaan

Membagi tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola dan memprioritaskannya dapat membantu mengelola tekanan kerja dengan efektif. Pendekatan ini memungkinkan individu untuk fokus pada kebutuhan segera dan menghindari perasaan kewalahan oleh beban kerja secara keseluruhan.

  • Perawatan Diri dan Batasan

Merawat diri sendiri, menetapkan batasan, dan menghindari mekanisme koping yang tidak sehat sangat penting untuk mengelola tekanan kerja. Ini termasuk menjaga gaya hidup sehat, mendapatkan istirahat yang cukup, dan menetapkan batas pada jam kerja untuk mencegah kelelahan.

  • Memprediksi dan Merencanakan Masa Sibuk

Mengidentifikasi periode kerja yang intens dan merencanakannya terlebih dahulu dapat membantu individu mengelola situasi tekanan tinggi dengan efektif. Ini mungkin melibatkan outsourcing tugas, delegasi tanggung jawab, dan menjalankan strategi prioritas untuk menangani masa sibuk.

Mengidentifikasi pemicu tekanan pribadi dan mempraktikkan teknik manajemen stres dapat membantu individu mengatasi situasi tekanan tinggi di tempat kerja. Ini melibatkan pengakuan terhadap ambang batas seseorang dan pengembangan strategi untuk mengelola pemicu tekanan secara efektif.

Membangun jaringan dukungan dan mencari dukungan sosial dapat membantu individu mengatasi stres yang terkait dengan pekerjaan. Memiliki sistem dukungan dapat memberikan dorongan, saran, dan rasa kebersamaan selama masa-masa sulit.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, individu dapat menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan dengan efektif, mempertahankan kesejahteraan, dan meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja.

Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Setelah memahami cara menangani tekanan dan tuntutan pekerjaan, langkah selanjutnya adalah membangun lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga kepuasan dan produktivitas mereka. Berikut adalah beberapa strategi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung berdasarkan sumber yang disediakan:

Menawarkan fleksibilitas dalam pengaturan kerja, seperti opsi kerja jarak jauh atau jadwal fleksibel, dapat berkontribusi pada lingkungan kerja yang mendukung. Ini dapat membantu karyawan mempertahankan keseimbangan kerja-hidup yang sehat dan mengurangi stres.

  • Mempromosikan Inklusivitas dan Rasa Kepemilikan

Menciptakan budaya inklusivitas dan rasa kepemilikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Memprioritaskan budaya yang ramah dan menghargai dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

  • Memfasilitasi Kesempatan untuk Relaksasi

Memungkinkan karyawan untuk bersenang-senang bersama dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran informal dan berbagi pengetahuan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.

  • Memprioritaskan Orientasi dan Pelatihan

Memfokuskan pada orientasi dan pelatihan dapat membantu karyawan merasa diberdayakan dan nyaman untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka. Ini termasuk mendukung karyawan untuk menciptakan kantor rumah dan ruang kerja yang nyaman.

  • Mendorong Pengakuan Antar-Peer

Mendorong pengakuan antar-peer dan berinvestasi dalam komunikasi tim yang efektif dapat menumbuhkan lingkungan kerja yang positif. Ini dapat berkontribusi pada budaya apresiasi dan dukungan di antara rekan kerja.

  • Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung yang mempromosikan kesejahteraan, kepuasan, dan produktivitas karyawan.

Kesimpulan

Menghadapi depresi di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga organisasi. Setiap orang memiliki peran dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung. Ini termasuk memahami gejala depresi, mengembangkan keterampilan untuk mengelola stres, dan berpartisipasi dalam menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung.

Salah satu cara untuk memahami lebih dalam tentang kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja adalah melalui psychotest dan assessment. Alat-alat ini dapat membantu Anda mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian dan pengembangan, baik secara pribadi maupun profesional.

Life Skills mengajak untuk mengambil langkah proaktif dalam mengelola kesehatan mental karyawan pada organisasi/perusahaan Anda dengan mengikuti Psychotest &  Assessment. Klik link berikut: satu.bio/satumitra-igls. Ingat, mengambil langkah pertama untuk memahami diri sendiri adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kesejahteraan dan keberhasilan di tempat kerja.

Psychotest dan assessment bukan hanya tentang mengidentifikasi masalah atau tantangan, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dan potensi yang belum tergali. Dengan memahami diri sendiri lebih baik, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang karier dan kehidupan pribadi Anda. Selain itu, alat-alat ini juga dapat membantu dalam membangun komunikasi dan hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.

Mari kita jadikan tempat kerja kita lingkungan yang lebih sehat, produktif, dan mendukung. Dengan memahami dan mengatasi tantangan kesehatan mental, kita dapat bersama-sama menciptakan perubahan positif di tempat kerja kita.

Request Pelatihan SDM Satu Persen x Life Skills ID

Untuk Perusahaan, NGO dan Pemerintahan:

+62 882-9762-5596 (Margareth, Whatsapp)

Untuk Organisasi dan Kemahasiswaan:

+62 851-7317-1568 (Sheila, Whatsapp)

Referensi

Shields, M. (2020, January 15). How to Manage an Employee with Depression. Harvard Business Review. https://hbr.org/2020/01/how-to-manage-an-employee-with-depression.

Nieuwenhuijsen, K., Verbeek, J. H., de Boer, A. G., Blonk, R. W., & van Dijk, F. J. (2020, October 14). Interventions to improve return to work in depressed people. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8094165/.

Dewa, C. S., Hoch, J. S., & Goering, P. (2023, November 21). Work Performance of Employees With Depression: The Impact of Work Stressors. PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4174367/.

Al-Sada, M., Al-Esmael, B., & Faisal, M. N. (2017). Influence of organizational culture and leadership style on employee satisfaction, commitment and …

Mind. (2023, November 10). How to support staff who are experiencing a mental health problem. Mind. https://www.mind.org.uk/media-a/4661/resource4.pdf.

Read More
judi

Mengatasi Gangguan Bipolar (Kisah Nyata)

menghadapi-gangguan-bipolar
menghadapi gangguan bipolar

Halo, gue Fathan, writer di Satu Persen.

Gimana kabar kalian? Hidup kalian berjalan lancar?

Yah, kalau ngomongin hidup, tentunya kita akan menemukan banyak hal baru dan orang-orang baru. Simply karena kita semua berkembang dan berdinamika.

Dinamika kehidupan merupakan suatu hal yang gak terhindarkan dalam hidup. Ada kalanya kita bahagia, namun ada kalanya pula kita sedih. Dari situ, bisa dibilang setiap orang tentu memiliki masalah hidupnya tersendiri.

Tentu masalah tersebut gak bisa banding-bandingin. Karena setiap orang menghadapi hal yang kita mungkin gak ketahui. Kali ini gue akan membagikan cerita dari salah satu mentee Satu Persen, yaitu Thea tentang bagaimana cara dia menghadapi gangguan bipolar.

Mungkin lo sendiri pernah mengalami masalah yang cukup berat dalam hidup. Rasanya, lo udah ngelakuin berbagai hal buat menghadapinya. Tapi tetep aja tuh masalah lo gak ilang-ilang. Malah mungkin yang ada semakin parah. Alhasil, lo bingung harus gimana dan nyerah gitu aja.

Hal yang kayak begitu tentu gak bisa lo diemin begitu aja, Sob! Kenapa? Karena lama kelamaan bisa mengganggu kesehatan mental serta keseharian lo!  

Ada kalanya mungkin lo bisa menghadapi masalah lo sendirian. Tapi, ada kalanya juga lo membutuhkan bantuan orang lain buat menghadapinya. Salah satunya lewat bantuan profesional kesehatan mental.

Nah, mungkin cerita dari Thea bisa menjadi inspirasi buat lo untuk mempertimbangkan apakah lo butuh bantuan atau gak. So, simak ceritanya baik-baik, ya!

Masa Lalu yang Kurang Menyenangkan

Setiap orang memiliki masa lalu masing-masing. Termasuk aku, perempuan yang mendaftar mentoring Satu Persen pada awal tahun ini. Saat masih menduduki bangku sekolah di 2004, aku didiagnosa oleh psikiater mengalami depresi berat. Karena berbagai persoalan yang dihadapi saat itu.

Tak sampai di situ, di 2009, aku pun kembali didiagnosa memiliki gangguan bipolar. Mungkin ada beberapa dari kalian yang belum paham tentang gangguan bipolar.

Well, secara singkat gangguan bipolar merupakan suasana hati yang cenderung berubah-ubah dengan mudah. Aku sering mengalami perubahan mood secara cepat. Tetapi, lebih cenderung ke fase depresi. Seperti kesulitan mengatur emosi, sampai rasa sedih yang berlarut-larut.

Situasi demikian membuatku merasa tertekan dalam menjalani kehidupan. Belum lagi ditambah stres yang terus menumpuk tiap waktunya. Dunia terasa seperti mau runtuh saat itu. Dikarenakan rasa stres yang terus menumpuk tiap waktunya, aku pun merasa tidak mampu menghadapinya lagi.

Bagaimana Bisa Mengalami Gangguan Bipolar?

Bagi anak remaja, mungkin menjadi dewasa terdengar menyenangkan karena mereka dapat merasakan kebebasan tanpa harus dilarang oleh orang tua.

Namun, mereka mungkin lupa bahwa makin dewasa juga berarti tanggung jawab yang diemban makin banyak. Belum lagi bicara soal masalah yang datang silih berganti.

Hal demikian tak terkecuali bagi aku sendiri. Semakin bertambah usia, beban hidupku ikut bertambah. Mulai dari masalah keluarga akibat perceraian kedua orang tua, sampai masalah keuangan.

Kondisiku semakin diperparah dengan pertemanan yang hancur. Aku merasa teman-teman menghilang di saat aku sedang membutuhkan mereka.

Melalui bantuan Psikiater, aku pun dapat mengetahui apa masalah yang sedang aku hadapi.

Awalnya, aku merasa bingung tentang apa yang harus diceritakan. Namun, secara perlahan, aku sadar bahwa banyak masalah yang tidak terselesaikan di masa lalu. Sehingga masuk ke dalam alam bawah sadar. Hal demikian membuatku putus harapan untuk melanjutkan hidup.

Jatuh Sakit

Waktu demi waktu terlewati, akupun akhirnya jatuh sakit pada akhir tahun 2019. Awalnya aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Saat berbicara, anggota badanku entah kenapa tiba-tiba bergerak sendiri. Aku pun panik dan akhirnya dirawat di rumah sakit.

Selama dirawat, pikiranku kosong.

Aku sendiri juga heran apa yang menyebabkan aku bisa seperti itu. Akupun berasumsi bahwa aku jatuh sakit akibat pikiran sendiri. Aku seringkali overthinking, salah satunya karena terlalu berekspektasi tinggi mengenai suatu hal. Sedangkan kenyataannya tidak sesuai dengan harapanku.

Baca juga: Apa Itu Overthinking? Kenali Sebab dan Akibatnya!

Selepas keluar dari rumah sakit, masalahku tidak berhenti sampai di situ saja. Aku harus menghadapi masalah keuangan yang cukup berat dan itu membuat diriku merasa semakin terpuruk.

Menghadapi Gangguan Bipolar dengan Belajar Hal Baru

Aku memutuskan untuk mendaftar mentoring Satu Persen. Di sinilah aku bertemu dengan salah satu mentor bernama Ifandi Khainur Rahim, yang biasa disapa Kak Evan.

Aku pun berkonsultasi tentang berbagai permasalahan yang ku miliki. Salah satunya mengenai makna serta tujuanku menjalani hidup.

Setelah menjalani mentoring kurang lebih satu jam, akhirnya aku mendapatkan pencerahan dalam menghadapi gangguan bipolar.

Sang mentor, Evan, memberikan beberapa saran mengenai permasalahan yang kuhadapi. Di antaranya:

1. Cobalah Kurangi Overthinking

Saat overthinking, pikiranku cenderung berantakan. Seperti tidak tahu apa sebenarnya inti dari pikiranku. Itu tentu tidak baik bagi kesehatan mental karena dapat menggangguku dalam memproses suatu hal.

Dari situ, aku pun belajar bagaimana cara mengatasi overthinking dengan baik. Aku belajar untuk membedakan antara asumsi serta fakta tentang hal yang sedang diriku pikirkan.

Hal tersebut karena bisa jadi pikiran tersebut hanyalah asumsiku semata. Dalam arti lain apa yang sebenarnya aku pikirkan tidaklah sepenuhnya benar.

2. Nikmati Apa yang Telah Ada untuk Kita

Terkadang aku terlalu fokus mengejar apa yang diriku impikan dalam hidup. Sehingga mungkin lupa untuk mengambil rehat sejenak dari kehidupan.

Di samping itu, aku lupa untuk mensyukuri apa yang telah aku miliki saat ini. Mulai dari bisa makan enak, tinggal di tempat yang layak, sampai masih bisa bernapas.

Aku menyadari bahwa selama ini diriku terlalu termakan oleh pikiran sendiri. Aku pun belajar untuk tidak hidup di masa lalu. Serta berhenti mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan, karena sesungguhnya hal itu merupakan misteri dari kehidupan. Dalam arti lain, tidak satupun dari kita yang mengetahui secara pasti tentang itu.

Aku juga belajar untuk mencoba menikmati apa yang telah diriku miliki saat ini. Karena sejatinya masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku.

Aku pun juga tak lupa belajar menghargai orang yang berada di sekelilingku. Guna mensyukuri nikmat yang telah diri ini dapatkan.

3. Cobalah Bersikap Ikhlas akan Suatu Hal

Ada kalanya memang sulit bagiku untuk merelakan sesuatu. Rasanya, mungkin tak adil bagi karena aku harus dihadapkan dengan situasi tertentu.

Tapi, begitulah yang namanya hidup. Ada saatnya aku harus belajar melepaskan sesuatu, guna mendapatkan sesuatu yang baru.

Aku pun belajar bahwa bersikap ikhlas itu merupakan sesuatu yang penting. Dengan ikhlas, aku belajar untuk bersikap legowo dalam berbagai situasi. Hal itulah yang membuatku lebih mudah untuk menerima keadaan. Termasuk keadaan yang berat sekalipun.

Aku juga belajar untuk membedakan mana hal yang dapat diriku kendalikan atau tidak. Aku pun mencoba pula untuk tidak terlalu memusingkan sesuatu yang di luar kendali. Serta fokus menjalankan apa yang diri ini bisa lakukan. Dengan begitu, aku merasa lebih santuy dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

filosofi santuy

Pesan dari Thea untuk Kita Semua

Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan bagi kalian semua setelah menjalani mentoring Satu Persen. Di antaranya:

1. Tetap Semangat dalam Menghadapi Situasi Apapun

Aku berpesan kepada kalian semua untuk tidak menyerah begitu saja ketika dihadapkan dengan kesulitan. Aku paham bahwa mungkin berat bagi kita saat menghadapi suatu masalah.

Tapi, aku percaya bahwa seberat apapun situasi sejatinya terdapat jalan keluarnya masing-masing. Badai pasti berlalu, bukan?

Selain itu aku juga mengingatkan bagi kita semua untuk tetap fokus menjalani apa yang bisa kerjakan. Jangan takut untuk gagal akan sesuatu. Dari kegagalan lah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Serta akan lebih menyesal bilamana kita tidak mencobanya.

2. Bagikan Pengalaman yang Kita Miliki Kepada Orang Lain

Aku pun mengingatkan untuk jangan segan membagikan pengalaman pribadi kita kepada orang lain. Baik pengalaman yang positif maupun negatif.

Karena sejatinya pengalaman merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Dengan begitu kita dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.

Misalnya pengalaman depresi yang aku bagikan kepada kalian semua. Harapannya, aku dapat menginspirasi kalian semua dari pengalaman yang ku bagikan ini.

3. Menjadi Dewasa Merupakan Suatu Keharusan

Aku ingin mengingatkan kepada kalian semua bahwa apapun yang terjadi hidup akan terus berjalan. Tidak ada gunanya bagi kita terlarut dalam penyesalan tentang hal yang sudah terlewati.

Mungkin memang berat bagi kita semua dalam menjalani proses menjadi dewasa. Sebab kita harus melalui berbagai rintangan yang mungkin kita tak ketahui.

Tetapi, ingatlah, bahwa dalam prosesnya kita gak sendirian kok. Ada orang-orang yang masih peduli dan mau membantu kita. Coba perhatikan sekitarmu.

4. Kendalikan Ekspektasi

Aku mengingatkan kepada kalian semua untuk lebih mengendalikan ekspektasi akan suatu hal. Berekspektasi memang tidak ada salahnya untuk dilakukan, sebagai motivasi kita untuk meraih sesuatu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kita juga harus siap dengan kemungkinan terburuknya agar terhindar dari rasa kecewa yang berlebih.

Kita bisa menerapkan “ekspektasi realistis”, yaitu membuat ekspektasi yang kira-kira bisa dicapai. Hal itu dilakukan guna memotivasi kita untuk mencapainya. Serta menghindari kekecewaan berlebihan jika tidak tercapai.

Tonton juga: Filosofi Stoicism (Ekspektasi dan Kebahagiaan)

5. Jangan Ragu untuk Meminta Bantuan Orang Lain

Terakhir, aku berpesan untuk jangan sungkan meminta bantuan orang lain bila kita mengalami kesulitan. Salah satunya melalui mentoring Satu Persen ini. Ada kalanya kita butuh bantuan untuk menghadapi masalah kita. Tentunya, hal demikian wajar banget kok.

Sadarilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Oleh karena itu, wajar apabila kita membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial, sejatinya kita membutuhkan orang lain bukan?

Coba juga: Tes Kelebihan dan Kekurangan Diri

Jangan sampai kehilangan harapan akan suatu hal. Mungkin saja harapan yang kita sematkan itu akan datang kelak nanti. Gali terus potensi diri kita agar bisa lebih semakin dekat dengan harapan itu, paling tidak satu persen setiap harinya!

Selesai.

Mentoring-1

Nah, itu dia cerita dari salah satu temen kita sob! Akhir kata, gue mau sampein kalo lo bisa ikut online mentoring Satu Persen sama seperti temen kita tadi. Di dalamnya lo bisa menceritakan kesulitan lo bersama mentor-mentor yang terlatih.

Lo bisa ikut online mentoring dengan nge-klik gambar di atas. Gue harap lewat membaca artikel ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.

Gua Fathan dari Satu Persen, thanks!

Read More
judi

Cara Melatih Fokus Diri

melatih fokus diri
melatih fokus diri

Hey hey, Perseners! Apa kabar, nih? Kenalin, gue Fathan, writer di Satu Persen.

Akhir-akhir ini gue lagi tertarik sama bahasan tentang fokus diri. Dan inilah yang membuat gue akhirnya tertarik juga untuk mulai melatih fokus diri gue.

Seberapa penting sih melatih fokus menurut lo? Dalam berkehidupan, seringkali kita dihadapkan dengan berbagai tuntutan. Mulai dari pekerjaan, pendidikan, pertemanan, sampai percintaan. Dari situ, kita dituntut untuk mampu menjalani semua itu dengan baik. Salah satunya lewat memiliki kemampuan fokus yang baik.

Ngomongin soal fokus, mungkin lo pernah ngerasain kayak, “Duh kenapa ya gue orangnya susah banget fokus?” atau “Rasanya gue gampang terganggu dengan hal di sekitar gue”.

Hal itu mungkin menjadi mengganggu aktivitas lo sehari-hari. Beberapa di antaranya seperti saat lo menyetir kendaraan, mengerjakan pekerjaan, sampai beristirahat.

Kalo lo pernah ngalamin hal itu, wajar banget kok sob! Karena gue sendiri juga pernah mengalami kesulitan buat fokus. Makanya, gue pengen mulai latihan nih hehe.

Nah, pada tulisan kali ini, gue bakal berbagi tips buat lo untuk melatih fokus dalam sehari-hari. Penasaran? Yuk simak tulisan gue sampai habis!

Melatih Fokus

Dalam psikologi, fokus disebut juga sebagai atensi, yaitu suatu konsep di mana diri lo memproses segala informasi yang ada di sekeliling lo. Informasi tersebut seperti suara, bau, serta sensasi yang ada saat lo membaca tulisan ini.

Misalnya, seperti suara kendaraan, aroma ruangan lo, juga obrolan lo dengan seseorang sebelumnya. Akhirnya, semua informasi tersebut saling bersaing untuk mendapatkan fokus dari diri lo Sob!

Fokus merupakan hal yang penting buat lo miliki dalam mengerjakan sesuatu. Karena itu merupakan gerbang bagi diri lo dalam proses berpikir. Mulai dari sudut pandang, ingatan, memecahkan masalah, serta pengambilan keputusan.

Tonton juga: Cara Mengambil Keputusan yang Tepat

Maka dari itu, proses berpikir lo bakal ikut terganggu Sob kalo lo gak memiliki fokus yang baik!

Selain itu, fokus juga bermanfaat buat lo dalam menghadapi masalah lho! Karena saat ada masalah, lo mungkin cenderung bakal overthinking.

Nah, melalui fokus lah lo belajar untuk menghadapi overthinking lo tersebut. Salah satunya melalui fokus dengan apa yang lo bisa kendalikan serta kerjakan saat ini.

Manfaat Melatih Fokus

Mungkin lo bakal mikir, “Emang buat apa sih gue ngelatih fokus? Bukannya fokus tinggal fokus aja ya?”.

Nah, secara umum, memiliki fokus yang baik bisa memberikan lo kepuasan hidup yang lebih Sob! Kenapa? Karena melalui itu lo berpeluang lebih besar untuk mencapai hal yang lo inginkan, seperti kesuksesan.

Selain itu, dikutip dari wealthy boomers, terdapat beberapa manfaat yang lo dapatkan saat memiliki fokus yang baik. Di antaranya:

1. Meningkatkan Kualitas Hasil Pekerjaan

Pernah gak sih lo lagi pengen serius ngerjain kerjaan tapi gak bisa karena banyak gangguan? Entah itu pikiran soal mantan, suara knalpot yang berisik, sampai ada teman yang gangguin.

Akibatnya, kerjaan lo jadi gak selesai-selesai deh karena terdistraksi sama hal tadi. Serta membuat hasil kerjaan lo jadi gak maksimal Sob!

Nah, hal demikian disebabkan karena lo kurang fokus dalam mengerjakannya Sob! Maka dari itu, melatih fokus bisa ngebantu lo buat ningkatin kualitas dari hasil pekerjaan lo.

Lewat situ, fokus bisa membantu lo menyingkirkan distraksi yang ada. Alhasil, pekerjaan lo bisa jadi lebih cepat selesai, serta membuat hasil hasilnya lebih baik.

2. Meminimalisir Kesalahan

Lo pernah gak sih nyetir mobil tapi sambil mikirin suatu hal? Entah itu mikirin kerjaan, tugas kuliah, sampai pacar. Eh, tiba-tiba lo gak sengaja nyerempet mobil orang di jalanan. Dari situ, orang itu minta lo buat ganti rugi karena mobilnya lecet. Alhasil, lo jadi keluar uang banyak deh karena harus ganti rugi mobil orang tersebut.

Lagi-lagi, hal tersebut dikarenakan lo kurang fokus pas lagi nyetir Sob! Makanya, penting bagi lo buat melatih fokus dalam sehari-hari. Salah satunya guna meminimalisir kesalahan yang lo perbuat. Mulai dari kesalahan yang sepele, sampai fatal.

3. Membantu Berpikir Lebih Jernih

Melatih fokus juga membantu lo buat berpikir lebih jernih dalam berkehidupan. Karena lo jadi bisa memilah mana hal yang harus difokuskan, serta mana yang tidak.

Dari situ, lo bisa mencoba memfokuskan pikiran lo dengan hal yang lo anggap penting, serta meningkatkan produktivitas lo dalam sehari-hari.

Misalnya, lo lagi ada banyak tugas kuliah nih yang harus dikerjain. Saking banyaknya, lo jadi bingung mana dulu yang harus dikerjain.

Nah, melalui melatih fokus, lo bisa belajar memprioritaskan tugas mana yang sebaiknya lo kerjakan duluan. Seperti tugas mana yang deadline nya paling dekat. Dengan begitu, lo bisa berpikir lebih jernih serta produktif dalam mengerjakan tugas yang ada sob!

tes-melatih-fokus

Alasan Seseorang Sulit Untuk Fokus

Mungkin lo pernah merasa, “Kenapa ya gue kok susah banget buat yang namanya fokus? Padahal gue udah nyari tempat yang sepi buat ngerjain tugas”.

Nah, Paolo Bailey, Psikolog asal Amerika menjelaskan ada beberapa alasan kenapa lo kesulitan buat fokus. Di antaranya:

1. Susah fokus karena Kelelahan

Kelelahan menjadi salah satu penyebab utama lo susah fokus, Sob! Karena menurut penelitian, kurang tidur satu jam dari tidur normal bisa mengurangi kemampuan fokus lo secara signifikan.

Dari situ, lo mungkin jadi sering merasa pusing akibat kurang tidur. Alhasil, lo jadi sulit buat fokus dan menurunkan produktivitas diri lo.

2. Susah fokus karena stres

Ketika banyak pekerjaan, biasanya lo cenderung buat menjadi stres. Entah karena lo merasa bingung mana dulu yang harus dikerjain, sampai merasa kesulitan pas ngerjainnya.

Nah, kalo udah begitu bukannya jadi fokus, yang ada makin stres deh. Alhasil, pekerjaan lo jadi makin terasa berat.

Selain itu, stres juga bisa dipicu oleh banyaknya distraksi di sekeliling lo. Misalnya, seperti godaan buat main Instagram pas lagi ngerjain tugas.

Nah, hal yang kayak begitu tuh cenderung bikin tugas lo gak selesai-selesai, Sob! Karena lo jadi malah banyak mainnya daripada nugasnya. Alhasil, pekerjaan lo jadi makin numpuk dan bikin lo makin stres deh.

3. Terlalu banyak yang dikerjakan bikin susah fokus

Dapat melakukan multitasking bisa dibilang merupakan sesuatu yang hebat. Melalui itu lo bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam waktu singkat.

Akan tetapi, terlalu banyak yang dikerjakan juga bisa membuat lo sulit fokus. Karena lo jadi sulit untuk memfokuskan pikiran dalam bekerja, yang membuat hasil pekerjaan lo jadi gak maksimal, Sob!

Misalnya, lo lagi mau ujian akhir semester nih di kampus. Dari situ, banyak tugas akhir yang mesti diselesaikan dalam kurun waktu dua minggu. Karena lo tipe orang yang multitasking, lo langsung kerjain aja tuh semuanya menjelang deadline.

Dari situ, lo merasa susah buat fokus dalam pengerjaannya. Akibatnya, hasil pekerjaan lo jadi gak maksimal deh.

Baca Juga: Manajemen Waktu Agar Lebih Produktif

4. Merasa bosan bikin susah fokus

Nah, yang satu ini lo mungkin sering banget alamin. Entah itu karena bosan dengan pekerjaan, rutinitas, sampai tempat lo bekerja.

Selain itu, mungkin juga karena lo kurang hiburan di sela kegiatan lo sehari-hari. Alhasil, lo kesulitan buat fokus pas ngerjain pekerjaan, serta membuat lo cenderung menundanya.

Contohnya, lo lagi bosan banget buat berangkat kuliah ke kampus. Alasannya mungkin karena lo jenuh dengan tugas mata kuliah yang belajarnya itu-itu aja.  Dari situ, lo jadi sulit fokus buat ngerjain tugas tersebut. Akibatnya, lo jadi nunda-nunda tugasnya lo deh.

Cara Melatih Diri Untuk Fokus

melatih fokus diri
Photo by Icons8 Team on Unsplash

Sampai sini, mungkin lo bakal mikir, “Gue udah mencoba sebisa mungkin buat fokus, tapi tetep aja tuh gue gak bisa-bisa”.

Nah, bagi sebagian orang, fokus mungkin jadi hal yang gampang buat dilakuin. Akan tetapi, gak sedikit orang yang kesulitan buat ngelakuinnya. Padahal, banyak sekali aktivitas yang menuntut kita untuk memiliki fokus yang tinggi.

Maka dari itu, lo perlu melatih diri buat fokus dalam mengerjakan suatu hal. Nah, Kendra Cherry, Psikolog asal Amerika, memiliki beberapa tips buat lo melatih fokus dalam sehari-hari. Di antaranya:

1. Cobalah menilai kekuatan fokus lo

Sebelum lebih lanjut, lo bisa mencoba menilai seberapa kuat fokus lo sejauh ini. Mulai dari hal apa saja yang membuat lo jadi fokus, sampai yang bikin gak fokus.

Hal ini bertujuan untuk mengenal diri lo lebih dalam, Sob! Guna membantu lo dalam melatih fokus sehari-harinya.

Nah, lo bisa membuat list akan hal yang tadi gue jelasin. Misalnya, lo merasa fokus mengerjakan tugas saat sendirian.

2. Kurangi distraksi sekeliling lo

Meski terdengar sederhana, banyak orang yang masih menyepelekan hal satu ini. Padahal, distraksi merupakan salah satu penyebab seseorang jadi sulit buat fokus. Distraksi tersebut di antaranya:

  • Meja kerja yang berantakan
  • Teman yang berisik
  • Menyetel musik terlalu keras
  • Terlalu sering berselancar di media sosial saat bekerja

Maka dari itu, lo bisa mencoba mengurangi distraksi tersebut untuk meningkatkan fokus lo. Salah satunya lewat mencari tempat yang sepi, guna meminimalisir distraksi yang ada.

Dengan begitu, lo dapat mengerjakan pekerjaan lebih tenang, serta meningkatkan produktivitas dan hasil pekerjaan yang lebih baik, Sob!

3. Batasi fokus lo (ambil sedikit jeda)

Lo juga bisa mencoba membatasi fokus lo dengan menghindari mengerjakan pekerjaan secara multitasking. Karena itu membuat lo jadi sulit untuk fokus dalam mengerjakan pekerjaan.

Maka dari itu, cobalah buat memilah mana pekerjaan yang mendesak dan mana yang tidak. Hal itu guna meningkatkan fokus lo dalam bekerja serta meningkatkan kualitas hasil pekerjaan lo, Sob!

Misalnya, lo lagi banyak deadline pekerjaan nih. Di situ mungkin lo merasa pusing banget karena gak tau mana dulu yang harus dikerjain. Nah, lo bisa mencoba mengurutkan mana dulu yang sekiranya bisa lo kerjakan, dan mana yang menurut lo paling mendesak.

Harapannya, lo bisa lebih fokus mengerjakan pekerjaan lo. Serta dapat menyelesaikan semua deadline tersebut dengan baik.

Selain itu, lo juga bisa mengambil sedikit jeda dalam membatasi fokus lo. Ada kalanya mungkin tubuh lo terlalu diforsir dalam mengerjakan pekerjaan. Sehingga membuat lo menjadi kelelahan dan sulit untuk fokus.

Maka dari itu, cobalah buat ambil rehat sejenak dari rutinitas lo. Misalnya, seperti nonton bioskop, membaca buku, serta melakukan hobi lo.

Baca juga: Kenapa Kita Harus Punya Hobi?

4. Berlatih Mindfulness (fokus dengan apa yang ada saat ini)

Ada kalanya mungkin lo kesulitan buat fokus karena overthinking soal masa depan. Bisa juga lo masih kepikiran sama hal gak mengenakkan yang terjadi pada diri lo. Seringkali hal itu membuat lo jadi sulit fokus dalam berkehidupan.

Maka dari itu, lo bisa mencoba berlatih mindfulness, yaitu kondisi di mana lo membiarkan diri lo merasakan emosi yang sedang dirasakan. Entah itu emosi yang bersifat positif, maupun negatif.

Misalnya, lo lagi khawatir tentang masa depan lo nanti, seperti setelah lulus mau kerja di mana. Kekhawatiran lo itu mungkin bisa dibilang berlebihan sampai mempengaruhi fokus lo sehari-hari.

Alhasil, bukannya akhirnya berdampak sama prestasi belajar lo di kampus. Karena lo jadi sulit fokus dalam menerima materi dari dosen.

Nah, lo bisa mencoba berlatih mindfulness lewat latihan pernapasan. Setelah itu, lo bisa memfokuskan diri lo terhadap hal yang bisa dikendalikan saat ini. Salah satunya dengan belajar yang giat guna sukses di masa depan kelak nanti. serta gak terlalu memusingkan bagaimana hasilnya nanti.

Pas banget nih lo bisa tonton juga video di bawah ini, karena video ini ngebahas mindfulness dan meditasi secara lebih lengkap, tapi dengan penjelasan yang mudah dipahami.

5. Teruslah berlatih

Terakhir, cobalah buat terus melatih fokus diri lo agar semakin baik setiap harinya. Atlet yang hebat sekalipun membutuhkan latihan yang gak sebentar dalam membentuk fokus yang kuat.

Maka dari itu, lo bisa mencoba mengulangi langkah-langkah di atas setiap harinya. Percayalah semua hal bisa tercapai selama ada kemauan yang kuat sob! Kalo lo merasa susah fokus sehingga memengaruhi produktivitas lo, coba aja ikut Tes Produktivitas dari Satu Persen.

Kalo lo merasa kesulitan dalam melatih fokus lo, santai aja, lo bisa ikut mentoring Satu Persen. Di dalamnya lo bisa menceritakan kesulitan lo tersebut bersama mentor-mentor yang terlatih. Lo bisa ikut mentoring dengan nge-klik gambar di bawah ini.

mentoring-dan-konseling-satu-persen

Selain itu, lo juga bisa nonton video Youtube Satu Persen tentang “Tips untuk Tetap Fokus (Meningkatkan Konsentrasi)” di bawah ini.

Gue harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Gua Fathan dari Satu Persen, thanks!

melatih fokus diri
Read More
judi

Cara Mengatasi Trust Issue

trust issue
trust issue

Haloo! Kenalin, gue Thissa, writer Satu Persen.

Pernah denger istilah “trust issue?” Kita semua mungkin pernah disakiti sama orang lain. Dikhianati dan dibohongi oleh orang yang kita percaya banget. Dan ini bisa dilakuin  sama siapapun, mungkin sama orang tua, pacar, sahabat, atau rekan kerja. Banyak lah dari kita yang mungkin pernah ngerasain kejadian yang bikin kita malah jadi susah percaya orang.

Dan gue tahu sih rasanya: Pastinya sakit banget. Gue tau banget rasanya udah percaya sama orang, eh tapi malah dikhianati. Udah deal sama sesuatu, eh deal-nya berubah-ubah terus.

Jadinya, kita yang udah menginvestasikan waktu dan tenaga malah dikecewain. Sampai akhirnya, kadang kita juga jadi capek dan memutuskan buat gak percaya lagi.

Kalo lo pernah atau sedang mengalami keadaan tersebut atau sekadar penasaran dan pengen tau lebih dalam soal ini, lo berada di artikel yang tepat karena Satu Persen akan ngebahas tentang trust issue dan tips-tips menghadapinya.

Jadi, apa sih trust issue itu?

Simpelnya, trust issue itu gak percayaan sama orang. Orang yang punya trust issue cenderung punya pandangan yang pesimistis terhadap manusia.

Kayak, mereka tuh selalu beranggapan bahwa orang punya niatan buruk sama dia. Meskipun pada realitanya, sebenarnya ya orang tuh nggak selalu punya niatan buruk.

Kenapa orang bisa trust issue?

Nah, biasanya, penderita trust issue itu punya pengalaman yang kurang menyenangkan sebelumnya. Atau, bisa jadi trust issue-nya disebabkan oleh rasa takut dan trauma.

Dan akhirnya mereka yang trust issue pun memilih langkah sederhana, yaitu langkah buat yaudah: Gak usah percaya lagi aja sama orang untuk menghindari rasa sakit dan kekecewaan yang kerasa negatif banget buat dia.

trust issue

Nah, mungkin ada dari lo yang nanya, “Gue itu mengalami trust issue gak sih?” Berikut ini adalah sih ciri-ciri dari orang yang punya trust issue.

Ciri-ciri orang punya trust issue

1. Suka Jaga Jarak

Kalo ada orang yang ngedeketin, orang yang trust issue kemungkinan besar akan menarik diri. Kesannya, kayak gak pengen deket gitu sama orang.

Kalaupun pengen, biasanya emang tingkah lakunya nunjukkin gak pengen. Dan ini mungkin banget terjadi karena mereka takut, takut untuk disakitin lagi dan takut mengalami pengalaman buruk lagi.

2. Susah Percaya sama Orang

Karena trust issue itu tadi, kadang muncul perilaku-perilaku yang menunjukkan ketidakpercayaan itu. Contohnya, ngecek hal-hal pribadi di hp pasangannya dengan baca-baca chat pasangan dengan teman-temannya atau lawan jenis yang nge-chat doi.

Sebenarnya, memang yang jadi perdebatan apakah hp itu boleh dikasih ke pasangan atau nggak. Tapi, di luar perdebatan itu, orang yang memiliki trust issue cenderung mencari-cari kesalahan pasangan, dan ini nggak sehat.

Bukan berarti gak boleh cemburu atau cemas, cuman kalau ini sampai ngeganggu kehidupan lo, mungkin lo punya trust issue yang belum terselesaikan.

Baca juga: Cara Menghadapi Pasangan yang Posesif

3. Cenderung Punya Pandangan yang Pesimistis atau Negatif

Seperti yang sudah disebutkan, orang dengan trust issue merasa bahwa setiap orang pasti punya intensi buruk sama dia. Mereka merasa nggak ada manusia yang benar-benar  tulus ngedeketin dia atau temenan sama dia.

YouTube Satu Persen – Alasan Kamu Takut Dimanfaatkan Orang Lain

Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Nah, terus kita harus ngapain? Ada nih langkah-langkah yang bisa lo lakuin supaya lo gak trust issue lagi!

Pertama, refleksikan pengalaman buruk dan belajar mengikhlaskannya

Pasti sakit rasanya mengalami peristiwa ketika orang memperlakukan lo dengan buruk. Wajar banget buat lo untuk marah, sedih, dan jadinya gak percaya lagi sama orang.

Tapi, sekali lagi, peristiwa itu sudah terjadi. Dan ketika itu sudah terjadi, mau mengutuk orang yang melakukannya terus-terusan juga nggak baik buat diri lo.

Pada akhirnya, memang peristiwa itu perlu kita ikhlaskan. Lo boleh marah dan sedih, tapi jangan berlarut-larut

Terimalah kekesalan yang lo rasakan sebagai hal yang manusiawi. Setelah itu, ikhlaskanlah peristiwa tersebut. Memang berat sih, tapi ini adalah step awal yang penting.

Supaya kita nggak dipenuhi dengan kebencian, rasa pengen balas dendam, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Terima masa lalu lo, dan sambut masa depan yang pastinya bakal penuh dengan hal-hal menarik lainnya yang lo alami.

Kedua, move on

Apa yang terjadi di masa lalu biarlah ada di masa lalu. Sekarang, kita coba fokus dengan hal yang bisa dilakukan sekarang yang akan berdampak baik untuk lo di masa depan. Apa nih cita-cita yang dulu sempet lo lupakan karena nggak bisa move on dari kejadian masa lalu?

Lakukan hal yang lo suka, kenalan sama orang baru, jalani hobi baru, potong rambut lo, pergi liburan, nongkrong sama temen. Banyak hal yang selama ini mungkin nggak sempet lo lakuin.

Dan cara move on paling ampuh: lakukan itu sekarang, apapun itu. Coba fokuskan diri lo ke masa depan, dibandingkan ke masa lalu

Terakhir, belajarlah dari pengalaman.

Mungkin setelah kejadian itu akhirnya kita tersadar bahwa kita pernah berbuat kesalahan, entah percaya dengan orang yang salah, komunikasi yang negatif, dsb.

Well, balik lagi ke poin sebelumnya. Jadikan kesalahan yang lo perbuat sebagai sarana untuk introspeksi dan evaluasi diri. Sambutlah masa depan dengan excited.

Tapi inget buat gak berekspektasi terlalu banyak. Kayak yang udah pernah gue bahas di  Filosofi Stoicism. Fokus aja dan live life to the fullest. Kalau tujuannya tercapai, ya lo bersyukur, kalau nggak, terima dan kembali lanjutkan hidup.

trust issue

Kalau lo butuh bantuan, udah lama mengalami trust issue dan merasa gak sanggup ngejalanin sendirian. Lo bisa minta bantuan, mungkin ke temen, keluarga, atau profesional.

Satu Persen sendiri memiliki layanan mentoring. Lo bisa diskusi sama mentor dan lo bakal dikasih tahu penanganan yang baik buat menangani kondisi lo. Selain itu, lo juga bakal dapet interpretasi tes psikologi supaya lo bisa tahu tingkat stres lo, kepribadian lo, dan minat-bakat lo kayak gimana.

Coba juga: Tes Tingkat Keparahan Stres

Selain itu, lo juga kalo ikut mentoring, biasanya akan dikasih worksheet untuk buat action plan buat nyelesain masalah lo.

Lo bisa coba untuk cek dulu fasilitas dan benefit apa yang sekiranya akan lo dapetin saat sesi konsultasi tersebut dengan klik gambar di bawah ini.

Oke, gue harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap hari!

Konsultasi Satu Persen Psikolog

References

Hergenhahn, B. R., & Henley, T. B. (2014). An Introduction to the History of Psychology: Seventh Edition. New York: Jon-David Hague.

Zak, A. M., Gold, J. A., Ryckman, R. M., & Lenney, E. (1998). Assessments of trust in intimate relationships and the self-perception process. The Journal of Social Psychology, 138(2), 217-228. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/199792384?accountid=1229

Weiler, L. (2017, November 13). Tips to Help You Overcome Trust Issues. Retrieved from https://www.cheatsheet.com/health-fitness/ways-to-overcome-your-trust-issues.html/

Vilhauer, J. (2015, August 29). 5 Ways to Move on From an Ex You Still Love. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/living-forward/201508/5-ways-move-ex-you-still-love

Read More
judi

Pikiran Negatif Merusak Hidup Positif

pikiran-negatif-merusak-hidup
pikiran negatif merusak hidup

Halo, Perseners! Gue Viony, writer Satu Persen.

Gue mau tanya deh sama lo, sering gak lo merundung hidup lo dengan berbagai pikiran negatif?

Mulai dari menyesali masa lalu, pesimis tentang masa depan lo, menyalahkan orang lain atas nasib lo, atau malah menyalahkan diri sendiri? Membuat lo kebanjiran emosi yang negatif juga seperti penyesalan, sedih, benci, atau marah. Lo jadi merasa sulit banget buat merasa bahagia

Tonton juga: Mengatasi Sifat Mudah Sedih dan Cemas

Kalau memang lo sedang kesulitan menghadapi pikiran negatif, lo sedang membaca artikel yang tepat karena kali ini Satu Persen mau membahas soal bagaimana mengatasi pikiran negatif.

Apa itu pikiran negatif?

Pikiran negatif diartikan sebagai persepsi, harapan, dan deskripsi negatif tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia secara general. Kondisi kognitif yang negatif ini juga diikuti dengan emosi negatif dan berdampak buruk pada perilaku, dan kesehatan.

Ada satu penelitian yang menggambarkan dampak dari fenomena pikiran negatif ini. Alison Ledgerwood, seorang psikolog sosial, pernah menceritakan tentang penelitian yang melibatkan dua kelompok responden, sebut saja kelompok A dan B.

Kepada dua kelompok responden ini dijelaskan sebuah prosedur operasi medik. Pada kelompok A dijelaskan bahwa persentase keberhasilan operasi tersebut adalah 70%, sementara pada kelompok B dijelaskan persentase kegagalan operasi 30 %.

Hasilnya kelompok A memberi respon positif pada operasi tersebut, dan seperti yang sudah ditebak, kelompok B memberikan respon negatif. Kemudian, eksperimen dilanjutkan dengan memberi penjelasan tambahan kepada kelompok A bahwa peluang gagal pada operasi yang dimaksud adalah 30%.

Hasilnya? Kelompok A langsung mengubah respon mereka menjadi negatif. Bagaimana dengan kelompok B? Setelah dijelaskan bahwa operasi memiliki peluang keberhasilan 70% mereka tidak mengubah respon mereka sama saja, tetap negatif.

Eksperimen ini menjelaskan hal yang sangat penting tentang bagaimana otak kita mempersepsi hal negatif. Hal yang negatif memang lebih mudah nempel di otak kita dan sulit untuk diubah menjadi lebih positif.

Kita lebih mudah memindahkan cara berpikir, persepsi dan emosi positif ke negatif daripada sebaliknya.

Kenapa pikiran negatif bisa muncul dan mendominasi pikiran lo?

Ternyata pikiran negatif merupakan alarm alami dalam perjalanan evolusi manusia untuk mengenali bahaya. Karena itu otak kita lebih sensitif terhadap hal-hal negatif.

Bagian otak yang bertanggung jawab untuk menemukan hal-hal negatif di sekitar kita adalah amygdala. Amygdala juga yang berperan untuk memindahkan pengalaman negatif dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Distorsi kognitif merupakan istilah psikologi yang mengacu pada pola pikir dan rasa percaya pada sesuatu yang salah dan nggak rasional. Tapi, tanpa sadar kita terus menerus menerapkan distorsi kognitif ini untuk merespon lingkungan kita.

Dari sepuluh jenis distorsi kognitif yang ada, setidaknya ada 4 yang kemungkinan sering lo lakukan tanpa sadar dan perlu dikenali:

1. Pikiran hitam putih

Lo nggak mengenal abu-abu, yang ada adalah iya atau nggak sama sekali. Lo berpikir kalau lo nggak keterima bekerja di tempat yang lo inginkan ya artinya lo nggak qualified.

Lo enggak memperhitungkan faktor-faktor lain seperti kultur kerja yang nggak cocok dengan kepribadian lo.

2. Personalisasi

Atasan lo cemberut hari ini? Lo langsung mengira pasti karena kerjaanmu ada yang nggak beres. Lo bikin semua kejadian nggak mengenakkan di sekitarmu jadi personal, seolah-olah semua salah lo.

3. Saringan Mental

Saat lo dapat kritik sekali dari atasan lo, lo bisa seharian mikirin hal itu dan lupa bahwa atasan lo juga beberapa kali pernah memuji hasil kerja lo. Intinya lo fokus ke hal-hal negatif dan melupakan hal positif yang pernah terjadi.

4. Berpikir skenario terburuk akan terjadi

Setelah lo melakukan kesalahan kecil di kantor, lo langsung berpikir bahwa lo akan dipecat, atau karier lo akan mandek selamanya.

Distorsi kognitif jenis ini mengarahkan lo untuk memikirkan kemungkinan terburuk suatu peristiwa dan meyakininya akan terjadi.

Mengapa pikiran negatif harus diwaspadai?

pikiran negatif
Photo by Ethan Sykes on Unsplash

Aaron T. Beck adalah seorang psikiater yang berhasil menemukan korelasi antara pola pikir yang salah dengan munculnya gejala-gejala depresi.

Baca juga: Cara Mengatasi Depresi di Rumah Aja

Setelah melakukan observasi klinis pada pasien-pasien yang menderita depresi, ia pun berhasil menemukan adanya kaitan antara pikiran dan keyakinan dengan depresi. Keyakinan di sini maksudnya adalah apa yang dipercaya penderita tentang diri sendiri dan lingkungannya.

Menurut Beck, ada tiga rangkaian kognitif negatif yang bisa memicu depresi yaitu pandangan negatif terhadap diri sendiri, kecenderungan untuk menginterpretasikan pengalaman secara negatif, dan pandangan yang suram akan masa depan

Sebuah artikel Psychology Today menyebutkan bahwa depresi mengalir dari pikiran-pikiran negatif. Orang yang menderita depresi secara nggak sadar telah mengembangkan pola pikir negatif seperti yang gue sebutkan sebelumnya.

Lama-lama pola pikir ini menjadi kebiasaan dan menyebabkan mereka jatuh dalam depresi.

pikiran negatif merusak hidup

Bagaimana cara mengatasinya?

Proses mengatasi pikiran negatif ini nggak bakal kayak membalikkan telapak tangan. Butuh komitmen kuat untuk menjadikan langkah-langkah ini sebagai sebuah kebiasaan.

1. Tantang pikiran negatif lo

Saat lo sadar kalau lo sedang dikuasai distorsi kognitif pertanyakan pikiran lo sendiri untuk mengecek itu rasional atau nggak. Misalnya, distorsi kognitif lo mengatakan atasan lo cemberut hari ini karena hasil kerja lo nggak oke.

Tanya deh ke diri lo sendiri ada nggak kemungkinan lain yang menyebabkan dia cemberut? Selalu ada kemungkinan lain kan yang menyebabkan dia cemberut, bukan hanya karena hasil kerja lo itu tadi?

2. Ambil jarak dari pikiran negatif lo

Pernah nggak ada di situasi di mana lo terus mengulang-ngulang kejadian buruk yang terjadi di hari ini? Kalau begini kejadiannya, lo harus ambil inisiatif untuk memutus pikiran ini, atau nanti emosi lo akan ikutan kebawa negatif.

Caranya biarkan diri lo larut dalam pikiran negatif ini, tapi beri batasan waktu, misalnya 5 menit. Setelah itu langsung alihkan pikiran ke hal lain dan tahan diri lo untuk nggak jatuh ke pikiran negatif tadi.

Ikuti Kelas Online “Tips Jitu Berdamai Dengan Diri Sendiri” (Klik Gambar di Bawah)

CTA-Online-Class-for-Blog-Posts---Copy-01-2

Karena perhatian kita sebagai manusia lebih cenderung ke hal-hal negatif. Maka kita harus memaksakan diri untuk mengingat hal-hal yang positif sebagai penyeimbang. Lo bisa melakukan ini dengan menuliskan hal-hal yang lo syukuri hari itu di diary lo.

4. Fokus pada kelebihan lo.

Tarikan pikiran negatif akan membawa lo untuk fokus pada kelemahan-kelemahan lo dan larut merenungi kelemahan lo itu.

Sekali lagi, lo harus lawan ini dengan mulai mengalihkan fokus ke arah kelebihan-kelebihan lo. Sekali pun lo mengalami kegagalan, selalu ada kesempatan untuk bangkit lagi kan?

Mengatasi pikiran negatif sesungguhnya adalah perang melawan diri lo sendiri.

Sangat wajar kalau lo suka berpikiran negatif, karena ternyata manusia diprogram untuk peka sama hal-hal negatif. Namun, lo harus tetap waspada karena pikiran-pikiran yang sifatnya negatif rentan mengganggu kesehatan mental lo.

Karena itu, pikiran yang bersifat negatif harus dilawan. Lo bisa mengembangkan beberapa kebiasaan baru dalam berpikir untuk melawan pikiran negatif yang hinggap.

Kalau lo butuh bantuan, udah lama mengalami pikiran negatif, dan merasa gak sanggup ngejalanin sendirian. Satu Persen sendiri memiliki layanan konseling. Lo bisa diskusi sama Psikolog dan lo bakal dikasih tahu penanganan terbaik buat menangani kondisi lo. Lo juga bisa coba Tes Overthinking semisal lo merasa sering overthinking belakangan ini.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pikiran negatif, lo bisa tonton video Satu Persen di bawah ini. Gue harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya!

pikiran negatif merusak hidup
Read More